PENDAHULUAN
Karena pada tataran normatifnya, baik dan buruknya kualitas sarana dan prasarana
pembelajaran siswa, yang pada titik tertuntu juga turut mempengaruhi mutu dan
kualitas lulusannya.
(barang atau alat) dalam proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak
bergerak agar tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien.
taman, jalan menuju tempat belajar dan lainnya. Namun prasarana ini jika
sederhana, sarana dan prasarana pendidikan adalah segala sesuatu (alat dan
1
2
barang) yang memfasilitasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
Jika kita amati kondisi sarana dan prasana pendidikan di berbagai daerah di
Indonesia, kita akan mendapati disparitas (tidak merata) yang cukup tajam,
khususnya antara sekolah di kota besar dengan sekolah yang berada di pedesaan.
Disparitas sarana dan prasana inilah yang pada titik tertentu turut mempengaruhi
ketimpangan antar berbagai sekolah di tanah air, yang pada akhirnya turut juga
a. Luas lahan; yaitu ketersedian luas lahan yang dapat digunakan secara
peserta didik.
3
banyak peserta didik kurang dari kapasista maksimum kelas, maka luas
berikut:
ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik. Rasio luas
guru, 10) ruang tata usaha, 11) tempat beribadah, 12) ruang konseling,
13) ruang UKS, 14) ruang organisasi kesiswaan, 15) jamban, 16)
publik diantaranya, teori Merilee S. Grindle, teori Donald Van Metter dan Van
Horn, teori Hogwood dan Gunn, dan teori George C. Edward III. Batasan untuk
penelitian ini ialah teori George C. Edward III tentang bagaimana implementasi
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara yang ditinjau dari aspek
kebijakan standar sarana dan prasarana di Madrasah Aliyah Negeri yag ada di
Kota Medan.
Alasan dalam pemilihan teori Edward III untuk penelitian ini ialah
kali terjadi di dalam kegiatan implementasi kebijakan. Isi dari kebijakan yang
tersebut, siapa sumber daya manusia yang dituju, bagaimana sikap yang diberikan
implementasi kebijakan yang ada sehingga akan mencapai hasil maksimal. Teori
Agama Provinsi Sumatera Utara maupun di Madrasah yang ada di bawah naungan
Utara.
adalah kondisi sarana Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Kota Medan bisa
Dilihat dari aturan yang telah ditetapkan, MAN di Kota Medan memiliki
potensi dibidang sarana dan prasarananya, pertama, dalam proses belajar mengajar
ekstrakurilur tingkat lokal maupun nasional yang sudah di raih oleh siswa
Madrasah Aliyah yang ada di kota Medan. Kemudian dilihat dari ketersediaan
luas lahan banguan MAN di kota Medan dikategorikan memenuhi ketentuan luas
lahan. Luas Lahan MAN 1 Medan mencapai 4.704 m2, setiap tahunnya MAN 1
Medan menerima sekitar 560 siswa (jumlah siswa pada tahun 2019), dengan 14
bagunan berlantai 2, dan MAN 3 Medan memiliki luas lahan mencapai 10.985 m2,
Tahun 2007, maka luas lahan MAN di kota Medan sudah memenuhi ketentuan
standar regulasi luas lahan untuk bangunan berlantai satu dan bagunan berlantai
dua. Sedangkan luas lantai bagunan gedung MAN di Kota Medan berdasarkan
rasio minimun luas lantai bagunan terhadap peserta didik lebih rendah dari
ketentuan regulasi. Hal ini dikarenakan jumlah satu rombongan belajar di MAN
kota Medan mencapai 40 sampai dengan 50 siswa untuk kelas XI dan XII,
dengan kategori kondisi baik dan siap dioprasionalkan. Selain bangunan yang
disekolah dengan kreteria minimum yang disyaratkan didalam standar sarana dan
prasarana Sekolah Menengah Atas terlebih lagi pada bagian persyaratan dan
ketentuan bagunan dan keterpenuhan jenis dan jumlah peralatan yang harus ada
akses dalam pemenuhan sarana dan prasarana yang diamanatkan oleh pemerintah.
Kita patut apresiasi upaya Madrasah Aliyah Negeri di kota Medan yang
laboraturium, dan sarana dan prasarana lainnya perlulah kiranya diteliti dan di
amati lebih lanjut untuk disesuaikan berdasarkan standar yang tertuang dalam
regulasi. Hingga saat ini ketersediaan sarana dan prasarana Madrasah Aliyah
9
Negeri (MAN) di kota Medan sebagai pendukung proses belajar mengajar siswa
sangat memadai. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan bangunan dan peralatan
yang modern, seperti laboraturium dan alat peraga (bahasa, biologi, fisika,
marcing band, paskibra, PMR (palang merah remaja), karya ilmiah remaja, grup
nasyid, tari daerah, green madrasah , english club, ekstrakurikuler olah raga
(seperti: voly, tenis meja, badminton, basket, dan futsal), sismantap (siswa
Negeri (MAN) di kota Medan tentunya tidak terlepas dari kepercayaan dan
penilaian masyarakat (khusus orang tua) terhadap mutu dan kualitas lembaga
pendidikan Agama di kota Medan. Salah satu unsur penilaian yang dilihat dan
disoroti oleh masyarakat ialah ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana yang
Implementasi kebijakan standar sarana dan prasarana madrasah tentu saja dibuat
prasarana sangat penting bagi kehidupan siswa dan para guru karena berkaitan
Negeri di kota Medan tentunya akan diberlakukan, maka perlu adanya pemenuhan
atas pra-syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan standar sarana dan prasarana
tersebut diakui dan secara sah berlaku di madrasah yang ada di kota medan. Maka,
konstitusi yang berlaku di sebuah wilayah hingga ia dapat dinyatakan sah dan
Nomor 2 tahun 2016. Penelitian ini berfokus pada empat rumusan masalah: 1)
Desa Dengan Model Edward III di Desa Landungsari Kabupaten Malang”, yang
telah dipublikasikan dalam jurnal Reformasi Vol. 6, No. 2, 2016. Penelitian ini
berfokus pada dua rumusan masalah, yaitu pertama, kesiapan desa untuk
penghambat kesiapan desa untuk menjalankan program dana desa. Jenis penelitian
kebijakan program dana desa ialah adanya dukungan, motivasi, kerja sama,
12
kemauan, kesediaan, kesadaran akan tanggun jawab dan rasa memiliki yang
penghambat implementasi program dana desa adalah kendala yang muncul dari
Landungsari yang belum sesuai dengan UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa
karena meraka masih mangacu pada Peraturan Kabupaten Daerah Malang No. 12
Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Desa. Disamping itu juga tingkat partisipasi masyaraka yang kurang maksimal
Dasar pemikiran penelitian ini dikarenakan tidak ada studi yang mengevaluasi
mekanisme sarana dan prasarana secara keseluruhan dan sistematis sesuai dengan
teori. Penelitian ini menjawab tiga hal yang menjadi rumusan masalah, yaitu: (1)
Bagaimana pelaksanaan kebijakan sarana dan prasarana di SMP Negeri 2 batu; (2)
penelitian deskriptif. Data sekunder diperoleh dari hasil observasi partisipan, dan
Huberman.
dengan penelitiaan yang penulis lakukan. Adapun persamaan penelitian adalah (1)
model of analysis dari Miles dan Huberman, (6) Menggunakan teori implementasi
kebijakan Edward III. Sedangkan dari sisi perbedaan adalah (1) lokasi penelitian
yang di pakai.
Madrasah Aliyah Negeri Kota Medan sebagai bentuk upaya terpadu dalam
standar sarana dan prasarana Madrasah Aliyah Negeri di kota Medan berdasarkan
1. 2. Fokus Masalah
penelitian ini lebih ditekankan pada analisis implementasi standar sarana dan
Medan sebagai upaya peningkatan mutu dan kualitas madrasah dan sekaligus
kota Medan. Adapun secara terperinci tujuan penelitian ini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis :
Aliyah Negeri.
Aliyah Negeri.
madrasah.
madrasah.