Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perencanaan sebuah gedung bertingkat, khususnya gedung kampus
bertingkat, harus memperhatikan beberapa kriteria yang matang dari unsur kekuatan,
kenyamanan, serta aspek ekonomisnya. Kenyamanan yang diinginkan membutuhkan
tingkat ketelitian dan keamanan yang tinggi dalam perhitungan konstruksinya. Faktor
yang seringkali mempengaruhi kekuatan konstruksi adalah beban hidup, beban mati,
beban angin, dan beban gempa. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa keadaan atau
kondisi lokasi pembangunan gedung bertingkat akan mempengaruhi pula terhadap
kekuatan gempa yang ditimbulkan yang kemudian berakibat pada bangunan itu
sendiri. Indonesia sebagai salah satu daerah rawan gempa, kondisi ini memberikan
pengaruh besar dalam proses perencanaan sebuah gedung di Indonesia.
Maka dari itu membutuhkan suatu solusi untuk memperkecil resiko yang
terjadi akibat gempa, terutama untuk gedung-gedung bertingkat. Dewasa ini sangat
dibutuhkan para teknokrat sipil yang ahli dalam merencanakan sebuah struktur
bangunan yang tahan gempa. Sehingga perlu bagi para calon teknokrat bangunan
untuk memahami dan berlatih dalam merencanakan struktur gedung tahan gempa.
Komponen struktur gedung itu sendiri terdiri dari pondasi, sloof, kolom,balok, plat
lantai, dan plat atap. Masing-masing komponen tersebut harus dihitung untuk
mengetahui dimensinya sehingga dapat diketahui kuat atau tidak kuat struktur tersebut.
Pada perencanaan ini ditentukan gedung 3 lantai (SNI 1726-2013).Sedangkan untuk
perhitungan analisis pembebanannya digunakan software SAP 2000.

B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang diuraikan pada bagian latar belakang, dapat
disimpulkan rumusan masalah tentang cara merencanakan struktur portal 3 lantai dan
cara menghitung kebutuhan strukturnya.

C. Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan yang ingin dicapai adalah :
1). Merencanakan dimensi portal 3 lantai
2). Menentukan dimensi atap baja, sloof, kolom, dan balok struktur agar dapat
menampung beban-beban gaya yang akan diberikan.
3). Menentukan jumlah tulangan pada plat, balok, kolom, sloof, dan pondasi.

D. Manfaat Perencanaan
Perencanaan struktur ini diharapkan bermanfaat untuk :
1). Memperdalam pemahaman dalam merencanakan portal 3
2). Sebagai pedoman atau referensi untuk merencanakan di dunia kerja, serta
mengaplikasikannya di lapangan.

E. Lingkup Perencanaan
Batasan -batasan perencanaan dibatasi sebagai berikut :
1). Struktur yang ditinjau adalah struktur dari Gedung Kuliah yang meliputi
Struktur Atap (kuda-kuda), Balok, Kolom, Pelat lantai, Tangga dan Fondasi.
2). Stuktur balok, kolom dan pelat lantai menggunakan struktur beton bertulang.
3). Ketinggian kolom direncanakan lantai 1 L = 6,0 m dan lantai 2 sampai 3 = 5 m.
4). Tebal plat atap 120 mm, plat lantai 130 mm.
5). Dimensi portal awal : Balok 300/400 mm
6). Digunakan fondasi tiang pancang dengan kedalaman sesuai data tanah yang ada
7). Mutu beton fc’ = 20 MPa, baja tulangan fy = 400 Mpa
8). Portal direncanakan dengan dimensi yang cukup dan tidak boros, kemudian
hitung kebutuhan (bersih) beton dan baja tulangan.
9). Analisis Struktur dengan SAP 2000.
10). Peraturan-peraturan yang digunakan pada peraturan yang secara umum di
gunakan di Indonesia antara lain :
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( Gideon jilid 1 ).
- Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, 1987.
- Pedoman Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung, 1987.
-Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung
(2012)
- Pedoman Buku Ali Asroni Beton Bertulang dan Pelat, 2010
F. Data Umum Pembebanan Pelat

Sumber : Peraturan Perencanaan Indonesia untuk Gedung 1987

Sumber : Peraturan Perencanaan Indonesia untuk Gedung 1987

Sumber : Peraturan Perencanaan Indonesia untuk Gedung 1987


Sumber : Peraturan Perencanaan Indonesia untuk Gedung 1987

Sumber : Peraturan Perencanaan Indonesia untuk Gedung 1987 hal 4


SKETSA BANGUNAN :

500

500

600

500 500
SKETSA TAMPAK ATAP BANGUNAN :

100 500 500 100

D
A A D 500

E
B B E 500

E
B B E
500

D C C D
500
TABEL CUR I ( GIDEION ) :
Keterangan : Jika nilai ly/lx diantara 1-3 maka digunakan pelat dua
arah, namun jika ly/lx > 3 maka pelat yang digunakan 1 arah ( Overhang )
DATA UMUM :

Dalam perhitungan analisis ini dilampirkan beberapa data umum dalam


perencanaan, antara lain :

 Bangunan = 3 Lantai

 Fungsi Bangunan = Kantor

 Mutu Beton ( f’c ) = 20 Mpa

 Mutu Baja ( fy ) = 400 Mpa

 Struktur Bangunan = Struktur Beton Bertulang

 Tinggi Bangunan = Lantai 1 ( 6 m)


= Lantai 2,3 ( 5 m )

 Lebar Bangunan = 5 meter

 Lis Plank Beton = 1 meter

 Tegangan Tanah = Data N-SPT

 Lebar arah-y = 5 meter

 Dimensi Balok = 0,3 x 0,4 meter


1. Menentukan Tebal Pelat
Syarat : hlendutan ≤ h ≤ hmaks
Penentuan tebal pelat ( h ) berdasarkan lendutan :

h =  fy  ; hmin =  fy  ; hmax =  fy 
 0,8    0,8    0,8  
 1500 
 Ln  1500   1500 
 Ln
 Ln
  1  36  9   36
36  5    m  0,121  
   

 Tinjau daerah A
fy : 400 mpa = 400 N/mm ; Lebar Balok = 300 mm
Ly : arah memanjang - lebar balok = 5000 mm – 300 mm = 4700 mm
Lx : arah melebar - lebar balok = 5000 mm – 300 mm = 4700 mm
Maka :
Ly 4700 mm
  = 1,00
Lx 4700 mm
Ln = 5000 – 300 = 4700 mm
Karena unsur kekakuan α m dalam persamaan tersebut belum di ketahui,
sehingga di pakai persamaan berikut :
 fy 
 0,8  
hmin =  1500 
 Ln
36  9  

 400 
 0,8  
 1500 
 4700 mm
=
36  9  1,00

= 111,40 mm
 fy 
 0,8  
hmax =  1500 
 Ln
36
 400 
 0,8  
 1500 
 4700 mm
=
36
= 139.25 mm

Syarat tebal pelat : 111,40 mm ≤ h ≤ 139,25 mm


Maka di ambil tebal pelat lantai ( h ) = 130 mm. Tebal pelat atap ( t ) di asumsikan
lebih kecil dari pelat lantai, yaitu 120 mm.

2. Penentuan Lebar Manfaat (be)


Tebal pelat lantai ( h ) = 130 mm ; dimensi balok = 30 cm x 40 cm
be = ¼xL = ¼ x 5000 mm = 1250 mm
be = bw + 16 (t) = 300 + 16 ( 130mm )= 2380 mm
~ Maka diambil yang terkecil, yaitu be = 1250 mm

1250 mm

130 mm
1

270 mm

300 mm

3. Penentuan Titik Pusat Berat


Persamaan statis momen terhadap tepi ruas atas :
A(1) = 1250 mm x 130 mm = 162500 mm2
A(2) = 300 mm x 270 mm = 81000 mm2
Atotal = A(1) + A(2) = 162500 mm2 + 81000 mm2 = 243500 mm2
X(1) = 1250/2 = 625 mm X(2) = (300/2) + 475 = 625 mm
Y(1) = 130/2 = 65 mm Y(2) = (270/2) + 130 = 265 mm

Maka :
A1  X 1  A2  X 2
X =
Atotal

= 162500  625   81000  625 


243500

= 101562500  50625000
243500
= 625 mm
A1  Y1  A2  Y2
Y =
Atotal

= 162500  65  81000  265 


243500

= 10562500  21465000 = 131,53 mm


243500

Ya = 131,53 mm
Yb = 400 – Ya = 400 – 131,53 = 268,47 mm

4. Momen Inersia Terhadap Sumbu X

Ib1 = 1  b1  h13  A1 Ya  Y1 2  1  b2  h23  A2 Y2  Ya 2


12 12

= 1  1250  130 3  162500 131.53  652  1  300  270 3  81000 265  131,532
12 12
= 2.883.146.826mm4

Ib1 = Ib2

Untuk bentang plat :


Is1 = 1  L  (h)3
12

= 1  5000  270 3 = 8.201.250.000 mm4


12

Is2 = 1  L  (h)3
12

= 1  5000  270 3 = 8.201.250.000 mm4


12
Ecb = Ecs
Maka :

α1 = Ib1 = 2883146826 = 0,3515 α2 = Ib 2 = 2883146826 = 0,351


IS1 8201250000 IS 2 8201250000

Maka αm = ½ (α1 + α2)


= ½ ( 0,3515+ 0,3515 )
= 0,3515

5. Kontrol Tebal Plat Yang Diambil


 fy 
 0,8  
h ≥  1500   Ln
  1 
36  5    m  0,121  
   

 400 
 0,8  
h ≥  1500 
 4700
  1 
36  5  1,00,3515  0,121  
  1 

h ≥ 137 mm
Syarat tebal pelat : 104.4 mm ≤ h ≤ 139,17
 [Untuk tebal plat lantai diambil 130 mm dan plat atap 120 mm

6. Nilai Pembebanan Plat


A. Beban Pelat Atap
1. Beban hidup ( WL )
Beban air hujan = 20 kg/m2 = 0,20 kN/m2
Beban hidup (menurut PPIUG’87) = 100 kg/m2 = 1,00 kN/m2
= 1,20 kN/m2
2. Beban mati ( WD )
Beban sendiri atap (0,12 x 2400) = 288 kg/m2 = 2,88 kN/m2
Beban plafon dan penggantung ( 11 + 7 Kg/m2) = 0,18 kN/m2
Beban spesi kedap air 2 x 21 kg/m2 = 0,42 kN/m2
WD = 3.40 kN/m2
B. Beban Pelat Lantai
1. Beban hidup ( WL )
Beban hidup (menurut PPIUG’87) = 250 kg/m2 = 2,50 kN/m2

2. Beban mati ( WD )
Beban sendiri pelat (0,13 x 2400) = 312 kg/m2 = 3,12 kN/m2
Beban Finising pelat (0,03 x 2400) = 72 kg/m2 = 0,72 kN/m2
Beban plafon dan penggantung ( 11 +7 Kg/m2) = 0,18 kN/m2
Beban spesi kedap air 2 x 21 kg/m2perlebar = 0,42 kN/m2
WD = 4,33 kN/m2
Perhitungan Nilai Wu
1. Untuk Atap
Wu = 1,2 · WD + 1,6 · WL
= 1,2 · 3,40 + 1,6 · 1,20
= 4.08 + 1.92
= 6,00 kN/m2

2. Untuk Lantai
Wu = 1,2 · WD + 1,6 · WL
= 1,2 · 4,33 + 1,6 · 2,50
= 5.20 + 4,00
= 9.2 kN/m2

7. Perencanaan Penulangan Plat


A. Penulangan Pelat Atap
1. Plat A

5.0 m
Ly = 5000 mm
Lx = 5000 mm
Ly 5000
  1,0
Lx 5000
.5 m
A Tebal pelat : 120 mm
Wu = 6,0 kN/m2
Fc` = 20 Mpa

Sumber : Gideion Jilid 1 1993 Perencanaan Beton Bertulang

Momen-momen yang menentukan


Ly 5000
  1,0,
Lx 5000
Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 30,0 = 4,5 kNm
Mly = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 30,0 = 4,5 kNm
Mtx = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 68,0 = -10,2 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 68,0 = -10,2 kNm
Mtix = ½ mlx = ½ ∙ 4,5 = 2,25 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 4,5 = 2,25 kNm

 Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 120 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx = h – penutup – ½ ø dx
= 120 – 20 – ½ · 12 = 94 mm = 0,094 m
Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy = h – penutup – ø dx – ½ dy
= 120 – 20 – 12 – ½ · 12 = 82 mm = 0,082 m
Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = øD = ø 12 mm

*Momen Lapangan dalam arah-x = Mlx = 4,5 kN/m

Mlx 4,5 2
1) = 2 = 509,28 kN/m = 0.509 MPa
b  dx 2 1,0  0,094
𝑀𝑢 𝑓𝑦
ρanal = = ф . ρ . fy [ 1 – 0,588. ρ. ]
𝑏.𝑑² 𝑓′𝑐
𝑀𝑢 𝑓𝑦
= = (ф . ρ . f ) – (ф . ρ . fy . 0,588 . ρ . )
𝑏.𝑑² 𝑓′𝑐

4,50.10−3 𝑚𝑝𝑎 400


= = (0,80 . ρ . 400) – (0,80 . ρ . 400 . 0,588 . ρ .
1,0 𝑚 .(0,094 𝑚)² 20

= 0,509 = 320 ρ – 3763,2 ρ2


= 3763,2 ρ2 - 320 ρ = 0,509
(a) (b) (c)
Dimana, faktor reduksi untuk plat (ф) : 0,80
Kemudian gunakan rumus ABC :
−𝑏 ± √𝑏2 – 4.𝑎.𝑐
ρ 1,2 =
2.𝑎

−(−320) ± √3202 − 4 𝑥 3763,2 𝑥 0,509


ρ 1,2 =
2 𝑥 3763,2
320 ± 307,795 320 ± 307,795
ρ1 = ρ2 =
2 𝑥 3763,2 2 𝑥 3763,2

320 + 307,795 320 – 307,795


ρ1 = ρ2 =
2 𝑥 3763,2 2 𝑥 3763,2

ρ1 = 0,080 ρ2 = 0,00162

Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu nilai ρ2 = 0,00162

- Syarat : ρmin ≤ ρanal ≤ ρmaks

Jika ρanal ≤ ρmin , maka pakai ρmin

Jika ρanal ≥ ρmin , maka pakai ρanal

Jika ρanal ≥ ρmaks , maka pakai ρmaks

Jadi, ρ yang dipakai adalah ρanal

ρan = 0,00162; ρmin = 0,0018, ρmax = 0.0163


Aslx = ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 169.2 mm2
Aslx = 169.2 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mly 4,5 2
2) 2 = 2 = 669,24 kN/m = 0,669 MPa
b  dy 1,0  0,082
ρan = 0,00215 ; ρmin = 0,0018; ρmax = 0.0163
Asly = ρan ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00215 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 176,3 mm2
Asly = 176,3 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mtx 10,2
3) = = 1154,36 kN/m² = 1,154 MPa
b  dx 2 1,0  0,094 2
ρan = 0,00377 ; ρmin = 0,0018
Astx = ρanalisa ∙ ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00377 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 354,38 mm2
Astx = 354,38 mm2; øD 12 – 250 mm

Mty 10,2
4) = = 1516,95kN/m² = 1,516 MPa
b  dy 2 1,0  0,082 2
ρan = 0,00504 ; ρmin = 0,0018
Asty = ρanalisa ∙ ∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,00504 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 413,28 mm2
Asty = 413,28 mm2; øD 12 – 250 mm

Mtix 2,25
5) = = 254,64 kN/m² = 0,2546 MPa
b  dx 2 1,0  0,094 2
ρan = 0,0008 ; ρmin = 0,0018
Astix = ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 169.2 mm2
Astix = 169,2 mm2; øD 12 – 150 mm

2,25
6) Mtiy2 = = 334,6 kN/m² = 0,3346 MPa
b  dx 1,0  0,082 2
ρan = 0,0011 ; ρmin = 0,0018
Astix = ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 147,6 mm2
Astix = 147,6 mm2; øD 12 – 150 mm
2. Plat B
5,0 m

Ly = 5000 mm
Lx = 5000 mm
Ly 5000
  1,0
Lx 5000
B 5m
Tebal pelat : 120 mm
Wu = 6,00kN/m2
Fc` = 20 Mpa

Sumber : Gideion Jilid 1 1993


Momen-momen yang menentukan
Ly 5000
  1,0
Lx 5000
Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 6,0 ∙ (5)2 ∙ 31 = 4,65 kNm
Mly = 0,001 Wu ∙ ly2 ∙ x = 0,001 ∙ 6,0 ∙ (5)2 ∙ 39 = 5,85 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ ly2 ∙ x = -0,001 ∙ 6,0 ∙ (5)2 ∙ 91 = -13,65 kNm
Mtix = ½ mlx = ½ ∙ 4,712 = 2,325 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 4,604 = 2,925 kNm

Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = øD = ø 12 mm

 Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 120 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx = h – penutup – ½ ø dx
= 120 – 20 – ½ · 12 = 94 mm = 0,094 m
Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy = h – penutup – ø dx – ½ dy
= 120 – 20 – 12 – ½ · 12 = 82 mm = 0,082 m

Mlx 4,65 2
1) = 2 = 526,25kN/m = 0,526 MPa
b  dx 2 1,0  0,094
ρan = 0,00168 ; ρmin = 0,0018
Aslx = ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 230,42 mm2
Aslx = 230,42 mm2; øD 12 – 150 mm

Mly 5,85
2) 2 = = 870,18 kN/m2 = 0,8701 MPa
b  dy 1,0  0,082 2
ρan = 0,00281 ; ρmin = 0,0018
Asly = ρan ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00281 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 147,6 mm2
Asly = 147,6 mm2; øD 12 – 150 mm

Mty 13,65
3) = = 2030,42kN/m² = 2,030 MPa
b  dy 2 1,0  0,094 2
ρan = 0,0069 ; ρmin = 0,0018
Asty = ρan ∙ b ∙ d ∙106 = 0,0069 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 565,4 mm2
Asty = 565,4 mm2; øD 12 – 350 mm

Mtix 2,325
4) = = 263,128 kN/m² = 0,2631 MPa
b  dx 2 1,0  0,094 2
ρan = 0,0008 ; ρmin = 0,0018
Astix = ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 169.2 mm2
Astix = 169,2 mm2; øD 12 – 150 mm

L y 5000 2,925
5)   1,0 = = 435kN/m² = 0,435 MPa
Lx 5000 1,0  0,082 2
ρan = 0,0011 ; ρmin = 0,0018
Astix = ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 147,6 mm2
Astix = 147,6 mm2; øD 12 – 150 mm

3. Plat C
5,0 m

Ly = 5000 mm
Lx = 5000 mm
Ly 5000
5m
  1,0
C Lx 5000
Tebal pelat : 120 mm
Wu = 6,0 kN/m2
Fc` = 20 Mpa

Sumber : Gideion Jilid 1 Tahun 1993


Momen-momen yang menentukan
Ly 5000
  1,0
Lx 5000

Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 30,0 = 4,5 kNm


Mly = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 30,0 = 4,5 kNm
Mtx = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 68,0 = -10,2 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 68,0 = -10,2 kNm
Mtix = ½ mlx = ½ ∙ 4,5 = 2,25 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 4,5 = 2,25 kNm

 Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 120 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx = h – penutup – ½ ø dx
= 120 – 20 – ½ · 12 = 94 mm = 0,094 m
Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy = h – penutup – ø dx – ½ dy
= 120 – 20 – 12 – ½ · 12 = 82 mm = 0,082 m

**Momen Lapangan dalam arah-x = Mlx = 4,38 kN/m

Mlx 4,5
1) = = 509,28 kN/m2 = 0.509 MPa
b  dx 2 1,0  0,094 2
ρan = 0,00162; ρmin = 0,0018, ρmax = 0.0163
Aslx = ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 169.2 mm2
Aslx = 169.2 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mly 4,5 2
2) 2 = 2 = 669,24 kN/m = 0,669 MPa
b  dy 1,0  0,082
ρan = 0,00215 ; ρmin = 0,0018; ρmax = 0.0163
Asly = ρan ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00215 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 176,3 mm2
Asly = 176,3 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mtx 10,2
3) = = 1154,36 kN/m² = 1,154 MPa
b  dx 2 1,0  0,094 2
ρan = 0,00377 ; ρmin = 0,0018
Astx = ρanalisa ∙1,0 ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00377 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 354,38 mm2
Astx = 354,38 mm2; øD 12 – 250 mm

Mty 10,2
4) = = 1516,95kN/m² = 1,516 MPa
b  dy 2 1,0  0,082 2
ρan = 0,00504 ; ρmin = 0,0018
Asty = ρanalisa ∙ ∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,00504 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 413,28 mm2
Asty = 413,28 mm2; øD 12 – 250 mm

Mtix 2,25
5) = = 254,64 kN/m² = 0,2546 MPa
b  dx 2 1,0  0,094 2
ρan = 0,0008 ; ρmin = 0,0018
Astix = ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 169.2 mm2
Astix = 169,2 mm2; øD 12 – 150 mm

L y 5000 2,25
6)   1,0 = = 334,6 kN/m² = 0,3346 MPa
Lx 5000 1,0  0,082 2
ρan = 0,0011 ; ρmin = 0,0018
Astix = ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 147,6 mm2
Astix = 147,6 mm2; øD 12 – 150 mm

4. Plat D dan E

100 100

Ly = 5000 mm
Lx = 1000 mm

D 500 E 500 Ly

5000
 5,0
Lx 1000
Tebal pelat : 120 mm
Wu = 6,0 kN/m2
Fc` = 20 Mpa

Karena Perbandingan Ly dan Lx > 3, maka untuk plat E digunakan


perhitungan plat 1 arah.
Wu = 1,2 x WD + 1,6 x WL
= 1,2 x 3,40 Kn/m2 + 1,6 x 1,20 Kn/m2
= 4,08 Kn/m2 + 1,92 Kn/m2
qu = 6,0 kn/m
= 6,0 Kn/m2
Maka beban terbagi ratanya adalah :
qu = Wu x Lx 1.00

= 6,0 Kn/m2 x 1,0 m


= 6,0 Kn/m’
1.) Momen akibat qu:
Mu = 1/8 x qu x Lx2
= 1/8 x 6,0 Kn/m2 x (1,0 m)2
= 0,75 kNm

2.) Momen Jepit tak terduga


Mu = 1/24 x Wu x Lx2
= 1/24 x 6 kN/m2 x (1,0 m)2
= 0,250 kNm
Diameter tulangan utama di asumsikan dalam arah x = Ød = ø 10 mm

 Hitungan tulangan.
Tebal pelat ( h ) = 120 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx = h – penutup – ½ ø dx
= 120 – 20 – ½ · 10 = 95 mm
Mu 0,75
2
 2
 83,10 Kn / m 2
b.dx 1.(0,095)

ρana = 0,0011 ; ρmin = 0,0018


Aslx = ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 x 1000 x 95 = 171 mm2
Aslx = 171 mm2 ; ø10 – 150
SKETSA TAMPAK LANTAI BANGUNAN :

500 500

A 500

B B 500

B B 500

A A 500
B. Penulangan Pelat Lantai
1. Plat A

5.0 m

Ly = 5000 mm
Lx = 5000 mm
Ly 5000
.5 m   1,0
A Lx 5000
Tebal Pelat Lantai : 130 mm
Wu = 9,2 kN/m2
Fc` = 20 Mpa

Momen-momen yang menentukan


Ly 5000
  1,0
Lx 5000
Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 30,0 = 6,9 kNm
Mly = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 30,0 = 6,9 kNm
Mtx = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 68,0 = -15,64 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 68,0 = -15,64 kNm
Mtix = ½ mlx = ½ ∙ 6,9 = 3,45 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 6,9 = 3,45 kNm

 Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 130 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx = h – penutup – ½ ø dx
= 120 – 20 – ½ · 13 = 93,5 mm = 0,0935 m
Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy = h – penutup – ø dx – ½ dy
= 120 – 20 – 12 – ½ · 13 = 81,5 mm = 0,0815 m
Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = øD = ø 12 mm
*Momen Lapangan dalam arah-x = Mlx = 6,90 kN/m

Mlx 6,90
1) = = 789,27 kN/m2 = 0.789 MPa
b  dx 2 1,0  0,0935 2
ρan = 0,00254; ρmin = 0,0018, ρmax = 0.0163
Aslx = ρan∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,00254 ∙ 1,0 ∙ 0.0935 ∙ 106 = 168,3 mm2
Aslx = 168,3 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mly 6,90 2
2) 2 = 2 = 1038,80 kN/m = 1,038 MPa
b  dy 1,0  0,0815
ρan = 0,00338 ; ρmin = 0,0018; ρmax = 0.0163
Asly = ρan ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00338 ∙ 1,0 ∙ 0.0815 ∙ 106 = 207,01 mm2
Asly = 207,01 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mtx 15,64
3) = = 1789,01 kN/m² = 1,789 MPa
b  dx 2 1,0  0,0935 2
ρan = 0,00602 ; ρmin = 0,0018
Astx = ρanalisa ∙ ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00602 ∙ 1,0 ∙ 0.0935 ∙ 106 = 562,87 mm2
Astx = 562,87 mm2; øD 12 – 350 mm

Mty 15,64
4) = = 2354,62 kN/m² = 2,354 MPa
b  dy 2 1,0  0,0815 2
ρan = 0,00814 ; ρmin = 0,0018, ρmax = 0.0163
Asty = ρanalisa ∙ ∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,00814 ∙ 1,0 ∙ 0.0815 ∙ 106 = 663,15 mm2
Asty = 663,15 mm2; øD 12 – 350 mm

Mtix 3,45
5) = = 394,635 kN/m² = 0,3946 MPa
b  dx 2 1,0  0,0935 2
ρan = 0,0008 ; ρmin = 0,0018
Astix = ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 169.2 mm2
Astix = 168,3 mm2; øD 12 – 150 mm

L y 5000 3,45
6)   1,0 = = 519,41 kN/m² = 0,5194 MPa
Lx 5000 1,0  0,0815 2
ρan = 0,0017 ; ρmin = 0,0018
Astix = ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 146,7 mm2
Astix = 146,7 mm2; øD 12 – 150 mm

2. Plat B

5,0
m Ly = 5000 mm
Lx = 5000 mm
Ly 5000
  1,0
Lx 5000
B 5,0
Tebal Pelat Lantai : 130 mm
,0,

Wu = 9,2 kN/m2
Fc` = 20 Mpa

Momen-momen yang menentukan


Ly 5000
  1,0
Lx 5000
Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 31,0 = 7,13 kNm
Mly = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 39,0 = 8.97 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 91,0 = -20,90 kNm
Mtix = ½ mlx = ½ ∙ 6,9 = 3,565 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 6,9 = 4,485 kNm

 Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 130 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx = h – penutup – ½ ø dx
= 120 – 20 – ½ · 13 = 93,5 mm = 0,0935 m
Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy = h – penutup – ø dx – ½ dy
= 120 – 20 – 12 – ½ · 13 = 81,5 mm = 0,0815 m
Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = øD = ø 12 mm

*Momen Lapangan dalam arah-x = Mlx = 6,90 kN/m


Mlx 7,13
1) = = 815,58 kN/m2 = 0,815 MPa
b  dx 2
1,0  0,0935 2
ρan = 0,00263 ; ρmin = 0,0018
Aslx = ρan∙ b ∙ d = 0,00263 ∙ 1000 ∙ 93,5 = 168,3 mm2
Aslx = 168,3 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mly 8,97
2) = = 1350,44 kN/m2 = 1,3504 MPa
b  dy 2
1,0  0,0815 2

ρan = 0,00445 ; ρmin = 0,0018


Asly = ρmin ∙ b ∙ d = 0,00445 ∙ 1000 ∙ 81,5 = 146,7 mm2
Asly = 146,7 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mty 20,93
3) = = 3151,04 kN/m² = 3,151 MPa
b  dy 2 1,0  0,0815 2
ρan = 0,0137 ; ρmin = 0,0018 ,ρmax = 0.0163
Asty = ρanalisa ∙ b ∙ d = 0,0137 ∙ 1000 ∙ 81,5 = 926,35 mm2
Asty = 926,35 mm2 ; øD 12 – 500 mm

Mtix 3,565
4) = = 407,79 kN/m² = 0,4077 MPa
b  dx 2 1,0  0,0935 2
ρan = 0,0013 ; ρmin = 0,0018
Aslx = ρmin∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 93,5 = 168,3 mm2
Aslx = 168,3 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mtiy 4,485
5) = = 675,223 kN/m² = 0,6752 MPa
b  dy 2
1,0  0,0815 2
ρan = 0,0022 ; ρmin = 0,0018
Asly = ρan ∙ b ∙ d = 0,0022 ∙ 1000 ∙ 81,5 = 179,3 mm2
Asly = 179,3 mm2 ; øD 12 – 150 mm
II). PERHITUNGAN BEBAN GEMPA

Data-Data Geometris Gedung Untuk Gempa :

 Tinggi lantai dasar 6 m

 Tinggi tipikal lantai di atasnya 5 m;

 Tinggi Total Bangunan = 16 m

 Panjang dan lebar bangunan; 10 m dan 20 m;

 Taksiran dimensi kolom untuk semua lantai 40 x 40 cm;

 Taksiran dimensi balok untuk semua lantai 30 x 40 cm;

 Tebal pelat lantai 13 cm, dan Tebal pelat atap 12 cm

 Kuat tekan beton, f’c = 20 Mpa; Ec = 21019,04 Mpa

 Kuat tarik baja, fy = 400 Mpa

 Data-data pembebanan lihat di peraturan pembebanan PPPURG

 Kondisi Tanah Sedang

 Bangunan terdiri dari 3 ( Tiga ) lantai

 Percepatan tanah Ss = 0,5 – 0,6 Di Wilayah Medan SNI Gempa 2012

 Percepatan tanah S1 = 0,3 – 0,4 Di Wilayah Medan SNI Gempa 2012

 Rangka Beton Pemikul Momen Khusus (SRPMK) untuk Desain Gempa

SNI-2012

 Rangka Beton Pemikul Momen Biasa ( SRPMB ) untuk Desain Gempa

SNI-2002

 Perbedaan desain dilakukan untuk melihat perbandingan nilai V ( beban

geser gempa ) dan Fx ( gaya gempa yang bekerja ) pada masing masing

lantai.
1. Mencari Berat Total Bangunan (Wt)

 Bangunan ini menggunakan satu batu bata,


 DL (Dead Load) adalah berat beban mati dari Dinding, Plafon, Mekanikal
Elektrikal, Spesi dan Keramik diambil = 450 Kg/m2, PPURG 1987
 LL (Live Load) untuk gedung kantor = 150 Kg/m2 dikalikan 30% sesuai
PPURG 1987 (Lampiran Tabel 6) dan HAKI.
 DL (Dead Load) untuk atap diambil = 50 Kg/m2

Gambar 2.1 Koefisien reduksi beban hidup gempa

Gambar 2.2 Koefisien DL ( Dead Load )


Berikut perhitungan Berat Lantai 1 pada bangunan perkantoran :
a) BERAT LANTAI 1
Kolom = 15 kolom x 0,4 m x 0,4 m x 8,5 m x 2400 kg/m3 = 48960 Kg
Balok H 5 m = 10 balok x 0,3 m x 0,4 m x 4,6 m x 2400 kg/m3 = 13248 Kg
Balok V 5 m = 12 balok x 0,3 m x 0,4 m x 4,6 m x 2400 kg/m3 = 15898 Kg
Pelat = 0,13 m x 10 m x 20 m x 2400 kg/m3 = 62400 Kg
DL = 10 m x 20 m x 450 kg/m2 = 90000 Kg
LL = 10 m x 20 m x 250 kg/m2 x 30 % = 15000 Kg
Berat Total Lantai 1 = 245506 Kg

Berikut perhitungan Berat Lantai 2 pada bangunan perkantoran :


b) BERAT LANTAI 2
Kolom = 15 kolom x 0,4 m x 0,4 m x 5 m x 2400 kg/m3 = 28800 Kg
Balok H 5 m = 10 balok x 0,3 m x 0,4 m x 4,6 m x 2400 kg/m3 = 13248 Kg
Balok V 5 m = 12 balok x 0,3 m x 0,4 m x 4,6 m x 2400 kg/m3 = 15898 Kg
Pelat = 0,13 m x 10 m x 20 m x 2400 kg/m3 = 62400 Kg
DL = 10 m x 20 m x 450 kg/m2 = 90000 Kg
LL = 10 m x 20 m x 250 kg/m2 x 30 % = 15000 Kg
Berat Total Lantai 2 ( Wt2 ) = 225346 Kg

Berikut perhitungan Berat Lantai Atap pada bangunan perkantoran :


c) BERAT LANTAI ATAP ( LANTAI 3 )
Kolom = 15 kolom x 0,4 m x 0,4 m x 2,5 m x 2400 kg/m3 = 14400 Kg
Balok H 5 m = 10 balok x 0,3 m x 0,4 m x 4,6 m x 2400 kg/m3 = 13248 Kg
Balok V 5 m = 12 balok x 0,3 m x 0,4 m x 4,6 m x 2400 kg/m3 = 15898 Kg
Pelat = 0,12 m x 10 m x 20 m x 2400 kg/m3 = 57600 Kg
DL = 10 m x 20 m x 50 kg/m2 = 10000 Kg
LL = 10 m x 20 m x 100 kg/m2 x 30 % = 9000 Kg
Berat Total Lantai Atap ( Wt3 ) = 117146 Kg

Jadi Berat Total Bangunan adalah = Wt1 + Wt2 + Wt3


Wtot = 245506 Kg + 225346 Kg + 117146 Kg
Wtot = 587998 Kg
Wtot = 5879,98 KN
1) Beban Geser Rencana berdasarkan situs : (SNI 2012 Gempa)
𝐹.𝑆𝐷𝑆
𝑉= . 𝑊 atau V = Cs . W
𝑅

Dimana :

- Cs = Koefisien respon seismik


- W = Berat struktur efektif / berat total seismic bangunan struktur
- R = Faktor Modifikasi Gempa
- V = Gaya lateral Ekuivalen
2
SDS = . FA .SS ………………………………………………..SNI 2012
3

2
SD1 = . Fv .S1 ………………………………………………..SNI 2012
3

Dimana : Fa = 1.36, didapat melalui interpolasi linear di aplikasi


Microsoft. Excel ( Untuk situs tanah sedang ) SNI -2012
Kelas Situs SD
Ss = 0.5-0.6 diambil 0.55 , diambil berdasarkan Peta Zona Ss
SNI Gempa 2012
S1 = 0,3-0,4 diambil 0.35, Peta Zona SD1 SNI Gempa 2012
Sds = Parameter respon spektral
Fv = 1.7 ( Untuk situs tanah sedang ) didapat melalui
interpolasi linear di aplikasi Microsoft. Excel ( Untuk situs
tanah sedang ) Kelas Situs SD

Sumber : RSNI- Gempa 1726-2012 Hal. 22


a) Perhitungan Parameter Respon Spektral Periode Pendek
2
SDS = 3 . 1,36 . 0,55

= 0,498, Kategori Desain C berdasarkan tabel yang tertera di bawah

Sumber : RSNI- Gempa 1726-2012


b) Perhitungan SD1 ( Parameter respon spektral periode 1 detik )
2
SD1 = . 1,7 . 0,35
3

= 0,396, Kategori resiko desain D

Sumber : RSNI-Gempa 1726-2012


Kesimpulan :
Berdasarkan hasil nilai Kategori resiko desain didapat nilai SD1 berada di
kategori resiko D, sedangkan untuk parameter SDS berada di kategori C, dapat ditarik
kesimpulan gedung di kota medan berada di kategori resiko D ( diambil resiko
tertinggi ).
Menurut Riset yang dilakukan Bapak Prof.Dr.Ir.Bambang Budiono, M.E, suatu
gedung yang berada di kategori resiko D harus menggunakan SRPMK ( Struktur
Rangka Pemikul Momen Khusus ), sedangkan untuk kategori resiko C menggunakan
SRPMM ( Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah), dan untuk kategori resiko
A,B menggunakan SRPMB ( Struktur Rangka Pemikul Momen Biasa ).
Jadi dapat ditarik kesimpulan : Perencanaan Gedung ini menggunakan SRPMK untuk
desain bangunan Gedung Tahan Gempa. .

c) Perhitungan Periode Puncak Getar Fundamental


Ta = Ct . Hnx…………………………………………… Hal 55 SNI 2012

= 0.0466a x 160.90 = 0.5570

Dimana : Ta = Periode Puncak Getar Fundamental

Ct = Koefisien tertera pada Tabel di bawah ini ( 0,0466 )

x = Koefisien tertera pada Tabel di bawah ini ( 0,90 )

` H = Tinggi Bangunan Total

a = 1,0 untuk SRPMK

Gambar 2.3 Nilai Koefisien Ct dan x


d) Perhitungan Periode TS dan To

SD1
Ts = ……………………………………….... SNI Gempa 2012 hal 23
SDS

0.396 0.396
Ts = = 0.7951, To = 0.2 x = 0.1592
0.498 0.498

Syarat : Ta = Ct . Hnx ≤ 0,8 . Ts

= 0.5570 ≤ 0,8 . 0.7951

= 0.557 ≤ 0.636…………………………………….. (OK)

e) Perhitungan Periode T

T = C . H3/4
= 0.0731 . 163/4
= 0.5848

Dimana : C = 0.0731 untuk Beton Bertulang


C = 0.0488 untuk Struktur Lain Dinding Geser
C =0.0853 untuk Struktur Baja ( SNI Gempa 2002 )

f) Perhitungan Koefisien Seismik Geser

SDS SDS
Cs = ( 𝑹 ) ≤ ( 𝑹⁄ )
⁄ 𝑰𝒆 𝑰𝒆).𝑻

Dari Tabel diperoleh nilai : R = 3, Ωg = 3 dan Cbd = 2.5, Ie = 1 ( Kantor )

0.498 0.498
Cs = ( 8 ) ≤ ( 8⁄ )
⁄ 1 1).0,548

Cs = 0.062 ≤ 0.113 ……………………. (OK)

Sumber : SNI Gempa 2012 Ie( Faktor Keutamaan ) Hal 15


Sumber : SNI Gempa 1726-2012 Hal. 36

g) Perhitungan Beban Geser Rencana


Di halaman sebelumnya telah diterangkan rumus untuk menghitung nilai
beban geser rencana :

F. SDS 1,2. 0.498


𝑉= .𝑊 = . 5879,98 KN
R 8,0

= 439,234 KN
Keterangan :

h) Perhitungan Gaya Gaya Ekuivalen Lateral SNI 2012

Fx = Cvx . V…………………………………… SNI Gempa 2012 Hal 57

Untuk menghitung nilai Cvx digunakan rumus :

Wi . hki
𝐶𝑣𝑥 = …………………………………. SNI Gempa 2012 Hal 57
∑Wi . hki
Dimana :

Cvx = Faktor distribusi vertikal


V = Gaya lateral desain total seismik geser
Wi = Bagian berat seismik efektif total struktur dari berat lantai ke-i
Hi = Tinggi dari dasar struktur dari lantai ke-i
k = Nilai faktor eksponen yang terkait berdasarkan nilai T ( Periode )
struktur, jika T = 0.5 s, nilai k = 1, dan jika T > 0.5 s, nilai 1 < k <
2, T = 2.5 s, k = 2, jadi jika k antara 0.51 sampai 2.5 dapat dicari
melalui interpolasi, T yang didapat = 0.5848 maka k = 1.042

Lantai hik ( m ) Wi ( KN ) Wi . hik ( KNm )

3 161.042 1171,46 21058,16

2 111.042 2253,46 27414,54

1 61.042 2455,06 15881,65

Jumlah ∑Wi . hik 64354,36 KN/m

Perhitungan Beban Gaya Gempa Lateral SNI 2012 :

Wi . hki
Fx = .V
∑Wi . hki

15881,65
F1 = . 439,234 KN = 108,395 KN
64354,36

27414,54
F2 = . 439,234 KN = 187,110 KN
64354,36

21058,16
F3 = . 439,234 KN = 143,727 KN
64354,36
Kesimpulan :
Perbedaan Gaya gaya gempa pada SNI 2002 dengan 2012 adalah letak penambahan
nilai k pada perhitungan beban gempa nya. Perhitungan SNI 2002 menggunakan
SRPMB dan SNI 2012 menggunakan SRPMK penggunaan ini dilakukan untuk
melihat perbedaan nilai Fx ( Gaya Gempa dimasing masing titik ).

F3 = 143,727

500

F2 = 187,110

500

F1 = 108,395

600

500 500
i) Perhitungan Beban Gempa SNI 2002

- Mencari Faktor Respon Gempa


Parameter untuk desain gempa :
Lokasi Gedung berada di wilayah gempa III ( Di peta gempa SNI 2002 )
Kondisi tanah berada di tanah lokasi sedang
Percepatan puncak di batuan dasar = 0,15 g
Percepatan puncak di muka tanah Ao = 0,23 g
Tc = 0.6 detik ( untuk tanah sedang )
Am = 2,5 x Ao = 2,5 x 0,23 = 0,575
H ( Tinggi total Gedung ) = 16 meter

- Menghitung Periode Natural ( Waktu Getar Alami )


Arah Utara Selatan
Arah Utara Selatan menggunakan rangka dengan sistem rangka dengan
menggunakan struktur beton bertulang sehingga :
T = 0.0731 . H3/4
= 0,0731 . 163/4 = 0.5848 detik
Pembatasan Waktu Alami Fundamental :
T1 = ] . n, untuk wilayah gempa 3 ( Kota Medan ), ] = 0.18
T1 = 0,18 x 3 = 0,54 detik
Ternyata T > T1
Syarat : Jika T < T1 gunakan T, Jika T > T1, gunakan T1
0,5848 detik < 0,540 detik
Jadi gunakan T1 = 0, 54 , Tc = 0,6 ( Tanah Sedang ),
Syarat : Jika Tc > T1, gunakan T1, Jika Tc < T1 gunakan T1
0,540 detik < 0,60 detik, sehingga koefisien percepatan gempa :
Ar = Am x Tc
= 0,575 x 0,6 = 0,345

𝐴𝑟 0,345
Maka Cus =
𝑇1
= = 0.639 detik
0,54
Arah Timur Barat
Arah Timur Barat menggunakan rangka dengan sistem rangka dengan
menggunakan struktur beton bertulang juga sehingga :
T = 0.0731 . H3/4
= 0,0731 . 163/4 = 0.5848 detik
Pembatasan Waktu Alami Fundamental :
T1 = ] . n, untuk wilayah gempa 3 ( Kota Medan ), ] = 0.18
T1 = 0,18 x 3 = 0,54 detik
Ternyata T > T1
Syarat : Jika T < T1 gunakan T, Jika T > T1, gunakan T1
0,5848 detik < 0,540 detik
Jadi gunakan T1 = 0, 54 , Tc = 0,6 ( Tanah Sedang ),
Syarat : Jika Tc > T1, gunakan T1, Jika Tc < T1 gunakan T1
0,540 detik < 0,60 detik, sehingga koefisien percepatan gempa :
Ar = Am x Tc
= 0,575 x 0,6 = 0,345
𝐴 0,345
Maka Ctb = 𝑇𝑟 = = 0.639 detik
1 0,54

Kesimpulan : Nilai Ctb dan Cus didapat dengan nilai yang sama, nilai tersebut sama
karena Struktur yang mendukung arah -x dan –y adalah Struktur Rangka Beton
Bertulang.

j) Perhitungan Beban Geser Dasar Normal ( V )


Perbandingan tinggi total bangunan terhadap panjang denah bangunan dalam
arah Utara Selatan = 16,00/20,00 = 0,75 < 3, maka tidak perlu ada aplikasi
beban horizontal terpusat sebesar 0,1 V di lantai paling atas :
Dengan data-data di atas, maka beban geser dasar nominal ( V ) adalah :

Dimana : I = Faktor Keamanan = 1.0


R = Struktur Rangka Pemikul Momen Biasa ( SRPMB) = 3.0
C = Ada 2 yaitu Cus dan Ctb

Arah US dan TB :

0,639 . 1,0
𝑉= . 5879,98 KN/m = 1252,43 KN
3,0
k) Perhitungan Gaya Gaya Lateral di SNI-2002

Lantai Zx ( m ) Wx ( KN ) Wx . Zx ( KNm )

3 16 1171,46 18743.36

2 11 2253,46 24788.06

1 6 2455,06 14730.36

JUMLAH 58261.78 KN/m

Dimana : Wi = Berat Bangunan di Lantai ke –i


Zi = Lantai ke-i dengan Perhitungan ( i + i1 )
∑Wi. Zi = Jumlah Wi. Zi
Rumus :

Untuk menentukan rumus Perhitungan Gaya Gaya Lateral Pada SNI 2002

14730.36
 𝐹1 = . 1252,43 KN
58261.78

= 316.65 KN

24788.06
 𝐹2 = . 1252,43 KN
58261.78

= 532,86 KN

18743.36
 𝐹3 = . 1252,43 KN
58261.78

= 402,92 KN
Kesimpulan :
Perbedaan Gaya gaya gempa pada SNI 2002 dengan 2012 adalah letak titik gaya
gaya terbesar, di SNI 2012 Gaya terbesar berada di lantai ke 2.

F3 = 402,92

500

F2 = 532,86

500

F1 = 316,65

600

500 500

Gambar 2.5 Bentuk Gaya Gempa di SNI 2002


PETA ZONA GEMPA INDONESIA SNI 2002

DETAIL ZONA GEMPA MEDAN


Kesimpulan :
Wilayah gempa Medan berada di posisi ; Wilayah Gempa III, dimana posisi
percepatan puncak batuan 0.15 g
PETA ZONA PERCEPATAN S1 INDONESIA SNI 2012

Kesimpulan :
Wilayah gempa Medan berada di posisi ; Dimana posisi percepatan tanah S1 0,3 –
0,4 g, diambil melalui interpolasi didapat 0,35 g
PETA ZONA PERCEPATAN Ss INDONESIA SNI 2012

Kesimpulan :
Wilayah gempa Medan berada di posisi ; Dimana posisi percepatan tanah Ss 0,5 – 0,6
g, diambil yang terkecil 0,55 g
100 500 500 100











     500
 










    500
 










    500


 









     500


 







Ø10-150 Ø12-150 Ø12-250 Ø12-150 Ø12-250 Ø10-150

Gambar 1.6 Potongan dan Penulangan Pelat Atap
















 


 







 


 






 


 

Gambar 1.7 Penulangan Pelat Lantai


III. Perhitungan Kebutuhan Tulangan Balok

Data-Data Geometris Sebagai Berikut :


- Fc’ ( Mutu Beton ) = 20 MPa
- Fy ( Mutu Baja ) = 400 MPa, D19 dan D10
- Ukuran Balok = 30 x 40 cm
- Balok Melintang Mu+ = 65,4919 KNm ( Frame 46 )
- Balok Melintang Mu- = 107,6096 KNm ( Frame 52 )
- Balok Melintang V+ = 78,965 KN ( Frame 52 )
- Balok Memanjang Mu+ = 61,2148 KNm ( Frame 76 )
- Balok Memanjang Mu- = 104,7925 KNm ( Frsme 88 )
- Balok Memanjang V+ = 77,31 KN ( Frame 88 )
Keterangan :
Hasil Perhitungan Momen dan Gaya Geser didapat dari perhitungan SAP 2000 dari
BAB sebelumnya melalui berbagai macam kombinasi 1-6 diambil yang terbesar.

3.2 Menghitung Kebutuhan Tulangan Balok Melintang


Taksiran Penutup Beton (d’) = 40 mm
Tinggi Efektif Balok (d) = h - d’= 400 mm – 40 mm = 360 mm
∅ = 0.80, Faktor aksial Tarik dengan lentur ( Ali Asroni, 2010 hal.31 )
𝛽1 = 0,85, Faktor pembentuk tegangan beton ( Ali Asroni, 2010 hal.46)
 Tulangan Lentur Tumpuan :
Mu- 107,6096 𝐾𝑁𝑚
R (Koefisien Kuat Rencana) = = = 1.64
Mu+ 65,4919 𝐾𝑁𝑚

Mu- 107,6096 𝑥 106


K ( Faktor Momen Pikul ) = = = 3,46
∅.𝑏.𝑑 2 0,80 . 300 . 3602
382,5 . 𝛽1 , 𝑓𝑐 . (600+𝑓𝑦−225 . 𝛽1)
Kmaks ( Momen Pikul Maks) =
(600+𝑓𝑦)2
382,5 . 0,85 , 20 . (600+400−225 . 0.85)
= = 5,25
(600+400)2

0,85 . 𝑓𝑐 ′ 2.𝑘 0.85 . 20 2 . 3,46


ρperlu = (1 − √1 − 0.85 𝑓 ′) = (1 − √1 − 0.85 . )
𝑓𝑦 𝑐 400 20

= 0,0097

1.4 1.4
ρmin = , jika fc’ ≤ 30 MPa = = 0,0035
𝑓𝑦 400
0.85 . 𝑓𝑐′ . 𝛽1 600 0.85 .20 .0,85 600
ρmaks = 0.75 ( 𝑥 ) = 0.75( 𝑥 )
𝐹𝑦 600+𝐹𝑦 400 600+400

= 0,0201
Berdasarkan hasil yang telah didapat sebelumnya dimana nilai :
Syarat : Jika K ≤ Kmaks ( Tulangan Tunggal ), K ≥ Kmaks ( Tulangan Rangkap )
K ≤ Kmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
ρperlu ≤ ρmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
Syarat : ρmin ≤ ρperlu ≤ ρmaks
ρperlu > ρmin = 0,0097 > 0,0035
Jadi, ρperlu > ρmin maka dipakai adalah ρperlu
Mencari Nilai ds1 = Penutup beton + ∅begel + D/2 = 40 + 8 + 19/2 = 57.5 mm

Mencari Nilai a ( Tinggi Tegangan Blok Beton )


2𝐾 2 . 3,46
a = (1 − √1 − ) . 𝑑 = (1 − √1 − ) . 360
0,85 . 𝑓′𝑐 0,85 . 20

= 82,79 mm
Luas Tulangan Perlu As
0,85 . 𝑓′ 𝑐 . 𝑎 . 𝑏 0,85 . 20 . 82,79 . 300
As = = = 1055,60 mm2
𝑓𝑦 400

As’ = ρperlu . b . d = 0.0097 . 300 mm . 360 mm = 1047,6 mm2


Dipilih yang terbesar yaitu As = 1055,60 mm2
Maka Jumlah Tulangan ( n )
𝐴𝑠 1055,60
n = = = 3,72 Dipakai 4 Batang
1/4 𝜋 . 𝑑2 1/4 3,14 . 192

Jumlah tulangan maksimal per baris ( m ) :


𝑏 −2 . 𝑑𝑠1 300 −2 . 57,5 𝑚𝑚
m = +1= + 1 = 3,13 + 1 = 4,13 Batang
𝐷+𝑆𝑛 19 𝑚𝑚 + 40 𝑚𝑚
Jadi Tulangan dapat dipasang dengan 1 baris

Kontrol Keamanan Terhadap Mrencana :


Syarat : Mrenc ≥ Mu-
Luas Tulangan terbesar As = 4 D19 = 4 ( ¼ . 3,14 . 192 ) = 1133,54 mm2
a = 82,79 mm
𝑎 82,79
Mn = As . fy . ( d - 2 ) = 1133,54 . 400 . ( 360 – )
2

= 144460604,7 Nmm = 144,46 KNm


∅. Mn = 0,8 . 144,46 KNm = 115,506 KNm > 107,6096 KNm ……… ( Aman )
Berdasarkan perhitungan tersebut struktur memnuhi syarat ( ∅ Mn > Mu ), dengan
demikian kebutuhan D19 aman untuk dipakai.

 Tulangan Lentur Lapangan Melintang :


Mu+ 65,4919 𝐾𝑁𝑚
R (Koefisien Kuat Rencana) = = = 0,609
Mu- 107,6096 𝐾𝑁𝑚
Mu+ 65,4919 𝑥 106
K ( Faktor Momen Pikul ) = = = 2,105
∅.𝑏.𝑑 2 0,80 . 300 . 3602
382,5 . 𝛽1 , 𝑓𝑐 . (600+𝑓𝑦−225 . 𝛽1)
Kmaks ( Momen Pikul Maks) =
(600+𝑓𝑦)2
382,5 . 0,85 , 20 . (600+400−225 . 0.85)
= = 5,25
(600+400)2

0,85 . 𝑓𝑐 ′ 2.𝑘 0.85 . 20 2 . 2,105


ρperlu = (1 − √1 − 0.85 𝑓 ′) = (1 − √1 − 0.85 . )
𝑓𝑦 𝑐 400 20

= 0,0056

1.4 1.4
ρmin = , jika fc’ ≤ 30 MPa = = 0,0035
𝑓𝑦 400

0.85 . 𝑓𝑐′ . 𝛽1 600 0.85 .20 .0,85 600


ρmaks = 0.75 ( 𝑥 ) = 0.75( 𝑥 )
𝐹𝑦 600+𝐹𝑦 400 600+400

= 0,0201
Berdasarkan hasil yang telah didapat sebelumnya dimana nilai :
Syarat : Jika K ≤ Kmaks ( Tulangan Tunggal ), K ≥ Kmaks ( Tulangan Rangkap )
K ≤ Kmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
ρperlu ≤ ρmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
Syarat : ρmin ≤ ρperlu ≤ ρmaks
ρperlu > ρmin = 0,0056 > 0,0035
Jadi, ρperlu > ρmin maka dipakai adalah ρperlu
Mencari Nilai ds1 = Penutup beton + ∅begel + D/2 = 40 + 8 + 19/2 = 57.5 mm

Mencari Nilai a ( Tinggi Tegangan Blok Beton )


2𝐾 2 . 2,105
a = (1 − √1 − ) . 𝑑 = (1 − √1 − ) . 360
0,85 . 𝑓′𝑐 0,85 . 20

= 47.75 mm
Luas Tulangan Perlu As
0,85 . 𝑓′ 𝑐 . 𝑎 . 𝑏 0,85 . 20 . 47,75 . 300
As = = = 608,713 mm2
𝑓𝑦 400

As’ = ρperlu . b . d = 0.0056 . 300 mm . 360 mm = 604.8 mm2


Dipilih yang terbesar yaitu As = 608,713 mm2
Maka Jumlah Tulangan ( n )
𝐴𝑠 608,713
n = = = 2,15 Dipakai 3 Batang
1/4 𝜋 . 𝑑2 1/4 3,14 . 192

Jumlah tulangan maksimal per baris ( m ) :


𝑏 −2 . 𝑑𝑠1 300 −2 . 57,5 𝑚𝑚
m = +1= + 1 = 3,13 + 1 = 4,13 Batang
𝐷+𝑆𝑛 19 𝑚𝑚 + 40 𝑚𝑚
Jadi Tulangan dapat dipasang dengan 1 baris

Kontrol Keamanan Terhadap Mrencana :


Syarat : Mrenc ≥ Mu-
Luas Tulangan terbesar As = 3 D19 = 3 ( ¼ . 3,14 . 192 ) = 850,155 mm2
a = 47,75 mm
𝑎 47,75
Mn = As . fy . ( d - 2 ) = 850,155 . 400 . ( 360 – )
2

= 108345453 Nmm = 108,345KNm


∅. Mn = 0,8 . 111,084 KNm = 86,676 KNm > 65,4919 KNm ……… ( Aman )

Berdasarkan perhitungan tersebut struktur memnuhi syarat ( ∅ Mn > Mu ), dengan


demikian kebutuhan D19 aman untuk dipakai.

Perencanaan Tulangan Geser Balok Melintang :


V+ = 78,965 KN
Taksiran diamater yang digunakan = D-8 untuk Beugel
∅ = 0,60 Faktor reduksi geser ( Gideion Jilid 1 hal. 35 )
1 1
Vc = √𝑓𝑐′ . b . d = 6 √20 . 300 . 360 = 80,496 KN
6
1 1
. Vc = 2 . 80,496 KN = 40,249 KN
2

𝑉+ 78,965
Vs perlu = - Vc = – 80,496 KN = 51,11 KN
∅ 0,60

Jika digunakan tulangan D-8 untuk geser ( sengkang ), alasan menggunakan D-8
karena sangat gampang untuk dibengkokkan menjadi beugel
Assengk = ( 1/4 . π . d2 ) = ( ¼ . 3,14 . 82 ) = 50,24 mm2,, maka jarak
sengkang adalah :
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘 . 𝑓𝑦 . 𝑑 50,24 . 400 . 360
sjarak = = = 141,5 mm ~ 120 mm
𝑉𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 51,11 . 103

Secara teoritis didapatkan tulangan sengkang D10-200, sedangkan pelaksanaan


dilapangan digunakan D8-120 untuk Tulangan geser di Tumpuan (1/4L) dan D8-200
untuk Penulangan geser di Lapangan.
1
sjarak ≤ h
2
1
sjarak ≤ . 400 mm
2
120 mm ≤ 200 mm, diambil yang 200 mm. Nilai teoritis terlalu besar
Jadi diambil tulangan geser / sengkang untung di tumpuan D8-120 dan untuk
dilapangan D8-200
3.2 Menghitung Kebutuhan Tulangan Balok Memanjang
Balok Memanjang Mu+ = 61,2148 KNm ( Frame 76 )
Balok Memanjang Mu- = 104,7925 KNm ( Frsme 88 )
Balok Memanjang V+ = 77,31 KN ( Frame 88 )
Taksiran Penutup Beton (d’) = 40 mm
Tinggi Efektif Balok (d) = h - d’ = 400 mm – 40 mm = 360 mm
∅ = 0.80, Faktor aksial Tarik dengan lentur ( Ali Asroni, 2010 hal.31 )
𝛽1 = 0,85, Faktor pembentuk tegangan beton ( Ali Asroni, 2010 hal.46)
 Tulangan Lentur Tumpuan :
Mu- 104,7925 𝐾𝑁𝑚
R (Koefisien Kuat Rencana) = = = 1.711
Mu+ 61.2148 𝐾𝑁𝑚
Mu- 104,7925 𝑥 106
K ( Faktor Momen Pikul ) = = = 3,36
∅.𝑏.𝑑 2 0,80 . 300 . 3602
382,5 . 𝛽1 , 𝑓𝑐 . (600+𝑓𝑦−225 . 𝛽1)
Kmaks ( Momen Pikul Maks) =
(600+𝑓𝑦)2
382,5 . 0,85 , 20 . (600+400−225 . 0.85)
= = 5,25
(600+400)2

0,85 . 𝑓𝑐 ′ 2.𝑘 0.85 . 20 2 . 3,36


ρperlu = (1 − √1 − 0.85 𝑓 ′) = (1 − √1 − 0.85 . )
𝑓𝑦 𝑐 400 20

= 0,0094

1.4 1.4
ρmin = , jika fc’ ≤ 30 MPa = = 0,0035
𝑓𝑦 400

0.85 . 𝑓𝑐′ . 𝛽1 600 0.85 .20 .0,85 600


ρmaks = 0.75 ( 𝑥 ) = 0.75( 𝑥 )
𝐹𝑦 600+𝐹𝑦 400 600+400

= 0,0201

Berdasarkan hasil yang telah didapat sebelumnya dimana nilai :


Syarat : Jika K ≤ Kmaks ( Tulangan Tunggal ), K ≥ Kmaks ( Tulangan Rangkap )
K ≤ Kmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
ρperlu ≤ ρmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
Syarat : ρmin ≤ ρperlu ≤ ρmaks
ρperlu > ρmin = 0,0094 > 0,0035
Jadi, ρperlu > ρmin maka dipakai adalah ρperlu
Mencari Nilai ds1 = Penutup beton + ∅begel + D/2 = 40 + 8 + 19/2 = 57.5 mm
Mencari Nilai a ( Tinggi Tegangan Blok Beton )
2𝐾 2 . 3,360
a = (1 − √1 − ) . 𝑑 = (1 − √1 − ) . 360
0,85 . 𝑓′𝑐 0,85 . 20

= 80,05 mm
Luas Tulangan Perlu As
0,85 . 𝑓′ 𝑐 . 𝑎 . 𝑏 0,85 . 20 . 80,05 . 300
As = = = 1020,686 mm2
𝑓𝑦 400

As’ = ρperlu . b . d = 0.0094 . 300 mm . 360 mm = 1015,20 mm2


Dipilih yang terbesar yaitu As = 1020,686 mm2
Maka Jumlah Tulangan ( n )
𝐴𝑠 1020,686
n = 2
= = 3,60 Dipakai 4 Batang
1/4 𝜋 . 𝑑 1/4 3,14 . 192

Jumlah tulangan maksimal per baris ( m ) :


𝑏 −2 . 𝑑𝑠1 300 −2 . 57,5 𝑚𝑚
m = +1= + 1 = 3,13 + 1 = 4,13 Batang
𝐷+𝑆𝑛 19 𝑚𝑚 + 40 𝑚𝑚
Jadi Tulangan dapat dipasang dengan 1 baris

Kontrol Keamanan Terhadap Mrencana :


Syarat : Mrenc ≥ Mu-
Luas Tulangan terbesar As = 4 D19 = 7 ( ¼ . 3,14 . 192 ) = 1133,54 mm2
a = 80,05 mm
𝑎 80,05
Mn = As . fy . ( d - 2 ) = 1133,54 . 400 . ( 360 – )
2

= 144460604.7 Nmm = 144,46 KNm


∅. Mn = 0,8 . 144,46 KNm = 115,57 KNm > 104,7925 KNm ……… ( Aman )
Berdasarkan perhitungan tersebut struktur memnuhi syarat ( ∅ Mn > Mu ), dengan
demikian kebutuhan D19 aman untuk dipakai.

 Tulangan Lentur Lapangan Memanjang :


Mu+ 61,2148 𝐾𝑁𝑚
R (Koefisien Kuat Rencana) = = = 0,585
Mu- 104,7925 𝐾𝑁𝑚

Mu+ 61,2148 𝑥 106


K ( Faktor Momen Pikul ) = = = 1,960
∅.𝑏.𝑑 2 0,80 . 300 . 3602
382,5 . 𝛽1 , 𝑓𝑐 . (600+𝑓𝑦−225 . 𝛽1)
Kmaks ( Momen Pikul Maks) =
(600+𝑓𝑦)2
382,5 . 0,85 , 20 . (600+400−225 . 0.85)
= = 5,25
(600+400)2
0,85 . 𝑓𝑐 ′ 2.𝑘 0.85 . 20 2 . 1.960
ρperlu = (1 − √1 − 0.85 𝑓 ′) = (1 − √1 − 0.85 . )
𝑓𝑦 𝑐 400 20

= 0,0052

1.4 1.4
ρmin = , jika fc’ ≤ 30 MPa = = 0,0035
𝑓𝑦 400

0.85 . 𝑓𝑐′ . 𝛽1 600 0.85 .20 .0,85 600


ρmaks = 0.75 ( 𝑥 ) = 0.75( 𝑥 )
𝐹𝑦 600+𝐹𝑦 400 600+400

= 0,0201
Berdasarkan hasil yang telah didapat sebelumnya dimana nilai :
Syarat : Jika K ≤ Kmaks ( Tulangan Tunggal ), K ≥ Kmaks ( Tulangan Rangkap )
K ≤ Kmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
ρperlu ≤ ρmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
Syarat : ρmin ≤ ρperlu ≤ ρmaks
ρperlu > ρmin = 0,0052 > 0,0035
Jadi, ρperlu > ρmin maka dipakai adalah ρperlu
Mencari Nilai ds1 = Penutup beton + ∅begel + D/2 = 40 + 8 + 19/2 = 57.5 mm

Mencari Nilai a ( Tinggi Tegangan Blok Beton )


2𝐾 2 . 1,960
a = (1 − √1 − ) . 𝑑 = (1 − √1 − ) . 360
0,85 . 𝑓′𝑐 0,85 . 20

= 44.22 mm
Luas Tulangan Perlu As
0,85 . 𝑓′ 𝑐 . 𝑎 . 𝑏 0,85 . 20 . 44,22 . 300
As = = = 564,00 mm2
𝑓𝑦 400

As’ = ρperlu . b . d = 0.0094 . 300 mm . 360 mm = 561,30 mm2


Dipilih yang terbesar yaitu As = 564,00 mm2
Maka Jumlah Tulangan ( n )
𝐴𝑠 564,01
n = = = 2,01 Dipakai 3 Batang
1/4 𝜋 . 𝑑2 1/4 3,14 . 192

Jumlah tulangan maksimal per baris ( m ) :


𝑏 −2 . 𝑑𝑠1 300 −2 . 57,5 𝑚𝑚
m = +1= + 1 = 3,13 + 1 = 4,13 Batang
𝐷+𝑆𝑛 19 𝑚𝑚 + 40 𝑚𝑚
Jadi Tulangan dapat dipasang dengan 1 baris
Kontrol Keamanan Terhadap Mrencana :
Syarat : Mrenc ≥ Mu-
Luas Tulangan terbesar As = 3 D19 = 3 ( ¼ . 3,14 . 192 ) = 850,155 mm2
a = 44,22 mm
𝑎 44,22
Mn = As . fy . ( d - 2 ) = 850,155 . 400 . ( 360 – )
2

= 114903549,2 Nmm = 114,903KNm


∅. Mn = 0,8 . 114,903 KNm = 91.922 KNm > 61,2148 KNm ……… ( Aman )

Berdasarkan perhitungan tersebut struktur memnuhi syarat ( ∅ Mn > Mu ), dengan


demikian kebutuhan D19 aman untuk dipakai.

Perencanaan Tulangan Geser Balok Memanjang :


V+ = 77,311 KN
Taksiran diamater yang digunakan = D-8 untuk Beugel
∅ = 0,60 Faktor reduksi geser ( Gideion Jilid 1 hal. 35 )
1 1
Vc = √𝑓𝑐′ . b . d = 6 √20 . 300 . 360 = 80,496 KN
6
1 1
. Vc = 2 . 80,496 KN = 40,249 KN
2

𝑉+ 77,311
Vs perlu = - Vc = – 80,496 KN = 48,35 KN
∅ 0,60

Jika digunakan tulangan D8 untuk geser ( sengkang ) :


Assengk = ( 1/4 . π . d2 ) = ( ¼ . 3,14 . 82 ) = 50,24 mm2,, maka jarak
sengkang adalah :
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘 . 𝑓𝑦 . 𝑑 50,24 . 400 . 360
sjarak = = = 146,60 mm ~ 120 mm
𝑉𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 48,35 . 103

Secara teoritis didapatkan tulangan sengkang D8-125, sedangkan pelaksanaan


dilapangan digunakan D8-120 untuk Tulangan geser di Tumpuan (1/4L) dan D8-200
untuk Penulangan geser di Lapangan tetapi syarat sengkang yang harus dipenuhi
adalah
1
sjarak ≤ h
2
1
sjarak ≤ . 400 mm
2
125 mm ≤ 200 mm, diambil yang 200 mm. Nilai teoritis terlalu besar
Jadi diambil tulangan geser / sengkang untung di tumpuan D8-120 dan untuk
dilapangan D8-200
IV. Perhitungan Kebutuhan Tulangan Kolom 6 m

Data-Data Geometris Sebagai Berikut :


- Fc’ ( Mutu Beton ) = 20 MPa
- Fy ( Mutu Baja ) = 400 MPa, D22 dan D10
- Asumsi Ukuran Kolom = b : 40 x ht : 40 cm
- Struktur Kolom 6 m Mu = 111,8134 KNm ( Frame 22 )
- Struktur Kolom 6 m Pu = 673,182 KN ( Frame 25 )
- Struktur Kolom V = 34,057 KN
- Es Baja = 200000 MPa
- Es Beton = 4700√20 = 21019,04 MPa

Keterangan :
Hasil Perhitungan Momen dan Gaya Geser didapat dari perhitungan SAP 2000 dari
BAB sebelumnya melalui berbagai macam kombinasi 1-6 diambil yang terbesar.
(Perhitungan Kolom diadopsi dari Buku Prof. Ir. Widodo MSCE, Ph-D)

4.1 Menghitung Nilai Mna, Pna, Eksentrisitas (e)


𝑀𝑢 111,8134
Mna = ∅
= = 139,7668 KNm
0,80
𝑃𝑢 673,182
Pna = ∅ = = 1035.665 KN
0,65
𝑀𝑛 139,7668
e = 𝑃𝑛 𝑎 = = 0,134 m = 134 mm
𝑎 1035,665

4.2 Menentukan Ukuran kolom


Wang dan Salmon (1997) mengatakan bahwa untuk menentukan ukuran kolom
dapat dipakai asumsi awal, yaitu nilai Pn dianggap sementara sama dengan Pb. Asumsi
yang lain adalah pengaruh displaced concrete diabaikan dan regangan baja desak
sudah mencapai regangan leleh. Dipakai Es = 210000 MPa , fy = 400 MPa, f’c = 20
MPa, Ec = 21019 MPa

𝐹𝑐
𝜺𝒄 = 𝐸𝑐 = 0,0030 ( Ketentuan )
𝐹𝑦 400
𝜺𝒔 = 𝐸𝑠 = = 0,0020
200000
𝜺𝒄 0,003
𝑪𝒃 = ℎ= ℎ = 0,60 h
𝜺𝒄 + 𝜺𝒔 0.003+0.002

Pb = Cc + Cs - Ts

= 0,85 f’c . β1 . Cb . b + A’s fy – As . fy


= 0,85 . 20 . 0,85 . 0,6 h + 0
= 8,67 b h
Apabila diambil asumsi h = 0,9 ht, maka :
Pb = 8,67 . b . 0,9 ht
= 7,80 b ht = 7,80 Ag ( MPa )
Padahal Pb = Pn = 1035,665 KN, maka
1035,665
Ag = mm2 = 172610 mm2 = 0.01 x 172610 =1726,10 mm2
7,80 𝑥 10−3
Selanjutnya Wang dan Salmon (1977) mengatakan bahwa apabila dipakai Agc >
Ag maka kolom yang dipakai cukup besar. Akibatnya hanya diperlukan tebal beton
desak yang relatif kecil atau Pn < Pb dan masih memenuhi kebutuhan momen Mn
karena eksentrisitasnya e cukup besar. Catatan : ( Agc = 0,01.400.400 ) = 1600 mm2 ±
92 % Ag dan As = As’
Pada kondisi ini jika :
1. Agc > Ag akan mengalami Patah Tarik dengan Rumus Pendekatan
2. Agc < Ag akan mengalami Patah Desak dengan Rumus Whitney
0,01 . 𝑏 .ℎ 0,01 . 400 . 400
n/m = 2 = = 4,21 = 4 batang untuk setiap sisi
0,25 . π . 𝑑 0,25 . 3,14 , 222

Maka luas tulangan As = As’ adalah :


As terbesar = 4 . (0.25 . 3,14 . 222 ) = 1520 mm2
d’ = selimut beton + ½ ∅22 = 40 + 11 = 51 mm
h ( tinggi efektif kolom ) = 400 mm – 51 mm = 349 mm

Estimasi Kuat Desak Pn : ( Rumus Whitney )


𝑁 𝑁
𝑓𝑐 . 𝑏 . ℎ𝑡 𝐴𝑠 ′ . 𝑓𝑦 20 . 400 𝑚𝑚 . 400𝑚𝑚 1520𝑚𝑚2 . 400
𝑚𝑚2 𝑚𝑚2
Pn = 3 . ℎ𝑡 . 𝑒 + 𝑒 = 3 . 400 . 134 + 134
+1,18 +0,50 +1,18 +0,50
ℎ2 ℎ−𝑑′ 3492 349−51

= 1513998 N = 1513,998 KN
Syarat : Pn ≥ Pna
Pn = 1513,998 KN ≥ 1035,665 KN………………………..( Syarat Terpenuhi )
Jadi Estimasi ukuran yang diasumsi dan jumlah tulangan yang telah dicari
diperkirakan telah memenuhi syarat
Kontrol Status Patah Desak :
Pada hitungan sebelumnya diperoleh cb = 0,6 h
Cb = 0,6 . 349 mm = 209,4 mm
𝑐−𝑑′ 209,4 𝑚𝑚−51,00 𝑚𝑚
𝜺𝒔 ′ = 𝑐
𝜺𝒄 = . 0,001 = 0,00075 < 0.002
209,4 𝑚𝑚

( Baja desak belum leleh )


ab = ( Cb . 0,85 ) = 209,4 . 0.85 = 98,78 mm
Ccb = 0,85 . f’c . ( Cb . 0,85) . b = 0,85 . 20 . ( 116,217 . 0,85 ) . 400
= 1210332 N = 1210,332 KN
Csb = A’s . ( fy – 0,85 . fc ) = 1520 . ( 400 – 0,85 . 20 )
= 582160 N = 582,16 KN
Tsb = As . fy = 1520 . 400 = 608000 N = 608 KN
Pb = Ccb + Csb - Tsb = 1210,332 KN + 582,16 KN – 608 KN
= 1184 KN
Jika : Pb > Pn diasumsikan kolom patah tarik
Pb < Pn diasumsikan kolom patah desak
Maka nilai : Pb = 1184 KN < 1513,998 KN……………. ( Kolom Patah Desak )

Momen Lentur dengan mengambil momen terhadap titik berat potongan :


ℎ𝑡 𝑎 ℎ𝑡 ℎ𝑡
Mn = Cc { 2 − 2} + Cs { 2 − 𝑑′} + Ts { 2 − 𝑑′}
400 98,78 400 400
= 1210,332 { − } + 582,16 { − 51} + 608 { − 51}
2 2 2 2

= 359621 KNmm = 359,621 KNm


Syarat = ∅ . 𝑀𝑛 > 𝑀𝑛𝑎
∅ . 𝑀𝑛 = 0.65 . 359,621 = 233,757 KNm > 139,767 KNm
= Desain Kolom SUKSES…… ( Aman )

Cek Rangka Portal Bergoyang atau tidak bergoyang :


Kolom dan tingkat pada struktur, harus dikelompokkan sebagai tidak bergoyang
atau bergoyang. Suatu tingkat pada struktur boleh dianggap tidak bergoyang bila nilai:
Dimana : ∆o = 0 ( Karena beban nya simetris )

Checking : Q 
P  u o
≤ 0.05
Vu l c

= ( 673,182 . 0 ) / (34,057 . 1/12 . 400 .4003 ) ≤ 0.05


=0 ≤ 0.05 …. ( Portal tidak bergoyang )
Cek Rasio Kelangsingan :
1 1
Ikolom = 𝑏 . ℎ3 = 400 . 4003 = 213333333 mm4 = 21,3 x 108 mm4
12 12
1
Ibalok = 1/12 b . h^3 = 300 . 4003 = 160000000 mm4 = 16,0 x 108 mm4
12

Ec = 4700√20 = 21019,04 MPa


𝜑a = 1 ( kolom dalam keadaan jepit )
𝐸𝑐 . 𝐼𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 21,3 𝑥 108 . 21019,04
𝜑b = = = 1,333
𝐸𝑐 . 𝐼𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 16,0 𝑥 108 . 21019,04

k ( faktor panjang efektif ) = 0,70 + 0,05 (𝜑a + 𝜑b ) = 0,70 + 0,05 ( 1 + 1,333 ) = 0,81
𝐼 213333333
r = √ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 =√ = 115,50
𝐴 400 . 400

Cek Kolom Panjang atau Kolom Pendek :


Diberikan : M1 = 41,5595 KNm lu = 6000 mm – 400 = 5600 mm
M2 = - 111,8134 KNm
𝑘 . 𝑙𝑢 𝑀1 0,81 . 5600 111,8134
> 34 – 12 𝑀2 = > 34 – 12 −111,8134
𝑟 115,50

= 39,277 < 46………………………. ( Kolom Pendek )


Desain Tulangan Geser
Diketahui :
b = 400 mm
h = 400 mm
d = 400 – 40 – ½ . 22 = 349 mm
∅ Tulangan sengkang = 10 mm
F’c = 20 MPa, Fy = 400 MPa
Vu = 34,057 KN
∅ untuk reduksi = 0.75 ( Ali Asroni Hal. 137 )

Mencari Nilai Vu dan Vc


𝑉𝑢 34,057
Vn = = = 45.41 KN
∅ 0.75
1 1
Vc = √𝑓𝑐′ . b . d = 6 √20 . 400 . 349 = 104,051 KN
6

Checking :
Vn ≥ ∅ . Vc
45.41 KN ≥ 0.75 . 104.051 KN
45.41 KN < 78.031 KN……… ( Tidak membutuhkan tulangan geser )
Namun untuk keamanan digunakan tulangan geser dengan spasi minimum :
𝑑 400
smax = = = 200 mm
2 2
Jadi jarak antar sengkang yang digunakan adalah = D10 – 200 mm

GAMBAR DIAGRAM INTERAKSI KOLOM DENGAN METODE GRAFIS /


TANPA SOFTWARE )
Dari Perhitungan Excel yang didapat :
Titik A : Mn = 0 KNm Pn = 2130,25 KN
Titik B : Mn = 320,10 KNm Pn = 1300,51 KN
Titik C : Mn = 331,50 KNm Pn = 1292,21 KN
Titik D : Mn = 327,83 KNm Pn = 1230,81 KN
Titik E : Mn =139,76 KNm Pn = 0 KN, Nilai Mn E = Mna Perhitungan

Diagram Interaksi Kolom


2400

2200

2000

1800

1600

1400
Pn( KNm)

1200

1000

800

600
Mu dan Pu
400

200

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Mn (KNm)

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari Grafik Bahwa, Mu dan Pu dari hasil analisa
masih berada didalam Diagram Interaksi Kolom artinya kolom dengan dimensi 400 x
400 mm dan Tulangan 8D22 mampu menahan beban yang direncanakan
Perhitungan Kebutuhan Tulangan Kolom 5 m

Data-Data Geometris Sebagai Berikut :


- Fc’ ( Mutu Beton ) = 20 MPa
- Fy ( Mutu Baja ) = 400 MPa, D22 dan D10
- Asumsi Ukuran Kolom = b : 40 x ht : 40 cm
- Struktur Kolom 5 m Mu = 82,820 KNm ( Frame 20 )
- Struktur Kolom 5 m Pu = 430,095 KN ( Frame 20 )
- Struktur Kolom V = 31,933 KN
- Es Baja = 200000 MPa
- Es Beton = 4700√20 = 21019,04 MPa

4.3 Menghitung Nilai Mna, Pna, Eksentrisitas (e)


𝑀𝑢 82,820
Mna = ∅
= = 103,525 KNm
0,80
𝑃𝑢 430,095
Pna = ∅ = = 661.684 KN
0,65
𝑀𝑛 103,525
e = 𝑃𝑛 𝑎 = = 0,156 m = 156 mm
𝑎 661,684

4.4 Menentukan Ukuran kolom


Wang dan Salmon (1997) mengatakan bahwa untuk menentukan ukuran kolom
dapat dipakai asumsi awal, yaitu nilai Pn dianggap sementara sama dengan Pb. Asumsi
yang lain adalah pengaruh displaced concrete diabaikan dan regangan baja desak
sudah mencapai regangan leleh. Dipakai Es = 210000 MPa , fy = 400 MPa, f’c = 20
MPa, Ec = 21019 MPa

𝐹𝑐
𝜺𝒄 = 𝐸𝑐 = 0,0030
𝐹𝑦 400
𝜺𝒔 = 𝐸𝑠 = = 0,0020
200000
𝜺𝒄 0,003
𝑪𝒃 = ℎ= ℎ = 0,6 h
𝜺𝒄 + 𝜺𝒔 0.003+0.002

Pb = Cc + Cs - Ts

= 0,85 f’c . β1 . Cb . b + A’s fy – As . fy


= 0,85 . 20 . 0,85 . 0,6 h . b + 0
= 8,67 b h
Apabila diambil asumsi h = 0,9 ht, maka :
Pb = 8,67 . b . 0,9 ht
= 7,803 b . ht = 7,8903 Ag ( MPa )
Padahal Pb = Pn = 661,6846 KN, maka
661.6846
Ag = mm2 = 112011 mm2 = 0.01 x 112011 =1120,11 mm2
7,80 𝑥 10−3
Selanjutnya Wang dan Salmon (1977) mengatakan bahwa apabila dipakai Agc >
Ag maka kolom yang dipakai cukup besar. Akibatnya hanya diperlukan tebal beton
desak yang relatif kecil atau Pn < Pb dan masih memenuhi kebutuhan momen Mn
karena eksentrisitasnya e cukup besar. Catatan : ( Agc = 0,01.400.400 ) = 1600 mm2 ±
> Ag dan As = As’
Pada kondisi ini jika :
1. Agc > Ag akan mengalami Patah Tarik dengan Rumus Pendekatan
2. Agc < Ag akan mengalami Patah Desak dengan Rumus Whitney
0,01 . 𝑏 .ℎ 0,01 . 400 . 400
n/m = 2 = = 4,21 = 4 batang untuk setiap sisi
0,25 . π . 𝑑 0,25 . 3,14 , 222

Maka luas tulangan As = As’ adalah :


As terbesar = 4 . (0.25 . 3,14 . 222 ) = 1520 mm2
d’ = selimut beton + ½ ∅22 = 40 + 11 = 51 mm
h ( tinggi efektif kolom ) = 400 mm – 51 mm = 349 mm

Estimasi Kuat Desak Pn : ( Rumus Pendekatan )


Mu- 82,820 𝑥 106
K ( Faktor Momen Pikul ) = = = 2,12
∅.𝑏.𝑑 2 0,80 . 400 . 3492

0,85 . 𝑓𝑐 ′ 2.𝑘 0.85 . 20 2 . 3,46


ρperlu = (1 − √1 − 0.85 𝑓 ′) = (1 − √1 − 0.85 . )
𝑓𝑦 𝑐 400 20

= 0,0056

𝑒 𝑒 𝑑′ 𝑒
Pn = 0,85.f’c.b.h {−𝜌 + (1 − ℎ) + √(1 − ℎ ) + 2. 𝜌 [(𝑚 − 1)(1 − + ℎ]}
2

= 1746598 N = 174,60 KN
Syarat : Pn ≥ Pna
Pn = 1746,60 KN ≥ 661,684 KN………………………..( Syarat Terpenuhi )
Jadi Estimasi ukuran yang diasumsi dan jumlah tulangan yang telah dicari
diperkirakan telah memenuhi syarat

Kontrol Status Patah Desak :


Pada hitungan sebelumnya diperoleh cb = 0,6 h
Cb = 0,6 . 349 mm = 209,4 mm
𝑐−𝑑′ 209,4 𝑚𝑚−51,00 𝑚𝑚
𝜺𝒔 ′ = 𝑐
𝜺𝒄 = . 0,001 = 0,00075 < 0.002
209,4 𝑚𝑚

( Baja desak belum leleh )


ab = ( Cb . 0,85 ) = 116.217 . 0.85 = 177,99 mm
Ccb = 0,85 . f’c . ( Cb . 0,85) . b = 0,85 . 20 . ( 209,4 . 0,85 ) . 400
= 1210332 N = 1210,332 KN
Csb = A’s . ( fy – 0,85 . fc ) = 1520 . ( 400 – 0,85 . 20 )
= 582160 N = 582,160 KN
Tsb = As . fy = 1520 . 400 = 608000 N = 608 KN
Pb = Ccb + Csb + Tsb = 1210,332 KN + 582,160 – 608 KN
= 1184,992 KN
Jika : Pb > Pn diasumsikan kolom patah tarik
Pb < Pn diasumsikan kolom patah desak
Maka nilai : Pb = 1184,992KN < 1746,60 KN……………. ( Kolom Patah Desak )

Momen Lentur dengan mengambil momen terhadap titik berat potongan :


ℎ𝑡 𝑎 ℎ𝑡 ℎ𝑡
Mn = Cc { 2 − 2} + Cs { 2 − 𝑑′} + Ts { 2 − 𝑑′}
400 98,78 400 400
= 1210,332 { − } + 582,16 { − 51} + 608 { − 51}
2 2 2 2

= 359621 KNmm = 359,621 KNm


Syarat = ∅ . 𝑀𝑛 > 𝑀𝑛𝑎
∅ . 𝑀𝑛 = 0.65 . 359,621 = 233,757 KNm > 139,767 KNm
= Desain Kolom SUKSES…… ( Aman )

Cek Rangka Portal Bergoyang atau tidak bergoyang :


Kolom dan tingkat pada struktur, harus dikelompokkan sebagai tidak bergoyang
atau bergoyang. Suatu tingkat pada struktur boleh dianggap tidak bergoyang bila nilai:
Dimana : ∆o = 0 ( Karena beban nya simetris )
Checking : Q 
P  u o
≤ 0.05
Vu l c
= ( 430,095 . 0 ) / (31,933 . 1/12 . 400 .4003 ) ≤ 0.05
=0 ≤ 0.05 …. ( Portal tidak bergoyang )
Cek Rasio Kelangsingan :
1 1
Ikolom = 𝑏 . ℎ3 = 400 . 4003 = 213333333 mm4 = 21,3 x 108 mm4
12 12
1
Ibalok = 1/12 b . h^3 = 300 . 4003 = 160000000 mm4 = 16,0 x 108 mm4
12

Ec = 4700√20 = 21019,04 MPa


𝜑a = 1 ( kolom dalam keadaan jepit )
𝐸𝑐 . 𝐼𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 21,3 𝑥 108 . 21019,04
𝜑b = = = 1,333
𝐸𝑐 . 𝐼𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 16,0 𝑥 108 . 21019,04

k ( faktor panjang efektif ) = 0,70 + 0,05 (𝜑a + 𝜑b ) = 0,70 + 0,05 ( 1 + 1,333 ) = 0,81
𝐼 213333333
r = √ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 =√ = 115,50
𝐴 400 . 400

Cek Kolom Panjang atau Kolom Pendek :


Diberikan : M1 = 82,820KNm lu = 5000 mm – 400 = 4600 mm
M2 = - 82,820 KNm
𝑘 . 𝑙𝑢 𝑀1 0,81 . 4600 82,820
> 34 – 12 𝑀2 = > 34 – 12 −82,820
𝑟 115,50

= 32,25 < 46………………………. ( Kolom Pendek )

Desain Tulangan Geser


Diketahui :
b = 400 mm
h = 400 mm
d = 400 – 40 – ½ . 22 = 349 mm
∅ Tulangan sengkang = 10 mm
F’c = 20 MPa, Fy = 400 MPa
Vu = 31,933 KN
∅ untuk reduksi = 0.75 ( Ali Asroni Hal. 137 )
Mencari Nilai Vu dan Vc
𝑉𝑢 31,933
Vn = = = 42,57 KN
∅ 0.75
1 1
Vc = √𝑓𝑐′ . b . d = 6 √20 . 400 . 349 = 104,051 KN
6

Checking :
Vn ≥ ∅ . Vc
45.41 KN ≥ 0.75 . 104.051 KN
45.41 KN < 78.031 KN……… ( Tidak membutuhkan tulangan geser )
Namun untuk keamanan digunakan tulangan geser dengan spasi minimum :
𝑑 400
smax = = = 200 mm
2 2
Jadi jarak antar sengkang yang digunakan adalah = D10 – 200 mm

GAMBAR DIAGRAM INTERAKSI KOLOM DENGAN METODE GRAFIS /


TANPA SOFTWARE )
Dari Perhitungan Excel yang didapat :
Titik A : Mn = 0 KNm Pn = 2130,25 KN
Titik B : Mn = 320,10 KNm Pn = 1300,51 KN
Titik C : Mn = 331,50 KNm Pn = 1292,21 KN
Titik D : Mn = 327,83 KNm Pn = 1230,81 KN
Titik E : Mn = 103,52 KNm Pn = 0 KN, Nilai Mn E = Mna Perhitungan

Diagram Interaksi Kolom


2400

2200

2000

1800

1600

1400
Pn( KNm)

1200

1000

800

600
Mu dan Pu
400

200

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Mn (KNm)
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari Grafik Bahwa, Mu dan Pu dari hasil analisa
masih berada didalam Diagram Interaksi Kolom artinya kolom dengan dimensi 400 x
400 mm dan Tulangan 8D22 mampu menahan beban yang direncanakan
BAB V
PERENCANAAN PONDASI GEDUNG

Data - Data Geometris :


- Jenis Tanah = Lempung Berpasir ( Laboratorium Mektan ITM )
- Pu ( Tek. Tanah ) = 60,06 T ( SAP 2000 )
- Mu (Momen Tanah) = 10,891 T.m
- φ ( Sudut Geser ) = 24,10 0 = 25 0 ( Laboratorium Mektan ITM )
- Tegangan izin tanah = 1,5 kg/cm2 = 15 T/m2
- γTanah = 1,7 T/m3 ( Tanah Lempung ) Tabel Buku Teknik Sipil

- γBeton = 2,4 T/m3 ( Tabel Buku Teknik Sipil )

- γbasah = 1,81 T/m3 ( Laboratorium Mektan ITM )

1. Perencanaan Pondasi Telapak


Pondasi Telapak dapat digunakan jika pada kedalaman N ≤ 3 Meter, dan Penetrasi
Konus didapat PK ≥ 50 Kg/cm2, berdasarkan Data Sondir yang kami dapatkan di
Kedalaman 2.5 Meter, Tanah ini memilik Penetrasi Konus sebesar 120 Kg/cm2 maka
dapat digunakan Pondasi Telapak pada Bangunan ini .
( SNI 03-2847-2002 Pasal 17 Hal 160 )
Asumsi Nilai b dan l ( trial error )
b = 2.0 m = 2000 mm
h = 2.0 m = 2000 mm

 Desain Lebar Fondasi (B)


Pu
σtanah =
A

Pu 60,06 T
A = =
σtanah 15 T/𝑚2

A = 4,01 m2

B = L = √𝐴 = √4,01

= 2,001 = 2 Meter

 Desain Tebal Plat Pondasi (h)


Ac = h x (keliling tampang keritis)
= h (4 (2h + b)
= h (4 (2h + 400))
= 8h2 + 1600h

Pu
≤ Vc
Ac
600600 𝑁 1
≤ √𝑓𝑐′
8ℎ²+1600ℎ 6

600600 𝑁 1
≤ √20
8ℎ² + 1600ℎ 6
0,745 (8h2 + 1600h) ≥ 600600N

5,96h2 + 1192h – 600600 ≥ 0


(a) (b) (c)

−1192 ± √(11922 )−4 (5,96)(−600600)


h =
2 (5,96)

−1192+3783,953
h1 = = 232,82 mm
11,92

−1192−3783,953
h2 = = -432,824 mm
11,92

Maka, diambil Tebal Pondasi (h) = 217,445 mm

Maka untuk mempermudah pekerjaan diambil h = 250 mm

Df/B  1  pondasi telapak


1  Df/B  10  pondasi sumuran
Df/B  10  pondasi tiang
Dimana : Df = kedalaman pondasi
B = lebar pondasi

a) Syarat Desain Pondasi Telapak

𝐷
≤ 1
𝐵

2000 𝑚𝑚
≤ 1
2000 𝑚𝑚
1 ≤ 1 ( Memenuhi ) …… OK
Kesimpulan : Syarat terpenuhi untuk pondasi telapak
**B ≥ L maka Momen yang bekerja tidak menyebabkan eksentrisitas yang tinggi,
sehingga tidak perlu direncanakan ex yang terjadi terhadap bentang yang panjang (
diprediksi tidak akan terjadi lendutan yang besat karena nilai B = L )

b) Mencari Beban yang Bekerja pada Pondasi


Q1 = Beban ( Pu ) = 60,06 Ton ( SAP 2000 Joint Reaction )
Q2 = Berat Pondasi = 2 m x 2 m x 0.25 m x 2.4 T/m3 = 2,4 Ton
Q3 = Berat Kolom = 0,4 m x 0,4 m x 1,75 m x 2,4 T/m3 = 0,672Ton
Q4 = Akibat Tanah = [( 22 m x 2 m ) – ( 0.42 m x 2 m )] x 1.7 T/m3
= 13,056 Ton
Qtotal = Q1 + Q2 +Q3 + Q4
= 60,06 T + 2,4 T + 0,672 T + 13,056 T
= 76,188 Ton

c) Mencari Daya Dukung Tanah ( qult )


Diketahui :
γTanah = 1,7 T/m3

γBeton = 2,4 T/m3


c = 1,0 T/m2
φ = 25 0
Df = 2 meter

 Data Tanah dengan φ = 25 0 berdasarkan tabel Terzaghi didapat :


Faktor Daya Dukung untuk Kondisi Keruntuhan Geser Umum :
Nc = 25,10
Nq = 12,72
Nγ = 8,34
 Menghitung qnetto ( Daya Dukung Aman Tanah ) berdasarkan Dimensi Rencana :
𝑃
𝑞𝑛 =
𝐴
76,188 𝑇
𝑞𝑛 = = 18.95 T/m2
4,01 𝑚2

Cek Kontrol ( qizin > qn ) :


a) Hitung qizin yang terjadi pada pondasi
𝑞𝑢𝑙𝑡 = 1,3 . c . Nc + γ . Df . Nq + 0,4 . γ . B . N γ
= 1.3 . 1.0 T/m2 . 25,10 + 1.81 T/m2 . 2 . 12,72 + 0,4 . 1,81 T/m2 . 2 . 8,34
= 90,7527 T/m2

Cek Keamanan ( SF ) qizin :


**) Cek keamanan berada diantara 1,5 – 3 untuk Faktor Pembagi qizin
**) Pengali untuk tegangan kontak sementara adalah 1,25
𝑞𝑢𝑙𝑡
𝑞𝑖𝑧𝑖𝑛 =
𝑆𝐹
90,7527 𝑇/𝑚2
= = 30,251 T/m2
3,0

σsementara = 1,25 x 30,251T/m2 = 37,8137 T/m2


Kontrol qizin > qn :
30,251 T/m2 > 18,95 T/m2 ……………………………… ( OK )
Tanah Aman menahan Pondasi, hal ini dikarenakan kapasitas dukung tanah qn
,sehingga dengan faktor aman ( FS ) = 3, menghasilkan qizin yang juga masih
melebihi dari daya dukung netto.

 Menghitung Tegangan Kontak yang terjadi


Nilai Pu = ∑ P = Qtotal = 76,188 Ton
Mu = 10,891 Tm
x = Titik berat dari pondasi B ukuran ( 2 x 2 ) = 1 m
Ix = 1/12 . b . h3 = 1/12 . 2 . 23 = 1,333 m4

- Maka Perhitungan nya adalah :


𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑢 . 𝑋
σ = ±
𝐴 𝐼𝑥
76,188 𝑇𝑜𝑛 10,891 𝑇𝑚 . 1 𝑚
= ±
4,01 𝑚2 1,333 𝑚4
= 19,047 T/m2 + 8,170 T/m2 = 19,047 T/m2 - 8,170 T/m2
= 27,217 T/m2 = 10,876 T/m2
Jadi, σmax = 27,217 T/m2

σmin = 10,876 T/m2


Syarat :
σmax ≤ σsementara
27,217 T/m2 ≤ 37,819 T/m2 ……………………………( OK )
σmax ≥ 0
10,876 T/m2 ≥ 0 T/m2 …………………………….. ( OK )

 Kesimpulan :
Dengan begitu desain pondasi berdasarkan ukuran dan asumsi yang dipakai pada
perhitungan dimensi pondasi SUKSES, selain itu tegangan tanah juga mampu
menahan beban yang diterima oleh Pondasi Telapak .
PERENCANAAN TULANGAN PONDASI :
5.2 Tulangan Pondasi
- ∅ Tulangan yang dipakai = 22 mm
- 𝑑 ′ ( 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 ) = 250 mm
- 𝑓′𝑐 ( Mutu Beton ) = 20 MPa
- 𝑓𝑦 ( Mutu Baja ) = 400 MPa
- Selimut Beton Pondasi P = 50 mm
- b ( dihitung / meter ) = 1000 mm
- d ( Tebal efektif ) = h – p = 250 mm – 50 mm = 200 mm
- Mu ( Momen ultimit ) = 10,891 Tm
= 108,9 x 106 Nmm
 Menghitung Rnperlu :

𝑀𝑢
Rnperlu =
∅ . 𝑏 . 𝑑2
108,9 𝑥 106 𝑁𝑚𝑚
Rnperlu = = 1,701 N/mm2
0,8 . 2000 𝑚𝑚 . 200𝑚𝑚 2

 Menghitung nilai ( m ) :

𝑓𝑦
m =
0,85 . 𝑓′𝑐
400 𝑁/𝑚𝑚2
m = = 23,529
0,85 . 20 𝑁/𝑚𝑚2

 Menghitung ρperlu :
1 2 𝑚 𝑅𝑛
ρperlu = [ 1 − √1 − ]
𝑚 𝑓𝑦

1 2 . 23,529 . 1,701
= [ 1 − √1 − ]
23,529 400

ρperlu = 0,0044

 Menghitung ρbalance :

0,85 . 𝑓𝑐 . 𝛽 600
ρbalance = .[ ]
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦

0,85 . 20 . 0,85 600


= .[ ]
400 600+400

ρbalance = 0,0216

 Menghitung ρmaks :

ρmaks = 0,75 . ρbalance

= 0,75 . 0,0216 = 0,016

Untuk Pondasi Telapak berlaku tulangan minimum untuk ( ρmin ) :

1,4
ρmin = 𝑓𝑦

1,4
= = 0,0035
400 𝑁/𝑚𝑚2

 Menghitung As perlu untuk Pondasi :

Asperlu = ρperlu . B . d’

= 0,0044 . 2000 . 250


= 2244,817 mm2

 Menghitung As perlu untuk Tulangan :

Astul = ¼ . π . d2

= ¼ . 3,14 . ( 22 mm )2
= 379,94 mm2

 Menghitung ( n ) Jumlah Kebutuhan Tulangan Pondasi :

𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 2244,817 𝑚𝑚2


n = 𝐴𝑠 = = 6,0 bh
𝑡𝑢𝑙 379,94 𝑚𝑚2

Namun untuk Kenyamanan ditambahkan n’ = ( n + 2 ) = ( 6,0 + 2 ) = 8 buah


As n’ = 8 . Astul = 8 . 379,94 mm2 = 3039,52 mm2

Maka As n’ > Asperlu………………………………………………… ( OK )

 Menghitung Kebutuhan Jarak Antar Tulangan Pondasi ( s ) :

𝐵 , 𝐴𝑠𝑡𝑢𝑙 2000 𝑚𝑚 , 379,94 𝑚𝑚2


s = =
𝐴𝑠 𝑛′ 3039,52 𝑚𝑚2

= 250 mm = 250 mm

Kesimpulan : Jadi dipakai Tulangan untuk Pelat Pondasi Diameter ( D22 – 250 mm)

400

8Ø22
1750

Ø10-200
250

8Ø22
2000
 Check Pondasi Tebal Pelat Terhadap Tegangan Geser Pons :
Tegangan geser pons terhadap pondasi telapak ditentukan dengan 2 metode :
1. Tegangan Geser ( Pons ) Satu Arah
2. Tegangan Geser ( Pons ) Dua Arah

 Check Tegangan Pons Satu Arah


Digunakan untuk pondasi telapak yang panjang dan sempit. Gaya Tarik diagonal
beton pada penampang kritis ( sejarak d ).
Diketahui Data Geometris :
- F’c ( Mutu Beton ) = 20 MPa = 20 N/mm2
- qnetto ( Daya Dukung Aman ) = 18,95 T/m2 = 189,5 KN/m2 = 0,1895 N/mm2
- d’ ( Tebal Pelat Pondasi ) = 250 mm
- d ( Tebal Efektif Pelat ) = 250 mm – 50 mm = 200 mm
- B dan H/Df = 2000 mm dan 2000 mm
-C=(d/2) = 250 mm/2 = 125 mm

 Mencari Nilai bo ( Keliling dari Penampang Kritis )


bo = 2 . ( hkolom + d ) + 2 . ( bkolom + d )
= 2 . ( 400 mm + 200 mm ) + 2 . ( 400 mm + 200 mm )
= 2400 mm = 2,4 m

 Mencari Nilai Vu ( Tegangan Geser Ultimit )


𝐻𝑝𝑜𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖
Vu = qnetto . Bpondasi ( - c – d )……………… ( Terzaghi 1983 )
2
2000 𝑚𝑚 250 𝑚𝑚
= 0,1895 N/mm2 . 2000 mm ( - – 200 mm )
2 2

= 255825 N = 255,825 KN

 Mencari Nilai Vc ( Tegangan Geser Control )


1
Vc = . √𝑓𝑐 . 𝑏𝑜 . 𝑑
6
1
= . √20 𝑁/𝑚𝑚2 . 2400 𝑚𝑚 . 200 𝑚𝑚
6

= 357770 N = 357,77 KN

 Mencari Kontrol Vu ≤ ϕ . Vc

255,825 KN ≤ 0,75 . 357, 77 KN

255,825 KN ≤ 268,33 KN ( Aman Terhadap Geser Pons pada satu Arah )


 Check Tegangan Pons Dua Arah
Biasanya digunakan untuk pondasi telapak segi empat ( Bujur Sangkar ) biasa,
besarnya kapasitas geser beton pada keruntuhan geser dua arah ( geser pons ) dari
pondasi telapak
Diketahui Geometris :
σmax = 27, 217 T/m2 = 272,17 KN/m2
σmin = 10,876 T/m2 = 108,76 KN/m2

 Mencari qo ( Tegangan Pada Lengan ) – ( Tegangan Pondasi )


qo = 0,5 ( σmax + σmin )
= 0,5 ( 272,17 KN/m2 + 108,76 KN/m2 )
= 190,46 KN/m2

 Mencari q2 ( Tegangan x Jarak d/2 dari muka Kolom )

𝑑
𝑥′ + ℎ𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 + 2
q2 = qmin + 𝐵
( qmaks – qmin )
0.2 𝑚
0,8 𝑚 + 0,4 𝑚 + 2
= 108,76 KN/m2 + 2𝑚
( 272,17 KN/m2 – 108,76 KN/m2 )

= 214,97 KN/m2

 Mencari Nilai Vu ( Tegangan Geser Ultimit )


𝑞𝑚𝑎𝑘𝑠 + 𝑞𝑜 𝐵𝑝𝑜𝑛𝑑 2 𝑞2 + 𝑞𝑜 𝑏𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 + 𝑑
Vu = {( ) } – {( ) (ℎ𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 + 𝑑 )( )}
2 2 2 2

𝐾𝑁 𝐾𝑁 𝐾𝑁 𝐾𝑁
272,17 +108,76 2 (22 𝑚) 214,97 2 + 108,76 2
𝑚2 𝑚 𝑚 𝑚
= {( ) } – {( )}
2 2 2

0,4 𝑚 + 0,2 𝑚
– ( 0,4 𝑚 + 0,2 𝑚 )( )
2

= 462,635 KN/m2 - 36,849 KN/m2


= 426,145 KN/m2

 Mencari Nilai Vc ( Tegangan Geser Control )


1
Vc = . √𝑓𝑐 . 𝑏𝑜 . 𝑑 ………………………………… ( Pons 2 Arah )
3
1
= . √20 𝑁/𝑚𝑚2 . 2400 𝑚𝑚 . 200 𝑚𝑚
3

= 715541 N = 715,54 KN
 Mencari Kontrol Vu ≤ ϕ . Vc

426,145 KN ≤ 0,75 . 715,54 KN

426,145 KN ≤ 536,656 KN ( Aman Terhadap Geser Pons pada Dua Arah )

Kesimpulan :
h ( perhitungan tebal pelat pondasi mampu menahan Tegangan geser Pons ), dimana
Tegangan geser Control masih mampu menahan Tegangan geser Ultimit
BAB VI
PERENCANAAN BAGIAN TANGGA

Data-Data Geometris Sebagai Berikut :


- Fc’ ( Mutu Beton ) = 20 MPa
- Fy ( Mutu Baja ) = 290 MPa, D10 dan D6 < 12 mm ( Polos )
- Asumsi Lebar Bordes = 1,50 m
- Asumsi Tebal Pelat Tangga = 100 mm
- Beban Hidup ( qL ) = 250 Kg/m2 = 2,5 KN/m2

Catatan :
*) Untuk tangga perumahan dan bangunan gedung pada umum nya diambil sudut
kemiringan 30˚- 45˚atau kemiringan 1 : 1,7 sampai 1 : 1,4 ( Ali Asroni, Desain Beton
Bertulang Hal 235 )

Maka ukuran anak Tangga dapat di tentukan :


( 2 . T ) + I = ( 61- 65) cm ( Ali Asroni ,Desain Beton Bertulang ,Hal :238 )
Dengan :
T = Tinggi Bidang Tanjakan (optrede ) atau tinggi anak tangga (cm)
I = Lebar Bidang Injakan ( aantrede ) atau lebar anak tangga (cm)
Perhitungan Ukuran Anak Tangga :
Pada perencanaan ini di pakai sudut kemiringan α = 35˚, maka tan α = 0,7
Jadi tan α = T/I = 0,7
T= 0,7 I
Dimasukan Kedalam Persamaan diatas :
(2.T)+I = 61 cm ( untuk ukuran orang indonesia )
( 2 . 0,7 . I ) + I = 61 cm
2,4 . I = 61 cm I = 61/2,4 = 25,42 cm dipakai I = 26 cm
T = 0,7.25,42 = 17,79 cm dipakai T = 18 cm
Jadi Tinggi Bidang Tanjakan T : 18 cm
Dan Lebar Bidang Injakan I : 26 cm

Kontrol :
( 2 . T ) + I = 2.18 + 26 = 62 cm ( < 65 cm )……………………….. Memenuhi
Menentukan Beban dan Momen Tangga dan Bordes :
Beban Mati ( qD ) :
Berat Pelat Tangga Tebal 100 mm = 0,10 . 24 KN/m3 = 2,4 KN/m2
Berat Anak Tangga ( T/2 ) = ( 0,18 / 2 ) . 24 KN/m3 = 2,16 KN/m2
Beban Mati qd = 4,56 KN/m2
Beban Hidup ( qL ) :
Beban Hidup Kantor berdasarkan PPIURG 1987 = 2,5 KN/m2
Beban Perlu ( qult ) = 1,2 . qD + 1,6 . qL
= 1,2 . 4,56 + 1,6 . 2,5
= 9,472 KN/m2
Momen lapangan = Mu+ = 1/12 . 9,472 . 1,52 = 1,776 KN/m
Momen Tumpuan = Mu- = 1/24. 9,472 . 1,52 = 0.888 KN/m

Perhitungan Tulangan Tangga dan Bordes


Tulangan Lapangan :
Mu- = 1,776 KN/m
Nilai ds = 20 + D/2 = 20 + 10/2 = 25 mm,
d = h - ds = 100 - 25 = 75 mm,
Mu 1,776 .10⁶
K = = = 0,394 Mpa
Ø.b.d² 0,8.1000.75²

2.𝑘 2 . 0,394
a = (1 − √1 − 0.85 𝑓 ′) .d = (1- √1- 0.85 . ) . 75 = 1,755 mm
𝑐 20

0,85 . fc .a . b 0,85 . 20 . 1,755 . 1000


Tulangan pokok As = = = 102,87 mm²
fy 290
1.4
fc < 31,36 Mpa , Jadi As > b.d = ( 1,4 .1000.75 )/290 = 362 mm²
𝑓𝑦

Dipilih yang lebih besar, Jadi As = 362 mm²


1/4 . ᴫ . D² . S 1/4 . 3,14 . 10² . 1000
Jarak Tulangan S = = = 216.85 mm
As 362
S < (3 . h = 3 . 100 = 300 )
S < 300
Dipilih yang lebih kecil , Jadi dipakai S = 200 mm,
1/4.ᴫ.D².S 1/44 . 3,14 . 10² . 1000
Luas Tulangan = = = 392.5 mm² > As ( Ok )
As 200
Tulangan Bagi = Asb = 20% . As = 20% . 362,001 = 72.24 mm²
= Asb = 0,002.b.h = 0,002 . 1000.100 = 200 mm²
Jadi dipilih yang lebih besar ,Jadi Asb = 200 mm²
1/4 . ᴫ . D² . S 1/4 . 3,14 . 6² . 1000
Jarak Tulangan S = = = 141,30 mm
As 200
S < (5.h = 3.100 = 500 )
S< 500
Dipilih yang lebih kecil , Jadi Asb = 140 mm
1/4.ᴫ.D².S 1/4 . 3,14 . 6² . 1000
Luas Tulangan = = = 201,857 mm² > As ( Ok )
Asb 140

Jadi dipakai Tulangan Pokok As = D10 - 200 = 392,50 mm²


Tulangan Bagi Asb ( Susut ) = D6 - 140 = 201,86 mm²

Tulangan Tumpuan Tangga dan Bordes :


Mu- = 0.888 KN/m
Nilai ds = 20 + D/2 = 20 + 10/2 = 25 mm,
d = h - ds = 100 - 25 = 75 mm,
Mu 0.888 . 10⁶
K = = = 0,197Mpa
Ø.b.d² 0,8.1000.75²

2.𝑘 2 . 0,197
a = (1 − √1 − 0.85 𝑓 ′) .d = (1- √1- 0.85 . ) . 75 = 0,875 mm
𝑐 20

0,85 . fc .a . b 0,85 . 20 . 0,875 . 1000


Tulangan pokok As = = = 51.293 mm²
fy 290
1.4
fc < 31,36 Mpa , Jadi As > b.d = ( 1,4 .1000.75 )/290 = 362,10 mm²
𝑓𝑦

Dipilih yang lebih besar, Jadi As = 362,10 mm²


1/4 . ᴫ . D² . S 1/4 . 3,14 . 10² . 1000
Jarak Tulangan S = = = 216.77 mm
As 362,10

S < (3 . h = 3 . 100 = 300 )


S < 300
Dipilih yang lebih kecil , Jadi dipakai Asu = 200 mm,
1/4.ᴫ.D².S 1/4 . 3,14 . 10² . 1000
Luas Tulangan = = = 392,5 mm² > As ( Ok )
Asu 200
Tulangan Bagi = Asb = 20% . As = 20% . 392,5 = 72,4 mm²
= Asb = 0,002.b.h = 0,002 . 1000.100 = 200 mm²
Jadi dipilih yang lebih besar ,Jadi Asb = 200 mm²
1/4 . ᴫ . D² . S 1/4 . 3,14 . 6² . 1000
Jarak Tulangan S = = = 141,30 mm
As 200
S < (5.h = 3.100 = 500 )
S< 500
Dipilih yang lebih kecil ,Jadi Asb = 140 mm
1/4.ᴫ.D².S 1/4 . 3,14 . 6² . 1000
Luas Tulangan = = = 201,857 mm² > As ( Ok )
Asb 140

Jadi dipakai Tulangan Pokok As = D10 - 200 = 392,5 mm²


Tulangan Bagi Asb = D6 - 140 = 201,857 mm²

Catatan :
Perhitungan Tulangan Tangga dan Bordes memiliki perencanaan dengan tebal yang
sama sebesar 100 mm = 10 cm, oleh karena itu perhitungan kebutuhan tulangan
tangga dan bordes disamakan.

Perhitungan Tulangan Badan Tangga


Mu- = 1,776 KN/m
Nilai ds = 20 + D/2 = 20 + 10/2 = 25 mm,
d = h - ds = 100 - 25 = 75 mm,
Mu 1,776 .10⁶
K = = = 0,394 Mpa
Ø.b.d² 0,8.1000.75²

2.𝑘 2 . 0,394
a = (1 − √1 − 0.85 𝑓 ′) .d = (1- √1- 0.85 . ) . 75 = 1,755 mm
𝑐 20

0,85 . fc .a . b 0,85 . 20 . 1,755 . 1000


Tulangan pokok As = = = 102,87 mm²
fy 290
1.4
fc < 31,36 Mpa , Jadi As > b.d = ( 1,4 .1000.75 )/290 = 362 mm²
𝑓𝑦

Dipilih yang lebih besar, Jadi As = 362 mm²


1/4 . ᴫ . D² . S 1/4 . 3,14 . 10² . 1000
Jarak Tulangan S = = = 216.85 mm
As 362
S < (3 . h = 3 . 100 = 300 )
S < 300
Dipilih yang lebih kecil , Jadi dipakai Asu = 200 mm,
1/4.ᴫ.D².S 1/44 . 3,14 . 10² . 1000
Luas Tulangan = = = 392.5 mm² > As ( Ok )
As 200
Tulangan Bagi = Asb = 20% . As = 20% . 362,001 = 72.24 mm²
= Asb = 0,002.b.h = 0,002 . 1000.100 = 200 mm²
Jadi dipilih yang lebih besar ,Jadi Asb = 200 mm²
1/4 . ᴫ . D² . S 1/4 . 3,14 . 6² . 1000
Jarak Tulangan S = = = 141,30 mm
As 200
S < (5.h = 3.100 = 500 )
S< 500
Dipilih yang lebih kecil , Jadi Asb = 120 mm
1/4.ᴫ.D².S 1/4 . 3,14 . 6² . 1000
Luas Tulangan = = = 235.5 mm² > As ( Ok )
Asb 120

Jadi dipakai Tulangan Pokok As = D10 - 200 = 392,50 mm²


Tulangan Bagi Asb ( Susut ) = D6 - 120 = 235,5 mm²
PERENCANAAN PONDASI TANGGA
Data - Data Geometris :
- Pu (Tekanan Ultimit) = Tersedia ( Dicari )
- Tegangan izin tanah = 1,5 kg/cm2 = 15 T/m2 = 0,15 MPa
- Df ( Kedalaman Pondasi Asumsi ) = 800 mm = 0.8 mm
- P ( Panjang )/Tangga = 2,25 Meter ( Perhitungan Desain Tangga )
- L ( Lebar )/Tangga = 0,18 Meter ( Perhitungan Desain Tangga )
- T ( Tinggi )/Tangga = 0,26 Meter ( Perhitungan Desain Tangga )

 Mencari Nilai Pu ( Tekanan Ultimit )


Berat 1 ( Satu ) Anak Tangga
V =PxLxT
= 2,25 m x 0,26 m x 0,18 m
= 0,1053 T/m3
Pu / Satu Anak Tangga
Pu = 0,1053 T/m3 x 2,4 T/m3
= 0,252 T
Berat Keseluruhan Anak Tangga
Pu = 0,252 T x 32 Anak Tangga
= 8,087 T
Beban Hidup Keseluruhan Anak Tangga
Pu = L x ( 0,25 T/m2 ) x 32
= 2,25 m x 0,18 m x 0,25 0,1053 T/m2 x 32
= 3,24 T
Beban Bordes Tangga
Pu = V x ( 2,4 T/m3 ) x n + ( L x ( 0,25 T/m2 ) x n
= ( 4,85 m x 1,50 m x 0,10 m x 2,4 T/m3 x 1 ) + ( 4,85 m x 0,10 m x 0,25
T/m2 x 1 )
= 1,746 T + 0,121 T
= 1,867 T

Beban Total Pu

Pu = Pu ( Anak Tangga ) + ( Bordes Tangga )


Pu = 8,087 T + 3,24 T + 1,867 T = 13,200 T
 Desain Lebar Fondasi (B)

Pu
σtanah =
A

Pu 13,20 T
A = =
σtanah 15 T/𝑚2

A = 0.88 m2

B = L = √𝐴 = √0.88 𝑚

= 0.931 Meter = 0.95 Meter

 Desain Tebal Plat Pondasi (h)


Ac = h x (keliling tampang keritis)
= h (4 (2h + b)
= h (4 (2h + 400))
= 8h2 + 1600h

Pu
≤ Vc
Ac
𝑃𝑢 1
≤ √𝑓𝑐′
8ℎ²+1600ℎ 6

132000 𝑁 1
≤ √20
8ℎ² + 1600ℎ 6

0,745 (8h2 + 1600h) ≥ 132000

5,96 h2 + 1192 h – 132000 ≥ 0


(a) (b) (c)

−1192 ± √(1192)−4 (5,96)(−132000)


h =
2 (5,96)

−1192+2137,2
h1 = = 80,0 mm
11,92

−1192−3771,332
h2 = = -279,2 mm
11,92

Maka, Tebal Pondasi (h) = 80,0 mm

Maka untuk mempermudah pekerjaan dan Keamanan diambil h = 150 mm


PERENCANAAN TULANGAN PONDASI TANGGA :
6.2 Tulangan Pondasi Tangga
- ∅ Tulangan yang dipakai = 13 mm
- ∅ Sengkang yang dipakai = 8 mm
- 𝑓′𝑐 ( Mutu Beton ) = 20 MPa
- 𝑓𝑦 ( Mutu Baja ) = 400 MPa
- Selimut Beton Pondasi P = 50 mm
- b ( Dihitung / meter ) = 950 mm
- d ( Tebal efektif ) = h – p = 150 mm – 50 mm = 100 mm
- Mu ( Momen ultimit ) = 1/8 . ( qizin tanah . B ) . L2
= 1/8 . ( 30,251 T/m2 . 0.95 m ) . 0.952 m = 3,24 T/m2
 Menghitung Rnperlu :

𝑀𝑢
Rnperlu =
∅ . 𝑏 . 𝑑2
33,0 𝑥 106 𝑁𝑚𝑚
Rnperlu = = 4,26 N/mm2
0,8 . 950 𝑚𝑚 . 100 𝑚𝑚 2

 Menghitung nilai ( m ) :

𝑓𝑦
m =
0,85 . 𝑓′𝑐

400 𝑁/𝑚𝑚2
m = = 23,529
0,85 . 20 𝑁/𝑚𝑚2

 Menghitung ρperlu :
1 2 𝑚 𝑅𝑛
ρperlu = 𝑚 [ 1 − √1 − ]
𝑓𝑦

1 2 . 23,529 . 4,34
= [ 1 − √1 − ]
23,529 400

ρperlu = 0,011

 Menghitung ρbalance :

0,85 . 𝑓𝑐 . 𝛽 600
ρbalance = .[ ]
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦

0,85 . 20 . 0,85 600


= .[ ]
400 600+400
ρbalance = 0,0216

 Menghitung ρmaks :

ρmaks = 0,75 . ρbalance

= 0,75 . 0,0216 = 0,016

Untuk Pondasi Telapak berlaku tulangan minimum untuk( ρmin) :


1,4
ρmin =
𝑓𝑦
1,4
= = 0,0035
400 𝑁/𝑚𝑚2

 Menghitung As perlu untuk Pondasi :

Asperlu = ρperlu . B . d

= 0,011 . 950 . 100


= 1045 mm2

 Menghitung As perlu untukTulangan :

Astul = ¼ .π .d 2

= ¼ . 3,14 . ( 13 mm )2
= 132.665 mm2

 Menghitung Jumlah KebutuhanTulangan Pondasi :

𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 1045
n = = = 7.876 Batang
𝐴𝑠𝑡𝑢𝑙 132,665 𝑚𝑚2

Namun untuk mempermudah pekerjaan dipasang = 8 Tulangan

As n’ = 8 . Astul = 8 . 132,665 mm2 = 1061 mm2

Maka As n’ > Asperlu………………………………………………… ( OK )

 Menghitung Kebutuhan Jarak Antar Tulangan Pondasi ( s ) :

𝐵 , 𝐴𝑠𝑡𝑢𝑙 950 𝑚𝑚 , 132,665 𝑚𝑚2


s = =
𝐴𝑠 𝑛′ 1061 𝑚𝑚2

= 118 mm = 120 mm

Kesimpulan: Jadi dipakai Tulangan untuk Pelat Pondasi Diameter ( D13 – 120 mm)
Lebar Pondasi = 950 mm, Kedalaman Pondasi = 800 mm, & Pelat Pondasi = 150 mm

Anda mungkin juga menyukai