DISUSUN OLEH:
Nur Amelia Putri
Nurul Mutmainnah Anwar
M. Ikbal
Wahyu Darwis
A. Latar Belakang
Dengan demikian dukungan dan kerjasama KPK dengan berbagai pihak akan
banyak membantu dalam menyelesaikan dan memberantas korupsi. Seperti halnya KPK
menjalin kerjasama dengan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) adalah
salah satu departemen dari dewan ekonomi dan sosial Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
yang menangani masalah internasional mengenai kejahatan terorganisir, terorisme,
1
Guy Benveniste, 1997. Birokrasi. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, hlm: 176
2
Febri Diansyah, Emerson Yuntho, Donal Fariz. 2011. Laporan Penelitian, Penguatan Pemberantasan Korupsi
melalui Fungsi Koordinasi dan Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jakarta; Indonesia Corruption Watch
perdagangan manusia dan obat-obatan terlarang.3 Adanya kerjasama tersebut, menjadi
langkah awal dalam upaya meningkatkan secara signifikan kolaborasi antara KPK dan
UNODC untuk memerangi dan memberantas korupsi di Indonesia yang sangat
membahayakan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Korupsi tidak hanya
berakibat hilangnya begitu banyak uang Negara melainkan juga rusaknya moralitas
bangsa. Bangsa yang korup tidak bisa membedakan mana yang dilarang. 4
B. Rumusan Masalah
2. Organisasi internasional apa saja yang ikut mencegah dan memberantas korupsi ?
3. Instrumen pencegahan korupsi seperti apa yang dibuat untuk pencegahan korupsi ?
C. Tujuan
2.Untuk mengetahui Organisasi internasional apa saja yang ikut mencegah dan
memberantas korupsi ?
3. Untuk mengetahui Instrumen pencegahan korupsi seperti apa yang dibuat untuk
pencegahan korupsi ?
3
KPK Jalin Kerja Sama dengan PBB Berantas Korupsi http://www.antaranews.com/berita/104484/kpk-jalin-kerja-
sama-dengan-pbb-berantas-korupsi Diakses pada I September 2014.
44
Musni Umar (ed) Syukri Ilyas, 2004. Korupsi Musuh Bersama. Jakarta. Lembaga Pencegah Korupsi, hlm:77
BAB II
PEMBAHASAN
5
Lihat Marsono, “Pemberantasan Korupsi di Indonesia dari Perspektif Penegakkan Hukum”, Manajemen
Pembangunan, No. 58/II/TahunXVI, 2007, hlm. 57-62
6
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R.Agoes, Pengantar Hukum Internasional, edisi kedua cetakan I, Alumni,
Bandung, hlm.117
7
I Wayan Parthiana, Perjanjian Internasional bagian 1,cet.I, Mandar Maju, Bandung, 2002,hlm.11.
perjanjian internasional mulai dari yang paling resmi sampai pada bentuk yang
sangat sederhana, semuanya sama-sama mempunyai kekuatan hukum dan
mengikat pihak-pihakyang terkait. Menurut Myers, ada sekitar 29 macam istilah
8
yang digunakan untuk perjanjian-perjanjian internasional. Salah satu bentuk
perjanjian internasional adalah konvensi internasional.
1. pencegahan
8
Myers., The Names and Scope of Treaties, 51 American Journal of Internatioanl Law, 1975, Page, 575.
9
www.google.com, Diakses, Oktober 2018
2. penegakkan hukum
4. pengembalian aset.
1. Bank Dunia
World Bank Institute mengembangkan Anti-Corruption Core Program
yang bertujuan untuk menanamkan awareness mengenai korupsi dan pelibatan
masyarakat sipil untuk pemberantasan korupsi, termasuk menyediakan sarana
bagi negaranegara berkembang untuk mengembangkan rencana aksi nasional
untuk memberantas korupsi.
C. Instrumen pencegahan korupsi seperti apa yang dibuat untuk pencegahan korupsi
Salah satu instrumen internasional yang sangat penting dalam rangka pencegahan
dan pemberantasan korupsi adalah United Nations Convention against Corruption yang
telah ditandatangani oleh lebih dari 140 negara. Penandatanganan pertama kali
dilakukan di konvensi internasional yang diselenggarakan di Mérida, Yucatán, Mexico,
pada tanggal 31 Oktober 2003. Beberapa hal penting yang diatur dalam konvensi
adalah
1. Masalah Pencegahan
Tindak pidana korupsi dapat diberantas melalui Badan Peradilan. Namun
menurut konvensi ini, salah satu hal yang terpenting dan utama adalah masalah
pencegahan korupsi. Bab yang terpenting dalam konvensi didedikasikan untuk
pencegahan korupsi dengan mempertimbangkan sektor publik maupun sektor
privat (swasta). Salah satunya dengan mengembangkan model kebijakan preventif
seperti :
a. pembentukan badan anti-korupsi;
b. peningkatan transparansi dalam pembiayaan kampanye untuk
pemilu dan partai politik; - promosi terhadap efisiensi dan
transparansi pelayanan publik;
c. rekrutmen atau penerimaan pelayan publik (pegawai negeri)
dilakukan berdasarkan prestasi;
d. adanya kode etik yang ditujukan bagi pelayan publik (pegawai
negeri) dan mereka harus tunduk pada kode etik tersebut.;
transparansi dan akuntabilitas keuangan publik;
e. penerapan tindakan indisipliner dan pidana bagi pegawai negeri
yang korup;
f. dibuatnya persyaratan-persyaratan khusus terutama pada sektor
publik yang sangat rawan seperti badan peradilan dan sektor
pengadaan publik;
g. promosi dan pemberlakuan standar pelayanan publik; • untuk
pencegahan korupsi yang efektif, perlu upaya dan keikutsertaan
dari seluruh komponen masyarakat;
h. seruan kepada negara-negara untuk secara aktif mempromosikan
keterlibatan organisasi non-pemerintah (LSM/NGOs) yang
berbasis masyarakat, serta unsurunsur lain dari civil society;
i. peningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) terhadap
korupsi termasuk dampak buruk korupsi serta hal-hal yang dapat
dilakukan oleh masyarakat yang mengetahui telah terjadi TP
korupsi.
2. Kriminalisasi
Hal penting lain yang diatur dalam konvensi adalah mengenai kewajiban
negara untuk mengkriminalisasi berbagai perbuatan yang dapat dikategorikan
sebagai tindak pidana korupsi termasuk mengembangkan peraturan perundang-
undangan yang dapat memberikan hukuman (pidana) untuk berbagai tindak
pidana korupsi. Hal ini ditujukan untuk negaranegara yang belum
mengembangkan aturan ini dalam hukum domestik di negaranya. Perbuatan yang
dikriminalisasi tidak terbatas hanya pada tindak pidana penyuapan dan
penggelapan dana publik, tetapi juga dalam bidang perdagangan, termasuk
penyembunyian dan pencucian uang (money laundring) hasil korupsi. Konvensi
juga menitikberatkan pada kriminalisasi korupsi yang terjadi di sektor swasta.
3. Kerjasama internasional
A. Kesimpulan
Masyarakat internasional telah bersepakat bahwa korupsi adalah tindak pidana yang
berdampak sangat buruk bagi kelangsungan idup umat manusia. Gerakan atau
movement untuk memberantas korupsi telah banyak dilakukan oleh masyarakat
internasional. Demikian pula kerjasama yang dilakukan untuk memberantas korupsi
dengan menggunakan asas hubungan baik dan bantuan hukum timbal balik (mutual
legal assistance). Dari pemaparan sebelumnya, sebagai negara yang ikut
menandatangani UNCAC, indonesia telah melakukan berbagai upaya kerjasama
dengan negara lain untuk memeberantas korupsi baik dengan pembuatan MoU,
pembuatan bilateral maupun multilateral treaty atau dengan menjadi peserta aktif
dalam berbagai forum internasional. Walapun masih ada beberapa kendala yang
sering ditemui dalam melaksanakan bantuan timbal balik dalam perkara korupsi.
Daftar Pustaka
S,Marsella Elwina, 2011, pendidikan anti korupsi untuk perguruan tinggi , Jakarta,
kementerian pendidikan dan kebudayaan RI direktorat jendral pendidikan tinggi, terbitan
1
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R.Agoes, Pengantar Hukum Internasional, edisi kedua
cetakan I, Alumni, Bandung, hlm.117
Myers., The Names and Scope of Treaties, 51 American Journal of Internatioanl Law,
1975, Page, 575
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4daeb43d3 eee3/rapor-biru-implementasi-
uncacindonesia. Diakses tanggal 22 oktober 2013