I Wayan Parthiana, Perjanjian Internasional bagian 1,cet.I, Mandar Maju, Bandung,2002, hal.
11.
2
Perjanjian berarti suatu persetujuan internasional yang diadakan antara negara-negara dalam
bentuk yang tertulis dan diatur oleh hukum internasional, baik yang berupa satu instrumen
tunggal atau berupa dua atau lebih instrumen yang saling berkaitan tanpa memandang apapun
juga namanya.
Namun, berbeda hal dengan Konvensi Wina 1986 yang menjelaskan bahwa:
Perjanjian adalah suatu perjanjian internasional yang diatur oleh hukum internasional
dan dirumuskan dalam bentuk tertulis
i.
ii.
Antara satu atau lebih negara dan satu atau lebih organisasi internasional; atau
Sesama organisasi internasional, baik persetujuan itu berupa satu instrumen atau
lebih dari satu instrumen yang saling berkaitan dan tanpa memandang apapun
juga namanya.
Berbagai macam bentuk perjanjinan dalam kerja sama internasional dapat digunakan
e.
f.
g.
h.
membantu penyidikan;
menyampaikan surat;
melaksanakan permintaan penggeledahan dan penyitaan;
perampasan hasil tindak pidana;
memperoleh kembali sanksi denda berupa uang sehubungan dengan tindak
pidana;
i. melarang transaksi kekayaan, membekukan aset yang dapat dilepaskan atau
disita, atau yang mungkin diperlukan untuk memenuhi sanksi denda yang
dikenakan, sehubungan dengan tindak pidana;
Direktorat Perjanjian Internasional Politik dan Keamanan Wilayah Kementerian Luar Negeri
RepublikIndonesia. Pointers Upaya Pemerintah RI dalam Pengembalian Aset (Asset Recovery)
Hasil Tindak Pidana di Luar Negeri. 2010.
4
5 Ibid.
6United Nations Office on Drugs and Crime, Manual on Mutual Legal Assistance and
pidana; dan/atau
Bantuan lain yang sesuai dengan Undang-Undang ini.8
Pidana.
9 Resolusi Majelis Umum 55/25, 15 November 2000 Tentang Kejahatan Transnasional
Terorganisir.
10 Matti Joutsen, International Cooperation Against Transnational Organized Crime:
Extradition and Mutual Legal Assistance in Criminal Matters, 119th International Training
Course Visiting Experts Papers, hal. 375.
Pustaka Acuan
Perjanjian Internasional
1. United Nations Revised Manuals on the Model Treaty on Extradition 1990.
Legislasi Nasional
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah
Pidana.
Buku-Buku
1. Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R.Agoes, Pengantar Hukum Internasional, edisi kedua
cetakan I, (Bandung: Alumni, 2015).
2. I Wayan Parthiana, Perjanjian Internasional bagian 1,cet.I, (Bandung, Mandar Maju:
2002).
3. Romli Atmasasmita, Tindak pidana narkotika transnasional dalam sistem hukum pidana
indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997).
4. United Nations Office on Drugs and Crime, Manual on Mutual Legal Assistance and
Extradition, (New York: United Nations, 2012).
5. Tom Obokata, Transnational Organised Crime in International Law, (Oregon: Hart
Publishing, 2010).
6. Peter Malanzcuk, Akehursts Modern Introduction to International Law, 7th Edition,
(New York: Routledge, 1970).
Sumber Lain
1. Direktorat Perjanjian Internasional Politik dan Keamanan Wilayah Kementerian Luar
Negeri Republik Indonesia. Pointers Upaya Pemerintah RI dalam Pengembalian Aset
(Asset Recovery) Hasil Tindak Pidana di Luar Negeri. 2010.
2. Resolusi Majelis Umum 55/25, 15 November 2000 Tentang Kejahatan Transnasional
Terorganisir.
3. Matti Joutsen, International Cooperation Against Transnational Organized Crime:
Extradition and Mutual Legal Assistance in Criminal Matters, 119th International
Training Course Visiting Experts Papers.
4. ANT, KPK Periksa Saksi Kasus Emir Moeis di Jepang, diakses di
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52178b2641dd6/kpk-periksa-saksi-kasusemir-moeis-di-jepang pada tanggal 9 Desember 2015 pukul 21.04.