Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun
2015 – 2019 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Perkebunan Tahun 2015- 2019. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, maka Renstra Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan difokuskan pada peningkatan produk
perkebunan yang bernilai tambah, berdaya saing serta berkelanjutan berbasis sumber daya
lokal.
Renstra ini memberikan arah, dukungan dan memfasilitasi penyiapan perumusan kebijakan;
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen, pengolahan, pemasaran, standarisasi
mutu, pembinaan usaha, serta pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan. Program dan kegiatan dalam lima tahun ke depan Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan diwujudkan melalui program peningkatan nilai
tambah dan daya saing komoditi perkebunan.
2
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................ 6
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 6
1.2. Dasar Hukum Penyusunan ....................................................................................... 7
1.3. Kondisi Umum Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan ............................... 8
1.3.1. Indikator Makro ............................................................................................... 6
1.3.2. Indikator Mikro ................................................................................................ 8
1.4. Potensi dan Permasalahan ....................................................................................... 9
1.4.1 Potensi............................................................................................................ 9
1.4.2. Permasalahan ................................................................................................ 9
1.5. Peluang dan Tantangan ............................................................................................ 10
1.5.1. Peluang .......................................................................................................... 10
1.5.2. Tantangan ...................................................................................................... 10
5. .PENUTUP ......................................................................................................................... 22
3
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2010-2015 (dalam milyar rupiah) ................................................................. 8
Tabel 2. Indikator Kinerja Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan ............ 21
4
DAFTAR GAMBAR
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sub sektor perkebunan mempunyai peranan yang cukup penting secara langsung
maupun tidak langsung dalam pembangunan perekonomian nasional melalui ekspor
yang diciptakan. Berdasarkan data Pusdatin Kementerian Pertanian Tahun 2016, pada
tahun 2015 volume ekspor sub sector perkebunan mencapai 32.586.010 ton dengan
nilai 18,89 Milyar USD. Lebih dari 80 % produksi komoditi perkebunan berasal dari
perkebunan rakyat yang terdiri dengan kepemilikan lahan yang terbatas berbasis pada
usaha tradisional baik dari aspek budidaya, pascapanen, pengolahan dan
pemasarannya.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pekebun terutama perkebunan rakyat
adalah keterbatasan akses pada teknologi pascapanen, pengolahan, mutu hasil,
pengembangan usaha yang berkelanjutan serta pemasaran. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut dilakukan pembinaan usaha kepada pekebun utamanya
kelompok tani yang telah mulai mengelola usaha berbasis komoditas perkebunan
(benih dan hasil perkebunan). Pembinaan terhadap usaha perkebunan juga dilakukan
atas pengelolaan perkebunan, terutama pada perkebunan besar berupa monitoring
terhadap kinerja perusahaan perkebunan seperti: pembinaan terhadap pelaku usaha
untuk mentaati peraturan dan ketentuan yang berlaku baik pengelolaan kebun inti
maupun kebun plasma. Mengingat keterbatasan sumber daya alam khususnya lahan
dan semakin menguatnnya tuntutan masyarakat akan produk yang ramah lingkungan,
6
mempertimbangkan aspek sosial selain aspek ekonomi maka pengelolaan perkebunan
berkelanjutan menjadi prioritas pembangunan perkebunan di masa ke depan.
1.3.1.Indikator Makro
Produk Domestik Bruto Sub Sektor Perkebunan Tahun 2010-2015 terus
mengalami peningkatan. Tahun 2010 PDB Sub Sektor Perkebunan mencapai
258.207,3 Milyar rupiah dan pada tahun 2014 PDB Sub Sektor Perkebunan
mencapai 397.896,6 Milyar rupiah. Secara lebih detail PDB sub Sektor
perkebunan tertera dalam tabel 1 berikut:
7
Sumber : BPS
Ket :
Tahun Dasar 2010
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
*** Angka Sangat Sangat Sementara
Jumlah ekspor komoditi perkebunan ke negara Uni Eropa, ASEAN dan Amerika
Serikat diyakini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan PDB yang juga
berpengaruh terhadap treb positif volume dan nilai ekspor perkebunan serta neraca
perdagangan. Faktor lainny adalah peningkatan produksi produk perkebunan andalan
ekpsor seperti kelapa sawit, karet, kelapa, tebu, kakao, dan kopi. Volume ekspor
komoditi perkebunan tahun 2010 mencapai 21.405, 77 ribu Ton dengan nilai US$
24,73 milyar. Pada tahun 2014 volume ekpor komoditi perkebunan mencapai
29.130,01 ribu Ton, dengan nilai US$ 26,78 milyar.
1.3.2.Indikator Mikro
Sub Sektor Perkebunan selain memiliki kontribusi dalam penciptaan devisa juga
menyerap tenaga kerja. Berdasarkan sensus pertanian BPS Tahun 2013 disebutkan
bahwa jumlah rumah tangga yang melakukan kegiatan pengolahan pada sub sector
perkebunan berjumlah 12.770.090 keluarga. Dalam hal pengembangan perkebunan
kelapa sawit berkelanjutan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sampai
dengan tahun 2016 telah terdapat seratus delapan puluh empat (184) perusahaan
perkebunan kelapa sawit yang menerima sertifikat dengan luas areal 1,35 juta Ha dan
produksi 6,53 juta ton/tahun. Sampai dengan tahun 2015 terdapat 298 kelompok tani
yang telah difasilitasi penanganan pascapanen.
8
1.4.Potensi dan Permasalahan
1.4.1.Potensi
1)Tersedianya SDM yang berkompeten (penilai kebun, pengawas mutu,
pelayanan informasi pasar) dalam melaksanakan tugas-tugas dan kegiatan;
2)Tersedianya kelembagaan pendukung pascapanen, pengolahan, pemasaran
dan mutu pada tingkat Pusat, Provinsi,Kabupaten/kota, kelompok tani dan
gapoktan;
3)4)Tersedianya kelembagaan gabungan perusahaan perkebunan dan asosiasi
komoditi perkebunan;
4)5)Terjalinnya hubungan kerja dengan Pusat/Balai Penelitian/Perguruan Tinggi
terkait dengan Pascapanen, Pengolahan dan pembinaan usaha perkebunan.
5)6)Memiliki sumber daya alam yang melimpah, sumber hayati yang beraneka
ragam, serta iklim yang kondusif bagi perkembangan tumbuhan dan hewan
serta Negara kepulauan yang memiliki banyak ragam budaya dan cita rasa
produk perkebunan;
6)7)Indonesia merupakan eksportir beberapa produk perkebunan seperti minyak
kelapa sawit, kakao, kopi, teh, lada, karet dan lain-lain;
7)8)Tersedianya produk perkebunan yang memiliki ciri khas (specialty) dan
telah memiliki sertifikat Indikasi Geografis (IG)
8)9)Perkembangan teknologi pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan
yang cukup signifikan;
9)Peningkatan kebutuhan bio energi baik di dalam negeri maupun di pasar
Internasional;
10) Pertambahan penduduk dan daya beli masyarakat meningkat seiring
dengan peningkatan pendapatan per kapita;
11) Adanya peraturan perundang-undangan yang mendukung dihasilkannya
produk perkebunan yang bermutu;
12) Meningkatnya daya saing Indonesia dari peringkat 38 pada tahun 2013-
2014 menjadi 34 pada 2014-2015 (world economic forum/WEF 2014).
13) Meningkatnya tuntutan produk perkebunan yang berkelanjutan, ramah
lingkungan, dan ketertelusuran produk, mutu dan keamanan pangan;
1.4.2.Permasalahan
1)Penguasaan teknologi pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan yang
sesuai standar mutu belum optimal;
2)Kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha belum optimal;
3)Sarana dan kelembagaan pemasaran masih terbatas;
4)Keterbatasan akses pasar baik pasar domestik maupun internasional;
5)Fluktuasi harga komoditi perkebunan dan lemahnya informasi pasar baik
domestik maupun internasional;
6)Sertifikasi sistem jaminan mutu yang masih terkendala karena mahalnya biaya
sertifikasi,
7)Masih terbatasnya SDM di bidang mutu produk dan pembangunan
perkebunan berkelanjutan;
8)Belum optimalnya koordinasi, pembinaan dan pengawasan yang dilakukan
oleh penerbit izin;
9)Masih adanya disharmonisasi regulasi Kementerian/Lembaga terhadap
program nilai tambah dan daya saing produk;
10) Belum optimalnya koordinasi, pembinaan dan pengawasan dalam
pengeloaan usaha perkebunan.
9
1.5.Peluang dan Tantangan
1.5.1.Peluang
1)Pertambahan penduduk dan meningkatnya daya beli masyarakat seiring
dengan peningkatan pendapatan per kapita;
2)Perkembangan teknologi pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan;
3)Meningkatnya tuntutan pasar domestik dan internasional terhadap aneka
produk perkebunan yang bermutu, aman, berkelanjutan;
4) Meningkatnya permintaan pasar terhadap produk-produk perkebunan
fungsional (functional products), bio energi baik di pasar domestik maupun di
pasar Internasional;
5) Aneka produk perkebunan telah mendapatkan pengakuan di dunia
internasional;
6) Intensifnya program hilirisasi produk perkebunan;
7)Perkembangan teknologi informasi yang pesat;
1.5.2.Tantangan
1)Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN FTA dengan
mitra dialog (CHINA, KOREA, INDIA, JEPANG, AUSTRALIA-NEW
ZELAND), bilateral CEPA (JEPANG), berimplikasi pada semakin ketatnya
persaingan pasar aneka produk perkebunan, sehingga dituntut efisiensi
produksi dan produk bermutu;
2)Tata niaga dan distribusi produk perkebunan masih panjang;
3) Globalisasi perdagangan menuntut peningkatan kualitas SDM di bidang
pascapanen, pengolahan, mutu dan pemasaran;
4)Pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung keterbukaan informasi
publik (perizinan, harga, sertifikasi ISPO, monev dll);
5)Diplomasi dan negosiasi perdagangan internasional (bilateral, regional, dan
multilateral) memerlukan bahan posisi delegasi RI untuk memperjuangkan
akses pasar, promosi dan advokasi produk perkebunan;
6)Tindak lanjut Undang-undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan
(Peraturan Pemerintah dan Permentan);
7)Perlunya optimalisasi peran ATANI/KBRI untuk mendapatkan informasi
market intelegen, mencakup informasi di negara tempatnya bertugas serta
negara kompetitor produk perkebunan Indonesia ( produksi, ekspor, impor,
permintaan dan penawaran, harga produk);
10
II.ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN
TAHUN 2015-2019
2.1.Arah Kebijakan
2.1.1.Kebijakan Umum
2.1.2.Kebijakan Teknis
11
2.2.Strategi
Selain mengacu kepada strategi Direktorat Jenderal Perkebunan,
penetapan strategi Direktorat Pengolahann dan Pemasaran Hasil
Perkebunan juga mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal
yang sangat mempengaruhi kinerja organisasi lingkup Direktorat
Pengolahann dan Pemasaran Hasil Perkebunan.
12
III.PERENCANAAN STRATEGIS DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
PERKEBUNAN TAHUN 2015-2019
Bertitiktolak dari Visi Direktorat Jenderal Perkebunan tersebut maka Visi Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan adalah Profesional dalam
meningkatkan penanganan pascapanen, pengolahan, pemasaran, standarisasi
mutu dan bimbingan usaha serta perkebunan berkelanjutan.
13
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut di atas, maka Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perkebunan perlu melakukan hal-hal sebagai berikut :
a.Memfasilitasi peningkatkan ketersediaan dan penerapan teknologi pascapanen
dan pengolahan hasil perkebunan;
b.Memfasilitasi peningkatkan nilai tambah dan daya saing hasil tanaman
perkebunan;
c.Memfasilitasi peningkatkan akses pemasaran hasil perkebunan;
d.Memfasilitasi pengelolaan sumber daya alam secara arif dan berkelanjutan serta
mendorong pengembangan wilayah berwawasan lingkungan;
e.Memfasilitasi peningkatkan peran sub sektor perkebunan sebagai penyedia
lapangan kerja;
f.Memfasilitasi peningkatan kemampuan, kemandirian dan profesionalisme pelaku
usaha perkebunan;
g.Memfasilitasi peningkatan dan penumbuhan kemitraan dan hubungan sinergi
antar pelaku usaha perkebunan;
h.Meningkatkan pelayanan organsisasi yang berkualitas.
3.5.Struktur Organisasi
Struktur organisasi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
sebagai berikut:
14
Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perkebunan
15
IV.PROGRAM, KEGIATAN DAN KELUARAN (OUT PUT) DIREKTORAT PENGOLAHAN
DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN TAHUN 2015-2019
Sub Output :
-Terfasilitasinya ketersediaan sarana penanganan pascapanen komoditi
perkebunan;
-Terfasilitasinya penerapan teknologi pascapanen komoditi perkebunan;
-Tersusunnya pedoman penanganan pascapanen komoditi perkebunan;
-Terfasilitasinya kemampuan petani dan petugas dalam penanganan
pascapanen komoditi perkebunan;
-Terfasilitasinya ketersediaan data pascapanen komoditi perkebunan.
18
Sub Output :
-Terfasilitasinya ketersediaan sarana pendukung dan penanganan pengolahan
komoditas perkebunan;
-Terfasilitasinya penerapan teknologi pengolahan komoditi perkebunan;
-Tersusunnya pedoman penanganan pengolahan komoditiperkebunan;
-Terfasilitasinya kemampuan petani dan petugas dalam penanganan pengolahan
komoditi perkebunan;
-Terfasilitasinya penyediaan bahan baku bahan bakar nabati.
Sub Output:
Pengembangan pemasaran hasil perkebunan:
-Terfasilitasinya penyediaan informasi harga domestic dan internasional
beberapa komoditi perkebunan;
-Terfasilitasinya peningkatan keterampilan petugas informasi pasar dalam
penyediaan informasi harga komoditi perkebunan;
-Terfasilitasinya kelembagaan pasar, kemitraan usaha dan agrowisata;
-Terfasilitasinya penyusunan posisi delegasi Indonesia dalam perundingan luar
negeri;
-Terfasilitasinya penyampaian infomasi terkait hasil perundingan luar negeri
kepada para pemangku kepentingan;
-Terfasilitasinya promosi produk perkebunan strategis baik dalam maupun luar
negeri;
-Terfasilitasinya harmonisasi tari bea masuk dan bea keluar komoditi
perkebunan
-Terfasilitasinya pertemuan teknis pengembangan pemasaran hasil perkebunan
-Terfasilitasinya pertemuan teknis penanganan pemasaran.
Sub Output:
-Terfasilitasinya peningkatan keterampilan petani dan petugas dalam
penanganan mutu;
-Terfasilitasinya penyusunan pedoman dalam penanganan mutu;
-Terfasilitasinya pertemuan teknis penanganan mutu;
-Terfasilitasinya pengembangan standar dan regulasi bidang perkebunan;
19
-Terfasilitasinya pembinaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penilaian
usaha perkebunan;
-Terfasilitaisnya pemantauan dan evaluasi, bimbingan teknis terhadap usaha
perkebunan;
-Terfasilitasinya pembinaan pembangunan berkelanjutan untuk pengembangan
komoditi perkebunan seperti sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan
Indonesia (ISPO);
-Terfasilitasinya pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
pemenuhan kewajiban perusahaan perkebunan (kemitraan, pembangunan
kebun masyarakat, CSR, penyiapan peta izin usaha perkebunan dll);
-Terfasilitasinya penyiapan system database perizinan usaha perkebunan (satu
informasi perizinan);
-Terfasiltasinya pelaksanaan evaluasi terhadap pelaksanaan kemitraan pada
pola PIR.
Sub Output :
- Terlaksananya pelayanan administrasi pelaksasnanan anggaran
- Terlaksananya penyusunan laporan perkembangan pelaksanaan anggaran
- Terlaksananya pelayanan penyediaan sarana kerja yang berkualitas.
- Terlaksananya penyususnan laporan penggunaan sarana kerja yang berkualitas.
20
Tabel 2. Indikator Kinerja Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebuan
21
V.PENUTUP
Sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Perkebunan, maka visi, misi, tujuan dan sasaran
strategis dari Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan diarahkan untuk
mendukung tercapainya program dari Direktorat Jenderal Perkebunan dalam peningkatan
Penanganan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan.
Baik sasaran makro maupun mikro pembangunan perkebunan akan menjadi pedoman bagi
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menetapkan
sasaran pembangunan perkebunan di tingkat nasional dan regional yang disesuaikan dengan
potensi sumber daya serta karakteristik permasalahan yang dihadapi di lapangan.
Disadari bahwa untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut di atas tidaklah mudah, hanya
dengan kerja kerassaja, tanpa adanya kerjasama dan dukungan dari semua pihak
(stakeholders). Sasaran tersebut optimis dapat dicapai apabila para pemangka kepentingan
dapat bekerja sama untuk mengatasi berbagai masalah dan kendala yang menjadi faktor
penghambat utama serta memberikan dorongan yang diyakini akan menjadi faktor kunci
pengungkit keberhasilan.
-------------
22