Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL

MATA KULIAH EKONOMI MIKRO


STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING KARET ALAM INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Mikro
Dosen Pengampu : Oktaviana Helbawanti, S.P., M.Sc.

Reviewer :
1. Elisa ; 225009023
2. Rosanti ; 225009047
3. Ramdhan Hidayat ; 225009064
4. Senita Naina Syifarahmi ; 225009102
5. Mochammad Nabil Haikal ; 225009149

Kelas : D

Judul Jurnal Struktur Pasar Dan Daya Saing Karet Alam Indonesian Di Amerika
Serikat
Jurnal Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan
Volume dan Halaman Vol. 15 Hal. 235-256
Tahun 2021
Penulis 1. Birka Septy Meliany
2. Yusman Syaukat
3. Hastuti
Tanggal 11 November 2023

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2023
PEMBAHASAN
ABSTRAK
Dalam jurnal yang berjudul “STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING KARET ALAM INDONESIA DI
AMERIKA SERIKAT” berisi tentang berapa pentingnya karet alam Indonesia dalam meningkatkan
ekonomi nasional melalui ekspor karet alam ke berbagai negara termasuk Amerika. Oleh karena itu,
Indonesia perlu mengembangkan ekspor karet alamnya dengan menganalisis posisi dan daya saing
dari negara pesaing serta peluang pasar ke Amerika yang memiliki permintaan impor yang tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis struktur pasar dan keunggulan komperatif dan kompetitif
karet alam Indonesia di pasar Amerika selama 2008-2019 dengan menggunakan metode analisis
diantaranya terdapat Herfindahl Index, Concentration Ratio, Revealed Comparative Advantage,
Export Product Dynamic dan Diamond’s Porter.
PENDAHULUAN
Pada bagian ini, dijelaskan bahwa karet alam, sebagai komoditas utama kedua setelah kelapa sawit
di Indonesia, memberikan kontribusi signifikan pada devisa negara. Menurut data (Ditjenbun, 2020)
produksi karet tahun 2018 mencapai 3,63 juta ton, dengan sekitar 77% diekspor, menjadikan
Indonesia produsen terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Amerika menjadi target utama ekspor,
menjadi penampung 71,96% dari total ekspor karet alam Indonesia (2008-2019). Struktur pasar
ekspor Amerika perlu diperhatikan, dengan ketidakseimbangan jumlah konsumen dan produsen di
pasar karet alam Indonesia (oligopoli), didominasi oleh lembaga pemasaran dan pengawasan
pemerintah. Berdasarkan analisis RCA, menunjukkan keunggulan komperatif Indonesia dalam
ekspor karet alam ke Amerika, dengan nilai rata-rata RCA lebih dari 1 (1,01). Adapun analisis dari
EPD dan model Diamond’s Porter digunakan dalam mengevaluasi dinamika performa ekspor karet
alam Indonesia di Amerika pada periode 2008-2019.
METODE
Penelitian ini secara mendalam mengeksplorasi daya saing karet alam Indonesia di pasar Amerika
Serikat selama periode 2008-2019, dengan fokus mengidentifikasi faktor determinan. Data yang
digunakan bersifat time series, memperhatikan peralihan pemerintahan di Amerika Serikat, dengan
tiga periode analisis: 2008-2011 dan 2012-2015 pada masa pemerintahan Barack Obama, serta
2016-2019 pada masa pemerintahan Donald Trump.
Analisis struktur pasar karet alam Indonesia dan negara pesaingnya di Amerika Serikat
menggunakan indikator Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR).
1. Herfindahl Index (HI): Menangkap perbedaan kekuatan pasar perusahaan secara lebih akurat
dibandingkan Concentration Ratio (CR), yang memperlakukan semua perusahaan setara.
2. Concentration Ratio (CR): Nilai CR4 rendah menandakan banyak produsen dengan ekspor karet
alam ke Amerika, menunjukkan persaingan tinggi. Nilai tinggi menunjukkan dominasi produsen
besar.
Sedangkann analisis daya saing komoditas ekspor karet alam menggunakan indikator Revealed
Comparative Advantage (RCA) dan metode Export Product Dynamics (EPD).
1. Revealed Comparative Advantage (RCA): Pendekatan sistematis untuk mengungkap sumber
masalah, membantu perusahaan mengidentifikasi area perbaikan untuk meningkatkan efisiensi,
kualitas, atau kepuasan pelanggan.
2. Metode Export Product Dynamics (EPD): Cocok untuk menganalisis karet alam dengan
keunggulan kompetitif tertinggi dan pertumbuhan produk yang cepat dalam perdagangan ekspor
Amerika. EPD dapat mengidentifikasi pertumbuhan ekspor suatu komoditas secara spesifik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian hasil dan pembahasan dalam jurnal ini, penulis mendapatkan hasil penelitiannya
sebagai berikut :
Struktur Pasar
Hasil analisis didapatkan nilai rata rata HI pada periode 2008-2019 komoditas karet alam di pasar
Amerika Serikat sebesar 5.367,79. Nilai HI berada antara, 1.800 – 10.000 menunjukkan komoditas
karet alam eksportir utama di pasar Amerika Serikat mengarah pada konsentrasi pasar yang tinggi.
Menggambarkan industri karet alam suatu industri yang terkonsentrasi dengan jumlah produsen
yang relatif sedikit, menunjukkan persaingan yang ketat antar produsen.
Rata-rata rasio konsentrasi empat negara eksportir utama produk karet di pasar Amerika Serikat
(CR4) pada periode 2008-2019 sebesar 91%. Pasar karet di Amerika Serikat dikuasai oleh empat
produsen terbesar yaitu Indonesia (71,96 %), Thailand (10,99%), Malaysia (4,15%), dan Pantai
Gading (4,11%). Hasil dari perhitungan HI dan CR4 periode 2008-2019 struktur pasar karet alam
negara eksportir utama yaitu oligopoli. Dalam pasar ini tidak terdapat suatu ikatan tertentu
(independent action). Dalam pasar oligopoli output atau harga ditentukan oleh tinggi rendahnya
tingkat diferensiasi.
Daya saing Komparatif (RCA)
RCA mengungkapkan bahwa pasar karet di Amerika Serikat didominasi oleh Indonesia dan Pantai
Gading. Malaysia memiliki nilai RCA stabil karena fokus pada penggunaan karet alam untuk industri
dalam negeri. Penurunan indeks RCA pada 2009 terjadi akibat krisis global, dengan Pantai Gading
melakukan reformasi produksi karet alam pada 2012, meningkatkan ekspor. Sedangkan Thailand,
sebagai produsen terbesar dunia, menunjukkan bahwa karet alam bukanlah produk unggulan yang
diekspor ke Amerika Serikat.
Daya Saing Komparatif (EPD)
Pada bagian ini di sebutkan bahwa sebagian besar produsen karet yang ada di Amerika Serikat
berasal dari negara-negara berkembang seperti Indonesia, Thailand, Malaysia dan Pantai Gading.
Namun sejak tahun 2009, pertumbuhan perekonomian di Amerika Serikat melambat. Hal tersebut
disebabkan oleh melemahnya belanja konsumsi terutama oleh pemerintah. Melambatnya
perekonomian di Amerika Serikat berdampak negatif terhadap ekspor negara lain terutama
Indonesia yang terus menurun. Ditambah dengan hambatan non-tarrif yang diterapkan oleh Amerika
Serikat terutama yang berkaitan dengan produk yang harus ramah lingkungan. Hal inilah yang
menyebabkan posisi pasar karet alam Indonesia tiap tahunnya terus menurun. Berbeda dengan
Indonesia, pemerintah Thailand dan Pantai Gading mendukung besar terhadap hasil pertanian
sehingga menghasilkan output yang memuaskan pula. Sedangkan Malaysia mengalami penurunan
produktivitas karet alam karena keterbatasan lahan.
Diamond’s Porter
Pada bagian ini dijelaskan kondisi dari faktor-faktor determinan keunggulan kompetitif karet alam
Indonesia di pasar Amerika Serikat diidentifikasi melalui empat atribut pada Indikator Diamond’s
Porter yaitu (1) kondisi faktor (factor conditions); (2) kondisi permintaan (demand conditions); (3)
industri pendukung dan terkait (related and supporting industry); dan (4) strategi produsen,
struktur,dan persaingan (firms strategy, structure, and rivalry)
1. Kondisi Faktor
Karet, dengan kualitas elastis yang unggul, merupakan komoditas vital Indonesia. Produksi global
didominasi oleh Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Industri karet Indonesia stabil sejak 1980,
meskipun kebanyakan tanaman rakyat kurang terjaga.
SDM kunci dalam produksi karet, terutama untuk pengembangan ekspor. Sektor perkebunan,
terutama pertanian, menyerap banyak tenaga kerja, tetapi kualitas SDM masih rendah.
Infrastruktur, terutama jalan, memengaruhi nilai ekspor. Meskipun Indonesia peringkat ketiga
dalam ekspor karet, bersaing kurang baik.
Modal, baik lokal maupun asing, penting dalam sektor perkebunan yang juga didukung oleh KUR.
Sektor ini menunjukkan stabilitas dan peningkatan realisasi KUR.
2. Faktor Permintaan
Pada bagian ini penulis menjelaskan bahwa permintaan karet alam Indonesia sebagian besar
berasal dari luar negeri, dengan 85% produksi diekspor. Kurangnya konsumsi domestik
mendorong Indonesia untuk mengekspor hasil produksi karet. Industri hilir karet masih terbatas,
tergantung pada impor produk olahan.
Produksi karet Indonesia terutama digunakan untuk bahan baku industri seperti ban, alas kaki,
dan sarung tangan. Hanya 15% yang diserap oleh industri hilir dalam negeri, terutama industri
ban. Amerika Serikat merupakan salah satu negara impor karet alam terbesar dari Indonesia.
Adapun data perdagangan menunjukkan bahwa ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat
selalu memiliki nilai positif dari 2016 hingga 2019. Ini menandakan peran Indonesia yang signifikan
dalam pasokan karet alam ke Amerika Serikat.
3. Industri Pendukung dan Terkait
Ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat terkait dengan kondisi industri karet dari hulu ke
hilir. Industri hulu karet alam di Indonesia membaik dengan peningkatan luas lahan dan
keterlibatan tenaga kerja. Namun, industri hilir karet alam masih kurang berkembang di Indonesia.
Rendahnya penyerapan produksi karet dalam negeri disebabkan oleh kurangnya industri hilir,
menyebabkan surplus pasokan di pasar internasional. Kurangnya industri hilir dikaitkan dengan
faktor teknologi dan kurangnya kemampuan sumber daya manusia dalam mengaplikasikannya.
Untuk meningkatkan penyerapan produksi karet, perlu pengembangan dan diversifikasi industri
hilir, melibatkan aspek seperti pembiayaan, teknologi, infrastruktur, dan regulasi.
4. Strategi Produsen, Struktur dan Persaingan
Analisis HI dan CR4 menunjukkan struktur pasar oligopoli karet alam Indonesia di Amerika Serikat.
Terdapat dua negara yang dapat mempengaruhi ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, dengan
Thailand fokus pada Tiongkok. Untuk mempertahankan pangsa pasar di Amerika Serikat,
Indonesia perlu membangun hubungan ekonomi yang solid dengan Amerika, mungkin melalui
perjanjian perdagangan bebas (FTA) untuk meningkatkan kebebasan perdagangan antar negara
mitra dagang. Nur Mahdi et al., (2021), menyebutkan bahwa hal tersebut didukung oleh perjanjian
perdagangan bebas atau dikenal sebagai FTA (Free Trade Agreement).
Keempat komponen ini diintegrasikan dalam model Diamond’s Porter, di mana tanda positif
menunjukkan keunggulan kompetitif karet alam Indonesia yang dapat dimanfaatkan, sementara
tanda negatif menandakan kelemahan yang perlu diperhatikan.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
Penulis menyimpulkan bahwa pasar karet alam di Amerika Serikat memiliki struktur oligopoli,
dengan Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Pantai Gading sebagai eksportir utama. Meskipun
keunggulan kompetitif karet alam Indonesia lebih rendah dibandingkan pesaing utama, analisis
Diamond's Porter menunjukkan faktor-faktor seperti potensi ekspor, neraca perdagangan, dan luas
lahan produksi mendukung keunggulan kompetitif tersebut.
Rekomendasi kebijakan termasuk fokus pada peremajaan dan penanaman pohon karet, terutama
untuk perkebunan skala kecil, serta pengembangan industri hilir karet alam untuk meningkatkan nilai
tambah. Penting juga untuk memperhatikan kesejahteraan petani kecil, yang belum sepenuhnya
tercermin dalam indeks daya saing yang tinggi. Penelitian selanjutnya diharapkan lebih
memfokuskan pada aspek kesejahteraan petani karet alam di Indonesia (Meliany et al., 2021).

TANGGAPAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dikaji, artikel ini memberikan wawasan yang mendalam terkait
dengan daya saing karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat. Analisis yang menggunakan
metode Herfindahl Index, Concentration Ratio, Revealed Comparative Advantage, Export Product
Dynamic, dan Diamond's Porter memberikan pemahaman yang komprehensif terkait dengan kondisi
pasar dan faktor-faktor determinan keunggulan kompetitif karet alam Indonesia.
Penting untuk dicatat bahwa karet alam Indonesia memiliki keunggulan komparatif di pasar Amerika
Serikat, namun keunggulan kompetitifnya mengalami penurunan dari periode pertama hingga
periode ketiga. Hal ini menunjukkan perlunya strategi yang lebih kuat untuk mempertahankan dan
meningkatkan posisi pasar karet alam Indonesia di Amerika Serikat.
Selain itu, analisis Diamond's Porter menyoroti faktor-faktor yang menampilkan keunggulan
kompetitif karet alam Indonesia, seperti potensi ekspor, neraca perdagangan, kerja sama ekonomi,
dan luas lahan produksi karet alam. Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan potensi
tersebut dapat dilakukan melalui perhatian pada teknik replanting, pengembangan industri hilir karet
alam, dan peningkatan kualitas produk karet alam Indonesia.
Artikel ini memberikan pemahaman yang penting terkait dengan tantangan dan peluang dalam
industri karet alam, serta implikasinya terhadap ekonomi Indonesia. Namun, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut yang melihat aspek kesejahteraan petani karet alam Indonesia karena
indikator daya saing yang tinggi belum mencerminkan kesejahteraan petani kecil.
Secara keseluruhan, artikel ini memberikan kontribusi yang berharga dalam memahami dinamika
pasar karet alam Indonesia di pasar global, dan memberikan dasar yang kuat untuk pengembangan
strategi yang dapat meningkatkan daya saing karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat dan
pasar global secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjenbun. (2020). Buku Publikasi Statistik Karet 2018-2020. www.ditjenbun.pertanian.go.id


Meliany et al. (2021). Struktur Pasar Dan Daya Saing Karet Alam Indonesia Di Amerika Serikat.
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 15(2), 235–256. https://doi.org/10.30908/bilp.v15i2.623
Nur Mahdi, N., Suharno, & Nurmalina, R. (2021). Trade Creation Dan Trade Diversion Atas
Pemberlakuan Acfta Terhadap Perdagangan Hortikultura Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang
Perdagangan, 15(1), 51–76. https://doi.org/10.30908/bilp.v15i1.489

Anda mungkin juga menyukai