Bentuk Tulisan dan Teknik Penulisannya Menulis bukanlah praktek yang mudah dilakukan semua orang, tetapi tidak berarti sulit dipelajari. Praktek adalah kunci utama seseorang untuk melatih dirinya mampu mengartikulasikan realitas ke dalam tulisan. Penguasaan teknik menulis bukanlah jaminan seseorang dapat dikatakan pandai. Semuanya membutuhkan banyak latihan dan berkesinambungan. Begitu pula kegiatan jurnalistik yang membutuhkan ketrampilan dan ketepatan dalam penyajiannya. Ketrampilan menulis ditentukan kemampuan berpikir penulis yang sistematik, logik dan dialektis. Kebutuhan tersebut penting karena karya jurnalistik musti memaparkan pokok persoalannya secara runtut dan sistemis sehingga dimengerti khalayak. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka tulisan tidak fokus dan akan ditinggalkan pembacanya karena kekaburan makna pesan yang disampaikan. Hal pokok yang musti dimiliki penulis atau media adalah visi yang jelas dan pasti ketika mengurai suatu masalah atau realitas ke dalam tulisan. Visi menjadi panduan yang sangat berharga sehingga memudahkan dalam penentuan pokok pikiran. Visi juga yang mengarahkan keberpihakan penulis ketika menempatkan realitas untuk diolah menjadi karya jurnalistikdalam semua jenis dan bentuk tulisan jurnalistik. Penguasaan visi dan pokok pikiran menjadikan penulis lancar ketika mengolah bahan-bahan tulisan. Oleh karena itu, segala bentuk dan jenis tulisan media serikat buruh lebih harus berorientasi pada fungsi mendidik. Tulisan jurnalistik media serikat buruh harus menghindari gaya tulisan bersifat informatif tanpa bobot dan hiburan murahanseperti media massa umumnya. Teks tulisan harus mengandung nilai-nilai kritis dan keberpihakan buruh karena usaha demikian yang bisa membedakan dari teks yang dihasilkan media massa umum yang bersembunyi dibalik prinsip obyektifitastidak berpihak kepada siapa pundan peliputan dua sisi (cover both side). Untuk itu, kita harus mempelajari teknik menulis, yang terlebih dahulu, dimulai dari pemahaman fungsi dan bentuk tulisan. Pemahaman klasifikasi bertujuan agar penulis bisa membedakan secara teknis gaya penulisan yang dipilihnya. Gaya penulisan dapat dipilih sesuai keinginan dan kebutuhan.
1.
Berdasarkan fungsinya, ada lima jenis tulisan, yaitu: Narasi atau cerita Jenis tulisan ini disebut cerita karena berfungsi sebagai pengungkapan kisah atau peristiwa yang terjalin secara runtut. Contoh: Ketika negoisasi tidak berhasil dan aparat bersikeras melarang masuk Istana Negara, massa aksi buruh mendesak. Setelah itu terjadi bentrokan yang melibatkan massa aksi sepuluh ribu orang dengan empat SSK kepolisian Seorang buruh, Udin, ditembaki aparat dan kemudian teriak minta tolong sebelum petugas Palang Merah yang menyelamatkannya. Deskripsi atau penggambaran Berbeda dengan narasi, deskripsi memberi ruang untuk menggunakan pengandaian, personifikasi, ungkapan ketika menggambarkan sebuah peristiwa. Contoh: Seperti monster yang haus darah, aparat tidak puas sekedar menembaki demonstran membabi-buta tapi juga menendang, memukul, bahkan meludahinya saat terkapar tak berdaya dan berlumuran darah. Eksposisi atau keterangan Jenis tulisan ini berfungsi mengungkapkan pikiran atau gagasan penulis tentang suatu realitas dan mengandung sikap ajakan. Pembaca diharapkan mengafirmasi dan mendukung gagasan yang disampaikan penulis. Contoh: Dian Sastro, seorang buruh, kerja di PT Harapan Sentosa Bandung menjelaskan, selama ini dia bekerja tanpa beban. Dengan jam kerja 9 jam sehari selama 5 hari (Senin-Jumat), Dian beranggapan perusahaan cukup bijaksana karena ada libur dua hari. Padahal, jika berpatok pada Undang-Undang Ketenagakerjaan, maka hanya butuh jam kerja sehari atau 40 jam seminggu. Dari cerita Dian, ada nilai lebih sebanyak 2 jam kerja per hari. Tapi anehnya, kisah-kisah seperti ini seolah-olah luput dari pengamatan kaum buruh kebanyakan. Argumentasi atau perbantahan Jenis ini memiliki keterkaitan dengan eksposisi dalam hal tujuan penulisan, yakni mengajak dan mempengaruhi orang untuk percaya dan mendukung gagasan penulis. Kekhususan jenis argumentasi terletak pada muatannya mengandung perdebatan atau
pertentangan dua ide yang berbeda untuk pokok pikiran yang sama. Adu argumentasi terjadi sebagai respon seorang penulis terhadap pendapat orang lain tentang suatu hal. Contoh: Tudingan Presiden AS, George W. Bush, bahwa Osama bin Laden adalah dalang penyerangan yang menghancurkan WTC (World Trade Center) dan Pentagon nyatanya tak pernah terbukti secara otentik. AS selalu mengatakan pihaknya masih merahasiakan bukti-bukti dengan alasan strategi. Oleh karena itulah masuk akal bila serangan AS ke Afghanistan hanyalah ajang show force untuk menakut-nakuti negara-negara lain, termasuk mitra dan kompetitornya dalam kontelasi perdagangan dunia. Tujuannya, dominasi untuk memenangkan persaingan pasar. Refleksi atau renungan Jenis tulisan ini bertujuan untuk mengajak pembaca merenungkan suatu hal dan menggugahnya. Penulis dituntut mampu membawa perasaan pembacanya untuk mengandaikan diri pada suatu peristiwa atau momentum. Dengan demikian, penulis sudah memiliki kesimpulan suatu hal yang ditulisnya, dan akhirnya, pembaca bisa mengerti makna tulisan tersebut. Contoh: 1 Mei adalah hari bersejarah, Hari Buruh Internasional. Hari yang tidak bisa dimaknai rutinitas kaum buruh sedunia untuk sekedar aksi massa atau mogok ketika memperingatinya. Sebuah momentum yang mengingatkan kita pada gelora perjuangan buruh Amerika Serikat, akhir abad 19, untuk sebuah 8 jam kerja. Perjuangan normatif berkonsekuensi politikharus ditebus puluhan nyawa buruh melayang oleh tembakan tentara rezim borjuasi. Sekedar ingatan sejarah tentang kelas buruh yang selalu ditakuti gerakannya di seluruh dunia. Sama seperti Indonesia. Hanya untuk perjuangan yang masih bersifat normatif, nyawa taruhannya. Kematian Marsinah dan kematian-kematian buruh lainnya tidaklah bisa dilupakan, tapi jadi cambuk bagi buruh untuk berani melawan negara yang tidak berpihak kepada rakyat tertindas.
2.
Struktur Tulisan
Memahami jenis tulisan menurut fungsinya belum cukup bagi seseorang untuk memulai belajar. Seseorang harus juga mempelajari kaidah tulisan, yakni, mempelajari struktur tulisan yang diurai menjadi tiga, yaitu: Pertama, pembukaan atau pendahuluan. Kedua, inti atau pembahasan. Ketiga, penutup atau kesimpulan.
Struktur tulisan itu menjadi panduan penulis ketika menuangkan pokok pikirannya sehingga pembaca mampu mengikuti alur tulisan secara mudah. Bagian-bagian dalam tulisan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pendahuluan (lead) Pembuka suatu pokok persoalan yang akan dibahas dalam tulisan. Secara teknis, tidak boleh ditulis terlalu panjang dan memasuki pembahasan pokok permasalahan. Ia menjadi gerbang pengenalan topik kepada pembaca untuk mengetahui alur tulisan dan tujuan penulis. Dalam pendahuluan, penulis melakukan pembatasan masalah dan pengertian pengertian sehingga pembaca sudah di set ke dalam logika tertentu. Inti atau pembahasan (body) Merupakan tahap pemaparan pokok persoalan. Bagian ini sering disebut inti atau pengembangan. Pada bagian ini penulis menjalin gagasan secara sistematis, logis dan dialektis ketika menempatkan pokok pikiran yang akan dibahas. Pengembangan gagasan akan berpuncak pada ketegasan maksud tulisan atau klimaks. Penutup (punch) Merupakan bagian akhir tulisan yang berisi kesimpulan, saran atau pendapat penulis tentang pokok persoalan yang dikemukannya sebagai arahan bagi pembaca. Ada dua cara menulis penutup, yaitu: Pertama,penutup yang bersifat terbuka, yaitu derngan memberi peluang atau kesempatan kepada pembaca agar menarik kesimpulan sendiri mengenai pokok persoalan yang dibahas. Kedua, penutup yang bersifat tertutup, yaitu penutup tulisan yang menyodorkan pendapat yang bersifat akhir. Pendapat yang bersifat akhir dibuat untuk disodorkan kepada pembaca tanpa ada kesempatan untuk menarik kesimpulan sendiri.
3.
Berita/straight news Tulisan ini berisi laporan langsung yang memuat fakta kejadian langsung dan sarat dengan informasi. Sifat tulisannya padat, lugas, singkat dan jelas serta memenuhi unsurunsur 5 W + 1 H (what, when, where, who, why + how).
Struktur penulisan berita dikenal dengan piramida terbalik. Artinya, tingkat penyajian berita diukur dari prioritas unsur penting suatu berita dalam komposisinya. Semakin ke bawah tulian, isi atau informasi yang disajikan semakin tidak penting.
paling penting
Penulisan demikian dimaksudkan untuk memudahkan penyuntingan atau pembuangan informasi yang kurang penting karena keterbatasan kolom yang tersedia di media. Cara penulisan berita dimulai dengan penulisan lead atau teras berita. Leadbagian terpenting dari seluruh berita karena tercermin seluruh isi berita. Karena itu, ia memuat unsur 5 W + 1 H.
Penulis bisa memilih salahsatu dari keenam yang akan diambil dalam penulisan leadatau fokus berita sendiri. what atau apa Pemogokan buruh terjadi di pabrik tekstil PT Asutex, Bogor, Selasa (21/1), yang menyebabkan produksi berhenti total karena pengusaha sering melangar KKB (Kesepakatan Kerja Bersama). Aksi mogok diawali penghentian mesin-mesin dan buruh serentak meninggalkan pekerjaanya , kemudian berkumpul di lapangan. where atau dimana Pabrik tekstil PT Asutex, Bogor, mengalami pemberhentian produksi total akibat pemogokan buruhnya. Pemogokan itu, Selasa (21/1), akibat ulah pengusaha yang sering melanggar KKB membuat buruh menghentikan mesin-mesin pabrik dan serentak menuju lapangan when atau kapan Selasa siang, (21/1), buruh pabrik tekstil PT Asutex, Bogor, melakukan mogok yang diawali penghentian mesin-mesin pabrik dan berbondong-bondong ke lapangan. Pemogokan akibat pengusaha berkali-kali melanggar KKB. who atau siapa Peristiwa itu terjadi akibat pengusaha berkali-kali melanggar KKB dan tidak mengindahkannya. why atau kenapa Akibat ulah pengusaha yang keseringan melanggar KKB, ribuan buruh pabrik PT Asutex, Bogor, mogok kerja. Mesin-mesin pabrik dimatikan sebelum buruh berkumpul di lapangan, kemarin siang, Selasa (21/1). Mesin-mesin pabrik dimatikan dan serentak ribuan buruh berkumpul di lapangan, tanda mogok dimulai. Tindakan buruh pabrik tekstil PT Asutex, Bogor, Selasa (21/1), sebagai respon pelanggaran pengusaha yang tidak menaati KKB.
Laporan adalah bentuk berita yang dikembangkan lebih kuas, lengkap dan terinci mengenai suatu peristiwa. Tulisan ini didasarkan atas pengamatan langsung atau keterangan orang lain. Oleh karena itu laporan harus tetap mengacu pada unsur 5W +1 H. Feature atau tuturan Bentuk feature atau tuturan lebih lengkap dan terinci dibandingkan dengan berita atau laporan. Kelengkapannya pada bumbu subyektif yang menjadikan tulisan menjadi bertutur. Bentuk ini menjadikan tulisan seakan-akan hidup karena teknik penulisannya memberi ruang emosi dan opini secara vulgar. Teknik penulisannya sama dengan penulisan umum, yaitu diawali pendahuluan atau lead, pengembangan dan kesimpulan. Feature membutuhkan wawasan dan pengetahuan penulis yang luas. Kemampuan penulis tidak sekedar menceritakan kejadian, tapi mengajak pembaca memikirkan suatu gagasan dari kejadian itu. Secara teknis, penulisan feature dapat dikatakan pengabungan tulisan berita dengan gaya bercerita. Ada beberapa jenis lead yang dapat dipergunakan penulis ketika mengawali tulisannya, yaitu: Lead kesimpulan (summary); Lead ini berarti pendahuluan yang mengandung kesimpulan suatu berita (intisari) yang mencerminkan makna keseluruhannya. Bukan berarti kesimpulan diambil setelah tulisan selesai, melainkan cukup dibanyangkan isi tulisan keseluruhannya sehingga bisa mengambil intisarinya. Contoh: Indonesiasebuah negara dunia ketiganegeri dimana buruhnya tidak memilki kesadaran kelas terindas. Parahnya, kondisi ini bukan dirubah, melainkan semakin diperparah oleh mereka yang justru mengaku sebagai pembela buruh. Serikat buruh yang tumbuh subur, ibarat sebuah organisasi mafia bagi kaum yang diwakilinya. Inilah cerita dari negeri dongeng. Lead bertanya Jenis lead lebih bertujuan membuat pembaca penasaran yang dimulai kalimat tanya.Lead ini akan membuat pembaca harus meneruskan membaca keseluruhan tulisan. Contoh: Siapa sih buruh? Ada apa dengan buruh? Mengapa buruh disebut kaum yang memimpin dan menenukan?
Lead menceritakan (narrative) Penulis lead ini mengambil gaya tulisan cerita pendek atau novel ketika berusaha agar pembaca merasa terlibat menjadi tokoh utama yang diceritakan dalam tulisan tersebut. Contoh: Kristanti, buruh tekstil itu, terjepit di antara himpitan polisi dan kawan -kawan buruh lain dibelakangnya saat bentrokan terjadi. Ia pun terjatuh, seketika sabetan rotan pemukul menyambar kepalanya dengan keras. Darah mengucur tanpa henti dan ia menjerit kesakitan. Setelah itu masih sempat polisi menendangnya seperti monster yang haus darah. Lead kutipan (quotation) Penulis berusaha membuka tulisannya dengan mengutip kata-kata orang. Biasanya tokoh, tetapi bisa juga warga biasa. Contoh: Kaum buruh sedunia, bersatulah! akhir tulisan Karl Marx dalam Manifesto Komunis yang mengoncang dunia dan menggetarkan perjuangan kaum buruh. Masih ada beberapa contoh lead yang dapat dipergunakan ketika menulis feature. Semuanya ditentukan menurut kebutuhan penyajiannya secara tepat. Beberapa jenislead diatas dapat dipergunakan sebagai contoh karena diambil dari contoh-contoh yang pernah ada pada media serikat buruhseperti buletin dan majalah.
3.4
Editorial merupakan bentuk tulisan yang menyajikan pendapat atau sikap visi redaksi media mengenai realitas yang terjadi. Penulisan ini bertujuan mempengaruhi pembaca pada suatu kesimpulan tertentu dengan cara mengupas realitas menurut visi redaksi media. Bentuk ini lebih mempergunakan jenis tulisan eksposisi dan argumentasi. Untuk menulis tajuk encana, seorang jurnalis harus memiliki wawasan yang luas. Tidak semua kejadian apat diangkat menjadi poko masalah yang layak dibahas oleh redaksi. Salah satu ukurannya adanya visi umum organisasi, seperti serikat buruh, yang selalu membela kaum buruh dari penindasan struktural oleh sistem yang tidak adil kapitalisme. Suatu tajuk rencana yang baik tidak hanya melontarkan kritik, tapi memberikan jalan keluar mengenai suatu permasalahan. 3.5 Artikel
Artikel merupakan bentuk tulisan yang berisi opini penulis. Penulis memiliki keleluasan menyampaikan opininya secara vulgar dan tegaspada teksnyatanpa dibatasi syarat 5 W+1 H. Yang terpenting, ia mampu menyajikan gagasan secara sistematis dengan kajian yang logis dan dialektis. Kolom Kolom memiliki kesamaan dengan artikel yakni sebuah opini. Akan tetapi, kekhasan kolom terletak pada sifat tulisannya, yakni reflektif atau renungan. Tulisannnya tidak sekear pergumulan intelektual, tapi juga menyangkut emosi, perasaan, dan keyakinan. Dengan demikian, kolom harus mampu menggugah pembacanya untuk bercrmin dari tulisan itu sehingga mampu menarik kesimpulan sendiri. Penulis kolom harus menguasai masalah dan memiliki kedalaman berpikir yang bersifat reflektif. Penguasaan demikian akan semakin lengkap ketika tulisan dibumbui ungkapanungkapan, perumpaman dan contoh yang dapat mendukung gagasan yang disajikan. 3.7 Pojok
Bentuk tulisan ini merupakan bagian dari opini. Bentuknya singkat dan padat serta bersifat sentilan yang mengandung kritik sosial. Biasanya pojok diletakkan pada sudut halaman surat kabar dan tidakmembutuhkan ruang yang besar. Pojok bisa menggunakan ilustrasi, seperti gambar atau sketsa, yang bertujuan membantu pembaca memahami makna dari kritik sosial yang disampaikan.
4.
Bahasa Jurnalistik
Bahasa memegang kunci dalam pembentukan makna karena teks merepresentasikan ideologi penulis. Teks memiliki sarat pesan dan motif ideologi atau visi yang bertujuan mengubah kognisicara berpikirseseorang. Semuanya tampak saat pemilihan dan penggunaan kata-kata, struktur kalimat dan rangkaian kalimat keseluruhan. Oleh karena itu, bahasa atau teks bersifat tidak bebas nilai. Selama ini kita terbiasa membaca koran atau majalahyang diterbitkan media massa umumyang memakai standar umum bahasa jurnalistik. Standar tersebut dibuat oleh kaum kapitalis yang membuat aturan dan etika penggunaan bahasa. Menurut mereka, bahasa jurnalistik seharusnya bahasa yang strightlangsung, tanpa opini dan penafsiran wartawanatau obyektifitas, sehingga fungsi bahasa sebagai penghantar realitas itu tewujud. Logikanya, bahasa dalam jurnalistik dapat menyampaikan realitas apa adanya kepada khalayak.
Apakah mungkin bahasa obyektif? Karena dalam kenyataannya bahasa tidak pernah lepas dari ideologi dan politik pemakainya. Dengan demikian, jika mengandaikan bahasa sebagai representasi realitas sosial adalah hal yang mustahil, karena begitu realitas hendak dibahasakan, selalu terkandung ideologi dan penilaian.Semua realitas ditransmisikan lewat bahasa. Oleh karena itu, kitasebagai kaum tertindastidak bisa mengatakan bahwa merefleksikan realitas, dalam arti, menurut pengertian kapitalis. Mengapa?Realitas dapat ditangkap menurut kepentingan dan cara pandangnyafilsafat atau keyakinannya. Kaum kapitalis memiliki logika sendiri ketika memandang modal, negara dan buruh, sama pembenarannya mengenai laba, produksi dan nilai lebih. Mereka punya dasar-dasar pembenaran yang jelas bertentangan dengan kepentingan buruh dan rakyat umumnya, yakni keadilan sosial dan menentang penghisapan. Buruh harus memiliki logika bahasa sendiri yang berbeda dengan bahasa jurnalistik media massa umumnya. Intinya, bahasa yang disebarkan harus bisa menjadi counterterhadap bahasa yang semu dan meninabobokan buruh. Bahasa yang dipergunakan musti mencerminkan ideologi, watak dan nilai-nilai perjuangan kaum terindas agar mampu mendidik buruh menjadi kritis dan berani berjuang. Panduan teknis penggunaannya Untuk berbahasa yang baik, penulis harus memiliki kata-kata yang tepat. Kata-kata itu dirangkai menjadi kalimat yang berkembang menjadi alinea. Untaian kata dan susunan kalimat yang baik, teratur dan runtut merupakan syarat utama agar pokok yang diuraikan dapat dimengerti. Prinsipnya bahasa jurnalistik harus bersifat lugas, singkat, padat, sederhana, lancar dan menarik. Ada tiga aspek yang menjadi ukuran dalam penggunaan bahasa, yaitu: Tata bahasa; tata bahasa dalam tulisan jurnalistik tidak boleh menyimpang aturan-aturan bahasa Indonesia. Perbendaharaan kata; aspek ini menunjukkan sifat dan pengalaman penulis. Penulis harus memiliki perbendaharaan kata yang luas dan dapat dimengerti. Ejaan; ejaan yang harus diikuti penulis ialah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD). dari bahasa
indonesia yang baku. Tata bahasa dan ejaan dalam tulisan jurnalistik tetap mengikuti
Selain tiga aspek tersebut, kita harus memperhatikan efesiensi dalam penggunaan katakata karena keterbatasan ruangan (space) surat kabar atau majalah yang diterbitkan. Prinsip efesiensi ini dalam bahasa jurnalistik disebut Ekonomi Kata. Membuat tulisan yang singkat dan padat tidaklah mudah. Salah satu cara membuat tulisan yang singkat ialah menggunakan sedikit mungkin kata. Tapi yang terpenting, teknik ekonomi kata dalam bahasa jurnalistik tidak sekedar mempersingkat kalimat melainkan memperjelas makna serta menjadikan kalimat itu lugasapalagi mengurangi makna dan tujuan penulis. Contohnya: Kemarin Vichtra telah menjelaskan bahwa ia pergi berdemonstrasi bersama temannya dengan siapa ia berkawan selama ini, untuk menunjukkan solidaritasnya daripada temannya itu. Penggunaan kata dalam kalimat itu tidak efesien. Akibatnya, maksud yang ingin diungkapkan menjadi kabur karena tidak lugas. Akan menjadi jelas apabila beberapa kata mubazir dihilangkan, seperti ini: Kemarin Vichtra menjelaskan, ia pergi demonstrasi dengan temannya sebagai solidaritas terhadap temannya.
6. Editorial Editorial bisa juga disebut sikap media terhadap suatu topik utama media tersebut. Editorial menyoroti peristiwa yang menjadi wancana publik berdasar sudut pandang media. Editorial menyajikan fakta dan opini melalui penafsiran berita penting. Editorial mempunyai kekuatan mempengaruhi pendapat umum.
Persiapan Peliputan
Kalo acaranya bagus (bernilai berita), biasanya saya melakukan peliputan untuk 3 jenis media. Di antaranya berita website, multimedia, dan sosial media. Oleh karena itu perangkat penunjang penting dibawa saat melakukan peliputan. Nah, apa saja sih yang biasanya dibawa saat meliput. 1. Handycam Handycam wajib dibawa. Bentuknya simpel dan gak ribet. Buat ngejar momen pas lah. Handycam buat ngambil materi video untuk berita multimedia. Kalo pake handycam jangan lupa bawa batre cadangan dan charger. Sehingga kalo batre habis kita bisa pake batre cadangan. Sementara batre yang habis bisa kita charge. Batre handycam cenderung cepat habis. 2. Charger. Jelas, buat ngecas batre. 3. Kamera SLR. Sebagus apapun kamera gajet gak ada yang bisa nandingin kualitas kamera SLR 4. Tripod. Buat saya, tripod itu asisten. Disaat saya harus mengambil momen foto dan video secara bersamaan. Yang penting momennya dapet. Selain itu, Kalo saya pasang handycam di tripod, saya akan mendapatkan rekaman gambar yang stabil pada saat menggunakan fungsi zoom pada kamera. (Tripod digunakan kalau acaranya seminar, kompetisi, konser, sport, konferensi, simposium, dan serupanya. Atau pada saat wawancara eksklusif narasumber). 5. Tablet, berfungsi banget buat publikasi berita di media sosial. Biasanya sih berita-berita pendek aja. Buat nulis berita juga. 6 . Roll kabel. Wah penting banget nih. Buat temen charger. 7. Recorder, buat wawancara. 8. flashdisk, hardisk eksternal, card reader. Memang gak semua reporter memiliki persiapan yang sama. Tergantung dari keperluannya apa. Kalo dia memang butuh buat berita di koran cetak, biasanya dia bawa kamera SLR/Digital dan note saja. Teman saya yang wartawan website malah cukup cuma bawa Blackberry saja. Ada juga teman saya yang wartawan radio, dia hanya membawa recorder dan ponsel. Ada juga teman saya yang wartawan TV cuma bawa Camcorder dan mic atau clip on mic. Selain menyiapkan perangkat, seorang reporter harus benar-benar mempersiapkan fisik dan mental. Kenapa? Saat meliput kita bekerja tak hanya dengan otak, tapi juga menguras fisik. Oleh karena itu wajib 30 menit olah raga setiap hari. Supaya badan tidak cepat lelah dan tidak cepat sakit. Kualitas tidur juga harus dijaga. Kalo bisa hindari begadang. Tidur 8 jam cukup. Kalo saya benar-benar menjaga kualitas tidur. Kebersihan badan dan wewangian juga diperhatikan agar badan rileks total saat tidur. Bahkan suhu dan sirkulasi udara dalam kamar juga di jaga agar tidur tetap berkualitas.