Anda di halaman 1dari 6

RESUME KULIAH FILSAFAT

Etika Kedokteran Indonesia

Nama/NPM/Prodi : Fadhilah Rusmaputeri/2306312205/Odontologi Forensik


Narasumber : Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si., Sp.F(K)
Hari/Tanggal/Jam : Senin, 28 Agustus 2023/10.00-11.50

Perkembangan jaman pada saat ini telah memunculkan berbagai isu etik
yang mencakup etika umum dan etika profesi Kesehatan. Tenaga kesehatan tetap
harus berbuat kebaikan secara umum sebagai profesi luhur/mulia. Pemicu isu etik
tersebut berhubungan dengan isu (kelabilan) hukum sehingga menimbulkan opini
baru. Dengan kata lain hal tersebut menjadi pemicu etikolegal perkembangan ilmu
pengetahuan kedokteran dan kesehatan, kehendak sosial masyarakat dan dinamika
modal/aset ekonomi. Hal tersebut berhubungan dengan mitos keabadian tentang
hal-hal baik. Dokter sebagai salah satu profesi tertua dan matang serta jadi trend
setter bagi profesi lain dalam etika dan profesionalisme.

Jaminan agar dokter atau tenaga kesehatan lain harus ihsan (baik) antara lain
adalah agamis/personal value (imtak, ahlak baik sejati, fokus tunggal ke ridho dari
Tuhan YME). Jatidiri Tangguh sebagai panutan/role model/professional value
(tulus, ikhlas, sabar, mandiri penuh, tahu batas kemampuan diri menimbulkan

akuntabilitas ke pasien/klien. Personal dan profesional value yang koheren


membentuk kokohnya scientific, national dan international values.

Ciri-ciri tambahan profesi antara lain menentukan sendiri standar


Pendidikan, adult socialization experience, praktek profesi secara legal diatur
melalui perijinan, badan penilai lisensi beranggotakan kelompok sendiri. Sebagian
besar regulasi profesi disusun kelompok bersangkutan. Pekerjaan selain uang,
prestise dan wewenang, perlu integritas tinggi, pelaku relatif tidak dapat dikontrol
atau dinilai oleh orang awam. Norma-norma yang berlaku biasanya lebih keras
dibanding dengan pengaturan hukum. para anggota mempunyai identitas dan
ikatan sesama yang kukuh serta pekerjaan tersebut mengikat seumur hidup.

Dalam paradoks kesejawatan terdapat segitiga hirarki sosiologis yang


menggambarkan etika kesejawatan sebagai etika sosial yang secara analisis
radikal/sistematis harus selalu diingat. Demi masa, dibalik kesuksesan 1 dokter
(sub) spesialis senior di rumah sakit, sesungguhnya berdiri di atas “penderitaan”
juniornya. Pangkal pelanggaran etik dapat menjadi sumber kejahatan profesional.
Kondisi manusia yang tidak kritis/peka terhadap isu/masalah etis di era modern,
manusia mudah menjadi jahat tanpa menyadarinya.

Beberapa contoh pelanggaran etik antara lain kurang mendengarkan


pasien /komunikasi, menakut-nakuti pasien, surat keterangan sehat atau cuti tanpa
diperiksa, menarik bayaran tidak wajar, termasuk ke teman sejawat, informed
consent dan rekam medis tidak/kurang dilakukan, pelecehan seksual, dan lain-lain.
Aborsi tanpa indikasi medis dan tindakan medik yang bukan kewenangannya juga
termasuk dalam pelanggaran etik yang berat. Begitu pula dengan penggunaan gelar
yang bukan haknya.

Contoh dikotomi/splitting fee seperti membuat paket sectio caesario


kirimam dari bidan dengan biaya paket tertentu (minimal) Rp.X, Rumah Sakit
(Operator, Dokter Anastesi, Asisten, Alat2 yang dipakai, dll) menerima bayaran
langsung Rp.X dari bidan untuk perawatan satu hari pasca operatif. Sedangkan
Bidan tersebut umumnya sudah meminta biaya Rp. X + Y dari pasien. Rp. Y
tersebut kadang2 (jarang sekali) seluruhnya untuk sang bidan ; namun umumnya
Rp. Y tadi dibagi antara sang bidan dengan dokter operator saja. Keadaan ini sudah
menjadi rahasia umum yang sifatnya kolusi bidan-dokter operator, sementara RS
beserta personilnya (diluar operator) dirugikan. Ada pula beberapa klinik/tempat
praktek pribadi yang bertindak (tidak resmi) sebagai 'agen perujuk pasien ke rumah
sakit di luar negeri'. Mereka mengumpulkan pasien yang sebenarnya dapat dilayani
di RS setempat. Sejawat perujuk mendapat upah/komisi dari RS tujuan rujukan dan
ikut mengawal/mengantar pasien dgn biaya oleh pasien atau bagian dari komisi
tersebut.

Dokter dan pasien bisa mengalami pengaruh persepsi diri antara lain
identitas ideal baru, ketergantungan situs jarkngan terhubung, budaya celetukan
yang berpotensi jahat karena cenderung impulsif dan pendangkalan otentisitas
pribadi. Hal-hal tersebut menimbulkan penurunan daya kritis dan etis profesi
berupa arrogance, greed, abuse of power, misrepresentation, impairment, conflict
of interest, non-concientiousness. Beberapa hal yang menjadi faktor dokter
bermasalah antara lain adalah sakit, usia uzur, kelebihan beban kerja, disorganisasi,
materialistikm dan kriminal. Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, ada pula
yang dinamakan fraud medis. Beberapa hal yang termasuk dalam fraud medis
antara lain penipuan, penyesatan, penyembunyian fakta, manipulasi, pelanggaran
kepercayaan, akal-akalan, dan kejahatan tanpa kekerasan.

Teknologi yang mendorong revolusi industri ke-4 yang sedang berkembang


di masa sekarang tidak dapat dipungkiri dapat sangat membantu dalam berbagai
hal, termasuk dalam bidang kedokteran dan kesehatan. Teknologi yang sedang
berkembang pesat antara lain internet, artificial intelligence, autonomous robot,
big data, 3D printing, dan virtual reality. Namun selain dapat membantu segala
aspek kegiatan, di sisi lain kemajuan teknologi juga dapat memicu munculnya
kejahatan-kejahatan baru.

Terdapat 2 macam etika, yaitu etika deskriptif dan etika normatif. etika
deskriptif mempelajari perilaku moral sekelompok orang dari sudut pandang tradisi
tertentu, tidak ada judgement terhadap perilaku moral yang diyakini,
pembelajarannya bersumber dari tradisi, adat istiadat, agama, budaya. Contohnya
kebiasaan orang di kaki gunung Fuji membuang orang tua ke hutan karena sudah
tidak produktif lagi, untuk mengoptimalkan biaya hidup. Sedangkan etika normatif
menilai perilaku moral sekelompok orang dari sudut pandang rasionalitas moral
tertentu, mengklasifikasikan perilaku berdasarkan kesesuaian dengan martabat
manusia, dan memiliki Batasan penilaian yang sejalan atau bertentangan dengan
martabat manusia. Contoh dari etika normatif adalah menghapus kebiasaan
membuang orang tua, orang tua harus dihormati.

Peranan etika dan moral antara lain adalah sebagai alat penilaian, moral
adalah kompas. Justifikasi moral berupa perpaduan suara hati/hati nurani sesuai
ajaran agama dan pemikiran manusia dalam upaya mencari tindakan dengan nilai
terbaik dalam situasi tertentu. Nilai-nilai yang dimaksud adalah menunjukkan
human qualities/character, interaksi teori etika (deontology-teleologi), kaidah dasar
bioetika sebagai middle range principles, pengendali “necessity” terhadap segala
“feasibility”dari teknologi, bisnis dan kehendak masyarakat.

Prinsip-prinsip etika yaitu tanggungjawab dan peluang diskresi (kebijakan).


Dasar rasionalitas tanggungjawab (kewajiban) profesi pada kasus hipotetik (bukan
konkrit) pada tataran sikap-pola pikir dan virtue (keutamaan) dokter dan tidak
mempersoalkan hak. Peluang diskresi atas standar terhadap konteks konkrit kasus.
Prinsip tersebut dilakukan atas dasar aturan-aturan yaitu tindakan spesifik
deontologis karena berkonteks spesifik berdasar pasal-pasal KODEKI, “kaku”
karena untuk menjamin keluhuran profesi dan lebarnya diskresi prinsip
(spesifisitas), masih mentolerir diskresi melalui “penjelasan atas pasal” yaitu sisi
teleologis (keseimbangan secara prima facie suatu KDB) menggunakan kategori
hukum Islam.

Substansi etik tersirat keutamaan moral, prinsip moral (kaidah dasar


bioetika): beneficence, non maleficence, autonomy, justice. Karakter dokter
berdasarkan ketuhanan/”kenabian”, kemurnian niat, keluhuran budi, kerendahan
hati, kesungguhan kerja, integritas ilmiah dan sosial, kesejawatan/ kepemimpinan.
Kompetensi merupakan cara sah perolehan dan menjaganya (integritas personal &
profesional). Responsibilitas individu insan profesi terdiri dari cakupan, jenis,
bentuk pada pekerjaan dan di luar dinas. Akuntabilitas profesi (“budaya integritas”)
semata-mata berisi “kewajiban”. Tekad/kepedulian kemanusiaan mengatasi
penderitaan, kerentanan, ketimpangan pelayanan kesehatan sebagai pelayanan
publik.
Etika tidak bisa diajarkan, namun hanya bisa dicontohkan (model
behavioristik/panutan, hidden curriculum), jaminan kebaikan dan kebenaran suara
hati manusia utk selalu muncul dan menang sepanjang masa). Sejalan dengan
prinsip nilai-nilai yang terkandung dalam kepercayaan, tradisi, budaya.

Anda mungkin juga menyukai