Anda di halaman 1dari 34

Nama : Muhamad Ravin

DATA DAN ANALISIS APBN TAHUN 2015 - 2019


APBN 2015

(Angka dalam Trilliun Rupiah)

A. Pendapatan negara 1,793.6


1. Perpajakan 1,379.0
2. PNBP 410.3
3. Hibah 3.3
B. Belanja Negara 2,093.5
1. Pemerintahan Pusat 1,392.4
2. Pemerintahan Daerah 647.0
3. Pembiayaan 254.8
C. Defisit Anggaran 245,9
1. Defisit terhadap PDB (%) 2,21
D. Pertumbuhan Eko (%) 5,8
E. Inflasi (%) 4,4
F. Bunga SPN dalam 3 Bulan (%) 6,0
G. Nilai Tukar (RP/US$) 11,900
H. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/Barel) 105
1. Lifting Minyak (ribu barel per hari) 900
2. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1248

URAIAN ANALISIS DATA APBN TAHUN 2015 :

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015 banyak yang
meleset dari target. Akibatnya, defisit anggaran pun membengkak hingga 2,8 persen dari
Produk Domestik Bruto (PDB). Demi menambal defisit tersebut, pemerintah terpaksa
menambah jumlah utang. realisasi pendapatan negara tahun 2015 juga mencapai Rp 1.491,5
triliun atau cuma 84,7 persen dari target yang sebesar Rp 1.761,6 triliun. Pendapatan tersebut
terdiri atas penerimaan pajak, bea dan cukai, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Adapun Utang untuk pembiayaan defisit tahun 2015 mencapai Rp 329,4 triliun atau
naik 48 persen dari target APBNP-2015. Jumlah tersebut juga lebih tinggi dari utang untuk
pembiayaan defisit tahun 2014 yang sebesar Rp 262,4 triliun. Utang tersebut didominasi dari
pembiayaan dalam negeri sebesar Rp 309,3 triliun. Sedangkan utang luar negeri cuma Rp 20
triliun. Suahasil menyebut, penambahan utang itu bersumber dari pinjaman bilateral dan
multilateral, yang dinilai lebih murah bagi anggaran negara. Jika melihat Relasi penrimaan
Pajak (incloud Bea Cukai) diperkirakan mencapai Rp. 1.235,8 Triliun dengan kata lain
mencapai 83% dari target. pajak total gross yang memperhitungkan kas yang dialokasikan
untuk restitusi pajak mencapai Rp 1.150 triliun. Sedangkan realisasi pajak netto sebesar Rp
1.055 triliun atau cuma 81,5 persen dari target.

APBN 2016

(Angka dalam Trilliun Rupiah)

A. Pendapatan Negara 1.822,5


I. Pendapatan Dalam Negeri 1.820,5
1. Penerimaan Pajak 1.546,7
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 273,8
II. Penerimaan Hibah 2,0
B. Belanja Negara 2.095,7
I. Belanja Pemerintah Pusat 1.325,6
1. Belanja Kementerian/Lembaga 784,1
2. Belanja Non Kementerian/Lembaga 541,4
II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 770,2
1. Transfer Ke Daerah 723,2
2. Dana Desa 47,0
C. Keseimbangan Primer (88,2)
D. Surplus (Defisit) Anggaran (273,2)
Persentase Surplus (Defisit) terhadap PDB (%) (2,15)
E. Pembiayaan Anggaran ( I + II ) 273,2
I. Pembiayaan Dalam Negeri 272,8
II. Pembiayaan Luar Negeri (Neto) 0,4

URAIAN ANALISIS DATA APBN TAHUN 2016 :

Target pendapatan pada penerimaan perpajakan direncanakan secara realistis dengan


mendasarkan pada kondisi perekonomian terkini dan dukungan pelaksanaan kebijakan dan
langkah administratif perpajakan yang komprehensif serta extra effort dalam upaya
memperkecil kesenjangan antara potensi penerimaan perpajakan dengan realisasinya. Sesuai
dengan data yang ada pendapatan negara paling besar disumbang dari penemerimaan pajak
yaitu sebesar 1.546,7 Trilliun Rupiah. Target Pendapatan Negara naik Rp60,9 T dari APBNP
2015 atau tumbuh sebesar 3,5%. Kenaikan tersebut terutama bersumber dari meningkatnya
penerimaan perpajakan sebesar Rp57,4 T

Sementara untuk belanja negara melanjutkan program prioritas nasional (antara lain
infrastruktur konektivitas, kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman, pariwisata,
pengurangan kesenjangan serta pertahanan) untuk memperbaiki kualitas pembangunan.
Selain itu, Transfer ke dana desa juga dtingkatkan untuk mempercepat penguatan peran
daerah dalam penyediaan pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang
merupakan perwujudan dari ciri Indonesia sebagai negara desentralisasi fiskal.
APBN 2017

(Angka dalam Trilliun Rupiah)

A. Pendapatan Negara 1.750,30


I. Pendapatan Dalam Negeri 1.748,90
1. Penerimaan Perpajakan 1.498,90
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 250
II. Penerimaan Hibah 1,4
B. Belanja Negara 2.080,50
I. Belanja Pemerintah Pusat 1.315,50
1. Belanja Kementerian/Lembaga 763,6
2. Belanja Non Kementerian/Lembaga 552
II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 764,9
1. Transfer Ke Daerah 704,9
2. Dana Desa 60
Total Anggaran Pendidikan 416,1
Rasio Anggaran Pendidikan Total (%) 20,0
Total Anggaran Kesehatan 104,0
Rasio Anggaran Kesehatan Total (%) 5,0
C. Keseimbangan Primer (109,0)
D. Surplus (Defisit) Anggaran (A - B) (320,0)
% Surplus (Defisit) Anggaran terhadap PDB 2,41
E. Pembiayaan Anggaran 330,2
I. Pembiayaan Utang 384,7
II. Pembiayaan Investasi (47,5)
III. Pemberian Pinjaman (6,4)
IV. Kewajiban Penjaminan (0,9)
V. Pembiayaan Lainnya 0,3

URAIAN ANALISIS DATA APBN TAHUN 2017 :

Penerimaan perpajakan masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan negara


dengan kontribusi rata-rata 77,6%. Meskipun demikian, PNBP memiliki potensi untuk
dioptimalkan dalam APBN tahun 2017. Penerimaan perpajakan dalam APBN 2017
ditetapkan sebesar Rp1.498,9 triliun atau meningkat rata-rata sebesar 11,3%. Kontribusi
PNBP tetap harus ditingkatkan untuk mendukung optimalisasi Penerimaan Negara secara
keseluruhan.

Belanja negara juga ditujukan demi pengurangan tingkat kemiskinan dan kesenjangan
sosial. Salah satunya adalah melalui pemenuhan belanja yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan (mandatory spending), seperti anggaran pendidikan yang dalam APBN
2017 tetap dijaga sebesar 20%, dengan fokus untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan
pendidikan. Sementara itu, belanja infrastruktur yang dialokasikan ke daerah dalam APBN
2017 tercatat dalam APBN 2017, Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa dialokasikan
sebesar Rp764,9 triliun. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan dengan belanja
Kementerian/Lembaga yang sebesar Rp763,5 triliun.

APBN 2018

(Angka dalam Trilliun Rupiah)

A. Pendapatan Negara 1.894,7


I. Pendapatan Dalam Negeri 1.893,5
1. Penerimaan Perpajakan 1.618,1
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 275,4
II. Penerimaan Hibah 1,2
B. Belanja Negara 2.220,7
I. Belanja Pemerintah Pusat 1.454,5
1. Belanja Kementerian/Lembaga 847,4
2. Belanja Non Kementerian/Lembaga 607,1
a. Pembayaran Bunga Utang 238,6
b. Subsidi 156,2
c. Belanja Lain-lain 67,2
II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 766,2
1. Transfer Ke Daerah 706,2
a. Dana Bagi Hasil 89,2
b. Dana Alokasi Umum 401,5
2. Dana Desa 60,0
C. Keseimbangan Primer (87,3)
D. Surplus (Defisit) Anggaran (A - B) (325,9)
% Surplus (Defisit) Anggaran terhadap PDB 2,19
E. Pembiayaan Anggaran (I + II + III + IV + V) 325,9
I. Pembiayaan Utang 399,2
a. Surat Berharga Negara (Neto) 414,5
II. Pembiayaan Investasi (65,7)
III. Pemberian Pinjaman (6,7)
IV. Kewajiban Penjaminan (1,1)
V. Pembiayaan Lainnya 0,2
Sumber : Buku Informasi APBN 2018 – Kemenkeu RI

URAIAN ANALISIS DATA APBN TAHUN 2018

Pada APBN 2018, Pemerintah Pusat telah memproyeksikan pendapatan negara


sebesar Rp1.894,7 T. Dalam hal ini sektor perpajakan menjadi sumber utama pendapatan
yakni sebesar Rp1.618,1 T. (ditargetkan naik dari tahun sebelumnya). Untuk PNBP di APBN
2018 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yakni sebesar Rp275,4 T.
Kemudian terkait Belanja Negara, pada APBN 2018 dianggarkan sebesar Rp2.220,7
T yang terdiri dari transfer ke daerah dan Dana Desa sebesar Rp766,2 T, Belanja
Kementerian/Lembaga sebesar Rp847,4 T (meningkat dari tahun 2018), dan Belanja Non
K/L sebesar Rp607,1 T. Belanja Pemerintah Pusat mengalami kenaikan yakni sebesar
Rp1.454,5 T. Terkait anggaran subsidi menurun dari tahun sebelumnya yakni pada angka
Rp156,2 T. Kemudian untuk Dana Desa dianggarkan sebesar Rp60,0 T di mana penggunaan
dana des aini diprioritaskan pada pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat. Pada
APBN tahun 2018 mengalami deficit anggaran yakni sejumlah Rp325,9 T (2,19% terhadap
PDB).

Pembiayaan Anggaran dilakukan untuk mendukung prioritas pembangunan nasional


dianggarkan dengan jumlah Rp325,9 T pada APBN 2018 di mana hal ini mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya yakni mencapai Rp362,9 T. Pembiayaan anggaran terdiri
dari pembiayaan utang sebesar Rp399,2 T, pembiayaan investasi yang mengalami defisit
yakni sebesar Rp-65,7 T, pemberian pinjaman sebesar Rp-6,7 T, kewajiban penjaminan
sebesar Rp-1,1 T, serta pembiayaan lainnya yakni sebesar Rp0,2 T.

APBN 2019

(Angka dalam Trilliun Rupiah)

A. Pendapatan Negara 2.165,1


I. Pendapatan Dalam Negeri 2.164,7
1. Penerimaan Perpajakan 1.786,4
Tax Ratio (%) 12,22
a. PPh Migas 894,4
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 378,3
II. Penerimaan Hibah 0,4
B. Belanja Negara 2.461,1
I. Belanja Pemerintah Pusat 1.634,3
1. Belanja Kementerian/Lembaga 855,4
2. Belanja Non Kementerian/Lembaga 778,9
II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 826,8
1. Transfer Ke Daerah 756,8
2. Dana Desa 70,0
C. Keseimbangan Primer (0,12)
D. Surplus (Defisit) Anggaran (A - B) (296,0)
% Surplus (Defisit) Anggaran terhadap PDB 1,84
E. Pembiayaan Anggaran 296,0
I. Pembiayaan Utang 359,3
II. Pembiayaan Investasi (75,9)
III. Pemberian Pinjaman (2,4)
IV. Kewajiban Penjaminan (0,0)
V. Pembiayaan Lainnya 15,0
Sumber : Buku Informasi APBN 2019 – Kemenkeu RI

URAIAN ANALISIS DATA APBN TAHUN 2019

Pada APBN 2019, Pemerintah Pusat menurunkan Rasio Defisit APBN menjadi 1,84%
dari PDB (sumber mengatakan bahwa hal ini menjadi yang terendah sejak tahun 2013). Pada
keseimbangan primer juga mengalami konsistensi penurunan hingga mendekati angka 0,
yakni di angka 0,12. Pembiayaan utang juga relatif menurun pada APBN 2019 ini.

Pada APBN 2019, Pendapatan Negara ditargetkan mencapai sebesar Rp2.165,1 T.


Pajak merupakan sumber utama pendapatan daerah. Penerimaan perpajakan telah
diproyeksikan akan mencapai 1.786,4 Triliun Rupiah yang mana PPN dan PPh merupakan
kontribusi utama, sebesar 50,1% dan 36,7% terhadap penerimaan perpajakan (dengan
rincian : PPN Rp655,4 T, Bea Keluar Rp4,4 T, Pajak Lainnya Rp8,6 T, kemudian PBB
Rp19,1 T, Bea Masuk Rp38,9 T, Cukai Rp165,5 T, dan PPh sebesar Rp894,4 T). Dominasi
Penerimaan Perpajakan mencapai 82,5% di dalam APBN 2019. Untuk perkembangan Tax
Ratio di APBN 2019 diperkirakan akan lebih tinggi yakni sebesar 12,22% dengan
diperhitungkannya unsur insentif atau pengurangan kewajiban perpajakan yang sekarang
telah diberikan pemerintah (tax expenditure). Terkait PNBP (Penerimaan Negara Bukan
Pajak) di tahun 2019 ditargetkan tumbuh 8,35% dari outlook tahun 2018, yakni sebesar
Rp378,3 T. Peningkatan PNBP didorong kenaikan harga minyak, peningkatan kualitas dan
volume layanan, serta perbaikan tata Kelola.

Pada APBN 2019, Belanja Negara telah dianggarkan sebesar Rp2461,1 T. Belanja
Negara tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional antara lain
infrastruktur, pengurangan kemiskinan dan pengangguran, dalam rangka pemerataan
pembangunan dan perbaikan konektivitas dengan tetap menjaga efisiensi. Pada APBN 2019,
Belanja Kementerian/Lembaga mencapai Rp855,4 T. Sedangkan untuk belanja Non
Kementerian/Lembaga sebesar Rp778,9 T (mengalami peningkatan disbanding tahun
sebelumnya yakni tahun 2018). Mengutip dari pernyataan beberapa sumber, menjelaskan
bahwa Fokus Belanja Pemerintah antara lain Pembangunan Sumber Daya Manusia,
Penguatan Infrastruktur, Mendorong efektivitas Program Perlindungan Sosial, Pelaksanaan
Agenda Demokrasi, Birokrasi yang Efektif dan Efisien, serta Antisipasi ketidakpastian.
Belanja K/L dialokasikan sejalan dengan prioritas pembangunan nasional. Belanja K/L
tersebut juga telah mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun.

Transfer ke Daerah & Dana Desa diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan
mengurangi kesenjangan pelayanan dasar publik antar daerah. Totalnya adalah sebesar
Rp826,8 T yang mana angka tersebut merupakan suatu peningkatan dari tahun sebelumnya.
Kemudian terkait Dana Desa. Prioritas penggunaan dana desa yakni tertuju pada
pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat. Pada APBN 2019 ini, Dana Desa
dianggarkan sebesar Rp70,0 T. Kemudian mengenai pembiayaan anggaran. Yakni meliputi
pembiayaan utang, pembiayaan investasi, pembiayaan pinjaman, dan investasi penjaminan.
Pembiayaan anggaran menurun dari tahun sebelumnya yakni menjadi Rp296,0 T.
DATA DAN ANALISIS APBD PROVINSI JATIM TAHUN 2015 – 2019
(dalam jutaan rupiah)

No Uraian Proyeksi Rata-


rataPertu
2015 2016 2017 2018 2019 mbuhan
pertahun(
%)

I. Pendapatan 20.767.239 22.227.315 23.797.352 25.381.222 26.977.029 6,95

A. PAD 14.558.856 15.967.975 17.486.036 19.016.890 20.558.620 9,62

A. Pajak Daerah 12.541.000 13.807.000 15.173.000 16.539.000 17.905.000 9,89


1

A. Retribusi daerah 104.823 109.042 111.657 115.697 118.360 2,38


2

A. Hasil Pengelolaan
3 Kekayaan daerah
yang Dipisahkan 353.566 367.709 382.417 397.714 413.623 4,00

A. Lain-lain PAD yang 1.559.467 1.684.224 1.818.962 1.964.479 2.121.637 9,10


4 sah

B. Dana Perimbangan 3.407.813 3.458.770 3.510.746 3.563.762 3.617.838 0,90

B. Dana bagi hasil pajak


1
/bagi hasil bukan 1.503.934 1.516.813 1.529.950 1.543.350 1.557.018 0,87
pajak

B. Dana alokasi umum 1.903.879 1.941.957 1.980.796 2.020.412 2.060.820 2,00


2

B. Dana alokasi khusus - - - - -


3

C. Lain-Lain
Pendapatan Daerah
2.800.570 2.800.570 2.800.570 2.800.570 2.800.570 0,00
Yang Sah

C. Hibah 23.150 23.150 23.150 23.150 23.150 0,00


1

C. Dana penyesuaian
2.777.420 2.777.420 2.777.420 2.777.420 2.777.420 0,00
2
dan otonomi khusus

II. Pencairan dana


cadangan (sesuai
- - - 600.000 -
Perda)

III SiLPA 838.410 863.563 889.470 916.154 943.638 3,00


.

IV Total Penerimaan 21.605.650 23.090.877 24.686.822 26.897.376 27.920.667 6,81


.

Analisis :

A. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa, penerimaan Provinsi Jawa Timur tahun 2015-
2019 berasal dari : 3.16
1. Pendapatan, yang meliputi :
a. PAD (Pendapatan Asli Daerah), didapat dari meliputi :
 Pajak Daerah, yaitu kontribusi wajib kepada daerah yang tertuang oleh oeang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dimana
pajak daerah ini akan digunakan untuk keperluan daerah tu sendiri dan
kemakmuran rakyatnya.
 Retribusi Daerah, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang kusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau suatu badan.
 Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu pendapatan yang
mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD, milik pemerintah/BUMN.
 Lain-lain PAD yang sah, yaitu seluruh pendapatan daerah selainpendapatan asli
daerah dan pendapatan transfer, yang meliputi dana hibah, dana darurar, dan lain-
lain pendapatan sesuai dengan ketntuan peraturan perundang-undangan.
b. Dana Perimbangan, meliputi :
 Dana bagi hasil pajak atau bagi hasil bukan pajak, yaitu dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam ranka melaksanakan desentralsasi
wilayah.
 Dana alokasi umum, yaitu sejumlah dana yang harus dalokasikan pemerintah pusat
kepada setiap daerah otonom di Indonesia setiap tahunnya untuk digunakan
sebagai dana pembangunan.
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, meliputi :
 Hibah, yaitu dana yang dianggarkan untuk pemberian hibah dalam bentuk uang,
barang, dan jasa kepada pemerintah pusat maupun pemerinta daerah lainnya, dan
kelompok masyarakat serta perorangan yang secara spesifik telah memiliki
peruntukan tujuan yang jelas.
 Dana penyesuaian dan otonomi khusus, yaitu dana yang dialokasikan untuk
membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan tertentu pemerintah dan
DPR sesuai peraturan perundangan.
2. Pencairan dana cadangan (sesuai Peraturan Daerah), yaitu dana yang dianggarkan untuk
mengantisipasi apabila dana anggaran lain terdapat minus atau untuk dana yang
dibutuhkan secara tiba-tiba.
3. SiLPA (selisih lebih perhitungan anggaran ), yaitu selisih lebih/kurang antara realisasi
pendapatan LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam
APBD selama satu periode.

Berdasarkan tabel yang ada di atas yaitu menunjukkan penganggaran APBD Provinsi
jawa Timur dar tahun 2015 – 2019. Pertama yaitu PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang
terdiri dari : Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang
dipisahkan, Lain-lain PAD yang sah dari tahun ke tahun mengalami kenaikan anggaran yaitu
total presentase kenaikan PAD sebesar 9,62%. Dengan rincian kenaikan anggaran pajak
daerah sebesar 9,89%, retribusi daerah sebesar 2,38%, Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah
yang dipisahkan sebesar 4,00%, Lain-lain PAD yang sah sebesar 9,10%.
Kedua yaitu Dana Perimbangan. Dana pembnagunan Provinsi Jawa Timur dari tahun
ketahun mengalami kenaikan anggaran dengan rata-rata presentasenya sebesar 0.90%.
kenaikan anggaran tersebut terdapat rincian sebaga berikut : Dana bagi hasil pajak atau bagi
hasil bukan pajak mengalami kenaikan anggaran dengan rata-rata presentase sebesar 0,87%,
dan Dana alokasi umum mengalami kenaikan anggaran sebesar 2,00%. Pada APBD Provinsi
jawa Timur tahun anggaran 2015-15, Pemprov Jatim tidak menganggarkan dana untuk
alokasi kusus, sehingga data tidak tertera pada tabel.
Ketiga yaitu Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yang terdiri dari dana hibah dan
dana Dana penyesuaian dan otonomi khusus. Dana tersebut dari tahun ke tahun tetap dengan
presentas 0,00%.
Keempat yaitu Pencairan danacadangan (sesuaiPerda), dana anggaran tersebut dalam
jangka waktu tahun2015-2019 anya terdapat pada tahun 2018 saaj dengan anggaran 600.000.
dan untuk tahun 2015, 2016, 2017, dan 2019 tidak ada anggaran untuk dana tersebut.

Kelima yaitu Pencairan dana cadangan (sesuai Peraturan Daerah), mengalami


peningkatan anggaran dengan rata-rata sebesar 3,00%. Dari keseluruhan dana anggaran
APBD PemProv Jatim dari tahun 2015 hingga 2019 mengalami rata-rata presentase sebesar
6,81%.Kebijakan alokasi dari kapasitas kemampuan keuangan daerah dibagi kedalam 3
Kelompok Prioritas, yaitu Prioritas I, Prioritas II dan Prioritas III. Prioritas I, dialokasikan
untuk mendanai Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama. Belanja periodik
yang wajib dan mengikat adalah pengeluaran yang wajib dibayar serta tidak dapat ditunda
pembayarannya dan dibayar setiap tahun oleh Pemerintah Daerah seperti gaji dan tunjangan
pegawai serta Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional
KDH/WKDH, belanja bunga, belanja bagi hasil dengan Kab/Kota, belanja hibah pendidikan
(BOS), belanja tidak terduga, belanja operasional rutin, belanja operasional BLUD dan
belanja untuk penyelenggaraan Pemilihan Gubernur di tahun 2018 serta pengeluaran
pembiayaan untuk pembayaran pokok utang dan pembentukan dana cadangan.

APBD PENGELUARAN PROVINSI JAWA TIMUR 2015-2019 PRIORITAS I

(dalam jutaan rupiah)

NO Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata


Pertumbuh
an Per
tahun (%)
A Belanja Tidak 10.131.596 10.801.211 11.522.037 13.163.214 13.026.331 6
Langsung
1 Belanja Gaji dan 1.828.884 2.011.772 2.212.949 2.434.244 2.677.669 10
Tunjangan
2 Belanja Insentif 337.375 375.481 416.540 457.641 498.701 10
pemungutan
3 Belanja 21.838 23.952 26.229 28.525 30.838 9
Penerimaan
Anggota dan
Pimpinan DPRD
serta operasional
KDH/WKDH
4 Belanja bagi hasil 5.066.079 5.512.585 5.988.899 6.465.384 6.941.703 8
dengan kab/Kota
5 Belanja Hibah 2.777.420 2.777.420 2.777.420 2.777.420 2.777.420 0,00
(BOS)

6 Belanja hibah - - - 900.000 - -


(pilgub)
7 Belanja Tidak 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 0,00
Terduga
B Belanja langsung 2.178.469 2.280.057 2.388.198 2.500.422 2.618.213 5

1 Belanja 811.623 835.972 861.051 886.882 913.489 3


Operasional
pelayanan (Rutin)
2 Belanja BLUD 1.366.846 1.444.085 1.527.148 1.613.540 1.704.724 6

C Pembiyaan 100.000 200.000 300.000 - - -


Pengeluaran
1 Pembentukan 100.000 200.000 300.000 - - -
Dana Cadangan
D TOTAL 12.410.065 13.281.268 14.210.235 15.663.636 15.644.544
(A+B+C)

B. Pada table diatas dapat dilihat bahwa, pengeluaran prioritas utama Provinsi Jawa
Timur tahun 2015-2019 meliputi :
1. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung,
meliputi:
a. Belanja Gaji dan Tunjangan, merupakan
b. Belanja Insentif Pemungutan
c. Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional
KDH/WKDH (kepala daerah atau wakil kepala daerah)
d. Belanja bagi hasil dengan Kabupaten atau Kota
e. Belanja Hibah (BOS), anggaran pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan
jasa kepada pemerintah maupun pemerintah daerah lainnya dalam hal ini adala
Dana BOS, dan kelompok masyarakat serta perorangan yang secara spesifik telah
memiliki peruntukan yang jelas.
f. Belanja Hibah ( Pilgub ), anggaran pemberian hibah dalam bentuk uang, barang
dan jasa kepada pemerintah maupun pemerintah daerah lainnya dalam hal ini
adala pemilihan gubenur, dan kelompok masyarakat serta perorangan yang secara
spesifik telah memiliki peruntukan yang jelas.
g. Belanja Tidak Terduga
2. Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung, meliputi :
a. Belanja Operasional Pelayanan (Rutin)
b. Belanja BLUD ( badan layanan umum daerah )
3. Pembiayaan Pengeluaraan
a. Pembentukan Dana Cadangan

Analisis:

Berdasarkan tabel diatas, penggunaan APBD provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun
selalu mengalami kenaikan sekitar 6% pertahun. Untuk belanja hibah (BOS) tahun ketahun
nilainya tetap. Dan untuk belanja hibah (Pilgub) hanya terdapat pada tahun 2018 karena
pilgub yang terjadi hanya 5tahun sekali. Belanja tidak terduga dari tahun ke tahunpun
nilainya tetap. Belanja langsung tahun ketahun selalu mengalami pertumbuhan sekitar 5%
setiap tahunnya. Sedangkan pembiyaan pengeluaran setiap tahunnya selalu bertambah tetapi
2 tahun belakangan tidak ada. Pada tabel tersebut bisa kita tahu bahwa APBD yang ada
digunakan untuk kebutuhan kebutuhan wajib yang sifatnya mengikat seingga digolongkan
pada Prioritas I atau prioritas utama. Selain bersifat mengikat, pengeluaran ini
pembayarannya tidak dapat ditunda serta setiap tahun pasti dibayarkan oleh Pemerintah
Daerah.

Prioritas II, diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan serta program prioritas dalam rangka penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah yang paling berdampak luas pada masing-masing segementasi
masyarakat yang dilayani sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi
berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD. Seperti peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan. Lalu pembanguann infrastruktur pedesaan,
peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan lain-lain.

Prioritas III, merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanja-belanja


untuk memenuhi ketentuan kebijakan pendampingan terhadap program-program Pemerintah
Pusat sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku dan belanja tidak langsung yang
dilakukan dengan prinsip pengembangan Kemitraan Pembiayaan antara Pemerintah Provinsi
Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui pendekatan sektoral dan spasial.

APBD PENGELUARAN PROVINSI JAWA TIMUR 2015-2019 PRIORITAS II

(dalam jutaan rupiah)

Rata-rata
Pertumbuh
Proyeksi an per
tahun (%)
No. Uraian
2015 2016 2017 2018 2019

A. Belanja Tidak 3.631.519 3.666.191 3.704.263 3.746.003 3.791.699 0,99


Langsung

A.1 Belanja Hibah 1.750.000 1.750.000 1.750.000 1.750.000 1.750.000 0.00


A.2 Belanja Bantuan
Sosial 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 0,00
A.3 Bantuan
Keuangan
1.831.519 1.866.191 1.904.263 1.946.003 1.991.699 2,04
B. Belanja 5.464.066 6.043.419 6.672.324 7.387.736 8.384.424 14,12
Langsung
B.1 Belanja Prioritas
Pembangunan 2.756.119 2.985.432 3.238.733 3.399.501 4.204.729 13,08
Belanja
Mengikat
B.2 bersumber 343.406 343.406 343.406 343.406 343.406 0,00
dari

B.3 Belanja
Mengikat
bersumber dari 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000 0,00
Pajak Rokok
B.4 (50% pajak
Belanja Fungsi
1.543.710 1.840.755 2.159.944 2.602.055 2.806.713 25,80

Belanja Fungsi
Kesehatan
B.5 (10%x total 610.831 663.825 720.240 832.773 819.576
belanja daerah
Pengeluaran 0,00
C. 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
Pembiayaan
Penyertaan
C.1 Modal dan 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 0,00
Dagulir
F. Total Belanja 9.195.585 9.809.610 10.476.586 11.233.739 12.276.123 8,65
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur (data diolah)

C. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa, pengeluaran alokasi Kab/Kota Provinsi Jawa
Timur tahun 2015-2019 meliputi :
1. Belanja Tidak Langsung, merupakan kegiatan belanja daerah yang dianggarkan dan
tidak memiliki hubungan apapun secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan, meliputi :
a. Belanja Hibah, Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah
dalam bentuk uang, barang dan jasa kepada pemerintah maupun pemerintah
daerah lainnya, dan kelompok masyarakat serta perorangan yang secara spesifik
telah memiliki peruntukan yang jelas.
b. Belanja Bantuan Sosial, Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan
pemberian bantuan dalam bentuk uang dan barang kepada masyarakat, dengan
tujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
c. Bantuan Keuangan Kab/Kota/Desa, Bantuan keuangan digunakan untuk
menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi
kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya
atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah
daerah lainnya dalam rangka pemerataan atau peningkatan kemampuan keuangan
daerah.
2. Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan, hal ini dilaksanakan untuk menjalankan
program yang dianggarkan SKPD (satuan kerja perangkat daerah) , meliputi :
a. Belanja Prioritas Pembangunan, yaitu belanja yang dianggarkan berkenaan
reformasi pembangunan dengan skala prioritas pembangunan
b. Belanja Mengikat bersumber dari DBHCHT ( Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau)
c. Belanja Mengikat bersumber dari Pajak Rokok ( 50% pajak rokok ),
d. Belanja Fungsi Pendidikan (20%), alokasi belanja fungsi pendidikan yang
dianggarkan dalam APBN untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang
menjadi tanggung jawab pemerintah, termasuk gaji pendidik, namun tidak
termasuk anggaran pendidikan kedinasan.
e. Belanja Fungsi Kesehatan (10% X total belanja daerah-total gaji pegawai ),
3. Pengeluaraan Pembiayaan
a. Penyertaan Modal dan Dagulir (dana bergulir), anggaran ini sebagai bentuk
kepedulian untuk umk-umkm kecil terkait sector usaha

Pemerintahan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015-2019 dipimpin oleh Gubrernur
Soekarwo, pada hal terdapat beberapa misi terkait reformasi pembangunan dengan rancangan
prioritas urgensi maupun berkenaan dengan kepentingan perencanaan. Pada tabel dalam
kolom belanja prioritas pembangunan terlihat dari tahun 2015-2019 mendapati peningkatan
angka. Hal ini berkaitan dengan realisasi pembangunan yang dimulai dengan prioritas yakni,
alokasi tterkait pengelolaan bidang infrastruktur, hingga fasilitas pelaksaan pembangunan
jalan lintas selatan (JLS). Selain itu pengembangan terkait perumahan dan Kawasan
permukiman dan program Water Resources dan Irrigationn Sector Management.

Dalam ruang lingkup bidang Kesehatan, berkaitan dengan tim penanggulangan


Kesehatan jiwa masyarakat dan mengaktifkan Kembali komite penanganan PMKS yang ada
didaerah selain itu melaksanakan sosialisasi pencegahan dan penanggulangan narkorba serta
penngkatan wawasan kebangsaan terhadap siswa menengah atas yang pernah dilakukan
empat kabupaten di madura. Masalah Kesehatan yang menjadi perhatian yaitu angka
kematian bayi yang dipicu karena berat badan bayi lahir rendah. Dari sumber BPS Prov Jawa
Timur menunjukan pada tahun 2015 , 24.00 dan mengalami penurunan pada ttahun 2017
yaitu 23.10.

Pada tabel menunjukan dana hasil cukai dan pajak rokok masuk dalam anggaran
pengeluaran, hal ini dilatarbelakangi oleh permaslaahan terkait, peningkatan kelas RSU
Karsa Husada Batu menjadi Rumah Sakit Umum Kelas B belum terwujud , tuntutan
pengembangan pelayanan seiring dengan pergeseran pola penyakit terbanyak yang semula
penyakit tidak menular, serta rumah sakit memerlukan upaya peningkatan dari sisi fisik
bangunan dan prassarana berupa alat Kesehatan , sitem penanggulangan kebakaran, gas
sentral jaringan limbah cair juga jumlah sumber daya manusia(dokter spesialis, perawat dan
tenaga Kesehatan)
DATA DAN ANALISIS APBD KAB. JEMBER TAHUN 2015 – 2019

Data TA 2016 per 11 Okt 2018 (Realisasi)

Akun Realisasi %

Pendapatan 3.191.997.540.926 92,69 %

PAD 524.137.794.426 108,05 %

Pajak daerah 136.545.000.000 103,16 %

Retribusi daerah 36.311.518.801 101,02 %

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 5.410.275.625 105,20 %

Lain-lain PAD yang sah 345.871.000.000 110,98 %

Daper 2.279.358.000.000 107,98 %

Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 138.965.000.000 88,80 %

Dana alokasi umum 1.709.890.000.000 100,00 %

Dana alokasi khusus 430.503.000.000 176,06 %

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 388.501.746.500 45,82 %

Hibah 0 0,00 %

Dana bagi hasil pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya 178.117.000.000 97,81 %

Dana penyesuaian dan otonomi khusus 195.535.000.000 29,50 %


Akun Realisasi %

Lain-lain 14.849.746.500 -

Belanja 2.979.943.334.484 84,01 %

Belanja Tidak Langsung 2.006.408.334.484 92,26 %

Belanja Pegawai 1.551.150.000.000 93,81 %

Belanja Hibah 45.445.193.486 43,61 %

Belanja Bantuan sosial 52.317.524.000 104,45 %

Belanja Bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes 13.632.616.998 97,81 %

Belanja Bantuan keuangan kpd Prop/Kab/Kota dan 343.863.000.000 98,82 %


Pemdes

Belanja tidak terduga 0 0,00 %

Belanja Langsung 973.535.000.000 70,94 %

Belanja Pegawai 0 0,00 %

Belanja Barang dan Jasa 513.084.000.000 80,05 %

Belanja Modal 460.451.000.000 75,47 %

Pembiayaan 437.495.223.167 424,29 %


Akun Realisasi %

Penerimaan 437.495.223.167 424,29 %

SiLPA TA sebelumnya 437.466.000.000 424,26 %

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 29.223.167 -

Analisis Data APBD Kab. Jember Tahun 2016

Pada APBD Kab. Jember tahun 2016 memiliki pendapatan sebanyak Rp. 3,1 T
dengan rincian pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp. 524 M yang berisi pajak daerah Rp.
136 M, retribusi daerah Rp 36 M, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Rp. 5
M, dan lain lain PAD yang sah 345,8 M. Dana perimbangan sebesar Rp. 2,279 M yang berisi
dana bagi hasil pajak dan bukan pajak Rp. 138 M, dana alokasi umum Rp. 1,7 M dan dana
alokasi khusus Rp. 430 M dan lain lain pendapatan daerah yang sah sebesar Rp. 388 M yang
berisi dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda Rp. 178 M, dana penyesuaian dan
otonomi khusus Rp. 195 M serta dana lain-lain Rp. 14 M. Semua pendapatan ini telah
terealisasi sebesar 92,69% yang berarti hampir menyentuh nominal yang telah ditargetkan.

Sedangkan dalam pembelanjaan telah terealisasikan sebesar Rp. 2,979 dengan rincian
belanja tidak langsung sebesar Rp. 2 T yang berisi belanja pegawai dengan nomilal paling
besar Rp. 1.5 T, belanja hibah Rp. 45 M, belanja bansos Rp. 52 M, belanja bagi hasil kepada
Provinsi/kab/kota dan pemdes Rp. 13 M belanja bantuan keuangan Rp. 343 M. Pada belanja
langsung sebesar Rp. 973 M yang berisi belanja barang dan jasa Rp. 513 M dan belanja
modal 460 M, dengan prosentase akun belanja sebesar 84,01%. Terakhir dengan pembiayaan
sebesar Rp. 437 M dan terealisasi dengan prosentase 424,26%

Data TA 2017 per 12 November 2018 (Realisasi)

Akun Realisasi %

Pendapatan 3.480.086.187.354 98,98 %

PAD 719.213.581.070 136,64 %

Pajak daerah 160.400.490.400 105,23 %


Akun Realisasi %

Retribusi daerah 34.759.419.187 89,11 %

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 5.481.870.425 106,59 %

Lain-lain PAD yang sah 518.571.801.058 157,24 %

Daper 2.309.229.753.650 89,04 %

Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 123.789.865.394 82,19 %

Dana alokasi umum 1.688.226.251.000 89,06 %

Dana alokasi khusus 497.213.637.256 90,85 %

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 451.642.852.634 114,01 %

Hibah 2.389.386.868 171,05 %

Dana bagi hasil pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya 227.388.231.722 124,83 %

Dana penyesuaian dan otonomi khusus 212.205.147.544 99,86 %

Bantuan keuangan dari Propinsi atau Pemda lainnya 0 0,00 %

Lain-lain 9.660.086.500 -

Belanja 3.558.375.056.145 98,75 %

Belanja Tidak Langsung 2.087.007.349.792 106,14 %


Akun Realisasi %

Belanja Pegawai 1.469.407.831.845 101,35 %

Belanja Hibah 127.042.521.070 167,04 %

Belanja Bantuan sosial 70.976.005.250 245,85 %

Belanja Bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes 21.724.257.371 155,86 %

Belanja Bantuan keuangan kpd Prop/Kab/Kota dan 394.590.634.256 100,50 %


Pemdes

Belanja tidak terduga 3.266.100.000 65,32 %

Belanja Langsung 1.471.367.706.353 89,89 %

Belanja Pegawai 0 0,00 %

Belanja Barang dan Jasa 762.496.731.169 85,71 %

Belanja Modal 708.870.975.184 132,50 %

Pembiayaan 647.619.380.036 742,79 %

Penerimaan 649.619.380.036 745,08 %

SiLPA TA sebelumnya 649.555.523.036 745,01 %

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 63.857.000 -


Akun Realisasi %

Pengeluaran 2.000.000.000 -

Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2.000.000.000 -

Realiasasi APBD TA 2018 per 10 September 2020

Akun Realisasi %

Pendapatan 3.588.873.174.516 99,74 %

PAD 597.509.388.024 101,40 %

Pajak daerah 182.682.475.898 107,47 %

Retribusi daerah 37.969.490.704 113,79 %

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 5.533.329.188 88,97 %

Lain-lain PAD yang sah 371.324.092.234 97,79 %

Daper 2.347.407.698.706 97,39 %

Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 171.575.657.659 112,00 %

Dana alokasi umum 1.697.477.217.000 99,27 %

Dana alokasi khusus 478.354.824.047 87,41 %

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 643.956.087.786 107,56 %

Hibah 177.580.383.993 98,47 %


Akun Realisasi %

Dana darurat 0 -

Dana bagi hasil pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya 220.826.657.244 128,46 %

Dana penyesuaian dan otonomi khusus 235.267.846.549 99,61 %

Bantuan keuangan dari Propinsi atau Pemda lainnya 10.281.200.000 100,00 %

Lain-lain 0 -

Belanja 3.450.097.455.532 91,37 %

Belanja Tidak Langsung 1.911.896.859.175 101,36 %

Belanja Pegawai 1.271.839.105.906 98,04 %

Belanja Bunga 0 -

Belanja Subsidi 0 -

Belanja Hibah 50.271.116.225 73,49 %

Belanja Bantuan sosial 141.036.033.057 147,45 %

Belanja Bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes 20.672.475.433 93,99 %

Belanja Bantuan keuangan kpd Prop/Kab/Kota dan 424.078.128.554 106,60 %


Pemdes
Akun Realisasi %

Belanja tidak terduga 4.000.000.000 80,00 %

Belanja Langsung 1.538.200.596.357 81,40 %

Belanja Pegawai 0 0,00 %

Belanja Barang dan Jasa 1.005.953.024.708 107,96 %

Belanja Modal 532.247.571.649 81,07 %

Pembiayaan 562.383.993.795 316,74 %

Penerimaan 569.383.993.795 308,52 %

SiLPA TA sebelumnya 569.330.511.246 308,49 %

Pencairan dana cadangan 0 -

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0 -

Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah 0 -

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 53.482.549 -

Penerimaan piutang daerah 0 -

Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir 0 -

Pengeluaran 7.000.000.000 100,00 %

Pembentukan Dana Cadangan 0 -


Akun Realisasi %

Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 7.000.000.000 100,00 %

Pembayaran Pokok Utang 0 -

Pemberian Pinjaman Daerah 0 -

Pembayaran Kegiatan Lanjutan 0 -

Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 0 -

Lainnya 0 -

Realisasi APBD 2019 (per 21 Oktober 2020)

Akun Realisasi %

Pendapatan 3.815.931.626.882 103,93 %

PAD 667.598.426.910 105,86 %

Pajak daerah 191.800.060.051 95,26 %

Retribusi daerah 40.479.330.988 117,60 %

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 5.752.248.169 84,01 %

Lain-lain PAD yang sah 429.566.787.702 110,71 %

Daper 2.402.647.387.288 100,93 %


Akun Realisasi %

Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 154.750.633.841 101,02 %

Dana alokasi umum 1.765.927.493.000 104,03 %

Dana alokasi khusus 481.969.260.447 90,96 %

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 745.685.812.684 112,87 %

Hibah 186.932.026.110 103,65 %

Dana darurat 0 -

Dana bagi hasil pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya 262.073.910.574 141,92 %

Dana penyesuaian dan otonomi khusus 285.367.067.000 100,00 %

Bantuan keuangan dari Propinsi atau Pemda lainnya 11.312.809.000 110,03 %

Lain-lain 0 -

Pendapatan Lainnya 0 -

Belanja 3.876.912.578.274 96,36 %

Belanja Tidak Langsung 2.000.732.096.702 99,47 %

Belanja Pegawai 1.239.201.024.029 95,52 %

Belanja Bunga 0 -
Akun Realisasi %

Belanja Subsidi 0 -

Belanja Hibah 62.004.451.200 90,64 %

Belanja Bantuan sosial 202.430.198.489 137,86 %

Belanja Bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes 22.065.196.660 106,74 %

Belanja Bantuan keuangan kpd Prop/Kab/Kota dan 475.031.226.324 100,39 %


Pemdes

Belanja tidak terduga 0 0,00 %

Belanja Lainnya 0 -

Belanja Langsung 1.876.180.481.572 93,25 %

Belanja Pegawai 227.141.047.897 84,06 %

Belanja Barang dan Jasa 917.442.405.845 110,14 %

Belanja Modal 731.597.027.830 80,51 %

Pembiayaan 691.175.700.535 196,59 %

Penerimaan 701.175.700.535 199,43 %

SiLPA TA sebelumnya 701.159.712.779 199,43 %


Akun Realisasi %

Pencairan dana cadangan 0 -

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0 -

Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah 0 -

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 0 -

Penerimaan piutang daerah 0 -

Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir 15.987.756 -

Penerimaan Pembiayaan Lainnya 0 -

Pengeluaran 10.000.000.000 -

Pembentukan Dana Cadangan 0 -

Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 10.000.000.000 -

Pembayaran Pokok Utang 0 -

Pemberian Pinjaman Daerah 0 -

Pembayaran Kegiatan Lanjutan 0 -

Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 0 -

Pengeluaran Pembiayaan Lainnya 0 -


Realisasi APBD 2020 per 11 Februari 2021

Akun Realisasi %

Pendapatan 3.531.453.130.893 89,16 %

PAD 593.188.859.891 79,09 %

Pajak daerah 183.641.795.462 74,15 %

Retribusi daerah 32.359.417.818 72,86 %

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 5.391.983.375 88,36 %

Lain-lain PAD yang sah 371.795.663.236 82,29 %

Daper 2.208.327.873.867 88,73 %

Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 138.178.862.696 106,42 %

Dana alokasi umum 1.611.693.896.000 89,37 %

Dana alokasi khusus 458.455.115.171 82,54 %

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 729.936.397.135 101,07 %

Hibah 192.347.853.583 95,11 %

Dana darurat 0 -

Dana bagi hasil pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya 208.997.087.352 102,70 %

Dana penyesuaian dan otonomi khusus 317.610.537.000 104,10 %


Akun Realisasi %

Bantuan keuangan dari Propinsi atau Pemda lainnya 10.980.919.200 96,66 %

Pendapatan Lainnya 0 -

Belanja 3.297.701.208.294 72,76 %

Belanja Tidak Langsung 2.127.096.912.003 91,32 %

Belanja Pegawai 1.258.122.468.065 86,99 %

Belanja Bunga 0 -

Belanja Subsidi 0 -

Belanja Hibah 170.727.926.999 94,59 %

Belanja Bantuan sosial 125.977.374.000 68,02 %

Belanja Bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes 22.159.571.660 100,43 %

Belanja Bantuan keuangan kpd Prop/Kab/Kota dan 472.014.490.500 95,52 %


Pemdes

Belanja tidak terduga 78.095.080.779 7.809,51


%

Belanja Lainnya 0 -

Belanja Langsung 1.170.604.296.291 53,14 %

Belanja Pegawai 44.322.486.800 14,22 %


Akun Realisasi %

Belanja Barang dan Jasa 937.970.858.060 85,85 %

Belanja Modal 188.310.951.431 23,58 %

Pembiayaan 609.429.421.601 106,66 %

Penerimaan 630.229.421.601 106,43 %

SiLPA TA sebelumnya 630.194.749.143 106,42 %

Pencairan dana cadangan 0 -

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0 -

Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah 0 -

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 0 -

Penerimaan piutang daerah 0 -

Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir 34.672.458 -

Penerimaan Pembiayaan Lainnya 0 -

Pengeluaran 20.800.000.000 100,00 %

Pembentukan Dana Cadangan 0 -

Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 20.800.000.000 100,00 %

Pembayaran Pokok Utang 0 -


Akun Realisasi %

Pemberian Pinjaman Daerah 0 -

Pembayaran Kegiatan Lanjutan 0 -

Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 0 -

Pengeluaran Pembiayaan Lainnya 0 -

Analisis Data APBD Kab. Jember tahun 2016-2020

Berdasarkan ringkasan data APBD Kab. Jember tahun 2016 hingga tahun 2020,
menunjukkan kenaikan baik dari segi pendapatan maupun belanja. Pada awal periode, yaitu
tahun 2016 pendapatan Kab. Jember sebesar Rp. 3,1 T dengan rincian PAD Rp. 524 M,
Daper Rp. 2,2 T dan lain-lain pendapatan daerah yang sah Rp. 388 M. Sedangkan untuk
anggaran belanja sebesar Rp. 2,97 T dengan rincian belanja tidak langsung Rp. 2 T dan
belanja langsung Rp. 973 M. Untuk pembiayaan sendiri menghabiskan dana Rp. 437 M.
Setelah itu pada tahun 2017 mengalami kenaikan yang cukup terlihat, yaitu total pendapatan
sebesar Rp. 3,4 T dengan rincian PAD Rp. 719 M, Daper Rp. 2,3 T dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah Rp. 451 M. Sedangkan untuk anggaran belanja sebesar Rp. 3,5 T dengan
rincian belanja tidak langsung Rp. 2,08 T dan belanja langsung Rp. 1,4 T.

Untuk pembiayaan sendiri menghabiskan dana Rp. 647 M dan pada tahun ini juga
terdapat pengeluaran modal yang berupa investasi sebesar Rp. 2 M. Tahun 2018 APBD Kab.
Jember juga mengalami kenaikan pada pendapatan dan penurunan jumlah nominal di
anggaran belanja, yaitu total pendapatan sebesar Rp. 3,58 T dengan rincian PAD Rp. 579 M,
Daper Rp. 2,3 T dan lain-lain pendapatan daerah yang sah Rp. 643 M. Sedangkan untuk
anggaran belanja sebesar Rp. 3,45 T dengan rincian belanja tidak langsung Rp. 1,9 T dan
belanja langsung Rp. 1,5 T. Untuk pembiayaan sendiri menghabiskan dana Rp. 562 M dan
pada tahun ini pengeluaran modal yang berupa investasi mengalami kenaikan hampir 3x lipat
dari sebelumnya, yaitu sebesar Rp. 7 M.

Selanjutnya pada tahun 2019 merupakan puncak dari kenaikan APBD Kab. Jember
baik itu dari anggaran pendapatan maupun anggaran belanja, yaitu total pendapatan sebesar
Rp. 3,8 T dengan rincian PAD Rp. 667 M, Daper Rp. 2,4 T dan lain-lain pendapatan daerah
yang sah Rp. 795 M. Sedangkan untuk anggaran belanja sebesar Rp. 3,87 T dengan rincian
belanja tidak langsung Rp. 2 T dan belanja langsung Rp. 1,87 T. Untuk pembiayaan sendiri
menghabiskan dana Rp. 691 M dan pada tahun ini pengeluaran modal yang berupa investasi
mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan, yaitu sebesar Rp. 10 M. Pada tahun 2020
pergerakan anggaran pendapatan dan enggarapn belanja mengalami penurunan, yaitu total
pendapatan sebesar Rp. 3,5 T dengan rincian PAD Rp. 593 M, Daper Rp. 2,2 T dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah Rp. 729 M. Sedangkan untuk anggaran belanja sebesar Rp. 3,2 T
dengan rincian belanja tidak langsung Rp. 2,1 T dan belanja langsung Rp. 1,7 T. Untuk
pembiayaan sendiri menghabiskan dana Rp. 609 M. namun pada tahun ini pengeluaran modal
yang berupa investasi mengalami kenaikan 2x lipat yang berbanding terbalik dengan
anggaran pendapatan dan anggaran belanja, yaitu menjadi Rp. 20,8 M.

Dapat dilihat dan dibandingkan bahwa setiap tahunnya APBD rata-rata mengalami
kenaikan yang bisa dipengaruhi oleh kebutuhan dan pendapatan semakin meningkat ataupun
bisa juga karena adanya inflasi. Sedangkan pada tahun 2020 APBD Kab. Jember mengalami
penurunan yang bisa jadi karena dampak dari pandemi Covid-19 ini. Jadi dapat disimpulkan
bahwa APBD Kab. Jember ini bergerak secara fluktuatif namun cenderung meningkat tiap
tahunnya.

Anda mungkin juga menyukai