Anda di halaman 1dari 10

Lex Crimen Vol. X/No.

6/Mei/2021

KAJIAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN Indonesia dan Konfederasi Swiss harus segera
MUTUAL LEGAL ASSISTANCE RI-KONFEDERASI dilakukan mengingat Indonesia telah
SWISS DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI menandatangani perjanjian Pada tanggal 4
TINJAU DARI UU NO. 1 TAHUN 2006 TENTANG Februari 2019. Perjanjian tersebut memberikan
PERJANJIAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH syarat bagi Indonesia maupun Konfederasi
PIDANA1 Swiss sebagai negara pihak untuk mengesahkan
Oleh: Tamar T. K. Andries2 perjanjian dimaksud berdasarkan hukum
M. G. Nainggolan3 nasional negara masing-masing. Indonesia
Natalia L. Lengkong4 melakukan pengesahan dengan Undang-
Undang disebabkan materi muatan perjanjian
ABSTRAK tersebut berkenaan dengan masalah politik,
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk keamanan, dan kedaulatan negara serta
mengetahui bagaimana Kedudukan Mutual dilandasi dengan iktikad baik Republik
Legal Assistance (MLA) dalam pengembalian Indonesia untuk menerapkan Perjanjian
Aset Tindak Pidana Korupsi dan bagaimana Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana
perjanjian Mutual Legal Assistance (MLA) antara Republik Indonesia dan Konfederasi
Republik Indonesia-Konfederasi Swiss dalam Swiss.
memberantas Korupsi di mana dengan metode Kata kunci: korupsi;
penelitian hukum normatif disimpulkan: 1.
Perkembangan teknologi informasi dan PENDAHULUAN
transportasi global diringi dengan A. Latar Belakang
perkembangan tindak pidana yang tidak lagi Pada 4 Februari 2019 Menteri Hukum dan
mengenal batas yurisdiksi, sehingga Hak Asasi Manusia RI (Menkumham) Yasonna
penanggulangannya membutuhkan Laoly menandatangani Perjanjian tentang
penanganan bersama negara-negara dunia. Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah
Banyak pelaku kejahatan yang kemudian Pidana antara Republik Indonesia dan
melarikan diri atau menyimpan hasil Konfederasi Swiss dengan Menteri Kehakiman
kejahatannya di luar negara asalnya dengan Swiss, Karin Keller-Sutter.5 Presiden RI Joko
berbagai tujuan. Termasuk menghindari pajak Widodo menekankan pentingnya perjanjian ini
maupun menyelamatkan aset dari hasil sebagai platform kerja sama hukum, khususnya
kejahatan. Bantuan timbal balik dalam masalah dalam upaya pemerintah melakukan
pidana merupakan salah satu cara pemberantasan korupsi dan pengembalian aset
menghentikan tindakan curang pelaku tindak hasil tindak pidana korupsi (asset recovery).6
pidana yang hendak menyembunyikan aset Sementara itu, disinyalir banyak pelaku korupsi
maupun mengindari pajak atas hasil tindak yang menyimpan hasil korupsinya di bank yang
pidana yang dilakukan. 2. Bagi Indonesia, berada di Swiss.
Konfederasi Swiss adalah negara yang memiliki
potensi untuk dijadikan sebagai tempat B. Rumusan Masalah
bersembunyi maupun menyimpan aset hasil 1. Bagaimana Kedudukan Mutual Legal
kejahatan tersebut, sehingga kerja sama Assistance (MLA) dalam pengembalian
Indonesia dan Konfederasi Swiss tentang Aset Tindak Pidana Korupsi?
bantuan timbal balik dalam masalah pidana 2. Bagaimana perjanjian Mutual Legal
merupakan bentuk keseriusan pemerintah Assistance (MLA) Republik Indonesia-
Indonesia dan Konfederasi Swiss dalam upaya Konfederasi Swiss dalam memberantas
penanggulangan kejahatan transnasional. Korupsi?
Pengesahan Perjanjian Bantuan Timbal Balik
dalam Masalah Pidana antara Republik E. Metode Penilitian

1 Artikel skripsi
2 Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, 5 hukumonline, diakses pada 1 Maret 2021 Pukul 08:15
Manado, NIM. 17071101093 Wita
3
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 6 Setkab.go.id, diakses pada 1 Maret 2021 Pukul 08:20
4
Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum Wita

24
Lex Crimen Vol. X/No. 6/Mei/2021

Penelitian ini merupakan penelitian hukum memajukan integritas, pertanggungjawaban,


normatif. dan hubungan manajemen publik yang sesuai
dan kepemilikan umum (to promote integrity,
PEMBAHASAN accountability and proper management of
A. Kedudukan Mutual Legal Assistance (MLA) public affairs and public property). Ketiga
dalam pengembalian Aset Tindak Pidana tujuan UNCAC ini diperinci lebih lanjut ke dalam
Korupsi. 71 pasalnya.8
Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun Di antara ketiga tujuan UNCAC di atas,
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana tujuan yang berkaitan dengan kerja sama
Korupsi yang diubah dengan Undang-Undang internasional dan bantuan teknik dalam
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas mencegah dan melawan korupsi merupakan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tidak tujuan yang penting bagi Indonesia mengingat
ada pengaturan mengenai pengembalian aset beberapa kasus-kasus korupsi yang terjadi di
hasil korupsi. Dalam UU ini hanya dibahas Indonesia tidak dapat diselesaikan dengan
mengenai sanksi pidana tindak pidana korupsi tuntas, karena pelakunya melarikan diri ke luar
dan tindakan lain yang menyertainya.7 Namun, negeri berikut dengan uang hasil korupsinya.
mengenai penggantian aset negara yang telah Ironisnya, beberapa negara secara langsung
dicuri atau dikorupsi tidak dibahas sama sekali, maupun tidak, memberikan perlindungan
padahal hal ini merupakan langkah yang paling karena uang yang dibawa oleh koruptor
efektif untuk mengembalikan kerugian negara tersebut dapat menambah devisa dan
yang sempat hilang dan bisa menjadi hukuman diinvestasikan baik melalui penanaman modal
tambahan bagi pelaku korupsi agar tidak dapat asing langsung (direct investment) maupun
menikmati hasil perbuatan melawan hukumnya tidak langsung (indirect investment) di
tersebut. Dalam UNCAC, pengembalian aset negaranya
mulai diperhitungkan dan diatur. Dengan adanya kerja sama internasional
Ratifikasi UNCAC tidak semata-mata sebagaimana diatur dalam Pasal 43 s.d. 50
dimaksudkan untuk memperlihatkan tanggung UNCAC, diharapkan negara-negara tempat
jawab moral (moral responsibility) Indonesia di pelarian koruptor dapat bekerja sama dalam
mata internasional, tetapi lebih daripada itu, menangkap dan mengekstradisinya. Jadi negara
UNCAC dapat digunakan untuk membantu tempat pelarian koruptor mempunyai
menyelesaikan kasus-kasus korupsi yang terjadi kewajiban moral (moral obligation) untuk tidak
saat ini, karena UNCAC mengandung instrumen memberikan perlindungan dan kemudahan
hukum yang sangat memadai dalam melawan lainnya. Sebaliknya apabila negara tersebut
perbuatan korupsi. Hal ini dikarenakan UNCAC memberikan posisi yang menguntungkan bagi
punya tiga tujuan yang sangat ampuh untuk koruptor, UNCAC memang tidak mengatur
mencegah (preventif) dan melawan (combat) sanksi hukum yang dapat dikenakan kepada
korupsi. Pertama, untuk memajukan dan negara tersebut, tetapi berdasarkan prinsip-
mengambil langkah-langkah tegas dalam prinsip umum yang diakui dalam hukum
mencegah dan melawan korupsi secara efektif internasional (general principles of
dan efisien (to promote and strenghthen international law), negara yang bersangkutan
measures to prevent and combat corruption dapat dikenai sanksi moral (moral sanction).
more efficiently and effectively). Kedua, untuk Dalam pergaulan internasional, sanksi moral
memajukan, memfasilitasi, dan mendukung kadang-kadang lebih menyakitkan
kerja sama internasional dan bantuan teknik dibandingkan dengan sanksi hukum.9
dalam mencegah dan memerangi perbuatan Pasal 43 UNCAC mewajibkan negara-negara
korupsi, termasuk pengembalian aset (to peserta untuk bekerjasama dalam masalah-
promote, facilitate and support international
cooperation and technical assistance in the 8https://aclc.kpk.go.id/materi/pengetahuan-keterampilan-

prevention of and fight against corruption, antikorupsi/united-nations-convention-against-


corruption-uncac diakses pada 9 Maret 2021 Pukul 10:46
including in asset recovery). Ketiga, untuk
Wita
9 https://www.kpk.go.id/images/pdf/Buku-Komitmen-
7 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Global-Indonesia-pada-UNCAC-dan-G20-ACWG-2012-
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 2018.pdf diakses pada 9 Maret 2021 Pukul 12:22 Wita

25
Lex Crimen Vol. X/No. 6/Mei/2021

masalah pidana jika diperlukan dan konsisten mengakui klaim negara peserta lain
dengan sistem hukum masing-masing negara. sebagai pemilik sah dari kekayaan yang
Negara-negara peserta wajib diperoleh melalui perbuatan kejahatan
mempertimbangkan untuk saling membantu, yang ditetapkan sesuai dengan
11
dalam penyeledikan-penyelidikan dan proses konvensi.
peradilan masalah-masalah perdata dan Banyaknya kasus tindak pidana korupsi di
administratif yang berhubungan dengan Indonesia, di mana kemudian pelaku
korupsi. Dalam masalah kerjasama menyembunyikan hasil kejahatannya di negara
internasional dalam tindak pidana korupsi, tetangga. Hal in mengakibatkan, Indonesia
maka akan menyangkut pula diantaranya menghadapi kesulitan di dalam melakukan
ekstradisi, transfer narapidana, dan bantuan penelusuran dan pengembalian aset hasil
hukum timbal balik (mutual legal assistance). tindak pidana tersebut. Sebenarnya, salah satu
Ketiga hal ini memerlukan adanya perjanjian- jalan keluar untuk memecahkan masalah
perjanjian bilateral maupun multilateral oleh tersebut adalah membuat kerja sama Mutual
negara-negara agar ketentuan mengenai hal Legal Assistance in Criminal Matters (MLA) atau
tersebut diatas dapat dilaksanakan secara Bantuan Hukum Timbal Balik di bidang pidana
efektif. Prinsip mendasar yang dituangkan dengan berbagai negara sebelum meratifikasi
dalam UNCAC yaitu terdapat dalam Bab V dan menerapkannya. Mutual Legal
mengenai pengembalian aset (asset recovery). Assistance(MLA) merupakan permintaan
Mengenai pengembalian aset ini, negara- bantuan berkenaan dengan penyidikan,
negara peserta diwajibkan untuk memberikan penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
kerjasama dan bantuan yang seluas-luasnya.10 pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan
Pasal 53 UNCAC menyakan bahwa setiap perundang-undangan negara yang diminta.12
negara peserta wajib, sesuai dengan hukum Bantuan yang dimaksud tersebut dapat
nasionalnya: menidentifikais dan mencari orang, mendapatk
- mengambil tindakan-tindakan yang pernyataan lainnya, menunjukan dokumen atau
mungkin diperlukan untuk mengizinkan bentuk lainnya, mengupayakan kehadiran
negara peserta yang lain untuk orang untuk memberikan keterangan atau
memprakarsai gugatan perdata di membantu penyidikan, menyampaikan surat,
pengadilan-pengadilannya untuk melaksanakan permintaan penggeledahan dan
menegakkan hak atas atau kepemilikan penyitaan, perampasan hasil tindak pidana,
atas kekayaan yang diperoleh melalui memperoleh kembali sanksi denda, berupa
perbuatan kejahatan yang ditetapkan uang sehubungan dengan tindak pidana,
berdasarkan konvensi ini. melarang transaksi kekayaan, dan bantuan-
- Mengambil Tindakan bantuan lainnya yang sesuai undang-udang No
- tindakan yang mungkin diperlukan untuk 1 tahun 2006.13
mengizinkan pengadilan-pengadilannya Mutual Legal Assistance (MLA) ini sangat
memerintahkan orang-orang yang telah dianjurkan dalam berbagai pertemuan
melakukan kejahatan-kejahatan yang internasional dan Konvensi PBB, misalnya,
ditetapkan berdasarkan konvensi ini dalam United Nations Convention Against
untuk membayar kompensasi atau ganti Cooruption (UNCAC). Negara penandatangan
rugi kepada negara peserta yang lain dianjurkan untuk memiliki kerja sama
yang telah dirugikan oleh kejahatan- intemasional; antara lain, dalam bentuk MLA
kejahatan tersebut guna memberantas korupsi. Indonesia sudah
- Mengambil tindakan-tindakan yang mempunyai undang-undang yang merupakan
mungkin diperlukan untuk mengizinkan payung dari MLA, yaitu UU No 1 Tahun 2006
pengadilan-pengadilannya atau otoritas- yang berlaku sejak 3 Maret 2006. UU ini
otoritas yang berkompeten, ketika harus mengatur ruang lingkup MLA, prosedur Mutual
memutus mengenai penyitaan untuk
11 Pasal 53 UNCAC
10M. Cherif Bassiouni, 2003, Introduction To International 12 Lihat Pasal 3 ayat (1 dan 2) UU No 1 Tahun 2006.
Criminal Law, Transnational Publisher, Inc. Ardsley, New 13 undang-udang No 1 tahun 2006 Bantuan Hukum Timbal

York, hlm. 109. Balik

26
Lex Crimen Vol. X/No. 6/Mei/2021

Assistance Request (MAR) dan pembagian hasil jalur diplomatik, seperti Malaysia. Kurang
tindak pidana yang disita kepada negara yang Progresif kalau dilihat dari jumlah perjanjian
membantu. MLA yang dimiliki Indonesia , yaitu hanya tiga
Di samping itu, di dalam UU No 15 Tahun perjanjian, tampak kesan Indonesia kurang
2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, progresif. Di samping itu, Indonesia sering kali
sebagaimana telah diubah dengan UU No 25 lambat di dalam melakukan ratifikasi terhadap
Tahun 2003 (UUTPPU), diatur juga masalah perjanjian MLA yang sudah ditandatangani. Dari
MLA pada Pasal 44 dan 44 A. MLA pada intinya ketiga perjanjian tersebut, ada satu perjanjian
dapat dibuat secara bilateral atau multilateral. MLA yang walaupun sudah ditandatangani
MLA bilateral ini dapat didasarkan pada beberapa tahun yang lalu, tetapi sampai hari ini
perjanjian MLA atau atas dasar hubungan baik belum diratifikasi, yaitu perjanjian MLA dengan
timbal balik (resiprositas) dua negara. Sejauh Korea . Perjanjian MLA dengan Republik Rakyat
ini, Indonesia sudah memiliki beberapa China yang ditandatangani tahun 2000 baru
perjanjian kerja sama MLA Bilateral dengan saja diratifikasi DPR pada 2006. Sedangkan
Australia, China, Korea, dan AS. Sementara itu, perjanjian MLA Multilateral dengan hampir
MLA Multilateral terangkum pada MLA regional seluruh negara anggota ASEAN sudah
Asia Tenggara yang sudah ditandatangani ditandatangani November 2004, tetapi sampai
hampir semua negara anggota ASEAN, hari ini belum diratifikasi. Sementara itu,
termasuk Indonesia. Objek MLA, antara lain, Singapura dan Malaysia sudah mencatatkan
pengambilan dan pemberian barang bukti. Ini dokumen ratifikasinya masing-masing sejak
termasuk pernyataan, dokumen, catatan, April dan Juni 2005. Bandingkan dengan
identifikasi lokasi keberadaan seseorang, Amerika Serikat yang memiliki perjanjian MLA
pelaksanaan permintaan untuk pencarian dengan sekitar 50 negara, seperti dengan
barang bukti dan penyitaan, pencarian, Filipina dan Thailand 15.
pembekuan, dan penyitaan aset hasil Sementara itu Republik Rakyat China
kejahatan, mengusahakan persetujuan orang memiliki 39 perjanjian MLA dengan negara lain.
yang bersedia memberikan kesaksian atau Baru-baru ini, Indonesia sudah sepakat dengan
membantu penyidikan di negara peminta Hong Kong tentang substansi yang akan
bantuan MLA.14 ditandatangani dalam perjanjian MLA. Mutlak
Dalam pelaksanaan MLA, Menteri Hukum Perlu Sebagaimana diketahui,globalisasi
dan Hak Asasi Manusia sebagai otoritas sentral berjalan begitu cepat dan perkembangan
(central authority) dapat meminta pejabat yang teknologi dan pelayanan nasabah bank semakin
berwenang untuk melakukan tindakan meningkat dengan modus operandi lebih rumit
kepolisian. Hal ini berupa penggeledahan, dan canggih. Di samping itu, mengingat tindak
pemblokiran, penyitaan, pemeriksaan surat dan pidana tertentu memiliki karakteristik lintas
pengambilan keterangan. Sebaliknya, Menteri batas negara {transnational organized crime),
Hukum dan HAM dapat menolak permintaan seperti korupsi dan TPPU, kerja sama dengan
kerja sama MLA dari negara lain dalam hal negara lain mutlak diperlukan untuk
tindakan yang diajukan itu dapat mengganggu memperoleh alat bukti dan aset yang
kepentingan nasional atau berkaitan dengan merupakan hasil tindak pidana. Indonesia harus
kasus politik atau penuntutan yang berkaitan lebih progresif lagi mengupayakan peningkatan
dengan suku, agama, ras, kebangsaan, atau kerja sama MLA dengan negara lain. Kita jangan
sikap politik seseorang. selalu terlambat seperti yang selama ini terjadi.
Komunikasi dalam kerja sama MLA dapat Indonesia harus mengambil inisiatif untuk
dilakukan, baik melalui jalur diplomatik maupun mengadakan kerja sama MLA dengan negara
melalui jalur Central Authority. Ada juga negara lain. Jangan sampai Indonesia memiliki UU MLA
yang melakukan kerja sama MLA hanya melalui atau Perjanjian MLA justru karena dipengaruhi
atau ditekan negara lain atau lembaga
14 Penjelasan Kepala PPATK Yunus Husein dalam acara
seminar Pemberantasan Korupsi dan Money Laundering,
Tantangan, Prospek dan Dampak Terhadap Perekonomian 15 Dimitri, Vlasis. 2003. The United Nations Convention
di gedung Magister Sains Ilmu Ekonomi, Universitas Against Corruption, Overview of Its Contents and Future
Gadjah Mada (UGM) Bulaksumur, 31 Januari, 2009. Action. Resource Material Series No. 66. p. 118.

27
Lex Crimen Vol. X/No. 6/Mei/2021

internasional. Sharing Profit Asset merupakan terorganisasi, seperti kejahatan narkotika dan
salah satu aspek dari MLA.16 psikotropika, kejahatan pencucian uang (money
Aset yang disita sebagian dibagikan kepada laundering), dan sebagainya. Hal ini
negara yang membantu penyelesaian kasus menunjukkan bahwa tidak setiap kejahatan
tersebut, baik untuk biaya operasional atau memerlukan penanganan melalui Mutual Legal
lainnya. Ini suatu masalah baru. Indonesia Assistance, hanya kejahatan yang berdimensi
memiliki ketentuan untuk mengenai hal ini internasional serta kejahatan yang memenuhi
dalam Pasal 57 UU No. 1 Tahun 2006, namun asas kejahatan ganda (double criminality) saja
beberapa Negara, seperti Thailand, Tidak. Di yang memerlukan penanganan melalui Mutual
Amerika Serikat, masalah ini sudah berjalan Legal Assistance. Sedangkan yang dimaksud
sejak lama (1989). dengan asas kejahatan ganda (double
Sebagai contoh, pada tahun itu ada dana criminality) adalah kejahatan yang dijadikan
sebesar USD 188 juta dan dibagikan kepada sebagai dasar untuk meminta penyerahan
negara lain yang membantu Amerika dalam (ekstradisi) adalah merupakan kejahatan atau
MLA. Besarnya bagian ini tergantung dari peristiwa pidana menurut sistem hukum kedua
peranan negara tersebut. Kalau negara yang pihak (negara yang meminta dan negara yang
membantu mempunyai peranan yang esensial diminta).18
maka dapal memperoleh 50-80% dari aset yang Mutual Legal Assistance (MLA) pada
dirampas. Misalnya, negara tersebut dasarnya merupakan suatu bentuk perjanjian
mengembalikan aset yang disita dan membela timbal balik dalam masalah pidana.
di pengadilan. Kalau bantuan bersifat Pembentukan Mutual Legal Assistance
substansial seperti melaksanakan permintaan dilatarbelakangi adanya kondisi faktual bahwa
Amerika, dan membekukan aset, maka negara sebagai akibat adanya perbedaan sistem hukum
tersebut dapat bagian sebesar 40-50%. pidana di antara beberapa negara
Sementara jika peranan negara asing tersebut mengakibatkan timbulnya kelambanan dalam
hanya (facilitating assistance) misalnya pemeriksaan kejahatan. Seringkali masing-
memberikan informasi, menyediakan dokumen masing negara menginginkan penggunaan
bank, akan memperoleh bagian sampai 40%. sistem hukumnya sendiri secara mutlak dalam
Indonesia perlu mengundangkan dan membuat penanganan kejahatan, hal yang sama terjadi
peraturan pelaksanaan soal ketentuan Pasal 57 pula pada negara lain, sehingga penanganan
mengenai masalah sharing profit asset ini.17 kejahatan menjadi lamban dan berbelit-belit.19
- Ini menjadi membuka peluang Mutual Legal Assistance (MLA) pada
keberhasilan mengejar barang bukti dan dasarnya merupakan suatu bentuk perjanjian
hasil tindak pidana yang berada di luar timbal balik dalam masalah pidana.
negeri menjadi semakin besar. Nilai Pembentukan Mutual Legal Assistance
besaran jatah negara yang membantu ini dilatarbelakangi adanya kondisi faktual bahwa
dapat dirundingkan oleh Menteri Hukum sebagai akibat adanya perbedaan sistem hukum
dan HAM, yang sudah barang tentu pidana di antara beberapa negara
dengan mempertimbangkan peranan mengakibatkan timbulnya kelambanan dalam
negara tersebut pemeriksaan kejahatan. Seringkali masing-
masing negara menginginkan penggunaan
B. Perjanjian Mutual Legal Assistance (MLA) sistem hukumnya sendiri secara mutlak dalam
RI-Konfederasi Swiss dalam memberantas penanganan kejahatan, hal yang sama terjadi
Korupsi. pula pada negara lain, sehingga penanganan
Mutual Legal Assistance merupakan salah kejahatan menjadi lamban dan berbelit-belit.
satu bentuk perjanjian yang dibentuk di antara
negara-negara dalam upaya mengatasi
maraknya kejahatan transnasional
18Ibid.
19 Elisatris Gultom, Mutual Legal Assistance dalam
16 .I Wayan Parthiana, Perjanjian Internasional bagian Kejahatan Transnasional Terorganisasi,
1,cet.I, Mandar Maju, Bandung, 2002,hlm.11 https://elisatris.wordpress.com/mutual-legal-assistance-
17 .J.G. Starke, Pengantar hukum internasional edisi dalam-kejahatan-transnasional-terorganisasi,diakses pada
kesepuluh, cet.V,Sinar Grafika, Jakarta, 2004,hlm.470 9 Maret 2021 Pukul 18:02 Wita.

28
Lex Crimen Vol. X/No. 6/Mei/2021

Kendala yuridis (dalam penanganan yang memerlukan penanganan melalui Mutual


kejahatan transnasional terorganisasi- penulis) Legal Assistance.22
lebih disebabkan oleh adanya perbedaan Dengan asas kejahatan ganda (double
sistem hukum pidana di antara negara anggota criminality) adalah kejahatan yang dijadikan
ASEAN. Ada negara yang menganut Sistem sebagai dasar untuk meminta penyerahan
Continental dan ada pula yang menganut (ekstradisi) adalah merupakan kejahatan atau
sistem Anglo Saxon. Perbedaan besar terutama peristiwa pidana menurut sistem hukum kedua
terdapat dalam sistem peradilan pidana yaitu pihak (negara yang meminta dan negara yang
ada yang menganut Due Process Model/DPM diminta).23
(lebih menitik beratkan pada perlindungan Untuk memperjelas mengenai asas double
HAM bagi tersangka, sehingga menimbulkan criminality, Kitab Undang-undang Hukum
birokrasi yang cukup panjang dalam peradilan Pidana telah mengaturnya dalam Pasal 5 ayat
pidana) dan ada yang memilih Crime Control (1) sub 2 yang menyatakan: Ketentuan pidana
Model/CCM (menekankan efisiensi dan dalam perundang-undangan Indonesia
efektivitas peradilan pidana dengan diterapkan bagi warga negara yang di luar
berlandaskan asas praduga tak bersalah)20 Indonesia melakukan salah satu perbuatan yang
Di samping itu, kendala diplomatik juga oleh suatu ketentuan pidana dalam perundang-
menjadi faktor yang sangat signifikan bagi undangan Indonesia dipandang sebagai
terhambatnya penanganan kejahatan, karena kejahatan, sedangkan menurut perundang-
kondisi ini menyangkut kedaulatan suatu undangan negara di mana perbuatan dilakukan
negara yang harus senantiasa dihormati. diancam pidana.24
Mutual Legal Assistance muncul sebagai Pentingnya diterapkan Mutual Legal
salah satu upaya dalam mengatasi dan Assistance dalam penanganan kejahatan yang
memberantas berbagai kejahatan yang sifatnya sifatnya double criminality tidak terlepas dari
lintas batas (transnasional)21. Hal ini sangat kenyataan bahwa pengaruh dari kejahatan ini
wajar terjadi, mengingat terhadap kejahatan dirasakan oleh lebih dari satu negara. Oleh
yang dimensinya nasional, dalam pengertian karena itu, penanganan kejahatan
dampak dari kejahatan tersebut sifatnya transnasional terorganisasi yang sifatnya
nasional, dan pelaku kejahatan hanya warga sepihak (hanya oleh satu negara) hanya akan
negara setempat, cukup ditangani secara menimbulkan masalah lain yaitu dilanggarnya
nasional tanpa perlu melibatkan negara lain. kedaulatan suatu negara.
Mutual Legal Assistance merupakan salah Transnational Organized Crime Convention
satu bentuk perjanjian yang dibentuk di antara merupakan dasar hukum bagi lembaga Mutual
negara-negara dalam upaya mengatasi Legal Assistance, bahkan dalam ayat 3
maraknya kejahatan transnasional diuraikan secara terinci lingkup Mutual Legal
terorganisasi, seperti kejahatan narkotika dan Assistance. Transnational Organanized Crime
psikotropika, kejahatan pencucian uang (money menyatakan:25
laundering), dan sebagainya. Hal ini Mutual legal assistance to be afforded in
menunjukkan bahwa tidak setiap kejahatan accordance with this article may be requested
memerlukan penanganan melalui Mutual Legal for any of the following purposes:
Assistance, hanya kejahatan yang berdimensi (a) Taking evidence or statements from
internasional serta kejahatan yang memenuhi persons;
asas kejahatan ganda (double criminality) saja
22 https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/RJ1-
20160108-112705-3009.pdf diakses pada 10 Maret 2021
Pukul 09:34 Wita.
23 I Wayan Parthiana, Ekstradisi dalam Hukum
20 M.A. Erwin, MAP, Kejahatan Transnasional Internasional dan Hukum Nasional Indonesia, Mandar
(transnational crime), Markas Besar Kepolisian Negara Maju, Bandung, 1990, hlm. 29
Republik Indonesia, Badan Reserse Kriminal 24
21 Kejahatan transnasional yaitu kejahatan yang https://bphn.go.id/data/documents/pphn_bid_polhuk&p
memenuhi unsur-unsur, Untuk lengkapnya baca Romli emidanaan.pdf diakses pada 10 Maret 2021 Pukul 13:12
Atmasasmita dalam Tindak Pidana Narkotika Wita
Transnasional dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia, 25 http://bphn.go.id/data/documents/kpd_-_2012_3.pdf
Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997 diakses pada 10 Maret 2021 Pukul 15:19 Wita

29
Lex Crimen Vol. X/No. 6/Mei/2021

(b) Effecting service of judicial documents; undang No. 15 tahun 2002 tentang Tindak
(c) Executing searches and seizures, and Pidana Pencucian Uang yang menyebutkan:29
freezing; Dalam rangka penyelidikan, penyidikan,
(d) Examining objects and sites; penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
(e) Providing information, evidentiary items pengadilan terhadap orang atau korporasi yang
and expert evacuations; diketahui atau patut diduga telah melakukan
(f) Providing originals or certified copies of tindak pidana pencucian uang, dapat dilakukan
relevant documents and record, kerja sama regional dan internasional melalui
including government, bank, financial, forum bilateral atau multilateral sesuai dengan
corporate or business records; ketentuan perundang-undangan .30
(g) Identifying or tracing proceeds of crime, Mutual Legal Assistance merupakan
property, instrumentalities or other lembaga yang relatif efektif untuk diterapkan
things for evidentiary purposes; dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
(h) Facilitating the voluntary appearance of kejahatan transnasional terorganisasi,
persons in the requesting State Party; dibandingkan dengan lembaga ekstradisi.
(i) Any other type of assistance that is not Kelemahan penggunaan lembaga ekstradisi
contrary to the domestic law of the dikemukakan oleh Watanabe, sebagaimana
requested State Party.26 dikutip oleh Romli Atmasasmita, antara lain: (1)
Sebagai perbandingan, Pasal 7 Konvensi perbedaan hukum nasional baik hukum
Wina Tahun 1988 merinci lingkup perjanjian substantif maupun hukum ajektif (acara), (2)
timbal balik dalam masalah pidana yaitu:27 mekanisme pelaksanaannya, dan (3) struktur
(a) memperoleh bukti-bukti atau keterangan organisasi pemerintahan dari negara yang
dari tersangka; terlibat dalam perjanjian tersebut31
(b) meningkatkan pelayanan atas dokumen Di samping itu, perlu diperhatikan bahwa
pengadilan; tidak setiap negara memiliki perjanjian
(c) melaksanakan penyelidikan dan ekstradisi dalam pemberantasan kejahatan-
penangkapan; kejahatan tertentu. Ketiadaan perjanjian
(d) memeriksa obyek dan lokasi; ekstradisi ini tentunya akan menyulitkan suatu
(e) menyediakan keterangan dan barang negara dalam mengadili pelaku kejahatan yang
bukti; tinggal di negara lain.
(f) menyediakan dokumen-dokumen, Kemungkinan tidak dibentuknya perjanjian
catatan-catatan asli atau salinannya ekstradisi di antara negara-negara dapat pula
termasuk catatan bank, keuangan, dilihat dalam Pasal 16 ayat (4) Transnational
perusahaan, atau perdagangan; Organized Crime Conventions. Sekalipun
(g) mengidentifikasi atau melacak hasil-hasil demikian konvensi memberikan jalan keluar
kejahatan, kekayaan atau alat-alat atau yaitu jika perjanjian ekstradisi tidak dibentuk,
barang-barang lain untuk tujuan maka Transnasional Organized Crime
pembuktian.28 Conventions dapat dianggap sebagai dasar
Dalam perundang-undangan nasional, pengekstradisian sepanjang menyangkut
kebutuhan akan perlunya dibentuk Mutual kejahatan yang diatur dalam konvensi.32
Legal Assistance dalam upaya pemberantasan Mutual Legal Assistance memiliki
kejahatan transnasional terorganisasi, salah cakupan/ruang lingkup yang sangat luas
satunya diwujudkan dalam Pasal 44 Undang- (sebagaimana diatur dalam article 18
Transnational Organized Crime) mulai dari
proses pencarian bukti-bukti atau keterangan-
keterangan berkaitan dengan kejahatan yang

26https://www.unodc.org/documents/middleeastandnort 29 Pasal 44 Undang-undang No. 15 tahun 2002 tentang


hafrica/organisedcrime/UNITED_NATIONS_CONVENTION_ Tindak Pidana Pencucian Uang
AGAINST_TRANSNATIONAL_ORGANIZED_CRIME_AND_TH 30 Pasal 44 Undang-undang No. 15 tahun 2002 tentang

E_PROTOCOLS_THERETO.pdf diakses pada 11 Maret 2021 Tindak Pidana Pencucian Uang


Pukul 08:05 Wita 31 Romli Atmasasmita, op cit, hlm. 71
27 Pasal 7 Konvensi Wina Tahun 1988 32 Pasal 16 ayat (4) Transnational Organized Crime
28 Pasal 7 Konvensi Wina Tahun 1988 Conventions

30
Lex Crimen Vol. X/No. 6/Mei/2021

sedang diperiksa hingga pelaksanaan putusan, merupakan bentuk keseriusan


sehingga hal ini akan memudahkan dalam pemerintah Indonesia dan Konfederasi
pengungkapan berbagai bentuk kejahatan. Swiss dalam upaya penanggulangan
Hal-hal yang telah dikemukakan di atas, kejahatan transnasional. Pengesahan
nampak jelas bahwa Mutual Legal Assistance Perjanjian Bantuan Timbal Balik dalam
memegang peranan yang sangat penting dalam Masalah Pidana antara Republik
upaya pencegahan dan pemberantasan Indonesia dan Konfederasi Swiss harus
kejahatan transnasional terorganisasi, segera dilakukan mengingat Indonesia
khususnya berkaitan dengan kejahatan yang telah menandatangani perjanjian Pada
memenuhi asas double criminality sebagaimana tanggal 4 Februari 2019. Perjanjian
diatur dalam Pasal 5 ayat (1) sub 2 Kitab tersebut memberikan syarat bagi
Undang-undang Hukum Pidana.33 Indonesia maupun Konfederasi Swiss
Sekalipun peranan Mutual Legal Assistance sebagai negara pihak untuk
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan mengesahkan perjanjian dimaksud
kejahatan transnasional terorganisasi cukup berdasarkan hukum nasional negara
penting, tetapi pemerintah Indonesia belum masing-masing. Indonesia melakukan
banyak menjalin kerjasama Mutual Legal pengesahan dengan Undang-Undang
Assistance dengan negara lain, padahal disebabkan materi muatan perjanjian
kejahatan transnasional terorganisasi semakin tersebut berkenaan dengan masalah
lama semakin meningkat, baik dari segi kualitas politik, keamanan, dan kedaulatan
maupun kuantitas. negara serta dilandasi dengan iktikad
baik Republik Indonesia untuk
PENUTUP menerapkan Perjanjian Bantuan Timbal
A. Kesimpulan Balik dalam Masalah Pidana antara
1. Perkembangan teknologi informasi dan Republik Indonesia dan Konfederasi
transportasi global diringi dengan Swiss.
perkembangan tindak pidana yang tidak
lagi mengenal batas yurisdiksi, sehingga B. Saran
penanggulangannya membutuhkan 1. Peralihan Kedudukan Central Authority
penanganan bersama negara-negara dari Menteri Hukum dan HAM ke Jaksa
dunia. Banyak pelaku kejahatan yang Agung Republik Indonesia. Hal ini hanya
kemudian melarikan diri atau dapat dilakukan dengan merubah
menyimpan hasil kejahatannya di luar ketentuan Undang-Undang Nomor 1
negara asalnya dengan berbagai tujuan. Tahun 2006 tentang Bantuan Timbal
Termasuk menghindari pajak maupun Balik Dalam Masalah Pidana karena
menyelamatkan aset dari hasil kejahatan. secara tegas pemberian kedudukan
Bantuan timbal balik dalam masalah Central Authority ditegaskan dalam
pidana merupakan salah satu cara Penjelasan Undang-Undang tersebut.
menghentikan tindakan curang pelaku Selama perubahan Undang-Undang
tindak pidana yang hendak tersebut belum terlaksana, maka
menyembunyikan aset maupun kedudukan Central Authority pada
mengindari pajak atas hasil tindak pidana Menteri Hukum dan HAM perlu
yang dilakukan. dimaksimalkan dengan cara memperbaiki
2. Bagi Indonesia, Konfederasi Swiss adalah kualitas Sumber Daya Manusia dan
negara yang memiliki potensi untuk memperluas jaringan. Hal tersebut dapat
dijadikan sebagai tempat bersembunyi dilakukan dengan cara mengikut sertakan
maupun menyimpan aset hasil kejahatan SDM central authority dalam berbagai
tersebut, sehingga kerja sama Indonesia pelatihan dan seminar tentang Bantuan
dan Konfederasi Swiss tentang bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana serta
timbal balik dalam masalah pidana dengan mengikutsertakan juga dalam
berbagai forum internasional sehingga
33 Pasal 5 ayat (1) sub 2 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana.

31
Lex Crimen Vol. X/No. 6/Mei/2021

perbaikan kualitas SDM dan jaringan Pamela H. Bucy, White Collar Crime: Case and
menjadi lebih baik. Materials, St.Paul Minn: West Publishing
2. Tujuan dari MLA salah satunya adalah Co, hal 128, 1992.
mengembalikan asset Negara. Akan Black Campbell Henry, Dictionary Black Law,
tetapi dalam mengembalikan asset St.Paul Minn: West Publishing Co, hal 611,
Negara, MLA bukanlah satu-satunya cara 1999.
untuk mencapai tujuan tersebut. Upaya Sutedi Adrian, Uang Pencucian Pencegahan
melalui gugatan perdata civil forfeiture, Sebagai Nasabah Mengenal Modal Pasar,
atau mekanisme agency to agency, juga Alfabeta, Bandung, hlm. 9, 2013.
dapat dimaksimalkan untuk mencapai Wiyono R., Pembahasan Undang-Undang
tujuan tersebut. Mendorong Pemerintah Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
agar segera mengadakan Perjanjian Pidana Pencucian Uang, Sinar Grafika,
Bantuan Hukum Timbal Balik (Mutual Jakarta, hlm. 17,2014.
Legal Assistance/MLA) dengan negara- Kejahatan transnasional yaitu kejahatan yang
negara lain dimana tempat aset hasil memenuhi unsur-unsur. Romli
korupsi diduga disimpan. Atmasasmita dalam Tindak Pidana
Narkotika Transnasional dalam Sistem
DAFTAR PUSTAKA Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya
Aust Anthony, Law International of Handbook, Bhakti, Bandung, 1997.
Penerbit Cambridge University Press, New Siswanto Dadang, “Tindak Pidana Pencucian
York, hlm. 50 Uang sebagai Bentuk Kejahatan
Parthiana Wayan I , Internasional Perjanjian Transnasional Terorganisir”, Jurnal Hukum
Hukum Bagian I, Penerbit Mandar Maju, RepublicaVol.4 No.1, hlm. 27, tahun 2004
Bandung, Halawa Nobuala, Analisis dan Evaluasi Undang-
Pratomo Eddy, Internasional Perjanjian Hukum Undang No. 1 Tahun 2006 Tentang
(Pengertian, Status Hukum, dan Ratifikasi), Hubungan Timbal Balik dalam Masalah
Penerbit PT. Alumni Bandung , Bandung, Pidana. Dimuat dalam makalah paper
hlm. 46, 2011 Program Pascasarjana Universitas
Basrief Arief, Pidana Tindak Pemulihan Aset Padjadjaran Bandung, hlm.6, 2007
Workshop Korupsi Pidana Tindak Bhakti Yudha, Hukum Internasional Bunga
Pemberantasan, dalam Pemulihan Rampai, Alumni, Bandung, hlm 70, 2003.
Kejahatan Hasil Aset, Mahupiki, Jakarta, Atmasamita Romli,Hukum Pidana yang
28-29 Agustus, hlm 1.3Ibid, hlm 2, 2014 mengatur batas-batas berlakunya hukum
Yudhi Pratikno. Analisis dan Evaluasi pidana di luarbatas teritorial suatu negara,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 Ahli Hukum Pidana InternasionalProgram
Tentang Hubungan Timbal Balik dalam Pascasarjana UNPAD, 2007.
Masalah Pidana. Program Pascasarjana Makalah disampaikan pada Seminar
Universitas Padjajaran Bandung, hlm.1, Tentang Bantuan Timbal Balik dalam
dalam Laporan Hasil Kajian “Urgensi Masalah Pidana yang diselenggarakan oleh
Pengesahan Perjanjian Bantuan Hukum BPHN pada tanggal 29-30 Agustus, di
Timbal Balik dalam Perkara Pidana (Mutual Bandung 2006.
Legal Assistance in Criminal Matters) Bassiouni Cherif M., Introduction To
Antara Indonesia -Swiss” hlm. 1. International Criminal Law, Transnational
Suhariyono AR,Rancangan Undang- Publisher, Inc. Ardsley, New York, hlm. 109.
undangtentang Perampasan Aset Tindak Penjelasan Kepala PPATK Yunus Husein dalam
Pidana,Workshop Pemulihan Aset Tindak acara seminar Pemberantasan Korupsi dan
Pidana, Mahupiki, Jakarta,28-29 Agustus, Money Laundering, Tantangan, Prospek
hlm 3, 2014 dan Dampak Terhadap Perekonomian di
Sarah N Welling, Smurfs, Money gedung Magister Sains Ilmu Ekonomi,
Laundering and The United States Criminal Universitas Gadjah Mada (UGM)
Federal Law, Jurnal Hukum Bisnis Vol 22 Bulaksumur, 31 Januari, 2009.
no.3, hal 5, 2003.

32
Lex Crimen Vol. X/No. 6/Mei/2021

Dimitri, Vlasis, The United Nations Convention


Against Corruption, Overview of Its
Contents and Future Action. Resource
Material Series No. 66. p. 118, 2003.
Parthiana Wayan I, Perjanjian Internasional
bagian 1,cet.I, Mandar Maju, Bandung,
hlm.11, 2002
J.G. Starke, Pengantar hukum internasional
edisi kesepuluh, cet.V,Sinar Grafika,
Jakarta, hlm.470, 2004.
Gultom Elisatris, Mutual Legal Assistance dalam
Kejahatan Transnasional Terorganisasi,
M.A. Erwin, MAP, Kejahatan Transnasional
(transnational crime), Markas Besar
Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Badan Reserse Kriminal
Kejahatan transnasional yaitu kejahatan yang
memenuhi unsur-unsur, Untuk lengkapnya
baca Romli Atmasasmita dalam Tindak
Pidana Narkotika Transnasional dalam
Sistem Hukum Pidana Indonesia, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1997
Parthiana Wayan I, Ekstradisi dalam Hukum
Internasional dan Hukum Nasional
Indonesia, Mandar Maju, Bandung, hlm.
29, 2019

33

Anda mungkin juga menyukai