Anda di halaman 1dari 83

RANCANGAN REMOTE MONITOR SWITCHING RADAR

DATA MERGER BERBASIS WEMOS D1 MENGGUNAKAN


APLIKASI BLYNK DI JAKARTA AIR TRAFFIC SERVICES
CENTER (JATSC)

TUGAS AKHIR

Karya Tulis Sebagai Salah Satu Syarat Lulus Pendidikan


Program Studi Diploma IV Teknik Navigasi Udara Angkatan ke-26 C

Oleh
TIA NURHANIFAH
NIT. 22418096

PROGRAM STUDI TEKNIK NAVIGASI


UDARA POLITEKNIK PENERBANGAN
INDONESIA CURUG

Agustus 2022
ABSTRAK
“RANCANGAN REMOTE MONITOR SWITCHING RADAR DATA
MERGER BERBASIS WEMOS D1 MENGGUNAKAN APLIKASI BLYNK
DI JAKARTA AIR TRAFFIC SERVICES CENTER (JATSC)”

Oleh

TIA NURHANIFAH
NIT: 22418096
PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK NAVIGASI UDARA
Monopulse Secondary Surveillance Radar (MSSR), mempunyai fungsi
yaitu untuk mendeteksi dan mengetahui posisi pesawat. Dengan media transmisi
menggunakan Fiber Optic (FO) dan Radio Link. Jika salah satu media transmisi
bermasalah maka akan menggunakan media transmisi yang standby, contohnya
jika kabel FO putus maka pengiriman data radar akan beralih ke Radio Link, begitu
juga sebaliknya. Data radar yang peruntukan untuk sistem otomasi melalui serial
data interface tidak dapat changeover data radar dari jarak jauh. Hal itu membuat
respontime peralatan menjadi berkurang.
Tujuan dari penelitian ini untuk memudahkan dalam melakukan changeover jika
salah satu media trasmisi bermasalah. Mengingat Radar Site dan Ruang Main
Equipment Room (MER) tidak dalam satu lokasi dengan Radar Site dan jaraknya
cukup jauh, dan waktu yang dihabiskan untuk pemindahan jalur tersebut kurang
lebih 15-20 menit. Sedangkan update data Radar kurang lebih setiap 4 menit.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Research and
Development (R&D) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Dengan
adanya inovasi ini untuk memudahkan dalam melakukan changeover jika terjadi
masalah dalam pengiriman data radar. Maka dengan Remote Monitor Switching
Radar Data Merger berbasis Wemos D1 menggunakan aplikasi Blynk akan
memberikan efisiensi waktu jika terjadi downtime supaya tidak menggangu
operasional.
Kata Kunci: Switching, Fiber Optic, Radio Link, R&D

i
ABSTRACT
“DESIGN OF REMOTE MONITOR SWITCHING RADAR DATA MERGER
BASED ON WEMOS D1 USING BLYNK APPLICATION IN JAKARTA AIR
TRAFFIC SERVICES CENTER (JATSC)”

By

TIA NURHANIFAH
NIT: 22418096
Air Navigation Engineering D.IV Study Program
Monopulse Secondary Surveillance Radar (MSSR), has the function of detecting
and knowing the position of the aircraft. With transmission media using Fiber
Optic (FO) and Radio Link. If one of the transmission media has a problem, it will
use a standby transmission medium, for example if the FO cable breaks then the
radar data transmission will switch to Radio Link, and vice versa. Radar data that
is intended for automation systems through a serial data interface cannot change
over radar data remotely. This reduces the response time of the equipment.

The purpose of this study is to make it easier to do a changeover if one of the


transmission media is having problems. Considering that the Radar Site and MER
Room are not in the same location as the Radar Site and the distance is quite far,
and the time spent on changing the route is approximately 15-20 minutes. While
the Radar data updates approximately every 4 minutes.

The research method used in this study is Research and Development (R&D) which
is a research method used to produce certain products and test the effectiveness of
these products. With this innovation to make it easier to make changeovers if there
are problems in sending radar data. So the Remote Monitor Switching Radar Data
Merger based on Wemos D1 using the Blynk application will provide time
efficiency in the event of downtime so as not to interfere with operations.

Keywords: Switching, Fiber Optic, Radio Link, R&D

ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Tugas Akhir : “RANCANGAN REMOTE MONITOR SWITCHING RADAR DATA


MERGER BERBASIS WEMOS D1 MENGGUNAKAN APLIKASI BLYNK DI
JAKARTA AIR TRAFFIC SERVICES CENTER (JATSC) ” telah diperiksa dan
disetujui untuk diuji sebagai salah satu syarat lulus pendidikan Program Studi
Diploma IV Teknik Navigasi Udara Angkatan ke-26 C, Politeknik Penerbangan
Indonesia, Curug – Tangerang.

Nama: Tia Nurhanifah

NIT : 22418096

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

TONI,S.IP., M.Si. IRVAN, S.TrT


Penata Tk. I (III/d) NIK. 10011100
NIP. 19650521 198903 1 001

KETUA PROGRAM STUDI

MUH. WILDAN, ST., M.T


Penata (III/c)
NIP. 19770530 199803 1 002

iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Tugas Akhir : “RANCANGAN REMOTE MONITOR SWITCHING RADAR


DATA MERGER BEBASIS WEMOS D1 MENGGUNAKAN APLIKASI
BYLNK DI JAKARTA AIR TRAFFIC SERVICES CENTER (JATSC)” telah
dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma IV
Teknik Navigasi Udara Angkatan ke-26 C, Politeknik Penerbangan Indonesia,
Curug – Tangerang. Tugas Akhir ini telah dinyatakan LULUS Program
Diploma IV pada tanggal Kamis, Agustus 2022.

TIM PENGUJI,

KETUA SEKRETARIS

FIRMAN, S.SiT., M.T ARINGGA ZULKARNAIN, S.ST


Penata TK.I (III/d) Penata Muda (III/a)
NIP. 19800522 200012 1 002 NIP. 19920922 201902 1 002

ANGGOTA

IRVAN, S.TrT
NIK. 10011100

iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Tia Nurhanifah
NIT 22418096
Program Studi : Diploma IV Teknik Navigasi Udara
Menyatakan bahwa tugas akhir berjudul “RANCANGAN REMOTE
MONITOR RADAR DATA MERGER BERBASIS WEMOS D1
MENGGUNAKAN APLIKASI BLYNK DI JAKARTA AIR TRAFFIC
SERVICES CENTER (JATSC)” merupakan karya asli saya bukan merupakan
hasil plagiarism.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam
pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar
akademik dari Politeknik Penerbangan Indonesia (PPI) Curug.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Tangerang, Agustus 2022


Yang Membuat Pernyataan

Tia Nurhanifah

v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
anugerah–Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia–Nya yang besar
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal ini dengan lancar tanpa
adanya hambatan yang berarti sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam penyusunan dan penyelesaian tugas akhir ini, penulis mendapatkan
dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Asri Santosa, S.T., S.Si.T., M.T., selaku Direktur Politeknik Penerbangan
Indonesia Curug.
2. Bapak Muh. Wildan, S.T., M.T., selaku Ketua Progam Studi Teknik Navigasi
Udara.
3. Bapak Toni, SiP, MSi, selaku Dosen Pembimbing 1 tugas akhir.
4. Bapak Irvan, S.Tr T selaku Dosen Pembimbing 2 tugas akhir.
5. Seluruh Dosen dan Staff di Progam Studi Teknik Navigasi Udara.
6. Kedua Orang Tua saya Bapak Suparman dan Ibu Nurainy Utami serta pacar saya
Muh. Fauzan Arifqi. Terimakasih atas segala doa dan semangatnya untuk saya
sedari awal saya masuk di PPI Curug ini.
7. Rekan-rekan ATNU 26 C, taruni ATNU 26 C, dan seluruh rekan-rekan ATNU
26 atas segala cerita, perjuangan, dukungan dan bantuan selama 4 tahun
pendidikan disini.
8. Sahabat sekaligus teman barak saya Putri Adellia, Putri Nur ‘Aini, Pranasya
Virana, dan Galuh Nabila selaku penyemangat dan peneman hari-hari saya
selama di barak.
9. Saudara asuh saya Maradoni, Afrinaldy Ismail juga adik asuh saya Tia
Marshelina, dan Arda. Terimakasih telah banyak membantu saya.
10. Adik-adik TNU 27, 28, dan 29 atas segala bantuan yang diberikan.

vi
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

ABSTRACT .............................................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................................3

C. Batasan Masalah............................................................................................3

D. Rumusan Masalah .........................................................................................3

E. Tujuan Penelitian ..........................................................................................3

F. Manfaat Penelitian ........................................................................................4

G. Sistematika Penulisan ...................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................5

A. Landasan Teori ..............................................................................................5

1. RADAR .....................................................................................................5

2. Radar Data Merger (RDM) .................................................................... 15

3. Data Radar MSSR .................................................................................. 22

4. Media Transmisi ..................................................................................... 23

5. Wemos D1 Mini ..................................................................................... 26

6. Arduino IDE ........................................................................................... 27

7. Aplikasi Blynk ........................................................................................ 27

vii
8. Relay ....................................................................................................... 28

9. Transistor Sebagai Switching ................................................................. 30

10. Optocoupler ........................................................................................ 31

11. Gerbang Logika .................................................................................. 32

12. Port DB-25 .......................................................................................... 35

B. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 38

A. Metode Perancangan .................................................................................. 38

B. Desain Rancangan ...................................................................................... 38

C. WAKTU DAN LOKASI PERANCANGAN ............................................ 40

D. ALAT DAN BAHAN ................................................................................ 41

E. KRITERIA PERANCANGAN .................................................................. 42

BAB IV PEMBAHASAN PERANCANGAN...................................................... 44

A. Gambaran Umum Sistem Perancangan ...................................................... 44

B. Tahapan Perancangan................................................................................. 44

C. Uji Coba Perancangan ................................................................................ 51

D. Interpretasi Hasil Uji Coba Rancangan ...................................................... 56

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 57

A. Kesimpulan ................................................................................................ 57

B. Saran ........................................................................................................... 57

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 60

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1 Cara Kerja Monopulse Secondary Surveillance Radar (MSSR) ........7
Gambar II. 2 Pulsa Interrogator ...............................................................................8
Gambar II. 3 Format sinyal ......................................................................................9
Gambar II. 4 Sinyal jawaban Mode 3/A dengan identifikasi 4321 ....................... 10
Gambar II. 5 Contoh sinyal jawaban Mode C ....................................................... 11
Gambar II. 6 Bentuk Pancaran MSSR .................................................................. 11
Gambar II. 7 Blok Diagram MSSR ....................................................................... 12
Gambar II. 8 Blok Diagram Radar Data Merger ................................................... 15
Gambar II. 9 SRG Main Screen RDM .................................................................. 16
Gambar II. 10 Monitoring Area RDM .................................................................. 17
Gambar II. 11 General Tab ................................................................................... 18
Gambar II. 12 I/O Interface Tab ........................................................................... 18
Gambar II. 13 SLG Main Screen RDM ................................................................ 19
Gambar II. 14 Top Bar RDM ................................................................................ 20
Gambar II. 15 Monitoring Area Level 1 ............................................................... 20
Gambar II. 16 SRG Main Screen RDM ................................................................ 21
Gambar II. 17 Kabel Fiber Optic .......................................................................... 25
Gambar II. 18 PinOut Wemos D1 ......................................................................... 26
Gambar II. 19 Bentuk Relay dan Simbol Relay .................................................... 28
Gambar II. 20 Struktur Komponen Relay ............................................................. 28
Gambar II. 21 Rangkaian dasar Optocoupler ........................................................ 32
Gambar II. 22 Simbol Gerbang Logika AND ....................................................... 32
Gambar II. 23 Simbol Gerbang Logika OR .......................................................... 33
Gambar II. 24 Simbol Gerbang Logika NOT ....................................................... 33
Gambar II. 25 Simbol Gerbang Logika NAND .................................................... 34
Gambar II. 26 Simbol Gerbang Logika NOR ....................................................... 35
Gambar II. 27 Pin DB 25 ...................................................................................... 36
Gambar II.28 Konsep Switching Data Radar MSSR ............................................ 37
Gambar III. 1 Tahapan Perancangan ..................................................................... 38
Gambar III. 2 Blok Diagram Manual Switching Data Radar ................................ 39
Gambar III. 3 Blok Diagram Remote Switching Radar Data Merger MSSR ....... 39

ix
Gambar III. 4 Flowchart Rancangan ..................................................................... 40
Gambar IV.1 Gambaran Umum Desain Perangkat Keras .................................... 44
Gambar IV. 2 Merangkai Komponen.................................................................... 45
Gambar IV. 3 Perangkaian Komponen ................................................................. 45
Gambar IV. 4 Rangkaian Keseluruhan ................................................................. 45
Gambar IV. 5 Tampilan menu Arduino IDE ........................................................ 46
Gambar IV. 6 Tampilan menu Tools .................................................................... 46
Gambar IV. 7 Tampilan Board Manager .............................................................. 47
Gambar IV. 8 Tampilan Login Aplikasi Blynk .................................................... 47
Gambar IV. 9 Tampilan menu Template .............................................................. 48
Gambar IV. 10 Tampilan pada Create New Template .......................................... 48
Gambar IV. 11 Tampilan Datastreams.................................................................. 49
Gambar IV. 12 Tampilan Virtual Pin Datastream ................................................ 49
Gambar IV. 13 Tampilan Web Dashboard ........................................................... 50
Gambar IV. 14 Tampilan Device Info .................................................................. 50
Gambar IV. 15 Tampilan Firmware di Arduino ................................................... 51
Gambar IV. 16 Tampilan Sketch pada Arduino.................................................... 51
Gambar IV. 17 Open pada Menu .......................................................................... 52
Gambar IV. 18 Tampilan Login ............................................................................ 52
Gambar IV. 19 Tampilan My Device ................................................................... 53
Gambar IV. 20 Kegagalan pada RDM1 ................................................................ 54
Gambar IV. 21 Kegagalan pada RDM2 ................................................................ 55

x
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1 Mode Interrogator...................................................................................8
Tabel III. 1 Waktu Pelaksanaan ............................................................................ 41
Tabel III. 2 Alat dan Bahan ................................................................................... 42
Tabel IV. 1 Interpretasi Hasil Uji Coba ................................................................ 56

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penerbangan merupakan satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan
wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi
penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas
penunjang dan fasilitas umum lainnya. Penerbangan juga merupakan bagian
dari sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik mampu
bergerak dalam waktu cepat, menggunakan teknologi tinggi, manajemen
yang handal, serta memerlukan jaminan keselamatan dan keamanan yang
optimal.[1]
Bandara Soekarno-Hatta adalah Bandar Udara Internasional yang terletak di
Tangerang mempunyai lalu lintas dan frekuensi penerbangan yang paling tinggi
di Indonesia, baik untuk jalur penerbangan domestik maupun untuk jalur
penerbangan internasional.
Tingginya frekuensi penerbangan serta jalur penerbangan yang saling
berpotongan sedangkan ruang udara yang digunakan tetap dan tidak
berubah, menuntut pemandu lalu lintas udara untuk memberikan jasa
pelayanan dengan optimal sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, pemandu lalu lintas udara tidak diberikan
toleransi untuk melakukan kesalahan dalam rangka menjamin
keselamatan, keteraturan, dan kenyamanan operasi lalu lintas udara.
Selain itu, dalam melaksanakan pelayanan terhadap keselamatan penerbangan,
bandara harus mampu menyediakan beberapa fasilitas alat bantu penerbangan
yang dapat memandu pesawat, salah satunya fasilitas surveillance. Surveillance
adalah alat bantu untuk pengamatan pesawat yang sangat menunjang kegiatan
pelayanan lalu lintas udara dalam mengatur pesawat di ruang udara.
Di Jakarta Air Traffic Services Center (JATSC) mempunyai dua
fasilitas radar untuk pengamatan yaitu Primary Surveillance Radar
(PSR) dan Monopulse Secondary Surveillance Radar (MSSR),
keduanya mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk mendeteksi dan

1
mengetahui posisi pesawat. Data radar disalurkan ke ATC System untuk
digunakan oleh ATC dalam melakukan pemanduan lalu lintas udara.
Media penyaluran data radar dari peralatan Radar MSSR ke ATC system
menggunakan media transmisi Fiber Optic (FO) dan Radio Link. Media
transmisi FO dan Radio Link bekerja secara dual, dimana ketika media
transmisi FO bermasalah akan dipindahkan ke media transmisi Radio Link.
Menurut pengamatan penulis setelah melakukan kegiatan On The Job Training
di PERUM LPPNPI Cabang Jakarta Air Traffic Services Center (JATSC),
penulis menemukan permasalahan yaitu, jika salah satu media transmisi
bermasalah pada Fiber Optic (FO) ataupun Radio Link, maka teknisi
melakakukan changeover secara manual di Ruang MER sehingga
membutuhkan waktu untuk meunju ke ruangan tersebut dari ruangan standby
teknisi.
Beberapa rancangan penggunaan aplikasi Ubidots untuk system control dan
monitoring pada Gudang berbasis Arduino IDE yang dilakukan oleh Agung tri,
dkk[2] dan rancangan pengembangan smart home dengan mikrokontroller
ESP32 switch sensor berbasis internet of things.[3] Pada rancangan ini
menggunakan Ubidots ini bertujuan untuk memonitoring dan control.
Sedangkan pada Rancangan Remote Switching Radar Data Merger ini
menggunakan Bylnk yang bertujuan untuk memonitor dan kontrol dengan
tampilan grafik pengiriman data radar.
Maka dari latar belakang diatas penulis mengambil kesimpulan untuk membuat
Rancangan Remote Monitor Switching Radar Data Merger berbasis Wemos
D1 menggunakan Aplikasi Blynk di Jakarta Air Traffic Services Center
untuk mempercepat respontime jika terjadi kegagalan dalam pengiriman data
radar. Mengingat Radar Site dan Ruang MER tidak dalam satu lokasi dan
memiliki jarak 6 km, maka dengan Remote Monitor Switching Radar Data
Merger akan memberikan efisiensi waktu jika terjadi kegagalan.

2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan yang tertulis pada latar belakang, maka penulis
menguraikan permasalahan yang terjadi, antara lain:
1. Belum tersedia Remote Monitor Switching Radar Data Merger Media
transmisi MSSR ke ATC System.
2. Proses changeover media transmisi data radar MSSR ke ATC System
dilakukan secara manual di ruang peralatan.

C. Batasan Masalah
Dikarenakan keterbatasan waktu dan sumber daya, penulis membatasi
perancangan dari tugas akhir ini, sebagai berikut:
1. Perancangan Remote Monitor Switching Radar Data Merger MSSR di Jakarta
Air Traffic Services Center (JATSC).
2. Rancangan Remote Monitor Switching Radar Data Merger MSSR di Jakarta
Air Traffic Services Center (JATSC) menggunakan mikrokontroler Wemos
D1 dan aplikasi Blynk.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat merumuskan masalah
berdasarkan latar belakang sebagai berikut:
1. Bagaimana cara kerja perancangan Remote Monitor Switching Radar Data
Merger MSSR di Jakarta Air Traffic Services Center (JATSC)?
2. Berapa lama waktu rancangan Remote Monitor Switching Radar Data
Merger MSSR melakukan changeover jika terjadi kegagalan pada salah satu
media transmisi?

E. Tujuan Penelitian
Dalam menyusun tugas akhir ini penulis memiliki beberapa tujuan. Adapun
tujuan dari rancangan ini adalah:
1. Mempermudah teknisi dalam melakukan perbaikan peralatan jika terjadi
gangguan pada salah satu jalur transmisi data radar.

3
2. Mencegah terjadinya downtime aliran data radar saat terjadi kegagalan dalam
media transmisi.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari pembuatan dan penulisan rancangan ini adalah:
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dikembangkan sebagai bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya.
2. Dapat dikembangkan dan diimplementasikan di Jakarta Air Traffic Services
Center.

G. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan ini, berdasarkan dari urutan-urutan dari bab
yang telah ditentukan untuk mempermudah pemahaman tentang karya tulis
Tugas Akhir ini. Sistematika Penulisan adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini terdiri dari penjelasan tentang latar belakang, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, menfaat dan sistematika
penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Pada bab ini menjelaskan tentang teori dan prinsip dasar yang mendasari
rancangan alat sebagai pandangan dalam pembuatan rancangan alat.
Bab III : Metodologi Penelitian
Menjelaskan tentang menguraikan tentang desain perancangan, waktu dan
lokasi perancangan, penentuan alat dan bahan, kriteria perancangan.
Bab IV : Pembahasan
Pada bab ini penulis membahas tentang gambaran umum sistem rancangan,
tahapan perancangan, uji coba rancangan dan interpretasi hasil uji coba
rancangan.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini menyimpulkan hasil rancangan yang telah dikerjakan secara
keseluruhan dan memberi saran terhadap rancangan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Dalam penulisan dan pembuatan Rancangan Remote Monitor Switching Radar
Data Merger , maka Penulis mempunyai landasan teori yang digunakan
sebagai berikut:
1. RADAR
RADAR (Radio Detection and Ranging) adalah seperangkat
instrument yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan dan
pergerakan objek/pesawat terbang dengan menggunakan prinsip
gelombang radio. Sistem radar ini banyak digunakan pada sistem
pengendalian lalu lintas udara (Air Traffic Control).[4]
Pada sistem pengendalian lalu lintas udara, informasi yang diterima
oleh radar digunakan untuk mengatur jalur lalu lintas pesawat agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan serta agar lalu lintas
udara menjadi lebih tertib, teratur, aman dan nyaman. Sebagian besar dari
sistem Radar menentukan posisi suatu objek dalam dua dimensi, yaitu
Azimut (sudut) dan Range (jarak).
Radar ada beberapa macam dan yang umum digunakan di bandar udara
adalah Primary Surveillance Radar(PSR), Secondary Surveillance Radar
(SSR) dan Monopulse Secondary Surveillance Radar (MSSR).
MSSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi dan
data target yang ada di sekelilingnya secara aktif, dimana pesawat ikut
aktif jika menerima pancaran sinyal RF radar sekunder. Pancaran radar ini
berupa pulsa-pulsa mode, pesawat yang dipasangi transponder, akan
menerima pulsa-pulsa tersebut dan akan menjawab berupa pulsa-pulsa kode
ke sistem penerima radar.
Pada sistem MSSR ground pemancar / penerima disebut interogator,
dan udara penerima/pemancar disebut transponder. Interogator transmisi
dibuat pada frekuensi 1030 MHz dan disebut mode. Pada interogator
menerima sinyal pada mode yang sudah diatur, transponder menanggapi

5
dengan transmisi pada frekuensi 1090 MHz. Tanggapan ini adalah dalam
bentuk kode.
Dalam MSSR itu pesawat terbang adalah suatu target yang aktif
didalam memberikan jawabannya, dan juga menghindari jawaban-
jawaban yang tidak diinginkan yang berasal dari pesawat yang tidak
dilengkapi dengan transponder (pasif) atau pantulan yang berasal dari
bumi dan atmosfir, maka dibuatlah dua macam frekuensi
yang berbeda antara frekuensi mode dengan frekuensi kode. Frekuensi
yang dipakai adalah :
a. Interrogator mode menggunakan frekuensi carrier 1030 MHz
b. Transponder kode menggunakan frekuensi carrier 1090 MHz
Monopulse Secondary Surveillance Radar (MSSR) adalah radar yang
bekerja dengan bantuan alat yang bernama transponder di pesawat
udara. Secara sederhana cara kerjanya (lihat gambar 2.1) adalah
sebagai berikut:
1. MSSR di darat memancarkan sinyal yang disebut dengan interrogation
pada frekuensi 1030 MHz
2. Jika mendapatkan sinyal interogasi, maka transponder akan menjawab/
memberikan sinyal balasan pada frekuensi 1090 MHz
3. Dekoder yang ada di MSSR akan menghitung jarak pesawat tersebut
dari lamanya sinyal sampai kembali ke MSSR
4. Arah pesawat tersebut akan ditentukan oleh arah antenna radar MSSR
yang berputar 360 derajat.

6
Gambar II. 1 Cara Kerja Monopulse Secondary Surveillance Radar (MSSR)

Informasi yang dapat dihasilkan oleh MSSR adalah :


a. Jarak: Salah satu cara yang bisa dipakai untuk mengukur jarak
suatu objek dari antena ialah dengan mengirimkan sinyal gelombang
radio (radiasi elektromagnetik) dan mengukur jeda waktu
pantulan gelombangnya. Jarak (Range) pesawat terbang menunjukkan
jarak pesawat terbang terhadap stasiun radar atau bandar udara dalam
satuan Nautical Mile (NM) dimana 1 NM = 1,852 Kilometer.
b. Kecepatan: Perbedaan frekuensi antara sinyal gelombang yang
dipancarkan dan sinyal gelombang yang dipantulkan kembali dapat
digunakan untuk menghitung kecepatan dari benda tersebut.
c. Posisi: Merupakan nilai sekian derajat terhadap titik utara stasiun
radar ke arah pesawat terbang dengan putaran searah jarum jam
(Clock Wise/Cw).
d. Ketinggian:Ketinggian dari suatu pesawat harus diketahui baik pilot
maupun ATC (Air Traffic Control) untuk menyeimbangkan
pesawat agar tidak berada pada jalur yang salah. Ketinggian
pesawat terbang menunjukkan ketinggian pesawat udara terhadap
permukaan laut dengan satuan feet.
e. Kode pesawat: Kode pesawat digunakan untuk mengetahui pesawat
jenis apa yang sedang terbang pada saat itu. Dan untuk
membedakan pesawat satu dengan yang lainnya.

7
Interrogator MSSR (Monopulse Secondary Surveillance Radar)
mengirimkan deretan pulsa-pulsa ke udara secara periodik. Pulsa-
pulsa yang dipancarkan tersebut terdiri dari tiga pulsa yaitu seperti
gambar 2.2 dibawah ini :

Gambar II. 2 Pulsa Interrogator

Waktu interval P1–P3 adalah merupakan pertanyaan dari interrogator yang


disebut sebagai mode seperti pada table 2.1 berikut ini :

Tabel II. 1 Mode Interrogator

MODE P1 – P3 (μs) TIPE INTERROGATOR


1 3 Militer
2 5 Militer
3/A 8 Identifikasi (kode pesawat)
B 17 Identifikasi (kode pesawat)
C 21 Identifikasi ketinggian
D 25 Sipil

Mode-mode yang digunakan saat ini adalah :


a. Mode 1 digunakan untuk keperluan militer,
b. Mode 2 digunakan untuk identifikasi pesawat militer,
c. Mode 3/A digunakan untuk mengidentifikasi setiap pesawat didaerah
jangkauan radar.
d. Mode C digunakan untuk identifikasi ketinggian pesawat terbang.
Pesawat mengirimkan sinyal Reply code untuk merespon sinyal interogasi.
Dua pulsa yang ada pada sinyal jawaban adalah F1 dan F2 yang disebut
sebagai pulsa frame atau bracket. Data dari pulsa-pulsa yang ada didalam

8
frame sebanyak 12 pulsa berupa pulsa A, B, C dan D yang masing-masing
terdiri dari pulsa 1, 2 dan 4. Pulsa yang ada dibagian tengah disebut pulsa
X, akanLtetapi pulsa X ini tidak digunakan dalam sinyal jawaban.
Pulsa yang terakhir adalah pulsa Special Position Indicator (SPI)
yang digunakan hanya pada saat-saat tertentu. 12 pulsa yang
digunakan terdiri dari 4096 kode yang menunjukkan data jawaban.
Data yang ada pada jawaban dihubungkan dengan pertanyaan yang
diajukan melalui mode interogasi. Akan tetapi tidak semua kode jawaban
dari 4096 kode digunakan pada semua jenis mode, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.4 dibawah ini :
Mode 1 : 32 Kode (terdiri dari B4, semua pulsa C dan pulsa D tidak
digunakan. Catatan : terkadang aturan nasional menggunakan kode 4096
pada Mode 1).
Mode 2 : 4096 Kode
Mode 3/A : 4096 Kode
Mode C : 2048 Kode (pulsa D1 tidak digunakan).

F1 C1 A1 C2 A2 C4 A4 X B1 D1 B2 D2 B4 D4 F2 SPI

1.45 s

0.45 s

20.3 s 4.35 s

Gambar II. 3 Format sinyal

Mode interogasi yang paling utama dan sering digunakan adalah


Mode 3/A, mode ini digunakan baik untuk keperluan sipil maupun
militer. Mode 3/A ini digunakan secara umum untuk identifikasi
dengan nomor identitas pada pesawat yang diketahui dari nilai octal
pada pulsa jawaban dalam orde ABCD, sebagai contoh ditunjukkan
pada gambar 2.5 dibawah ini :

9
F1 C2 A4 X B1 D1 B2 F2

A=4, B=3, C=2, D=1


Gambar II. 4 Sinyal jawaban Mode 3/A dengan identifikasi 4321

Berdasarkan persetujuan internasional, suatu bagian tertentu dari nomor


identitas menunjukkan tipe penerbangan, baik itu tujuan penerbangan
maupun tempat asal penerbangan. Ada tiga kode khusus yang secara umum
digunakan untuk keadaan darurat, yaitu :
1. 7700 Darurat.
2. 7600 Gangguan Radio.
3. 7500 Pembajakan atau Perampokan.
Kode-kode khusus ini sangat berguna untuk menunjukkan suatu kesulitan
kepada ground station setempat ketika pilot tidak dapat berkomunikasi
menggunakan chanel suara secara normal.
Pada sinyal jawaban Mode 3/A selanjutnya pulsa dapat ditambahkan
kepada deretan pulsa jawaban yang disebut dengan pulsa SPI yang
ditempatkan 4,35 mikrosecon setelah pulsa F2. Pulsa ini diatur oleh pilot
yang berfungsi sebagai switch pada unit control transponder. Dengan
menekan switch ini maka SPI akan bekerja/aktifLselama kurang lebih
20 secon, dan selama periode ini semua jawaban interogasi pada
Mode 3/A ditambahkan pada pulsa ini. Pulsa SPI biasanya digunakan
atas permintaan dari ground ATC untuk keperluan identifikasi.
Mode C merupakan mode yang paling sering digunakan. Mode ini
digunakan untuk menunjukkan kepada ground ATC mengenai
ketinggian pesawat yang akan ditunjukkan oleh Barometer Aneroid.
Pada jawaban Mode C hanya 11pulsa yang digunakan (pulsa D1
diabaikan), akan tetapi 2048 kode akan dihasilkan secara berturut-turut
untuk menunjukkan ketinggian pada increment 100 ft mulai dari -1000
ft sampai dengan + 121.000 ft. Gambar 2.6 dibawah ini menunjukkan salah
satu contoh dari sinyal jawaban.

10
F1 A1 C2 A2 A4 B1 B2 B4 F2

Gambar II. 5 Contoh sinyal jawaban Mode C

Pancaran sidelobe, Pulsa P2 digunakan untuk menghilangkan efek side lobe


dari antena. Selain memancarkan pulsa P1-P3 radar sekunder juga
memancarkan pulsa P2 sebagai pengontrol dalam upaya untuk mencegah
agar transponder tidak menjawab pulsa intterogation yang berasal dari
pancaran sidelobe seperti yang terlihat pada gambar 2.7. Jika pancaran dari
sidelobe ini tidak dicegah akan mengakibatkan kekeliruan informasi. Perlu
diingat bahwa pancaran dari sidelobe ini tidak dapat dihilangkan, namun
dapat dicegah efeknya dengan upaya pengontrolan melalui pemancaran
pulsa P2 tersebut.
Sidelobe ini sebenarnya tidak diinginkan karena dia dapat memberikan
suatu pertanyaan yang palsu kepada pesawat dan tentunya pesawat udara
akan menjawab pertanyaan palsu juga. Untuk menghindari ini kita buat
suatu pancaran yang dapat menutup sidelobe ini sehingga sidelobe ini tidak
akan terkirim ke pesawat terbang. Pancaran untuk menutupi sidelobe ini
dihasilkan dari adanya pulsa P2.

Gambar II. 6 Bentuk Pancaran MSSR

Beberapa kendala yang mungkin timbul pada pengoperasian Monopulse


Secondary Surveillance Radar diantaranya :

11
1. Garble
Garble dapat terjadi jika dua pesawat atau lebih berada berdekatan
dan diadakan pemisahan (separation) oleh petugas ATC sejauh 5
NM. Keadaan ini menyebabkan munculnya simbol dan kode pesawat
yang tumpang tindih pada layar monitor.

2. Sinyal multipath
Disebabkan oleh banyaknya jalur yang dapat ditempuh oleh sinyal
antara stasiun radar dengan pesawat udara dan sebaliknya. Jalur utama
sinyal adalah garis lurus atau yang lebih dikenal dengan istilah line
of sight. Jalur lain/tambahan dapat timbul karena adanya permukaan
bumi seperti gedung-gedung tinggi, tiang antenna dan bangunan-
bangunan lain yang berdekatan letaknya dengan stasiun radar. Sinyal
pantulan ini dapat memperlemah sinyal masukan bagi perangkat
penerima.

3. Fruit (False reply unsynchronized in time)


Dapat terjadi bila dua stasiun radar yang letaknya berdekatan, misalnya
A dan B saat bersamaan memberikan interrogation kepada sebuah
pesawat terbang yang sama. Maka akan terjadi kemungkinan jawaban
yang seharusnya untuk stasiun A diterima oleh B, atau sebaliknya. Hal
ini dapat terjadi karena jangkauan radar (coverage) dari kedua stasiun
tersebut saling berpotongan (overlap).

12
1. Blok Diagram MSSR

Gambar II. 8 Blok Diagram MSSR

Penjelasan Blok Diagram MSSR:


Penejelasan Alur Transmitter
Berikut penjelasan blok diagram alur transmitter radar MSSR:

a. SLG1/SLG2/SRG memberikan inputan command berupa


strategy, power level,dll. Command tersebut diproses oleh
modul MEX (TCPU), kemudian diteruskan ke MICE03
untuk menghasilkan sinyal untuk channel SUM (P1, P3,
P4, P6) dan OMNI (P1, P2, P5)
b. Kemudian sinyal tersebut diterima dan dimodulasi di
EMU.
SUM : Amplitude dan Phase Modulation (output 42 dBm)
Omni : Amplitude Modulation dan Pre-Amplifier (output
62 dBm)

13
1) For Channel SUM

a. SDU memperkuat sinyal input dari EMU sebesar 42 dBm menjadi 62


dBm
b. SAU memperkuat sinyal input dari SDU sebesar 62 dBm menjadi 65 dBm
c. Output SAU diteruskan melalui TRA (Transmitter Receiver
Antenna) ke SUMchannel pada Antenna Radar
2) For Channel Omni

a. EMU sebagai pre amplifier untuk sinyal OMNI Channel


menghasilkan output sebesar 62 dBm.
b. CTU sebagai Final Amplification dari 62dBm menjadi 65
dBm kemudian diteruskan ke Antena melalui TRA
3) Penjelasan Alur Receiver

a. Replay dari Transponder diterima oleh Antena (channel SUM,OMNI,


DIFF).
b. Dari masing-masing channel melewati RFF (RF Switch) dan TRA
c. TRA memiliki 3 pre-selective filter 1090 Mhz untuk masing-masing
channel (SUM,OMNI,DIFF channel), selanjutnya RF signal di teruskan
ke MRU
d. Reply dari SUM dan DIFF channel digunakan untuk menghasilkan
Monopulse, sedamgkan reply dari SUM dan OMNI channel digunakan
untuk suppression replies dari Side lobe pada mode RSLS.
e. MRU (Multichannel Receiver Unit) menghasilakan 4 video output : SUM
video, OMNI video, DIFF video dan Monopulse video (output video
tersebut di duplikasi untuk dikirimkan juga ke extractor standby channel)
f. Extractor modul (MEX) memproses video yang diterima dari MRU
menjadi data radar berupa plot dalam format ASTERIX 34/48. Output
data radar tersebut dikirimke management control (SLG/SRG), graphic
system (VR3000) dan ATC display.[5]

14
2. Radar Data Merger (RDM)
Radar Data Merger berfungsi untuk menerima data radar, plot dan track,
informasi pengawasan sensor oleh port Ethernet dan port serial dalam
format yang berbeda, ASTERIX, CD-AMS dan format data radar lainnya,
dan tergantung pada jenis sensor. RDM Menggunakan OS Linux standar

Gambar II. 9 Blok Diagram Radar Data Merger

RDM-1000 memiliki dua interface untuk data radar:


a. LAN 1 dan LAN 2: Ada dua jaringan area lokal redundant di lokasi radar
yang digunakan untuk menerima dan mengirim data radar seperti plot
dan trek, dan untuk berkomunikasi dengan sistem kontrol dan
pemantauan.
b. Ada empat jalur serial yang sepenuhnya dapat dikonfigurasi untuk
menerima dan mengirim data radar.

RDM telah dirancang untuk menerima semua pesan, data radar dan kontrol, baik
oleh dua LAN dengan redundansi data atau saluran. Jika antarmuka dengan satu
atau kedua sensor radar melalui jalur serial, ia juga dapat menerima data radar
melalui jalur serial atau tanpa redundant. Dalam transmisi data radar dan pesan
status, RDM-1000 juga mengirimkan semua pesan melalui dua LAN dengan
redundant.
Output data radar RDM-1000 diformat dalam format Eurocontrol Standard

15
ASTERIX, dan format data radar lainnya. Output data radar RDM diformat
dalam Eurocontrol Standar ASTERIX Kategori 1,2,8,34 dan 48 yang berbeda.
Format data radar lain seperti CD-2, AIRCAT, dll. dapat digunakan. Fungsi
kombinasi di RDM terdiri dari dalam jangkauan radar dan azimuth, ke plot PSR
dan MSSR/Mode S; untuk memverifikasi apakah beberapa plot sensor memiliki
korelasi ruang dengan plot sensor lainnya.
Fungsi kombinasi dan semua parameter dari algoritma kombinasi dapat
diprogram dari Local Control & Monitoring System (SLG) atau Remote Control
& Monitoring System (SRG). RDM sepenuhnya kompatibel dengan penggunaan
Mode-S. Fungsi kombinasi pada RDM tidak mempengaruhi resolusi target dan
karakteristik akurasi plot.
Di bagian Parameter Output RDM dimungkinkan untuk mengaktifkan saluran
COM untuk mentransmisikan data Radar. Untuk semua saluran keluaran: LAN;
COM1; COM2; COM3; dan COM4; jika diaktifkan, dimungkinkan untuk
memilih: Format; Tipe data; dan Jenis dan frekuensi jam untuk COM.[6]
1. Remote Control & Monitoring System (SRG) Main Screen RDM

Gambar II. 9 SRG Main Screen RDM

Keterangan:
1. Top bar
2. Monitoring Area

16
a. Tombol layar utama SRG -> untuk mengembalikan tombol ke layer
utama SRG
3. BITE Icons
a. Transmisi ke situs radar oleh LAN 1
b. Transmisi ke situs radar oleh LAN 2
c. Jumlah SLG yang terhubung
4. SRG Main Screen button
5. Pedestal Subsystem
6. PSR Subsystem
7. MSSR-S Subsystem
8. NTP Server Subsystem
9. LAN Subsystem
10. Internal PPI Subsystem
11. Radar Data Merger Subsystem
12. Radar Communication Subsystem

Monitoring Area

Gambar II. 10 Monitoring Area RDM

Keterangan:
1. BITE of RDM devices
2. BITE of Serial ports (COM1-COM4)
3. BITE of LAN connections

17
General Tab

Keterangan:
1. Operating Mode Bar: Utama (Hijau), Pemeliharaan (Ungu), atau Uji
(Biru)
Gambar
2. Main Radar: masukan II.PSR
dari 11 General Tab dari SSR
atau masukan
3. Combination: Plot/Trek
4. Corrections: Koreksi kombinasi Range & Azimuth
5. Waiting angle: Plots & Track association waiting angles
6. Communications: LAN 1 & LAN 2 Asterix Utama, LAN 1 & LAN 2
Asterix Non Utama, Masukan UDP Utama, Input UDP Non Utama,
Output UDP Utama LAN 1 & LAN 2, dan Output UDP Non Utama.
7. Switchover: Manual atau otomatis (opsi operasional)
8. Operation:
a. RDM1 & RDM2: Main-Standby (opsi operasional), Main-
Maintenance, Main Test, Standby Main (opsi operasional),
Maintenance-Main, dan Test-Main.
b. Tombol Fungsi: Reset RDM1 & RDM2[7]

I/O Interfaces Tab

Gambar II. 12 I/O Interface Tab

18
Keterangan:
1. PSR Input:
a. Automatic Commutation or Redundancy
b. LAN1+LAN2, LAN2+LAN1, COM1+COM2, COM2+COM1,
COM3+COM4 or COM4+COM3
2. SSR Input:
a. Automatic Commutation or Redundancy
b. LAN1+LAN2, LAN2+LAN1, COM1+COM2, COM2+COM1,
COM3+COM4 or COM4+COM3
3. Output:
a. LAN -> Format, PSR, SSR & CMB
b. COM1-COM4 -> Format, PSR, SSR, CMB, Clock Type
(internal/external) & Clock Speed (bps: 9600, 19200, …,
8192000).

2. Local Control & Monitoring System (SRG) Main Screen RDM

Gambar II. 13 SLG Main Screen RDM

19
Keterangan:
1. Top Bar

Gambar II. 14 Top Bar RDM

1. Audio Alarm ON/OFF button


2. FAULTS button: akses ke halaman pesan kegagalan
3. Messages Area: menampilkan alarm atau berita acara yang relevan
4. Site Name area
5. SLG Operation Mode area: UCS1 Master (SLG0), atau UCS2 Slave
(SLG1), dll.
6. SLG status area
7. UTC time area: Waktu disinkronkan dengan server NTP
8. INDRA logo

2. Monitoring Area: menunjukan elemen BITE dari subsistem yang dipilih


Monitoring Area Level

Gambar II. 15 Monitoring Area Level 1

20
1. BITE dari elemen Indra PSR dan akses ke level 2
2. BITE dari Encoder
3. BITE & Status Operasional Pembangkit Sinyal (Diaktifkan atau
Dinonaktifkan) dan Transmisi (ON atau OFF)
4. BITE & Keadaan Operasional Polarisasi (Linear, Circular)
5. BITE koneksi LAN 1 & LAN 2
6. Pemantauan tentang jenis data radar keluaran yang diaktifkan
dipilih di Tab Umum dan Pemrosesan Tab Parameter
7. Tombol Kembali (untuk mengembalikan layar level
sebelumnya).

Monitoring Area Level 2

Gambar II. 16 SRG Main Screen RDM

1. Modul TXCU (informasi BITE dan Mode Operasi)


2. Modul PRPA (informasi BITE dan Mode Operasi) dan akses ke level
3
3. Modul PA dan akses ke level 3
4. Modul TXBA
5. Modul MVPS
6. Modul BPS
7. Tombol Kembali.

21
3. Control Area: menunjukan tab parameter konfigurasi dari subsistem
yang dipilih

3. RS-232/V.24
Standar RS 232 pada dasarnya hanya menangani sebagian dari hubungan
komunikasi serial; khususnya itu mencakup koneksi antara yang disebut
Data Terminal Equipment (DTE) dan "modulator/demodulator", yang biasa
dikenal dengan singkatan "modem". "modem' secara resmi disebut Data
Communication Equipment (DCE). RS 232 standar adalah standar Amerika
(EIA/ANSI), yang secara internasional dicakup oleh CCITT telekomunikasi
dan standar ISO. Standar-standar ini tidak mendefinisikan semua detail dari
sebuah koneksi; misalnya, level listrik untuk sinyal seimbang dan tidak
seimbang, dan untuk karakteristik mekanis sebagai dimensi konektor dalam
penugasan pin, ditentukan oleh: standar lainnya. Terlepas dari tujuan dan
area aplikasi yang dimaksudkan dari ini standar, antarmuka serial RS 232
sering digunakan untuk hanya membuat hubungan antara dua periferal.
Karena periferal dianggap sebagai DTE, yang tidak ada hubungannya
dengan DCE atau "modem", protokol standar tidak dapat diterapkan.
Protokol formal menganggap kebalikan dari DTE sebagai DCE. Produsen
peralatan yang harus berkomunikasi dengan DTE, mungkin karena itu
menganggap port serial mereka sebagai terminal DCE. Itu terjadi bahwa
pilihan yang berbeda pada menyematkan nomor, arah sinyal, dan opsi
konektor male dan female bisa jadi ditemui Solusi yang umum ditemukan
untuk koneksi tanpa modem adalah 'modem nol'. [8]

Gambar II. 17 Pin Assigment RS-232

22
4. Data Radar
Di dalam format ASTERIX yang mengatur tentang radar MSSR,SSR dan
PSR terdapat pada category 048 dan category 034.[9] Category 034
membawa informasi SIC/SAC dari radar tersebut Target is acquired and
locked out to IC = x The locked out target replies only to Selective
interrogations from IC = x Antenna MSSR Antenna PSR 18 sedangkan
category 48 membawa informasi pesawat. Salah satu alat yang digunakan
di JATSC untuk membaca pengkodean data ASTERIX adalah RAPS3.
Pengkodean dilakukan dari Hexadecimal ke decimal.
Data radar yang terdapat pada format data radar ASTERIX seperti berikut:
a. System Area Code (SAC) System Area Code adalah identifikasi unik
dalam format hexadecimal serta 8 (delapan) digit binary yang diberikan
kepada sebuah negara. Satu SAC berlaku untuk satu negara atau
wilayah.
b. System Identification Code (SIC) System Identification Code adalah
identifikasi unik yang terdiri dari 8 (delapan) digit biner untuk radar
system, ADS-B dan MLAT dalam suatu Negara.
c. Time of Delay (TOD) Time of Delay adalah menunjukkan berapa lama
delay informasinya ,misalnya 343 ms.
d. Type Interrogation misalnya roll- call dan all-call.
e. Posisi Rho menunjukkan jarak misalnya 97.887 NM, Theta
menunjukkan derajatnya, misalnya 322.267 deg.
f. Aircraft Identyfication menunjukkan identifikasi pesawat misalnya
CTV086.
g. Aircraft Address menunjukkan alamat dari pesawat tersebut misalnya
8 a 0 3 0 2. f. Flight Level menunjukkan ketinggian dari pesawat
tersebut misalnya 280 FL atau 28.000 feet.

5. Media Transmisi
Media transmisi adalah media yang menghubungkan antara pengirim
dan penerima informasi (data), karena jarak yang jauh, maka data
terlebih dahulu diubah menjadi kode/isyarat, dan isyarat inilah yang

23
akan dimanipulasi dengan berbagai macam cara untuk diubah kembali
menjadi data. Berikut macam-macam media transmisi:
A. Fiber Optic (FO)

Fiber OpticL (Serat optic) adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca
atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari
suatu tempat ke tempat lain. Cahaya yang ada di dalam serat optik sulit
keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari
udara. Sumber cahaya yang digunakan adalah laser karena laser
mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat
optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran
komunikasi. Serat optik umumnya digunakan dalam sistem
telekomunikasi serta dalam pencahayaan, sensor, dan optik pencitraan.
Serat optik terdiri dari 2 bagian, yaitu cladding dan core. Cladding
adalah selubung dari core. Cladding mempunyai indek bias lebih rendah
dari pada core akan memantulkan kembali cahaya yang mengarah
keluar dari core kembali kedalam core lagi.[10]
Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun
gelas. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang
diserap oleh serat optik.
Pembagian Serat optik dapat dilihat dari 2 macam perbedaan :
1. Berdasarkan Mode yang dirambatkan :
a. Single mode: serat optik dengan core yang sangat kecil, diameter
mendekati panjang gelombang sehingga cahaya yang masuk ke
dalamnya tidak terpantul-pantul ke dinding cladding.
b. Multi mode: serat optik dengan diameter core yang agak besar yang
membuat laser di dalamnya akan terpantul-pantul di dinding
cladding yang dapat menyebabkan berkurangnya bandwidth dari
serat optik jenis ini.

2. Berdasarkan indeks bias core :


a. Step indeks: pada serat optic step indeks, core memiliki indeks
bias yang homogen.

24
b. Graded indeks: indeks bias core semakin mendekat ke arah
cladding semakin kecil. Jadi pada graded indeks, pusat core
memiliki nilai indeks bias yang paling besar. Serat graded indeks
memungkinkan untuk membawa bandwidth yang lebih besar,
karena pelebaran pulsa yang terjadi dapat diminimalkan.

Gambar II. 18 Kabel Fiber Optic


B. Radio Link
Radio Link adalah Alat atau sebuah mekanisme komunikasi data. Radio
Link juga merupakan sebuah Rangkaian atau jaringan Radio yang terpasang
dan dapat berfungsi sebagai sarana hubungan/komunikasi daei/antar
tempat/daerah dan sekitarnya yang sudah terpasang jaringan radio.
Radio Link berfungsi sebagai jalur inti komunikasi studi banding
Radio
Link dengan VOIP, wireless sebagai jaringan nirkabel komunikasi j
arakjauh dalam pemanfaatannya sebagai jalur utama telepon dan fax,
pengembangan ke dalam jaringan komunikasi data yang lebih kompleks.

Radio link adalah komunikasi nirkabel yang menggunakan gelombang


elektromagnetik (GEM) untuk mengirimkan sinyal jarak jauh. GEM
memiliki rentang frekuensi yang sering disebut spektrum elektromagnetik.
Istilah lain yang sering kita dengar adalah bandwidth. Hal ini dinyatakan
dalam bentuk lebar frekuensi. Semakin tinggi bandwidth, semakin banyak
data yang dapat Anda kirim per unit waktu. Ketika proses transmisi data
terjadi melalui ruang bebas, terjadi redaman berupa Free Space Loss
(FSL), mengurangi daya radio yang dipengaruhi oleh frekuensi dan jarak

25
antara titik pemancar dan penerima.[11]
6. Wemos D1 Mini
D1 Mini berbasis ESP8266 memiliki 16 pin di papan. Ini dapat diprogram
dengan perangkat lunak Arduino IDE dan memiliki memori 4MB.
Pemrograman di Arduino IDE menggunakan board yang sama dengan
NodeMCU dan disediakan oleh board manager. Ukuran papan ini lebih kecil
dari NodeMCU.[12]

Keunggulan Wemos Di antara modul WiFi lainnya, Wemos memiliki


keunggulan sebagai berikut.
1. Pinout kompatibel dengan Arduino Uno.
2. Untuk kelas modul add-on, wemos memiliki prosesor utama 32-bit
dengan kecepatan 80MHz, sehingga dapat menjalankan program lebih
cepat daripada mikrokontroler dengan frekuensi CPU yang lebih tinggi
dan clock rate 8-bit.
3. Didukung oleh banyak bahasa pemrograman, wemos tidak hanya dapat
dikontrol oleh Arduino IDE, tetapi juga diprogram dengan Python dan
Lua. Ada banyak bahasa pemrograman yang mendukung Wemos,
sehingga programmer yang tidak terbiasa dengan Arduino pun dapat
dengan mudah menanganinya.
4. Wemos adalah solusi yang baik dan murah dari segi harga dan
penanganan, terutama untuk pemula pemrograman yang ingin membuat
proyek berbasis IoT.
5. Dapat running tanpa mikrokontroler arduino dan bisa diprogram melalui
Over The Air atau transfer program via wireless.

Gambar II. 19 PinOut Wemos D1

26
7. Arduino IDE
Arduino IDE (Integrated Development Enviroenment) ini adalah
lingkungan pengembangan yang terintegrasi. Disebut lingkungan karena
Arduino diprogram oleh perangkat lunak ini untuk melakukan fungsi yang
disematkan oleh sintaks pemrograman. Arduino menggunakan bahasa
pemrogramannya sendiri yang mirip dengan bahasa C++. Kami telah
meningkatkan bahasa pemrograman Arduino (Sketsa) sehingga pemula
dapat dengan mudah memprogram dari bahasa aslinya. Arduino IDE juga
dilengkapi dengan library C/C++, yang biasa disebut Wiring, yang
menyederhanakan operasi input/output. Arduino IDE ini dikembangkan dari
software Processing yang dirombak menjadi Arduino IDE khusus untuk
pemrograman dengan Arduino.[13]

8. Aplikasi Blynk
Blynk adalah platform IOS atau ANDROID yang digunakan untuk
mengontrol modul seperti Arduino, Raspberry Pi, dan Wemos melalui
internet. Aplikasi ini masih sangat mudah digunakan untuk pemula.
Aplikasi ini memiliki banyak fitur yang memudahkan pengguna dalam
menggunakannya. Membuat proyek dengan aplikasi ini sangat mudah dan
membutuhkan waktu kurang dari 5 menit dengan drag and drop. Blynk tidak
terikat pada modul atau papan tertentu. Dari aplikasi ini Anda dapat
mengontrol semuanya dari jarak jauh di mana pun Anda berada dengan
catatan yang terhubung internet. Ini disebut IoT (Internet of Things).[12]
Perancangan Blynk terdiri dari 3 tahap yaitu :
1) Create New Project untuk membuat proyek baru.
2) Auth Token untuk mengirim autentikasi Blynk token ke email untuk
diterapkan pada kode program.
3) Widget box berfungsi untuk membuat gauges yang akan digunakan. User
interface aplikasi Blynk sebagai antarmuka monitoring atau
pengendalian.

27
9. Relay
Relay adalah saklar (switch) yang digerakkan secara listrik dan komponen
elektromekanis (electromechanical) yang terdiri dari dua bagian utama:
elektromagnet (kumparan) dan mesin (satu set kontak/saklar sakelar). Relay
menggunakan prinsip elektromagnetik untuk menggerakkan kontak
pensaklaran, memungkinkan L untuk menghantarkan listrik bertegangan
lebih tinggi dengan arus kecil (daya rendah).

Gambar II. 20 Bentuk Relay dan Simbol Relay

Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :


1. Electromagnet (Coil)
2. Armature
3. Switch Contact Point (Saklar)
4. Spring

Gambar II. 21 Struktur Komponen Relay

28
Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :
a.Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan
selalu berada di posisi CLOSE (tertutup)
b.Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan
selalu berada di posisi OPEN (terbuka)
Karena Relay merupakan salah satu jenis dari Saklar, maka istilah
Pole dan Throw yang dipakai dalam Saklar juga berlaku pada Relay.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai Istilah Pole and Throw :
a. Pole : Banyaknya Kontak (Contact) yang dimiliki oleh sebuah relay
b. Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak
(Contact)
Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka
relay dapat digolongkan menjadi :
a. Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4
Terminal, 2 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk
Coil.
b. Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5
Terminal, 3 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk
Coil.
c. Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6
Terminal, diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang
Terminal Saklar sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil Relay
DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
d. Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki
Terminal sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang
merupakan 2 pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single)
Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil.
Selain kelompok relay di atas, ada juga relay dengan kutub dan
lemparan lebih besar dari dua (2). Misalnya, 3PDT (triple-pole double-
throw) atau 4PDT (quadruple-double-throw).[14]

29
10. Transistor Sebagai Switching
Transistor merupakan komponen semikonduktor yang dapat digunakan untuk
memperkuat sinyal lisrik. Disisi lain transistor dapat difungsikan pula sebagai
switching elektronik. Transistor dibuat dari bahan semikonduktor kristal
silikon atau germanium yang disusun tiga lapis. Sesuai dengan bahan
pembuatan serta penyusunan lapisan muatannya, transistor dibedakan dalam
dua tipe, yaitu:
g. Transistor tipe PNP
h. Transistor tipe NPN

Gambar II.22 Struktur dan Lambang Transistor PNP dan NPN


Fungsi utama dari transistor sebagai saklar dalam Suatu rangkaian
elektronika mengubah keadaan rangkaian tertutup (closed circuit) menjadi
rangkaian terbuka (open circuit) dan sebaliknya. Mempertimbangkan fungsi
transistor sebagai sakelar, transistor beroperasi dalam dua status, status "on".
Dalam keadaan ini, resistansi sangat kecil, bahkan mendekati nol, dan arus
kolektor (Ic) mencapai maksimum, sehingga transistor melakukan (berperilaku)
sedemikian rupa sehingga kaki kolektor dan emitor transistor tampak
korsleting, keadaan ini dapat berupa 1. Saya berbicara tentang saturasi. Kondisi
kedua adalah "mati". Dalam keadaan ini, transistor tidak konduksi (tidak
bekerja), sehingga kaki kolektor dan emitor transistor tampak terbuka. Ini
karena bahkan pada tak terhingga resistansinya sangat besar dan arus kolektor
(Ic) sangat kecil (mendekati nol). Oleh karena itu, keadaan ini dapat disebut
keadaan terpotong.Agar transistor dapat bekerja sebagai saklar, seperti yang
telah dijelaskan diatas, maka transistor harus bekerja pada kondisi saturation

30
dan cut off. Untuk itu bias pada transistor harus diatur sedemikian rupa
sehingga transistor dapat bekerja seperti kondisi diatas.
1) Transistor Kondisi Cut Off
Pada saat transistor dalam kondisi tidak bekerja atau non conducting, maka
transistor tersebut dinamakan dalam kondisi cut off, maka antara kaki
baseemitter terjadi reserve bias, begitu pula antara kaki collector-emitter.
Kita dapat mengatakan bahwa ketika sakelar dimatikan, tidak ada arus yang
mengalir di antara kaki kolektor-emitor. Di sini, resistansi antara untaian
kolektor-emitor sangat besar dan arus yang mengalir melalui untaian
kolektor-emitor sangat kecil, sehingga arus ini disebut arus bocor. Dalam
keadaan ini, keluaran transistor dari titik kolektor ke ground sama dengan
tegangan sumber (Vcc).
2) Transistor Kondisi Saturation
Ketika transistor dalam keadaan operasi dengan cabang basis-emitor dibias
maju dan cabang kolektor-emitor dibias mundur, arus yang melalui pin
kolektor-emitor L sangat kecil (hampir nol). Dapat dikatakan hubung
singkat (closed circuit). Keadaan ini disebut keadaan saturasi, dan keluaran
dari transistor pada kondisi ini yangLdiambilLdari titik collector ke ground
sama dengan nol.

11. Optocoupler
Optocoupler dapat didefinisikan sebagai piranti elektronika yang
memanfaatkan sinar sebagai pemicu onoff Optocoupler atau isolator optik
(optoisolator) merupakan rangkaian terpadu yang terdiri dari fototransistor dan
LED (light emitting diode) kombinasi antara emitter dan detektor. Optocoupler
adalah komponen yang bekerja berdasarkan picu dari cahaya optik yang terdiri
dari transmitter dan recevier. Transmitter dibangun dari LED infra merah yang
cahayanya tidak dapat dilihat secara kasat mata. LED inframerah memiliki
ketahanan yang lebih baik terhadap sinyal tampak jika dibandingkan dengan
LED biasa. Recevier dibangun dari sebuah fototransistor yaitu transistor yang
peka terhadap tenaga cahaya. Spektrum inframerah yang merupakan sumber
cahaya menghasilkan energi panas yang lebih besar dibandingkan dengan

31
cahaya tampak. [15]

Gambar II. 10 Rangkaian dasar Optocoupler

12. Gerbang Logika


Gerbang Logika dasar merupakan dasar pembentukan sistem digital.
Gerbang logika beroperasi dengan bilangan biner, sehingga disebut juga
gerbang logika biner yang sering ditemukan dalam sirkuit digital yang
diimplementasikan secara elektronik dengan menggunakan diode atau
transistor.
Gerbang logika terdiri dari gerbang dasar :
1. Gerbang AND (Gerbang perkalian)
2. Gerbang OR (Gerbang penjumlahan)
3.Gerbang NOT (Gerbang Invers atau kebalikan)
4.Gerbang NAND (Gerbang invers dari gerbang AND)
5.Gerbang NOR (Gerbang invers dari gerbang NOR).
a. Gerbang AND
Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 jika semua
masukan berlogika 1, jika tidak maka output yang dihasilkan akan
berlogika 0. Simbol dan tabel kebenaran dari gerbang logika AND
dapat dilihat berikut ini.

Gambar II. 11 Simbol Gerbang Logika AND

32
Dari tabel kebenaran pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa output
pada gerbang AND hanya akan berlogika 1 jika kedua inputnya berlogika
1.

b. Gerbang OR
Gerbang OR digunakan untuk menghasilkan logika 0 jika semua
masukan berlogika 0, jika tidak maka output yang dihasilkan akan
berlogika 1 . Simbol dan tabel kebenaran dari gerbang logika OR
dapat dilihat berikut ini.

Gambar II. 12 Simbol Gerbang Logika OR

Dari tabel kebenaran pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa output
pada gerbang OR hanya akan berlogika 0 jika kedua inputnya
berlogika 0 dan jika tidak akan berlogika 1.

c. Gerbang NOT
Gerbang NOT digunakan untuk menghasilkan logika yang kebalikan
dari inputnya.

Gambar II. 13 Simbol Gerbang Logika NOT

33
Dari tabel kebenaran pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa input
pada gerbang NOT menghasilkan output yang berlawanan dengan
logika inputnya.

d. Gerbang NAND
Gerbang NAND merupakan gerbang AND yang outputnya gerbang
NOT, digunakan untuk menghasilkan logika 0 jika semua masukan
berlogika 1, jika tidak maka output yang dihasilkan akan berlogika 1 .
Simbol dan tabel kebenaran dari gerbang logika NAND dapat dilihat
berikut ini.

Gambar II. 14 Simbol Gerbang Logika NAND

Dari tabel kebenaran pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa


output pada gerbang NAND hanya akan berlogika 0 jika kedua
inputnya berlogika 1.

e. Gerbang NOR
Gerbang NOR merupakan gerbang OR yang outputnya ditambah
dengan gerbang NOT, digunakan untuk menghasilkan logika 1 jika
semua masukan berlogika 1, jika tidak maka output yang dihasilkan
akan berlogika 0 . Simbol dan tabel kebenaran dari gerbang logika
AND dapat dilihat dibawah ini.

34
Gambar II. 15 Simbol Gerbang Logika NOR

Dari tabel kebenaran pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa output
pada gerbang NOR hanya akan berlogika 1 jika kedua inputnya
berlogika 0.[16]

13. Port DB-25


Port (DB-25) adalah salah satu jenis soket pada personal komputer untuk
berkomunikasi dengan peralatan luar seperti printer model lama. Karena itu
paralel port sering juga disebut printer port. Perusahaan yang
memperkenalkan port ini adalah Centronic, maka port ini juga disebut
dengan Centronics port.

Port ini sering digunakan untuk eksperimen sederhana dalam desain


perangkat elektronik karena kesederhanaan pemrograman dan antarmuka
dengan perangkat keras. Sebuah port paralel dapat mengirimkan data 8 bit
pada suatu waktu, yang lebih cepat dari port serial. Port paralel ini
menggunakan konektor DB25. Panjang kabel maksimum yang
diperlukan/diizinkan adalah 15 kaki. [17]

DB25 memiliki 25 buah pin dengan keterangan :


1) Control pins
a) Pin 4 = Request To Send
b) Pin 5 = Clear to send
c) Pin 6 = DCE Ready
d) Pin 8 = received line signal detector
e) Pin 12 = secondary received line signal detector
f) Pin 13 = secondary clear to send

35
g) Pin 19 = secondary request to send
h) Pin 20 = DTE ready

2) Timing pins
a. Pin 15 = transmitter signal element timing (DCE-DTE)
b. Pin 17 = receiver signal element timing (DCE-DTE)
c. Pin 24 = transmitter signal element timing (DTE-DCT)

3) Other pins
a) Pin 1 = shield
b) Pin 7 = signal ground / common return
c) Pin 9 = reserved (testing)
d) Pin 10 = reserved (testing)
e) Pin 11 = unassigned
f) Pin 18 = local loopback
g) Pin 21 = remote loopback & signal quality detector
h) Pin 22 = ring indicator
i) Pin 23 = data signal rate select
j) Pin 25 = test mode
k) Pin 2 = transmit data
l) Pin 3 = receive data

Gambar II. 16 Pin DB 25

36
B. Kerangka Berpikir

Gambar II.17 Flowchart Kerangka Berpikir

37
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Perancangan
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Research and
Development (R&D) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.[14]
Untuk menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat
berfungsi di Jakarta Air Traffic Control Services, maka diperlukan penelitian
untuk menguji keefektifan produk tersebut. Dalam penelitian ini mengunakan
metode R & D karena hasil akhir penelitian ini akan menghasilkan produk alat
Remote Switching Radar Data Merger.

Gambar III. 1 Tahapan Perancangan

B. Desain Rancangan
a. Kondisi yang ada saat ini
Kondisi yang ada saat ini yaitu pengiriman Data Radar dari peralatan
RADAR CGK3 yang berada digedung Radar Site kantor pusat PERUM
LPPNPI (Airnav Indonesia) ke RDM di ruang Main Equipment Room
(MER) yang berada di PERUM LPPNPI Cabang JATSC menggunakan dua
media transmisi yaitu Fiber Optic dan Radio Link. Kedua media transmisi
tersebut masih menggunakan manual switching changeover jika terjadi
kegagalan pada salah satu media transmisi. Contohnya jika terjadi
kegagalan pada media transmisi Fiber Optic maka pengiriman data akan
beralih ke Radio Link dengan melakukan changeover secara manual di

38
ruang peralatan begitupun juga jika terjadi kegagalan pada media transmisi
Radio Link. Proses dalam melakukan changeover manual membutuhkan
waktu dimana teknisi harus menuju ke ruang MER untuk melakukan
changeover.

Gambar III. 2 Blok Diagram Manual Switching Data Radar

b. Kondisi yang diinginkan


Dari uraian dan permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka kondisi
yang diingikan untuk menjawab permasalahan yaitu, membuat remote
switching changeover.

Gambar III. 3 Blok Diagram Remote Switching Radar Data Merger MSSR

Dengan adanya rancangan Remote Switching Radar Data Merger maka jika
terjadi kegagalan pada salah satu media transmisi, maka teknisi dapat
melakukan changeover melalui remote switching yang ada di ruang standby
teknisi tanpa harus datang ke ruang peralatan. Dengan dukungan seperti
pada BAB II teori-teori yang ada bahwa rancangan Remote Switching Radar
Data Merger dapat dikontrol dari jarak jauh sebagai switching yang
fungsinya untuk memindahkan pada relay interface fiber optic maupun
radio link. Jadi dengan menempatkan sedemikian rupa rancangan Remote
Switching Radar Data Merger pada control channel fiber optic maupun

39
radio link, akan memudahkan untuk melakukan changeover seperti yang
diingkan tercapai.

c. Flowchart Rancangan

Gambar III. 4 Flowchart Rancangan

C. Waktu dan Lokasi Perancangan


Perancangan dan penulisan ini berlokasi di Politeknik Penerbangan Indonesia
Curug yang nantinya akan diaplikasikan di PERUM LPPNPI Cabang Jakarta
Air Traffic Services Center (JATSC).

40
Tabel III. 1 Waktu Pelaksanaan

Bulan
No Tahapan Kegiatan
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
1 Penentuan Tema Judul
2 Pengumpulan Data
3 Penyusun Proposal Tugas Akhir
4 Seminar Proposal Tugas Akhir
5 Perbaikan Proposal
6 Konsultasi dengan Pembimbing
7 Koleksi Data
8 Pencarian Komponen yang dibutuhkan
9 Pembuatan Rancangan
10 Pengujian Rancangan
11 Penulisan BAB I
13 Bimbingan BAB I
14 Penulisan BAB II
15 Bimbingan BAB II
16 Penulisan BAB III
17 Bimbingan BAB III
18 Penulisan BAB IV dan V
19 Bimbingan BAB IV dan V
20 Seminar Tugas Akhir
21 Perbaikan Tugas Akhir

D. Alat dan Bahan


Dalam Rancangan ini, alat yang digunakan adalah peralatan Switching Data
Radar Monopulse Secondary Surveillance Radar (MSSR) terdapat beberapa
komponen yang mendukung peranangan yaitu:

41
Tabel III. 2 Alat dan Bahan

No. Alat dan Bahan Tipe Keterangan


1. Relay OMRON Sebagai switch yang dioperasikan secara
DC-12V listrik
2. LED a) Red Digunakan untuk monitoring indicator
3mm jaringan dari fiber optic dan jaringan dari
b) Blue radio link
3mm
3. Kapasitor 7805 Untuk meratakan tegangan dari power
supply
4. Resistor 1K OHM Penahan arus supaya sesuai dengan yang
diinginkan
5. Optocoupler IC 4N25 Sebagai inputan pembatas level tegangan
6. IC Regulator Step up Menstabilkan tegangan
7. IC AND IC 7408 Untuk mentriger transistor dalam kondisi
saturation/cutoff
8. Transistor C1815 Untuk mengontrol relay dalam kondisi
Sebagai Normally Open atau Normally Close
Switching
9. Wemos D1 Mini V3.1.0 Mikrokontroler yang bisa dihubungkan
ke jaringan Wifi
10. Blynk Blynk 2.0 Mengontrol dan memonitoring yang
dioperasikan secara bersamaan.
11. Port DB-25 Interkoneksi input maupun output data
radar.
12. PC/Laptop Asus Sebagai remote monitoring dari aplikasi
Blynk

E. Kriteria Perancangan
Kriteria sangatlah dibutuhkan karena akan menentukan kebutuhan yang akan
dipakai untuk merancang suatu alat. Tahap permulaan dalam merancang yaitu
menentukan kebutuhan secara umum dan diharapkan dapat mencapai tujuan

42
perancangan secara umum.
1. Mampu melakukan switching dari jarak jauh dalam waktu 2 detik
2. Dapat di monitor dan control melalui personal computer (PC) atau laptop.
3. Konsep rancangan mudah dimengerti dan dirancang.

43
BAB IV
PEMBAHASAN PERANCANGAN

A. Gambaran Umum Sistem Perancangan


Berdasarkan konsep perancangan pada BAB III penulis akan memberikan
gambaran umum tentang Rancangan Remote Monitor Switching Radar Data
Merger menggunakan WeMos D1 Mini. Peran WeMos D1 Mini untuk
mengontrol pemindahan data radar jika terjadi kegagalan pada pengiriman data
radar, apabila media transmisi Fiber Optic bermasalah maka akan switching ke
media transmisi Radio Link. Sebelum lebih lanjut membahas tahapan
perancangan maka akan di uraikan terlebih dahulu konsep rancangan. Pada
gambar 4.1 merupakan konsep blok diagram rancangan yang akan di buat.

Gambar IV.1 Gambaran Umum Desain Perangkat Keras

B. Tahapan Perancangan
1. Persiapan Perangkat Keras
a) Desain PCB dengan cara membuat skematik menggunakan software
Proteus.
b) Merangkai komponen transistor, optocoupler, ic AND GATE, dan
Wemos D1 Mini.

44
Gambar IV. 2 Merangkai Komponen

c) Selanjutnya, merangkai komponen Transistor sebagai switching dan


Relay

Gambar IV. 3 Perangkaian Komponen

Gambar IV. 4 Rangkaian Keseluruhan

45
2. Persiapan Perangkat Lunak
a) Buka aplikasi Arduino IDE 1.8.19.

Gambar IV. 5 Tampilan menu Arduino IDE

b) Pada menu Tools pilih Board Manager.

Gambar IV. 6 Tampilan menu Tools

46
c) Setelah Board Manager terbuka, masukan pencarian ESP8266, lalu
klik install.

Gambar IV. 7 Tampilan Board Manager

d) Kemudian hubungkan device Wemos D1 Mini ke laptop dengan kabel


USB. Pastikan jika device dapat terbaca oleh Laptop, cek melalaui
Device Manager.
e) Lalu insert coding pada Wemos D1 Mini pada Arduino IDE
f) Setelah itu klik Verify dan Upload. Tunggu sampai proses upload
selesai (terdapat tulisan Done Uploading).
g) Lalu Login pada aplikasi Blynk https://blynk.cloud/dashboard/login

Gambar IV. 8 Tampilan Login Aplikasi Blynk

h) Kemudian klik menu Templates, lalu klik New Templates.

47
Gambar IV. 9 Tampilan menu Template

i) Setelah itu isi pada kolom Name, lali pilih tipe Hardware, dan pilih
Connection Type yang ingin digunakan. Kemudian klik Done.

Gambar IV. 10 Tampilan pada Create New Template

48
j) Kemudian klik Datastreams, lalu Virtual Pin untuk membuat
variable tampilan.

Gambar IV. 11 Tampilan Datastreams

k) Setelah itu, isi pada kolom Name untuk memberi nama pada tampilan,
lalu klik Create.

Gambar IV. 12 Tampilan Virtual Pin Datastream

49
l) Jika sudah membuat Virtual Data Stream maka selanjutnya membuat
Web Dashboard, lalu klik Save.

Gambar IV. 13 Tampilan Web Dashboard

m) Kemudian klik menu Search pilih Device Info, lalu copy Firmware
Configuration.

Gambar IV. 14 Tampilan Device Info

50
n) Lalu paste FirmWare Configuration pada Arduino IDE.

Gambar IV. 15 Tampilan Firmware di Arduino

C. Uji Coba Perancangan


Pada tahapan Uji coba perancangan, uji coba dibagi menjadi 3 bagian untuk
menentukan keberhasilan dari rancangan, yaitu:
1. Uji Coba Kerja Rancangan
Pada tahap uji coba ini langkah pertama yang dilakukan adalah menuliskan
sketch pada aplikasi Arduino IDE yang befungsi untuk memasukan program
pada Wemos D1 Mini.

Gambar IV. 16 Tampilan Sketch pada Arduino

Setelah Wemos D1 Mini sudah terprogram, langkah selanjutnya yaitu


dengan membuka browser yang tersedia, disini penulis menggunakan
browser Google Chrome. Ketika browser sudah terbuka kemudian jalankan
aplikasi/website rancangan dengan cara mengetikan alamat
https://blynk.cloud/dashboard/login pada address bar browser.

51
Gambar IV. 17 Open pada Menu

Selanjutnya akan tampil pada halaman login Blynk pada browser seperti
pada Gambar IV.17 , user harus memasukan email dan password yang
sudah terdaftar/terdata pada database untuk dapat mengakses halaman
utama web.

Gambar IV. 18 Tampilan Login

52
Setelah memasukkan email dan password maka akan tampil halaman utama
seperti pada Gambar IV.18.

Gambar IV. 19 Tampilan My Device

2. Uji Coba Jika Terjadi Kegagalan Pada RDM1


Pada uji coba ini dilakukan simulasi percobaan kegagalan pada RDM1,
Indikator RDM1 yaitu ditunjukan dengan warna LED Biru sedangkan
indikator RDM2 yaitu ditunjukan dengan warna LED Merah.
Saat terjadi kegagalan pada RDM1 maka dilakukan remote switchover
ke RDM2 melalui aplikasi Blynk dengan memilih switchover RDM2
Adapun Langkah-langkah dari proses switching sebagai berikut:
a. Buka Aplikasi Blynk

Gambar IV. 20 Tampilan My Device

53
b. Lalu, pilih switchover pada RDM2
Untuk melakukan switchover melalui aplikasi Blynk dengan
memilih switchover RDM2 sehingga aplikasi Blynk memerintahkan
Wemos D1 untuk menggerakan Relay memilih RDM2 sebagai
primary. Indikator RDM2 primary ditunjukan dengan warna LED
Merah seperti gambar dibawah ini.

Gambar IV. 21 Tampilan switchover pada RDM1

3. Uji Coba Jika Terjadi Kegagalan Pada RDM2


Pada uji coba ini dilakukan simulasi percobaan kegagalan pada RDM2,
Saat terjadi kegagalan pada RDM2 maka dilakukan remote switchover
ke RDM1. Adapun Langkah-langkah dari proses switching sebagai
berikut:
a. Buka Aplikasi Blynk

Gambar IV. 22 Tampilan My Device

54
b. Kemudian pilih switchover RDM1
Untuk melakukan switchover melalui aplikasi Blynk dengan
memilih switchover RDM1 sehingga aplikasi Blynk memerintahkan
Wemos D1 untuk menggerakan Relay memilih RDM1 sebagai
primary. Indikator RDM1 primary ditunjukan dengan warna LED
Biru seperti gambar dibawah ini.

Gambar IV. 23 Tampilan Switchover pada RDM2

55
D. Interpretasi Hasil Uji Coba Rancangan
Berdasarkan hasil dari tahap uji coba rancangan, maka dapat di interpretasi
keberhasilan dan kendala. Terdapat poin-poin yang menentukan rancangan
Remote Monitor Switching Radar Data Merger MSSR, yaitu:

Tabel IV. 1 Interpretasi Hasil Uji Coba

Uji Coba Hasil Keterangan

Uji coba rancangan Berhasil Rancangan dapat bekerja


sesuai dengan kriteria
perancangan.

Switchover ke RDM2 Berhasil


jika terjadi kegagalan
pada RDM1

Switchover ke RDM1 Berhasil


jika terjadi kegagalan
pada RDM2

56
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “Rancangan Remote Monitor
Switching Radar Data Merger berbasis Wemos D1 menggunakan Blynk di
Jakarta Air Traffic Services Center (JATSC)” maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Cara kerja dari Rancangan Remote Monitor Switching RDM yaitu, ketika
terjadi kegagalan pada salah satu media transmisi maka dilakukan switching
secara remote dengan Wemos D1 sehingga menggerakan Relay untuk
memilih switchover pada RDM.
2. Berdasarkan hasil uji coba rancangan, durasi waktu dalam melakukan
Remote Monitor Switching Radar Data Merger yaitu dapat melakukan
changeover selama 2 detik.

B. Saran
Menyadari bahwa “Rancangan Remote Monitor Switching Radar Data Merger
berbasis Wemos D1 menggunakan Blynk di Jakarta Air Traffic Services Center
(JATSC)” bahwa belum sempurna. Beberapa saran yang dapat diberikan demi
penyempurnaan alat, adalah Perlu adanya pengembangan terhadap Rancangan
Remote Monitor Switching Radar Data Merger dengan menambahkan sistem
automatic switching yang berbasis online agar dapat di monitor dari jarak jauh.

57
DAFTAR PUSTAKA

[1] UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA,


NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN. INDONESIA,
2009.
[2] A. Tri Putra and J. Hamka Air Tawar, “Penggunaan Aplikasi Ubidots untuk
Sistem Kontrol dan Monitoring pada Gudang Gula Berbasis Arduino
UNO,” 2021.
[3] S. Keputusan Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Ristek Dikti, M.
Deteksi Dini Keamanan Perumahan Andi Setiawan, and A. Irma
Purnamasari, “Terakreditasi SINTA Peringkat 2,” masa berlaku mulai, vol.
1, no. 3, pp. 451–457, 2017.
[4] S. L. SIMANGUNSONG, “Perancangan Antena Microstrip Array Untuk
Aplikasi Antena Radar,” pp. 1–64, 2016.
[5] P. Modulation and A. Modulation, “BAHAN BELAJAR PRAKTEK
RECURRENT RADAR Penjelasan alur Transmitter”.
[6] O. Coulibaly et al., “Training Course,” vol. 402, p. 2010, 2010.
[7] A. Chapter, “Doc. No: Edition: 1 Revision: 1 Surveillance Radar Systems
INDRA PSR AUXILIARY ELEMENTS OJT-Jakarta (Indonesia).”
[8] I. John and M. Pieper, “IEEE 1174-A new Serial Instrumentation
Interface.”
[9] EUROPEAN ORGANISATION FOR THE SAFETY OF AIR
NAVIGATION, “EUROCONTROL STANDARD DOCUMENT FOR
SURVEILLANCE DATA EXCHANGE Part 4 : Category 048
Transmission of Monoradar Target Reports,” 2012.
[10] R. Theopilus Silalahi and L. Oktaviana Sari, “ANALISIS PERFORMANSI
JARINGAN FIBER OPTIC PADA PENYAMBUNGAN SINGLE-MODE
KE MULTI-MODE PROVIDER XL Menggunakan Perangkat
Temporary.”
[11] J. T. Elektro et al., “Desain Perencanaan Radio Link untuk Komunikasi
Data Radar Satuan Radar 242 TWR dengan Kosek Hanudnas IV Biak,”
Www.Google.Com, pp. 1–6, 2011, [Online]. Available:

58
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12872-Paper.pdf
[12] “PROTOTIPE SISTEM DETEKSI DETAK JANTUNG MANUSIA DAN
LOKASI BERBASIS INTERNET of THINGS (IoT).”
[13] NURUL ADITYA AYU KUSUMA, “RANCANG BANGUN SMART
HOME MENGGUNAKAN WEMOS D1 R2 ARDUINO COMPATIBLE
BERBASIS ESP8266 ESP-12F,” UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH, JAKARTA, 2018.
[14] M. Saleh and M. Haryanti, “Rancang Bangun Sistem Keamanan Rumah
Menggunakan Relay,” Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana,
vol. 8, no. 2, pp. 87–94, 2017, [Online]. Available:
https://media.neliti.com/media/publications/141935-ID-perancangan-
simulasi-sistem-pemantauan-p.pdf
[15] N. Yanti, Y. Yulkifli, and Z. Kamus, “Pembuatan Alat Ukur Kelajuan
Angin Menggunakan Sensor Optocoupler Dengan Display Pc,” Sainstek :
Jurnal Sains dan Teknologi, vol. 7, no. 2, p. 95, 2016, doi:
10.31958/js.v7i2.131.
[16] H. F. Siregar and I. Parinduri, “Protoype Gerbang Logika ( and, or, Not,
Nand, Nor ) Pada Laboratorium Elektronika Stmik Royal Kisaran,” Jurnal
Teknologi Informasi, vol. 1, no. 1, p. 37, 2017, doi: 10.36294/jurti.v1i1.41.
[17] P. Bidang, K. Sains, P. Informatika, and H. Mulyono, “Jurnal Edik
Informatika PENGATURAN LED MELALUI PORT PARALEL
MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN VISUAL”.

59
RIWAYAT HIDUP

TIA NURHANIFAH, Lahir di Tangerang pada


tanggal 30 Maret 2001. Merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara pasangan Bapak Suparman dan Ibu Nurainy
Utami Bertempat tinggal Komplek Angkasapura 2
Jalan Sepinggan Blok B14 No.5 RT 11 / RW 07
Kelurahan Karanganyar Kecamatan Neglasari, Kota
Tangerang. Memulai pendidikan di TK WildanulJanah
pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2005. Melanjutkan Sekolah Dasar di
SDS Kartini pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2011. Melanjutkan
Sekolah Menengah Pertama di SMPN 17 Kota Tangerang dan lulus pada
tahun 2015. Melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 6 Kota
Tangerang dan lulus pada tahun 2018. Selanjutnya pada tahun 2018 diterima
sebagai taruni di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug yang
kemudian berganti nama menjadi Politeknik Penerbangan Indonesia (PPI)
Curug pada Program Studi Diploma IV Teknik Navigasi Udara Angkatan
26. Selama mengikuti pendidikan di PPI Curug, telah mengikuti On the Job
Training (OJT) di Perum LPPNPI Cabang JATSC ( Bandar Udara
Internasional Soekarna-Hatta ) pada bulan September 2020 hingga
September 2021.

60
LAMPIRAN

Manual Switching Interkoneksi Manual


Radar Data Merger Switching Radar
Data Merger

61
Coding pada Wemos D1 dan terhubung dengan aplikasi Blynk
/*************************************************************
Download latest Blynk library here:
https://github.com/blynkkk/blynk-library/releases/latest

Blynk is a platform with iOS and Android apps to control


Arduino, Raspberry Pi and the likes over the Internet.
You can easily build graphic interfaces for all your
projects by simply dragging and dropping widgets.

Downloads, docs, tutorials: http://www.blynk.cc


Sketch generator: http://examples.blynk.cc
Blynk community: http://community.blynk.cc
Follow us: http://www.fb.com/blynkapp
http://twitter.com/blynk_app

Blynk library is licensed under MIT license


This example code is in public domain.

*************************************************************
This example runs directly on NodeMCU.

Note: This requires ESP8266 support package:


https://github.com/esp8266/Arduino

Please be sure to select the right NodeMCU module


in the Tools -> Board menu!

For advanced settings please follow ESP examples :


- ESP8266_Standalone_Manual_IP.ino
- ESP8266_Standalone_SmartConfig.ino
- ESP8266_Standalone_SSL.ino

Change WiFi ssid, pass, and Blynk auth token to run :)


Feel free to apply it to any other example. It's simple!
*************************************************************/

/* Comment this out to disable prints and save space */


#define BLYNK_PRINT Serial

#define BLYNK_TEMPLATE_ID "TMPLyCpxBAAy"


#define BLYNK_DEVICE_NAME "switching radar"
#define BLYNK_AUTH_TOKEN "pxkIzKlut8MXWqYqcVwspJ03k1Q-GEc3"

#include <ESP8266WiFi.h>
#include <BlynkSimpleEsp8266.h>

62
// You should get Auth Token in the Blynk App.
// Go to the Project Settings (nut icon).
char auth[] = BLYNK_AUTH_TOKEN; // kode token blynk

// Your WiFi credentials.


// Set password to "" for open networks.
char ssid[] = "XLGO-380F";
char pass[] = "Tangerang30";

int pulsa_rdm1 = 0; // variabel bantu sebagai penanda flip flop dari pulsa/sinyal
RDM1
int pulsa_rdm2 = 0; // variabel bantu sebagai penanda flip flop dari pulsa/sinyal
RDM2

unsigned long last_millis1, last_millis2; // variabel untuk menampung nilai


millis()

int RDM1, RDM2; // variabel yang berguna untuk menampung data rdm1 dan
rdm2 dari blynk. dari switch rdm1 dan rdm2

BLYNK_WRITE(V0) // ketika user mengubah switch rdm1 di blynk maka


wemos akan mendapat data RDM1 melalui variabel V0
{
RDM1 = param.asInt(); // tampung nilai pembacaan V0 pada RDM1
}

BLYNK_WRITE(V1)// ketika user mengubah switch rdm2 di blynk maka wemos


akan mendapat data RDM1 melalui variabel V1
{
RDM2 = param.asInt(); // tampung nilai pembacaan V1 pada RDM2
}

void setup()
{
// Debug console
Serial.begin(9600); // aktifkan serial monitor dengan speed baudrate 9600

pinMode(D1, OUTPUT); // atur pin D1 wemos sebagai output. D1 terhubung ke


tombol DATA pada alat
digitalWrite(D1, LOW); // atur output pin D1 dengan logic 0 artinya pada pin D1
keluar tegangan 0 volt
pinMode(D2, OUTPUT);// atur pin D2 wemos sebagai output. D2 terhubung ke
tombol CLOCK pada alat
digitalWrite(D2, LOW); // atur output pin D1 dengan logic 0 artinya pada pin D2
keluar tegangan 0 volt

63
pinMode(D5, INPUT); // atur pin D5 sebagai input, untuk membaca pulsa output
JAATS

pinMode(D6, OUTPUT); // atur pin D5 wemos sebagai output. untuk


menghasilkan pulsa rdm1
digitalWrite(D6, LOW); // atur nilai awal dengan logic 0
pinMode(D7, OUTPUT);// atur pin D5 wemos sebagai output. untuk
menghasilkan pulsa rdm2
digitalWrite(D7, LOW);// atur nilai awal dengan logic 0

//Blynk.begin(auth, ssid, pass);


Blynk.begin(auth, ssid, pass, "blynk.cloud", 80); // wemos konek ke server
blynk.cloud melalui wifi

// millis() merupakan fungsi untuk mendapatkan nilai mili second per alat
bekerja.. ketika wemos dikasih suplai maka millis() akan counting-up mulai dari
angka 0 sampai tak terhingga
last_millis1 = millis(); // isi nilai last_millis1 dengan nilai millis() saat ini.
last_millis2 = millis(); // isi nilai last_millis2 dengan nilai millis() saat ini.
}

void loop()
{
Blynk.run(); // jalankan perintah untuk komunikasi dengan server blynk.

if(RDM1 == 1 && RDM2 == 1)


{
digitalWrite(D1, LOW);
digitalWrite(D2, LOW);

Blynk.virtualWrite(V2, digitalRead(D5)); // membaca pulsa output JAATS dan


kirim ke blynk
}

if(RDM1 == 1 && RDM2 == 0)


{
digitalWrite(D1, LOW);
digitalWrite(D2, LOW);

Blynk.virtualWrite(V2, digitalRead(D5)); // membaca pulsa output JAATS dan


kirim ke blynk
}

64
if(RDM1 == 0 && RDM2 == 1)
{
digitalWrite(D1, HIGH);
digitalWrite(D2, HIGH);

Blynk.virtualWrite(V2, digitalRead(D5)); // membaca pulsa output JAATS dan


kirim
}

if(RDM1 == 0 && RDM2 == 0)


{
digitalWrite(D1, LOW);
digitalWrite(D2, LOW);

// ini untuk menghasilkan pulsa pada RDM1


if(millis() - last_millis1 > 2000 ) //jika nilai millis() dikurangi nilai millis
sebelumnya telah mencapai 2000 mili second, maka
{
last_millis1 = millis(); // ambil nilai millis() saat ini

if (pulsa_rdm1 == 0)
{
pulsa_rdm1 = 1;
digitalWrite(D6, HIGH); // pin D6 keluar pulsa HIGH
}
else if (pulsa_rdm1 == 1)
{
pulsa_rdm1 = 0;
digitalWrite(D6, LOW); // pin D6 keluar pulsa LOW
}
}

// ini untuk menghasilkan pulsa pada RDM2


if(millis() - last_millis2 > 6000 ) //jika nilai millis() dikurangi nilai millis
sebelumnya telah mencapai 6000 mili second, maka
{
last_millis2 = millis(); // ambil nilai millis() saat ini

if (pulsa_rdm2 == 0)
{
pulsa_rdm2 = 1;
digitalWrite(D7, HIGH); // pin D7 keluar pulsa HIGH
}
else if (pulsa_rdm2 == 1)
{
pulsa_rdm2 = 0;

65
digitalWrite(D7, LOW); // pin D7 keluar pulsa LOW
}
}
}

66
Data Sheet Wemos D1 Mini

67
Spesifikasi

Pin Out

68
Lampiran MM Similarity

69
Lampiran Lembar Bimbingan

70
Lampiran Persetujuan Ujian Tugas Akhir

71

Anda mungkin juga menyukai