Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR

Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

BAB 4
KONSEP PERENCANAAN PARIWISATA
4.1 PERENCANAAN TAPAK
Dalam proses perencanaan ruang, dikenal istilah perencanaan tapak (site planning)
dan rencana tapak (site plan atau site design). Perencanaan tapak menunjukkan proses
perencanaan yang di dalamnya mengandung prinsip-prinsip, metode dan rangkaian tahapan
perencanaan yang harus dilakukan. Sedangkan istilah rencana tapak adalah produk dari
seluruh proses perencanaan tapak.
Definisi tapak dalam proses perencanaan ruang adalah sebidang lahan/tanah yang
telah memiliki kejelasan status kepemilikan dan siap untuk direncanakan dan dikembangkan
menjafi berbagai fungsi kegiatan. Selanjutnya, perencanaan tapak dapat diartikan sebagai seni
fan ilmu mengolah struktur ruang dan membentuk ruang-ruang antara di atas sebuah lahan.
Secara praktis, perencanaan tapak mengatur penggunaan lahan terkait dengan bidang-bidang
yang mengisi sebuah lahan, yakni arsitektur (kavling dan bangunan, baik hunian maupun non
hunian), teknik (prasarana: jaringan jalan, drainase, air bersih, energi, dan limbah), arsitektur
lansekap (ruang terbuka hijau maupun non hijau), dan perencanaan kota (peraturan tata ruang
dan kebijakan membangun).
Perencanaan tapak tersebut mencakup perencanaan bangunan tunggal, perencanaan
sekelompok kecil rumah (houses cluster/planned unit development), perencanaan lingkungan
permukiman (neighborhood planning), struktur ruang lingkungan permukiman
(neighborhood structure), dan pengolahan ruang antar bangunan menjadi lebih berkualitas.
Hakikat perencanaan tapak pada akhirnya tidak hanya terkait pada masalah keahlian untuk
mewujudkan kualitas fisik (fungsional-estetik) dan lingkungan (ekologis) semata, melainkan
juga harus mampu mendorong terciptanya ruang untuk persemaian budaya lokal, kohesi
sosial dan keadilan ruang ekonomi bagi seluruh warga kota. Dalam istilah lain, perencanaan
tapak harus berlandaskan pada prinsip-prinsip pembangunan kota yang berkelanjutan
(sustainable urban development) dengan mengitegrasikan dinamika ekonomi, kelangsungan
ekologis dan keadilan ruang bagi seluruh warga.
Perencanaan tapak sebuah kawasan yang akan dibangun membutuhkan tahapan Site
Analysis (Analisis Tapak). Site Analysis mutlak dibutuhkan karena hasilnya akan menentukan
dalam merencanakan tapak. Langkah dalam Site Analysis meliputi pengumpulan data untuk

4-1
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

perencanaan awal, evaluasi tapak untuk kesesuaian dengan perencanaan atau kebutuhan dan
menilai karakter tapak agar tepat dalam penggunaannya.
Lokasi perencanaan yaitu Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea merupakan
salah satu program penting dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Konawe Utara
karena Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea masuk dalam simpul Kawasan Strategis
Pariwisata Kabupaten Konawe Utara yaitu WATALAPU (Wawolesea, Taipa, Laimeo dan
Pudonggala). Berdasarkan hasil analisa tapak, luasan area perencanaan kawasan ini yaitu 33
ha. Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea direncanakan pemanfaatan lahannya dibagi
menjadi gerbang entrance – side entrance; parkiran umum, parkiran pengelola; gerbang
pedestrian dan pos satpam; UPTD Dinas Pariwisata; UMKM; front office & caffe; sumber
mata air panas; kolam air panas umum; kolam air panas private; track mangrove; track
dermaga pengumpan; dermaga pengumpan; kolam air panas musiman; lanskap; toilet umum;
musholla, track batu.

4-2
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

Gambar 4.1 Peta Pemanfaatan Lahan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

Sumber: Hasil Analisis Tim Tahun 2023

4-3
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

Gerbang Entrance – Side Entrance

Gerbang Entrance sebagai pintu masuk


dan pintu keluar sekaligus identitas Kawasan
Permandian Air Panas Wawolesea. Arah
masuk – keluar ke tapak terletak di bagian
sudut dari arah Barat Laut ke Tenggara.
Gerbang entrance didesain dengan konsep

4-4
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

“Analogi Simbolik” yaitu konsep arsitektur


yang bentuk desainnya lahir dari peribaratan
bentukan lingkungannya dalam hal ini area
eksisting Wawolesea yang banyak bukit
sehingga bentukan desain siluet pagar ini
menyerupai gelombang bukit permandian air
panas tersebut.
Gerbang Entrance tersebut dilengkapi
dengan portal masuk drive thru untuk
kepentingan akses yang terbatas dan teratur
sehingga diharapkan area ini dapat menjadi
penyumbang peningkatan ekonomi daerah
Kabupaten Konawe Utara. Dibutuhkan area
seluas 60m2 untuk membangun gerbang ini.
Gerbang ini berkonstruksi yaitu Beton
bertulang, kayu, batu alam kaca serta
fininshing cat exterior.
Gambar 4.1 Desain Gerbang
Entrance – Side
Entrance

Parkiran Umum

Area parkiran umum kawasan


permandian Air Panas Wawolesea langsung
dijumpai setelah memasuki gerbang entrance.
Area parkir dibentuk memanfaatkan dan
memodifikasi bentuk lahan eksisting
sehingga luasnya 1,63 Ha, yang hingga tahun
2043 nanti mampu mewadahi 1.092 unit
kendaraan roda dua, dan 327 unit kendaraan
roda empat. Lokasi area parkir terfokus pada
satu tempat agar lebih mudah dalam

4-5
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

pengawasan keamanannya. Area parkir


terletak di bagian depan dari site perencanaan
sebagai bentuk settingan zonasi area publik
agar memudahkan mobilitas keluar masuk
kendaraan.
Area parkiran ini juga dilengkapi dengan
drainase selebar 60 cm. Material konstruksi
area parkiran umum ini terdiri dari area
softcape yaitu Rumput Gajah Mini dan
beberapa pohon rindang sedangkan untuk
Hardscape yaitu Grassblock dan Kanstein
finishing cat exterior. Untuk Satuan Ruang
Parkir (SRP) parkiran ini menggunakan
ukuran standar yaitu untuk mobil 3m x 5m
dengan lebar jalur 1 arah selebar 3.5 m dan
motor 2m x 1m dengan lebar jalur 2 m.

Gambar 4.2 Desain Parkiran Umum

Parkiran Pengelola

Parkiran pengelola didesain terpisah dengan parkiran umum. Parkiran ini


dikhususkan untuk pengelola destinasi wisata. Hal ini dimaksudkan agar
memudahkan mobilitas pengelola agar tidak berdesak-desakan dengan kendaraan
wisatawan yang datang berkunjung ke daerah tujuan wisata, dan membuat
penggunaan tempat parkir lebih efektif. Parkiran pengelola didesain lebih kecil dari
parkiran umum yaitu dengan luas 1.264 m2 dengan jumlah rincian kendaraan yaitu 17
unit mobil dan 60 unit motor. Material konstruksi area parkiran pengelola terdiri dari
area softcape yaitu Rumput Gajah Mini dan beberapa pohon rindang sedangkan untuk
Hardscape yaitu Grassblock dan Kanstein finishing cat exterior juga dilengkapi
dengan drainase selebar 60cm sebagai bentuk pengelolaan air hujan. Untuk Satuan
Ruang Parkir (SRP) parkiran ini menggunakan ukuran standar yaitu untuk mobil 3m x

4-6
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

5m dengan model 600 dengan lebar jalur 1 arah selebar 3.5 m dan motor 2m x 1m
dengan model 900dengan lebar jalur 2 m.

Gambar 4.3 Desain Parkiran Pengelola

Gerbang Pedestrian
Gerbang pedestrian kawasan permandian Air Panas Wawolesea dijumpai
setelah memasuki area parkiran umum. Gerbang pedestrian direncanakan dibangun
dengan konstruksi berupa Beton bertulang, bata merah, keramik serta bitumen sebagai
penutup atap dan finishing cat dinding eksterior dengan luasan yaitu 36 m 2 dengan
ketinggian hingga atap mencapai 8 m. Gerbang pedestrian ini merupakan penegasan
bahwa area ini adalah area masuk pejalan kaki ke fasilitas utama yaitu permandian
kolam air panas umum dan permandian kolam air panas privat selain itu juga
penggambaran nuansa survive dalam menikmati sepanjang perjalanan menuju
permandian air panas yang diwujudkan dalam bentuk konsep “Simplicity” pada ide
desain bentukan pagar yang sederhana sebagai penegasan dan pengingat awal
pengunjung dalam menikmati momen perjalanan di Kawasan Permandian Air Panas
ini.

4-7
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

Gambar 4.4 Desain Gerbang Pedesetrian

UMKM

Penyediaan UMKM diposisikan di


tengah tapak (zonasi semi publik) agar secara
lokasi, bisa mewadahi secara bersamaan
kegiatan di area publik dengan kegiatan di
area privat. UMKM dalam desain ini
berjumlah 25 unit, dengan membutuhkan
luasan area 1.549 m2. Hal ini tidak kurang dari
analisa kebutuhan warung/UMKM pada
kawasan hingga tahun 2043 yaitu 7 unit
UMKM.
UMKM ini didesain dengan konsep
“Ketidakaturan dalam Keteraturan Alam”
konsep ini berfilosofikan banyaknya
perbedaan dalam antar individu akan tetapi
itulah yang membuatnya indah dan beragam.
Konsep ini diterapkan pada desain ini yang
dapat menampung semua perbedaan itu dalam
suatu keteraturan intervensi desain arsitektur

4-8
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

pada kawasan permandian air panas


Wawolesea ini. Desain UMKM ini terbagi
menjadi 2 penyajian area makan, di satu sisi
area makan yang berada di depan penjual
langsung dan area berbeda lainnya berada di
bawah kanopi estetik yang memperkaya
desain dalam hal fungsionalisasi dan
beautifikasi desain.

Gambar 4.5 Desain UMKM

Front Office – Cafe - Gazebo

Bangunan Front Office menjadi garda


terdepan dalam memberikan pelayanan
kepada wisatawan. Hal itu disebabkan karena
wisatawan yang datang berkunjung, yang
memberikan kesan pertama dalam hal kualitas
pelayanan adalah front office. Front office
merupakan tempat pelayanan retribusi
sebelum memasuki permandian air panas
privat. Front office didesain bergandengan
bersama dengan cafe sebagai upaya dalam
memudahkan peraihan keuntungan
pendapatan dalam kawasan tersebut.
4-9
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

Kedekatan area tersebut bersama juga dengan


area UMKM dan gazebo disetting dalam satu
zonasi sehingga dapat memaksimalkan
kegiatan jual-beli. Konsep café didesain
berdasarkan prinsip “Nature In The Space”
yaitu memasukkan unsur vegetasi dalam area
ruang sehingga kedekatan antar alam dengan
manusianya terasa lekat. Hal ini menjadi
perhatian dalam mendesain amenitas ini.
Penyediaan Gazebo yaitu sejumlah 15 unit hal
ini memenuhi persyaratan hasil analisa sampai
dengan tahun 2043 harus tersedia gazebo
sebanyak 15 unit.
Gambar 4.6 Desain Front Office – Café -
Gazebo

Sumber Mata Air Panas

Dalam site perencanaan, terdapat


eksisting sumber mata air panas . Bak sumber
mata air panas ini didesain seluas 300 m 2
dengan konstruksi bangunan berupa beton
bertulang, tegel keramik dan bata merah serta
batu alam. Penggunaan paradigma yang
mengedepankan “fungsionalitas” menjadi ide
desain dalam pemanfaatan dan perluasan bak
sumber mata air panas sehingga dapat
mengalirkan air panas yang lebih banyak ke
sisi kolam air panas umum dan kolam air
panas privat. Bak sumber mata air panas ini
sengaja dibuat tinggi agar pengunjung tidak
bisa dengan leluasa masuk ke dalam karena
4 - 10
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

ini merupakan sumber mata air panas yang


harus dijaga kebersihannya. Selain itu bak ini
mendapat juga pengawasan dari pengelola
Kawasan Permandian Mata Air Panas
Wawolesea.

Gambar 4.7 Desain Sumber Mata Air Panas

Kolam Air Panas Umum

Kolam air panas umum di Kawasan


Permandian Air Panas Wawolesea dirancang
dengan luasan 3.800 m2 dengan daya
tampungan yaitu sebanyak 200-300 orang.
Konstruksi bangunan kolam ini yaitu beton
bertulang, tegel keramik dan bata merah.
Konsep desain kolam ini membawa
paradigma umum dan normatif terkait alam
yaitu alam yang asri, disintesiskan dengan
nuansa “kemegahan” menjadi titik temu
dalam perwujudan ide atraksi bentukan desain
agar terciptanya suasana nyaman aktivitas
rendaman air panas secara kolektif.
Kolam air panas umum ini didesain juga
bangunan besar tinggi sebagai background
4 - 11
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

kemegahan kolam air panas umum ini yang


dilengkapi dengan tulisan permandian air
panas wawolesea sehingga secara tidak
langsung background ini menjadi lokasi
photobooth dari kawasan ini karena area ini
menjadi area yang “eyecatching” dan ikonik
di Kawasan Permandian Air Panas
Wawolesea. Diharapkan sensasi dari kawasan
ini menjadi magnet bagi pengunjung agar ke
depannya tertarik untuk kembali lagi ke
permandian ini.
Gambar 4.8 Desain Kolam Air Panas Umum

Kolam Air Panas Private

Selain kolam air panas umum, di


Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
terdapat kolam air panas private. Kolam ini

4 - 12
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

didesain dengan luasan per bangunan yaitu


200m2 sebanyak 10 unit dengan luasan
keseluruhan yaitu 2000m2. Untuk konstruksi
bangunannya yaitu beton bertulang dan batu
alam. Privatisasi rendaman air panas dan
prinsip dalam konsep Biophilic Architecture
yaitu “Nature Off The Space” menjadi acuan
dalam melahirkan konsep “selimut air panas”
menjadi ide bentuk dasar dan tampilan dalam
ekspresi bentuk bangunan yang diwujudkan
pada kolam air panas ini sehingga diharapkan
terciptanya suasana nyaman dalam aktivitas
rendaman air panas secara privat juga
kelompok. Kolam yang bertrap diharapkan
dapat memperkaya pengalaman berendam
yang didapat pengguna bangunan.
Gambar 4.9 Desain Kolam Air Panas Private

Track Mangrove
Selain track batu, dalam site perencanaan juga terdapat track mangrove. Track
mangrove ini didesain dengan material konstruksi paduan beton bertulang dan balok kayu
serta papan kelas 1 dengan pijakan selebar 160 cm yang dapat menampung pengunjung 2-3
orang jalan secara bersamaan. Patron paradigma “Back to Nature” sebagai konsep yang
diusung dalam menikmati perjalanan selama di dalam kawasan ini, desain track mangrove ini
dibuat tidak masif tertutup sehingga dapat menikmati pohon mangrove dengan view yang
maksimal dengan penggunaan kayu simbol keeratan dengan alam sekitar bagi pengunjung
yang datang dari dermaga pengumpan maupun dari gerbang batas wilayah. Track Mangrove
ini juga harus mendapat perlakuan renovasi dikarenakan kondisi eksisting yang sudah tidak
memungkinkan untuk digunakan terlebih lagi penggunaan dalam jangka waktu hingga 2043.

4 - 13
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

Gambar 4.10 Desain Track Mangrove

Track Dermaga Pengumpan

Track Dermaga Pengumpan ini didesain


dengan material konstruksi bangunan sama
dengan track batu yaitu batu atau kayu
sebagai pijakan selebar 250 cm. Track ini juga
dilengkapi dengan drainase disepanjang sisi
jalur agar arah aliran air hujan dan limpasan
belerang lebih terarah.

Gambar 4.11 Desain Track Dermaga Pengumpan

4 - 14
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

UPTD Dinas Pariwisata


UPTD Dinas Pariwisata di Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea berjumlah 1
unit dengan luasan terbangun 250 m2. Material untuk konstruksi bangunannya yaitu beton
bertulang, kaca, keramik penutup atap serta bata merah finishing cat exterior, dengan struktur
bangunan yaitu rigid frame (hubungan kolom-balok monolit yang melahirkan struktur kaku
dan kokoh). Anatomi olahan ruang menggunakan paradigma konsep “Open Space” sebagai
acuan dalam mengolah aktivitas di dalam kantor pariwisata ini sehingga bisa selaras antara
konteks pariwisata dan manusia “pengatur” di dalam kawasannya.

Gambar 4.12 Desain Bangunan UPTD Dinas Pariwisata

Dermaga Pengumpan

Dermaga pengumpan merupakan


pengumpan bagi pelabuhan utama dan
pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat
asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta
angkutan penyeberangan dengan jangkauan
pelayanan antar kabupaten. Tujuan dari
adanya dermaga pengumpan ini adalah
sebagai titik transit penghubung jalur laut
antar titik simpul Kawasan Strategis
Pariwisata WATALAPU (Wawolesea, Taipa,
Laimeo, Pudonggala). Dermaga penumpang
didesain dengan memperhatikan
maksimalisasi fungsionalitas dermaga dalam
menerima manusianya dalam hal ini

4 - 15
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

kenyamanan ramp atau tanjakan saat kapal


sandar di dermaga ini dan kapalnya saat
bersandar mesti terdapat titik untuk dapat
kapal bersimpul menggunakan tali pengikat
diseberang dermaga.
Dermaga ini didesain dengan konstruksi
paduan beton bertulang dan olahan balok kayu
kelas 1 serta olahan papan kayu kelas 1.
Dermaga ini dirancang menerus dari track
mangrove agar pengunjung dapat menikmati
kenyamanan dari keindahan view lewat tone
warna dan tekstur dari track mangrove ini saat
dilintasi.
Gambar 4.13Desain Dermaga Pengumpan

Kolam Air Panas Musiman

Selain kolam air panas umum dan


private, dalam site perencanaan juga terdapat
kolam air panas musiman. Kolam ini sifatnya
periodik yang airnya sewaktu-waktu bisa
muncul terutama pada saat memasuki musim
penghujan. Jadi kolam musiman ini bukan
hanya murni limpasan belerang yang tidak
diwadahi dengan baik menggunakan drainase
akan tetapi juga ada campuran air hujan disitu.
Sebagai kekayaan alamiah alam permandian
ini tidak diubah total hanya saja mendapat
perlakuan desain berupa drainase agar
pengaliran limpasan belerang lebih terarah.

4 - 16
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

Gambar 4.14 Desain Kolam Air Panas Musiman

Toilet Umum

Toilet adalah salah satu bagian penting dari kemajuan pariwisata. Di dalam site
perencanaan, toilet umum dibangun sebanyak 18 pintu (9 toilet pria dan 9 toilet wanita) hal
ini mencakupi kapasitas toilet dalam analisa sampai dengan tahun 2043 yaitu 18 pintu toilet.
Struktur bangunan toilet umum yaitu rigid frame. Toilet umum ini didesain dengan luasan
terbangun yaitu 447 m2 dengan luasan per toilet yaitu 49.6 m 2. Material bangunannya yaitu
beton bertulang, besi, kayu dan bitumen sebagai penutup atap. Konsep bentukan desain toilet
umum ini dibuat tidak seperti biasanya melainkan dibeautifikasi sehingga toilet umum pada
kawasan permandian air panas ini diharapkan dapat menggeser paradigma toilet umum yang
tidak terawat, kotor dan bau, sehingga indah di mata pengamat bangunan. Penempatan toilet
ini pun dibuat berderet di area zonasi semi publik sehingga dapat menjangkau area privat dan
area publik sekaligus. Toilet diletakkan di sepanjang khususnya perempatan sisi track batu
sehingga secara axis aksessibilitas mudah untuk dijangkau secara pengamatan dan

4 - 17
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

penggunaan. Toilet ini juga sengaja dirancang agar berbentuk panggung sebagai upaya dalam
penyelerasan terhadap alam agar tidak merusak kontur kekayaan alamiah eksisting kawasan
ini.

Gambar 4.15 Desain Toilet Umum

Musholla

Musholla merupakan fasilitas umum


yang harus dapat disediakan bersamaan
dengan terpenuhinya kebutuhan fasilitas
umum yaitu musholla sampai pada tahun 2043
sesuai analisa yaitu 1 unit musholla yang
tentunya digunakan sebagai fasilitas ibadah.
Bangunan ini posisinya berada di bagian
depan, hal ini dimaksudkan agar wisatawan
yang berada di luar kawasan permandian tetap
bisa menggunakan fasilitas tanpa harus
memasuki area permandian. Musholla yang

4 - 18
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

akan dibangun yaitu sebanyak 1 unit dengan


luasan minimal 120 m2 dan konstruksi berupa
beton bertulang, pondasi memanjang, dinding
bata finishing cat eksterior yang dilengkapi
dengan kubah sebagai simbolisasi umum
musholla. Musholla ini didesain dengan
konsep nuansa islamic yang kental dengan
bentukan ornamen berpattern islamic umum
musholla dan area 3 pintu area masuk masjid
memudahkan sirkulasi yang lebih lega
sehingga dapat menggambarkan semangat
umat muslim dalam melakukan ibadah.

Gambar 4.16 Desain Musholla

Track Batu

Track batu di Kawasan Permandian ini didesain dengan lebar 250 cm dan
jarak antar pijakan yaitu 120 cm dikarenakan alur settingan pijakan yang lebih
bervariasi agar lebih kaya dalam pengalaman perjalanan ke dalam. Track batu dengan
material konstruksi bangunan berupa kayu/batu sebagai pijakan. Pengolahan “Back to
Nature” sebagai konsep yang diusung dalam menikmati perjalanan selama di dalam
permandian air panas, bukan hanya tentang meminimalisir perubahan fisik alamnya
melainkan menghadirkan suasana alam membersamai manusianya lewat tatanan
vegetasi pengarah di setiap perjalanan pengunjung. Sepanjang Track batu dilengkapi
drainase dengan lebar 60 cm sebagai pengaliran air hujan dan juga pengaliran
limpasan secara teratur oleh eksisting belerang. Material Track batu ini batu alam
ataupun kayu olahan kelas 1.

4 - 19
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

Gambar 4.17 Desain Track Batu

Cottage

DELIENASI KAWASAN
= AIR PANAS WAWOLESEA

HAK PAKAI
= PEMERINTAH
KAB. KONAWE UTARA
=
AREA COTTAGE

4 - 20
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

Gambar 4.18 Gambar Delienasi Kawasan Air Panas Wawolesea

Cottage atau pondok wisata ini dapat menjadi salah satu amenitas pariwisata bagi
Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea. Cottage ini berada di luar lahan kawasan
tersebut, dimana area tersebut merupakan area lahan hak pakai warga atau di luar dari status
lahan milik pemerintah. Cottage ini tidak dimasukkan dalam pemanfaatan lahan kawasan
permandian air panas dikarenakan area tersebut merupakan area dengan analisa kualitatif
yang memiliki hawa panas sehingga untuk meletakkan Cottage di area tersebut tidak sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan. Cottage ini memiliki masing-masing area parkirannya
dan cottage ini disewakan.

Gambar 4.19
Desain

Cottage
4.2

KONSEP PENGEMBANGAN PARIWISATA


Kabupaten Konawe Utara merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi
sumber daya alam yang melimpah. Kondisi geografis dan karakteristik wilayahnya yang
masih alami dan budaya masyarakatnya yang masih berorientasi pada kearifan lokal
menjadikan Kabupaten Konawe Utara memiliki potensi daya tarik wisata yang jika berhasil
dikembangkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjadi sumber pendapatan bagi
daerah maupun negara.
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pembangunan
kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan

4 - 21
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal,


nasional dan global. Adapun tujuan dari pembangunan kepariwisataan adalah untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi; meningkatkan kesejahteraan masyarakat; menghapus
kemiskinan; mengatasi pengangguran; melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
melestarikan dan memajukan keudayaan; mengangkat citra bangsa; memupuk rasa cinta
tanah air; memperkokoh jati diri dan kesatuan bangsa; dan mempererat persahabatan antar
bangsa.
Tren pariwisata saat ini mengalami perubahan dimana pariwisata cenderung mengarah
pada konsep kembali ke alam atau back to nature. Hal ini sejalan dengan perkembangan
konsep pariwisata berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan seperti yang disebutkan secara
ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial (termasuk budaya)
terhadap masyarakat.
Tren back to nature sedang merajai dunia pariwisata dimana para wisatawan lebih
memilih untuk berlibur ke kawasan alam yang dinilai memiliki keunikan dan dapat
menambah keilmuan tentang alam serta kebudayaan yang ada di dalamnya. Kegiatan tersebut
dikenal dengan istilah ekowisata yang menjadi bagian dari wisata minat khusus.
Salah satu destinasi pariwisata yang ada di Kabupaten Konawe Utara tepatnya di Desa
Wawolesea yaitu Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea. Dalam pengembangannya
diterapkan tema “Back to Nature”. Arsitektur “Back to Nature” menampilkan sebuah
bangunan yang tanggap akan lingkungan serta hubungan antar ruang dalam dan ruang luar
yang merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga memberikan kesan yang
menyatu dengan alam. Prinsip-prinsip tema arsitektur “Back to Nature” yang harus
diperhatikan dalam penerapan tema pada Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea di
Kabupaten Konawe Utara ini, menurut Frank Lloyd Wright, antara lain: the earth
line/horisontalisme; destruction of a box; continuity space: simplicity; interior space come
through; integral ornamen; from structure comes form and style; dan light. Dari prinsip-
prinsip arsitektur “Back to Nature” menurut Frank Lloyd Wright, kesimpulan yang dapat
diambil pada perancangan Kawasan Wisata Permandian Air Panas Wawolesea ini adalah:
 Bangunan di bangun dengan tidak melakukan perubahan pada sitenya, site dibiarkan apa
adanya sehingga tidak merusak alam.
 Material bangunan menggunakan bahan-bahan dari alam, sehingga membuat bangunan
terkesan menyatu dengan alam
 Menyerasikan bangunan dengan alam

4 - 22
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

 Ruang luar dan ruang dalam yang sangat berhubungan, dimana ruang-ruang tersebut bisa
sama dengan fungsi yang berbeda.

4.2.1 Konsep Pengembangan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea sebagai


Wisata Unggulan
Di dalam kepariwisataan, faktor manfaat dan kepuasaan wisatawan berkaitan dengan
tourism resourch dan tourist service. Objek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang
ada di daerah tujuan wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri yang mampu mengajak
wisatawan berkunjung. Beberapa hal yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke
daerah tujuan wisata, antara lain adalah:
1) Natural Amenities adalah benda-benda yang sudah tersedia dan sudah ada di alam.
Contohnya: iklim, bentuk tanah, pemandangan alam, flora dan fauna, dan lain-lain.
2) Man Made Supply adalah hasil karya manusia, seperti benda-benda bersejarah,
kebudayaan, dan religi.
3) Way of Life adalah tata cara hidup tradisional, kebiasaan hidup, adatistiadat.
4) Culture adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di daerah objek
wisata.
Oleh karena itu diperlukan adanya sarana dan prasarana pariwisata yang terdiri dari
beberapa komponen, sebagai berikut:
1) Tangible Product (Produk yang Nyata), terdiri dari:
a) Prasarana wisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana
kepariwisataan dapat hidup dan berkembang, serta dapat memberikan pelayanan
kepada wisatawan untuk dapat memenuhi kebutuhan selama dalam perjalanan.
Misalnya, jaringan jalan, sarana pelabuhan (udara, laut, darat), telekomunikasi,
jaringan listrik, air bersih, rumah sakit, dan lain sebagainya.
b) Sarana produk kepariwisataan yaitu semua bentuk perusahaan yang dapat
memberikan pelayanan kepada wisatawan. Misalnya:
 Di bidang usaha jasa pariwisata, seperti : biro perjalanan wisata, agen perjalanan
wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pamertan, konsultan
pariwisata dan informasi pariwisata.
 Di bidang usaha sarana pariwisata, yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan,
angkutan wisata, dan sebagainya.
2) Intangible Product (Produk yang Tidak Nyata). Pelayanan yang dimaksud dalam hal ini
adalah sumber daya manusia yang bergelut dalam industri pariwisata, dan pengetahuan

4 - 23
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

teknik tentang pelayanan terhadap wisatawan, serta sapta pesona yang terdiri dari 7K
(Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, Kesejukan, Keramah-tamahan,
Kenangan) yang kesemuanya dilaksanakan secara menyeluruh.
Suatu objek wisata dapat dikatakan layak untuk dapat dikembangkan apabila telah
memiliki syarat-syarat sebagai berikut.
1) Attraction adalah segala sesuatu yang menjadi ciri khas atau keunikan dan menjadi
daya tarik wisatawan agar mau datang berkunjung ke tempat wisata tersebut. Atraksi
wisata terdiri dari dua, yaitu :
 Site Attraction yaitu daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata semenjak objek itu
ada.
 Event Attraction yaitu daya tarik yang dimiliki oleh suatu objek wisata setelah dibuat
manusia.
2) Accessibility yaitu kemudahan cara untuk mencapai tempat wisata tersebut.
3) Amenity yaitu fasilitas yang tersedia di daerah objek wisata, seperti akomodasi dan
restoran.
4) Institution yaitu lembaga atau organisasi yang mengolah objek wisata tersebut.
Program pengembangan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea dirumuskan
sebagai berikut:
1) Pengembangan prasarana dasar dan fasilitas pelayanan untuk wisatawan
2) Pengembangan sarana pendukung kegiatan wisata, meliputi:
 Pengembangan kualitas rumah makan di objek wisata dan sekitarnya
 Pengembangan pusat informasi wisata
 Pengembangan penginapan
3) Mengembangkan sektor terkait dengan kegiatan pariwisata, meliputi:
 Mengembangkan UMKM di bidang industri kreatif seperti kerajinan tangan yang
menggambarkan ciri khas daerah yang juga sesuai dengan pangsa pasar
 Mengembangkan jasa pelayanan pariwisata seperti agen perjalanan wisata dan
sejenisnya.
Pengembangan kegiatan wisata di Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea mutlak
diperlukan apalagi kawasan ini merupakan kawasan wisata alam. Pengembangan wisata
tersebut mengandalkan pada potensi objek wisata alam, baik di daratan maupun pesisir dan
kelautan. Potensi wisata Kawasan permandian Air Panas Wawolesea berada pada mata air
panas yang tidak berhenti mengeluarkan air panas dari perut bumi.
Adapun arahan pengembangan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea berupa:

4 - 24
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

1) Penataan ruang kawasan.


2) Pengembangan sarana dan prasarana penunjang wisata.
3) Pengembangan atraksi wisata/rekreasi yang telah ada maupun yang belum
dikembangkan.
4) Menjaga dan menghindari kerusakan lingkungan akibat pengembangan wisata
5) Pengembangan pariwisata diarahkan bagi wisatawan lokal dan mancanegara.

4.2.2 Konsep dan Strategi Pengembangan Pengelolaan Kelembagaan


Pengembangan pariwisata memerlukan dukungan semua pihak baik pemerintah,
swasta, lembaga yang terkait seperti perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya, maupun
perguruan tinggi serta masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam
mendukung berkembangnya sektor kepariwisataan dalam bentuk kemudahan perijinan dan
lain-lain. Intervensi pemerintah terbatas kepada pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha
yang saling mematikan. Untuk itu kerjasama baik antara pengusaha objek pariwisata
maupun antara objek pariwisata dengan lembaga pendukung (perjalanan wisata, perhotelan
dan lainnya) sangat penting.
1. Pengembangan Pengelolaan Kelembagaan
Tujuan pengaturan dan kelembagaan pariwisata di Kawasan Permandian Air Panas
Wawolesea adalah meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat, perluasan
kesempatan kerja dan terwujudnya kemudahan berwisata, sedangkan sasaran pengaturan
kelembagaan pariwisata di Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea adalah
terwujudnya iklim yang kondusif dan kemudahan investasi dalam bidang usaha
kepariwisataan melalui perkembangan dan peningkatan para pengusaha yang
berinvestasi dalam bidang usaha kepariwisataan dengan tetap mendorong keikutsertaan
lembaga-lembaga ekonomi rakyat.

2. Strategi Pengembangan Pengelolaan Kelembagaan


Strategi pengembangan pengelolaan kelembagaan meliputi:
 Pengembangan lembaga pendidikan pariwisata sebagai penghasil sumber daya
manusia pariwisata yang kompeten, berkualitas sesuai dengan tuntutas pasar.
 Peningkatan koordinasi antar lembaga pariwisata ataupun non pariwisata dengan
pihak kedua (swasta dan masyarakat) dalam pengembangan pariwisata di Kawasan
Permandian Air Panas Wawolesea.

4 - 25
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

1) Lingkup pedoman kelembagaan adalah suatu ketentuan berupa sistem


pengelolaan yang menjembatani berbagai kepentingan antara instansi terkait
atau disebut protokol.
2) Protokol diarahkan kepada pengaturan hubungan antara pemangku kepentingan
dan antartingkat pemerintahan baik di pusat maupun daerah.
3) Sesuai dengan kondisi daerah dan jenis wisata yang dikembangkan, pihak-
pihak pemangku kepentingan dan terkait baik langsung maupun tidak langsung
dengan pengembang kawasan wisata.
Swasta dalam pengembangan wisata (Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruang
Tnggi, dunia usaha dan masyarakat) diharapkan mempunyai peran yang sangat besar dalam
pengembangan kepariwisataan. Keterlibatan dunia usaha dan masyarakat setempat sesuai
dengan prinsip kepariwisataan, sangat penting dan mutlak diperlukan. Dengan masyarakat
setempat tidak hanya menjadi objek pariwisata tetapi sekaligus menjadi subjek (tuan rumah)
pariwisata. Kegiatan ini harus mengakomodasi dan terintegrasi dengan budaya lokal serta
harus memberikan manfaat ekonomi dalam kehidupan masyarakat sekitar. Oleh karena itu
perlu diupayakan peningkatan keterampilan melalui pendidikan latihan agar kesempatan
dan kemampuan masyarakat dapat memberikan peran yang lebih besar dalam kegiatan
pariwisata.
Kerjasama dan koordinasi antar pemangku kepentingan dalam pengusahaan
kepariwisataan sangat penting dan menjadi faktor kunci keberhasilan dalam pengembangan
kepariwisataan. kerjasama dan koordinasi antar berbagai stakeholder dapat bervariasi, mulai
dari informasi sampai dengan bentuk kerjasama yang legal dan formal. Sedangkan eral
kerjasama juga sangat luas meliputi semua proses pengembangan wisata, mulai dari
perencanaan seperti penetapan lokasi kawasan, pelaksanaan kegiatan termasuk operasional
sampai kepada pemantauan kegiatan agar dapat dicapai sasaran secara berkelanjutan dengan
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat setempat khususnya.

4.2.3 Konsep dan Strategi Pengembangan Pasar dan Promosi


Kegiatan promosi dan informasi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan
pariwisata. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti
melalui selebaran, buku panduan, pameran, cinderamata, media massa (dalam bentuk iklan
atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat publik (hotel, restoran,

4 - 26
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini Kerjasama antara pengelola objek wisata dengan
Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat berperan.
1. Pengembangan Pasar dan Promosi
Pemasaran pariwisata dikatakan berhasil apabila dapat menjual potensi setempat
serta memuaskan selera wisatawan. Oleh karena itu, pemasaran pariwisata sebagai suatu
upaya pengembangan kepariwisataan harus:
 Realistis, maksudnya bahwa tujuan-tujuan itu harus ambisius tetapi mampu
dicapai dengan sumber-sumber tenaga manusia, bahan-bahan, sumber-sumber
teknis dan keuangan yang tersedia dan mungkin tersedia.
 Cakupan Luas, dalam arti bahwa tujuan itu harus meliputi semua keinginan
organisasi atau perusahaan yang akan dicapai melalui pemasaran sebagai kebijakan
manajemennya
 Luwes, dalam arti bisa disadari bahwa tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan itu
tidak mungkin tercapai karena hambatan yang tidak diperhitungkan sebelumnya,
tujuan-tujuan itu dapat dengan mudah disesuaikan dan diupayakan se-realistis
mungkin, namum ambisius.
 Khas/unik, sedapat mungkin bersifat khas, cocok dengan waktu target pencapaian
dan strategi kerja guna mencapainya
Upaya yang dilakukan dalam usaha pemasaran terhadap wisatawan adalah melalui
publikasi dan informasi mengenai objek dan daya tarik wisata Kawasan Permandian Air
Panas Wawolesea. Publikasi dan pelayanan informasi tersebut, harus mudah didapat di
berbagai tempat oleh para wisatawan/pengunjung. Melalui pusat-pusat pelayanan
informasi maupun publikasi di tempat umum seperti stasiun, terminal, pusat
perbelanjaan, halte dan lain-lain.
2. Strategi Pengembangan Pasar dan Promosi
Strategi pemasaran dan promosi pariwisata, meliputi:
 Menata sistem pelayanan yang menjamin rasa aman dan nyaman bagi wisatawan,
dari mulai sistem birokrasi perijinan, penataan website informasi wisata
Permandian Air Panas Wawolesea, penataan alur-alur wisata, hingga sistem
penerimaan dan pelayanan sosial yang dilakukan masyarakat setempat.
 Meningkatkan dan mengembangkan sistem informasi dan kualitas promosi yang
efektif dan kemudahan wisatawan untuk memperoleh semua produk wisata yang
ada dan siap jual.

4 - 27
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea

 Membangun dan meningkatkan image pariwisata Permandian Air Panas


Wawolesea agar mampu menarik lebih banyak, lebih lama kunjungan wisatawan.
 Meningkatkan mutu layanan pariwisata Permandian Air Panas Wawolesea.
 Membangun dan meningkatkan persepsi yang bersifat positif dan konstruktif di
kalangan para pejabat, pengusaha, dan masyarakat, bahwa potensi wisata
Permandian Air Panas Wawolesea sesungguhnya begitu besar.

4.2.4 Konsep dan Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia


Secara umum, sumber daya manusia pariwisata dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu: a) Kalangan Pemerintah; b) Kalangan Tenaga Kerja/Usaha Pariwisata; c)
Kalangan Masyarakat, khususnya sekitar objek dan daya tarik wisata. Sumber daya manusia
mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat berperan penting dalam pengembangan
wisata. Kemampuan pengelola wisata dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan,
mengemas, menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus-menerus sesuai dengan
potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan.
Dalam hal ini keberadaan/peran pemandu wisata dinilai sangat penting.
Ketersediaan dan upaya penyiapan tenaga pengelola pariwisata saat ini dinilai masih
terbatas. Sehingga sangat penting untuk dilakukan pengembangan. Adapun strategi
pengembangan sumber daya manusia di sektor pariwsata, yaitu:
1) Memberikan penyuluhan kepada para pelaku pariwisata baik itu di kalangan
pemerintah, tenaga kerja pariwisata, dan kalangan masyarakat.
2) Peningkatan kualitas SDM melalui kegiatan pendidikan dan latihan yang bersifat
penyegaran, pemantapan dan pengembangan.
3) Peningkatan kualitas SDM pada badan-badan yang terkait dengan pariwisata terutama
pada kompepar-kompepar dengan memberikan penyuluhan secara intensif.
4) Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata dari tahap
perencanaan sampai tahan pengawasan.

4 - 28

Anda mungkin juga menyukai