Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015 banyak yang
meleset dari target. Akibatnya, defisit anggaran pun membengkak hingga 2,8 persen dari
Produk Domestik Bruto (PDB). Demi menambal defisit tersebut, pemerintah terpaksa
menambah jumlah utang. realisasi pendapatan negara tahun 2015 juga mencapai Rp 1.491,5
triliun atau cuma 84,7 persen dari target yang sebesar Rp 1.761,6 triliun. Pendapatan tersebut
terdiri atas penerimaan pajak, bea dan cukai, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Adapun Utang untuk pembiayaan defisit tahun 2015 mencapai Rp 329,4 triliun atau
naik 48 persen dari target APBNP-2015. Jumlah tersebut juga lebih tinggi dari utang untuk
pembiayaan defisit tahun 2014 yang sebesar Rp 262,4 triliun. Utang tersebut didominasi dari
pembiayaan dalam negeri sebesar Rp 309,3 triliun. Sedangkan utang luar negeri cuma Rp 20
triliun. Suahasil menyebut, penambahan utang itu bersumber dari pinjaman bilateral dan
multilateral, yang dinilai lebih murah bagi anggaran negara. Jika melihat Relasi penrimaan
Pajak (incloud Bea Cukai) diperkirakan mencapai Rp. 1.235,8 Triliun dengan kata lain
mencapai 83% dari target. pajak total gross yang memperhitungkan kas yang dialokasikan
untuk restitusi pajak mencapai Rp 1.150 triliun. Sedangkan realisasi pajak netto sebesar Rp
1.055 triliun atau cuma 81,5 persen dari target.
APBN 2016
Sementara untuk belanja negara melanjutkan program prioritas nasional (antara lain
infrastruktur konektivitas, kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman, pariwisata,
pengurangan kesenjangan serta pertahanan) untuk memperbaiki kualitas pembangunan.
Selain itu, Transfer ke dana desa juga dtingkatkan untuk mempercepat penguatan peran
daerah dalam penyediaan pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang
merupakan perwujudan dari ciri Indonesia sebagai negara desentralisasi fiskal.
APBN 2017
Belanja negara juga ditujukan demi pengurangan tingkat kemiskinan dan kesenjangan
sosial. Salah satunya adalah melalui pemenuhan belanja yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan (mandatory spending), seperti anggaran pendidikan yang dalam APBN
2017 tetap dijaga sebesar 20%, dengan fokus untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan
pendidikan. Sementara itu, belanja infrastruktur yang dialokasikan ke daerah dalam APBN
2017 tercatat dalam APBN 2017, Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa dialokasikan
sebesar Rp764,9 triliun. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan dengan belanja
Kementerian/Lembaga yang sebesar Rp763,5 triliun.
APBN 2018
APBN 2019
Pada APBN 2019, Pemerintah Pusat menurunkan Rasio Defisit APBN menjadi 1,84%
dari PDB (sumber mengatakan bahwa hal ini menjadi yang terendah sejak tahun 2013). Pada
keseimbangan primer juga mengalami konsistensi penurunan hingga mendekati angka 0,
yakni di angka 0,12. Pembiayaan utang juga relatif menurun pada APBN 2019 ini.
Pada APBN 2019, Belanja Negara telah dianggarkan sebesar Rp2461,1 T. Belanja
Negara tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional antara lain
infrastruktur, pengurangan kemiskinan dan pengangguran, dalam rangka pemerataan
pembangunan dan perbaikan konektivitas dengan tetap menjaga efisiensi. Pada APBN 2019,
Belanja Kementerian/Lembaga mencapai Rp855,4 T. Sedangkan untuk belanja Non
Kementerian/Lembaga sebesar Rp778,9 T (mengalami peningkatan disbanding tahun
sebelumnya yakni tahun 2018). Mengutip dari pernyataan beberapa sumber, menjelaskan
bahwa Fokus Belanja Pemerintah antara lain Pembangunan Sumber Daya Manusia,
Penguatan Infrastruktur, Mendorong efektivitas Program Perlindungan Sosial, Pelaksanaan
Agenda Demokrasi, Birokrasi yang Efektif dan Efisien, serta Antisipasi ketidakpastian.
Belanja K/L dialokasikan sejalan dengan prioritas pembangunan nasional. Belanja K/L
tersebut juga telah mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Transfer ke Daerah & Dana Desa diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan
mengurangi kesenjangan pelayanan dasar publik antar daerah. Totalnya adalah sebesar
Rp826,8 T yang mana angka tersebut merupakan suatu peningkatan dari tahun sebelumnya.
Kemudian terkait Dana Desa. Prioritas penggunaan dana desa yakni tertuju pada
pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat. Pada APBN 2019 ini, Dana Desa
dianggarkan sebesar Rp70,0 T. Kemudian mengenai pembiayaan anggaran. Yakni meliputi
pembiayaan utang, pembiayaan investasi, pembiayaan pinjaman, dan investasi penjaminan.
Pembiayaan anggaran menurun dari tahun sebelumnya yakni menjadi Rp296,0 T.
DATA DAN ANALISIS APBD PROVINSI JATIM TAHUN 2015 – 2019
(dalam jutaan rupiah)
A. Hasil Pengelolaan
3 Kekayaan daerah
yang Dipisahkan 353.566 367.709 382.417 397.714 413.623 4,00
C. Lain-Lain
Pendapatan Daerah
2.800.570 2.800.570 2.800.570 2.800.570 2.800.570 0,00
Yang Sah
C. Dana penyesuaian
2.777.420 2.777.420 2.777.420 2.777.420 2.777.420 0,00
2
dan otonomi khusus
Analisis :
A. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa, penerimaan Provinsi Jawa Timur tahun 2015-
2019 berasal dari : 3.16
1. Pendapatan, yang meliputi :
a. PAD (Pendapatan Asli Daerah), didapat dari meliputi :
Pajak Daerah, yaitu kontribusi wajib kepada daerah yang tertuang oleh oeang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dimana
pajak daerah ini akan digunakan untuk keperluan daerah tu sendiri dan
kemakmuran rakyatnya.
Retribusi Daerah, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang kusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau suatu badan.
Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu pendapatan yang
mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD, milik pemerintah/BUMN.
Lain-lain PAD yang sah, yaitu seluruh pendapatan daerah selainpendapatan asli
daerah dan pendapatan transfer, yang meliputi dana hibah, dana darurar, dan lain-
lain pendapatan sesuai dengan ketntuan peraturan perundang-undangan.
b. Dana Perimbangan, meliputi :
Dana bagi hasil pajak atau bagi hasil bukan pajak, yaitu dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam ranka melaksanakan desentralsasi
wilayah.
Dana alokasi umum, yaitu sejumlah dana yang harus dalokasikan pemerintah pusat
kepada setiap daerah otonom di Indonesia setiap tahunnya untuk digunakan
sebagai dana pembangunan.
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, meliputi :
Hibah, yaitu dana yang dianggarkan untuk pemberian hibah dalam bentuk uang,
barang, dan jasa kepada pemerintah pusat maupun pemerinta daerah lainnya, dan
kelompok masyarakat serta perorangan yang secara spesifik telah memiliki
peruntukan tujuan yang jelas.
Dana penyesuaian dan otonomi khusus, yaitu dana yang dialokasikan untuk
membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan tertentu pemerintah dan
DPR sesuai peraturan perundangan.
2. Pencairan dana cadangan (sesuai Peraturan Daerah), yaitu dana yang dianggarkan untuk
mengantisipasi apabila dana anggaran lain terdapat minus atau untuk dana yang
dibutuhkan secara tiba-tiba.
3. SiLPA (selisih lebih perhitungan anggaran ), yaitu selisih lebih/kurang antara realisasi
pendapatan LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam
APBD selama satu periode.
Berdasarkan tabel yang ada di atas yaitu menunjukkan penganggaran APBD Provinsi
jawa Timur dar tahun 2015 – 2019. Pertama yaitu PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang
terdiri dari : Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang
dipisahkan, Lain-lain PAD yang sah dari tahun ke tahun mengalami kenaikan anggaran yaitu
total presentase kenaikan PAD sebesar 9,62%. Dengan rincian kenaikan anggaran pajak
daerah sebesar 9,89%, retribusi daerah sebesar 2,38%, Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah
yang dipisahkan sebesar 4,00%, Lain-lain PAD yang sah sebesar 9,10%.
Kedua yaitu Dana Perimbangan. Dana pembnagunan Provinsi Jawa Timur dari tahun
ketahun mengalami kenaikan anggaran dengan rata-rata presentasenya sebesar 0.90%.
kenaikan anggaran tersebut terdapat rincian sebaga berikut : Dana bagi hasil pajak atau bagi
hasil bukan pajak mengalami kenaikan anggaran dengan rata-rata presentase sebesar 0,87%,
dan Dana alokasi umum mengalami kenaikan anggaran sebesar 2,00%. Pada APBD Provinsi
jawa Timur tahun anggaran 2015-15, Pemprov Jatim tidak menganggarkan dana untuk
alokasi kusus, sehingga data tidak tertera pada tabel.
Ketiga yaitu Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yang terdiri dari dana hibah dan
dana Dana penyesuaian dan otonomi khusus. Dana tersebut dari tahun ke tahun tetap dengan
presentas 0,00%.
Keempat yaitu Pencairan danacadangan (sesuaiPerda), dana anggaran tersebut dalam
jangka waktu tahun2015-2019 anya terdapat pada tahun 2018 saaj dengan anggaran 600.000.
dan untuk tahun 2015, 2016, 2017, dan 2019 tidak ada anggaran untuk dana tersebut.
B. Pada table diatas dapat dilihat bahwa, pengeluaran prioritas utama Provinsi Jawa
Timur tahun 2015-2019 meliputi :
1. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung,
meliputi:
a. Belanja Gaji dan Tunjangan, merupakan
b. Belanja Insentif Pemungutan
c. Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional
KDH/WKDH (kepala daerah atau wakil kepala daerah)
d. Belanja bagi hasil dengan Kabupaten atau Kota
e. Belanja Hibah (BOS), anggaran pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan
jasa kepada pemerintah maupun pemerintah daerah lainnya dalam hal ini adala
Dana BOS, dan kelompok masyarakat serta perorangan yang secara spesifik telah
memiliki peruntukan yang jelas.
f. Belanja Hibah ( Pilgub ), anggaran pemberian hibah dalam bentuk uang, barang
dan jasa kepada pemerintah maupun pemerintah daerah lainnya dalam hal ini
adala pemilihan gubenur, dan kelompok masyarakat serta perorangan yang secara
spesifik telah memiliki peruntukan yang jelas.
g. Belanja Tidak Terduga
2. Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung, meliputi :
a. Belanja Operasional Pelayanan (Rutin)
b. Belanja BLUD ( badan layanan umum daerah )
3. Pembiayaan Pengeluaraan
a. Pembentukan Dana Cadangan
Analisis:
Berdasarkan tabel diatas, penggunaan APBD provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun
selalu mengalami kenaikan sekitar 6% pertahun. Untuk belanja hibah (BOS) tahun ketahun
nilainya tetap. Dan untuk belanja hibah (Pilgub) hanya terdapat pada tahun 2018 karena
pilgub yang terjadi hanya 5tahun sekali. Belanja tidak terduga dari tahun ke tahunpun
nilainya tetap. Belanja langsung tahun ketahun selalu mengalami pertumbuhan sekitar 5%
setiap tahunnya. Sedangkan pembiyaan pengeluaran setiap tahunnya selalu bertambah tetapi
2 tahun belakangan tidak ada. Pada tabel tersebut bisa kita tahu bahwa APBD yang ada
digunakan untuk kebutuhan kebutuhan wajib yang sifatnya mengikat seingga digolongkan
pada Prioritas I atau prioritas utama. Selain bersifat mengikat, pengeluaran ini
pembayarannya tidak dapat ditunda serta setiap tahun pasti dibayarkan oleh Pemerintah
Daerah.
Prioritas II, diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan serta program prioritas dalam rangka penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah yang paling berdampak luas pada masing-masing segementasi
masyarakat yang dilayani sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi
berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD. Seperti peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan. Lalu pembanguann infrastruktur pedesaan,
peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan lain-lain.
Rata-rata
Pertumbuh
Proyeksi an per
tahun (%)
No. Uraian
2015 2016 2017 2018 2019
B.3 Belanja
Mengikat
bersumber dari 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000 0,00
Pajak Rokok
B.4 (50% pajak
Belanja Fungsi
1.543.710 1.840.755 2.159.944 2.602.055 2.806.713 25,80
Belanja Fungsi
Kesehatan
B.5 (10%x total 610.831 663.825 720.240 832.773 819.576
belanja daerah
Pengeluaran 0,00
C. 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
Pembiayaan
Penyertaan
C.1 Modal dan 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 0,00
Dagulir
F. Total Belanja 9.195.585 9.809.610 10.476.586 11.233.739 12.276.123 8,65
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur (data diolah)
C. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa, pengeluaran alokasi Kab/Kota Provinsi Jawa
Timur tahun 2015-2019 meliputi :
1. Belanja Tidak Langsung, merupakan kegiatan belanja daerah yang dianggarkan dan
tidak memiliki hubungan apapun secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan, meliputi :
a. Belanja Hibah, Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah
dalam bentuk uang, barang dan jasa kepada pemerintah maupun pemerintah
daerah lainnya, dan kelompok masyarakat serta perorangan yang secara spesifik
telah memiliki peruntukan yang jelas.
b. Belanja Bantuan Sosial, Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan
pemberian bantuan dalam bentuk uang dan barang kepada masyarakat, dengan
tujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
c. Bantuan Keuangan Kab/Kota/Desa, Bantuan keuangan digunakan untuk
menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi
kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya
atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah
daerah lainnya dalam rangka pemerataan atau peningkatan kemampuan keuangan
daerah.
2. Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan, hal ini dilaksanakan untuk menjalankan
program yang dianggarkan SKPD (satuan kerja perangkat daerah) , meliputi :
a. Belanja Prioritas Pembangunan, yaitu belanja yang dianggarkan berkenaan
reformasi pembangunan dengan skala prioritas pembangunan
b. Belanja Mengikat bersumber dari DBHCHT ( Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau)
c. Belanja Mengikat bersumber dari Pajak Rokok ( 50% pajak rokok ),
d. Belanja Fungsi Pendidikan (20%), alokasi belanja fungsi pendidikan yang
dianggarkan dalam APBN untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang
menjadi tanggung jawab pemerintah, termasuk gaji pendidik, namun tidak
termasuk anggaran pendidikan kedinasan.
e. Belanja Fungsi Kesehatan (10% X total belanja daerah-total gaji pegawai ),
3. Pengeluaraan Pembiayaan
a. Penyertaan Modal dan Dagulir (dana bergulir), anggaran ini sebagai bentuk
kepedulian untuk umk-umkm kecil terkait sector usaha
Pemerintahan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015-2019 dipimpin oleh Gubrernur
Soekarwo, pada hal terdapat beberapa misi terkait reformasi pembangunan dengan rancangan
prioritas urgensi maupun berkenaan dengan kepentingan perencanaan. Pada tabel dalam
kolom belanja prioritas pembangunan terlihat dari tahun 2015-2019 mendapati peningkatan
angka. Hal ini berkaitan dengan realisasi pembangunan yang dimulai dengan prioritas yakni,
alokasi tterkait pengelolaan bidang infrastruktur, hingga fasilitas pelaksaan pembangunan
jalan lintas selatan (JLS). Selain itu pengembangan terkait perumahan dan Kawasan
permukiman dan program Water Resources dan Irrigationn Sector Management.
Pada tabel menunjukan dana hasil cukai dan pajak rokok masuk dalam anggaran
pengeluaran, hal ini dilatarbelakangi oleh permaslaahan terkait, peningkatan kelas RSU
Karsa Husada Batu menjadi Rumah Sakit Umum Kelas B belum terwujud , tuntutan
pengembangan pelayanan seiring dengan pergeseran pola penyakit terbanyak yang semula
penyakit tidak menular, serta rumah sakit memerlukan upaya peningkatan dari sisi fisik
bangunan dan prassarana berupa alat Kesehatan , sitem penanggulangan kebakaran, gas
sentral jaringan limbah cair juga jumlah sumber daya manusia(dokter spesialis, perawat dan
tenaga Kesehatan)
DATA DAN ANALISIS APBD KAB. JEMBER TAHUN 2015 – 2019
Akun Realisasi %
Hibah 0 0,00 %
Dana bagi hasil pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya 178.117.000.000 97,81 %
Lain-lain 14.849.746.500 -
Pada APBD Kab. Jember tahun 2016 memiliki pendapatan sebanyak Rp. 3,1 T
dengan rincian pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp. 524 M yang berisi pajak daerah Rp.
136 M, retribusi daerah Rp 36 M, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Rp. 5
M, dan lain lain PAD yang sah 345,8 M. Dana perimbangan sebesar Rp. 2,279 M yang berisi
dana bagi hasil pajak dan bukan pajak Rp. 138 M, dana alokasi umum Rp. 1,7 M dan dana
alokasi khusus Rp. 430 M dan lain lain pendapatan daerah yang sah sebesar Rp. 388 M yang
berisi dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda Rp. 178 M, dana penyesuaian dan
otonomi khusus Rp. 195 M serta dana lain-lain Rp. 14 M. Semua pendapatan ini telah
terealisasi sebesar 92,69% yang berarti hampir menyentuh nominal yang telah ditargetkan.
Sedangkan dalam pembelanjaan telah terealisasikan sebesar Rp. 2,979 dengan rincian
belanja tidak langsung sebesar Rp. 2 T yang berisi belanja pegawai dengan nomilal paling
besar Rp. 1.5 T, belanja hibah Rp. 45 M, belanja bansos Rp. 52 M, belanja bagi hasil kepada
Provinsi/kab/kota dan pemdes Rp. 13 M belanja bantuan keuangan Rp. 343 M. Pada belanja
langsung sebesar Rp. 973 M yang berisi belanja barang dan jasa Rp. 513 M dan belanja
modal 460 M, dengan prosentase akun belanja sebesar 84,01%. Terakhir dengan pembiayaan
sebesar Rp. 437 M dan terealisasi dengan prosentase 424,26%
Akun Realisasi %
Dana bagi hasil pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya 227.388.231.722 124,83 %
Lain-lain 9.660.086.500 -
Pengeluaran 2.000.000.000 -
Akun Realisasi %
Dana darurat 0 -
Dana bagi hasil pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya 220.826.657.244 128,46 %
Lain-lain 0 -
Belanja Bunga 0 -
Belanja Subsidi 0 -
Lainnya 0 -
Akun Realisasi %
Dana darurat 0 -
Dana bagi hasil pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya 262.073.910.574 141,92 %
Lain-lain 0 -
Pendapatan Lainnya 0 -
Belanja Bunga 0 -
Akun Realisasi %
Belanja Subsidi 0 -
Belanja Lainnya 0 -
Pengeluaran 10.000.000.000 -
Akun Realisasi %
Dana darurat 0 -
Dana bagi hasil pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya 208.997.087.352 102,70 %
Pendapatan Lainnya 0 -
Belanja Bunga 0 -
Belanja Subsidi 0 -
Belanja Lainnya 0 -
Berdasarkan ringkasan data APBD Kab. Jember tahun 2016 hingga tahun 2020,
menunjukkan kenaikan baik dari segi pendapatan maupun belanja. Pada awal periode, yaitu
tahun 2016 pendapatan Kab. Jember sebesar Rp. 3,1 T dengan rincian PAD Rp. 524 M,
Daper Rp. 2,2 T dan lain-lain pendapatan daerah yang sah Rp. 388 M. Sedangkan untuk
anggaran belanja sebesar Rp. 2,97 T dengan rincian belanja tidak langsung Rp. 2 T dan
belanja langsung Rp. 973 M. Untuk pembiayaan sendiri menghabiskan dana Rp. 437 M.
Setelah itu pada tahun 2017 mengalami kenaikan yang cukup terlihat, yaitu total pendapatan
sebesar Rp. 3,4 T dengan rincian PAD Rp. 719 M, Daper Rp. 2,3 T dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah Rp. 451 M. Sedangkan untuk anggaran belanja sebesar Rp. 3,5 T dengan
rincian belanja tidak langsung Rp. 2,08 T dan belanja langsung Rp. 1,4 T.
Untuk pembiayaan sendiri menghabiskan dana Rp. 647 M dan pada tahun ini juga
terdapat pengeluaran modal yang berupa investasi sebesar Rp. 2 M. Tahun 2018 APBD Kab.
Jember juga mengalami kenaikan pada pendapatan dan penurunan jumlah nominal di
anggaran belanja, yaitu total pendapatan sebesar Rp. 3,58 T dengan rincian PAD Rp. 579 M,
Daper Rp. 2,3 T dan lain-lain pendapatan daerah yang sah Rp. 643 M. Sedangkan untuk
anggaran belanja sebesar Rp. 3,45 T dengan rincian belanja tidak langsung Rp. 1,9 T dan
belanja langsung Rp. 1,5 T. Untuk pembiayaan sendiri menghabiskan dana Rp. 562 M dan
pada tahun ini pengeluaran modal yang berupa investasi mengalami kenaikan hampir 3x lipat
dari sebelumnya, yaitu sebesar Rp. 7 M.
Selanjutnya pada tahun 2019 merupakan puncak dari kenaikan APBD Kab. Jember
baik itu dari anggaran pendapatan maupun anggaran belanja, yaitu total pendapatan sebesar
Rp. 3,8 T dengan rincian PAD Rp. 667 M, Daper Rp. 2,4 T dan lain-lain pendapatan daerah
yang sah Rp. 795 M. Sedangkan untuk anggaran belanja sebesar Rp. 3,87 T dengan rincian
belanja tidak langsung Rp. 2 T dan belanja langsung Rp. 1,87 T. Untuk pembiayaan sendiri
menghabiskan dana Rp. 691 M dan pada tahun ini pengeluaran modal yang berupa investasi
mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan, yaitu sebesar Rp. 10 M. Pada tahun 2020
pergerakan anggaran pendapatan dan enggarapn belanja mengalami penurunan, yaitu total
pendapatan sebesar Rp. 3,5 T dengan rincian PAD Rp. 593 M, Daper Rp. 2,2 T dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah Rp. 729 M. Sedangkan untuk anggaran belanja sebesar Rp. 3,2 T
dengan rincian belanja tidak langsung Rp. 2,1 T dan belanja langsung Rp. 1,7 T. Untuk
pembiayaan sendiri menghabiskan dana Rp. 609 M. namun pada tahun ini pengeluaran modal
yang berupa investasi mengalami kenaikan 2x lipat yang berbanding terbalik dengan
anggaran pendapatan dan anggaran belanja, yaitu menjadi Rp. 20,8 M.
Dapat dilihat dan dibandingkan bahwa setiap tahunnya APBD rata-rata mengalami
kenaikan yang bisa dipengaruhi oleh kebutuhan dan pendapatan semakin meningkat ataupun
bisa juga karena adanya inflasi. Sedangkan pada tahun 2020 APBD Kab. Jember mengalami
penurunan yang bisa jadi karena dampak dari pandemi Covid-19 ini. Jadi dapat disimpulkan
bahwa APBD Kab. Jember ini bergerak secara fluktuatif namun cenderung meningkat tiap
tahunnya.