Anda di halaman 1dari 24

MODUL KULIAH TURBIN UAP DAN GAS

POKOK BAHASAN : PIPA PANCAR DAN SUDU JALAN


Di susun oleh :
Prof. Ir. AMIRAL AZIZ, MS.c
Ahli Peneliti Utama Bidang Konversi dan
Konservasi Energi

I. INTRUDUKSI
Bagian utama dari turbin impuls adalah pipa pancar (nozzle) dan sudu
– sudu (blade). Dalam nozzel, ekspansi uap memungkinkan terjadinya
perubahan energi termis (energi potensial) menjadi energi kinetis dengan
kata lain terjadi konversi energi termis ke energi kinetis.
Fungsi atau kegunaan dari sudu (blade) adalah untuk mengubah
energi kinetis uap menjadi energi mekanis poros dengan jalan mengubah
arah dan momentum dari jet uap yang dihasilkan oleh nozzle, sehingga
menghasilkan gaya keliling atau gaya tangensial yang memutar barisan
sudu – sudu (row of blades) yang terpasang pada rotor. Ini adalah hal yang
sangat penting yang akan dapat kita pergunakan untuk mengestimasikan
gaya keliling (propelling force) yang akan dapat dipergunakan untuk
menghitung kerja dan daya rotor.

1. PIPA PANCAR EKSPANSI (NOZZLE)


Berbeda dengan mesin uap (steam engine), yang konversi energi
potensial uap langsung ke energi mekanik terjadi dalam silinder mesin,
maka pada turbin uap terjadi dalam dua tahapan yaitu :
 Konversi energi potensial ke energi kinetik terjadi dalam pipa pancar
ekspansi, pada tahapan pertama.
 Konversi energi kinetik ke energi mekanik terjadi dalam sudu – sudu
gerak, pada tahapan kedua.

1
Hubungan yang sederhana antara pipa pancar ekspansi dengan sudu
– sudu gerak diperlihatkan dalam gambar 1. Terdapat 4 pipa pancar
ekspansi untuk satu rai sudu – sudu gerak, seperti yang diterapkan pada
umumnya pada turbin De laval dengan pelumasan sebagian. Penampang
memanjang dari Pipa pancar ekspansi seperti tersebut di atas diperlihatkan
pada gambar 1.

Gambar 1. Pipa pancar – konvergen – divergen

Gambar 2. Kurva ekspansi adiabatis


Gambar 2 memperlihatkan, selama proses ekspansi isentropis,
tekanan aliran turun dari p1 ke p2, sedang volume jenis naik dari v 1 menjadi
v2 dan kurva ekspansi berjalan menurut persamaan pv k = C sebagai akibat

2
dari ini akan terjadi penurunan energi potensial (droping enthalpy) uap dari
H1 ke H2, yang digambarkan oleh garis ekspansi isentropis a – b, seperti
terlihat dalam gambar 3

Gambar 3. Garis ekspansi isentropis a-b

Untuk mengkaji aliran uap dalam Pipa pancar ekspansi yang


mengalami proses ekspansi isentropis, di pakai persamaan adiabatis. Bila
gesekan / friksi diabaikan maka menurut persamaan momentum :
C22  C12 p1

  v dp
2 p2

menurut persamaan adiabatis :


pvk =C
maka: v =  C / p1/ k
p1 p1

sehingga:  v dp p
1 / k
 C 1/ k dp
p2 p2

=
k
k 1

C 1 / k p1 k 1 / k
 p2
k 1 / k

C22  C12 k
( p1 . v1  p 2 . v 2 )
Jadi: = k 1
2

3
Bila diasumsikan bahwa C1 = 0,
k
C2 = 2 ( p1 . v1  p2 . v2 )
k 1

k 
  p2 
k 1/ k


Atau: C2 = 2 p1v1 1     (1)
k 1  p 
  1 

Bila kondisi awal (initial) diberi indeks a, maka :


- Tekanan awal (initial pressure) : pa (Pa)
- Volume jenis awal uap : va (m3/kg)
- Enthalpy awal uap : ha (Joule/kg)
- Kecepatan awal uap : Ca (m/det)
- Temperature awal uap : ta (0c)
Dan bila kondisi akhir uap dalam Pipa pancar ekspansi (kondisi uap
masuk sudu – sudu gerak) diberi indeks i maka:
- Tekanan uap keluar nozzle : pi (Pa)
- Volume jenis uap keluar nozzle : vi (m3/kg)
- Temperature uap keluar nozzle : ti (0C)
- Enthalpy uap meninggalkan nozzle : hi (Joule/kg)
- Kecepatan uap (mutlak) masuk sudu – sudu gerak : C i (m/det)
Maka: Ca = 0, dan rumus 1 di atas dapat dituliskan sebagai berikut :

k 
  pi 
k 1/ k


Ci = 2 pa va 1    (m/det) (2)
k 1   pa  
 

k 
  X a va 
k 1


Atau: Ci = 2 pa . va 1    
k 1  X v 
  i i  

(3)
Dalam hal ini:
Xa = kadar uap pada keadaan awal
Xi = kadar uap meninggalkan nozzle

2.1.Aliran uap melalui tenggorokan Pipa pancar ekspansi (nozzle


throttle).

4
Anggaplah proses ekspansi berlangsung dari keadaan awal, p a, va dan
dari keadaan diam. Selanjutnya diasumsikan bahwa proses ekspansi
berlangsung secara adiabatis dan tanpa gesekan dan hubungan antara
tekanan dan volume mengikuti: pv k = C, maka pada kuantitas aliran
maksimum melalui tenggorokan nozzle, kecepatan (kritis) uap melalui
tenggorokan adalah:

k 
 p 
k 1/ k


Atau: Ck = 2 pa va 1  k  
k 1  p 
  a 

(4)
Kuantitas aliran uap:
k A
ms = v x Ck
k

1/ k
 pk 
vk = va  
 pa 
1/ k
 pk  Ak Ck
Jadi: ms =   x
 pa  va
1/ k
Ak  p k 
Atau: ms = x  x Ck
v a  p a 

Ak k 
 pk 
2/k
 pk 
k 1/ k


Atau: ms = 2 pa v a      
va k 1   pa   pa  
 

(5)
Dari persamaan di atas, ternyata bahwa seluruh komponen
mempunyai harga tetap atau konstan, kecuali harga perbandingan antara
Pk dan Pa, yang dalam hal ini dapat kita anggap sebagai variable. Jadi
untuk menentukan harga kuantitas aliran maksimum, cukup dengan
mendiferensiasikan variable dan menyamakannya dengan nol, seperti
berikut ini.

d  p  2 / k p 
k 1/ k

    k  0
k

Jadi:  p k   p a   pa  
d   
 pa 

5
2/k 1/ k
2  pk  k 1  pk 
Jadi:      0
k  pa  k  p a 

 pk / pa  2  k / k k 1 k
Atau:  x
 pk / pa  1/ k k 2
1 k / k
 pk  k 1
Jadi:   
 pa  2

Atau:
k /1 k
pk  k  1 

pa  2 
 (6)

Perbandingan Pk/Pa disebut sebagai perbandingan tekanan kritis


(critical pressure ratio), dan bila Pk/Pa = ρ maka:
k / 1 k
 k 1 
  
 2 

(7)
k / k 1
 2 
 
 k 1 

 

(8)

Jadi: ms =
Ak
va
k
k 1

2 pa va  2 / k   k  1 / k 

(9)
Untuk (ms) max: ρ (baca rho) seperti 6
Jadi:
2/k

 2 
k / k 1

  2 
2 / k 1

 2 / k  
   
 k 1 
 k 1 
  


 

(10)
k  1 / k 1 k 1 / k 1

 2 
k / k 1

  2 
Dan:  k  1 / k  
 k

1 
 = 
 k 1 


  
  

(11)

Kuantitas maksimum dari uap yang melewati tenggorokan nozzle


adalah:

6
Ak k 
 2 
2 / k 1
 2 
k 1/ k 1


(ms)max = va k 1
2 pa va  
 k 1    
 k 1  

    

Atau:
Ak k  2 
2 / k 1

  2   2 
2 / k 1


(ms)max = va k 1
2 pa v a 
 k 1 
 1   
 k 1  k  1 / k  1 x  
 k 1  
  
     

Atau:
Ak k  2    2 
(ms)max = 2 pa va 
 
 2 / k 1 1  
 

va k 1  k 1    k  1 

Atau:
2 / k 1
Ak k  2   k 1 2 
(ms)max = va k 1
2 pa va 
 k 1 
 
 k  1  k 1 

   

2 / k 1
Ak k  2   k 1 
Atau: (ms)max = va k 1
2 pa va 
 k 1 
 
 k 1 

   

2 / k 1
Ak k  2 
Atau: (ms)max = 2
k 1 

 pa va (kg/det)
va  k 1 

(12)
Atau:
2 / k 1
k  2  pa
(ms)max = Ak 2  (kg/det) (13)
k 1  
 k 1  va

Perbandingan antara tekanan kritis dengan tekanan awal, untuk uap:


- adi panas : ρ = 0,5457 . pa
- saturasi kering : ρ = 0,5774 . pa
Maka kecepatan uap kritis melalui tenggorokan nozzle, dapat
dituliskan seperti berikut:

Ck =
k
k 1

2 pa va 1   k  1 / k 


 2 
k / k 1 k 1 / k

 2
 k  1 / k  
  
 k 1   k 1
  

k  2 
Jadi: Ck = 2

k 1 
1  pa va
k 1 

7
k  k 1 2 
Atau: Ck = 2   pa va
k 1  k  1 k  1 

k k 1
Atau: Ck = 2 x
k 1 k  1
x pa va

2k
Atau: Ck = k 1
x pa va (m/det) (14)

2.2. Hubungan antara luas penampang aliran, velositas dan tekanan


aliran dalam nozzle
Untuk mengkaji hubungan antara luas penampang aliran (A) velositas
(C) dan tekanan aliran dalam nozzle, atau pipa pada kondisi adiabatic dan
tanpa friksi, anggaplah terdapat dua penampang melintang dengan jarak
δx, lihat gambar 4

Gambar 4. Luas penampang nozzle

Kita pikirkan dua asumsi, yaitu:


- Pipa pancar ekspansi bekerja penuh.
- velositas rata (uniform) pada setiap bagian penampang.
Menurut persamaan kontinuitas:
A. C
Wm= v

Menurut Gambar 4:

8
 A  A   C  C 
m= v  v

Dari kedua persamaan di atas diperoleh persamaan:


A C v
  0 (15)
A C v

Dan harga limit, sebagai diferensiasi δX, δA dan seterusnya mendekati


nol, maka:
dA dC dv
  0 (16)
A C v

Selama aliran dalam keadaan adiabatic dan tanpa gesekan maka


berlaku rumus:
pvk = Constant
Jadi: log p + n log v = log C
dp dv
Atau: n 0
p v

dv 1 dp
Dari itu: 
v k p

Juga selama aliran tanpa gesekan, diperoleh dari persamaan


momentum, sebagai berikut:
CdC   v dp

dC v dp
Atau: 
C C2

(17)
Kemudian substitusikan persamaan 16 dan 17 ke dalam persamaan
15, maka diperoleh persamaan sebagai berikut:
dA 1 dp  .k . p .v 
  2
 1
A k p  C 

Bila Cs adalah kecepatan sonic uap pada tekanan p dan volume jenis
v, maka:
dA 1 dp  C s2 
  2  1 (18)
A k p C 

Perbandingan antara kecepatan C dengan kecepatan akustik


setempat, disebut angka Mach (Mach Number), jadi:

9
C
M= Cs (19)

Jadi rumus 5.16 dapat dituliskan sebagai berikut ini:


dA 1 dp  1  M 2

   (20)
A k p  M 2 

Persamaan 18 dan 20 memberikan wawasan yang berguna pada


perubahan penampang nozzle pada kondisi tertentu. Ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
- Aliran dipercepat, dp/p negative.
 C < Cs maka M < 1, jadi dA/A negative, ini sesuai dengan bagian
convergen dari sebuah nozzle. Begitu harga C tercapai begitu juga
harga Cs (M – 1) kemudian dA/A = 0 dan trotel (tenggorok) nozzlepun
dapat ditentukan.
 C > Cs maka M > 1, jadi dA/A positif, ini sesuai dengan bagian
divergen dari sebuah nozzle.
- Aliran yang diperlambat, dp/p positif.
Ini terpakai pada difusor yang didalamnya terjadi konversi energi kinetika
aliran uap ke energi tekanan yang kurang diterapkan pada turbin uap.
 C < Cs maka M > 1, jadi dA/A positif, jadi difusor harus dari tipe
divergen.
 C > Cs maka M > 1, jadi dA/A negative dan difusor harus dari tipe
konvergen.
Keempat macam masalah tersebut di atas ditayangkan dalam gambar
sebagai berikut:

10
Gambar 5. Type nozzle dan diffuser

Kerugian energi dalam Pipa pancar ekspansi (nozzle).


Suplai energi uap, berupa energi panas dialirkan melalui pipa pancar
ekspansi (nozzle) dalam bentuk droping energi panas ( Heat Drop)
sebesar:
Eth = Ho = ha - hi (Joule/kg) (21)
Yang diimbuhi dengan kenaikan energi kinetis sebesar:
 Cit 2 Ca 
 
Ekin =  2  2  (Joule/kg) (22)
 

Untuk harga: Ca = 0
2
C
Maka: Ekin = it (Joule/kg)
2
Cit = kecepatan masuk mutlak teoritis
Jadi: Cit = 2.H o

Atau:
Cit = 2( ha  hi ) m/s (23)

Dengan factor kualitas nozzle φ, maka kecepatan masuk mutlak yang


sebenarnya dapat ditentukan sebagai berikut:
Ci =φ 2( ha  hi ) (m/det) C1    2  ( ho  h )

(24)
2
C
Jadi: Ekin = i2 (Joule/kg)
2

11
Kerugian energi dalam nozzle adalah:
2 2
Cit C
hn =  i
2 2
2
 1  C
Atau: hn =  2 1 x i (Joule/kg) (25)
  2

Efisiensi nozzle = perbandingan antara E kin dengan Eth.


2 2
C / 2 Ci / 2
ηn = i  2
 2
Ho Cit

(26)

2. SUDU – SUDU JALAN IMPULS


Sudu – sudu gerak impuls dapat diklasifikasikan atas dua tipe yaitu:
- Sudu – sudu rata (plate blade), lihat Gambar 6dan 7
- Sudu – sudu profil (profile blade), seperti terlihat dalam gambar 8

a b

Gambar 6. Sudu-sudu rata ( plate blade)

12
a b

Gambar 7 Sudu-sudu rata ( plate blade)

Berturut – turut gambar 6a memperlihatkan bentuk klasik


dari sebuah sudu – sudu untuk turbin Rateau yang dibuat dari
lempengan logam. Untuk mengurangi kerugian – kerugian
impact pada sisi masuk, maka pinggiran sisi masuk, dibentuk
miring dengan tebal bibir kira – kira sepersaratus inci atau
seperempat mili meter (0,25 mm). Gambar 6.6b
memperlihatkan sudu – sudu rata yang simetris, yaitu sisi
masuk dan sisi keluar adalah sama. Bagian sudu – sudu yang
cekung biasanya merupakan busur lingkaran dengan tebal
yang sama rata, sedang sudut sisi masuk dan keluar adalah
sama. Gambar 7a merupakan modifikasi. Gambar 7b
memperlihatkan penampang sebuah sudu – sudu dengan
saluran sisi keluar yang lurus dengan tebal rata – rata t.
Tujuannya ialah untuk mengontrol aliran pancaran uap ke luar
dengan baik.

13
Sudu – sudu gerak rata (plate type) adalah sederhana
dalam pembuatannya dan dikarenakan oleh penampang
ringan yang komperatif maka gaya sentrifugal yang bekerja
pada sudu – sudu dan tegangan yang diderita oleh rotor yang
akan membebani pangkal sudu – sudu adalah relative kecil.
Gambar 8 memperlihatkan bentuk dari tipe sudu – sudu
profil, yang dapat menghindari dengan cepat atau lambat
ruang pusaran jika penampang sudu – sudu diperluas sesuai
dengan ruang pusaran.
Gambar 8a memperlihatkan sebuah sudu simetris
bersudut sama (simetris). Dengan membuat sisi lengkung
cembung dan cekung dari dua buah sudu – sudu yang
berdekatan sejajar, maka laluan uap akan mempunyai lebar
yang sama pula.

Gambar 8. Sudu-sudu Profil

14
Gambar 8.b memperlihatkan sebuah sudu – sudu
bersudut sama dengan sisi keluar yang lurus dimaksudkan
untuk mengontrol pancaran aliran. Ini penting untuk
memberikan tebal tertentu t bagi sisi masuk dan sisi keluar
sudu – sudu, dari itu dia akan mempunyai kekuatan
kekakuan. Akibat dari kecepatan pancaran aliran uap yang
tinggi pada sisi masuk sudu – sudu gerak akan terjadi
gangguan pada aliran. Ini mungkin dapat diatasi dengan
memakai sudu – sudu seperti tergambar dalam Gambar 9.

Gambar 9. Sudu-sudu Profil

Sudut yang terbentuk antara sisi masuk sudu – sudu


dengan arah tangensial rotor disebut sudut masuk nisbi
(relative) βi tetapi tangent terhadap busur cekung terbentuk
dari sudut βi + Ψ dengan bidang rata rotor (roda turbin)
sedang sudut relative kecil yaitu antara 20 s/d 40. dalam
kenyataannya sisi masuk dengan tebal t 1 dibuat seperti mata

15
pisau, sedang sisi keluar dengan tebal t 2 yaitu antara 0,5 s/d
0,75 mm.
Akhirnya sudu – sudu yang bersudut sama adalah tidak
simetris. Sudu – sudu yang bersudut sama seperti terlihat
dalam gambar 8 dan 9 mempunyai lebar:
b = Ab + BC = 2R cos βi
Jadi jari – jari busur sudu – sudu:
b
R= 2 cos  i

(27)
Pada kebanyakan sudu – sudu impuls, sudut keluar nisbi
lebih kecil dari sudut masuk nisbi, seperti terlihat pada sudu –
sudu yang tergambar dalam Gambar 10. Asumsikan bahwa
sisi cekung sudu – sudu adalah merupakan busur lingkaran
yang terbentang antara titik A dan D, maka lebar sudu – sudu:
b = R (cos βi + cos βo)
(28)
b
Jadi: R = cos  i  cos  o

(29)

16
Gambar 10. Sudu-sudu Profil

Dalam menyetel profil sudu, lebih baik bila posisi D yang


sebenarnya diperhitungkan begitu juga jari – jari R untuk
mendapatkan titik pusat 0.
x = BC = R (sin βi – sin βo)
(30)
Pusat lingkaran sudu yang cembung O i ditemukan
dengan menggambarkan garis EF tegak lurus pada garis KF.
Pakai garis ini untuk membuat sudut HGK (lihat gambar 10).
maka profil sudu dapat dimodivikasikan seperti dilukiskan
dengan penuh, yaitu dengan membuang lukiskan garis putus
– putus.

3.1. Cara Memilih Sudut Sudu – sudu.


Adalah penting agar uap mengalir ke dalam sudu – sudu
gerak dengan kerugian yang sangat minimal. Oleh karenanya
sisi masuk sudu – sudu HJ (Gambar 10) harus membentuk β i

17
terhadap sisi rata rotor, yaitu sudut arah aliran uap nisbi
(relative) waktu memasuki sudu gerak, seperti diperlihatkan
oleh diagram velositas, Gambar 11.

Gambar 11. Sudu-sudu Profil tidak simetris

Diagram dilukis berdasarkan kondisi uap pada beban


penuh atau pada beban ekonomis, misalnya pada sebuah
sentral tenaga listrik. Pada kondisi beban yang terbagi maka
droping panas per tingkat akan lebih rendah dari droping
panas pada kondisi beban penuh, sedang pengurangan
droping panas adiabatic terbesar, terjadi pada tingkat terakhir
atau dua tingkat terakhir. Sebagai konsekuensimya ialah
bahwa kecepatan uapmasuk mutlak (absolute) AB 1 pada
beban tidak penuh akan lebih rendah dari kecepatan uap
pada beban penuh AB, sehingga sudut masuk nisbi β i. Ini sulit
diterapkan pada segala kondisi beban, tetapi bila turbin
dioprasikan untuk periode yang terencana pada beban tidak
penuh maka sudut sudu – sudu nisbi pada sisi masuk dapat
dibuat lebih besar beberapa derajat sebagai berikut:
- Pada tingkat yang terakhir : 5 s/d 100
- Pada tingkat yang kedua dari belakang
(penultimate stage) : 4 s/d 50
- Pada tingkat lainnya : 2 s/d 30

18
Sudut ke luar diperoleh berdasarkan pertimbangan luas
penampang aliran ke luar yang dibutuhkan.
Bila: vo adalah volume jenis uap pada sisi ke luar sudu
lo adalah panjang sisi luar sudu – sudu
Pm adalah jarak puncak sudu rata – rata
nb adalah jumlah sudu – sudu, dalam satu rai, yang
mendapat pelumasan, maka:
 . Dm
- Untuk pelumasan penuh : nb = Pm


- Untuk pelumasan sebagian : nb = Pm

λ sama dengan panjang tembereng nozzle


Lebar saluran ke luar yang efektif rata – rata : d = P m . sin
o .t
Luas permukaan sudu – sudu yang efektif :
Ab = nb . 1o (sin βo – t)
Maka kita peroleh harga βo dari rumus :

 1  Ab 

βo = arcus sin    t 

 Pm  nb .1o 

(31)
Gambar 5.12 memperlihatkan penampang susunan
sudu – sudu gerak impuls aksi dengan aliran aksial. Partikel
uap melaju dengan kecepatan relative (nisbi) W dengan arah
menyinggung busur (lengkungan) sudu – sudu gerak dengan
titik pusat P. Bila aliran partikel tidak mendapat tahanan maka
besar vector kecepatan W akan tetap, Cuma arahnya yang
berubah. Bila kecepatan masuk nisbi (relative) adalah W i dan
kecepatan ke luar nisbi sama dengan Wo maka:
Wi = Wo

19
Tetapi bila aliran mendapat tahanan karena gesekan
dinding sudu – sudu gerak dengan angka kualitas Ψ maka:
Wi = ΨWi
(32)
Dari gambar 12 terlihat bahwa busur profil sudu
membebani partikel uap dengan gaya centripetal C dengan
garis kerja mengarah pada pusat lingakaran sudu – sudu
gerak P. sebaliknya dalam arah berlawanan, partikel uap
membebani pula dinding sudu – sudu dengan gaya yang
sama besarnya (GR). Bila GR diuraikan atas komponen –
komponen tangensial (GT) dan komponen aksial (GA), maka
komponen – komponen aksial akan saling meniadakan.
Sedangkan gaya GR (dalam arah tangensial) dan komponen –
komponen tangensial GT secara bersama akan menghasilkan
gaya tangensial pada rotor (Ft), sehingga rotor berputar
dengan kecepatan tangensial U. dengan begitu maka rotor
(turbin) akan memberikan energi / usaha mekanik sebesar:

20
Gambar 12. Aliran partikel uap dalam sudu-sudu jalan
Impuls

Emak= Ft x U (kgm/det/kg)
Kecepatan tangensial U akan memberikan kecepatan
poros sebesar
60 .U
n =  .D (ppm)

(33)
Kecepatan tangensial (U) yang baik adalah setengah
kecepatan masuk absolute (mutlak) Ci, jadi:
U = ½ Ci
U 1
Atau X = 
Ci 2

Daya sudu – sudu per tingkat sama dengan:


Pb  Ft xU (Watt)

21
3. SUDU – SUDU JALAN IMPULS - REAKSI
Pada turbin uap yang bekerja menurut prinsip reaksi
kejut (impuls – reaction), mengoprasikan dua jenis sudu –
sudu yaitu:
Sudu – sudu pancar ekspansi (fixed blade) yang
berfungsi untuk mengkonversikan energi termal menjadi
energi kinetic dengan kerugian sekecil mungkin.
Sudu – sudu gerak yang berfungsi untuk
mengkonversikan energi kinetic menjadi energi mekanik dan
mentransferkannya pada rotor dengan jalan menggerakkan
peralatan (equipment) lainnya seperti generator listrik,
kompresor, pompa, mesin perkakas dan lain – lainnya. Bukan
hanya sudu – sudu saja yang dirancang secara aerodinamik
tetapi juga saluran laluan uap. Nomenklatur dari sudu – sudu
reaksi dapat dibaca pada Gambar 13
Gambar 14 memperlihatkan suatu susun pasang (rai)
dari sudu turbin impuls reaksi, yang memperlihatkan
perubahan perubahan arah dan besar dari kecepatan partikel
uap melalui laluan profil sudu – sudu. Dengan bentuk lubang
laluan uap seperti dalam Gambar 14 tersebut maka
kecepatan uap ke luar nisbi (relative) lebih besar dari
kecepatan masuk nisbi (Wo > Wi). Sedang dalam sudu – sudu
pancar ekspansi sama dengan pada turbin Rateau terjadi
penurunan energi termal (karena proses ekspansi) yang
mengakibatkan kenaikan energi kinetic.
Selama dalam sudu – sudu pancar ekspansi (nosel) tidak
terjadi kerja dan juga tidak terjadi hantaran energi termal, kita
dapat menuliskan persamaan energi sebagai berikut:

22
Gambar 13. Istilah bagian-bagian sudu jlan Impuls-
Reaksi

23
Gambar 14. Aliran uap dalam sudu-sudu jalan Impuls-
Reaksi

24

Anda mungkin juga menyukai