Bab 4 Konsep Perencanaan Pariwisata 2
Bab 4 Konsep Perencanaan Pariwisata 2
BAB 4
KONSEP PERENCANAAN PARIWISATA
4.1 PERENCANAAN TAPAK
Dalam proses perencanaan ruang, dikenal istilah perencanaan tapak (site planning)
dan rencana tapak (site plan atau site design). Perencanaan tapak menunjukkan proses
perencanaan yang di dalamnya mengandung prinsip-prinsip, metode dan rangkaian tahapan
perencanaan yang harus dilakukan. Sedangkan istilah rencana tapak adalah produk dari
seluruh proses perencanaan tapak.
Definisi tapak dalam proses perencanaan ruang adalah sebidang lahan/tanah yang
telah memiliki kejelasan status kepemilikan dan siap untuk direncanakan dan dikembangkan
menjafi berbagai fungsi kegiatan. Selanjutnya, perencanaan tapak dapat diartikan sebagai seni
fan ilmu mengolah struktur ruang dan membentuk ruang-ruang antara di atas sebuah lahan.
Secara praktis, perencanaan tapak mengatur penggunaan lahan terkait dengan bidang-bidang
yang mengisi sebuah lahan, yakni arsitektur (kavling dan bangunan, baik hunian maupun non
hunian), teknik (prasarana: jaringan jalan, drainase, air bersih, energi, dan limbah), arsitektur
lansekap (ruang terbuka hijau maupun non hijau), dan perencanaan kota (peraturan tata ruang
dan kebijakan membangun).
Perencanaan tapak tersebut mencakup perencanaan bangunan tunggal, perencanaan
sekelompok kecil rumah (houses cluster/planned unit development), perencanaan lingkungan
permukiman (neighborhood planning), struktur ruang lingkungan permukiman
(neighborhood structure), dan pengolahan ruang antar bangunan menjadi lebih berkualitas.
Hakikat perencanaan tapak pada akhirnya tidak hanya terkait pada masalah keahlian untuk
mewujudkan kualitas fisik (fungsional-estetik) dan lingkungan (ekologis) semata, melainkan
juga harus mampu mendorong terciptanya ruang untuk persemaian budaya lokal, kohesi
sosial dan keadilan ruang ekonomi bagi seluruh warga kota. Dalam istilah lain, perencanaan
tapak harus berlandaskan pada prinsip-prinsip pembangunan kota yang berkelanjutan
(sustainable urban development) dengan mengitegrasikan dinamika ekonomi, kelangsungan
ekologis dan keadilan ruang bagi seluruh warga.
Perencanaan tapak sebuah kawasan yang akan dibangun membutuhkan tahapan Site
Analysis (Analisis Tapak). Site Analysis mutlak dibutuhkan karena hasilnya akan menentukan
dalam merencanakan tapak. Langkah dalam Site Analysis meliputi pengumpulan data untuk
4-1
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
perencanaan awal, evaluasi tapak untuk kesesuaian dengan perencanaan atau kebutuhan dan
menilai karakter tapak agar tepat dalam penggunaannya.
Lokasi perencanaan yaitu Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea merupakan
salah satu program penting dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Konawe Utara
karena Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea masuk dalam simpul Kawasan Strategis
Pariwisata Kabupaten Konawe Utara yaitu WATALAPU (Wawolesea, Taipa, Laimeo dan
Pudonggala). Berdasarkan hasil analisa tapak, luasan area perencanaan kawasan ini yaitu 33
ha. Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea direncanakan pemanfaatan lahannya dibagi
menjadi gerbang entrance – side entrance; parkiran umum, parkiran pengelola; gerbang
pedestrian dan pos satpam; UPTD Dinas Pariwisata; UMKM; front office & caffe; sumber
mata air panas; kolam air panas umum; kolam air panas private; track mangrove; track
dermaga pengumpan; dermaga pengumpan; kolam air panas musiman; lanskap; toilet umum;
musholla, track batu.
4-2
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
Gambar 4.1 Peta Pemanfaatan Lahan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
4-3
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
4-4
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
Parkiran Umum
4-5
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
Parkiran Pengelola
4-6
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
5m dengan model 600 dengan lebar jalur 1 arah selebar 3.5 m dan motor 2m x 1m
dengan model 900dengan lebar jalur 2 m.
Gerbang Pedestrian
Gerbang pedestrian kawasan permandian Air Panas Wawolesea dijumpai
setelah memasuki area parkiran umum. Gerbang pedestrian direncanakan dibangun
dengan konstruksi berupa Beton bertulang, bata merah, keramik serta bitumen sebagai
penutup atap dan finishing cat dinding eksterior dengan luasan yaitu 36 m 2 dengan
ketinggian hingga atap mencapai 8 m. Gerbang pedestrian ini merupakan penegasan
bahwa area ini adalah area masuk pejalan kaki ke fasilitas utama yaitu permandian
kolam air panas umum dan permandian kolam air panas privat selain itu juga
penggambaran nuansa survive dalam menikmati sepanjang perjalanan menuju
permandian air panas yang diwujudkan dalam bentuk konsep “Simplicity” pada ide
desain bentukan pagar yang sederhana sebagai penegasan dan pengingat awal
pengunjung dalam menikmati momen perjalanan di Kawasan Permandian Air Panas
ini.
4-7
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
UMKM
4-8
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
4 - 12
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
Track Mangrove
Selain track batu, dalam site perencanaan juga terdapat track mangrove. Track
mangrove ini didesain dengan material konstruksi paduan beton bertulang dan balok kayu
serta papan kelas 1 dengan pijakan selebar 160 cm yang dapat menampung pengunjung 2-3
orang jalan secara bersamaan. Patron paradigma “Back to Nature” sebagai konsep yang
diusung dalam menikmati perjalanan selama di dalam kawasan ini, desain track mangrove ini
dibuat tidak masif tertutup sehingga dapat menikmati pohon mangrove dengan view yang
maksimal dengan penggunaan kayu simbol keeratan dengan alam sekitar bagi pengunjung
yang datang dari dermaga pengumpan maupun dari gerbang batas wilayah. Track Mangrove
ini juga harus mendapat perlakuan renovasi dikarenakan kondisi eksisting yang sudah tidak
memungkinkan untuk digunakan terlebih lagi penggunaan dalam jangka waktu hingga 2043.
4 - 13
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
4 - 14
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
Dermaga Pengumpan
4 - 15
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
4 - 16
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
Toilet Umum
Toilet adalah salah satu bagian penting dari kemajuan pariwisata. Di dalam site
perencanaan, toilet umum dibangun sebanyak 18 pintu (9 toilet pria dan 9 toilet wanita) hal
ini mencakupi kapasitas toilet dalam analisa sampai dengan tahun 2043 yaitu 18 pintu toilet.
Struktur bangunan toilet umum yaitu rigid frame. Toilet umum ini didesain dengan luasan
terbangun yaitu 447 m2 dengan luasan per toilet yaitu 49.6 m 2. Material bangunannya yaitu
beton bertulang, besi, kayu dan bitumen sebagai penutup atap. Konsep bentukan desain toilet
umum ini dibuat tidak seperti biasanya melainkan dibeautifikasi sehingga toilet umum pada
kawasan permandian air panas ini diharapkan dapat menggeser paradigma toilet umum yang
tidak terawat, kotor dan bau, sehingga indah di mata pengamat bangunan. Penempatan toilet
ini pun dibuat berderet di area zonasi semi publik sehingga dapat menjangkau area privat dan
area publik sekaligus. Toilet diletakkan di sepanjang khususnya perempatan sisi track batu
sehingga secara axis aksessibilitas mudah untuk dijangkau secara pengamatan dan
4 - 17
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
penggunaan. Toilet ini juga sengaja dirancang agar berbentuk panggung sebagai upaya dalam
penyelerasan terhadap alam agar tidak merusak kontur kekayaan alamiah eksisting kawasan
ini.
Musholla
4 - 18
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
Track Batu
Track batu di Kawasan Permandian ini didesain dengan lebar 250 cm dan
jarak antar pijakan yaitu 120 cm dikarenakan alur settingan pijakan yang lebih
bervariasi agar lebih kaya dalam pengalaman perjalanan ke dalam. Track batu dengan
material konstruksi bangunan berupa kayu/batu sebagai pijakan. Pengolahan “Back to
Nature” sebagai konsep yang diusung dalam menikmati perjalanan selama di dalam
permandian air panas, bukan hanya tentang meminimalisir perubahan fisik alamnya
melainkan menghadirkan suasana alam membersamai manusianya lewat tatanan
vegetasi pengarah di setiap perjalanan pengunjung. Sepanjang Track batu dilengkapi
drainase dengan lebar 60 cm sebagai pengaliran air hujan dan juga pengaliran
limpasan secara teratur oleh eksisting belerang. Material Track batu ini batu alam
ataupun kayu olahan kelas 1.
4 - 19
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
Cottage
DELIENASI KAWASAN
= AIR PANAS WAWOLESEA
HAK PAKAI
= PEMERINTAH
KAB. KONAWE UTARA
=
AREA COTTAGE
4 - 20
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
Cottage atau pondok wisata ini dapat menjadi salah satu amenitas pariwisata bagi
Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea. Cottage ini berada di luar lahan kawasan
tersebut, dimana area tersebut merupakan area lahan hak pakai warga atau di luar dari status
lahan milik pemerintah. Cottage ini tidak dimasukkan dalam pemanfaatan lahan kawasan
permandian air panas dikarenakan area tersebut merupakan area dengan analisa kualitatif
yang memiliki hawa panas sehingga untuk meletakkan Cottage di area tersebut tidak sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan. Cottage ini memiliki masing-masing area parkirannya
dan cottage ini disewakan.
Gambar 4.19
Desain
Cottage
4.2
4 - 21
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
4 - 22
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
Ruang luar dan ruang dalam yang sangat berhubungan, dimana ruang-ruang tersebut bisa
sama dengan fungsi yang berbeda.
4 - 23
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
teknik tentang pelayanan terhadap wisatawan, serta sapta pesona yang terdiri dari 7K
(Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, Kesejukan, Keramah-tamahan,
Kenangan) yang kesemuanya dilaksanakan secara menyeluruh.
Suatu objek wisata dapat dikatakan layak untuk dapat dikembangkan apabila telah
memiliki syarat-syarat sebagai berikut.
1) Attraction adalah segala sesuatu yang menjadi ciri khas atau keunikan dan menjadi
daya tarik wisatawan agar mau datang berkunjung ke tempat wisata tersebut. Atraksi
wisata terdiri dari dua, yaitu :
Site Attraction yaitu daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata semenjak objek itu
ada.
Event Attraction yaitu daya tarik yang dimiliki oleh suatu objek wisata setelah dibuat
manusia.
2) Accessibility yaitu kemudahan cara untuk mencapai tempat wisata tersebut.
3) Amenity yaitu fasilitas yang tersedia di daerah objek wisata, seperti akomodasi dan
restoran.
4) Institution yaitu lembaga atau organisasi yang mengolah objek wisata tersebut.
Program pengembangan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea dirumuskan
sebagai berikut:
1) Pengembangan prasarana dasar dan fasilitas pelayanan untuk wisatawan
2) Pengembangan sarana pendukung kegiatan wisata, meliputi:
Pengembangan kualitas rumah makan di objek wisata dan sekitarnya
Pengembangan pusat informasi wisata
Pengembangan penginapan
3) Mengembangkan sektor terkait dengan kegiatan pariwisata, meliputi:
Mengembangkan UMKM di bidang industri kreatif seperti kerajinan tangan yang
menggambarkan ciri khas daerah yang juga sesuai dengan pangsa pasar
Mengembangkan jasa pelayanan pariwisata seperti agen perjalanan wisata dan
sejenisnya.
Pengembangan kegiatan wisata di Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea mutlak
diperlukan apalagi kawasan ini merupakan kawasan wisata alam. Pengembangan wisata
tersebut mengandalkan pada potensi objek wisata alam, baik di daratan maupun pesisir dan
kelautan. Potensi wisata Kawasan permandian Air Panas Wawolesea berada pada mata air
panas yang tidak berhenti mengeluarkan air panas dari perut bumi.
Adapun arahan pengembangan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea berupa:
4 - 24
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
4 - 25
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
4 - 26
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini Kerjasama antara pengelola objek wisata dengan
Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat berperan.
1. Pengembangan Pasar dan Promosi
Pemasaran pariwisata dikatakan berhasil apabila dapat menjual potensi setempat
serta memuaskan selera wisatawan. Oleh karena itu, pemasaran pariwisata sebagai suatu
upaya pengembangan kepariwisataan harus:
Realistis, maksudnya bahwa tujuan-tujuan itu harus ambisius tetapi mampu
dicapai dengan sumber-sumber tenaga manusia, bahan-bahan, sumber-sumber
teknis dan keuangan yang tersedia dan mungkin tersedia.
Cakupan Luas, dalam arti bahwa tujuan itu harus meliputi semua keinginan
organisasi atau perusahaan yang akan dicapai melalui pemasaran sebagai kebijakan
manajemennya
Luwes, dalam arti bisa disadari bahwa tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan itu
tidak mungkin tercapai karena hambatan yang tidak diperhitungkan sebelumnya,
tujuan-tujuan itu dapat dengan mudah disesuaikan dan diupayakan se-realistis
mungkin, namum ambisius.
Khas/unik, sedapat mungkin bersifat khas, cocok dengan waktu target pencapaian
dan strategi kerja guna mencapainya
Upaya yang dilakukan dalam usaha pemasaran terhadap wisatawan adalah melalui
publikasi dan informasi mengenai objek dan daya tarik wisata Kawasan Permandian Air
Panas Wawolesea. Publikasi dan pelayanan informasi tersebut, harus mudah didapat di
berbagai tempat oleh para wisatawan/pengunjung. Melalui pusat-pusat pelayanan
informasi maupun publikasi di tempat umum seperti stasiun, terminal, pusat
perbelanjaan, halte dan lain-lain.
2. Strategi Pengembangan Pasar dan Promosi
Strategi pemasaran dan promosi pariwisata, meliputi:
Menata sistem pelayanan yang menjamin rasa aman dan nyaman bagi wisatawan,
dari mulai sistem birokrasi perijinan, penataan website informasi wisata
Permandian Air Panas Wawolesea, penataan alur-alur wisata, hingga sistem
penerimaan dan pelayanan sosial yang dilakukan masyarakat setempat.
Meningkatkan dan mengembangkan sistem informasi dan kualitas promosi yang
efektif dan kemudahan wisatawan untuk memperoleh semua produk wisata yang
ada dan siap jual.
4 - 27
LAPORAN AKHIR
Masterplan Kawasan Permandian Air Panas Wawolesea
4 - 28