Anda di halaman 1dari 64

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG PENELITIAN


Schudson (2003) dalam (Iskandar, et al., 2022, hal. 1) menjelaskan Kegiatan jurnalisme
mewakili keahlian, tindakan, atau praktik dalam memproduksi serta menyebarkan informasi
mengenai masalah-masalah publik yang aktual dan signifikan. Aspek bisnis dalam industri
media diatur oleh entitas, institusi, atau organisasi yang mengklaim diri sebagai profesional.
Semua informasi yang dipresentasikan memiliki dasar pada fakta yang ada. Melalui profesi
jurnalisme ini, masyarakat dapat meraih pemahaman yang akurat mengenai suatu peristiwa.
Dalam dimensi teknis, jurnalisme merujuk pada rangkaian aktivitas mulai dari persiapan, riset,
pengumpulan, pengolahan, penyajian, hingga distribusi informasi melalui media periodikal
kepada audiens secara luas dan secepat mungkin (Sumadiria, 2011, hlm. 3).
Sejalan dengan hal tersebut, jurnalisme memiliki beberapa jenis produk yang umum
dikenal, di antaranya adalah berita langsung (straight news), opini, berita interpretatif, berita
mendalam, berita investigasi, dan feature. Dari berbagai macam produk jurnalisme tersebut,
mereka memiliki ciri khas dan cara penulisan yang berbeda-beda. Menurut Sumadiria (2011, p.
116) Pada umumnya, bentuk penulisan berita adalah menggunakan teknik reportase dan
mengacu pada 5W+1H dan piramida terbalik. Namun, terdapat satu jenis produk jurnalistik
yang menarik perhatian karena penyajiannya bisa dikatakan tidak serta merta sama dengan
penulisan berita pada umumnya, yaitu feature. Bentuk penulisan feature dapat beragam dan
tidak terikat pada pola piramida terbalik, namun tetap harus mencakup unsur 5W+1H harus
terdapat dalam tulisan feature Sumadiria (2011, p. 155). Pendapat lain mengemukakan bahwa
dalam feature, unsur Why and How dapat ditonjolkan sebagai fokus utama dengan
memberikan detail mengenai proses, latar belakang, dan unsur-unsur yang mendukungnya
dibanding unsur lainnya seperti What, Who, When dan Where dalam berita. Tulisan jurnalistik
yang dikenal sebagai feature memiliki perbedaan mendasar dengan berita dalam hal tujuan dan
pendekatan. Berita (Hard news) diharapkan untuk menyampaikan informasi aktual dan terbaru,
sementara feature tidak dimaksudkan untuk memberitakan hal-hal terkini. Sebaliknya, fokus

1
feature adalah memberikan pandangan mendalam terhadap suatu peristiwa atau subjek
tertentu (Nugraha, 2022, p. 78-79). Ciri khas penulisan feature lebih condong pada
mengisahkan sebuah cerita atau peristiwa, berbeda dengan berita yang lebih cenderung
berfokus pada pelaporan peristiwa semata (Sumadiria, 2011, p. 153). Keistimewaan feature
terletak pada ketidakbergantungannya pada batasan waktu layaknya straight news yang
memiliki batasan waktu. Oleh karena itu, ia memiliki daya tahan yang lebih lama. Lebih jauh
lagi, penulisan feature menekankan pada aspek informasi, pendidikan, serta hiburan yang dapat
diberikan kepada pembaca (Semi, 2021, p. 137). Hal ini menjadikan feature yang merupakan
tulisan jurnalistik nonfiksi menggunakan bahasa yang komunikatif, mempengaruhi emosi
pembaca, dan mengandung unsur human interest di dalamnya.
Penyampaian feature bersifat naratif (bercerita) berbeda dengan gaya penulisan berita
yang lugas dan to the point. Pada penulisan berita, umumnya gaya penulisan tidak akan terlihat
sedangkan pada feature, gaya penulisan masing-masing wartawan akan terlihat (Nugraha,
2022, h. 76-77). Pendapat di atas juga sejalan dengan pendapat ini, bahwa ketika seseorang
semakin berpengalaman, mungkin saja orang tersebut dapat mengembangkan gaya
penulisannya. Beberapa jurnalis berpengalaman telah melakukan hal ini dan pembacanya dapat
mengenali mereka hanya dari tulisan mereka. Pentingnya mengembangkan gaya penulisan ini
terletak pada kemampuan penulis untuk membangun identitas dan citra diri sebagai penulis.
Hal ini juga membantu pembaca untuk terhubung dan memahami tulisan mereka dengan lebih
baik (Pape & Featherstone, 2006, h. 90).
(Afrani, 2010) menjelaskan bahwa setiap orang memiliki gaya sendiri-sendiri baik yang
sangat menarik maupun yang kurang memikat. Gaya dalam hal ini juga mencakup penggunaan
kalimat, penggunaan dialog, penggunaan detail, cara memandang masalah, penyajian masalah,
dan sebagainya. Bagian ini dapat dikatakan sebagai pembeda antara penulisan feature dan
berita. Menurut Garrison (2010, h. 82-90) mengenai gaya penulisan, mencoba menjelaskan
dengan mengumpulkan berbagai sudut pandang dari beberapa penulis, editor, dan peneliti
terdahulu. Penulisan feature yang baik berakar pada seni bercerita. Kesederhanaan dalam
menulis adalah kunci keberhasilan. Seorang penulis yang baik harus memikirkan pilihan kata,
penggunaan kata, dan panjang tulisan. Jika berlebihan, tulisan akan terlihat membosankan dan

2
terlalu panjang. Setiap penulis, media, atau penerbit memiliki panduan gaya penulisan yang
menjadi ciri khas mereka atau mengadopsinya dari organisasi lain. Sebagai contoh, Majalah dan
Koran seperti US News, World Report, The New York Times & Chicago Tribune memiliki buku
panduan mereka. Layanan berita, seperti Associated Press (AP), memiliki buku panduan yang
banyak digunakan untuk para penulis dan editor. Intinya, keberadaan gaya penulisan
merupakan bentuk bagaimana penulis menyajikan informasi dalam sebuah tulisan. Gaya
penulisan yang baik akan membuat tulisan lebih mudah dipahami dan menarik minat pembaca.
Pada penelitian ini, akan dibahas tentang bagaimana gaya penyampaian dari penulis melalui
pemilihan diksi, frasa, maupun kalimat untuk memainkan emosi pembacanya lewat tulisan
feature pada harian Kompas dan Media Online Tempo
Menurut dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Brawijaya Malang, Astrida Fitri Nuryani, gaya penulisan Tempo.co dan media Indonesia lainnya
mirip dengan salah satu media internasional, The Guardian. Karena sama-sama menekankan
pada latar belakang. Misalnya dalam beberapa artikel yang membahas tentang teroris, baik
Tempo.co maupun salah satu media di Indonesia, yakni The Jakarta Post di mana lebih banyak
menuliskan latar belakang pelaku yang berasal dari pesantren (Tempo.co, 2015). Terkait
dengan penjelasan sebelumnya mengenai penyampaian feature yang naratif, Tempo juga
dikenal sebagai media yang memiliki ciri khas jurnalisme naratif sejak pertama kali terbit.
Menurut Arif Zulkifli, jurnalis Tempo, dalam menulis laporan jurnalisme naratif, yang paling
utama adalah reportase. Seorang jurnalis mampu menggambarkan sebuah peristiwa senyata
mungkin dengan tulisan yang mengalir. Semakin detail sebuah peristiwa dideskripsikan,
semakin meyakinkan dan akurat laporan tersebut bagi pembaca (Tempo.co, 2021).
Selain itu, pendapat lain dari (Amalia et al., 2021) mengenai Tempo, menyatakan bahwa
Jurnalisme Sastra dalam Pandangan Wartawan Majalah Tempo, terdapat perbedaan
pemahaman dari para informan mengenai jurnalisme sastra dan feature. Ada wartawan yang
merasa tertantang untuk menulis jurnalisme sastra, ada juga yang merasa tidak tertantang.
Berdasarkan pendapat tersebut, ia mengatakan bahwa wartawan Majalah Tempo cenderung
tidak menggunakan jurnalisme sastra dalam menulis berita. Tidaklah kebetulan bahwa edisi
perdana Tempo sebelas tahun yang lalu memilih untuk mengangkat isu isu penting seperti isu

3
perempuan Tionghoa selama kerusuhan di Jakarta pada Mei 1998. Topik ini dipilih karena
kontroversial, dengan banyak orang yang masih meragukan kebenarannya, terutama mengenai
kasus pemerkosaan massal yang terjadi menjelang jatuhnya rezim Soeharto (Sudiarsa et al.,
2015).
Sejak awal perjalanan kembali ke ranah publik satu dekade yang lalu, jurnalisme Tempo
telah mengusung semangat jurnalisme melalui gaya penulisan yang mendekatkan pada human
interest. Mereka selalu berusaha untuk menyajikan berita yang melampaui sekadar informasi
permukaan, dengan tekad untuk mengungkap dan mengurai apa yang selama ini tersembunyi
dari mata publik. Sejak saat itu, jurnalisme investigasi telah menjadi ciri khas yang membedakan
Tempo dari media lain di Indonesia. Motto yang selalu dipegang teguh oleh redaksi adalah
"lebih dalam, lebih baru, lebih penting." Hal ini mencerminkan komitmen mereka untuk
memberikan informasi yang lebih mendalam, lebih relevan, dan lebih signifikan kepada
pembaca. Ini adalah identitas yang mereka banggakan, yang menjadikan Tempo sebagai salah
satu media yang berdedikasi untuk menjaga kualitas jurnalisme yang tinggi di Indonesia.
Selain itu sebagai media independen dan kritis, Harian Kompas atau yang saat ini lebih
dikenal sebagai Kompas.id (versi digital) dipilih karena peran pionirnya dalam pemberitaan di
Indonesia serta pengaruhnya terhadap pemerintahan, dunia akademis serta mengejar
segmentasi perusahaan swasta, dengan fokus pada jurnalisme komprehensif yang
menitikberatkan pada akurasi dan kebenaran informasi.
Pada harian Kompas” selalu disajikan bentuk tulisan feature minat insani (human
interest). Redaksi seolah ingin memberikan ruang pada tulisan feature untuk menemukan
penikmatnya. Harian Kompas konsisten menampilkan tulisan feature di medianya. Sebagian
besar media cetak lain menampilkan straight news dan opini. Namun, Kompas mempunyai cara
agar terlihat berbeda. (Kelly et al., 2003) mengatakan bahwa di Harian Kompas sengaja
memberi ruang untuk feature tentang sosok tokoh atau sosok manusia dengan kegiatan
masing-masing. (Nursyahra et al., 2017) menambahkan ini ditampilkan pada halaman 16 sejak
Kompas berganti wajah pada tanggal 28 Juni 1985. Tokoh-tokoh yang terpilih diseleksi dengan
alasan utama yakni dapat menginspirasi pembaca.

4
Menurut) (Roberts, 2016) mengatakan bahwa stilistika (stylistic) adalah ilmu yang
mempelajari tentang gaya (style). Gaya yang dimaksud adalah bagaimana cara penyampaian
penulis terhadap tulisannya, agar pesannya sampai pada pembaca. Menurut gaya bahasa
dapat digunakan untuk mengungkapkan pesan yang ingin disampaikan penulis pada pembaca.
Penelitian ini akan berfokus mengkaji gaya penyampaian penulis yang menggunakan tulisan
features minat insani (human interest) sebagai objek. Dalam hal ini, penulis memiliki ciri-ciri
berbeda dalam menulis feature. Hal tersebut dapat terlihat melalui gaya bahasa maupun
pemilihan diksi. Bahasa yang digunakan dalam feature lebih condong pada bahasa yang
komunikatif.Dari judul tulisan feature di atas, penulis memilih diksi yang berhubungan dengan
kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga mampu memengaruhi emosi pembaca.
Mereka juga menampilkan berita yang didukung oleh data dari penelitian internal.
Pengaruh Kompas/Kompas.id terhadap kebijakan pemerintah tergambar dalam
kemampuannya mempengaruhi agenda publik melalui headline yang kuat, serta perannya
sebagai rujukan bagi instansi pemerintah, swasta, dan media massa lainnya. Contoh konkret
adalah pemberitaan tentang gizi buruk di Kabupaten Asmat pada 2018 yang menjadi sorotan
nasional setelah diberitakan oleh Kompas, yang juga mempengaruhi perhatian media massa
lainnya terhadap kasus tersebut (Haq dan Fadilah, 2018, pp. 208-209)
Atas dasar pendapat di atas juga diperkuat dengan laporan dari Reuters Institute
mengenai media yang memiliki reputasi yang cukup baik sebagai sumber berita yang terpercaya
dan kredibel di Indonesia. Berdasarkan survei Digital News Report 2023 tentang Brand Trust,
Kompas berada di posisi pertama dengan persentase 69% sedangkan Tempo berada di posisi
keenam dengan persentase 60%. Kedua media tersebut juga bersaing dengan media besar
lainnya sebanyak 15 media. Sementara itu, rating Kompas untuk media online dalam jangkauan
mingguan sekitar 45%, untuk Radio, Tv, dan Media Cetak juga 46% sedangkan untuk Tempo di
media online mencapai 17%, untuk Radio, Tv, dan Cetak mencapai 14% serta saat ini data per
tahun 2023 juga menunjukan adanya peningkatan sebanyak 19% yang membayar untuk berita
online (Reuters Institute.politic.ox.ac.uk, 2023).

Figure 1. Media Brands Respondents Trust Most in Indonesia (2023)

5
BRAND TRUST SCORES

Brand Trust Neither Don't Trust

Kompas 69% 26% 6%


CNN 68% 26% 6%
TVRI 66% 30% 5%
SCTV (Liputan6) 64% 30% 6%
Detik.com 63% 30% 7%
Tempo 60% 32% 8%
TVOne 60% 29% 12%
Local Television
57% 36% 7%
News
Tribunnews 55% 36% 9%
Jawa Pos 54% 40% 6%
Merdeka.com 52% 41% 8%
Sindonews.com 52% 40% 8%
Kumparan.com 50% 40% 10%
Suara.com 48% 44% 9%
Tirto.id 44% 45% 11%

Figure 2. Percentage Reach of Top Brands Offline and Online

6
Source: Reuters Institute

Sebelum melangkah lebih jauh perlu diketahui bahwa Kompas.id dan Harian Kompas
sebenarnya adalah satu media dengan dua bentuk yang berbeda, terhubung dalam satu
newsroom dan kepemimpinan redaksi. Tidak seperti Kompas.com yang memiliki kebijakan dan
manajemen yang berbeda (Haq dan Fadilah, 2018, p. 194). Namun, Kompas.id mengalami
perubahan yang dibutuhkan dalam menghadapi era digital. Setelah peluncurannya pada awal
2017, Kompas.id membentuk dua desk khusus: Desk Digital Harian untuk berita hard news yang
dapat diterbitkan tanpa batas waktu serta Dalam desk digital harian terdapat lagi sub-desk
metropolitan, politik hukum, dan ekonomi, dan Desk Digital Mingguan yang fokus pada konten
soft news dan multimedia longform seperti pada rubrik Di Balik Berita, Tutur Visual, Infografik,
Kendara, Gawai, dan lain sebagainya (Haq dan Fadilah, 2018, p. 203).

Kompas.id secara tegas menjalankan semangat untuk mengembangkan jurnalisme yang


bermakna dan memberikan berita bermutu. Melalui strategi bisnis digital subscription, platform
ini berhasil meraih pendapatan dari langganan pembaca dan iklan digital. Meskipun beroperasi
dalam format digital, Kompas.id tetap berkomitmen pada kualitas jurnalisme yang menekankan
kebenaran dan komprehensifitas. Di tengah era digital, laman Kompas.id menegaskan bahwa
kredibilitas informasi adalah elemen kunci yang harus dijaga. Walaupun kecepatan,
kemudahan, dan estetika memiliki peran penting, kehilangan akurasi dan kebenaran informasi

7
akan berdampak merugikan. Dalam upaya adaptasi ini, Kompas.id tidak mengabaikan faktor
kedalaman dan akurasi yang membuatnya dipercaya oleh pembaca, meskipun menghadirkan
konten dalam beragam bentuk multimedia dan platform. Dalam konteks ini, Kompas.id
merespon perubahan kebutuhan pembaca yang beralih ke platform digital dengan
mengimplementasikan strategi bisnis yang mendukung penyajian konten yang memiliki nilai
berarti. Hal ini tidak hanya mewujudkan adaptasi Harian Kompas ke ranah digital, tetapi juga
menjaga integritas jurnalismenya dan menciptakan model bisnis yang berkelanjutan untuk
masa depan (Nursyahra et al., 2017).

Sejalan dengan kepercayaan publik di atas. Dalam konteks penggunaan bahasa di media
online. Kompas juga dikenal sebagai media berita yang minim menggunakan bahasa tidak baku
dalam pemberitaannya. Hal ini dibuktikan dari penelitian sebanyak 0,002% Kompas.com
menggunakan bahasa yang tidak baku (Safitri, 2023). Dengan kata lain, masih memungkinkan
untuk membuat judul atau berita yang menarik tanpa menggunakan bahasa yang tidak baku.
Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran awal mengenai penggunaan bahasa pada
media online di Indonesia yang juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat dan
pemahaman pembaca.

Kepercayaan publik terhadap media juga membuat jurnalis feature online berbeda
dengan jurnalis cetak dalam praktik jurnalistiknya. Mereka lebih fokus pada audiens dan
kebutuhan mereka dalam menentukan topik dan cara penyampaian berita. Dalam melakukan
hal ini, mereka dapat menggunakan data dan analisis tentang preferensi audiens untuk
membentuk konten yang menarik bagi mereka. Selain itu, jurnalis feature online cenderung
menjaga jarak dengan sumber berita. Mereka mendapatkan informasi dari berbagai sumber
berita tanpa harus terlibat langsung dengan sumber yang mereka kutip atau gunakan sebagai
dasar laporan mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk tetap objektif dan independen
dalam memberikan informasi kepada khalayak. Peran jurnalis online secara keseluruhan
menjadi lebih dihargai dan diakui ketika jurnalis feature beradaptasi dengan media online. Hal
ini bisa jadi karena media online memiliki jangkauan yang lebih luas dan dapat menjangkau
audiens yang lebih luas daripada media cetak tradisional. Dengan kemampuan menjangkau

8
lebih banyak orang, peran jurnalis daring menjadi semakin penting dalam menyampaikan
informasi kepada publik (Steensen, 2009).

Gaya penulisan feature dalam jurnalisme seringkali memiliki ciri khas yang
membedakannya dari berita berbasis fakta murni. Feature dianggap sebagai jenis cerita kreatif
yang menggabungkan unsur jurnalistik sastra untuk memberikan informasi sambil menghibur
pembaca. Fokus utama feature adalah pada human interest, yang memungkinkan cerita-cerita
ini untuk menggambarkan situasi, keadaan, atau aspek-aspek kehidupan yang menarik
perhatian pembaca Majalah Tempo, sebagai salah satu media yang mengusung gaya penulisan
feature, telah menghadirkan perspektif ini dalam berbagai rubrik, termasuk Rubrik Seni. Di
dalam Rubrik Seni, majalah Tempo menceritakan kisah-kisah tentang tokoh-tokoh yang aktif di
dunia seni. Setiap awal tahun, Rubrik Seni dalam edisi majalah Tempo akan memaparkan
pencapaian dalam bidang seni, seperti seni rupa dan seni musik, dari tahun sebelumnya.

Pendekatan yang digunakan dalam pemaparan ini adalah teknik deskripsi dengan
pengisahan yang lugas. Ini berarti penulis berusaha untuk memberikan gambaran yang jelas
dan rinci tentang tokoh-tokoh seni serta karya-karya mereka. Deskripsi yang mendalam
membantu pembaca untuk lebih memahami dan mengapresiasi seni yang dipaparkan dalam
majalah Tempo. Dengan demikian, majalah Tempo menggunakan gaya penulisan feature yang
mencakup elemen-elemen jurnalistik sastra, fokus pada human interest, dan pendekatan
deskripsi yang lugas untuk menyajikan cerita-cerita yang informatif dan menghibur dalam dunia
seni kepada pembaca mereka.

Dalam penelitian ini, fokus analisis akan diberikan pada jenis feature yang diangkat oleh
dua media, yaitu harian Kompas dan Media Online Tempo. Meskipun keduanya mengusung
gaya penulisan feature yang khas, penelitian akan membedah dan membandingkan jenis
feature tertentu yang menjadi fokus dari kedua media tersebut. Fokus penelitian akan
mencakup jenis feature minat insani yang dihadirkan dalam harian Kompas. Ini mencakup
cerita-cerita yang menyoroti aspek-aspek kehidupan manusia, kisah inspiratif, dan peristiwa-
peristiwa yang memengaruhi emosi pembaca. Contohnya bisa berupa profil tokoh-tokoh yang
menginspirasi, peristiwa sosial yang menggugah, atau cerita-cerita yang menampilkan sisi

9
kemanusiaan dalam berbagai konteks. Selain itu, penelitian juga akan mencoba
mengidentifikasi perbedaan dan kesamaan dalam gaya penulisan, pendekatan naratif, dan
pemilihan diksi antara kedua jenis feature ini yang dihadirkan oleh Kompas dan Tempo.
Penekanan akan diberikan pada bagaimana keduanya memainkan emosi pembaca melalui
tulisan-tulisan feature mereka.

1.1 Jurnalisme

Dalam kegiatan jurnalistik, baik konvensional maupun online, bagian yang tidak dapat
dipisahkan adalah penulisan berita, yang merupakan bagian penting dalam menyampaikan
informasi mengenai suatu peristiwa kepada khalayak umum. Sebagai penyampai berita, jurnalis
pasti akan menyampaikan informasi secara lengkap dan komunikatif karena dengan pembaca
yang beragam, jurnalis harus menyampaikan dengan jelas dan menghindari kesalahpahaman
dalam berita yang disampaikan. Tidak semua informasi atau peristiwa layak dijadikan berita.
Peristiwa dan informasi yang dapat dijadikan berita adalah peristiwa yang penting dan menarik.
Oleh karena itu, jurnalis akan memilih mana peristiwa yang layak diberitakan dan mana yang
tidak. Informasi yang telah diketahui oleh wartawan penting untuk disampaikan secepat
mungkin kepada masyarakat karena informasi tersebut diharapkan dapat berguna bagi
masyarakat dan pembaca itu sendiri (Nugraha, 2022, p. 40).

Berkaitan dengan pendapat di atas, terdapat sebuah konsep dari buku “An Introduction
of Political Communication” karya Brian Mcnair yaitu “Stock of Knowledge” dimana konsep
tersebut menjelaskan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan yang terbatas dan cenderung
terpengaruh oleh media massa dalam membentuk opini dan pandangannya. Mcnair juga
menjelaskan bahwa baik jurnalis maupun media massa yang dimilikinya memiliki peran penting
dalam membentuk "Stock of Knowledge" masyarakat dengan menyajikan informasi dan sudut
pandang tertentu. Media massa tidak hanya mempengaruhi stock of knowledge masyarakat,
tetapi juga berperan penting dalam membentuk agenda politik dan mempengaruhi kebijakan
publik. Dengan kata lain, media massa memiliki kekuatan yang besar dalam membentuk opini
publik dan mempengaruhi proses politik dan pemerintahan. Oleh karena itu, penting bagi
masyarakat untuk memiliki pemahaman yang kritis terhadap informasi yang disajikan oleh

10
media massa dan mencari sumber informasi yang beragam dan dapat dipercaya (Mcnair, 2011,
pp.17-18).

Pentingnya pemahaman terhadap konsep "Stock of Knowledge," seperti yang dijelaskan


dalam paragraf sebelumnya, memberikan landasan yang esensial dalam mengapresiasi peran
sentral konsep "News Value" dalam membentuk "stock of knowledge" dan memandu seleksi
berita oleh media massa. Istilah “News Value” atau “Newsworthiness” tersebut diperkenalkan
oleh Walter Lippman pada 1922 dalam “Public Opinion” untuk menjelaskan kelayakan suatu
peristiwa. Kemudian, teori nilai berita dikembangkan oleh berbagai tokoh seperti Ostgaard
(1965) dan Galtung dan Ruge (1965) dsb (Suciati dan Fauziah, 2020, p.55). Konsep “News
Value” mengacu pada berita yang dianggap layak untuk disajikan kepada masyarakat, yang
pada akhirnya mempengaruhi dan membentuk "stock of knowledge" masyarakat. Berita yang
relevan, informatif, dan berdampak pada kehidupan masyarakat akan lebih diprioritaskan oleh
media massa karena dianggap menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Sebaliknya, berita yang
kurang relevan atau kurang berpengaruh mungkin akan mendapat prioritas yang lebih rendah
dari media. Dalam konteks ini, hubungan antara "stok pengetahuan" dan nilai berita adalah
saling melengkapi. Berita yang memiliki nilai pengetahuan yang tinggi dan berpotensi
membentuk pandangan dan opini publik akan lebih dianggap layak dan diliput oleh media
massa. Oleh karena itu, peran media massa dalam menyampaikan berita yang meningkatkan
pengetahuan publik dan membentuk perspektif yang terinformasi menjadi sangat penting.

1.2 Berita & Kelayakan Berita (Nilai)

Sebelum melangkah lebih jauh, setidaknya perlu dipahami terlebih dahulu mengenai
berita itu sendiri. Berita adalah laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang aktual,
penting, dan menarik bagi banyak orang (Suhandang, 2016, h. 112). Berita merupakan
informasi atau laporan mengenai suatu peristiwa, kejadian, atau fakta yang baru saja terjadi
atau sedang terjadi dan dianggap penting atau menarik untuk disampaikan kepada khalayak
dan dimuat di media massa. Berita yang disampaikan harus jelas dan mudah dipahami oleh
masyarakat (Wahono, 2020, p. 10). Berita yang merupakan karya jurnalistik dikemas
berdasarkan data dan fakta tanpa melibatkan opini wartawan (Mony, 2020, p. 67). Singkatnya,

11
berita adalah laporan tentang peristiwa terbaru atau terkini dan berdasarkan informasi yang
benar-benar valid. Penyampaian berita harus jelas dan mudah dimengerti agar pemirsa berita
dapat memahami pesan yang disampaikan. Atas dasar itu, berita dapat memberikan informasi
yang akurat dan objektif tanpa adanya opini dari pembuat berita.

Tidak semua pemberitaan peristiwa yang aktual, menarik, dan penting dapat dijadikan
berita. Karena pada dasarnya yang layak dijadikan berita hanyalah peristiwa dan informasi yang
memenuhi kriteria baru atau nilai berita (Romli, 2018, p. 72). Menurut Brooks, Kennedy, &
Moen (2014, p. 5-6), ada tiga kriteria berita yang digunakan oleh reporter dan editor
profesional dalam menentukan berita, yaitu Relevansi, Kegunaan, dan Kepentingan. Ketiga
kriteria ini untuk khalayak tertentu merupakan pedoman umum untuk menilai nilai berita dari
suatu peristiwa, isu, atau tokoh. Kriteria ini berlaku secara umum, tetapi setiap wartawan dan
setiap organisasi berita menggunakannya dalam konteks tertentu yang menyampaikan makna
tertentu. Wartawan selalu menentukan nilai berita dengan mempertimbangkan khalayak
tertentu. Berdasarkan tiga kriteria standar di atas, berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut
mengenai nilai-nilai berita dan beberapa pendapat dari beberapa narasumber yang berbeda:

● Impact (Dampak)

Peristiwa dapat diukur dari segi dampak, relevansi, dan kegunaannya untuk menilai
sejauh mana peristiwa tersebut memiliki pengaruh. Menurut Brooks, Kennedy, dan Moen
(2014, h. 5-6), jika sebuah peristiwa tidak memiliki dampak yang signifikan bagi masyarakat,
maka tidak dapat dikategorikan sebagai berita. Selain itu, berita akan memiliki nilai yang lebih
tinggi jika dampak yang dirasakan oleh masyarakat juga tinggi (Nugraha, 2022, p. 64). Dengan
kata lain, dampak, relevansi, dan kegunaan merupakan alat ukur untuk mengetahui sejauh
mana peristiwa tersebut berpengaruh. Jika sebuah peristiwa tidak memiliki dampak yang
signifikan bagi masyarakat, maka peristiwa tersebut tidak dianggap sebagai berita. Berita
memiliki nilai yang lebih tinggi jika dampak yang dirasakan masyarakat juga tinggi.

Sebagai contoh, berita terkait kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) akan sangat
berdampak pada masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Menurut dosen UM

12
Surabaya, Arin, dampak yang akan dirasakan oleh mereka adalah seperti penurunan daya beli,
kenaikan harga bahan pokok, dan peningkatan pengangguran, serta kemiskinan. Sementara itu,
bagi masyarakat menengah ke atas, hal ini tidak memberikan dampak yang signifikan
(detik.com, 2022).

● Konflik

Konflik atau perselisihan adalah sumber berita yang tidak pernah habis. Ketika terjadi
perselisihan antara dua individu yang semakin intens dan meluas, serta dianggap penting oleh
banyak orang, maka perselisihan yang awalnya hanya masalah individu berubah menjadi
masalah sosial yang melibatkan banyak orang (Sumadiria, 2011, h. 87). Konflik seringkali
menjadi tema utama dalam berbagai cerita, seperti cerita perang, perselisihan antar manusia,
dan konflik antar bangsa, yang merupakan informasi yang menarik. Di sini, kata "menarik"
berarti sesuatu yang membangkitkan rasa ingin tahu seseorang terhadap peristiwa tersebut.
Oleh karena itu, jurnalis harus menghindari dramatisasi atau penyederhanaan berita yang
mereka tulis (Brooks, Kennedy, dan Moen, 2014, h. 5-6). Singkatnya, konflik, yang merupakan
bentuk perselisihan antara dua individu, dapat berubah menjadi isu sosial yang besar jika
dianggap penting. Alasan mengapa konflik selalu menjadi tema utama dalam berbagai
pemberitaan di masyarakat adalah karena konflik menarik minat masyarakat untuk
mengetahuinya.

Misalnya, berita terkini mengenai perang antara Rusia dan Ukraina. Moskow, ibu kota
Rusia, dilaporkan mengalami serangan pesawat tak berawak yang tidak diketahui asalnya.
Militer Ukraina mengancam akan membalas serangkaian serangan rudal Rusia ke Kyiv, Ukraina.
Meskipun Ukraina belum menanggapi insiden drone tersebut, serangan tersebut hanya
menyebabkan kerusakan kecil pada beberapa bangunan dan tidak ada korban luka yang serius.
Walikota Moskow juga telah mengevakuasi beberapa warganya (bbc.com, 2023).

● Kebaruan

Unsur kebaruan dalam sebuah berita dapat menarik perhatian pembaca karena sifatnya
yang segar dan tidak biasa. Misalnya, konflik atau peristiwa yang diberitakan tidak sama setiap

13
harinya. Oleh karena itu, hal tersebut dapat dianggap sebagai sesuatu yang baru. Kebaruan
merupakan aspek umum dalam jurnalisme dan jenis berita lainnya (Brooks, Kennedy, dan
Moen, 2014, h. 5-6). Sesuai dengan pandangan di atas, berita adalah segala sesuatu yang baru.
Segala sesuatu yang memiliki unsur kebaruan pasti memiliki nilai berita (Sumadiria, 2011, h. 81-
82). Kebaruan dalam peristiwa berita menarik minat pembaca karena bersifat baru dan tidak
biasa. Konflik atau peristiwa yang diberitakan tidak selalu sama setiap harinya, sehingga
dianggap baru. Kebaruan adalah elemen umum dalam jurnalisme dan jenis berita lainnya.
Orang atau peristiwa bisa menjadi menarik dan layak diberitakan karena tidak biasa atau unik
dan informasinya mutakhir.

Sebagai contoh, berita yang telah dijabarkan pada masing-masing news value
merupakan salah satu berita terbaru. Agar lebih mudah dipahami, bagian news value ini
menyajikan berita terbaru mengenai Pilpres 2024 dimana Presiden Jokowi akan maju dalam
Pilpres 2024 dan pengamat mengungkapkan dampak negatif dari hal tersebut. Mengapa berita
ini dikatakan terbaru karena berita ini baru saja diterbitkan oleh Tempo.co pada Jumat, 2 Juni
2023, pukul 09:41 WIB. Setiap kali berita diterbitkan, bisa saja ada informasi baru atau
perkembangan berita yang mungkin terkait dengan topik yang sama atau bahkan tidak terkait.
Intinya, meskipun harinya tetap sama, namun peristiwa setiap harinya akan berbeda.

● Ketokohan (Prominence)

Kehadiran nama-nama penting, seperti artis, penyanyi, pejabat, dan sebagainya dalam
sebuah peristiwa dapat menarik minat publik terhadap berita dan memberikan nilai yang lebih
tinggi (Nugraha, 2022, p. 64). Istilah "public figure" digunakan untuk menyebut orang yang
memiliki pengaruh dalam kehidupan publik, seperti pejabat, sedangkan artis atau orang
terkenal memiliki nilai berita karena popularitasnya, bukan karena kebijaksanaan yang
dimilikinya seperti yang dimiliki oleh public figure (Iskandar, Suryawati, & Liliyana, 2022, p. 27).
Namun, terkadang terjadi penyalahgunaan dalam menggambarkan ketenaran dan kebaruan
dalam berita yang dapat menghasilkan berita yang tidak relevan dan tidak berguna (Brooks,
Kennedy, & Moen, 2014, h. 5-6). Dengan kata lain, kehadiran orang-orang penting dalam
sebuah peristiwa, seperti artis, penyanyi, dan pejabat, dapat menarik minat publik dan

14
memberikan nilai berita yang lebih tinggi. "Tokoh publik" merujuk pada mereka yang
memengaruhi kehidupan publik, sedangkan artis atau orang terkenal memiliki nilai berita
karena popularitasnya. Namun, sering kali terjadi penyalahgunaan ketenaran dan kebaruan
dalam berita yang menghasilkan konten yang tidak relevan dan tidak bermanfaat.

Sebagai contoh, dua berita yang berbeda disajikan, satu tentang pejabat publik dan
yang lainnya tentang selebriti terkenal.

1. Berita yang berkaitan dengan tokoh publik seperti Presiden Jokowi. Pada tanggal 1 Juni
2023, Presiden Jokowi memberikan pidato pada Peringatan Hari Lahir Pancasila yang
diadakan di Monumen Nasional, Jakarta. Dalam pidatonya, Presiden Jokowi
menyampaikan bahwa Indonesia sebagai negara besar tidak bisa didikte oleh siapapun
dan harus duduk sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Namun, selalu siap untuk
berkontribusi bagi dunia (CNN Indonesia, 2023).
2. Berita tentang artis Maudy Ayunda. Wanita cantik ini dikenal sebagai salah satu wanita
yang menginspirasi masyarakat Indonesia, khususnya anak muda karena cerdas dan
salah satu artis Indonesia yang berhasil masuk ke dua kampus ternama dunia seperti
Oxford University dan Stanford University. Berita tersebut berisi tentang Maudy Ayunda
yang sedang melakukan sesi tanya jawab mengenai fakta-fakta menarik tentang dirinya.
Salah satu fun fact tentang dirinya yang menarik perhatian adalah semasa sekolah
Maudy tidak pernah mengikuti remedial. Berita dengan judul "Maudy Ayunda Ungkap
Tak Pernah Remedial Saat Sekolah, Warganet: Dia Makan Apa, Aku Tiap Ulangan Pasti
Remedial" dari judul tersebut dapat dilihat bahwa sesuai dengan pendapat di atas,
terkadang ketenaran sering kali menghasilkan konten yang kurang bermanfaat hanya
karena dia seorang artis yang memiliki popularitas dapat menjadi berita (liputan6.com,
2023).

● Kedekatan

15
Yang dimaksud dengan kedekatan di sini adalah biasanya orang akan lebih tertarik dan
peduli dengan apa yang terjadi di sekitar mereka (Brooks, Kennedy, dan Moen, 2014, h. 5-6).
Ketika orang membaca dan mendengarkan berita, seringkali mereka juga ingin tahu apakah
berita tersebut berdampak pada lingkungannya atau tidak. Senada dengan pendapat di atas,
Nugraha (2022, p. 64) berpendapat bahwa nilai proximity dalam nilai berita sebuah peristiwa
memiliki beberapa aspek baik secara geografis, psikologis, maupun ideologis.

1. Aspek geologis di sini berarti kedekatan peristiwa dalam hal lokasi kejadian. Misalnya,
terkait berita bencana gempa bumi. Gempa bumi bermagnitudo 5,5 mengguncang
Ambon, Maluku pada 1 Juni 2023, pukul 04.56.39 WIB. BMKG setempat menyatakan
gempa tersebut tidak berpotensi tsunami dan dalam berita tersebut juga dijelaskan
antisipasi gempa (Liputan6.com, 2023). Bagi sebagian masyarakat di sekitar wilayah
Ambon, berita seperti ini menjadi penting dan berharga. Ada unsur kedekatan dengan
daerah mereka dan informasi ini berdampak pada mereka.
2. Aspek psikologis adalah keterikatan budaya, pikiran, perasaan, dan kejiwaan seseorang
dengan suatu objek peristiwa. Sebagai contoh, berita tsunami Aceh tahun 2004. Bagi
masyarakat Aceh dan masyarakat Indonesia, bencana alam yang melanda Aceh ini
merupakan salah satu bencana yang sangat memilukan karena menelan begitu banyak
korban jiwa dan besarnya gempa yang memicu tsunami tersebut antara magnitudo 9,1-
9,3 (Tempo.co, 2022).
3. Aspek ideologis berarti adanya kedekatan dalam bentuk keyakinan. Sebagai contoh,
berita tentang atlet timnas voli putri pertama yang mengenakan hijab saat bertanding di
SEA Games 2023 di Kamboja menjadi sorotan dunia (tvonenews.com, 2023).

Pendapat lain di atas, seiring dengan hadirnya internet, unsur kedekatan (geografis)
tidak lagi ada karena sebuah peristiwa yang memiliki unsur kedekatan tidak selalu harus
bergantung pada lokasinya. Yang meningkat sekarang adalah aspek emosional (Iskandar,
suryawati, dan Liliyana, h. 27). Singkatnya, kedekatan dalam berita mencakup ketertarikan dan
kepedulian masyarakat terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Selain aspek geografis,

16
psikologis, dan ideologis, perhatian kini juga tertuju pada kehidupan emosional dan informasi
yang bisa dijangkau hanya dengan internet di telepon genggam.

● Ketepatan waktu (Aktualitas)

Aktualitas dalam konteks ini mengacu pada peristiwa yang baru saja terjadi atau sedang
berlangsung. Di era internet, jurnalis dihadapkan pada tuntutan untuk melaporkan berita
dengan segera, dan ini menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. (Brooks, Kennedy, dan Moen,
2014, h. 5-6). Oleh karena itu, media massa menggunakan semua sumber daya yang mereka
miliki, termasuk jurnalis dan peralatan modern yang canggih, untuk mendapatkan dan
menyajikan berita yang aktual kepada masyarakat (Muslimin, 2019, p. 22). Dalam nilai berita
ini, aktualitas dibagi menjadi tiga bagian (Sumadiria, 2011, p. 83-84), yaitu:

1. Kalender Aktualitas yang dapat berisi berita tentang hari libur nasional. Misalnya, berita
tentang Hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus.
2. Aktualitas Waktu yang berarti berita dengan laporan tercepat dan terbaru yang
biasanya akan diperbarui setiap waktu dan hari. Misalnya, berita tentang bencana alam
dan hasil quick count.
3. Isu Aktualitas, misalnya korupsi, perampokan, pencurian, dan lain sebagainya.

Dengan kecepatan informasi dan kemajuan teknologi, penting bagi para jurnalis untuk
tetap teliti dan memperhatikan tiga kategori aktualitas di atas. Hal ini juga menjadi salah satu
pengaruh dalam memilih berita mana yang akan diprioritaskan untuk disajikan kepada publik.
Tidak semua informasi yang diterima bisa langsung dipublikasikan, ada yang perlu ditunda
hingga keesokan harinya agar berita tersebut lengkap dan jelas sebelum disajikan kepada
publik.

Seiring dengan perkembangan di era digital. Banyaknya sumber informasi yang


membingungkan, memecah belah audiens, dan meningkatnya keluhan tentang berita palsu. Hal
ini membuat sebagian besar jurnalis menambahkan dua kriteria baru dalam menilai sebuah
berita, yaitu:

17
● Keterlibatan (Engagement)

Ada interaksi dua arah antara media dan audiensnya. Hal ini bertujuan untuk melibatkan
publik dengan berita dan penyedia berita. Audiens online dapat menanggapi, mengoreksi, dan
mengkritik jurnalisme (Brooks, Kennedy, dan Moen, 2014, h. 5-6). Sebagai contoh, berita kini
tidak hanya dipublikasikan di media cetak atau melalui situs web, tetapi juga melalui media
sosial. Sebagai contoh, berita yang dipublikasikan di media sosial seperti Instagram dan Twitter
memiliki kolom bagi publik untuk mengomentari berita yang dipublikasikan.

Gambar 4. Bagian Komentar di Media Sosial untuk Keterlibatan (Engagement)

● Solusi

Dalam setiap pemberitaan, diharapkan ada solusi dari masalah yang diberitakan.
Misalnya, berita mengenai politik dan pemerintahan dapat memberikan efek meningkatkan
sinisme dan menurunkan partisipasi dalam kegiatan kewarganegaraan seperti pemungutan
suara (Brooks, Kennedy, dan Moen, 2014, h. 5-6). Oleh karena itu, dalam melakukan
pemberitaan jurnalis dapat memberikan solusi atas permasalahan yang diberitakan dengan

18
mencari narasumber atau audiens yang tidak hanya menjelaskan permasalahan tetapi juga
dapat memberikan solusi.

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa peristiwa yang faktual, menarik, dan
terbaru dalam berita juga memiliki nilai berita yang dimaksudkan sebagai pedoman dalam
menentukan apakah sebuah peristiwa layak dan penting untuk disajikan kepada khalayak.
Kemudian pada bagian selanjutnya, dipaparkan berbagai jenis berita dari berbagai pendapat
yang ditemukan.

1.3 Jenis-jenis Berita

Berita yang terbaru, menarik, faktual, cepat, dan berdampak dikatakan memiliki
berbagai jenis. Setiap jenis berita memiliki ciri khasnya masing-masing dan satu jenis berita
dengan jenis lainnya tentu memiliki tujuan yang berbeda dalam informasi yang disajikannya.
Berikut ini adalah jenis-jenis berita yang cukup populer berdasarkan berbagai sumber yang
ditemukan:

1. Straight News (Berita Langsung)

Berita yang ditulis secara singkat, padat, dan lugas. Sebagian besar surat kabar dan
media daring menggunakan jenis berita ini di halaman depan (headline) (Nugraha, 2022, p. 60).
Berita langsung (straight news) adalah berita yang ditulis secara langsung dan informasi yang
didapat berasal dari sumbernya langsung. Isi dalam penulisan berita ini bersifat deskriptif dan
mengutamakan aktualitas informasi (Muslimin, 2019, p. 75). Berita langsung (straight news)
adalah laporan langsung terhadap suatu peristiwa. Biasanya, jenis berita ini menggunakan
unsur 5W+1H (Sumadiria, 2011, p. 69). Dapat dikatakan bahwa berita jenis ini merupakan berita
yang sangat singkat, padat, dan jelas karena hanya mengungkapkan fakta-fakta dari apa yang
sedang atau telah terjadi. Berita jenis ini biasanya cocok untuk masyarakat yang ingin cepat
mengetahui informasi secara langsung atau langsung pada inti informasi yang disampaikan.
Dalam straight news terdapat dua jenis berita, yaitu:

19
● Hard News (Berita keras) adalah berita yang serius, panas, dan terkadang mengerikan.
(Nugraha, 2022, p. 60). Berita jenis ini merupakan berita yang paling umum dan paling
sering dijumpai karena biasanya berisi tentang kejadian-kejadian yang serius (Muslimin,
2019, p. 75). Berita serius adalah berita yang berisi informasi dalam bentuk
penyampaian yang formal. Misalnya, berita tentang bencana, politik, dan sebagainya.
● Soft news (Berita Lunak) adalah berita yang tidak terlalu serius (Nugraha, 2022, p. 60).
Serius di sini berarti informasi yang disajikan dalam bentuk penyampaian yang santai.
Biasanya berisi peristiwa yang kurang penting, namun menarik dan unik (Muslimin,
2019, p. 76). Misalnya, berita selebriti, hiburan, pariwisata, dan lain sebagainya.
2. Opini

Ini adalah jenis berita yang berisi pendapat, analisis, komentar, atau pernyataan
seseorang tentang suatu peristiwa atau isu faktual. Biasanya berisi pendapat atau pernyataan
pejabat, ahli, pelaku, korban, atau saksi dalam suatu kasus (Nugraha, 2022, p. 61). Pendapat
lain juga mengatakan bahwa jenis berita ini berisi tentang angka-angka mengenai hal, peristiwa,
kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, keamanan, dan sebagainya (Nurapni, 2010, p. 11).
Singkatnya, jenis berita ini lebih banyak berisi opini dari berbagai sumber yang relevan.

3. Berita Interpretatif (Interpretative News)

Merupakan laporan peristiwa yang didasarkan pada pengembangan opini dan penelitian
yang dilakukan oleh pembuat berita dan disertai dengan interpretasi (penjelasan) atau
penilaian. Kemudian, dilengkapi dengan informasi pendukung yang berkaitan dengan isu yang
diangkat. (Nugraha, 2022, p. 61). Penyajian berita ini merupakan gabungan antara fakta dan
interpretasi. Pembuat berita dapat menyertakan keterangan, komentar dan sebagainya yang
berkaitan dengan data yang diperoleh dari peristiwa atau kejadian yang dilihatnya. Dalam
berita interpretatif, jika ada informasi atau data yang masih kurang jelas, penulis dapat
memberikan penjelasannya atau dengan mewawancarai kembali narasumber atau sumber lain
yang relevan atau terkait (Muslimin, 2019, p. 80). Jenis laporan ini lebih dari sekadar berita
langsung dan berita mendalam. Umumnya, laporan interpretatif berfokus pada sebuah isu,
masalah, atau peristiwa kontroversial dan disertai dengan fakta-fakta yang telah terbukti,

20
bukan opini. Dalam laporan ini, reporter menganalisis dan menjelaskan berdasarkan fakta dan
nilai. Oleh karena itu, beberapa pembaca menyebut laporan ini sebagai "opini". Fokus utama
dari laporan ini lebih pada sifat pertanyaan atau "mengapa". Sumadiria, 2011, h. 70).
Berdasarkan berbagai sumber di atas. Dengan kata lain, berita interpretatif adalah
pengembangan berita berdasarkan fakta serta interpretasi dan penilaian terhadap informasi
yang didapat. Berita ini juga lebih bersifat menjelaskan informasi dan peristiwa yang terjadi.
Misalnya, berita tentang banjir disertai dengan komentar dari para ahli lingkungan.

4. Berita Mendalam (In-depth News)

Berita mendalam atau disebut juga In-depth reporting adalah laporan berita yang lebih
lengkap dan lebih detail dibandingkan dengan straight news. Pengembangan berita didasarkan
pada penggalian fakta-fakta baru disertai dengan penekanan pada penjelasan mengapa hal
tersebut terjadi, bagaimana, dan apa solusinya. Laporan berita ini merupakan bagian dari
pengembangan berita yang belum selesai dan perlu ditindaklanjuti untuk mendapatkan
informasi dan data terbaru (Nugraha, 2022, h. 61-62). Pendapat lain juga mengatakan bahwa
laporan ini merupakan kelanjutan dan hampir mirip dengan berita Investigasi. Bedanya, berita
Investigasi didasarkan pada isu dan data mentah yang kemudian diteliti atau digali. Sedangkan
berita In-depth lebih kepada pengungkapan sebuah cerita yang belum selesai dan bisa
dilanjutkan (Muslimin, 2019, p. 82). Pembuat berita mengumpulkan informasi berdasarkan
fakta-fakta yang ditemukan pada sebuah peristiwa untuk memberikan informasi tambahan atau
pendukung bagi laporan berita tentang peristiwa tersebut. Laporan ini membutuhkan
pemindahan informasi tanpa adanya opini dari wartawan. (Sumadiria, 2011, h. 69). Dapat
dikatakan bahwa berita mendalam lebih kepada laporan berita yang dirasa perlu untuk
dilanjutkan dan disertai dengan informasi terbaru atas suatu peristiwa berdasarkan fakta tanpa
dicampuri opini dari orang yang membuat laporan berita tersebut.

5. Berita Investigasi (Investigative News)

Berita ini lebih lengkap dan mendalam daripada berita mendalam. Jenis berita ini
dikembangkan berdasarkan penelitian dan investigasi dari berbagai sumber. Laporannya

21
kebanyakan mengungkap peristiwa misterius karena fakta yang tidak diungkapkan atau
ditutup-tutupi (Nugraha, 2022, h. 62). Fokus berita investigasi umumnya pada suatu masalah
atau kontroversi. Untuk mendapatkan informasi, jurnalis biasanya akan melakukan investigasi
untuk mendapatkan fakta-fakta yang tersembunyi demi tujuan tersebut. Praktik ini sering kali
ilegal dan tidak etis (Sumadiria, 2011, h. 71). Dengan kata lain, bentuk pemberitaan ini
mengekspos sebuah peristiwa dengan sangat mendalam dan sangat lengkap karena investigasi
bukan sekadar penelitian.

6. Feature

Feature dalam penyajian berita memiliki kebebasan dalam penulisan yang


memungkinkan untuk mengabaikan pedoman 5W+1H yang menjadi aturan utama dalam
penulisan berita. Pendapat mengenai feature beragam, ada yang menganggapnya sebagai jenis
karangan khusus, ada pula yang mengaitkannya dengan human interest. (Muslimin, 2019, p.
84). Sumadiria (2011, p. 70) berpendapat bahwa berita feature berbeda dengan berita langsung
(straight news), berita mendalam (indepth news), dan berita interpretatif (interpretative news)
yang lebih fokus pada penyampaian informasi penting. Dalam feature, penulis berusaha
mencari fakta-fakta yang menarik untuk menarik perhatian pembaca. Penulis feature lebih
berorientasi untuk memberikan "pengalaman pembaca" dengan gaya penulisan dan humor
daripada sekadar menyajikan informasi penting. Feature merupakan karya jurnalistik yang
menggunakan gaya sastra untuk memberikan informasi yang informatif dan menghibur.
Dengan berbagai pendapat mengenai feature, intinya adalah feature merupakan bagian dari
karya jurnalistik yang tidak harus berpatokan pada 5W+1H dan tetap mengandung unsur fakta
untuk memberi informasi dan menghibur.

Dalam dunia jurnalisme, berita memiliki beragam jenis yang masing-masing memiliki
tujuan dan ciri khasnya. Straight news menghadirkan fakta secara jelas dan ringkas, sementara
opini mengungkapkan sudut pandang subjektif penulis. Interpretative news meresapi makna di
balik peristiwa, sedangkan in-depth news memberikan informasi komprehensif. Investigative
news menggali fakta tersembunyi untuk diungkapkan kepada publik. Namun, dalam penelitian
kali ini, sorotan tertuju pada jenis berita feature. Berbeda dari yang lain, berita feature

22
memanjakan pembaca dengan cerita yang kaya akan detail, menciptakan pengalaman
mendalam yang mengajak pembaca untuk merasakan dan memahami peristiwa tersebut.
Dengan pendekatan naratif yang mendalam, berita feature mengajak kita masuk ke dalam
dunia peristiwa dan mengambil bagian dalam ceritanya.

1.4 Apa itu Feature (Definisi)

Feature merupakan salah satu jenis tulisan dalam jurnalistik yang berbeda dengan
tulisan jurnalistik lainnya, seperti berita langsung (straight news). Meski begitu, feature tetap
berdasarkan fakta dan data, serta telah melalui proses jurnalistik (Sumadiria, 2011, h. 150).
Feature adalah cerita kreatif khas jurnalisme sastra tentang suatu situasi, kondisi, atau aspek
kehidupan yang bertujuan untuk memberikan informasi sekaligus menghibur khalayak media
massa (Sumadiria, 2011, h. 151) dan menggugah empati atau inspirasi pembaca melalui gaya
penulisan yang menarik (Efendi dkk, 2023). Menurut Goenawan (2014 h. 2-3), mengatakan
bahwa feature merupakan bagian dari tulisan kreatif yang terkadang bersifat subjektif dan
dimaksudkan untuk menghibur dan memberikan informasi kepada pembaca. Berbeda dengan
berita biasa, penulisan feature memberikan kebebasan kepada wartawan untuk menulis
dengan tetap terikat pada etika jurnalisme bahwa tulisan harus akurat. Kreativitas penulis
feature dapat dilihat dari kemampuannya mengembangkan cerita menjadi artikel feature yang
enak dibaca.

Feature, juga dikenal sebagai News Features. Adanya kata "berita" di awal feature
menandakan bahwa penulis harus berpegang teguh pada fakta dan tidak bebas mengarang
cerita seperti pada tulisan kreatif lainnya. Feature juga sering disebut sebagai "Cerita Khas" dan
human interest karena gaya penulisannya yang relatif tidak lekang oleh waktu dan
menitikberatkan pada pengalaman manusia yang disampaikan dalam bentuk narasi. (Nugraha,
2022, h. 75-76). Hal inilah yang membedakan feature dengan berita langsung (straight news)
yang umumnya bersifat to the point dan tidak abadi. Feature (berita) kemudian diolah
sedemikian rupa agar menarik, baik dari segi isi maupun gaya penulisannya. Penulisan feature
dapat mencakup berbagai topik yang tidak terlalu penting namun menarik, dengan penekanan
pada emosi atau sentuhan manusiawi (Hikmat Kusumaningrat & Purnama Kusumaningrat,

23
2012, h. 219). Penting untuk diingat bahwa penulisan feature tidak mengikuti aturan jurnalistik
umum seperti piramida terbalik atau rumus 5W+1H, atau metode deduktif lainnya. Oleh karena
itu, feature yang baik harus menyertakan unsur 5W+1H dan disajikan dengan gaya bahasa yang
kreatif dan informal. Berbeda dengan berita langsung yang menggunakan bahasa yang lugas
dan formal (Sumadiria, 2011, h. 152). Dengan kata lain, tulisan khas ini memiliki daya tarik yang
tak lekang oleh waktu dan zaman. Isinya yang menarik dan terkadang subjektif membuatnya
tetap relevan dari waktu ke waktu dan tetap berpegang pada etika jurnalistik berupa fakta dan
data. Feature ini mengeksplorasi sisi emosional dan membangkitkan sentuhan perasaan
manusia, menghindari pola jurnalistik konvensional seperti straight news, dan lebih berani
berkreasi dengan gaya bahasa yang kreatif dan santai.

Feature berperan sebagai pelengkap surat kabar atau media massa, menyajikan berita
dengan plot dan pemicu yang dapat menyentuh perasaan pembaca (Hariyansyah, 2022). Gaya
penulisan feature yang unik ini muncul karena kebutuhan jurnalis surat kabar untuk
beradaptasi dengan kemajuan media audio visual dan gaya penulisan novel yang saat itu
sedang tren. Feature menggabungkan kedalaman data dan fakta dengan gaya penulisan sastra
yang menarik perhatian dan emosi pembaca. Feature juga disebut esai khas karena cara
penyajiannya yang unik, termasuk judul utama, tubuh tulisan, dan kesimpulan (Maulida, 2022).
Dengan demikian, feature merupakan salah satu bentuk tulisan jurnalistik yang menarik dan
memberikan pengalaman berbeda bagi pembaca media massa.

1.5 Jenis-jenis Feature

Setiap jenis fitur menawarkan keunikan dan daya tarik tersendiri. Mulai dari feature
yang menceritakan kisah-kisah inspiratif dari para tokoh, hingga feature perjalanan yang
membawa pembaca ke tempat-tempat eksotis. Ada juga feature human interest yang
menyoroti kisah-kisah manusia yang menyentuh, dan feature hiburan yang memberikan
informasi terkait dunia hiburan. Ada juga feature opini yang mengungkapkan sudut pandang
penulis terhadap isu-isu kontroversial, dan feature ilmiah yang mengangkat fenomena-
fenomena ilmiah yang menarik. Jenis-jenis feature ini memberikan keleluasaan bagi penulis
untuk mengeksplorasi berbagai topik dengan gaya bahasa yang kreatif. Berikut ini adalah

24
penjelasan lebih mendalam mengenai jenis-jenis feature yang telah disebutkan sebelumnya
menurut berbagai pendapat, yaitu:

1. Feature Sejarah (Historical Feature)

Jenis feature ini mencoba merekonstruksi sebuah peristiwa di masa lampau dari
segi fakta-fakta objek atau benda-benda tersebut dan juga menyertakan aspek-aspek
kemanusiaannya yang selalu mengundang simpati dan empati pembaca (Sumadiria,
2011, p. 162; Muslimin, 2019, p. 94). Di Indonesia, banyak fakta dan peristiwa sejarah
yang sangat penting diabadikan melalui patung, prasasti, monumen, atau biorama.
Selain itu, kisah-kisah heroik tentang perjuangan kemerdekaan dan kesaksian para
pelakunya, ditambah dengan kunjungan ke tempat-tempat terjadinya peristiwa
tersebut, selalu membangkitkan rasa ingin tahu di kalangan masyarakat (Sumadiria,
2011, hlm. 162). Di negara yang multikultural ini, peninggalan sejarah umumnya
dikemas dalam bentuk 3D, dan di balik bentuk tersebut, terdapat kisah-kisah
perjuangan. Menceritakan kembali peristiwa sejarah dalam bentuk yang menarik, dapat
memicu simpati pembaca dan meningkatkan apresiasi terhadap sejarah bangsa.

Sebagai contoh, artikel feature di rubrik "selingan" Majalah Tempo yang


berjudul "Tamansiswa dan Sejarah di Bawah Karpet" di mana ratusan anggota keluarga
besar Tamansiswa mementaskan drama musikal berjudul "Sang Pamong" yang
mengisahkan riwayat hidup Ki Hajar Dewantara. Tidak hanya menceritakan pementasan
teater, penulis juga menceritakan hal lain, seperti pameran dokumentasi foto dan
memorabilia Tamansiswa dan lain sebagainya (Suyono, Majalah.tempo.co, 2022).

2. Feature Human Interest

Feature menawarkan cerita yang dapat membangkitkan emosi, mulai dari hal
baru hingga kegembiraan, dan bahkan dapat membangkitkan perasaan jengkel, benci,
dan marah (Romelteamedia.com, 2019). Melalui fitur human interest, penulis berusaha
mempengaruhi perasaan pembaca, menciptakan suasana hati yang beragam, dan
bahkan membuat pembaca meneteskan air mata. Dalam fitur ini, tokoh yang dipilih

25
tidak hanya berasal dari kalangan orang kaya, tetapi juga dari kalangan biasa, tetapi
kisahnya memiliki daya inspiratif yang dapat mempengaruhi siapa saja (Sumadiria, 2011,
p. 161). Singkatnya, dalam feature human interest, ada unsur menyentuh perasaan yang
dapat menginspirasi orang lain.

Sebagai contoh, salah satu tulisan feature dalam rubrik "sosok" di Kompas.id.
Feature berjudul "Alfreth Salouw, Perawat Serba Bisa di Pinggiran Negeri" tersebut
mengisahkan seorang perawat laki-laki yang berinisiatif melakukan pelayanan kesehatan
dari rumah ke rumah (sweeping) untuk masyarakat di wilayah desa Wonreli, Pulau Kisar,
Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku (Herin, Kompas.id, 2023).

3. Feature Biografi

Bercerita tentang riwayat hidup seseorang, terutama orang-orang terkenal,


seperti tokoh masyarakat, selebriti, pemimpin pemerintahan, atau seseorang yang
bermanfaat bagi masyarakat (Sumadiria, 2011, hlm. 161; Muslimin, 2019, hlm. 94).
Penulis feature biografi mencoba untuk membawa keakraban dan memperkenalkan sisi
pribadi dan aspek-aspek yang kurang dikenal dari tokoh tersebut (Romelteamedia.com,
2019). Dengan kata lain, feature biografi menceritakan perjalanan hidup seseorang yang
memiliki popularitas dan mengungkap sisi lain dari tokoh tersebut.

Sebagai contoh, tulisan pada kolom feature tersebut berbentuk panjang dengan
judul "Giliran Indro Dong" Dalam tulisannya, penulis membuka dengan suasana kota
Jakarta dan profil Indro Warkop. Selanjutnya diceritakan latar belakang keluarga Indro
hingga kepergian sang ayah, disitulah awal mula perubahan hidupnya menjadi seorang
aktor dan komedian yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. (Hifzurahman,
CNNIndonesia.com, 2023).

4. Fitur Perjalanan (Travelogue)

Masyarakat Indonesia, khususnya yang gemar menonton acara televisi, tentu


tidak asing lagi dengan tayangan-tayangan seperti Jejak Petualang, Si Bolang, Mancing

26
Mania, dan My Trip My Adventure. Beberapa tayangan tersebut merupakan tayangan
travel feature yang berisi laporan perjalanan, kesan-kesan yang dirasakan selama
perjalanan, menemukan fakta-fakta baru yang mungkin belum diketahui, dan mengajak
penonton untuk mengenal atau lebih dekat dengan tempat-tempat yang memiliki daya
tarik tertentu. Feature perjalanan biasanya ditulis atau disajikan oleh jurnalis atau
pelaku yang melakukan perjalanan ke suatu tempat secara langsung maupun tidak
langsung. Pada jenis feature ini, subjektivitas penulis sangat menonjol dengan sudut
pandang jurnalis (Muslimin, 2019, p. 95). Sumadiria (2011) mengatakan bahwa
berdasarkan hasil survei, feature perjalanan merupakan salah satu program non-hiburan
yang paling banyak diminati. Feature perjalanan tidak hanya disajikan dalam bentuk
tayangan televisi, tetapi bisa dalam bentuk lain seperti tulisan dan sebagainya.

Misalnya, feature dalam bentuk tulisan, seperti pada rubrik "Travel" dengan
judul "Keceriaan Menyebar Lagi di Istana Gyeongbokgung". Dalam tulisan feature
tersebut, pembaca diajak untuk mengunjungi Istana Gyeongbokgung dan mengetahui
sejarah dari istana yang terletak di Seoul, Korea Selatan tersebut (Radius, Kompas.id,
2023).

5. Fitur Ilmiah (Scientific)

Menurut Muslimin (2019, p. 95), tulisan yang berkaitan dengan ilmu


pengetahuan akan berhasil jika dikerjakan oleh penulis yang memiliki ketertarikan
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun tulisan jenis ini terkadang terlihat
membosankan, namun akan menjadi menarik jika penulisnya menguasai materi
ilmiahnya. Misalnya, menyajikan kisah Isaac Newton dengan pendekatan yang unik dan
berbeda dapat menarik minat pembaca untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
dalam (Sumadiria, 2011, p. 165).

Contohnya, tulisan dalam kolom feature panjang dengan judul "Demi Vaksin Asli
Dalam Negeri". Tulisan ini menceritakan sejarah penemuan vaksin, yang dimulai dari
pengembangbiakan bakteri untuk pencegahan penyakit. Kemudian, penelitian dilakukan

27
oleh Dokter Edward Anthony Jenner, seorang ilmuwan dari Berkeley Gloucester yang
menemukan vaksin pertama di dunia, yaitu vaksin cacar. Tidak hanya itu, artikel
tersebut juga menceritakan atau memberikan penjelasan lainnya, seperti vaksin di
negara berkembang hingga anggaran pengembangan vaksin Covid-19 (Safitri,
CNNIndonesia.com, 2023).

6. How to-do-it Feature

Tulisan feature berisi informasi, tips, atau cara melakukan sesuatu (Muslimin,
2019, p. 95). Feature semacam ini tidak hanya ada di acara televisi, tetapi juga ada di
media cetak dan umumnya program atau tulisan feature petunjuk praktis digemari oleh
kaum perempuan dan profesional muda (Sumadiria, 2011, p. 164). Biasanya, feature
petunjuk praktis berupa panduan memasak, merangkai bunga, seni mendidik anak, dan
sebagainya.

Sebagai contoh, sebuah artikel feature di bagian "topik" di Koran Tempo dengan
judul "Membuat Jamu Secara Mandiri". Artikel ini menggambarkan beberapa orang
yang membuat minuman herbal untuk diri mereka sendiri dan kemudian menjualnya.
Minuman herbal yang kaya akan manfaat kesehatan, termasuk untuk penyakit ringan,
juga dituliskan bahan-bahan dan cara membuatnya. Dan penulis juga menambahkan
pendapat dari sisi medis seperti dokter atau praktisi (Riana, koran.tempo.co, 2023).

Sebagai wujud kreativitas dalam jurnalisme, berita feature menghadirkan


keberagaman jenis yang masing-masing mengusung karakteristik unik. Dalam hal ini,
sangat menarik untuk menjelajahi lebih dalam tentang karakteristik yang membedakan
antara Feature Sejarah yang membawa kita melintasi lorong waktu dan menghidupkan
kembali peristiwa masa lalu dengan konteks mendalamnya, Human Interest yang
mengaitkan emosi dan kepedulian kita pada cerita-cerita kemanusiaan yang
mengharukan, Biografi yang memperkenalkan kita pada perjalanan hidup individu-
inspiratif atau terkenal, Perjalanan yang membawa kita mengembara melintasi tempat-
tempat eksotis dan budaya-budaya yang berbeda, Scientific yang mengajak kita

28
menyelami dunia pengetahuan dan penemuan ilmiah dalam bahasa yang dapat dicerna,
serta How-to-do-it Feature yang memberikan panduan langkah demi langkah untuk
mencapai tujuan tertentu. Melalui pemahaman mendalam terhadap karakteristik-
karakteristik ini, kita dapat mengapresiasi kekayaan naratif dan tujuan informasional
yang diusung oleh masing-masing jenis berita feature.

1.6 Karakteristik Feature

Berdasarkan definisi di atas, feature juga memiliki karakteristik sebagai bentuk deskripsi
spesifikasi penulisan yang khas. Feature memiliki hubungan bentuk dengan berita yang
didasarkan pada fakta dan peristiwa yang terjadi di kehidupan nyata, namun penulisannya tidak
terikat pada teknik penulisan berita (Atar Semi, 2018, p. 139). Feature ditulis dengan teknik
bercerita tentang suatu keadaan, peristiwa, atau situasi yang faktual. Feature ditulis dengan
gaya cerita pendek yang luwes dan menarik. Biasanya, isinya mengenai situasi atau aspek
kehidupan yang faktual, objektif, dan akurat. Cerita faktual dalam feature menggunakan plot
dan pemicu (Sumadiria, 2011, h. 153-156).

Dalam feature, tidak selalu perlu menjawab 5W+1H secara lengkap. Mungkin hanya
berisi beberapa kalimat tanya seperti Mengapa dan Bagaimana, sedangkan berita biasanya
berisi jawaban atas apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana. Dalam menulis berita
yang baik, penulis harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sedangkan pada
feature jenis tertentu dapat mengabaikannya (Iskandar et al., 2022, p. 130). Atau dengan kata
lain, feature lebih menonjolkan unsur Why dan How (Nugraha, 2022, p. 79). Sementara
pendapat lain menjelaskan bahwa feature ditulis dengan teknik bercerita atau di luar pola
piramida terbalik sehingga setiap bagian penulisan feature sama pentingnya satu sama lain
sehingga tidak bisa dipotong begitu saja. Feature ditulis berdasarkan urutan pesan, bagian
awal-akhir (intro) dan bagian akhir-bawah (penutup) sama pentingnya. Feature juga ditulis
dengan huruf miring, memberikan kesan informal, feminin, dan ringan (soft news). Tidak perlu
menulis dengan pola piramida terbalik. Feature bisa ditulis dengan pola induktif, kronologis,
logis, topikal, atau spasial. Jika tidak ditulis dengan pola piramida terbalik, maka unsur 5W1H
(1S) harus ada dalam penulisan feature (Sumadiria, 2011, h. 153-156). Singkatnya, penulis

29
feature juga berperan sebagai "pendongeng" tanpa standar yang jelas, sehingga feature bisa
saja membutuhkan ending yang tidak bisa dipotong karena menjadi bagian yang menarik dan
mengakhiri cerita (Goenawan, 2014, h. 35-36).

Memiliki hubungan bentuk dengan karya sastra, khususnya fiksi karena penyajiannya
mengandung nilai estetika. Namun, tidak sepenuhnya mengikuti fiksi (Atar Semi, 2018, p. 139).
Ciri khas feature adalah kreatif yang berbeda dengan berita. Penulisan feature memungkinkan
penulisnya untuk menciptakan sebuah cerita (Iskandar et al., 2022, p. 130). Kreativitas seorang
penulis feature dapat diuji dari kemampuannya mengembangkan cerita biasa, atau salah satu
aspek dari berita biasa, menjadi tulisan feature yang "enak dibaca dan perlu dibaca"
(Goenawan, 2014, p. 3). Cerita feature dicitrakan sebagai cerminan kerja kreatif seseorang.
Seorang jurnalis penulis feature menekankan jiwa seniman, atau penulis, dan mencerminkan
kreativitas individu (Sumadiria, 2011, h. 153-156).

Karena berkaitan dengan berita dan sastra, feature mengandung unsur informasi,
hiburan, dan pendidikan (Atar Semi, 2018, p. 139). Dalam penyajiannya penulis dapat
menghibur, baik isi maupun penulisannya. Isu-isu yang serius dan rumit seperti masalah
ekonomi, seperti evaluasi, inflasi, pertumbuhan ekonomi, atau kisah-kisah tragis juga dapat
disajikan dengan cara yang menghibur (Iskandar et al., 2022, p. 130). Dalam setiap kasus, tujuan
utamanya adalah bagaimana "menghibur" pembaca dan memberikan hal-hal yang baru dan
segar (Goenawan, 2014, hlm. 6-7). Ditulis dengan gaya jurnalistik sastra, gaya ini mengacu pada
gaya penulisan cerita pendek fiksi yang hidup, menarik, lincah, segar, memikat, dan mampu
membangun imajinasi pembaca serta lebih bersifat naratif dan ekspresif (Sumadiria, 2011, hlm.
156).

Dalam berita biasa, ada unsur subjektivitas, sedangkan dalam tulisan feature, sering kali
ada bentuk "aku" yang memungkinkan wartawan melibatkan emosi dan pikirannya sendiri.
Keterlibatan emosi inilah yang membuat tulisan feature memiliki aspek "menyentuh" hati
pembaca, yang sangat jarang dimiliki oleh tulisan berita biasa. Keterlibatan emosional inilah
yang membuat feature memiliki "keterbacaan". Biasanya, gaya ini ditemukan dalam tulisan
petualangan. Subjektivitas berarti ketika penulis menceritakan apa yang dilihat, dianalisis, dan

30
ditanggapi oleh penulis (Goenawan, 2014, h. 4; Iskandar et al., 2022, h. 130). Ada juga pesan
moral tertentu yang ingin disampaikan, seperti nilai-nilai kejujuran, kesetiaan, ketulusan, tidak
mementingkan diri sendiri, dan lain sebagainya. Adanya hal-hal tersebut dalam feature
bertujuan untuk menyentuh hati dan emosi pembaca, pemirsa, atau pendengar (Sumadiria,
2011, h. 155).

Keabadian juga merupakan fitur yang khas. Berita mudah "kadaluarsa", tetapi fitur
dapat disimpan selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau berbulan-bulan. Banyak jurnalis
berpengalaman menyimpan daftar ide yang berguna untuk hari-hari ketika berita-berita
terhangat hanya sedikit. Dengan memiliki feature yang siap pakai, mereka dapat meyakinkan
editor bahwa mereka selalu produktif. Beberapa jurnalis bahkan melengkapi ide feature
mereka dengan riset, sehingga mereka bisa langsung menuliskannya jika tiba-tiba dibutuhkan.
Dengan kata lain, feature memiliki keuntungan lain, seperti tekanan tenggat waktu yang
longgar, sehingga Anda memiliki cukup waktu untuk melakukan riset dengan cermat, dan
menulis ulang dengan cara yang lebih baik dan meyakinkan (Goenawan, 2014, h. 8). Tidak
terikat pada realitas. Bisa disiapkan, diliput, ditulis, dan dipresentasikan kapan saja (Sumadiria,
2011, h. 154). Feature yang tidak memiliki nilai aktual dapat bersifat informatif. Penulis harus
memberikan informasi kepada publik tentang peristiwa, pernyataan, dan situasi dari aspek
kehidupan masyarakat yang mungkin diabaikan oleh penulis surat kabar harian (Iskandar et al.,
2022, h. 130).

Panjang tulisan feature bervariasi, mulai dari dua atau tiga paragraf hingga 15 atau 20
lembar dengan spasi ganda (dihitung dengan komputer, antara 500 hingga 50.000 karakter)
(Goenawan, 2014, hlm. 8-9). Namun, tidak ada panjang yang pasti untuk sebuah feature.
Menurut Ricketson (2004, h.4), feature membutuhkan format yang berbeda dari piramida
terbalik. Umumnya, berita langsung terdiri dari 500-600 kata, jarang sekali mencapai 800 kata.
Sementara itu, artikel feature koran dan majalah terdiri dari 1000-3000 kata, dan terkadang
lebih panjang. Selain membutuhkan informasi, feature juga harus menyampaikan emosi dan
suasana hati serta menganalisis peristiwa dan isu. Sebuah feature membutuhkan struktur yang
koheren, dengan pembukaan yang menarik, materi yang tertata rapi, dan penutup yang,

31
berbeda dengan berita hard news, mencapai kesimpulan yang memuaskan. Dan akhirnya,
serangkaian fakta dan informasi dalam feature disajikan secara informal, menggambarkan
peristiwa dalam narasi yang menarik. Biasanya nama jurnalis dicantumkan secara lengkap
(byline) dan ada hak cipta dari penulisnya. Dalam feature, tidak semua media menuliskan nama
tempat dan waktu kejadian di awal berita (lead atau paragraf pertama) (Sumadiria, 2011, h.
153-156).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa feature berada di


antara tulisan berita dan tulisan fiksi. Feature adalah tulisan yang mencampurkan unsur berita
dan sastra. Menulis feature menggunakan teknik bercerita tentang situasi faktual. Tulisan
feature harus berkualitas dan ditulis dengan kemampuan menulis yang baik. Alur tulisan harus
menarik dan mudah dibaca. Feature tidak harus menjawab semua pertanyaan 5W+1H seperti
berita, tetapi fokus pada pertanyaan mengapa dan bagaimana. Feature juga mengandung
informasi, hiburan, dan pendidikan. Tulisan feature dapat menyentuh emosi pembaca dan
menyampaikan pesan moral. Kelebihan feature adalah dapat bertahan lama dan tidak terikat
waktu. Panjang feature dapat bervariasi, tetapi harus memiliki struktur yang koheren dengan
pendahuluan yang menarik, materi yang tertata rapi, dan kesimpulan yang memuaskan.

1.7 Struktur dan Elemen Feature

Struktur penulisan feature berbeda dengan straight news yang menggunakan piramida
terbalik. Feature memiliki struktur seperti cerita pendek dengan elemen karakter, plot, latar,
konflik, drama, dan resolusi. Paragraf pertama (lead) dalam feature merupakan kunci untuk
menarik minat pembaca. Penulis menggunakan berbagai teknik untuk menarik perhatian
pembaca, seperti anekdot, cerita ringan, dialog, deskripsi, narasi, kutipan langsung, dan lain-
lain. Penulis feature perlu menjaga kesinambungan alur cerita hingga akhir dengan memberikan
deskripsi yang detail dan membuat pembaca terlibat dalam cerita (Nugraha, 2022, h. 81-82).
Menurut Romli (2018, p. 84), unsur-unsur dalam struktur penulisan feature terdiri dari Head
(judul feature), Lead (teras, intro, kalimat pembuka feature), Bridge (sebagai penghubung
antara lead dan body), Body (isi tulisan), Ending (penutup tulisan). Selanjutnya, berdasarkan
pendapat di atas dan penelitian terdahulu yang relevan, penelitian ini akan memisahkan antara

32
struktur feature yang merupakan pola susunan tulisan, dan elemen feature yang merupakan
unsur penyusun isi tulisan dan memberikan ciri khas pada tulisan feature.

1.7.1 Komponen Struktur Fitur

1. Head (Judul feature)

Dalam dunia jurnalistik, setiap karya tulis memiliki keharusan untuk diberi
judul, termasuk feature. Judul berperan sebagai panggilan yang diberikan oleh
penulis atau pengarang kepada topik atau tema yang dibahas. Dalam konteks
feature, judul memiliki signifikansi yang penting dari dua aspek yang berbeda.
Pertama, untuk feature itu sendiri, judul berfungsi sebagai identitas dan karakter
yang menggambarkan esensi dari isi berita tersebut. Kedua, dari perspektif
penonton, pendengar, pembaca, dan pemirsa, judul menjadi magnet yang
menarik mereka untuk segera mengeksplorasi lebih lanjut tentang berita yang
disajikan (Sumadiria, 2011, h. 195). Judul yang menarik tidak harus terbatas
pada sekadar ringkasan atau akhir cerita. Melalui penggunaan kata-kata
“asosiatif”, judul dapat menarik perhatian pembaca dengan menunjukkan bahwa
ia merepresentasikan lebih dari sekadar peristiwa berita. Dalam merancang judul
yang menggoda, diperlukan perpaduan antara sentuhan emosi, kreativitas, dan
kecerdasan penulis dalam memilih serta menyusun kata-kata dengan teliti.
Kolaborasi dari semua unsur ini berfungsi untuk menarik perhatian pembaca
dengan daya tarik yang tidak dapat diabaikan (Nugraha, 2022, h. 82-83).
Singkatnya judul feature membutuhkan kreativitas, improvisasi, dan kepekaan
sastra yang tinggi dari jurnalis atau penulisnya.

Bagian teratas dari komponen struktur fitur adalah judul. Judul harus
menarik perhatian pembaca dengan penyajian yang menarik. Menurut Sumadiria
(2011, p. 195), terdapat beberapa poin mengenai syarat judul yang baik dan
benar, yaitu (1) provokatif, (2) singkat-padat, (3) relevan, (4) fungsional, (5)
formal, (6) representatif, (7) spesifik, dan (8) mengacu pada etika dan bahasa

33
baku. Dari kedelapan point di atas, syarat judul feature sama dengan syarat judul
berita. Namun, yang membedakan hanya pada poin kelima. Selanjutnya,
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maulida (2022), ditemukan beberapa
gaya penulisan judul feature, antara lain:

1. Judul dari Sudut Pandang Isi

Judul, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah sebuah


nama yang digunakan untuk buku atau bagian dari buku yang secara
singkat mencerminkan isi atau maksud dari buku atau bab tersebut.
Dalam konteks berita, judul juga berfungsi sebagai identitas berita itu
sendiri. Oleh karena itu, judul berita harus mampu secara ringkas
menggambarkan apa yang akan dibahas dalam berita tersebut. Judul
berita harus jelas mengungkapkan inti dari permasalahan yang akan
dibahas dalam berita tersebut. H. Sumadiria, dalam bukunya "Jurnalistik
Indonesia: Menulis Berita dan Feature" (2011), menyebutkan bahwa
judul berita harus memenuhi beberapa syarat. Judul harus provokatif,
singkat, padat, relevan, fungsional, formal, representatif, menggunakan
bahasa baku, dan spesifik. Judul yang provokatif dapat memancing minat
pembaca, sedangkan singkat dan padat memungkinkan judul untuk
mencerminkan isi berita dengan jelas. Selain itu, judul harus relevan
dengan isi berita, memiliki fungsi yang jelas, dan bersifat formal. Judul
juga harus mampu mewakili atau menggambarkan isi berita tanpa
memberikan informasi yang terlalu spesifik tentang berita itu sendiri.
William Zinsser, dalam bukunya "On Writing Well," juga menekankan
pentingnya judul dalam menarik perhatian pembaca dan memberikan
gambaran tentang isi artikel. Judul harus dapat menarik minat pembaca
tanpa memberikan informasi yang terlalu terperinci tentang isi artikel.
Dengan kata lain, judul adalah elemen penting dalam komunikasi berita
yang harus mencerminkan isi berita secara jelas, menarik perhatian

34
pembaca, dan memberikan gambaran umum tentang apa yang akan
dibahas dalam berita tersebut.
2. Judul “How to”

Judul tulisan ini “Bagaimana caranya” ini menjelaskan isi atau maksud
tulisan yang disusun dalam kerangka ke praktiksan dan direktif. Contoh:
“Bagaimana Cara Bertahan Hidup di Tengah Pandemi” (Nugraha, 2022, h.
84-85).

3. Judul 5W+1H

Gaya penulisan feature yang efektif memanfaatkan prinsip dasar


jurnalisme, yang dikenal sebagai 5W+1H. Ini berarti judul sebuah feature
harus mampu menjawab enam pertanyaan pokok: Who (Siapa), What
(Apa), Where (Dimana), When (Kapan), Why (Mengapa), dan How
(Bagaimana).

Pertama-tama, unsur "Who" (Siapa) dalam judul memberikan pengenalan


tentang tokoh utama atau subjek yang akan dibahas dalam cerita feature.
Ini membantu pembaca untuk segera mengidentifikasi siapa yang
menjadi pusat perhatian dalam cerita tersebut. Sebagai contoh, judul
yang mencantumkan nama tokoh, seperti "Profil Inspiratif: Kehidupan
Perjuangan John Doe," dengan jelas mengungkapkan siapa yang akan
menjadi fokus cerita.

Selanjutnya, unsur "What" (Apa) dalam judul memberikan gambaran


singkat tentang apa yang akan dibahas dalam feature. Hal ini
memberikan petunjuk awal kepada pembaca tentang topik atau isu yang
akan dijelajahi dalam artikel. Misalnya, judul yang mencantumkan
peristiwa atau topik utama seperti "Misteri Penyelamatan Hutan Hujan:
Ekspedisi Menyelamatkan Habitat Langka."

35
Dengan memadukan elemen-elemen 5W+1H dalam judul feature, penulis
mampu memberikan gambaran menyeluruh tentang subjek, topik, dan
mungkin alasan atau cara pembahasan dalam cerita tersebut. Ini
membantu pembaca untuk merasa tertarik dan memiliki pemahaman
awal yang kuat tentang apa yang akan mereka baca dalam feature
tersebut, menjadikan judul sebagai alat yang kuat dalam menjalin koneksi
antara pembaca dan cerita yang akan disampaikan.
4. Judul Superlatif

Angka adalah salah satu unsur news value yang niscaya akan menarik
perhatian pembaca. Teknik menggunakan judul yang mengilustrasikan
keluarbiasaan, kebesaran, atau kehebatan pekerjaan, benda, atau
capaian, akan menarik perhatian pembaca. Dalam angka terkandung
superlatif “terbesar” maupun “terkecil”. Contoh: “Bertemu Manusia
Terkaya di Dunia” (Nugraha, 2022, h. 84-85).

5. Judul Bertanya

Selain sebagai pembuka tulisan, teknik bertanya juga bisa digunakan


untuk judul feature. Oleh karena itu, menggunakan tanda tanya (?) di
akhir judul, biasanya judul ini menyentak dan menggugah kesadaran
pembaca. Contoh: “Mengapa Suatu Bangsa Bisa Mengalami Kepunahan?”
(Nugraha, 2022, h. 84-85).

6. Judul Dramatis

Dramatis adalah salah satu unsur dalam cerita. Dalam penulisan feature,
judul dramatis kerap digunakan untuk menggugah pembaca. Contoh:
“Gadis Belia Tewas Tenggelam Saat Menolong Anjing” (Nugraha, 2022, h.
84-85).

7. Judul dari Sudut Pandang Bentuk

36
Judul feature biasanya ditulis dengan gaya yang menarik dan kreatif,
dan memiliki tujuan untuk menarik perhatian pembaca serta
memberikan gambaran umum tentang isi artikel. Lead feature harus
dapat menangkap inti dari aartikel tersebut, memberikan insight atau
sudut pandang yang menarik, dan mengajak membaca untuk terus
membaca artikel.Beberapa teknik yang sering digunakan dalam penulisan
lead feature antara lain adalah menuliskan ceritaa pendek,
mengajukan pertanyaan yang menarik, memberikaan fakta menarik,
atau memberikan kutipan yang menarik dari sumber yang relevan.

2. Lead (intro atau kalimat pembuka feature)

Dalam penulisan berita, kalimat pembuka pada paragraf pertama juga


diperlukan, yang dimaksudkan untuk memuat fakta-fakta yang paling penting
atau meringkas informasi. Namun, untuk feature, tujuan lead bukan hanya itu.
Lead dalam feature terutama berguna untuk memancing perhatian pembaca
sekaligus sebagai pintu masuk ke dalam isi berita (Sumadiria, 2011, h. 195-196).
Umumnya, dalam berita langsung, cukup menggunakan 4W dari 5W+1H, tidak
seperti feature yang menekankan pada Why dan How. Dalam dunia feature,
penulis mendapatkan kebebasan untuk tidak mengikuti pola 4W (What, When,
Where, Why) pada paragraf pembuka. Informasi tersebut dapat tersebar di
berbagai bagian tulisan. Lead pada feature mungkin hanya terdiri dari satu
paragraf atau meluas hingga beberapa paragraf, tergantung pada fokusnya.
Pendekatan ini memberikan ruang kreatif bagi penulis tanpa terikat pada aturan
baku. Pengembangan isi dalam feature melibatkan teknik tertentu, dengan tiga
aspek utama dalam penyusunan paragraf: kesatuan, koherensi, dan penekanan.
Kesemua ini membantu mengarahkan cerita agar mudah dipahami oleh
pembaca melalui alur cerita yang lancar (Nugraha, 2022, p. 85). Intro dalam
berita feature harus memiliki pesona yang memikat, mengundang pembaca
untuk merenung lebih dalam dalam alur cerita, serta berfungsi sebagai pintu

37
masuk yang mulus. Tidak hanya itu, peran intro dalam memancing rasa ingin
tahu pembaca juga memiliki dampak besar yang tak bisa diabaikan (Sumadiria,
2011, h. 198).

Mappatoto (1999) dan Sari (2016, p. 41-42) menjelaskan terdapat enam


unsur kemenarikan pada intro, yaitu kebaruan, kedekatan, cuatan, keanehan,
daya pikat manusiawi, dan konsekuensi. Daya tarik sebuah feature dapat
ditingkatkan melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui jenis-jenis lead
atau pengantar yang digunakan. Dengan memilih jenis lead yang tepat, penulis
dapat menciptakan pengantar yang memukau dan mengundang pembaca untuk
terlibat lebih dalam dalam cerita yang disajikan.

Menurut Hariyansyah (2022, p. 149-152), berdasarkan penelitian yang


dilakukan terdapat berbagai macam Lead (Pembukaan) yang digunakan sebagai
berikut:

1. Kesimpulan: Lead kesimpulan menjadikan inti tulisan sebagai fokus


utama, menarik minat pembaca untuk melanjutkan cerita Feature yang
kuat dan menarik, meskipun intinya sudah diketahui.
2. Menceritakan: Lead ini membangun suasana, membiarkan pembaca
merasakan dirinya sebagai tokoh utama dalam peristiwa yang sedang
berlangsung.
3. Menggambarkan: Lead deskriptif menghadirkan gambaran dalam pikiran
pembaca tentang peristiwa, tempat, tokoh, atau suasana, seolah-olah
pembaca sedang berada di situ.
4. Bertanya: Lead tanya membuat pembaca penasaran dengan pertanyaan
pembuka yang belum diketahui jawabannya, mendorong mereka untuk
membaca lebih lanjut.
5. Langsung: Lead langsung membuka tulisan seperti penulis berbicara
langsung kepada pembaca dengan menggunakan kata-kata seperti
"saudara, kamu, ibu," dan sejenisnya.

38
6. Kutipan: Lead kutipan mengambil pendapat tokoh atau warga biasa,
mengekspresikan pemikiran yang mewakili karakter atau filsafat hidup,
sering kali dalam tanda petik.
7. Kombinasi: Lead gabungan memungkinkan penulis menggabungkan jenis-
jenis lead, misalnya menggabungkan tanya dan kutipan.
8. Menggelitik: Kalimat menggelitik merangsang pikiran pembaca dengan
teka-teki aneh atau luar biasa, menarik minat mereka terhadap tulisan.
9. Lain dari yang lain: Lead ini menggunakan ungkapan tak lazim namun
menarik, seperti ungkapan terkenal, baris puisi, kutipan, bahkan tiruan
bunyi, untuk memulai tulisan.

Terkait perihal klasifikasi jenis-jenis lead atau intro diatas, terdapat sudut
pandang lain yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Intro Ringkasan

Intro singkat tak berbeda jauh dengan gaya laporan berita


langsung yang mengikuti pola piramida terbalik serta merujuk pada
pertanyaan 5W1H (who, what, when, where, why, how). Semua info
penting dari peristiwa, seperti siapa yang terlibat, apa yang terjadi,
kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana, disajikan dalam paragraf
pertama, dengan pendekatan deduktif. Kesimpulan diungkapkan awal,
diikuti dengan penjelasan, contoh, kutipan, dan penegasan. Pilihan intro
ringkasan cocok jika berita memiliki nilai penting atau sedang hangat
diperbincangkan. Misalnya, tragedi jatuhnya pesawat Lion Air di Solo
dengan korban 26 jiwa, dapat menggunakan gaya ini (Sumadiria, 2011, p.
199-2015).

2. Intro Bercerita

Intro naratif mengajak dan sekaligus menempatkan pembaca,


pendengar, atau pemirsa ke dalam alur cerita secara langsung. Ini tidak

39
hanya melibatkan mereka sebagai penonton pasif, tetapi mengajak
mereka untuk merasa seolah-olah menjadi bagian dari cerita itu sendiri.
Ini adalah undangan bagi mereka untuk berimajinasi dan mengidentifikasi
diri mereka dengan karakter utama dalam peristiwa yang dikisahkan.
Gaya intro seperti ini, khususnya pada cerita-cerita misteri, mistik,
kriminal, atau petualangan, menghasilkan pengalaman yang intens dan
seru, serupa dengan sensasi menonton film di bioskop dengan efek
cahaya dan suara yang memukau (Sumadiria, 2011, p. 199-2015).

3. Intro Deskriptif

Intro deskriptif berfokus pada gambaran cerita peristiwa, tanpa


mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk terlibat di dalamnya.
Gaya intro ini menempatkan kita sebagai penonton, seperti saat
menyaksikan pertandingan sepak bola dari pinggir lapangan. Kita hanya
mengamati dan menilai jalannya pertandingan, tanpa merasakan setiap
detailnya, seperti sakitnya tulang kaki kering kita saat pemain terluka.
Menurut R. Williamson dalam buku "Feature Writing for Newspaper,"
intro deskriptif bisa menjadi gambaran efektif yang menyoroti ciri-ciri
penting dan mengabaikan rincian yang tidak menarik. Gaya intro ini cocok
untuk feature profil pribadi dan sangat diandalkan oleh wartawan di
Indonesia karena praktis dan tidak memerlukan improvisasi yang
berlebihan (Sumadiria, 2011, p. 199-2015).

4. Intro Kutipan

Intro menggunakan kutipan dalam feature memiliki kesamaan


dengan pendekatan kutipan dalam penulisan berita langsung. Dalam
paragraf pembuka, kutipan perkataan narasumber digunakan dengan
asumsi memiliki nilai berita yang penting. Namun, kutipan ini bukan
sembarangan kata-kata, melainkan memiliki substansi dan dampak yang

40
kuat. Kutipan ini mampu menarik perhatian dan mungkin memicu
respons atau tanggapan masyarakat.

Kriteria penggunaan intro kutipan adalah: kutipan harus berasal


dari nara sumber yang penting atau istimewa, dirumuskan dalam kalimat
jelas dan singkat, serta mencerminkan karakter pribadi atau pandangan
mendalam.

Tidak semua kutipan langsung cocok digunakan sebagai intro


kutipan. Melalui penelitian yang Sumadiria lakukan, wartawan di
Indonesia jarang menggunakan jenis intro ini dalam feature (Sumadiria,
2011, p. 199-2015).

5. Intro Pertanyaan

Dalam dunia jurnalistik, pertanyaan langsung kepada pembaca,


pendengar, atau pemirsa sebaiknya dihindari, terutama dalam berita
langsung. Namun, dalam pengantar feature, penggunaan pertanyaan
sebagai intro memiliki ciri khasnya sendiri. Meskipun tujuannya bukan
mendapatkan jawaban langsung, tetapi lebih kepada merangsang rasa
ingin tahu dan pemikiran audiens. Meski demikian, penggunaan gaya
intro ini perlu hati-hati, karena tidak semua materi feature cocok untuk
pendekatan ini. Namun, pendekatan ini tidak selalu mendapat dukungan
dari semua wartawan, karena pertanyaan yang tidak mendalam atau
kurang menarik bisa berdampak negatif pada kredibilitas wartawan dan
media yang mempublikasikannya (Sumadiria, 2011, p. 199-2015).

6. Intro Menuding Langsung

Dalam beberapa aspek, pendekatan intro tudingan langsung


memiliki kesamaan dengan intro pertanyaan. Dalam intro ini, penulis bisa
langsung menyajikan pernyataan atau pertanyaan kepada pembaca,

41
pendengar, atau pemirsa. Namun, perbedaannya adalah bahwa
pertanyaan tersebut langsung menyajikan informasi, bukan dalam bentuk
pertanyaan, tetapi dalam kalimat berita atau pernyataan. Wartawan
mengambil inisiatif untuk menghubungi pembaca, pendengar, atau
pemirsa di awal. Pendekatan intro tudingan langsung bertujuan untuk
sejak awal mengajak audiens terlibat dalam cerita peristiwa. Dalam hal
ini, imajinasi yang kuat dari wartawan diperlukan.

Dalam pendekatan ini, penulis memulai dengan pernyataan atau


pertanyaan langsung kepada audiens, yang memberikan nuansa interaktif
dan melibatkan mereka dalam cerita sejak awal. Wartawan perlu
memiliki kreativitas dan daya imajinasi yang kuat untuk menjalankan gaya
intro ini (Sumadiria, 2011, p. 199-2015).

7. Intro Penggoda

Salah satu tujuan dari feature adalah menghadirkan hiburan.


Pendekatan intro yang menggoda mencoba memenuhi tujuan tersebut.
Dalam hal ini, wartawan dengan sengaja mengajak pembaca, pendengar,
atau pemirsa untuk bersenang-senang, bahkan sesekali bermain-main
seperti permainan petak umpet. Ide di balik ini adalah bahwa tidak
semua hal harus dihadirkan dengan serius. Dalam beberapa kasus, pesan
tertentu bisa disampaikan dengan cara yang lucu, selama pendekatan ini
komunikatif dan efektif.

Keberhasilan dari intro yang menggoda bergantung pada


kreativitas dan kepekaan imajinatif wartawan. Pendekatan ini cocok jika
ditangani oleh wartawan yang cerdas dan mampu berpikir kreatif.
Namun, intro ini tidak sesuai untuk materi yang memiliki sifat serius,
melibatkan duka atau musibah, serta hal-hal yang bersifat sakral
(Sumadiria, 2011, p. 199-2015).

42
8. Intro Unik

Dalam dunia jurnalistik, kreativitas wartawan adalah pangkal dari


kelahiran cerita feature. Tidak ada cerita feature yang lepas dari sentuhan
kreativitas. Dalam perspektif jurnalistik yang cenderung sastra, pesan
dapat diungkapkan dengan berbagai cara dan bentuk, asal tetap
informatif, efektif, dan etis. Gaya penyampaian yang berbau puitis, irama
sajak, atau bahkan nuansa pantun, juga dengan pengungkapan motto
hidup, analogi, atau peribahasa, semuanya diperbolehkan bagi jurnalis.
Bahkan, suara-suara yang mencakup berbagai nada, dari yang paling
manusiawi hingga yang merujuk pada alam gaib, memiliki tempat dalam
intro yang eksklusif. Pendekatan ini memiliki fleksibilitas yang luar biasa.
Bisa serius, bisa pula dengan sentuhan humor (Sumadiria, 2011, p. 199-
2015).

9. Intro Gabungan

Gabungan dari dua atau tiga jenis intro menghasilkan intro


kombinasi. Sebagai contoh, intro yang mengandung unsur ringkasan,
kutipan, dan deskripsi. Dalam tangan seorang wartawan terampil,
hasilnya akan memukau. Menurut pandangan jurnalistik sastra, seorang
wartawan harus memiliki lebih dari sekadar fakta dan keterampilan
konfirmasi. Wartawan juga diharapkan memahami psikologi pesan, yang
bisa dilakukan dengan mengasah keterampilan bercerita serta menggali
imajinasi yang tajam (Sumadiria, 2011, p. 199-2015).

10. Intro Kontras

Mengungkap perbedaan tindakan atau fakta yang berseberangan


dengan harapan yang seharusnya dari pelaku peristiwa disebut intro
berlawanan. Ini sering ditemui dalam konteks hukum atau kriminalitas.
Misalnya, dalam kasus perceraian, suami atau istri bisa mencerminkan

43
perilaku yang bertentangan dengan norma. Pendekatan ini menyoroti
ketidaksesuaian antara tindakan dan harapan, dan sering menghasilkan
berita yang mengejutkan dan tidak biasa (Sumadiria, 2011, p. 199-2015).

11. Intro Dialog

Sebagai variasi, pengantar dalam feature bisa mengambil bentuk


tanya jawab, dialog, atau percakapan langsung antara dua atau lebih
pelaku peristiwa. Pendekatan ini dikenal sebagai intro percakapan. Untuk
berhasil, percakapan harus mencakup informasi menarik atau signifikan.
Namun, penting untuk memperhatikan agar dialog tidak terlalu panjang,
rumit, atau membingungkan. Dialog yang terlalu bertele-tele dapat
membuat pembaca kehilangan minat. Prinsip etika dan panduan
jurnalistik menekankan pada penyajian dialog yang singkat dan penuh
daya tarik (Sumadiria, 2011, p. 199-2015).

12. Intro Menjerit

Pengantar yang mendadak memperlihatkan suara jeritan atau


teriakan, secara tiba-tiba dan tak terduga, disebut intro mengejutkan.
Pendekatan ini khususnya mengingatkan pada cerita kriminal, bencana,
atau horor. Pembaca seringkali dihadapkan pada sensasi kaget dan
terhenyak, bahkan dapat berdampak psikologis. Pada dasarnya,
pendekatan ini berfungsi seperti terapi kejutan untuk membangkitkan
perhatian pembaca dan memastikan mereka tidak merasa bosan. Intro ini
berjanji untuk membawa kejutan-kejutan baru yang belum diketahui oleh
pembaca sebelumnya (Sumadiria, 2011, p. 199-2015).

13. Intro Statistik

Pendekatan yang menonjolkan peristiwa melalui rangkaian angka


atau data spesifik dalam gaya yang mudah dimengerti dan populer,

44
disebut intro data. Pendekatan ini cenderung berfokus pada angka
setelah diolah secara logis dan jurnalistik. Akibatnya, menghasilkan
informasi yang mendalam dan akademis, namun disajikan dengan gaya
yang simpel dan terjangkau. Intro data sangat cocok digunakan dalam
feature yang memberikan panduan praktis (how-to feature), mengulas
isu ilmiah (scientific feature), dan menggambarkan aktivitas
pemerintahan (Sumadiria, 2011, p. 199-2015).

3. Body (Isi)

Berdasarkan buku “Seandainya Saya Wartawan Tempo” karya Goenawan


Mohamad memberikan penjelasan mengenai tubuh dalam berita maupun
feature dimana ketika penulis telah memiliki lead yang menarik, langkah
selanjutnya adalah menyusun kontennya dengan cara yang memikat pembaca
dari awal hingga akhir. Ketika berbicara tentang berita (Hard news), hal ini jadi
lebih mudah karena mengikuti konsep "piramida terbalik". Banyak feature juga
menerapkan pendekatan serupa, meskipun tidak terikat oleh aturan yang baku.
Walaupun menantang, inilah yang membuka peluang luas bagi kekreatifan.

Namun, apa makna sebenarnya dari istilah "piramida terbalik" dan


bagaimana manfaatnya dalam praktik? Dalam pendekatan ini terutama pada
straight news, tulisan diatur agar informasi penting diungkapkan pada bagian
awal. Materi disusun berdasarkan tingkat urgensi, Andi Baso Mappatoto
menggunakan istilah "piramida terbalik" untuk menggambarkan struktur feature
yang dimulai dengan bagian intro atau titik perhatian maksimal (TPM). Bagian ini
juga disebut sebagai intro ringkasan yang cenderung lebih panjang dalam
penuturannya. Dalam struktur ini, informasi yang paling penting ditempatkan di
bagian atas, sedangkan informasi yang kurang penting atau lebih mendetail
disajikan secara bertahap ke bawah. (Fitria.2020)

45
Dengan kata lain, gaya bangunan atau pola struktur feature ini
menggambarkan bahwa dalam penulisan feature, penulis memulai dengan
menarik perhatian pembaca melalui intro yang ringkas namun informatif.
Informasi yang paling signifikan atau menarik disampaikan terlebih dahulu, dan
kemudian informasi tambahan atau lebih rinci disajikan secara berurutan ke
bawah. Ini membantu pembaca untuk segera terlibat dalam cerita dan
memahami inti dari apa yang akan dibahas dalam feature tersebut. (Fitria.2020)

Dalam lingkungan berita yang dinamis, konsep "piramida terbalik"


berperan ganda: memungkinkan editor memangkas naskah dari akhir serta
membantu ketika tenggat waktu sudah dekat. Terutama efektif dalam situasi di
mana waktu editor untuk membaca detail sangat terbatas. Dengan kata lain,
dalam berita, umumnya bagian yang paling penting (inti cerita) ditempatkan di
bagian awal, mengikuti prinsip "piramida terbalik". Namun, dalam fitur, semua
bagian tulisan dianggap penting dan memiliki nilai sendiri. Tidak ada struktur
yang kaku seperti dalam berita, sehingga kreativitas penulis dapat lebih
berkembang dalam mengatur isi feature (Setiyadi & Setyandari, 2018).

Gambar. Piramida Terbalik

Kehadiran bagian Body dalam komponen struktur feature menjadi


sebuah bentuk yang berisi informasi dan rangkaian cerita. Tubuh feature

46
idealnya harus terstruktur dan memperhatikan keteraturan susunan karangan.
Pola paragraf digunakan untuk menjaga keteraturan dalam karangan. Pola
paragraf yang dapat digunakan antara lain pola paragraf tematik, spiral, dan
blok. Dalam penelitian ini, tubuh feature mencakup semua pola paragraf (Wise,
2009). Mappatoto mengidentifikasi beberapa karakteristik dalam tubuh tulisan
feature, yang sejalan dengan apa yang telah diperkenalkan dalam bagian intro.

1. Paragraf Tematik: Paragraf dengan karakteristik tematik ini memberikan


penekanan khusus pada objek atau subjek yang sedang dibahas dalam
feature. Paragraf ini mendalami dan memperluas topik yang telah
diperkenalkan dalam intro.
2. Spiral: Mappatoto menggunakan analogi spiral untuk menggambarkan
pola paragraf dalam feature. Seperti spiral yang mengalir ke bawah,
setiap paragraf dalam pola ini merincikan atau mengembangkan topik
yang telah dijelaskan dalam paragraf sebelumnya. Pola ini menekankan
koherensi dan keterkaitan antara paragraf-paragraf dalam feature.
3. Blok: Dalam pola ini, setiap paragraf mungkin membahas aspek-aspek
yang berbeda, tetapi pada akhirnya, semuanya akan digabungkan
menjadi satu kesatuan yang utuh. Pola ini menekankan kesatuan atau
unity dalam feature, di mana berbagai aspek yang berbeda akhirnya
membentuk sebuah cerita yang lengkap dan kohesif.

Dalam penulisan feature, ada berbagai struktur yang dapat digunakan


untuk mengatur isi atau tubuh dari tulisan tersebut. Salah satu dari struktur
tersebut adalah struktur spiral. Dalam struktur ini, cerita berkembang secara
alami dari satu poin ke poin berikutnya, dengan setiap paragraf memperluas
atau mengembangkan topik yang telah diperkenalkan dalam paragraf
sebelumnya. Ini menciptakan aliran cerita yang lancar dan membantu pembaca
tetap terlibat sepanjang artikel.

47
Selain struktur spiral, pendekatan lain yang sering digunakan adalah
penggunaan kata penghubung atau pendekatan tematik. Dalam pendekatan ini,
penulis menggunakan kata-kata penghubung dan tema sentral yang kuat untuk
mengaitkan berbagai aspek atau informasi dalam tulisan. Ini membantu dalam
menjaga fokus pada tema utama yang dijelaskan dalam feature. Kata
penghubung seperti "selanjutnya," "sebagai contoh," atau "dalam hal ini"
membantu membimbing pembaca melalui perjalanan cerita yang terhubung.

Selanjutnya, terdapat struktur blok atau blok kronologis. Dalam struktur


ini, tulisan feature dibagi menjadi beberapa blok atau paragraf yang masing-
masing membahas aspek yang berbeda dari cerita. Meskipun setiap blok dapat
membahas topik yang berbeda, mereka diarahkan menuju satu kesatuan cerita
yang kohesif. Struktur ini memberikan fleksibilitas untuk menjelajahi berbagai
aspek cerita dengan lebih mendalam.Semua struktur ini membantu memandu
pembaca melalui perjalanan cerita feature dengan cara yang berbeda.
Penggunaan yang bijak dari struktur ini bergantung pada tujuan penulisan dan
konten yang akan disampaikan dalam feature. Dengan memahami berbagai
struktur ini, seorang penulis feature dapat memilih pendekatan yang paling
sesuai untuk menyampaikan cerita dengan efektif.

4. Penutup

Penulisan berita pada umumnya tidak memerlukan kesimpulan atau


penutup. Di sisi lain, kesimpulan atau penutup dalam sebuah feature merupakan
hal yang penting. Dengan menutup tulisan dalam sebuah feature, dapat
memberikan kesan yang mendalam bagi yang membacanya. Berita feature
merupakan karya ekspresif kreatif jurnalis. Di sini jurnalis menjalankan peran
ganda, yaitu sebagai jurnalis dan "cerpenis". Peran ganda ini dibutuhkan
wartawan dalam mengawali dan menutup. Pada feature, penutup menjadi
sangat penting. Hal ini disebabkan oleh dua alasan utama. Pertama, editor
memiliki lebih banyak waktu untuk mengedit feature dengan hati-hati, tidak

48
perlu memotong asal dari bagian akhir. Kedua, penutup feature memainkan
peran penting dalam menjadikan tulisan menarik, karena penutup ini sering
terkait dengan "penyelesaian" cerita yang telah diuraikan sebelumnya. Intinya,
penulis perlu memilih penutup yang tepat untuk menciptakan efek yang
diinginkan dan menjaga kesesuaian dengan alur cerita

Setelah memahami pentingnya penutup dalam penulisan, mari kita lihat


lebih dekat beberapa jenis penutup yang bisa digunakan. Menurut (Amalia et al.,
2021), ada 2 jenis penutup yang digunakan dalam penelitian yang dilakukannya,
yaitu:

1. Rangkuman

Penutup rangkuman adalah momen penting dalam penulisan sebuah


artikel. Ini melibatkan pengambilan semua elemen penting dari cerita dan
menyusunnya kembali dalam bentuk ringkasan yang singkat namun
efektif. Sebagai contoh, dalam sebuah artikel tentang perubahan iklim,
penulis dapat merangkum temuan utama dari penelitian, dampak yang
dapat dirasakan oleh masyarakat, dan langkah-langkah yang dapat
diambil untuk mengatasi perubahan iklim. Misalnya, "Dengan perubahan
iklim yang semakin nyata, kita telah melihat peningkatan suhu global,
cuaca ekstrem, dan ancaman terhadap ekosistem. Namun, dengan
kerjasama global dan tindakan segera, kita masih memiliki kesempatan
untuk memitigasi dampak perubahan iklim dan melindungi planet ini
untuk generasi mendatang."

2. Kesimpulan

Penutup kesimpulan adalah bagian akhir dari sebuah tulisan di mana


penulis merangkum secara singkat poin-poin utama yang telah dibahas
dalam artikel. Kesimpulan ini dapat berfungsi sebagai pengingat bagi
pembaca tentang pesan atau informasi penting yang ingin disampaikan

49
oleh penulis. Sebagai contoh, dalam sebuah artikel tentang manfaat
olahraga untuk kesehatan, penulis dapat menyimpulkan dengan
mengatakan, "Olahraga bukan hanya tentang kebugaran fisik, tetapi juga
tentang kesehatan mental dan kualitas hidup yang lebih baik. Dengan
rutin berolahraga, kita dapat meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan dan menciptakan gaya hidup yang lebih seimbang dan
bahagia." Kesimpulan ini menggambarkan inti dari apa yang telah dibahas
dalam artikel dan mengarahkan pembaca untuk memahami pesan atau
informasi utama yang ingin disampaikan oleh penulis.

Selain pendapat diatas, terdapat argumen lain mengenai ragam dari


penutup pada feature sebagai berikut:

1. Penutup Ringkasan

Bujono dan Hadad (1997) dalam Sumadiria (2011, p. 217) Bagian


penutup ringkasan memiliki tujuan utama untuk meringkas poin-poin
penting dari cerita yang telah diuraikan sebelumnya. Fungsi ini
melibatkan mengaitkan kembali elemen-elemen utama dari narasi ke
pengantar cerita. Dalam proses ini, pesan utama cerita ditegaskan
kembali dengan penggunaan kata-kata atau ungkapan yang berbeda.
Pada akhirnya, penutup ringkasan ini bertujuan untuk memandu
pembaca, pendengar, atau pemirsa dalam mengingat dan meresapi inti
cerita. Lebih dari itu, penutup ini juga berfungsi untuk meyakinkan
mereka tentang pandangan yang seharusnya diambil, mencegah
kesimpulan yang keliru.

2. Penutup Penyengat

50
Bujono dan Hadad (1997) dalam Sumadiria (2011, p. 218) Penutup
yang menghadirkan kejutan mampu memukau pembaca dengan efek
mengejutkan. Penulis memanfaatkan jalannya cerita untuk membawa
pembaca pada suatu simpulan yang tampil begitu tak terduga. Model
penutup semacam ini mengingatkan pada tren kontemporer dalam dunia
perfilman, di mana cerita seringkali diakhiri dengan kekalahan tokoh baik
oleh pihak yang dianggap jahat. Konsep ini senada dengan apa yang
dijelaskan oleh Bujono dan Hadad (1997:54). Dalam dunia balap sepeda
motor seperti GP 500, strategi ini bisa diibaratkan sebagai teknik
melampaui lawan di tikungan. Kejadian ini kerap muncul secara tak
terduga, mengejutkan baik bagi yang mendapat 'penyalipan' maupun
bagi penonton yang menyaksikannya.

3. Penutup Klimaks

Penutup gaya klimaks sering terlihat dalam cerita yang diatur


secara kronologis, mengingatkan pada tradisi sastra klasik. Namun, dalam
tulisan fitur, penulis berhenti setelah resolusi jelas tercapai, tidak
menambahkan elemen setelah momen klimaks seperti dalam cerita
klasik. Di dalam teknik penutup klimaks, setiap bagian dan adegan
disusun secara rapi untuk mencapai puncak cerita yang tak boleh
terganggu. Puncak ini adalah klimaks.

Tarigan (1983) dalam Sumadiria (2011, p. 219, Dalam cerpen,


metode klimaks melibatkan penggunaan enam unsur inti: pengenalan
tokoh dan latar (exposition), munculnya konflik (complication),
peningkatan ketegangan (rising action), titik balik paling menegangkan
menuju klimaks (turning point), dan akhir cerita yang singkat (ending).
Pendekatan ini, seperti dijelaskan oleh Tarigan (1983:151), dapat
diterapkan pada cerita fitur yang mengikuti struktur dan alur cerpen
konvensional.

51
4. Penutup Tertunda (Menggantung)

Bujono dan Hadad (1997) dalam Sumadiria (2011, p. 220) Penulis sengaja
mengakhiri cerita dengan mempertanyakan hal penting yang tidak diberi
jawaban. Setelah membaca, pembaca tetap bingung apakah tokoh utama
berhasil atau gagal. Penulis menghentikan cerita sebelum mencapai
puncaknya, entah karena jawabannya belum jelas atau untuk
menimbulkan ketegangan pada pembaca.

Sebagai penulis, diperlukan kehati-hatian dalam mengevaluasi akhir


cerita, memastikan bahwa penutupnya logis. Jika merasa bahwa akhir
cerita lemah atau tidak sesuai, penulis bisa merujuk beberapa paragraf
sebelumnya untuk menemukan penutup yang lebih baik dan masuk akal.
Menulis penutup dalam tulisan fitur sebetulnya cukup sederhana.
Penting untuk kembali pada peran "pencerita" dan membiarkan cerita
berakhir secara alami. Sebagai seorang wartawan profesional, tujuan
utamanya adalah menyampaikan cerita dengan kelancaran, kejelasan,
dan keaslian.

5. Penutup Ajakan Bertindak

Di akhir, penulis merangkum kompleksitas isu dan jalur yang


ditempuh. Kemudian, penulis memberikan ajakan kepada pembaca untuk
bertindak secara mendesak, berdasarkan saran atau imbauan yang
relevan. Jenis penutup ini terutama diterapkan dalam pencarian solusi
masalah dan dalam situasi yang memerlukan respons segera, seperti
konflik etnis, kerusuhan, atau perang (Sumadiria, 2011, p. 221)

1.7.2 Pola Struktur Feature (Bagian ini bisa digabung ke BODY PAGE 36-37)

Wacana feature yang menarik memerlukan penyajian yang terstruktur. Pola


struktur feature menggambarkan peran penting setiap komponen. Berdasarkan hasil

52
penelitian (Sari, 2016) menunjukkan bahwa penulisan feature perjalanan memiliki pola
piramida kronologis. Pola ini menunjukkan bahwa setiap komponen dalam struktur
feature memiliki tingkat kepentingan yang sama. Menurut Shofiyatin dkk., (2019), pola
penulisan feature yang umum dikenal terdiri dari Pola Piramida Terbalik, Pola Piramida,
Pola Persegi Panjang, dan Pola Piramida Kronologis. Namun, pada surat kabar yang ia
teliti, Jawa Pos.com, struktur yang membentuk pola tersebut tidak sesuai dengan teori,
dan karakteristik dari masing-masing struktur tidak terpenuhi. Dalam penelitian ini,
ditemukan bahwa surat kabar Jawa Pos.com lebih banyak menggunakan pola piramida
kronologis. Meski begitu, penggunaan pola ini tidak dianggap sebagai masalah secara
ilmiah, karena ciri-cirinya tidak terbatas dan lebih baik menggunakan pemikiran yang
luas.

Struktur feature dalam penulisan jurnalistik memberikan dasar yang teratur dan
sistematis bagi penulis untuk menyusun tulisan. Dalam struktur ini, terdapat pembukaan
(lead) yang menarik perhatian pembaca, pengembangan yang mendalam dan informatif,
gaya penuturan yang kreatif, dan penutup (closing) yang memberikan kesimpulan atau
kesan mendalam. Sementara itu, elemen-elemen feature seperti human interest yang
menggugah emosi, fakta dan data yang terverifikasi, deskripsi yang detail, gaya
penulisan yang menarik, dan penekanan pada emosi pembaca, berfungsi untuk
memberikan ciri khas dan daya tarik pada tulisan. Dengan demikian, kombinasi struktur
feature yang tertata dengan baik dan elemen-elemen feature yang kaya akan
menghasilkan tulisan yang menarik, menghibur, dan informatif bagi pembaca.

1.7.3 Elements of Feature

1. Narrative Delivery Style (a,b,c,d)

Dalam sebuah cerita feature diperlukan gaya penyampaian yang


bertujuan untuk menyampaikan isi tulisan kepada pembaca. Gaya penyampaian
tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gaya bahasa formal dan gaya
bahasa informal. Dalam penulisan feature, gaya bahasa informal umumnya

53
menggunakan diksi-diksi yang sudah dikenal oleh masyarakat sehingga pembaca
dapat dengan mudah memahami isi cerita (Prawesti, 2016).

Gaya penyampaian yang digunakan penulis dalam feature juga ada yang
mencakup aspek Human Interest dengan tujuan untuk membuat pembaca
memahami makna cerita serta mempengaruhi emosi pembaca dengan
merasakan berbagai perasaan seperti sedih, senang, marah, bersemangat, dan
terinspirasi setelah membaca artikel feature tersebut (Prawesti, 2016). Strategi
ini juga menunjukkan aspek manusiawi dari peristiwa yang diberitakan, dengan
fokus pada emosi, keragaman, atau cerita yang melibatkan pembaca secara
emosional (Apriliasari dan Santana, 2015).

Selain menjadi salah satu elemen pendukung struktur feature, gaya


bahasa memberikan nuansa dan daya tarik tulisan kepada pembaca. Gaya
bahasa berperan penting dalam memperindah tulisan dan membangkitkan
imajinasi pembaca. Penulis dituntut untuk kreatif dalam memadukan kata-kata
dengan berbagai gaya bahasa (Sari, 2016). Gaya bahasa dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu Perbandingan, Pertentangan, dan Pertautan (Hidayat, 2021). Berikut
penjelasannya:

● Gaya Bahasa Perbandingan: (a) simile, (b) personifikasi, (c)


dipersonifikasi, (d) antitesis.
● Gaya Bahasa Pertentangan: (a) Hiperbola, (b) litotes, (c) Klimaks.
● Gaya Penghubung: Asindeton

Gaya bahasa dalam penulisan memiliki peran yang beragam dalam


menyampaikan pesan dan komunikasi. Pertama-tama, gaya bahasa digunakan untuk
menyampaikan informasi secara efektif. Ketika seorang penulis ingin
mengkomunikasikan fakta atau data kepada pembaca, ia akan memilih kata-kata yang
tepat dan jelas untuk memastikan pesannya tersampaikan dengan baik.Selain itu, gaya
bahasa juga dapat digunakan untuk memberikan peringatan. Dalam konteks ini, penulis

54
mungkin akan menggunakan kata-kata yang menunjukkan adanya bahaya atau
konsekuensi negatif dari suatu tindakan atau keputusan. Tujuannya adalah untuk
membuat pembaca lebih waspada dan berhati-hati (Pagliawan, 2017).

Penggunaan gaya bahasa juga memungkinkan penulis untuk mengungkapkan


pendapat mereka. Mereka dapat menggunakan kata-kata yang mencerminkan
keyakinan atau ketidaksetujuan terhadap suatu isu atau topik tertentu. Selain itu, gaya
bahasa bisa digunakan untuk menyamakan dua atau lebih konsep atau objek,
membantu pembaca memahami hubungan atau persamaan antara mereka. Sebaliknya,
penulis juga dapat menggunakan gaya bahasa perbandingan untuk membandingkan
konsep, objek, atau situasi, sehingga pembaca dapat melihat perbedaan atau kesamaan
di antara mereka

Terkadang, penulis mungkin melebih-lebihkan suatu pernyataan dengan sengaja,


menggunakan gaya bahasa yang dramatis atau ekspresif untuk menarik perhatian
pembaca. Di sisi lain, mereka juga bisa mengurangi kenyataan yang sebenarnya dengan
menggunakan gaya bahasa yang lebih rendah hati atau merendahkan.

Gaya bahasa juga bisa digunakan untuk mensejajarkan kata, sehingga frasa atau
kalimat memiliki pola yang konsisten dan mudah diikuti. Terakhir, penulis dapat
menggunakan gaya bahasa untuk menjabarkan suatu konsep atau objek dengan detail
yang lebih besar, memberikan gambaran yang lebih mendalam kepada pembaca.
Kadang-kadang, kata-kata digunakan untuk menggantikan nama lain dalam rangka
untuk menciptakan variasi dalam bahasa dan menghindari pengulangan kata yang
membosankan. Dalam semua kasus, gaya bahasa yang digunakan dengan bijak dapat
meningkatkan kualitas tulisan dan mempengaruhi cara pesan disampaikan kepada
pembaca.

Secara umum, makna penggunaan gaya bahasa dalam penelitian yang


dilakukannya adalah menyampaikan informasi (Wise, 2009). Berkaitan dengan gaya
bahasa dalam sebuah wacana salah satunya penulisan feature juga terdapat pola kohesi
yang bertujuan menjadi aspek penting yang mencakup beberapa elemen yang saling

55
terkait. Pertama-tama, terdapat kohesi gramatikal yang mengacu pada koherensi
bentuk-bentuk dalam wacana yang muncul melalui tata bahasa, termasuk penggunaan
referensi, substitusi, dan konjungsi. Selanjutnya, kohesi leksikal merupakan hubungan
semantik antar unsur dalam wacana yang dibangun melalui pemilihan kata yang tepat,
seperti repetisi, sinonim, antonim, kolokasi, dan hiponim, ini membantu dalam
menghindari pengulangan kata yang berlebihan (Dimarco, 2018).

Ketika berbicara tentang gaya penulisan dalam konteks feature, narasi yang kuat
menjadi unsur yang tak terpisahkan. Narasi ini mencakup penulisan deskriptif yang
memberikan gambaran detail dengan menggambarkan karakter, suasana, dan peristiwa
secara rinci. Di sisi lain, penulisan naratif menghadirkan tindakan, percakapan, dan
perasaan tokoh-tokohnya, mengundang pembaca untuk merasakan situasi peristiwa
tersebut. Penggunaan dialog menjadi elemen kunci dalam penulisan naratif ini, yang
juga dapat disertai dengan deskripsi dan anekdot.

Selanjutnya, penggunaan sumber otoritatif dalam penulisan feature mengacu


pada pemilihan narasumber yang kompeten dan berwibawa. Jurnalis cenderung lebih
mempercayai pandangan otoritatif dalam meliput topik seni daripada mengandalkan
pendapat masyarakat umum. Terakhir, dalam upaya untuk memperkuat pesan dan
menjadikan cerita lebih menarik bagi pembaca, penggunaan foto dan video yang
mendukung menjadi penting. Artikel feature dapat memanfaatkan media visual ini
untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan menggugah tentang topik yang
dibahas, seperti menunjukkan aksi kemanusiaan dari tokoh inspiratif atau kondisi yang
menjadi fokus cerita.

Dalam keseluruhan, elemen-elemen ini bekerja sama untuk menciptakan kohesi


dalam penulisan feature, menjaga agar konten tetap terorganisir dan menarik bagi
pembaca. Kohesi gramatikal dan leksikal membantu dalam mempertahankan kelancaran
bacaan, narasi yang kuat memberikan dimensi emosional, sumber otoritatif
meningkatkan kredibilitas, dan penggunaan media visual melengkapi pengalaman
pembaca.

56
2. Perspective, value, & context

Dalam penulisan artikel feature, aspek-aspek yang sangat penting untuk


diperhatikan adalah penekanan pada nilai-nilai positif yang terkait dengan cerita
inspiratif, seperti kepedulian, kemanusiaan, dan pengabdian (Efendi et al., 2023). Selain
itu, perlu juga diberikan wawasan mendalam mengenai latar belakang, motivasi, dan
perjuangan tokoh yang diangkat, yang dapat diperoleh melalui wawancara dengan
tokoh dan orang-orang terdekatnya (Efendi et al., 2023). Konteks sosial juga sangat
relevan dalam penulisan feature, mengacu pada kondisi sosial atau lingkungan yang
berkaitan dengan topik yang dibahas. Sebagai contoh, dalam konteks musik tradisional,
perlu dicari formula dan pengembangan agar musik tersebut dapat berkembang di era
kontemporer sebagai contoh dalam musik semak

Musik Semak merupakan contoh bagaimana seniman menciptakan terobosan


kreatif untuk menyuarakan dan mengatasi kompleksitas permasalahan lingkungan
dalam seni ekologi (Apriliasari dan Santana, 2015). Selain itu, dalam analisis kognisi
sosial, penting untuk menjelaskan bagaimana peristiwa atau topik dalam feature
dipahami, didefinisikan, dan dianalisis, serta bagaimana peristiwa atau topik tersebut
disajikan dalam tulisan feature. Sebagai contoh, penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa penulis memiliki asumsi tentang karya seni yang baik, termasuk kepekaan
terhadap isu-isu di sekitarnya, unsur kebaruan, dan nilai-nilai yang terkandung dalam
karya seni (Apriliasari dan Santana, 2015). Semua aspek ini saling terkait dan
membentuk landasan yang kuat untuk penulisan feature yang informatif dan
menginspirasi.

Elements & structure (8,9,10,11) dgn begini jd lebih ringkas dan tidak harus menjelaskan bahan
yg kurang.

57
Penulisan feature memerlukan pemahaman terhadap kaidah-kaidah jurnalistik,
meskipun memiliki gaya yang lebih santai dibandingkan dengan jenis berita lainnya.
Apriliasari dan Santana, 2015). Feature tetap harus mematuhi prinsip-prinsip akurasi
dan kelengkapan laporan. Struktur makro dalam sebuah teks feature menggambarkan
makna global melalui tema yang disajikan, seperti tema kesenian yang mengandung
manfaat dalam sebuah feature tentang seni. (Apriliasari dan Santana, 2015).

Selain itu adanya elemen Superstruktur yang berkaitan dengan kerangka teks,
menentukan bagaimana berbagai bagian teks disusun secara utuh, seperti bagaimana
apresiasi seni dan dukungan terhadap karya seni tercermin dalam komentar-komentar
dari jurnalis dan pihak terkait dalam feature. Pada dasarnya Elemen latar menekankan
pada proses dan konteks dalam feature, sedangkan elemen detail menunjukkan
perbedaan sikap jurnalis dalam menyajikan feature. Bentuk kalimat yang digunakan
bervariasi, ada kalimat aktif, pasif, induktif, dan campuran. Pilihan kata yang digunakan
juga bervariasi. Penekanan lainnya adalah penggunaan metafora dan elemen grafis,
terutama ekspresi dalam foto. Misalnya, dalam wacana feature di rubrik seni rupa yang
dianalisis oleh Apriliasari dan Santana, makna wacana diamati melalui elemen-elemen
kecil seperti kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar (Apriliasari
dan Santana, 2015).

Semua elemen ini bekerja bersama untuk menciptakan tulisan feature yang
menarik dan berdampak, dengan gaya bahasa yang memikat pembaca, penekanan pada
nilai-nilai positif, dan penjelasan yang baik mengenai topiknya. Aspek konteks sosial dan
analisis kognisi sosial menambah kedalaman dalam pembahasan, dan penggunaan
sumber-sumber otoritatif serta pematuhan pada kaidah-kaidah jurnalistik menguatkan
validitas informasi dalam feature. Dengan demikian, elemen-elemen ini membantu
mengukur kualitas suatu feature dan cara bagaimana karakteristik-karakteristik tersebut
termanifestasi dalam tulisan.

1.8 Indikator Kualitas dan Dampak Fitur

58
Berdasarkan definisi, karakteristik, serta struktur dan elemen penulisan yang telah
diuraikan, dapat disimpulkan beberapa indikator untuk mengukur kualitas feature sebagai
berikut.

1.8.1 Indikator Kualitas Fitur

Kualitas tulisan dan keterampilan menulis adalah elemen yang sangat


penting dalam penulisan feature. Ini mencakup kemampuan untuk menulis
dengan baik, menghibur, dan menjaga kelancaran tulisan, serta kemampuan
untuk menyusun kalimat dengan benar, menggunakan struktur yang tepat, dan
mengatur alur cerita secara komprehensif. Kualitas tulisan yang baik dan
keterampilan menulis yang memadai akan meningkatkan daya tarik tulisan,
membuatnya lebih mudah dipahami, dan memudahkan pembaca untuk
mengikutinya dengan lancar. Selain itu, alur penulisan yang indah dan mengalir
dari satu paragraf ke paragraf berikutnya merupakan elemen penting dalam
tulisan yang menarik. Alur tulisan yang baik akan membuat pembaca terpaku
untuk membaca tulisan tanpa ada gangguan atau kesulitan dalam memahami isi
tulisan.

Gaya bahasa yang menarik juga sangat relevan dalam penulisan feature.
Ini mencakup unsur kejujuran, kesopanan, dan daya tarik yang mengundang
pembaca untuk terus membaca. Penggunaan gaya bahasa yang bervariasi dalam
feature, seperti perbandingan, pertentangan, hubungan, atau pengulangan,
dapat meningkatkan daya tarik tulisan. Gaya bahasa informal dengan
penggunaan diksi yang akrab dengan pembaca menjadi fitur penting yang ringan
dan menghibur, membantu pembaca memahami dan terlibat dalam cerita.

Elemen sentuhan manusia dalam penulisan feature juga penting. Ini


mencakup kemampuan untuk menyisipkan emosi, pengalaman pribadi, atau
sudut pandang manusia yang dapat menghubungkan pembaca secara
emosional. Hiburan dan pendidikan harus disatukan dalam tulisan, dan
kreativitas serta orisinalitas juga sangat dihargai dalam menciptakan feature

59
yang berkualitas. Menggunakan sudut pandang yang unik dan segar, serta
memunculkan sudut pandang yang berbeda, akan meningkatkan kepercayaan
pembaca terhadap keaslian konten feature.

Sehingga dengan adanya unsur unsur diatas, gaya penulisan feature


dapat dapat menyoroti berbagai jenis objek, seperti tokoh inspiratif, peristiwa
bersejarah, perjalanan, keahlian, atau topik ilmiah. Beragamnya objek yang
dapat diangkat dalam feature memberikan variasi dan menarik minat pembaca
yang berbeda. Semua elemen ini bekerja sama untuk menciptakan feature yang
berkualitas dan menarik perhatian pembaca dengan baik.

DATA
Dalam penulisan feature, riset yang komprehensif menjadi fondasi
penting yang harus diperhatikan. Pentingnya melakukan riset yang komprehensif
sebelum menulis sebuah feature adalah salah satu indikator kualitas. Riset yang
mendalam akan memberikan fakta-fakta menarik yang mendukung tulisan dan
memperkuat kepercayaan. Bukti-bukti riset yang kuat akan memberikan
kekuatan pada tulisan dan meningkatkan kredibilitasnya (Pape & Featherstone,
2006, h. 6). Kualitas sebuah feature juga tercermin dari kedalaman data dan
fakta yang digunakan, di mana feature yang baik harus didukung oleh informasi
yang kuat berdasarkan riset yang mendalam dan data yang akurat. Fakta-fakta
yang disajikan harus relevan dan dapat dipercaya untuk memperkuat pesan yang
disampaikan (Maulida, 2022).
Salah satunya fakta menarik yang ini menunjukkan pentingnya
menyertakan fakta-fakta menarik dalam tulisan. Fakta-fakta ini dapat
memberikan wawasan baru kepada pembaca dan membuat mereka tertarik
untuk membaca. Fakta yang menarik juga dapat menambah nilai pada tulisan
dan membedakannya dengan tulisan lain (Pape & Featherstone, 2006, p. 6).

60
Untuk melengkapi unsur relevan serta akurat, maka penulis wajib
menyajikan informasi yang jelas, akurat, dan dapat dipercaya kepada pembaca
dengan mengandalkan sumber yang terpercaya untuk meningkatkan kredibilitas
(Apriliasari & Santana, 2015). Fitur yang berkualitas menyajikan informasi yang
aktual dan bermanfaat (Shofiyatin et al., 2019). Penulis perlu melakukan
penelitian yang cermat dan menyajikan fakta yang akurat untuk meningkatkan
kualitas tulisannya (Shofiyatin et al., 2019). Kualitas feature yang baik dapat
dilihat dari kedalaman data dan fakta yang disajikan, yang didukung oleh riset
yang solid dan informasi yang dapat dipercaya (Maulida, 2022).

READERS’ INTEREST (3,13,14)


Reader interest (minat pembaca) mengacu pada ketertarikan, perhatian, atau
minat yang dimiliki oleh pembaca terhadap suatu teks atau materi tertentu. Dalam
konteks penulisan dan penerbitan, reader interest sangat penting karena dapat
memengaruhi sejauh mana pembaca akan terlibat dan tertarik pada sebuah tulisan atau
karya. Ketika pembaca merasa tertarik atau memiliki minat terhadap suatu topik atau
tulisan, mereka lebih cenderung untuk terus membaca, memahami, dan mengambil
manfaat dari materi tersebut.
Indikator minat baca menunjukkan bahwa tulisan harus mampu menarik minat
calon pembaca. Dalam konteks ini, editor atau pembaca akan lebih tertarik dengan
tulisan yang menarik, unik, hidup, dan penuh warna. Menarik minat pembaca adalah
kunci dalam menarik perhatian editor atau menerbitkan artikel di koran atau media
lainnya (Pape & Featherstone, 2006, h. 6). Dalam konteks penulisan feature,pemberian
makna yang berharga sangat menarik pembaca (Efendi et al., 2023). Feature yang
mengandung unsur human interest bertujuan untuk menginspirasi pembaca dan
memberikan pelajaran melalui cerita yang disajikan (Prawesti, 2016). Selain itu
keabadian yang merupakan tidak terikat oleh batasan waktu seperti berita langsung
seringkali menarik minat pembaca. Hal ini membuat feature tahan lama dan dapat

61
ditulis dan digunakan kapan saja. Karakteristik ini memungkinkan penulis untuk
mengambil cerita-cerita menarik dari masa lalu atau peristiwa yang tidak terikat waktu
(Prawesti, 2016).

Tidak hanya itu, berdasarkan indikator dalam menilai feature ini memiliki
dampak atau pengaruh terhadap penerimaan pesan yang disampaikan dalam feature
tersebut. Berikut ini adalah poin-poin mengenai dampak dan bentuk kualitas penulisan
dalam feature yang mempengaruhi cara khalayak menanggapi dan menerima pesan.

1.8.2 Dampak Kualitas Fitur pada Pembaca KLASIFIKASI ULANG BIAR RINGKAS
1. Pengaruh Emosional: Tulisan feature yang berkualitas memiliki kemampuan
untuk memengaruhi emosi dan kesadaran pembaca, menginspirasi, menghibur,
atau membuat terharu. Hal ini memperkuat hubungan pembaca dengan tulisan
dan pesan yang disampaikan (Sari, 2016).
2. Pengaruh Inspiratif (Kontribusi Positif): Feature yang ditulis dengan
keterampilan dapat menginspirasi dan meningkatkan pemahaman pembaca
tentang berbagai topik. Pengalaman pribadi dan kisah menarik dalam tulisan
memberikan hiburan, apresiasi, dan pengalaman baru, yang dapat memotivasi
pembaca untuk berperan aktif (Efendi et al., 2023).
3. Minat dan Partisipasi Pembaca: Tulisan feature dapat mendorong minat
partisipasi aktif pembaca sehingga dapat meningkatkan ketertarikan dalam
membaca suatu bacaan tertentu (Sari, 2016).
4. Kontinuitas dan Kualitas Tulisan Secara Keseluruhan: Mempertahankan minat
pembaca dengan menjaga daya tarik dan kualitas tulisan secara keseluruhan
(Hidayat, 2021).
5. Relevansi Konten dengan Audiens: Feature memberikan informasi yang
mendalam dan detail tentang suatu peristiwa atau objek. Dengan gaya bahasa
yang menarik dan penyajian fakta yang objektif, pembaca dapat memperoleh
wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang topik yang dibahas
(Hariyansyah, 2022)..

62
6. Memperkaya Informasi dan Pengetahuan: Feature memberikan informasi yang
mendalam dan detail tentang suatu peristiwa atau objek. Dengan gaya bahasa
yang menarik dan penyajian fakta yang objektif, pembaca dapat memperoleh
wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang topik yang dibahas
(Hariyansyah, 2022).

Dalam rangka menciptakan fitur yang menarik, penulis perlu meningkatkan kualitas dan
keterampilan menulis mereka. Alur tulisan yang baik, menjaga minat pembaca, riset yang
mendalam, dan penggunaan fakta-fakta menarik adalah kunci keberhasilan. Dengan memahami
dan menerapkan indikator-indikator ini, penulis dapat menciptakan fitur yang kuat dan menarik
bagi pembaca mereka.

Referensi :

Afrani, F. (2010). Gaya Penulisan Berita Investigasi.

Amalia, R., Safitri, R., & Prasetyo, B. D. (2021). Implementation of Private Television Policy
Based on Broadcasting Regulation: Case Study of Malang City Local Program. International
Journal of Science and Society, 3(2), 298–312. https://doi.org/10.54783/ijsoc.v3i2.341

Dimarco, J. (2018). The Integrated Manual for.

Kelly, B. J., Knight, J., Peck, L. A., & Reel, G. (2003). Readers ’ Perceptions of Story Quality. 24(4),
118–122.

Nursyahra, H., Komunikasi, J. I., & Jurnalistik, K. (2017). Strategi Penulisan Lead Berita Kriminal
Di Surat Kabar Riau Pos. Jom Fisip, 4(2), 2017.

Pagliawan, D. L. (2017). Feature Style for Academic and Scholarly Writing. Academic Journal of
Interdisciplinary Studies, 6(2), 35–41. https://doi.org/10.1515/ajis-2017-0004

Roberts, J. (2016). Writing for Strategic Communication Industries. Book, 126.


https://ohiostate.pressbooks.pub/stratcommwriting/

Safitri, S. N. (2023). COMPARISON ANALYSIS OF SPELLING MISTAKES ON DETIKCOM AND


KOMPAS.COM. Journal of Innovation Research and Knowledge, 3(1).

Setiyadi, D. B. P., & Setyandari, A. (2018). Political Discourse: Genre and Figurative Language in

63
the Discourse Debate of the Central Java Governor’s Candidate 2018. Jurnal Atantis Press,
228, 1349–1358.

Steensen, S. (2009). The shaping of an online feature journalist. Journalism, 10(5), 702–718.
https://doi.org/10.1177/1464884909106540

Sudiarsa, K., Ayu, I., & Darmayanti, M. (2015). Analisis Gaya Bahasa Berita Kisah Pada Harian
Kompas Maret 2015. Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha,
3(1).

Wise, K. (2009). When Words Collide Online: How Writing Style and Video Intensity Affect
Cognitive Processing of Online News. Journal of Broadcasting & Electronic Media.

64

Anda mungkin juga menyukai