Pendahuluan
Dewasa ini telah kita ketahui ada beberapa macam norma atau aturan hukum
yang berlaku di berbagai belahan dunia. Antara lain Hukum Adat di Indonesia, Hukum
Islam, Kebiasaan, Hukum Nasional dan Hukum Internasional. Dari berbagai aturan
tersebut tentunya memiliki kriteria, tujuan dan fungsinya masing-masing terutama
dalam tiga aspek nilai dasar, yaitu kepastian, keadilan dan kemanfaatan. Tak luput
halnya dengan Hukum Internasional, yang menurut J.G. Starke pengertiannya adalah
sekumpulan hukum (body of law) yang terdiri dari asas-asas dan ditaati dalam hubungan
antara negara-negara satu sama lain1. Namun tidak berorientasi hanya pada hubungan
saja, melainkan terhadap suatu pelanggaran ataupun kejahatan bersekala besar dalam
negara yang mengikatkan diri pada hukum internaional.
Negara menjadi subjek utama hukum internasional, akan tetapi bukan satu-
satunya. Hal ini dikarenakan terdapat perubahan dari masa kemasa yang membuat
hukum internasional berkembang mengikuti perkembangan masyarakat dan alur
perubahan zaman yang semakin canggih. Beberapa subjek hukum internasional
didalamnya yaitu Negara, Tahta Suci, Palang Merah Internasional, Organisasi
Internasional, Individu, Pembrontak dan Pihak Yang Bersengketa2. Jadi tidak hanya
mengatur hubungan antar negara, tetapi hubungan antara subjek hukum non negara
dengan negara, atau antar subjek hukum non negra,
Selain itu prespektif hukum internasional tentang asas yang dianut dalam
menjalin hubungan antara subjek hukum internasional adalah tentang suatu
kesepakatan. Yang tertuang dalam suatu perjanjian internasional baik dalam bentuk
perjanjian bilateral, regional dan multilateral yang mengikat para pihak dan menjadi
suatu hukum (pacta sunt servanda)3. Dengan begitu hanya mengikat bagi negara atau
1
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional jilid 1 (Jakarta: Sinar Grafika, 2000). hlm. 1
2
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Kedua (Bandung: PT
Alumni, 2015). hlm. 95
3
Dina Sunyowati, “HUKUM INTERNASIONAL SEBAGAI SUMBER HUKUM DALAM HUKUM NASIONAL
(Dalam Perspektif Hubungan Hukum Internasional Dan Hukum Nasional Di Indonesia),” Jurnal Hukum
dan Peradilan 2, no. 1 (2013): 67–84.
subjek hukum non negara yang mengikatkan diri dalam perjanjian tersebut, dan tidak
berlaku bagi negara atau hukum non negara yang tidak ada kaitannya dengan perjanjian
yang telah disepakati.
Pembahasan
Dalam hal kekuatan mengikat tidak lepas dari adanya suatu dasar atau landasan
yang kemudian disebut sebagai sumber hukum. Begitupun dengan hukum internasional
yang bersumber pada perjanjian internasional, kebiasaan internasional, prinsip hukum,
keputusan pengadilan dunia, pendapat sarjana, dan keputusan badan perlengkapan
organisasi internasional5. Dengan begitu ketentuan dari hukum internasional dapat
memiliki kekuatan mengikat bagi subjek hukum internasional yang mengikatkan diri.
Selain kelemahan diatas, ada beberapa kelemahan lainnya yang terdapat dalam
tertib hukum internasional. Yaitu berupa ketidak mampuan hukum internasional dalam
menjangkau suatu pelanggaran atau kejahatan dalam sekala yang besar pada suatu
negara yang terikat dalam tertib hukum Internasional. Padahal seperti kita ketahui
hukum internasional sebagai tertib hukum koordinasi, seharusnya juga dapat berperan
dan ikut andil dalam menindak subjek hukum internasional yang melakukan tindak
kejahatan, ataupun pelnggaran. Tetapi pada nyatanya hukum internasional tidak mampu
menjangkau hal tersebut.
Sebagai suatu contoh, telah terjadi pembantaian di Indonesia, yaitu G30S PKI
pada Desember 1965 silam. Pembantaian masal yang tak berprikemanusiaan itu tidak
mendapat sorotan dari tataran dunia internasional. Karena pada saat itu gerakan G30S
PKI tersebut dianggap sebagai pemberontak oleh pemerintah Indonesia. Seperti yang
telah dikutip dari berita liputan6.com, bahwasanya tidak hanya di pulau Jawa, tetapi di
pulau Bali juga terdapat pembantaian. Dimana pada saat itu mereka dibariskan dan
dibunuh secara bersamaan di tempat penguburan masal para anggota PKI di Bali
tersebut7.
6
Drs. T. May Rudy, SH., MIR, M.Sc., Hukum Internasional 1 (Bandung: PT Refika Aditama, 2010) hlm.7
7
Dewi Divianta, “Saksi Pembantaian PKI : Mereka dibariskan dan Dibunuh Pakai Pedang,” diakses 20
November 2017, https://liputan6.com/news/read/23553244/saksi-pembantaian-pki-mereka-dibariskan-
dan-dibunuh-pakai-pedang.
Dari contoh peristiwa diatas, dapat asumsikan bahwa hukum internasional yang
pada dasarnya sebagai tertib hukum koordinasi tidak dapat menjangkau suatu kejahatan
dalam negara yang mengikatkan diri pada tertib hukum internasional. Yang mana
seharusnya hal tersebut menjadi perhatian dan sorotan masyarakat di dunia, bahwasanya
tidaklah tepat menindak suatu kejahatan ataupun pelanggaran dengan jalan kekerasan
yang tidak berprikemanusiaan. Sehingga kedepannya tidak pernah terjadi peristiwa
yang sama, baik bagi negara Indonesia sendiri ataupun negara-negara lain di dunia.