TAHUN 2015-2019
KATA PENGANTAR
Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional periode
2015-2019 adalah panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Eselon 1 Direktorat
Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional dalam kerangka waktu untuk 5 (lima) tahun ke
depan, yang disusun antara lain mengacu kepada Visi Misi Kabinet Kerja periode 2015 –
2019 serta diturunkan dalam Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis Kementerian
Perdagangan. Rencana Strategis beserta turunannya juga disusun dengan berpedoman
pada RPJMN 2015-2019 yang menjadi acuan kerja seluruh K/L.
Rencana Strategis disusun serta sekaligus dimaksudkan untuk memberikan panduan
dalam melaksanakan seluruh aktivitas program dan kegiatan di lingkungan Eselon 1
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional agar dapat memberikan kontribusi
yang signifikan bagi pelaksanaan pembangunan terutama dalam bidang pengembangan
dan promosi ekspor
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional 2015- 2019
mencakup seluruh arah kebijakan, strategi, program maupun kegiatan yang akan
dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional yang dalam
perjalanannya diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang besar dalam mewujudkan
ekonomi Indonesia yang berdikari sesuai dengan prinsip Nawacita dan Trisakti.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional merupakan acuan
bagi seluruh unit organisasi yang berada dibawah naungan Direktorat Jenderal
Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia untuk
mencapai target kerja selama periode Kabinet Kerja lima tahun kedepan. Penyusunan
Rencana Strategis juga diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi setiap satuan kerja
perdagangan di daerah untuk mendukung aktivitas ekspor nasional secara akuntabel dan
selaras dengan arahan-arahan yang tercantum pada renstra ini.
Mengingat hal tersebut, maka seluruh unit kerja, baik dari tingkat pimpinan dan staf perlu
melaksanakan Rencana Strategis ini secara akuntabel dan senantiasa berorientasi pada
peningkatan kinerja terus menerus. Selain itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan
Rencana Strategis ini maka diharapkan akan terus dilakukan evaluasi secara berkala
setiap tahunnya dengan tetap memperhatikan kebutuhan dan perubahan lingkungan
strategis.
Akhir kata, semoga Rencana Strategis ini dapat dilaksanakan dan membantu perdagangan
nasional secara luas terlebih khusus dalam pengembangan dan promosi ekspor nasional.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................... ii
Daftar Isi ....................................................................................................... i
Daftar Tabel ................................................................................................ iii
Daftar Gambar............................................................................................ iv
Daftar Istilah ................................................................................................ v
BAB 1 Pendahuluan ................................................................................. 10
1.1 Kondisi Umum ................................................................................................................... 10
1.1.1 Kondisi Perekonomian Global .................................................................................. 10
1.1.2 Kondisi Perekonomian Indonesia ............................................................................ 12
1.1.3 Daya Saing Indonesia Internasional ........................................................................ 14
1.1.4 Perkembangan Ekspor Nasional .............................................................................. 16
1.2 Potensi dan Permasalahan .............................................................................................. 20
1.2.1 Potensi Perdagangan Dalam Kerangka Ekonomi Makro Indonsia ........................ 21
1.2.2 Permasalahan Perdagangan Ekspor........................................................................ 36
I - i
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - ii
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan Peringkat Daya Saing Indonesia dengan Negara Emerging Untuk
Sub-Pilar Peningkatan Efisiensi Ekonomi...................................................................................... 16
Tabel 1.2 Neraca Berjalan, Perdagangan dan Ekspor (Juta USD) ............................................... 16
Tabel 1.3 Perkembangan Nilai dan Pertumbuhan Ekspor Indonesia 2009−2013 ................... 18
Tabel 1.4 Analisis Negara Tujuan Ekspor...................................................................................... 25
Tabel 1.5 Kategori Negara Tujuan Ekspor .................................................................................... 27
Tabel 1.6 Penilaian Komoditas Ekspor ......................................................................................... 28
Tabel 1.7 Daerah Asal Ekspor........................................................................................................ 35
Tabel 1.8 Kategori Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan.............................................................. 36
I - iii
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 PDB Nasional (Atas Dasar Harga Konstan, Rp Triliun) Tahun 2008-2013............ 13
Gambar 1.2 Tingkat Inflasi Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Tahun 2005-2013............ 14
Gambar 1.3 Pilar Komponen Global Competitiveness Index 2014-2015 .................................. 14
Gambar 1.4 Nilai Daya Saing Indonesia 2014-2015 ................................................................... 15
Gambar 1.5 Perkembangan dan Trend Ekspor Indonesia 2007-2013 ...................................... 18
Gambar 1.6 Nilai Ekspor Nonmigas ke Negara Emerging ........................................................... 20
Gambar 1.7 Alur Laut Kepulauan Indonesia................................................................................. 24
Gambar 1.8 Klasifikasi Negara Tujuan Ekspor ............................................................................. 27
Gambar 1.9 Piramida Penduduk Indonesia .................................................................................. 28
Gambar 1.10 Nominal dan Pertumbuhan PDRB ADHK Menurut Provinsi (Rp Miliar) ............... 34
Gambar 1.11 Daerah Penghasil Ekspor ........................................................................................ 34
Gambar 1.12 Indikator dan Peringkat Doing Business Indonesia .............................................. 37
Gambar 1.13 Perbandingan Doing Business Indonesia dengan Negara Emerging Lainnya .... 38
Gambar 1.14 Indeks Pembangunan Manusia .............................................................................. 40
Gambar 2.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kementerian Perdagangan 2015 – 2019........... 45
Gambar 3.1 Keterkaitan Visi Pembangunan 2025 dengan Pentahapan Pembangunan
RPJMN ............................................................................................................................................. 53
Gambar 3.2 Trisakti, Visi, Misi, dan Agenda Prioritas Kabinet Kerja 2015 – 2019 .................. 55
Gambar 3.3 Pilar Cetak Biru Asean Economic Community 2008 ............................................... 57
Gambar 3.4 Pilar Undang-Undang Perdagangan dan Pengembangan Ekspor .......................... 60
Gambar 3.5 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional ........... 62
Gambar 3.6 Struktur Organisasi SES Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional ... 62
Gambar 3.7 Matriks Pembinaan Atdag dan ITPC ......................................................................... 63
Gambar 3.8 Struktur Organisasi Dit. PPIE..................................................................................... 64
Gambar 3.9 Struktur Organisasi Dit. PPC ..................................................................................... 65
Gambar 3.10 Struktur Organisasi Dit. KPE ................................................................................... 66
Gambar 3.11 Struktur Organisasi BBPPEI .................................................................................... 66
Gambar 4.1 Alokasi Pendanaan Eselon I Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor
Nasional Periode 2015-2019 ........................................................................................................ 83
I - iv
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
DAFTAR ISTILAH
ADHB Atas Dasar Harga Berlaku
ADHK Atas Dasar Harga Konstan
AEC ASEAN Economic Community
Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ASCC ASEAN Sosio-Cultural Community
Cetak Biru Komunitas Sosial-Kebudayaan ASEAN
ASEAN Association of South-East Asia Nations
ASEAN-5 5 negara ASEAN dengan pertumbuhan tercepat
Atdag Atase Perdagangan
Bappenas Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
BBM Bahan Bakar Minyak
BBPPEI Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia
I - v
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - vi
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - vii
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - viii
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - ix
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Amerika Serikat
Saat krisis global Amerika Serikat pada tahun 2008 melanda selama 18 bulan, banyak
investasi yang keluar dari Amerika Serikat maupun Eropa dan menuju ke negara-negara
emerging economies. Namun pada Agustus 2013, Amerika Serikat mengalami government
shutdown akibat perdebatan untuk tidak meningkatkan batas utang pemerintah. Selain itu,
tingkat pengangguran AS belum membaik (sekitar 7 persen), serta adanya kebijakan
militer ke Timur Tengah karena kembalinya penguatan strategi nuklir oleh Iran. Akibatnya,
Federal Reserve (Bank Sentral AS) mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi pembelian
aset secara masiv (quantitative easing). Hal ini menyebabkan ekspektasi peningkatan suku
bunga di AS dan penarikan investasi asing pada negara-negara emerging economies, yang
juga memengaruhi nilai perekonomian dunia. Oleh karena itu, Bank Dunia mengoreksi
perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2014 menjadi sebesar 2,8 persen yang
sebelumnya diperkirakan lebih optimis (3,2 persen). Imbasnya terhadap negara-negara
emerging economies seperti China dan India adalah meningkatnya inflasi, penurunan nilai
komoditas ekspor, dan neraca berjalan defisit1.
1
Bank Indonesia, 2014
I - 10
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
D. Asia
Tingginya fluktuasi pertumbuhan nilai ekonomi serta tidak ada kepastian mengenai kondisi
sosial dan politik di belahan dunia lain meningkatkan potensi negara-negara emerging
economies di wilayah Asia sebagai negara tujuan investasi yang lebih menjanjikan. Namun
negara Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan masih menunjukkan performansi
ekonomi di bawah target. Jepang memiliki performansi ekonomi di bawah target selama 20
tahun terakhir. Selain itu, rendahnya tenaga kerja produktif menjadikan 30 persen sektor
usaha nasional diambil alih oleh asing. Pertumbuhan ekonomi China saat ini dipengaruhi
oleh tingginya konsumsi domestik. Pertumbuhan ekonomi China menurun pada tahun
2014 akibat lemahnya buyback pada pasar properti serta rendahnya produksi manufaktur
untuk produk raw material. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah China telah
melakukan restrukturisasi investasi bidang infrastruktur dan perumahan sosial, sekaligus
untuk menagani permasalahan urbanisasi. Dengan kondisi politik relatif stabil (pada
I - 11
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
daratan utama China), pertumbuhan China diproyeksikan optimis hingga 7 persen pada
dua tahun ke depan. Selain itu, neraca berjalan diharapkan surplus dan meningkat hingga
2,75 persen dari PDB Nasional China2. Pada akhir tahun 2014, nilai PDB Nasional (PPP)
China diproyeksikan sebanyak 17.623 triliun USD, sedangkan PDB Nasional (PPP) AS akan
senilai 17.416 triliun USD. China optimis untuk menetapkan target pertumbuhan 7-9
persen pada tahun 2014-20183.
Persaingan ekonomi antara China dengan AS direspon dengan kerjasama antara AS -EU
dengan negara-negara Asia Pasifik melalui Trans-Pacific Partnership (TPP). Negara yang
tergabung dalam TPP antara lain Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chili, Jepang,
Malaysia, Mexico, Selandia Baru, Peru, Singapura, Amerika Serikat, dan Vietnam. Salah
satu premis TPP adalah Transatlantic Trade and Investment Partnership (T-TIP) yang
bertujuan untuk meningkatkan fasilitasi perdagangan pada seluruh pihak, dan bermaksud
meningkatkan PDB Dunia sebesar 0,53% khususnya peningkatan PDB AS (0,15 persen),
peningkatan PDB Eropa (0,01 persen), serta peningkatan aktivitas perdagangan AS dan
Eropa masing-masing sebesar 0,99-1,33 persen dan 0,32-0,47 persen4.
2
Proyeksi Ekonomi China (OECD, 2014)
3
International Monetary Fund, 2014
4
European Centre for International Political Economy, World Bank (2014)
I - 12
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Gambar 1.1 PDB Nasional (Atas Dasar Harga Konstan, Rp Triliun) Tahun 2008-2013
Sumber: BPS, 2014. (*) Data PDB tahun 2012 Angka Sementara, Data tahun 2013 Angka
Sangat Sementara
Baseline ekonomi Indonesia yang volatil pada dua tahun terakhir akibat perkembangan isu
politik dan perekonomian internasional menunjukkan pentingnya resiliensi dan
kemandirian ekonomi Indonesia. Komitmen pemerintah untuk melakukan reformasi
struktur ekonomi untuk menstabilkan nilai rupiah ditunjukkan dengan mencegah neraca
berjalan defisit. Bank Indonesia meningkatkan suku bunga (BI Rate) secara bertahap sejak
Juni 2013. Secara akumulatif, BI telah manaikkan BI Rate hingga 7,5 persen atau 175
basis points (bps) sampai akhir tahun 2013. Selain itu, pemerintah secara bertahap
mengurangi nilai subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada November 2014 hingga
mencapai Rp8.500 untuk bensin premium dan Rp7.500 (peningkatan 31 persen
dibandingkan tahun 2013) untuk minyak solar (peningkatan 36 persen). Kebijakan nilai
tukar khususnya dilakukan pada pasar SBN untuk menjaga stabilitas nilai tukar sehingga
pemerintah perlu mengatur ulang transaksi hedging dengan risiko tinggi, namun tetap
memberikan fasilitasi kepada eksportir. Fasilitasi tersebut misalnya membuat informasi
terbuka mengenai surat hutang repo, wesel ekspor berjangka, serta memberikan
kemudahan pembelian valuta asing untuk pelaku usaha yang telah melakukan penjualan
Devisa Hasil Ekspor (DHE).
Kebijakan untuk mempermudah ekspor dan menekan impor juga dilakukan untuk
menekan pengeluaran domestik yang terlalu tinggi sehingga dapat menekan suku bunga
serta mengendalikan inflasi tetap rendah. Dengan mensimulasikan tingkat konsumsi
domestik moderat dan pertumbuhan ekspor terus berlangsung maka pertumbuhan
ekonomi dapat mencapai 5,8 hingga 6,2 persen pada tahun 2015. Hal ini tentunya juga
didukung dengan inflasi yang rendah dan stabil, kebijakan untuk meningkatkan harga pada
produk/jasa strategis, nilai tukar rupiah menguat terhadap valas, serta defisit transaksi
berjalan kurang dari 3 persen terhadap PDB Nasional5.
5
laporan Perekonomian Indonesia (Bank Indonesia, 2013)
I - 13
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Gambar 1.2 Tingkat Inflasi Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Tahun 2005-2013
Indonesia mengalami peningkatan nilai keseluruhan GCI sebesar 0,1 setiap tahunnya dari
skor total 4,4 tahun 2012 (peringkat 50), kemudian skor membaik menjadi 4,5 di tahun
2013 (peringkat 38) dan tahun 2014 skor total menjadi 4,6 (peringkat 34). Secara
I - 14
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
komparatif, skor GCI Indonesia pada tahun 2014 cukup bersaing dengan negara emerging
Asia lainnya, kecuali kurang bersaing pada aspek Efisiensi Pasar Tenaga Kerja (peringkat
110) akibat prosedur rekrutmen dan sistem kompensasi/upah masih minim regulasi.
Dibandingkan dengan tahun 2013, Indonesia terutama memiliki peningkatan pada sektor
Efisiensi Insitusi Pemerintah pada tiga tahun terakhir walaupun tingkat korupsi masih
dianggap parah (peringkat 87). Situasi makroekonomi relatif baik (peringkat 34) namun
tingkat kesehatan masih rendah (peringkat 99), kesiapan teknologi rendah (peringkat 77),
dan laju penggunaan teknologi informasi dan komunikasi jauh lebih rendah (turun 10
peringkat menjadi peringkat 94).
I - 15
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Tabel 1.1 Perbandingan Peringkat Daya Saing Indonesia dengan Negara Emerging Untuk Sub-
Pilar Peningkatan Efisiensi Ekonomi
I - 16
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Ekspor (FOB) selama 5 tahun terakhir memberikan kontribusi positif pada neraca
perdagangan Indonesia, atau selama kurun tersebut ekspor barang selalu melebihi impor
barang. Surplus neraca perdagangan tahun 2009 senilai 30,9 milyar USD, namun
kemudian mengalami penurunan hingga surplusnya hanya tinggal 6 milyar USD.
Penurunan surplus neraca perdagangan ini berdampak pada neraca transaksi berjalan
menjadi defisit pada tahun 2012-2013, dengan nilai defisit yang semakin besar.
Kinerja neraca tersebut bila diteliti lebih jauh dapat dianalisis komponennya. Antara tahun
2009-2011 pada dasarnya ekspor mengalami kenaikan pesat, dari 119,7 miliar USD,
menjadi 200,8 miliar USD, atau dalam dua tahun ekspornya sudah naik sangat pesat. Baru
kemudian pada tahun 2012-2013 cenderung mengalami penurunan akibat turunnya harga
komoditas dunia dan melemahnya permintaan barang dunia, walaupun capaiannya masih
lebih tinggi dibandingkan sebelum tahun 2010. Kontributor ekspor terbesar adalah dari
ekspor non-migas rata-rata 81,7 persen dan 18,3 persen dari ekspor migas. Pada dasarnya
kinerja ekspor walaupun menurun namun tidak terlalu memperberat kinerja neraca
perdagangan. Faktor yang memperberat neraca perdagangan diantaranya peningkatan
impor dan defisit neraca jasa yang semakin besar. Walaupun neraca perdagangan tahunan
mengalami surplus dan nilai impor nominal bahan baku dan penolong mendominasi 75%
nilai impor, perlu diperhatikan bahwa proporsi pertumbuhan nilai impor barang konsumsi
jauh lebih cepat (7 persen) dibandingkan nilai impor bahan baku dan bahan penolong (-5
persen)6. Selain itu, ekspor sektor jasa yang mengalami pertumbuhan, namun nilai impor
jasa justru mengalami peningkatan pesat, terutama dari sektor jasa transportasi
Berdasarkan informasi ini, maka sudut pandang terhadap pentingnya peningkatan ekspor,
selain sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, juga untuk mengimbangi peningkatan impor
yang sangat tinggi. Untuk kebutuhan tersebut, maka pemahaman anatomi ekspor menjadi
sangat penting. Berikut ini menunjukkan perkembangan ekspor Indonesia dari tahun
2007-2013.
6
Proyeksi YoY pada bulan Januari-September 2013 dan Januari-September 2014, (Kementerian Perdagangan, 2014)
I - 17
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Nilai ekspor Indonesia pada tahun 2007 sebesar 114 milyar USD, meningkat menjadi
203,5 milyar USD tahun 2011 dan kemudian menjadi 182,5 milyar USD tahun 2013. Dari
seluruh ekspor tersebut, sebagian besar berasal dari ekspor non migas, yaitu sebanyak 92
milyar USD tahun 2007, kemudian sebanyak 162 milyar USD tahun 2011 dan menurun
menjadi 153 milyar USD tahun 2013. Pada masa setelah tahun 2011 tampak bahwa
ekspor dan ekspor non-migas cenderung menurun. Dengan metode trend line, tampak
kecenderungan bahwa hingga lima tahun mendatang, bila tidak ada upaya besar untuk
meningkatkan ekspor, maka seluruh ekspor Indonesia akan cenderung menurun. Begitu
pula dengan ekspor non-migas. Tingkat ekspor 2019 diperkirakan hanya akan setara
dengan tingkat ekspor tahun 2009, atau dalam masa 10 tahun dapat dikatakan tidak akan
ada pertumbuhan signifikan. Kecenderungan ini merupakan tantangan besar bagi upaya
peningkatan kesejahteraan penduduk Indonesia di masa datang. Gambaran
perkembangan data ekspor Indonesia adalah sebagai berikut.
Tabel 1.3 Perkembangan Nilai dan Pertumbuhan Ekspor Indonesia 2009−2013
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
I - 18
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Dalam upaya menganalisis keadaan ekspor Indonesia, maka sangat penting diketahui
karakteristiknya, yaitu:
1. Jenis komoditas ekspor untuk mengetahui komoditas-komoditas yang secara konsisten
telah menjadi sumber devisa penting Indonesia dan untuk mengetahui potensi
komoditas lainnya yang berpeluang untuk ditingkatkan ekspornya. Karateristik
komoditas ekspor selain dibagi menurut jenis produk, juga dibagi menjadi volume
produksi maupun nilai jual sehingga penting untuk mengetahui proporsi komoditas
ekspor. Secara umum, jenis komoditas ekspor dibagi menurut sektor pertanian,
industri/ manufaktur, pertambangan, dan ekspor lainnya (misalnya barang seni). Pada
sepuluh tahun terakhir, seluruh nilai ekspor nonmigas meningkat namun proporsi
ekspor nonmigas mengalami pergeseran dari orientasi manufaktor non-SDA (berbasis
perkebunan) dan pertambangan menjadi orientasi manufaktur berbasis SDA dan
manufaktor non-SDA. Walaupun terjadi peningkatan nilai ekspor komoditas manufaktur
non-SDA, namun nilai investasi pada komoditas ini masih rendah dan hasil produksi
masih digunakan untuk konsumsi domestik. Sedangkan komoditas pertanian memiliki
penurunan proporsi, yang salah satunya dikarenakan rendahnya kualitas SDA akibat
perubahan iklim. Adapun nilai ekspor pertambangan juga dipengaruhi oleh larangan
untuk melakukan ekspor raw material mineral dan batubara (Permen ESDM No. 1 tahun
2014). Ekspektasi nilai ekspor pertambangan diperkirakan akan menurun dalam jangka
pendek namun pada jangka lima tahun ke depan diharapkan tercipta nilai tambah
sehingga akan nilai ekspor komoditas minerba akan meningkat secara signifikan.
2. Negara tujuan ekspor untuk mengetahui negara-negara yang secara konsisten telah
menjadi pengimpor komoditas penting Indonesia dan untuk mengetahui potensi negara-
negara lainnya yang berpeluang untuk ditingkatkan ekspornya. Dalam menerapkan
strategi pengembangan ekspor, dikenali pasar tujuan ekspor tradisional maupun pasar
tujuan ekspor potensial. Pasar tradisional merupakan pasar ekspor eksisting yang
menyerap volume dan nilai perdagangan Indonesia dengan jumlah besar dan kontinu.
Sedangkan pasar potensial merupakan pasar yang menjadi tujuan ekspor namun nilai/
volume belum terlalu besar maupun pasar lainnya yang belum teridentifikasi akibat
rendahnya identifikasi produk pada pasar tersebut. Salah satu penjajakan negara
tujuan ekspor adalah dengan menilai tingkat konsumsi pada negara emerging. Selama
Januari-September 2014, ekspor non migas Indonesia ke negara-negara emerging
market (Australia, Pakistan, dan UEA) naik signifikan dengan peningkatan masing-
I - 19
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
masing hingga 2.853 juta USD (41 persen), 672,2 juta USD (73 persen) dan 709,5 USD
(62 persen) pada periode Januari-September 2014.
3. Daerah asal ekspor untuk mengetahui provinsi-provinsi yang secara konsisten telah
sumber komoditas ekspor penting Indonesia dan untuk mengetahui potensi daerah-
daerah lainnya yang berpeluang untuk meningkatkan ekspor. Banyak pengusaha UKM
daerah yang memiliki potensi produk ekspor namun tidak memiliki keberanian untuk
mengembangkan usaha internasional atau kurang memahami permintaan pasar. oleh
karena itu diperlukan langkah-langkah strategis dalam rangka membantu pengusaha
memahami potensi produk dan menargetkan pasar ekspor. Identifikasi daerah asal
ekspor dimulai dari analisis komoditas yang paling banyak beredar di dunia, kemudian
mencocokkannya dengan daerah penghasil komoditas tersebut di Indonesia (pull
identification) atau mengidentifikasikan komoditas-komoditas yang mudah diproduksi
dan dikembangkan di daerah dan kemudian mencari pasar ekspor yang sesuai dengan
kebutuhan komoditas tersebut (push identification).
I - 20
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
produktif, jenis-jenis komoditas ekspor unggulan dan potensial; serta daerah penghasil
komoditas ekspor unggulan di Indonesia.
Adapun permasalahan ekspor antara lain lemahnya dukungan bisnis, lemahnya
pengenalan produk Indonesia melalui nation branding, rendahnya kualitas SDM penyedia
informasi ekspor, minimnya penggunaan teknologi informasi untuk mengakses informasi
pengembangan ekspor, serta tata kelola organisasi yang terlibat dalam pengembangan
ekspor.
I - 21
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 22
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
7
Center Occasional Paper Asia-Pacific Center for Security Studies
I - 23
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Tantangan dengan adanya Trans-Pacific Partnership (TTP) antara Amerika –EU dengan
negara-negara Asia Pasifik melibatkan jalur perdagangan Indonesia namun Indonesia
belum mampu bersaing dengan pasar global baik untuk tenaga kerja maupun produk. Oleh
karena itu, dengan tidak terlibat dalam TTP maka Indonesia bersama dengan negara-
negara non-TPP lainnya (China, Taiwan, Filipina, Laos, Kolombia, Kamboja, Bangladesh,
dan India) perlu menguatkan kerjasama untuk meningkatkan arus perdagangan sehingga
pertumbuhan ekonomi kawasan.
Pemerintah Indonesia telah program prioritas untuk meningkatkan pertahanan maritim
dan meningkatkan potensi ekonomi maritim dengan pembelian drone dan kapal
pertahana, membangun 26 pelabuhan bertaraf internasional (termasuk peningkatan
fasilitas berlabuh, kualitas pergudangan, handling dokumen ekspor impor dan keamanan
pelabuhan) melalui pendanaan efektif Pelindo I dan Pelindo II. Selain itu, pemerintah perlu
merevitalisasi sentra produksi, sentra distribusi, serta kawasan ekonomi khusus yang siap
diintegrasikan dengan kawasan ekonomi transnasional dengan peningkatan kapasitas
pelabuhan dan bandara internasional untuk meningkatkan arus barang dan jasa yang
berkualitas.
I - 24
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
kontribusi/ share ekspor ke suatu negara terhadap seluruh ekspor; [2] tingkat
pertumbuhan tahunan ekspor ke negara tersebut; [3] instabilitas ekspor ke negara
tersebut. Rincian hasil klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.4 Analisis Negara Tujuan Ekspor
Instabilitas Share Growth
Negara Tujuan Kategori
(%) (%) (%)
Rep. Rakyat Tiongkok 0,4 12,2 27,5 1
Jepang 0,6 11,7 9,0 2
Amerika Serikat 0,9 10,1 10,3 2
India 0,9 8,0 16,8 1
Singapura 1,5 7,2 7,5 2
Malaysia 1,0 5,6 8,5 2
Korea Selatan 1,4 4,7 5,4 2
Thailand 2,2 3,2 21,3 1
Belanda 1,9 2,9 10,6 2
Taiwan 3,3 2,6 7,7 2
Pilipina 5,1 2,4 13,4 1
Australia 3,8 1,9 16,5 3
Jerman 4,3 2,1 6,4 2
Hongkong 4,0 1,9 7,8
Italia 2,6 1,7 10,6
Vietnam 9,0 1,5 14,1 3
Spanyol 5,0 1,5 1,0
Saudi Arabia 15,7 1,0 16,6 3
Inggris 14,4 1,2 3,7
Rep. Afrika Selatan 5,1 0,8 35,5 3
Unit Emirat Arab 12,0 1,1 6,3
Brasilia 5,9 1,0 18,2 3
Pakistan 13,5 0,7 22,5 3
Turki 10,5 0,9 24,9 3
Belgia 16,7 0,9 5,1
Perancis 11,0 0,8 6,4
Bangladesh 8,4 0,8 10,4
Mesir 7,0 0,7 16,3 3
Federasi Rusia 15,5 0,5 35,6 3
I - 25
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Berdasarkan data di atas dapat dikenali 3 jenis negara tujuan ekspor penting Indonesia,
yaitu yang nilai impornya besar dari Indonesia, pertumbuhannya tinggi serta stabil dalam
beberapa tahun. Kategori-kategori tersebut dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
I - 26
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Kontribusi tinggi dan stabil Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Korea
Selatan, Belanda, Taiwan, Jerman.
Pertumbuhan tinggi dan stabil Australia, Vietnam, Saudi Arabia, Rep. Afrika Selatan,
Brasilia, Pakistan, Turki, Mesir, Federasi Rusia,
Kanada, Tanzania, Papua Nugini.
I - 27
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka terus menurun hingga bulan Februari 2013
sampai tingkat 6,25 persen dan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 69,21 persen
mengindikasikan bahwa penyerapan tenaga kerja oleh industri semakin besar. Semakin
tinggi penyerapan tenaga kerja maka semakin tinggi pula kesempatan Indonesia untuk
memajukan perekonomian secara merata. Dengan peningkatan kapasitas SDM,
pendidikan, dan pelatihan yang tepat maka potensi pengembangan jasa dan penghasil
produk semakin tinggi sehingga diharapkan pengembangan ekspor ke depan semakin
membaik.
I - 28
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 29
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 30
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 31
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 32
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Pada komoditas ekspor pertambangan, yang relatif menonjol adalah sebagai berikut:
Kontribusi tinggi,pertumbuhan tinggi dan stabil; Bahan Bakar Mineral.
Kontribusi tinggi dan stabil; Bijih, Kerak dan Abu Logam.
I - 33
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Gambar 1.10 Nominal dan Pertumbuhan PDRB ADHK Menurut Provinsi (Rp Miliar)
Perekonomian pada daerah-daerah Jawa dipengaruhi oleh kinerja sektor perdagangan,
hotel, dan restoran. Terutama pada Jakarta sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor
keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. Perlambatan pertumbuhan sektor di daerah
Jakarta bersumber dari terbatasnya kinerja perbankan dan lembaga keuangan nonbank,
memburuknya kinerja pasar modal, dan perlambatan aktivitas bisnis persewaan dan
penjualan properti. Menurunnya kinerja perbankan juga tercermin dari realisasi penyaluran
kredit yang mengalami perlambatan. Pada Pulau Sumatera, perekonomian dipengaruhi
secara signifikan oleh sektor pertambangan dan sektor pertanian. Sedangkan pada
Kalimantan, pertumbuhan ekonomi sangat tergantung dari produksi kelapa sawit. Adapun
pada Papua terjadi peningkatan signifikan walaupun sektor produksi pengolahan gas
natural (LNG).
I - 34
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Analisis penting selanjutnya adalah daerah asal ekspor. Informasi ini sangat penting untuk
menjadi pertimbangan bagi penyusunan strategis ekspor, karena dapat dikaitkan dengan
potensi ekonomi daerahnya. Daerah-daerah asal ekspor yang penting di Indonesia, karena
pertimbangan nilai ekspor, pertumbuhan dan stabilitasnya selama kurun 2007-2013,
dapat dilihat pada gambar berikut ini,
I - 35
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Instabilitas
Asal Daerah Share (%) Growth (%) Kategori
(%)
Bali 38,05 0,24 8,64
Sulawesi Tengah 34,15 0,23 3,74
Bengkulu 27,31 0,12 45,51 3
Maluku 668,63 0,06 29,52
NAD 90,92 0,04 17,74
DI Yogyakarta 1.261,17 0,01 68,53
NTT 828,72 0,01 (9,17)
Gorontalo 666,71 0,01 58,57
Sulawesi Barat 41,49 0,02 (83,00)
TOTAL 0,06 100,00 12,59
Sumber : BPS (data diolah)
Kontribusi ekspor tinggi, Kalimantan Timur, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Utara,
pertumbuhan tinggi dan Kalimantan Selatan.
stabil
I - 36
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
tersebut harus segera diatasi sehingga tujuan pengembangan ekspor dapat tercapai
secara efisien.
I - 37
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Gambar 1.13 Perbandingan Doing Business Indonesia dengan Negara Emerging Lainnya
Pada aspek ekspor, produk dengan kualitas baik dan didukung keunikan produk itu sendiri
sangat membantu produk tersebut dapat dikenal secara cepat. Namun dengan strategi
branding terhadap produk Indonesia yang tepat tentu saja akan mendorong citra Indonesia
di mata dunia internasional sebagai negara yang mampu menghasilkan produk yang
I - 38
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
kreatif, berkualitas, berdaya saing. Citra sebuah negara bukan hanya merek sebuah
produk. Negara yang sudah mempunyai citra yang baik di dunia dibangun dari proses yang
panjang. Iklan yang paling manjur yaitu iklan dari kesan yang dibawa oleh pengunjung yang
datang ke negara tersebut dan tentu ikut mempengaruhi pemahaman kuat yang mampu
membawa nama baik negara tersebut.
Proses pembangunan citra memang tidak mudah dan memerlukan proses penggalian yang
lebih dalam, baik dalam bentuk komunikasi dan pelayanan yang prima ke setiap
pendatang yang berkunjung ke Negara kita maupun budaya hidup yang tidak negatif.
Sedangkan industri dan tehnologi merupakan pilar tersendiri dalam memberikan citra atau
image. Dengan tagline “Remarkable Indonesia”, Kementerian Perdagangan melakukan
berbagai upaya nyata untuk membangun citra positif Indonesia.
Kegiatan promosi dan pencitraan dimaksudkan untuk membentuk citra positif masyarakat
internasional terhadap Indonesia secara menyeluruh termasuk citra positif produk-produk
ekspor Indonesia yang pada akhirnya akan berdampak terhadap minat masyarakat
internasional untuk membeli produk ekspor Indonesia. Berdasarkan data, informasi dan
kecenderungan, setidaknya dapat dicatat beberapa hal penting tentang pencitraan ekspor
nasional, yaitu:
1. Peran peningkatan ekspor dalam perekonomian nasional semakin bertambah penting,
khususnya dalam menciptakan peningkatan surplus neraca perdagangan.
2. Peran promosi dan nation branding dalam pemasaran produk ekspor sangat besar.
Citra suatu negara di dunia internasional biasanya diukur melalui peringkat suatu
negara menurut Nation Branding Index (NBI) yang dikeluarkan oleh Survey Simon
Anholt.
1.2.2.3 RENDAHNYA KUALITAS SDM PENYEDIA INFORMASI PERDAGANGAN DAN INFORMASI EKSPOR
Kualitas SDM merupakan tumpuan dalam melaksanakan sektor perdagangan.
Pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung pada tingginya populasi dan tingginya
persentase angkatan kerja saat ini, namun modal utama dari perdagangan Indonesia
merupakan kualitas pelaku ekspor itu sendiri. Untuk pengukuran kualitas SDM digunakan
perhitungan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang indikatornya dinilai dari
perbandingan harapan hidup, angka melek huruf, rataan tahun pendidikan, tingkat
harapan sekolah, serta standar hidup Gross National Income (GNI PPP) per kapita.
Kategori niai HDI dikelompokkan menjadi: (1) Pengembangan SDM sangat tinggi, (2)
Pengembangan SDM tinggi, (3) Pengembangan SDM rata-rata, (4) Pengembangan SDM
rendah, (5) Pengembangan SDM sangat rendah. Indonesia termasuk pengembangan SDM
rata-rata (peringkat 108 dari 188 negara).
I - 39
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Selain kualitas SDM secara keseluruhan sebagai representatif pelaku usaha eksportir
potensial, perlu juga digarisbawahi bahwa pelaksana pengawasan ekspor impor di
Indonesia juga masih rendah. Permasalahan perdagangan tidak hanya terletak pada
pelaku usaha namun juga fasilitas pendukung yang terletak pada kinerja bea cukai di
perbatasan, efisiensi logistik dan transportasi di dalam negeri maupun di perbatasan.
Beberapa isu utama yang penting dalam penyediaan informasi ekspor antara lain:
a. Perlunya melakukan optimalisasi kualitas dan kuantitas informasi pasar yang dapa
dilakukan melalui peningkatan kualitas informasi ekspor oleh perwakilan luar negeri,
diseminasi informasi ekspor lebih intensif dan efektif dan updating informasi ekspor.
b. Optimalisasi peran kelembagaan ekspor dan SDM di pusat, daerah dan luar negeri. Hal
ini dirasakan perlu dikarenakan sejauh ini peran kelembagaan ekspor belum mencapai
titik yang optimal Peran ITPC sebagai kantor perwakilan promosi dagang Indonesia di 19
kota dagang utama dunia belum optimal dalam memperkuat daya saing produk
Indonesia di pasar internasional. Hal ini terjadi karena terbatasnya anggaran serta
belum tersediannya cakupan ukuran indikator kinerja pada masing-masing ITPC
maupun Pusat Pelatihan dan Promosi Ekspor Daerah (P3ED).
c. Kualitas pelaku ekspor yang masih dirasakan rendah menuntut adanya peningkatan
kualitas dan kuantitas pelaku ekspor. Hal ini dapat dilakukan dnegan melakukan
penyusunan kurikulum dan silabus yang diharapkan dapat memenuhi setiap kebutuhan
spesifik eskportir dan calon eksportir
I - 40
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Selain dari sudut pandang pengusaha, kinerja ekspor oleh instansi publik pada perbatasan
(border trading) yang seharusnya dapat dilakukan secara paperless dan sistemik belum
sepenuhnya dapat dilakukan. Indonesia sudah berusaha menyusun Indonesia‟s National
Single Window (INSW) sebagai platform untuk perizinan online dan satu pintu. INSW yang
sudah dibangun sejak 2006 dan selesai pada tahun 2010 bertujuan untuk
mengintegrasikan pasar domestik dan internasional. INSW juga merupakan respon dari
kerjasama perdagangan ASEAN untuk melakukan repositori perdagangan pada masing-
masing negara anggota, yang memuat informasi: nomenklatur tarif, tarif perjanjian
perdagangan bebas, peraturan bea cukai dan perdagangan nasional, serta nama-nama
pedagang terdaftar, yang akan diintegrasikan pada kawasan ASEAN melalui Program
ASEAN Trade Repository (ATR). Upaya pemerintah dalam memfasilitasi perdagangan
melalui INSW adalah simplifikasi prosedur customs clearance dan cargo release yang
dapat diakses oleh kontak tunggal (menggunakan UserID dan Password) sehingga proses
clearance dapat dimonitor dan barang dagang dapat dilacak oleh eksportir dan importir
secara elektronik dan internasional.
Saat ini, implementasi INSW masih meningkatkan kerjasama antar instansi pemerintah
dan swasta untuk mengikutkan data-data yang terlibat aktivitas perdagangan. Selain itu,
masih harus mensinkronkan data-data yang dimiliki oleh setiap entitas agensi. Sistem IT
yang kurang memadai dan kurang terintegrasi belum memenuhi harapan untuk pelacakan
dokumen perdagangan oleh ekportir/importir. Sistem IT juga harus selalu diperbarui dan
dijamin legalitasnya untuk dapat mentransfer data-data sensitif antara pemerintah dan
swasta. Penggunaan INSW saat ini masih terbatas dan belum semua pedagang yang
menggunakan INSW dapat dilakukan audit clearance sehingga kualifikasi INSW masih
belum dimanfaakan seperti yang diharapkan8.
8
Review Keterbukaan Pasar oleh OECD, 2012.
I - 41
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
peningkatan kualitas dan disiplin pegawai.Tingkat kepercayaan publik yang masih rendah
dan persepsi akan pemerintah Indonesia yang korup menyebabkan salah satu pilar daya
saing Indonesia dalam GCI kurang kompetitif dibandingkan negara-negara berkembang
lainnya. Oleh karena itu, Kemenpan dan BPK masing-masing membuat sistem penilaian
untuk kinerja organisasi melalui reformasi birokrasi dan kinerja keuangan negara berbasis
kinerja.
Tujuan reformasi birokrasi meliputi peningkatan: (1) tata pelaksanaan dan kualitas
organisasi, (2) SDM aparatur yang kompeten, berdedikasi, dan menepati kode etik
aparatur negara, (3) penulisan peraturan perundang-undangan yang jelas dan tidak
redundan, (4) sistem pengawasan yang akuntabel, (5) pelayanan publik yang profesional
dan transparan, (6) perubahan mindset dan culture set menjadi organisasi yang lebih
inovatif dalam menyelesaikan masalah publik, serta (7) melakukan monitoring dan
evaluasi untuk setiap perencanaan program dan kegiatan.
Kualitas kinerja keuangan dapat dilihat dari opini yang diberikan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), yaitu secara berurutan dari penilaian yang paling rendah, yaitu 1)
Disclaimer; 2) Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan 3) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Kemendag dan satker yang dibawahinya telah memperlihatkan kualitas kinerja keuangan
dilihat dari opini BPK meningkat dari WDP menjadi WTP pada tahun 2014.
Sedangkan performansi organisasi dalam melaksanakan good governance dapat dinilai
dari kategori penilaian dalam simbol Alphabetik yang diberikan oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan) dan Reformasi Birokrasi terhadap dokumen
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Secara berurutan, dari urutan
penilaian paling rendah, yaitu huruf D, C, CC, B, A dan AA. Target sasaran penilaian
terhadap dokumen SAKIP Kemendag diharapkan untuk tetap akuntabel dan
mempertahankan peringkat BB.
I - 42
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
BAB 2
VISI, MISI, DAN TUJUAN
I - 43
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
apapun (baik kelompok, gender, maupun wilayah), sehingga dapat memberikan makna
dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain di dunia.
Untuk mewujudkan Visi Kemendag di atas, maka dijabarkan dalam tiga misi sebagai
berikut:
1. Meningkatkan kinerja perdagangan luar negeri yang bertumbuh dan berkelanjutan.
Kinerja perdagangan. Tujuan-tujuan yang selaras dengan Misi I yaitu:
A. Peningkatan Ekspor Barang Non Migas yang Bernilai Tambah dan Jasa
B. Peningkatan Pengamanan Perdagangan
C. Peningkatan Akses dan Pangsa Pasar Internasional
D. Pemantapan Promosi Ekspor dan Nation Branding
E. Peningkatan efektivitas pengelolaan impor barang dan jasa
I - 44
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Gambar 2.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kementerian Perdagangan 2015 – 2019
I - 45
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2.2.1 TUJUAN I: PENINGKATAN EKSPOR BARANG NON MIGAS YANG BERNILAI TAMBAH
DAN JASA
Pertumbuhan ekspor dilihat dari kategori ekspor barang dan jasa. Sedangkan ekspor
barang terbagi menjadi produk migas dan produk non-migas. Produk non-migas mencakup
semua barang non-migas yang terdiri dari9 produk hewan; produk tumbuhan; produk
hewan/tumbuhan yang sudah diolah; produk makanan kemasan; produk mineral, kimia,
dan campuran; plastik, karet, dan olahannya; produk tekstil, olahan tekstil dan akssoris;
perhiasan; gelas dan kaca; produk manufaktur transportasi dan peralatan rumah tangga,
elektrik; produk optikal; produk seni, koleksi dan barang antik. Adapun klasifikasi jasa
berdasarkan HS Code yang diharapkan memiliki peningkatan nilai tambah dan nilai
perdagangan terdiri dari perhotelan, restoran dan hiburan; jasa periklanan; jasa fasilitasi
perjalanan dan jasa kurir; pelaksana/representatif bisnis, termasuk agen dan promotor;
arsitek, kontraktor, perencana dan pengembang kota; jasa konstruksi; konsultan,
pengacara, enjiner, dan profesional lainnya; jasa kebersihan dan salon kecantikan; jasa
pencucian; jasa telekomunikasi; jasa asuransi,investasi, penasihat finansial, ankir,
pedagang valuta asing, dan profesi lainnya yang bekerja pada instansi keuangan; jasa
laborat, peneliti, dan profesi lainnya yang bekerja untuk keperluan medis; serta jasa
lainnya yang memerlukan tujuan/keahlian spesifik.
Kementerian Perdagangan khususnya Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional
memiliki amanah untuk meningkatkan neraca perdagangan secara signifikan melalui
peningkatan nilai ekspor untuk komoditas nonmigas. Peningkatan nilai ekspor tersebut
dapat diapai dengan meningkatkan kualitas barang melalui penambahan value added
maupun meningkatkan kuantitas barang ekspor. Semakin banyak proses yang terlibat
dalam proses pembuatan produk, maka semakin tinggi nilai tambah yang dihasilkan.
Sebagai contoh, produk raw material (hewani) seperti ikan akan memiliki nilai jual yang
lebih rendah dibandingkan produk makanan ikan dalam kemasan. Oleh karena itu,
semakin banyak jenis produk yang memiliki proses pembuatan/ peningkatan nilai tambah
diharapkan akan meningkatkan jumlah nilai perdagangan secara kolektif dan pada
akhirnya meningkatkan nilai ekspor.
Tujuan Kemedag untuk meningkatkan ekspor barang non-migas yang bernilai tambah dan
jasa didukung dengan Sasaran Strategis “Meningkatnya Pertumbuhan Ekspor Barang Non
Migas yang Bernilai Tambah dan Jasa”. Indikator dan target yang digunakan untuk
mengukur peningkatan pertumbuhan ekspor barang non-migas yang bernilai tambah dan
jasa yang menjadi tolak ukur kinerja Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional
periode 2015-2019 antara lain:
a. Peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas (miliar USD). Surplus neraca
perdagangan dihasilkan dari pengurangan nilai ekspor dengan nilai impor dan dihitung
berdasarkan komoditas nonmigas. Persentase surplus merupakan nilai surplus
dibandingkan dengan total nilai perdagangan.
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
Peningkatan surplus neraca
perdagangan nonmigas 20,5-21,0 21,0-21,5 22,0-22,5 22,5-23,0 22,5-23,0
(miliar USD)
9
Kategori produk non migas menurut HS Code
I - 46
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
d. Rasio Eskpor Jasa terhadap PDB (persen). Sebagai salah satu indikator dalam RPJMN,
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional perlu meningkatkan nilai
perdagangan jasa, yang dihitung melalui kontribusi perdagangan jasa dalam Produk
Dometik Bruto nasional, dimana nilai perdagangan ekspor yang tercatat adalah nilai
ekspor proses bea cukai sesuai HS Code.
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
Rasio ekspor jasa terhadap PDB
2,5 2,7 2,9 3,2 3,5
(persen)
I - 47
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
dalam negeri; (9) Produk tidak mengganggu pasokan dan harga produk strategis di dalam
negeri; (10) Produk yang mempererat kemitraan perdagangan dengan negara tujuan
ekspor. Sedangkan untuk komoditas potensial, adalah komoditas yang memiliki kriteria: (1)
nilai ekspor besar dan pertumbuhan nilai ekspor tinggi, atau (2) pertumbuhan nilai ekspor
tinggi, dan stabil/ dapat dihasilkan secara kontinu tanpa meiliki pola musiman produksi.
Tujuan Kemendag untuk meningkatkan akses dan pangsa pasar internasional didukung
dengan Sasaran Strategis “Meningkatnya Diversifikasi Pasar dan Produk Ekspor” dan
“Optimalnya Kinerja Kelembagaan Ekspor”. Indikator dan target yang digunakan untuk
mengukur peningkatan diversifikasi pasar dan produk ekspor yang menjadi tolak ukur
kinerja Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional periode 2015-2019 antara
lain:
a. Pertumbuhan ekspor nonmigas produk utama (persen). Tujuan diversifikasi produk
ekspor dapat dicapai dengan menurunkan pertumbuhan komoditas utama ekspor,
antara lain: Kelapa sawit dan turunannya, TPT; Elektronik; Karet dan produk karet;
Produk kayu, pulp dan furniture; Produk kimia; Produk logam; Mesin-mesin; Makanan
Olahan; dan ProdukOtomotif.
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan ekspor nonmigas
5,9 8,0 10,4 11,9 13,9
produk utama (persen)
I - 48
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
karena itu, target kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor nonmigas
nasional yang diharapkan hingga 65 persen sampai dengan 2019.
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
Kontribusi produk manufaktur
44 47 51 57 65
terhadap total ekspor (persen)
f. Kontribusi produk utama terhadap total ekspor (persen). Sebagai upaya diversifikasi
produk yang berkelanjutan maka produk utama atau produk primer tidak lagi menjadi
fokus pengembangan ekspor nasional. Oleh karena itu, target pertumbuhan nilai ekspor
produk primer terhadap total ekspor nonmigas nasional yang diharapkan bersifat
negatif.
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
Kontribusi produk utama
56 53 49 43 35
terhadap total ekspor (persen)
I - 49
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
b. Pendirian Kantor Perwakilan Perdagangan di Luar Negeri (kantor). Indikator ini sesuai
dengan amanat UU No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, khususnya pada pasal 80
mengenai pembentukan lembaga/kantor/badan promosi dagang di luar negeri yang
bertujuan untuk mempromosikan barang ekspor, mempromosikan pariwisata Indonesia,
serta menarik investasi asing (TTI). Kantor perwakilan yang dimaksud adalah kantor
perwakilan perdagangan adalah yang menjadi perwakilan Direktorat Jenderal
Pengembangan Ekspor Nasional untuk melaksanakan tugas-tugas promosi ekspor,
berupa kantor ITPC atau penunjukkan Atdag. Kantor perwakilan tersebut akan
diletakkan pada pasar tujuan ekspor utama (Shanghai) serta pasar tujuan ekspor
prospektif/ nontradisional, yaitu diantaranya Rwanda, Kongo dan Senegal.
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
Pendirian kantor perwakilan perdagangan
1 1 1 1 2
di luar negeri (kantor)
I - 50
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 51
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
BAB 3
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA
REGULASI, DAN KELEMBAGAAN
I - 52
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Gambar 3.1 Keterkaitan Visi Pembangunan 2025 dengan Pentahapan Pembangunan RPJMN
I - 53
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
keuangan dan menguatkan kerangka pendanaan baik dari APBN maupun non-APBN; (5)
Peningkatan kapasitas SDM dan kebijakan ketenagakerjaan yang mengutamakan
perempuan dan penyerapan tenaga formal; (6) Pengelolaan pemerintahan yang akuntabel
dan transparan melalui reformasi regulasi dan reformasi birokrasi. Transformasi ekonomi
melalui industrialisasi berkelanjutan diharapkan dapat mencipatkan iklim bisnis dan
investasi yang sehat, menggiatkan lapangan usaha (UKM) eksisting, menciptakan
lapangan usaha baru, sehingga mampu meningkatkan industri perdagangan dalam negeri
serta industri berorientasi ekspor.
I - 54
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Gambar 3.2 Trisakti, Visi, Misi, dan Agenda Prioritas Kabinet Kerja 2015 – 2019
I - 55
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
berkaitan dengan fungsi Kemendag secara akuntabel, efektif, dan efisien; serta (b)
Menjalankan reformasi birokrasi dan pelayanan publik, yaitu dengan menunjuk
instansi di pusat maupun daerah sebagai cara untuk mendekatkan diri dengan
masyarakat sehingga masyarakat mudah memiiki akses dan dapat memberikan
pendapat terhadap program-program strategis, rencana penyusunan kebijakan
publik, dan proses pengambilan keputusan publik.
3. Nawacita 3: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Agenda strategis yang sesuai
dengan fungsi Kemendag adalah memperkuat politik desentralisasi asimetris.
Desentralisasi tersebut memanfaatkan ruang gerak otonomi daerah yang terkait
dengan sektor perdagangan, untuk mengelola anggaran dekonsentrasi dan dana
perbantuan daerah secara efisien dan berbasis kinerja sehingga dapat mengurangi
biaya rutin overhead dan mampu meningkatkan pelayanan. Pelayanan yang
dimaksud bertujuan membantu masyarakat memiliki akses penuh dan mengelola
sumber daya alam lokal, serta khususnya menyelenggarakan promosi dan
informasi perdagangan.
4. Nawacita 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional. Agenda strategis yang sesuai dengan fungsi Kemendag adalah
mengembangkan kapasitas perdagangan nasional, yaitu dengan (a) Meningkatkan
kualitas pencitraan, harga, dan pelayanan sehingga menaikkan daya saing produk
nasional, (b) Meningkatkan akses prioritas modal bagi UMKM, merevitalisasi pasar
tragisional dan penampingan ekonomi untuk menumbuhkan enterpreneur muda,
(c) Merenovasi dan merevitalisasi 5.000 pasar tradisional yang berumur lebih dari
25 tahun, (d) Mengimplementasikan dan mengembangkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) secara konsisten untuk mendorong daya saing produk nasional,
menguasai pasar domestik dan penetrasi pasar internasional, serta melindungi
pasar domestik dari produk-produk berstandar rendah, (e) Memberantas
penyelundupan barang dari luar negeri ke pasar dalam negeri, (f) Meningkatkan
efisiensi perdagangan antar daerah dan pulau, (g) Menguatkan pengawasan bea
cukau atas barang-barang impor, (h) Mengevaluasi free trade area (FTA) dan
mengupayakan FTA yang menguntungkan perekonomian nasional sebesar-
besarnya dalam rangka meningkatkan daya saing produk nasional di pasar dalam
negeri dan internasional, (i) Memanfaatkan fasilitas safeguards dalam FTA untuk
melindungi produk/pasar dalam negeri dari serbuan produk impor.
5. Nawacita 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor
strategis Ekonomi Domestik. Agenda strategis yang sesuai dengan fungsi
Kemendag adalah: (a) Membangun kedaulatan pangan berbasis agribisnis
kerakyatan, dengan penyuluhan untuk meningkatkan kapasitas petani, membenahi
organisasi tani dan pola hubungannya dengan pemerintah; (b) Pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya manusia yang dapat memajukan sektor perdagangan;
(c) Penguatan infrastruktur; (d) Membangun ekonomi maritim, dengan
meningkatkan produksi dan perdagangan perikanan, memanfaatkan kelautan
Indonesia sebagai SLOC/SLOT, membuka jalur perdagangan dan pelabuhan baru;
(e) Membangun tata ruang dan lingkungan yang berkelanjutan, dengan
menerapkan pola insentif untuk perdagangan produk-produk yang tidak merusak
I - 56
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
lingkungan dan iklim, memberikan edukasi mengenai pola gaya hidup untuk tidak
konsumtif menggunakan produk-produk tidak terbarukan; (f)Membangun
perimbangan pembangunan kawasan, serta (g) Menyusun kebijakan strategis yang
dapat mendorong industri manufaktur, termasuk memastikan produk perdagangan
yang diproteksi oleh HKI, serta membantu fasilitas fiskal dan non fiskal untuk
produk-produk yang telah terproteksi HKI dalam peredaran perdagangan di dalam
negeri maupun pasar internasional.
Perkembangan ekonomi yang dilihat dari proyeksi pertumbuhan PDB negara-negara ASEAN
sangat berbeda. Indonesia sendiri memiliki proyeksi relatif baik diantara negara ASEAN
dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi optimis 6 persen antara tahun 2015-2019.
I - 57
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Proyesi pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata saat menghadapi krisis global
tahun 2008-2010 (5,1 persen). Untuk mempertahankan proyeksi ekonomi Indonesia ke
depan akan sangat tergantung dengan hal-hal berikut:
1. Dalam rangka mewujudkan Inisiatif Integrasi ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis
produksi, Indonesia perlu melakukan reformasi struktur ekonomi yang tidak lagi
dilakukan secara business as usual namun mampu untuk menggerakan potensi SDM
sebesar 121 juta tenaga kerja dimana 5,8 persen diantaranya masih pengangguran
karena tidak memiliki pendidikan dan keterampilan, walaupun memiliki pendidikan
tinggi. Produk ekspor masih banyak yang restriktif di antara negara-negara ASEAN dan
hanya 30 persen dari produk ekspor Indonesia yang sudah menggunakan zero-tariff
untuk perdagangan intra ASEAN. Lemahnya SDM dan produksi merupakan faktor
penundaaan kebijakan Indonesia untuk berpartisipasi dalam perdagangan bebas.
2. Dalam rangka mewujudkan Inisiatif Integrasi ASEAN sebagai ekonomi regional yang
berdaya saing, Indonesia perlu lebih agresif dalam menetapkan kebijakan yang menjaga
iklim bisnis untuk memastikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Hal ini dilakukan
dengan dengan standardisasi dan simplifikasi bisnis proses dalam mengelola investasi
asing (FDI) maupun mempermudah izin usaha UMKM domestik dengan menjamin
perlindungan konsumen, peningkatan kualitas produk sesuai dengan standar produk
WTO, perolehan HKI untuk produk-produk inovatif, Certificate of Origin untuk barang-
barang ekspor. Selain itu menggiatkan pembangunan infrastruktur perdagangan yang
menghubungkan antarpulau di Indonesia maupun dengan negara-negara lain belum
terintegrasi, baik untuk moda transportai udara maupun laut. Infrastruktur
internasional, seperti perizinan di Pelabuhan Pelindo II yang masih membutuhkan waktu
hingga 10 hari. Hal ini juga dipengaruhi oleh Indonesian National Single Window (INSW)
yang belum pernah diaplikasikan secara strategis oleh antar instansi.
I - 58
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Negara tujuan ekspor baru yang memiliki potensi nilai perdagangan tinggi.
2. Mendiversifikasi komoditas ekspor (berkaitan dengan potensi hulu pada rantai supply)
Mendorong diversifikasi komoditas ekspor pada negara tujuan eksisting.
3. Mengembangan pangsa pasar eskpor (berkaitan dengan komoditas dan negara tujuan
ekspor eksisting)
Mendukung stabilitasi atau peningkatan ekspor pada negara tujuan ekspor eksisting.
4. Melakukan katalisasi perdagangan internasional
Melaksanakan proses-proses katalisasi perdagangan melalui temu bisnis, expo dan
sejenisnya, termasuk membangun jejaring perdagangan internasional.
Meningkatkan dan mengoptimalkan peran atase perdagangan (ITPC)
5. Meningkatkan efisiensi proses ekspor
Mengefektifkan hubungan-hubungan multi institusi terkait hulu-hilir ekspor.
Mendukung sistem logistic dan rantai nilai ekspor nasional.
Memberikan dukungan pada proses pembiayaan ekspor strategis.
6. Meningkatkan sinergitas K/L yang terkait ekspor
Meningkatkan hubungan sinergis dengan K/L lain yang memiliki fungsi sejenis,
misalnya Kemenperin, KUKM, Kementan, KKP, dan sebagainya.
Meningkatkan hubungan sinergis dengan K/L lain yang memiliki fungsi berkaitan
(chain), misalnya Kemenhub, KemenPU, Kemenakertrans, dan sebagainya.
I - 59
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Badan Pengembangan Ekspor dinyatakan untuk memiliki fungsi dan tugas sebagai berikut:
1. Pasal 74: Pemberian insentif, fasilitas, informasi peluang pasar, bimbingan teknis,
bantuan promosi dan pemasaran. Dalam rangka pengembangan ekspor untuk
perluasan akses pasar bagi barang dan jasa produksi dalam negeri, Pemerintah
bersama perguruan tinggi, dunia usaha, asosiasi usaha, dan pemangku kepentingan
lainnya melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha. Pembinaan dimaksud dapat
berupa: (1) Pemberian insentif, dimana Menteri Perdagangan dapat mengusulkan
insentif fiskal dan/atau nonfiskal; (2) Fasilitas; (3) informasi peluang Pasar; (4)
Bimbingan teknis; (5) Bantuan promosi dan pemasaran.
2. Pasal 75: Penyelenggaraan promosi dagang (pameran dagang skala internasional,
nasional atau lokal, dan misi dagang). Pemerintah dan/atau Pemda berkewajiban
memperkenalkan barang dan/atau jasa produksi dalam negeri dengan cara: (1)
menyelenggarakan promosi dagang di dalam negeri dan/atau di luar negeri; dan/atau
(2) berpartisipasi dalam promosi dagang di dalam negeri dan/atau di luar negeri.
Promosi dagang dapat berupa pameran dagang (internasional, nasional, atau lokal) dan
misi dagang. Pelaksanaan kegiatan promosi dagang di luar negeri dilakukan
berkoordinasi dengan Perwakilan Republik Indonesia di negara terkait. Selain itu, Untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan promosi dagang ke luar negeri, dapat dibentuk badan
promosi dagang di luar negeri.
3. Pasal 77: Pemenuhan standar penyelenggaraan dan keikutsertaan pameran dagang.
Penyelenggaraan dan keikutsertaan dalam pameran dagang wajib memenuhi standar
atau diberikan sanksi penghentian kegiatan. Penyelenggaraan pameran dagang wajib
mendapatkan izin dari Menteri Perdagangan (peserta dan produk impor) atau
dikenakan sanksi pidana maksimum 3 tahun dan/atau denda maksimum Rp. 5 Milyar.
Pemerintah dan Pemda dapat memberikan fasilitas dan kemudahan untuk pelaksanaan
kegiatan pameran dagang.
I - 60
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
4. Pasal 79: Kampanye pencitraan Indonesia (nation branding). Hal ini dilakukan untuk
memperkenalkan barang dan/atau jasa produksi dalam negeri, promosi dagang perlu
didukung dengan kampanye pencitraan Indonesia di dalam dan di luar negeri.
Kampanye pencitraan Indonesia dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemda, lembaga
selain Pemerintah/Pemda, dan/atau pelaku usaha secara sendiri-sendiri atau bersama-
sama.
5. Pasal 80: Pembentukan Badan Promosi Dagang di luar negeri. Hal ini dilakukan dengan
membentuk ITPC dan menunjuk Atdag untuk melakukan tugas-tugas promosi dagang di
luar negeri.
I - 61
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Gambar 3.6 Struktur Organisasi SES Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional
I - 62
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Berdasarkan Permendag No. 10 Tahun 2010, ITPC diletakkan pada lokasi strategis negara-
negara tujuan ekspor dan memiliki fungsi untuk melaksanakan kegiatan promosi produk
nonmigas di luar negeri, termasuk mengadakan kerjasama dengan pengusaha Indonesia
maupun pengusaha negara setempat, menyusun laporan informasi pemasaran komoditi
ekspor Indonesia dan negara setempat, serta upaya-upaya kegiatan penerobosan pasar
lainnya. ITPC saat ini terletak pada 19 kota/18 negara.
Berdasarkan Permendag No. 9 Tahun 2010, Atdag memiliki fungsi sebagai perwakilan
instansi perdagangan Indonesia untuk meningkatkan hubungan kerjasama perdagangan
Indonesia dengan instansi perdagangan negara setempat, menyusun laporan analisis
potensi dan permasalahan perdagangan negara setempat, melakukan tugas-tugas
perdagangan seperti fasilitasi, diplomasi, pengamatan pasar dan peningkatan akses pasar
ekspor, serta melakukan promosi dagang. Saat ini Atdag dapat ditemui pada 22
kota/negara.
I - 63
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 64
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 65
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 66
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
BAB 4
SASARAN KINERJA DAN PENDANAAN
Bagan 4-1 Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor
Nasional
I - 67
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 68
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
di luar negeri; (2) SOP Penyelenggaraan & partisipasi pameran, baik pameran dagang skala
internasional, nasional, lokal dan misi dagang.
I - 69
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
7. Jumlah pengamatan pasar ITPC. Jumlah laporan hasil pengamatan dan analisis
mengenai target pasar tujuan ekspor potensial, metode promosi ekspor, serta
pengembangan produk potensial di negara tujuan ekspor.
I - 70
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
1. Jumlah referensi produk ekspor. Referensi yang dimaksud adalah profil produk ekspor
unggulan dan produk ekspor potensial, katalog produk ekspor yang mencatumkan detail
kontak eksportir, serta penyusunan informasi mengenai cara pengembangan produk di
negara tujuan ekspor sehingga dapat menjadi referensi calon eksportir Indonesia dalam
melakukan inovasi produk. Referensi produk eskpor kemudian disebaluaskan kepada
calon eksportir Indonesia melalui informasi website Dijen PEN, tempat promosi/ ITPC,
serta melalui membership.
2. Jumlah kegiatan pengembangan produk ekspor. Kegiatan pengembangan yang
dimaksud adalah peningkatan kapasitas calon eksportir dengan memberikan coaching
adaptasi produk, rebranding usaha, memberikan fasilitasi untuk memudahkan calon
eksportir mendapatkan sertifikasi dagang ekspor, klaim HKI untuk pasar internasional.
3. Jumlah kegiatan pengembangan produk kreatif Jumlah kegiatan adaptasi produk,
rebranding usaha, serta fasilitasi calon eksportir yang khusus dalam mengembangkan
produk-produk kreatif. Adapun yang termasuk dalam sektor kreatif antara lain (a)
Arsitektur; (b) Desain; (c) Fashion; (d) Film, video, dan fotografi; (e) Kerajinan; (f)
Teknologi informasi dan piranti lunak; (g) Musik; (h) Pasar barang seni; (i) Penerbitan
dan percetakan; (j) Periklanan; (k) Permainan interaktif; (l) Riset dan pengembangan;
(m) Seni pertunjukan; dan (n) Televisi dan radio.
4. Jumlah produk yang mendapat fasilitas pendaftaran HKI. Jumlah produk/UKM yang
mendapatkan pendaftaran hak cipta (copyright), paten, merek dagang (trademark),
serta desain industri sehingga memudahkan UKM untuk mendapakan lisensi HKI dan
dapat diperdagangkan di pasar internasional.
I - 71
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 72
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 73
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
5. Penyediaan Informasi Ringkas Pasar Tujuan Ekspor. Publikasi ekspor yang dimaksud
adalah Warta Ekspor, publikasi DGNED, data statistik ekspor/impor yang dapat diakses
pada situs online Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional.
I - 74
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
sepanjang tahun oleh ITPC/Atdag di negara penerima. Selain itu, Direktorat Jenderal
Pengembangan Ekspor Nasional ikut serta dalam Pameran Besar yang diselenggarakan
per tahun oleh negara-negara lain seperti CAEXPO Nanning & SIAL Toronto.
2. Jumlah partisipasi pameran dagang di dalam negeri. Pameran perdagangan yang
dikoordinir langsung oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional maupun
yang bekerja sama dengan instansi K/L lainnya adalah: (1) Pameran aktif, (2) Pameran
terpadu, (3) Pameran dalam negeri, (4) Penyelenggaraan Trade Expo Indonesia yang
ditargetkan untuk mempromosikan 2.000 peserta baru serta mampu menarik lebih dari
10.000 pengunjung dan pembeli potensial.
3. Jumlah kegiatan pencitraan. Jumlah kegiatan yang dilakukan dalam rangka
memperbaiki citra produk dan jasa ekspor indonesia di mata internasional
I - 75
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
5. Misi Dagang. Penyelenggaraan misi dagang agar bersamaan dengan program pameran
luar negeri (Windows Indonesia). Pelaksanaan misi dagang tahun 2015 akan dilakukan
di Ukraina, Bulgaria dan Hongaria.
6. Misi Pembelian (Buying Mission). Misi ini manargetkan 25 pengusaha Indonesia yang
dikirim ke negara Amerika, Eropa, dan Jepang.
7. Misi Pembelian (Reverse Trade Mission). Atdag/ITPC ditargetkan membawa buyer
(importir potensial) ke Indonesia dalam rangka Misi Pembelian, dimana importir
potensial difasilitasi tiket pesawat dan akomodasi.
8. Forum Business Matching. Pertemuan antara peserta pameran dengan buyer atau
pengusaha negara tujuan ekspor yang terakreditasi.
I - 76
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
4. Jumlah monev implementasi kerjasama pengembangan ekspor dalam dan luar negeri.
Monitoring dan evaluasi dilakukan pada perusahaan-perusahaan Indonesia yang
memanfaatkan fasilitas kerjasama di dalam dan luar negeri
I - 77
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 78
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
1. Jumlah pelatihan yang berorientasi ekspor. Jumlah total peserta yang mengikuti
pelatihan ekspor yang dilaksanakan BBPPEI Pelatihan mencakup pembangunan
strategis ekspor (pendidikan profesi manajemen ekspor, menentukan target penetrasi
pasar dan memahami tenik promosi yang sesuai dengan produk), persiapan ekspor
(menentukan labelling dan prosedur eskpor), negosiasi ekspor (korespondensi bisnis,
trade franchising), serta pendukung proses ekspor (pameran dan kewirausahaan
ekspor). Selain dasar pengembangan usaha, diberikan pula materi mengenai simulasi
kegiatan ekspor impor dan tata cara yang digunakan sesuai dengan negara tujuan
ekspor sehingga setelah mengikuti pelatihan ini dapat melakukan kegiatan ekspor
secara mandiri.
2. Jumlah kerjasama diklat ekspor. Jumlah kerjasama yang dilakukan dengan melibatkan
pelaku usaha yang akan memberikan materi, atau mengikuti diklat.
3. Jumlah pengembangan kurikulum dan metode diklat. Setiap tahun, kurikulum pelatihan
dan pendidikan disesuaikan sesuai dengan aturan perdagangan ekspor, strategi
pengembangan pasar berdasarkan hasil survey dan analisis pasar, serta identifikasi
produk ekspor potensial yang terbaru.
4. Jumlah kegiatan promosi kegiatan PPEI. Kegiatan promosi misalnya penyediaan
ruangan pameran pada gedung BBPPEI, dan menyebarluaskan layanan CSC dan
membership sehingga semakin banyak pelaku usaha yang mendapatkan akses market
brief dan market intelligent.
5. Jumlah peserta kegiatan temu alumni. Kegiatan temu alumni diklat BBPEEI merupakan
upaya untuk menguatkan kerjasama pengusaha dalam negeri (business connect)
sehingga dapat mempertemukan jenis penghasil produk mentah, produk bantuan,
maupun produk siap konsumsi. Hal ini selain dimaksudkan sehingga pengusaha
Indonesia dapat memanfaatkan rantai nilai usaha, memperluas koneksi bisnis, serta
meningkatkan nilai tambah ekspor.
6. Jumlah kegiatan partisipasi pameran bersama bagi alumni sebagai layanan program
pasca diklat. Jumlah pameran baik dalam maupun luar negeri yang diikuti oleh alumni
sebagai layanan program pasca diklat BBPPEI. Alumni diklat yang mengikuti pameran
diharapkan telah memiliki kapasitas sesuai dengan standardisasi kurasi untuk
mengikuti kegiatan promosi dagang. sehingga dapat berpartisipasi sebagai eksportir
dalam kegiatan promosi dagang internasional.
I - 79
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
pasar, strategis pemasaran dan promosi), serta persiapan penetrasi pasar (penyusunan
target penjualan dan melakukan proses logistik dan transportasi).
2. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat Ekspor). Pada tahun 2014 sudah terdapat 119
angkatan, terdiri dari : 40 angkatan diklat di Jakarta (32,6%) dan 79 angkatan diklat di
daerah (66,4%). Target peserta pada tahun 2015 adalah sebanyak 4.360 pelaku usaha
untuk angkatan ke-120. Proses pelatihan ekspor meliputi: (1) Membangun strategi
ekspor, (2) Persiapan ekspor, (3) Negosiasi ekspor, (4) Pendukung proses ekspor.
3. Pengembangan Kurikulum dan Silabus. Kegiatan ini mencakup konsultasi dan
pengembangan kurikulum silabus dengan satker Direktorat Jenderal Pengembangan
Ekspor Nasional lain maupun asosiasi pengusaha, instansi K/L terkait seperti
Kemenperin, Kementan. Selain itu, dilakukan penyusunan makalah standar untuk
pelatihan yang tersertifikasi ISO, perekrutan dan pembinaan instruktur/naraumber,
identifikasi dan analisa kebutuhan diklat di daerah (melalui P3ED maupun Marketing
Point), serta penyusunan modul pelatihan.
I - 80
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
forum internasional dan mitra dagang sehingga memberikan manfaat yang optimal
terhadap kepentingan nasional
4. Solo Technopark. Kegiatan Solo Technopark merupakan hasil trilateral dan sudah
disetujui pelaksanaaannya oleh Bappenas. Pada kawasan Solo Technopark, akan
dibangun Pusat Promosi (Exhibition Hall) berupa display perdagangan permanen. Hal ini
sejalan dengan rencana pengembangan Solo Technopark untuk membangun Pusat
Perdagangan dan Pameran Dalam Kawasan Terpadu Solo Technoparkyang akan
memamerikan produk-produk dari Kota Kota Solo dan kota/kabupaten sekitarnya
5. Pusat Pameran di Luar Negeri melalui pembangunan Trading House dan Distribution
Center/ Pusat Distribusi. Pendirian Pusat Distribusi dan Perdagangan Indonesia untuk
produk-produk Indonesia (Distribution Centre) di 2 kawasan strategis yang menjadi jalur
logistik negara-negara dikawasan tersebut (kawasan Asia Selatan dan Afrika), dimana
sistem perdagangan di kawasan tersebut masih mengandalkan sistem transaksi
langsung dan dalam bentu tunai/cash.
6. House of Indonesia. Rumah Indonesia merupakan jendela dunia bagi produk-produk
Indonesia yang dihadirkan kepada masyarakat bisnis dunia yang saat ini telah dibuka di
RRT. House of Indonesia di display dengan konsep yang disusun secara tematik
berdasarkan konsep layaknya sebuah rumah, dan dilengkapi dengan peralatan rumah
tangga yang merupakan promosi display dari produk unggulan/potensial Indonesia
misalnya perabotan ruang tamu, ruang tidur ruang pakaian (wardrobe), kamar mandi,
dapur, taman/kebun dan peralatan pertamanan (garden furniture lain), garasi (dapat
menjual produk automotive dan sparepart).
7. Counter Black Campaign for Indonesian Nation Branding. Penangangan isu-isu hitam
terhadap Indonesia maupun produk-produk Indonesia sehingga menjaga branding
Indonesia tetap terjaga di mata internasional. Hal ini dilakukan dengan Penayangan
video Nation Branding Indonesia di media internasional. Selain itu, program Nation
Branding juga akan tetap berjalan dengan mengoptimalkan peran kantor-kantor
perwakilan dagang di luar negeri serta meningkatkan sinergitas dan pemberdayaan
kantor-kantor perwakilan RI di luar negeri, dengan membuat materi nation branding
dalam format digital yang nantinya akan dipromosikan oleh semua kantor perwakilan
dagang maupun kantor-kantor perwakilan RI di luar negeri, baik melalui website dan
iklan serta dalam berbagai kegiatan off air yang mereka lakukan di berbagai negara dan
dicetak dalam bentuk brosur-brosur.
8. Training dari buyers. Pelatihan yang diberikan dari para buyers mengenai product
adaptation kepada para pelaku usaha yang memproduksi produk tersebut melalui
training dengan tema “Adaptasi Produk Sesuai Selera Pasar”. Kegiatan ini difokuskan
kepada menggali informasi (transfer knowledge) dari buyer yang ingin membeli atau
tertarik atas suatu produk tertentu, seperti informasi tentang disain (model, warna,
ukuran, spesifikasi bahan, standar/persyaratan kualitas), proses pembuatan,
packaging/ kemasan, labeling/ merek, harga, ketentuan dan persyaratan impor, tarif
bea masuk dan informasi penting lainnya terkait produk tersebut.
9. Pengembangan Tim Kurator. Meningkatkan dan mengembangkan peran serta fungsi
tim kurator dalam melakukan pemetaan produk ekspor sekaligus menseleksi kualitas
dan meningkatkan daya saing produk ekspor yang mengacu padak kriteria penjurian
I - 81
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 82
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Gambar 4.1 Alokasi Pendanaan Eselon I Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional
Periode 2015-2019
Dari delapan kegiatan, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional memiliki lima
kegiatan prioritas bidang, dua kegiatan non prioritas, dan satu kegiatan inisiatif baru.
Kegiatan inisiatif baru termasuk alokasi kegiatan prioritas bidang. Lim kegiatan prioritas
bidang yang dimaksud antara lain:
1. Kegiatan Peningkatan Kualitas Promosi dan Kelembagaan Ekspor (oleh SES Diten PEN)
dengan jumlah anggaran 52 persen dari total pendanaan Direktorat Jenderal
Pengembangan Ekspor Nasional pada tahun 2015 dan menurun hingga 35-33 persen
hingga tahun 2019;
2. Kegiatan Pengembangan Promosi dan Citra (oleh Dit PPC) dengan jumlah anggaran 16
persen dari total pendanaan Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional pada
tahun 2015 dan meningkat drastis hingga 40 persen. Proporsi 40 persen tersebut
konstan hingga tahun 2019;
3. Kegiatan Pengembangan Produk Ekspor (oleh Dit PPE) senilai 3 persen total anggaran
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional sepanjang periode 2015-2019;
I - 83
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
4. Kegiatan Pengembangan SDM Bidang Ekspor (oleh BBPPEI) dengan 10 persen total
anggaran Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional pada tahun 2015 dan
menurun hingga 7 persen hingga tahun 2019. Peningkatan anggaran akan difokuskan
pada peningkatan coaching program sehingga dapat mencetak lebih banyak eksportir-
eksportir baru; serta
5. Kegiatan Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor (oleh Dit PPIE) dengan 2-3 persen
dari total anggaran Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional sepanjang
periode 2015-2019.
I - 84
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
LAMPIRAN
MATRIKS INDIKATOR PROGRAM, KEGIATAN, TARGET DAN INDIKATOR PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL
SATUAN UNIT ORGANISASI
PROGRAM/OUTCOME/INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
INDIKATOR PELAKSANA
1 PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL
"Mempertahankan pasar utama dan meningkatnya diversifikasi pasar ekspor melalui penetrasi pasar ekspor terutama ke pasar prospektif"
1 Peningkatan ekspor non migas di pasar ekspor persen 4,0-5,0 4,3-5,3 4,5-5,5 4,7-5,7 5,0-6,0 DIREKTORAT
utama JENDERAL
2 Peningkatan ekspor non migas di pasar ekspor persen 6,7-7,5 7,1-8,1 7,6-8,6 8,4-9,4 9,0-10, PENGEMBANGAN
prospektif EKSPOR NASIONAL
3 Peningkatan kontribusi ekspor produk manufaktur persen 44 47 51 57 65
I - 86
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 87
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 88
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
I - 89
RENCANA STRATEGIS 2015-2019