Anda di halaman 1dari 19

ALIRAN ISENTROPIK

Dr. Ir. SUDARNO, M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
ALIRAN ISENTROPIK
 Yaitu aliran adiabatik tanpa gesekan (mampu balik)
 Yang akan kita pelajari adalah aliran steady (Ajek) satu dimensi suatu gas sempurna
melalui talang konvergan dan talang konvergen-divergen
 Sesuai dengan rumus Euler untuk mencari persamaan gerakan sepanjang garis aliran
[3 5 8] dirumuskan :
dp
+ gdz + vdv = 0
𝜌

 Jika ketinggian diabaikan : dp


 v dv  0 .……… (1)

 Persamaan kontinuitas :  A v  Constan ……… (2)


Dengan mendeferensiasikan AV dan membagi seluruh persamaan dengan AV
kita dapatkan :
dAV dAV dVA d dA dV
  0   0 ……… (3)
AV AV AV  A V
 Dari persamaan kecepatan suara

dp
c dp  c 2 d ……… (4)
d

 Jika persamaan 4  kita subtitusikan persamaan (1)


dp
 v dv  0

c 2 d d
 v dv 0 c 2  v dv
 

d  vdv
 2 ……… (5)
 c
d dA dV
 Kita subtitusikan pers 5 ke pers (3)   0
 A V
dv dA d
 
v A 
dv dA   vdv  dv dA vdv
   2    2 0
v A  c  v A c
dv dA vdv
  2 0
v A c
Jika persm. tersebut dibagi dv
1 dA v
+ − 2=0
v Ad𝑣 c
dA v 1 dA v 1
= 2− → =𝐴 2−
Ad𝑣 c v d𝑣 c v

dA 𝐴 v 2 V
= − 1 dimana: =𝑀
d𝑣 v c 2 c

Sehingga :

dA A 2
dv

v

M 1  ……… (6)
 Jika M < 1, maka dA/dv selalu (-), yakni luas saluran harus berkurang untuk
menghasilkan peningkatan kecepatan (aliran subsonik)
 Jika M =1, maka dA/dv=0, kecepatan terus meningkat sampai tercapai penampang
minimum/ leher (Aliran sonik)
 Jika M > 1, maka dA/dv selalu (+) yakni luas saluran harus bertambah untuk
menghasilkan kecepatan yang meningkat (Aliran supersonik), fluida terlebih dahulu
melintas melalui talang convergen lalu divergen.
dA A 2
dv

v
M 1  ……… (6)

Convergen Divergen
V
=𝑀
c
M<1 M=1 M=1 M>1

 Jika kita membatasi analisa pada aliran isentropik :

P1 P
 P  p1  k 1
k
……… (7)
1 k
 k
 Jika pers. 7 kita subtitusikan pada pers.  Jika pers. tersebut diintegrasikan :
(1) dengan mendeferensiasikan dan
memasukkan : k
P  p1  k 1 ……… (7) 1 2
v  p1 1
k k
 k 1  Constan
dp 2 k 1
 v dv  0 ……… (1) v2 p1  k
 
k
. k . 1  Constan
2 k  1 1 
dp k k 1
 p1 1 k Dimana :
d
p 1
k

k
 
k

dp  p1 1 k k 1d p1
p p.1
k
dp v2 k
vdv  0  . 1k .
 2 k  1 1 p1 
k
p1 1 k1
k 1 v2 k p
 .  Constan
vdv  .d  0 2 k 1 

k k 1
Sehingga :
vdv  p1 1 k . 1 .d  0 2 2
v1 k p1 v 2 k p2
k  .   .
vdv  p1 1 k k  2 .d  0 2 k  1 1 2 k  1  2 ……… (8)

Persamaan ENERGI
 Untuk aliran isentropik dq=0. (catatan :  Jika dinyatakan dengan bilangan Mach:
pers. 382 dp/ + gdz + vdv+dU = dq)
Sesuai dengan pers. Gas ideal p = RT M
v
, dg c 2  k RT
c
Maka :
2 2
v1 k v k
 .RT1  2  RT2 ……… (9)
2 k 1 2 k 1 V 2 2 kR . T0  T  2T0  T 
M  2 
2

c k  1 kRT k  1T
 Untuk aliran adiabatik dari reservoar
 T0 
2
yang kondisinya diberikan oleh po, o, M2   T  1
k  1
 
To maka pada setiap penampang lainnya.
2 T0 2
Di mana kecepatan awal Vo = 0 M2  . 
k 1 T k 1
2
v0 k v2 k
 .RT0   RT To k 1
2 k 1 2 k 1  1 M2. ……… (11)
2 T 2
v 2 v0
R T0  T 
k
 
2 2 k 1
Catatan : po, o, To kondisi awal dan p, , T
v2
.R T0 - T 
k
 ……… (10) kondisi berikutnya
2 k 1
To k  1 ……… (11)
 Dari pers. 11 maka untuk aliran isentropik berlaku :  1 M2.
T 2
k
po k−1
= 1 + M2 . k−1 ……… (12)
p 2

1
𝜌o k−1
= 1 + M2 . k−1 ……… (13)
𝜌 2

Kondisi aliran pada penampang leher (kondisi kritis) bila kecepatan di sana sonik.
Kondisi sonik di tandai dengan bintang (asterisk), M = 1 sehingga :

c*  v*  k RT * T*  Temp. kritis
Dengan menerapkan pers. 11, 12 dan 13 pada penampang leher untuk kondisi kritis,
jika k = 1,4 maka dapat dinyatakan dengan angka-angka
T* 2
To k−1 2   0,833, k  1,4 ……… (14)
T∗
= 1 +
2
M →M=1 To k  1
k
P*  2  k 1
  0,528
T∗
=
1 2
× ⇔
2 Po  k  1 ……… (15)
To 1 + k − 1 2 2+𝑘−1
2 k  1,4
1
𝜌∗ 2 k−1
= = 0,634 k = 1,4 ……… (16)
𝜌o k+1

Catatan : p*, *, T* merupakan kondisi (2), po, o, To kondisi sebelumnya (1)
 Variasi luas terhadap bilangan Mach untuk ikhwal kritis kita peroleh dengan
menerapkan pers. kontinuitas dan persamaan 11-16  diperoleh :
3
A 1 5  M2  Buktikan
*
  
A M 6 

Terlebih dulu : AV = *A*V* di mana : A* = Luas minimum/leher


Maka :
A ρ* V *
 ……… (17)
A* ρV

Dimana :
v*  c*  k RT *
vc M
Dengan mempergunakan pers (11) dan pers (14) diperoleh :

v∗ kRT∗ 1 T∗ To k 1
= =  1 M2. ……… (11)
v M kRT M T T 2

1 T∗ T0 T* 2
= .   0,833, k  1,4 ……… (14)
M T T0
To k  1
1 T∗ T0
= .
M T0 T

1 2 k−1 2
= × 1+ M
M k+1 2

1 2 2M 2 k − 1
= +
M k+1 2 k+1

M k  1 
1ൗ 1

1  2 2 2
v∗ 1 2 2M2
k−1 2 v*
   ……… (18)
k  1 
= +
v M k+1 2 k+1 v M k 1
M k  1 
1

1  2 2 2
v*
   ……… (18)
v M k 1 k  1 

Dengan cara serupa :

1 1
ρ∗ ρ∗ ρo 2 k−1 k−1 2 k−1
= × = 1+ M
ρ ρo ρ k+1 2
1
2 2 k−1 2 k−1
= + M
k+1 2 k+1
1
ρ∗ 2 k−1 2 k−1
……… (19)
= + M
ρ k+1 k+1
Sehingga dr pers. 18 dan 19 jika kita subts pada pers. 17 kita dapatkan :
1ൗ 1
A 1 2 M2 k−1 2 2 k−1 2 k−1
= + + M
A∗ M k+1 k+1 k+1 k+1
1ൗ + 1 A ρ* V *
1 2 k−1 2 𝑘−1  ……… (17)
= + M2 A *
ρV
M k+1 k+1
k 1
1  2 2 k  1 
A 2  k 1
  M ……… (20)
A* M  k  1 k  1 
Maka untuk gas, jika k = 1,4, maka :
2,4
A 1 2 M2 0,4 0,8
= +
A∗ M 2,4 2,4
1 6
= 0,833 + M2 0,167 3 dibulatkan = x
M 6
3
A 1 5  M2  ……… (21)
  
A* M 6 

Laju aliran massa maksimum m mak dapat dinyatakan dalam luas leher dan kondisi-
kondisi reservoir = 
m mak    A  v 
Dengan menggunakan persamaan 16 dan 14 yaitu :
1
*  2  k 1 T* 2
 ……… (16)  ……… (14)
 0  k  1 dan T0 k 1

v* k RT *

Maka :
1
• 2 k−1 kR2T0
mmaks = 𝜌0 A∗
k+1 k+1
Di mana:
P0
𝜌0 =
RT0

1 1
• 2 k−1 2 2
mmaks = 𝜌0 A∗ kRT0
k+1 k+1

1 1
2 k−1+2
= 𝜌0 . A∗ kRT0
k+1

k+1
2 2(k−1)
= 𝜌0 . A∗ kRT0
k+1

k+1
𝑃0 2 2(k−1) RT0
= . 𝐴 ∗ kRT0 x
𝑅𝑇0 k+1 RT0

k+1 k+1
𝑃0 𝐴 ∗ RT0 2 2(k−1) • 𝑃0 𝐴 ∗ 2 2(k−1)
= . k mmaks = k ……… (22)
𝑅𝑇0 RT0 k+1 k+1
RT0
k+1
• 𝑃0 𝐴 ∗ 2 2(k−1) ……… (22) Jika k = 1,4
mmaks = k
RT0 k+1

3
𝑃0 𝐴 ∗ 2
= . 1,4
RT0 2,4

• 𝑃0 𝐴 ∗ ……… (23)
mmaks = . 0,685
RT0
Contoh :
1. Dalam perencanaan pembuatan suatu terowongan Angin, dikehendaki
menghasilkan bilangan Mach 3,0, dan laju aliran massa 1 kg/s di lubang keluarnya.
Di mana pada kondisi awal P0 = 90 kPa,T0 = 25 oC
Tentukan :
a. Luas leher c.Tekanan, suhu, kerapatan dan
b. Luas lubang keluar kecepatan pada lubang keluar
Dari tabel C4 : diketahui : R = 287 Nm/kg oK

a. Luas leher :
• 0,686. A∗.P0 RT0 𝑀 287 . 298 . 1
m= → A∗ = =
RT0 P 𝑜 . 0,686 90.000.0,686
292,45
= = 0,00474 𝑚2
61740

b. Luas lubang keluar, dari tabel C4 untuk M = 3


- A/A* =4,23
- A = 4,23 . 0,00474 m2
= 0,02005 m2
c.  0,027 
0  0,076  0,357
P T
P0 T0

Sehingga :
P = 0,027 . 90 kPa = 2,43 kPa
T = T0 . 0,357 = 298 . 0,357 = 106,386 oK = -166,614 oC

P   RT
P0 90.000 N/m 2
0  
RT0 287 . Nm . 298 o K
kg o K
 1,0533 kg/m 3
A* A
𝜌 = 0,076 1,0533 = 0,0799 kg/m3

𝑚 = 𝜌𝐴𝑉


𝑚 1
𝑉 = =
𝜌𝐴 0,0799 × 0,02005

1
=
0,0016
= 625𝑚/𝑠

V
M = = 3 → V = 3C
C

A* A
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai