Anda di halaman 1dari 7

Mutual Legal Assistance Ditinjau Dari Sisi Perjanjian Internasional

Paper Hukum Perjanjian Internasional


M. Yahusafat
110110130289

Pengertian perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota


masyarakat antar bangsa yang bertujuan untuk mengakibatkan suatu akibat hukum dalam suatu
bidang.1 Penginterpretasian mengenai perjanjian internasional juga sudah diatur melalui hukum
nasional Indonesia maupun unifikasi melalui Konvensi Wina 1969.
Pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional menjelaskan
bahwa:
Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur
dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di
bidang hukum publik.
Selaint itu, perjanjian internasional juga dikenal sebagai kata sepakat antara dua atau
lebih subjek hukum internasional mengenai suatu obyek tertentu yang dirumuskan secara tertulis
dengan maksud untuk membentuk hubungan hukum atau melahirkan hak dan kewajiban yang
diatur oleh hukum internasional.2 Indonesia bukanlah anggota dari Konvensi Wina 1969, namun
tidak memilik arti yang sangat berbeda jauh dengan Konvensi tersebut. Dalam Pasal 2 (1)(a)
Konvensi Wina 1969 menyatakan sebagai berikut:

Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R.Agoes, Pengantar Hukum Internasional, edisikedua


cetakan I, Alumni, Bandung, hal. 117.
1

I Wayan Parthiana, Perjanjian Internasional bagian 1,cet.I, Mandar Maju, Bandung,2002, hal.
11.
2

Perjanjian berarti suatu persetujuan internasional yang diadakan antara negara-negara dalam
bentuk yang tertulis dan diatur oleh hukum internasional, baik yang berupa satu instrumen
tunggal atau berupa dua atau lebih instrumen yang saling berkaitan tanpa memandang apapun
juga namanya.
Namun, berbeda hal dengan Konvensi Wina 1986 yang menjelaskan bahwa:
Perjanjian adalah suatu perjanjian internasional yang diatur oleh hukum internasional
dan dirumuskan dalam bentuk tertulis
i.
ii.

Antara satu atau lebih negara dan satu atau lebih organisasi internasional; atau
Sesama organisasi internasional, baik persetujuan itu berupa satu instrumen atau
lebih dari satu instrumen yang saling berkaitan dan tanpa memandang apapun
juga namanya.
Berbagai macam bentuk perjanjinan dalam kerja sama internasional dapat digunakan

sebagai pencegahan maupun memberantas tindak pidana. Dikenal beberapa jenis


perjanjian antara lain, Memorandum of Understanding (MoU), Mutual Legal Assitance
(MLA), Ekstradisi, dan Perjanjian Pemindahan Orang yang Sudah Dihukum (Transfer of
Sentenced Person). Dalam MoU yang dikerjasamakan atau dipertukarkan adalah
informasi dalam rangka penyelidikan atau penyidikan tindak pidana. Sedangkan MLA,
ruang lingkup kerja samanya meliputi tahap penyelidikan, penyidikan, pemeriksaan, di
pengadilan hingga pelaksanaan putusan pengadilan. Dalam hal ini, penulis akan
membahas lebih lanjut mengenai MLA ditinjau dari sisi perjanjian internasional.
Mutual Legal Assistance (Selanjutnya disebut MLA) lumrah digunakan dalam
menindaklanjuti tindakan yang dianggap Transnastional Crime. Istilah transnasional
menurut Philip C. Jessup merupakan hukum yang mengatur semua tindak atau kejadian
yang melampaui batas teritorial suatu negara. Kejahatan transnasional diartikan sebagai
kejahatan yang berkarateristik sebagai berikut:
a. Melibatkan dua negara atau lebih
b. Pelaku atau korbannya warna negara asing

c. Sarananya melampaui batas teritorial satu atau dua negara3


United Nations Conventions against Transnational Organized Crime (UNTOC)
menjelaskan bahwa kejahatan transnasional adalah:
a. It is committted in more than one State;
b. It is committed in one State but a substantial part of its preparation, planning,
direction or control takes place in another State;
c. It is committed in one State but involves an organized criminal group that
engages in criminal activities in more than one State; or
d. It is committed in one State but has substantial effects in another State.
Negara Indonesia telah memilik instrumen nasional mengenai MLA, yaitu UU
Nomor 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana,
sebagai dasar pelaksanaan kerjasama MLA dengan negara lain. Ketentuan kerjasama
dalam MLA UU tersebut mengecualikan wewenan untuk mengadakan ekstradisi atau
penyerahan orang, Penangkapan atau penahanan dengan maksud untuk ekstradisi atau
penyerahan orang, pengalihan narapidana atau pengalihan perkara. UU No. 1 Tahun 2006
tersebut menyebutkan juga bahwa status MLA, termasuka MLA yang berhubungan
dengan tindak pidana korupsi, dapat dikabulkan tanpa suatu treaty berdasarkan asas
resiprositas dan hubungan bilateral yang baik dengan negara peminta bantuan (requesting
State). Dalam prakteknya, Indonesia telah melakukan sejumlah kerjasama MLA dengan
sejumlah negara tanpa dilandasi perjanjian bilateral mengenai MLA. Adapun Indonesia
memiliki perjanjian bantuan timbal-balik dengan negara-negara sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Australia, 27 Oktober 1995, diratifikasi dengan UU No. 1 Tahun 1999;


China, 24 Juli 2000, diratifikasi dengan UU No. 8 Tahun 2006;
Korea Selatan, 30 Maret 2002 (dalam proses ratifikasi);
Hongkong SAR, 3 April 2008 (dalam proses ratifikasi);
India, 25 Januari 2011 (dalam proses ratifikasi).4

Selain itu, Indonesia sendiri telah meratifikasi perjanjian ASEAN Like-Minded


Countries Mutual Legal Assistance Treaty melalui Undang-undang No. 15 Tahun 2008
Romli Atmasasmita, Tindak pidana narkotika transnasional dalam sistem hukum
pidanaindonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal. 27.
3

Tentang Pengesahan Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters dengan


negara-negara seperti Brunei Darussalam, Laos, Malaysia. Singapura, Vietnam dan
negara-negaranya Asean lainnya yang belum meratifikasi Treaty tersebut.5 Dengan
dilakukannya MLA melalui perjanjian internasional, maka perjanjian tersebut melahirkan
kewajiban bagi para pihak untuk bekerjasama satu sama lain dibawah hukum
internasional.6 Selain itu, dengan adanya perjanjian internasional yang berbentuk bilateral
maupun multirateral pun memberikan ikatan hukum yang kuat antar negara yang
melakukan perjanjian tersebut.7 Menurut pasal 3 (2) Undang-Undang No.11 Tahun 2006
bantuan timbal balik dalam masalah pidana/ MLA dapat berupa:
a.
b.
c.
d.

mengidentifikasi dan mencari orang;


mendapatkan pernyataan atau bentuk lainnya;
menunjukkan dokumen atau bentuk lainnya;
mengupayakan kehadiran orang untuk memberikan keterangan atau

e.
f.
g.
h.

membantu penyidikan;
menyampaikan surat;
melaksanakan permintaan penggeledahan dan penyitaan;
perampasan hasil tindak pidana;
memperoleh kembali sanksi denda berupa uang sehubungan dengan tindak

pidana;
i. melarang transaksi kekayaan, membekukan aset yang dapat dilepaskan atau
disita, atau yang mungkin diperlukan untuk memenuhi sanksi denda yang
dikenakan, sehubungan dengan tindak pidana;

Direktorat Perjanjian Internasional Politik dan Keamanan Wilayah Kementerian Luar Negeri
RepublikIndonesia. Pointers Upaya Pemerintah RI dalam Pengembalian Aset (Asset Recovery)
Hasil Tindak Pidana di Luar Negeri. 2010.
4

5 Ibid.
6United Nations Office on Drugs and Crime, Manual on Mutual Legal Assistance and

Extradition, (New York: United Nations, 2012), hal. 19.


7 Tom Obokata, Transnational Organised Crime in International Law, (Oregon: Hart

Publishing, 2010), hal. 64.

j. mencari kekayaan yang dapat dilepaskan, atau yang mungkin diperlukan


untuk memenuhi sanksi denda yang dikenakan, sehubungan dengan tindak
k.

pidana; dan/atau
Bantuan lain yang sesuai dengan Undang-Undang ini.8

Dengan adanya MLA dalam perjanjian internasional, negara-negara berharap


dengan adanya kerjasama yang komprehensif sehingga dapat mengurangi kejahatankejahatan transnasional yang dapat merugikan negara-negara dalam suatu perjanjian
MLA.9 Permintaan MLA itu sendiri memerlukan koordinasi antar negara apabila antar
negara tersebut belum memiliki perjanjian tersendiri mengenai MLA. Dalam praktik
internasional, permintaan MLA dapat melalui hubungan diplomatik dengan disertai surat
tugas dari pengadilan negeri yang berkompeten dari satu negara dan dikirim melalui
Kementerian Luar Negeri suatu negara.10
Namun, tanpa adanya perjanjian MLA negara pun dapat meminta bantuan
mengenai MLA dengan negara lain. Contoh kasusnya adalah kasus korupsi proyek
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tarahan Lampung pada periode
2004 dengan tersangka Izederick Emir Moeis di Jepang. Dalam kasus tersebut, Emir
diduga menerima suap sebesar 300 ribu dolar AS dari PT Alsthom Indonesia yang
perusahaan induknya berada di Prancis. Pemerintah Jepang tidak keberatan dengan tidak
adanya perjanjian MLA dengan Indonesia, namun ada baiknya dengan adanya hubungan
kerjasama dalam hal tersebut.11
Dapat disimpulkan, bahwa bentuk-bentuk kerjasama internasional dalam
mencegah dan memberantas tindak pidana dapat dilakukan dengan MLA yang meliputi
8 Pasal 3(2), Undang-Undang No. 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah

Pidana.
9 Resolusi Majelis Umum 55/25, 15 November 2000 Tentang Kejahatan Transnasional

Terorganisir.
10 Matti Joutsen, International Cooperation Against Transnational Organized Crime:

Extradition and Mutual Legal Assistance in Criminal Matters, 119th International Training
Course Visiting Experts Papers, hal. 375.

tahap penyelidikan, penyidikan, pemeriksaan, di pengadilan hingga pelaksanaan putusan


pengadilan. Dengan adanya Mutual Legal Assistance (MLA) pemerintah pun dapat
dengan mudah meminta bantuan kepada negara lain terkait pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana.12 Akan tetapi, kelemahan dalam MLA ini adalah walaupun
perjanjian MLA sudah ditandatangani, negara yang diminta tersebut masih dapat
melakukan penolakan dengan alasan bahwa dalam hal ini tindakan yang diajukan itu
dapat mengganggu kepentingan nasional atau berkaitan dengan kasus politik atau
penuntutan yang berkaitan dengan suku, agama, ras, kebangsaan, atau sikap politik
seseorang.13 Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa ada baiknya apabila Indonesia
dapat meningkatkan kerjasama dalam MLA dengan bentuk perjanjian dalam rangka
mencegah dan memberantas tindak pidana transnasional.

11 ANT, KPK Periksa Saksi Kasus Emir Moeis di Jepang, diakses di

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52178b2641dd6/kpk-periksa-saksi-kasus-emirmoeis-di-jepang pada tanggal 9 Desember 2015 pukul 21.04.


12 Peter Malanzcuk, Akehursts Modern Introduction to International Law, 7th Edition, (New

York: Routledge, 1970), hal. 37.


13 Pasal 3, United Nations Revised Manuals on the Model Treaty on Extradition 1990.

Pustaka Acuan
Perjanjian Internasional
1. United Nations Revised Manuals on the Model Treaty on Extradition 1990.
Legislasi Nasional
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah
Pidana.
Buku-Buku
1. Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R.Agoes, Pengantar Hukum Internasional, edisi kedua
cetakan I, (Bandung: Alumni, 2015).
2. I Wayan Parthiana, Perjanjian Internasional bagian 1,cet.I, (Bandung, Mandar Maju:
2002).
3. Romli Atmasasmita, Tindak pidana narkotika transnasional dalam sistem hukum pidana
indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997).
4. United Nations Office on Drugs and Crime, Manual on Mutual Legal Assistance and
Extradition, (New York: United Nations, 2012).
5. Tom Obokata, Transnational Organised Crime in International Law, (Oregon: Hart
Publishing, 2010).
6. Peter Malanzcuk, Akehursts Modern Introduction to International Law, 7th Edition,
(New York: Routledge, 1970).
Sumber Lain
1. Direktorat Perjanjian Internasional Politik dan Keamanan Wilayah Kementerian Luar
Negeri Republik Indonesia. Pointers Upaya Pemerintah RI dalam Pengembalian Aset
(Asset Recovery) Hasil Tindak Pidana di Luar Negeri. 2010.
2. Resolusi Majelis Umum 55/25, 15 November 2000 Tentang Kejahatan Transnasional
Terorganisir.
3. Matti Joutsen, International Cooperation Against Transnational Organized Crime:
Extradition and Mutual Legal Assistance in Criminal Matters, 119th International
Training Course Visiting Experts Papers.
4. ANT, KPK Periksa Saksi Kasus Emir Moeis di Jepang, diakses di
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52178b2641dd6/kpk-periksa-saksi-kasusemir-moeis-di-jepang pada tanggal 9 Desember 2015 pukul 21.04.

Anda mungkin juga menyukai