Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/357311314

PENERAPAN MEDIASI PENAL DAN NON PENAL DALAM PERKARA PENIPUAN


DAN PENGGELAPAN GUNA TERCIPTA RESTORATIVE JUSTICE (studi penanganan
pelaksaan mediasi Penal oleh Lembaga Bantuan Hukum)

Article · December 2021

CITATIONS READS
0 173

3 authors, including:

Sekar Mentari Hendrodjanoe


Universitas Sebelas Maret
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Sekar Mentari Hendrodjanoe on 24 December 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENERAPAN MEDIASI PENAL DAN NON PENAL DALAM PERKARA PENIPUAN DAN
PENGGELAPAN GUNA TERCIPTA RESTORATIVE JUSTICE
(studi penanganan pelaksaan mediasi Penal oleh Lembaga Bantuan Hukum)

Sekar Mentari Hendrodjanoe, Fatma Ulfatun Najicha

sekarmentari@student.uns.ac.id
Universitas Sebelas Maret

Abstract

Abstract in English
Indonesian Penal Code provide a concrete rule about Fraud and Embezzlement,
nevertheless the amount of Fraud and Embezzlement case still cant be controled since
theres a lot of factor leads into Criminal Action of Fraud. The Indonesian Penals Body
Such as Indonesian Police and Judcicial Court have an issu on reability of case control,
thus the excistance of Penal Mediation are Necessary to create a new Methode of Crime
Resolution in order to achive Restorative Justice, in this people we will discuss about the
Indonesian Penal Law regarding Fraud and Embezzlement and Legal Basist of Penla
Mediation under Legal Aid Foundation and Police Institution, ffurthermore we will
discuss about method and conflict resolution under Penal Mediation.

Keywords: Penal Mediation, Fraud and Embezzlement, Restorative Justice

1. Pendahuluan/ Indroduction menurun sedikit di tahun 2019 menjadi


Kejahatan Penipuan dan Penggelapan 839,00 kasus.(bappeda.jogjaprov.go.id)
merupakan bentuk tindakan kriminal yang Memasuki masa pandemi, di tahun 2020
paling umum terjadi di masyarakat. dalam Terdapat penurunan signifikan dari tahun
kehidupan sehari-hari kita, tidak jarang sebelumnya yakni menjadi 561,00 Kasus
kita melihat atau membaca dari surat dan Pada Tahun 2021, data sementara
kabar, Berita maupun melihat langsung terhitung semenjak bulan November 2021
tindakan Penipuan dan Penggelapan di Kasus Tindak Pidana Penipuan dan
Kehidupan kita. Walaupun Pengaturan Penggelapan berada di angka 556,00
Hukum mengenai Tindak Pidana Penipuan Kasus. Angka yang cukup besar ini
dan Penggelapan telah mengakomodir memberikan kita gambaran seberapa
Sense of Justice masyarakat. apabila kita seringnya Tindak Pidana Penipuan dan
mengacu kepada angka terjadinya Tindak Penggelapan timbul dalam Kehidupan
Pidana Penipuan dan Penggelapan, Angka Masyarakat, tentu apabila diakumulasikan
Penipuan dan Penggelapan tetap tinggi secara nasional. angka Tindak Pidana
dan seolah-olah tidak kunjung padam. Penipuan dan Penggelapan sendiri dapat
Berbicara mengenai data Tindak Pidana diperkirakan cukup besar.
Penipuan dan Penggelapan sendiri, Penyelesaiaan Tindak Pidana Penipuan
Khusus Untuk Provinsi Daerah Istimewa dan Penggelapan, Pada dasarnya tetap
Yogyakarta, Pada Tahun 2017 Terdapat mengikuti Proses Penyelesaian Perkara
757,00 kasus, yang Pada Tahun 2018 naik Pidana yang dilandaskan oleh Kitab
signifikan menjadi 867,00 Kasus dan Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP). Metode acara Pidana Indonesia Berdasarkan gejala tersebut, maka
yang kental dengan proses Litigasi terebut, diperlukan adanya suatu penyelesaian
seringkali mengalami tantangan, mulai terhadap Korban Tindak Pidana Penipuan
dari lamanya suatu perkara terselesaikan dan Penggelapan yang sarat dengan Ganti
hingga sulitnya bagi para korban Tindak Kerugian atas kehilangan suatu Barang.
Pidana untuk mendampatkan Haknya Lahirnya Mediasi Penal sebagai suatu
Kembali, Proses Litigasi yang sarat upaya pemenuhan Hak Korban menjadi
dengan Konsep Win-Lose Tersebut salah satu solusi tersendiri dalam
memang pada dasarnya dapat memberikan menyelesaikan Perkara Tindak Pidana
suatu Keadilan dan merestorasi ketertiban Penipuan dan Penggelapan.
umum, atau mencegah seseorang untuk Mediasi merupakan sebuah upaya
melakukan suatu tindakan yang dapat resolusi konflik dimana terdapat pihak
menimbulkan kerugian, kerusakan dan ketiga yang diakui dan diterima oleh para
hilangnya hak orang lain, hal ini sejalan pihak, yang tidak memiliki kewenangan
dengan fungsi hukum Pidana yang untuk membuat suatu keputuasan solusi
Bersifat Represif dan Preventif1.(Rusli mengikat bagi para pihak yang
Muhammad, 2007) Namun dengan bersengketa, melakukan intervensi
menemukan gejala-gejala dimana hukum terhadap konflik atau sengketa untuk
acara Pidana Indonesia belumlah membantu para pihak memperbaiki
sepenuhnya dapat memberikan restorasi hubungan mereka, mempererat
kepada Korban. komunikasi, dan menggunakan solusi
Pada dasarnya, Korban yang mengidap pemecah masalah yang efektif dan
kerugian akibat terjadinya suatu Tindak prosedur negosiasi guna mencapai suatu
Pidana dapat melakukan tiga cara untuk keputusan yang dapat diterima oleh para
menuntut ganti rugi kepada Pelaku yakni: pihak atau suatu perikatan dalam sengketa.
A. Melakukan Penggabungan Perkara (Moore, Christopher W., 2014) dalam
Ganti Kerugian (Vide Pasal 98-101 suatu upaya mediasi, para pihak diharapkan
KUHAP) dapat menyelesaikan suatu permasalahan
B. Melakukan Gugatan Perbuatan dengan lebih jernih, dan Mediator yang
Melawan Hukum Kepada Pelaku (Vide ditunjuk untuk menyelesaikan perkara
Pasal 1365 BW) dapat memberikan suatu gambaran
C. Melakukan Permohonan Restitusi terhadap solusi-solusi yang dapat dilakukan
(Vide Pasal 7 ayat (1) huruf b Jo. Pasal oleh para pihak. Mediasi merupakan suatu
7 ayat (2) UU 13/2006 dan Pasal 21 PP Alternative Dispute Resolution, yang
44/2008) merupakan suatu konsep penyelesaian
Walaupun begitu, mekanisme ganti sengketa yang terus berkembang,
rugi tersebut, dalam praktiknya belumlah perkembangan ini merupakan suatu akibat
cukup untuk memberikan rasa pemenuhan dari adanya perdebatan dan perbincangan
keadilan kepada korban. Hal ini disebabkan yang konstan mengenai pendekatan sistem
oleh lamanya proses gugatan ganti rugi yang tepat untuk menjawab penyelesaian
kepada pelaku dan jarangnya sengketa masyarakat (Lynch, Jennifer F.
penggabungan tuntutan ganti rugi 2007). Pada dasarnya Mediasi hanya
dikabulkan oleh Majelis Hakim Pidana. dilakukan terhadap Perkara yang bersifat
keperdataan, walaupun begitu tidak
menutup kemungkinan Perkara Pidana
1
Rusli Muhammad, (2007) “Hukum Acara Pidana diselesaikan melalui suatu metode ADR.
Kotemporer” Terlebih semenjak dikeluarkanya
Dokumen A/CONF.187/8 dalam Sidang suatu aturan mengikat kepada setiap insan
Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam
dalam suatu lingkup wilayah hukum yang
pembagasan The Prevention of Crime and
the Treatment of Offenders, dokumen mengatur mengenai perbuatan-perbuatan
tersebut mengatur tentang Alternatife of
yang dilarang dan pengaturan mengenai
Restorative Justice yang didalamnya
mengatur mengenai Dispute Resolution sanksi Pidana yang dikenakan kepada
terhadap permasalahn-permasalahan umum
seseorang apabila melakukan suatu
yang ada dalam masyarakat (lasmadi
Sahuri, 2011) . perbuatan yang melawan hukum,
Mediasi dalam Perkara Pidana atau
Konseptualisasi Hukum Pidana Dibagi
yang dikenal sebagai mediasi Penal
merupakan salah satu terobasn yang dapat kedalam dua bagian yakni Hukum Pidana
memberikan pemenuhan hak terhadap
Materiil dan Hukum Pidana Formill.
korban. Baik Pelaku maupun Korban
diberikan suatu ruang untuk menentukan Pembagian tersebut merupakan suatu
pemecahan masalah yang akan dihadapi.
klasifikasi aturan, bukan pembedaan
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas
mengenai pelaksanaan dan Metode Mediasi aturan dalam hukum pidana hal ini
Penal Terhadap Perkara Tindak Pidana
dikerakan terdapat adanya suatu hubungan
Penipuan dan Penggelapan, Lebih Lanjut,
Penulis akan membedah Ketentuan Hukum erat antara hukum pidana materiil dan
Indonesia mengenai penyelesaian perkara
hukum pidana formill sehingga didalam
melalui Mediasi Penal, Penulis
menggunakan metode Kepustakaan ketentuan hukumnya dan dari segi
(Library Reasearch) dan Wawancara di
fungsinya sering kali tidak terdapat
Lembaga Bantuan Hukum Solo Raya
Justice , untuk mengetahui kondisi perkara perbedaan yang mencolok. (Moeljatno,
Tindak Pidana Penipuan dan Penggelapan
1985).
di masyarakat dan metode Mediasi yang
dilakukan. Penipuan sebagaimana diatur dalam
Pasal 378 KUHP yang digolongkan
2. Pembahasan
menjadi Delik Umum yang artinya apabila
Penipuan dan Penggelapan masing-
terjadi suatu tindak pidana, Pelaku dari
masing diatur didalamn Pasal 378 dan
tindak pidana tersebut dapat dimintai
Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum
pertanggungjawaban, tanpa harus korban
Pidana (KUHP), Sebelum Kita membedah
dilaporkan terlbeih dahulu. Untuk
lebih lanjur mengenai Unsur Pasal 378
mengetahui lebih lanjut dari Unsur Pasal
tentang Penipuan dan Pasal 372 tentang
378, Maka setidaknya kita harus
Penggelapan, maka kita dapat membahas
mengetahui Konstruksi Pasal tersebut
lmengenai Hukum Pidana terlebih dahulu,
secara keleuruhan yakni: “Barang Siapa
Hukum Pidana pada dasarnya merupakan
dengan maksud untuk menguntungkan diri pembuktian terhadap unsur penipuan,
sendiri atau orang lain secara melawan setidak-tidaknya sesorang harus
hukum, dengan memakai nama palsu atau memenuhi 4 klasifikasi yakni (Suryani,
martabat palsu, dengan tipu muslihat Nilma, 2014):
ataupun tangkaian kebohongan orang lain 1. Bermaksud untuk menguntungkan
menyerahlan barang sesuatu kepadanya diri sendiri atau orang lain secara
atau supaya memberi hutang maupun melawan hukum
menghapuskan piutang, karena bersalah 2. Menghendaki seseorang untuk
telah melakukan penipuan, dipidana menyerahkan suatu barang, atau
dnegan pidana penjara selama-lamanya mengadakan utang, atau
empat tahun” meniadakan piutang
Didalam rumusan pasal tersebut, 3. Mengetahui bahwa orang itu akan
terdapat hal-hal yang harus kita perhatikan menyerahkan benda atau
berkenaan dengan unsur-unsur mengdakan utang dan piutang
didalamnya. Didalam Pasal 378, tidak 4. Mengetahui bahwa yang ia lakukan
dapat kita temukan adanya Unsur menggunakan suatu tipu muslihat
Kesengajaan/Willen secara Implisit¸ akan yakni nama palsu, sifat palsu, tipu
tetapi hal tersebut bukan berarti ketentuan muslihat atau rangkaian kata-kata
pasal 378 merupakan ketentuan yang bohong
mengandung unsur kealfaan, hal ini Secara garis besar dapat kita simpulkan
dikarenakan adanya unsur “ bahwa suatu tindak pidana penipuan
menguntungkan dirinya sendiri atau pada dasarnya membutuhkan suatu niat
orang lain” frasa tersebut menandakan jahat dari pelaku, dan terdapat rangkain
adanya suatu keharusan atau Bijkomend peristiwa yang pada akhirnya
oogmeerk atau Naaste doel dimana, unsur menunjukan adanya suatu tipu muslihat
tersebut menunjukan kehendak seseorang dan perbuatan yang dilakukan. Setelah
untuk mencapai suatu tujuan dengan membahas mengenai Tindak Pidana
maksud menguntungkan dirinya sendiri Penipuan, lalu bagaiman dengan
atau orang lain. Unsur tersebut Tindak Pidana Pengelapan?\
menunjukan beban pembuktian terhadap Tindak Pidana Penggelapan
Mens Rea seseorang. Dalam hal diatur dalam Pasal 372 KUHP yang
berbunyi “Barang siapa dengan emnyangkut dengan perbuatan melawan
sengaja dan melawan hukum memiliki hukum dengan menguasai suatu barang
suatu benda yang seluruhnya atau yang dipercayakan oleh seseorang
sebagian milik orang lain, yang ada (Hamzah, Andi). Pada dasarnya suatu
dalam kekuasaanya bukan karena kegiatan penggelapan bisa dimulai dengan
kejahatan, diancam karena adanya hubungan keperdataan seseorang,
penggelapan” sehingga terdapat kemungkinan bahwa
Pembahasan mengenai unsur apabila seseorang tidak memenuhi unsur-
pasal 372 tentang Penggelapan unsur seperti secara melawan hukum,
sangatlah penting, hal ini dikarenakan maka Tindakan tersebut dapat
bahwa pada dasarnya penggelapan diklasifikasikan sebagai wanprestasi.
tidaklah dimulai dari adanya suatu Kedua Tindak Kejahatan tersebut
tindakan permulaan yakni kejahatan, sangatlah berhubungan erat dengan adanya
akan tetapi pada prinsipnya didalam hubungan keperdataan dimana terdapat
tindakan tersebut mengandung unsur suatu tindakan yang didasarkan atas
melawan hukum yang diakibatkan dari kepercayaan untuk melakukan sesuatu,
kesengajaan seseorang. Secara garis memberikan/menguasai suatu barang.
besar secara rinci unsur dari tindak Oleh karena itu apabila terjadi
pidana penggelapan adalah (Anhar, pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 378
2014)): dan 372 KUHP dapat dipastikan akan
1. Perbuatan memiliki timbul hilangnya hak seseorang dan
2. Sesuatu benda adanya kerugain yang dialami oleh korban
3. Yang sebagian atau seluruhnya tersebut.
milik orang lain Setelah membahas mengenai unsur
4. Yang berada dalam penguasaanya pasal, maka marilah kita beralih untuk
bukan karena kejahatan membahas pelaksanaan Mediasi Penal
5. Secara sengaja dan/atau guna memulihkan hak korban dalam
6. Secara melawan hukum Tindak Pidana Penipuan dan Penggelapan,
Inti dari penggelapan adalah Berdasarkan Wawancara yang dilakukan
adanya suatu kehendak penyalahgunaan pad tanggal 22 Desember 20201 dengan
wewenang ataupun kepercayaan dan Plt. Kepala Bidang Penangan Perkara
LBH Solo Raya Justice, Muhammad Daffa Publik dan Paralegal akan menentukan
Rizkitama, menjelaskan bahwa pada strategi terbaik untuk menyelesaikan
dasarnya terhadap perkara penipuan dan masalah dan memulihkan hak korban.
penggelapan dapat dilakukan dalam dua Apabila permasalahn tersebut setelah di
cara yakni: analisis dapat diselesaikan tanpa harus
1. Mediasi Non Penal yang melibatkan pihak kepolisian, maka
dilakukan sebelum tindak Advokat publik akan melayangkan Surat
pidana tersebut dilaporkan Undangan Mediasi kepada para pihak,
kepada kepolisian yang selanjutnya akan diadakan mediasi.
2. Mediasi Penal yang dilakukan Mediasi tersebut dilaksanakan oleh
setelah Tindak Pidana Tersebut seorang Mediator dan hasil keputusan
dilaporkan dan di proses oleh mediasi akan diperjanjikan. Dihadapan
pihak Kepolisian Notaris.
Proses tersebut diawali dengan Pembentukan Perjanjian dihadapan
adanya pengaduan oleh masyarakat yang notaris merupakan suatu solusi untuk
menjadi korban penipuan dan penggelapan menjamin kepastian hukum terhadap
kepada lembaga bantuan hukum, setelah keputusan yang dibuat oleh para pihak.
mendengarkan permasalahn dari Dengan adanya Akta Notaril diharapkan
masyarakat, maka apabila permasalahan para pihak dapat memiliki kedudukan
tersebut memenuhi unsur-unsur tindak hukum yang sama dan menjamina danya
pidana penipuan dan penggelapan, pemenuhan hak dan kewajiban, hal ini
Masyarakat yang menjadi korban akan mengingat seorang mediator tidak dapat
diarahkan untuk melimpahkan kuasa membuat suatu keputusan mengikat oleh
permasalahn tersebut kepada lembaga apara pihak, maka dari itu peranan notaris
bantuan hukum, Setelah Pembuatan kuasa, sangatlah krusial untuk menentukan
maka Kasus tersebut akan ditangani kepastian hukum dalam penyelesaian
langsung oleh Bidang Penangan Perkara. sautu sengketa,
Bidang Penangan Perkara nantinya akan Apabila suatu Kasus setelah
emnunjuk Advokat Publik dan Paralegal dianalisis terdapat kemungkinan tidak ada
dan mengadakan gelar perkara kasus. itikad baik dari pelaku untuk
Dalam gelar perkara kasus, Advokat menyelesaiakn permasalahn dengan
mediasi, maka LBH akan membuat Penipuan dan Penggelapan yang sarat
laporan perkara penipuan dan penggelapan dengan Hubungan Kepedataan seseorang,
tersebut, setelah diadakan nya pelaporan untuk itu, Untuk memberikan pemulihan
maka Kepolisian akan membuat Berita terhadap hak korban, Mediasi Penal
Acara Pemeriksaan baik kepada Pelapor merupakan suatu Solusi Konkrit. Dengan
dan Terlapor, setelah terdapat diadakanya mediasi Penal baik oleh
kemungkinan perdamaain, yang dalam hal Kepolisian maupun oleh Lembaga
ini dianalisis oleh pihak kepolisian atas Pengeak Hukum Lianya, diharapkan akan
dasar Peraturan Kepala Kepolisian tercipta suatu restorative justice sehingga
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 para pihak dapat mendapatkan keadilan
Tentang Penyidkan Tindak Pidana. Maka yang pasti dan berkekuatan hukum tetap
kepolisian akan memfasilitasi jalan damai 4. Daftar Pustaka / Bibliography
tersebut. Kepolisian tidak terlibat langsung Rusli, Muhammad. 2007 “Hukum Acara
sebagai mediator, akan tetapi para pihak Pidana Kotemporer”
Moore, Christopher W., 2014, “The Mediation
nantinya lah yang akan menentukan
Process, Fourth Edition, Practical
mediator dalam menyelesaikan Strategies For Resolving Conflict”
permasalahanya, Jossey-Bass A wiley Brand, San
Fransisco ISBN 978-1-118-41974
Terhadap hal tersebut, apabila
Lynch, Jennifer F. 2007 “Beyond ADR: A
terjadi perdamaain antar pihak yang Systems Approach to Conflict
bersengketa, maka para pihak tersebut Management” Negotiation Journal, Vol.
17, Isuue 3 Doi: 10.111.1571-9979.2001
akan melampirkan surat perdamaian
Lasmadi, Sahuri, 2011 “Mediasi Penal Dalam
kepada kepolisian yang anntinya menjadi Sistem Peradilan Pidana Indonesia”
dasar pencabutan laporan. Namun tidak Inovatif: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 4 No.
sedikit perkara yang telah melalui upaya 5
Moeljatno, (1986) “Fungsi dan Tujuan Hukum
damia tetapi tetap berlanjut ke tingkat Pidana” Bina Aksara, Jakarta
yang lebih tinggi, dalam hal ini, upaya Suryani, Nilma, 2014 “Tipisnya Perbedaan
damia melalui mediasi penal sangat kecil Penipuan dan Penggelapan, Tinjauan atas
Putusan MA Nomor 171 K/PID.2012”
kemungkinanya.
Jurnal Dictum Edisi 7
3. Kesimpulan Anhar, 2014 “Tinjauan Turidis Terhadap
Mediasi Penal memberikan suatu jawaban Tindak Pidana Penggelapan dengan
Pemberatan yang dilakukan secara
baru terhadap permasalahn Tindak Pidana
berlanjut” Jurnal Ilmu Hukum Legal
Opinion Edisi I, Volume 2,
Hamzah, Andi ,2009, “Delik-Delik Tertentu
(Speciale Delicten) di dalam KUHP.
Sinar Grafika, Jakarta

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai