Komposisi penduduk Indonesia menurut hasil Sensus Penduduk (2020), menunjukkan
bahwa sebagian besar penduduk indonesia dari Generasi Z/Gen Z (27,94%), yakni generasi yang lahir antara tahun 1997 sampai dengan 2012. Generasi Milenial yang digadang-gadang menjadi motor pergerakan masyarakat saat ini, jumlahnya berada sedikit di bawah Gen Z, yaitu sebanyak 25,87% dari total penduduk Indonesia. Ini artinya, keberadaan Gen Z memegang peranan penting dan memberikan pengaruh pada perkembangan Indonesia saat ini dan dimasa mendatang (Puslitjak, 03/09/2021). Sebagai generasi penerus setelah generasi millennial, Gen Z merupakan generasi muda yang tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi (penulis menyebutnya “Generasi Net”). Bahkan dalam prespektif lain Generasi Net tersebut dipandang sebagai generasi anti-sosial, sebab ia terlalu terpapar teknologi sehingga sulit berinteraksi dengan masyarakat secara langsung. Apabila dianalisis, bahwa kesadaran hukum (legal awareness) perlu dibangun sejak dini, tanpa menunggu terjadinya pelanggaran hukum, sehingga pendidikan kesadaran hukum terhadap Generasi Net sangatlah penting, agar genarasi penerus tidak terjerumus pada problematika hukum yang berkaitan dengan digital. Hukum hidup dalam kesadaran manusia, maka dapat dipahami bahwa manusia sudah sejak lama berkecimpung dalam hukum dengan pelbagai cara serta kegiatan. Ia mengabdikan diri dalam praktik, guna menyelesaikan Legal problem solving. Lebih lanjut, menurut Dzhangir Kerimov (2007) bahwa kesadaran hukum (legal awareness) berkaitan erat dengan legal culture dan tidak ada batasan yang membedakan antara kedua konsep tersebut. Sehingga budaya hukum meliputi pengetahuan hukum, pengakuan terhadap otoritas hukum dan kebutuhan untuk menghormatinya, serta penilaian kritis terhadap ketertiban hukum yang ada di masyarakat.
Pendidikan sadar hukum
Mengingat bahwa kejahatan dunia maya/Cyber crime semakin berkembang (seperti Peretasan, Hacking, Carding, Menyebarkan Konten Ilegal, Phishing, Defacing, dan Cyber Bullying). Bahkan Kombes Pol. Muhammad Nuh Al-Azhar dilansir pada Tempo.co,18/07/2020, menyebutkan bahwa “Sekali kita menggunakan internet maka status kita adalah calon korban, apabila tidak hati-hati maka akan jadi korban atau bahkan bisa menjadi pelaku kalau kita posting hal yang melanggar undang-undang di media sosial. Ini yang namanya public awareness. Dalam menangkal kejahatan siber, dua faktor penting adalah cyber security dan digital forensik”. Apabila dilihat dari konteks kesadaran masyarakat (public awareness), upaya penal harus dilengkapi dengan upaya non-penal atau upaya preventif yakni “pemupukan pengetahuan hukum” dan “pendidikan sadar hukum” bagi Generasi Net. Perkembangan doktrin kesadaran hukum apabila diselidiki secara luas dalam karya-karya Leon Petrażycki (2016), melalui prisma teori moralitas. Bahwa menurut Petrażycki, kesadaran hukum didasarkan pada sifat imperatif-atributif dari kesadaran seseorang akan kewajiban hukum untuk mematuhinya, pada suatu standar perilaku tertentu dengan daya motivasi tertentu. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran hukum seyogyanya dapat dibentuk melalui penerangan hukum dan penyuluhan pengetahuan hukum yang teratur sehingga terbentuk kesadaran hukum individu termasuk bagi Generasi Net, dengan daya pengetahuan dan motivasi tertentu yang dipupuk melalui pendidikan di sekolah maupun dalam lingkungan keluarga dan masyarakat luas.