Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL TUGAS AKHIR

RANCANG Rx PEMBACAAN PARAMETER PERALATAN


NAVIGASI MENGGUNAKAN RTL-SDR SEBAGAI SIMULASI
GROUND CHECK PARAMETER PERALATAN NAVIGASI
DAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

Oleh:

WAHYU RACHMAT GUNADI


NIT: C1012012384

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI NAVIGASI UDARA

POLITEKNIK PENERBANGAN MAKASSAR

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada
masa sekarang, Indoneasia sebagai salah satu negara berkembang yang terus
berusaha melakukan pembenahan di berbagai sektor agar dapat beradaptasi
dengan perkembangan dunia. Salah satu faktor yang berpengaruh pada
perkembangan dunia adalah sektor Perhubungan. Yaitu khususnya pada
sarana transportasi udara dengan wujud pembangunan dan perawatan fasilitas
bandar udara demi terwujudnya keselamatan penerbangan yang berkualitas
serta membangun citra Indonesia di dunia penerbangan baik penerbangan
Domestic maupun penerbangan Internasional.
Kondisi saat ini sudah disediakan banyak Lembaga pelatihan dan
penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul di bidang penerbangan.
Salah satu Lembaga yaitu Program Studi Teknologi Navigasi Udara di
Politeknik Penerbangan Makassar.
Pada Lembaga Pendidikan dan pelatihan diberikan pengalaman dan
pembelajaran lewat program OJT (On The Job Training). OJT ini bertujuan
untuk menambah wawasan dan pengalaman SDM udara pada pengembangan
peralatan Navigasi.

Di setiap kegiatan OJT diberikan pembelajaran perawatan


peralatan navigasi penerbangan, salah satunya adalah kegiatan Ground
Inspection DVOR. Kegiatan Ground Inspection ini terkadang memiliki
kendala yang menghambat kerja teknisi, yaitu PIR yang rentan terhadap
kerusakan dan kurang efektif dan efisien keadaan cuaca yang kurang
mendukung saat melakukan pengecekan peralatan Navigasi. Terkadang
masalah terjadi karena baterai PIR yang sudah lemah, antena yang terlalu
besar dan rentan patah, modul yang mudah rusak, spare yang mahal dan
sulit dan bentuk PIR yang cukup besar. Serta
Karena alas an tersebut penulis membuat sebuah alat Rx yang
fungsinya seperti PIR untuk dapat melakukan pengukuran parameter dan
output saat ground check VOR.
Rancangan ini akan membantu teknisi navigasi khususnya teknisi
AirNav Indonesia dalam melakukan kegiatan ground check peralatan navigasi.
Serta dapat membantu taruna penerbangan dalam praktikum pembelajaran di
kampus. Rancangan ini dibuat dalam Tugas Akhir yang berjudul
“RANCANG Rx PEMBACAAN PARAMETER PERALATAN
NAVIGASI MENGGUNAKAN RTL-SDR SEBAGAI SIMULASI
GROUND CHECK PARAMETER PERALATAN NAVIGASI DAN
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN”
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis gunakan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara merancang suatu Rx menggunakan RTL-SDR?
2. Bagaimana cara memperoleh nilai parameter pada VOR?
3. Bagaimana cara memunculkan parameter penerimaan di outputannya?
1.3 Batasan Masalah
Karena adanya keterbatasan waktu, maka penulis membuat beberapa
batasan masalah, yaitu :
1. Membuat Rx yang dapat digunakan untuk Ground Check peralatan
Navigasi khususnya VOR menggunakan RTL-SDR.
2. Observasi yang dilakukan terfokus pada cara mendapat nilai parameter
dan outputan pada VOR.
3. Membuat agar outputan parameter dapat tertampil di display.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian iniu antara lain:
1. Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari Program Diploma III
Teknologi Navigasi Udara Politeknik Penerbangan Makassar.
2. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya pada Program D-
III Teknologi Navigasi Udara Politeknik Penerbangan Makassar.
3. Sebagai bentuk penerapan dari teori dan praktik selama mengikuti
Pendidikan di Politeknik Penerbangan Makassar.
4. Membangun system Penerima (Rx) dengan menggunakan RTL-SDR
yang dapat menampilkan parameter pembacaan peralatan navigasi.
5. Merancang alat bantu pengukuran Ground Check yang efektif dan
mudah.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapaun manfaat dari penelitian penulis ini adalah:
1. Memberikan manfaat terutama pada teknisi navigasi tentang manfaat
dari peralatan ini yang dapat memberikan kemudahan untuk kegiatan
Ground Check peralatan navigasi.
2. Memberikan kemudahan pembelajaran pada Taruna Program Studi
Teknologi Nvigasi Udara dalam memahami perawatan peralatan
Navigasi menggunakan cara Ground Check Peralatan Navigasi.
3. Alat bantu Ground Check menjadi lebih mudah dan efektif.
1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan proposal Tugas Akhir ini, penulis menggunakan


sistemnatika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang masalah, rumusah masalah, batasan


masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Menjabarkan teori-teori penunjang dan kajian pustaka terdahulu yang


relevan, yang digunakan sebagai referensi dalam perancangan alat yang akan
penulis buat.

BAB III METODE PENELITIAN

Menjelaskan tentang metode yang berisi desain penelitian, perancangan


instrument, desain alat, cara kerja, dan komponen yang digunakan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan yaitu:

1. Hasil Tugas Akhir


Diantaranya dalam bentuk informasi tertulis, table, grafik,
foto/gambar, atau dalam bentuk lain yang disertai keterangan
pendukung dan ditempatkan secara teratur serta memiliki korelasi
sedekat mungkin dengan pembahasan.
2. Pembahasan
Pembahasan tentang hasil yang diperolehdibuat berupa
penjelasanteoritik, baik secara kualitatif, kuantitatif atau statistic.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penelitian. Simpulan
ditarik dari hasil penelitian yang telah dicapai untuk menjawab tujuan
Tugas Akhir.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Ground Check

Sesuai dengan peraturan Dirjen Perhubungan Udara no.83 tahun


2005 tentang prosedur pengujian di darat peralatan fasilitas elektronika
dan listrik penerbangan semua fasilitas yang ada di bandara termasuk
peralatan navigasi termasuk VOR, harus dilakukan pengujian pembacaan
parameter yang telah ditentukan guna mempertahankan kinerja kerja
operasional peralatan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Sesuai
isi Annex 10 Dokumen 8071 ICAO, untuk mengetahui kinerja suatu
pealatan perlu dilakukan Ground Check. Pengujian ini terdiri dari
pembacaan parameter dan pengukuran output peralatan. Adapun di dalam
Dokumen 8070 ICAO menyatakan bahwa Ground Check dilakukan oleh
teknisi menggunakan peralatan PIR.

Adapun parameter utama yang diukur pada peralatan VOR yaitu:

1. Azhimuth
2. RF Level
3. IDENT
4. Persentasi Modulasi
5. Deviation

2.2 DVOR (Doppler VHF Omnidirectional Range)

DVOR merupakan fasilitas navigasi penerbangan yang digunakan


untuk memberikan sinyal panduan ke segalah arah (omnidirectional),
Azhimuth dari 0 sampai 360 derajat terhadap lokasi stasiun VOR. Dengan
memilih channel frekuensi VOR, pilot akan mendapatkan arah atau
azhimuth “TO” kea rah stasiun VOR atau “FROM” meninggalkan stasiun
VOR. Setiap stasiun VOR mempunyai kode identifikasi yang
dipancarkan dengan kode morse. Alat ini memberikan arah yang lebih
jelas atau sudut Azhimuth yang lebih teliti dari NDB.
DVOR bekerja berdasarkan asas effect Doppler dimana
bekerja dengan frekuensi 108 Mhz – 118 Mhz yang memberi panduan
ke segala arah kepada pesawat terbang dengan azimuth dari 0 sampai
360 derajat terhadap lokasi DVOR. Semua DVOR memakai dua buah
sinyal yang dimodulasikan secara AM dan FM yaitu 30 Hz AM
sebagai reference dan 30 Hz FM sebagai variable. Kedua sinyal ini
membentuk perhitungan sudut akibat dari perbandingan phase sinyal
variable terhadap sinyal reference sesuai posisi pesawat terhadap
stasiun VOR, sehingga diperoleh beda phase tertentu yang
menunjukkan sudut derajat azimuthnya.
1. Signal 30 Hz AM reference dipancararkan kesegala arah
(omni directional) dengan phase yang sama pada setiap
azimuth dari 0 sampai 360 derajat.
2. Sedangkan sinyal Variable adalah sinyal 30 Hz Frequency
Modulation (FM) yang phasenya berbeda pada setiap titik.
Receiver DVOR yang ada di pesawat akan membandingkan
sinyal 30 Hz AM reference dengan sinyal 30 Hz FM
variable. Sehingga diperoleh informasi azimuth terhadap
stasiun DVOR tersebut.

Prinsip Kerja DVOR


RF Sinyal diradiasikan oleh VOR yang termodulasi dengan
dua signal gelombang sinus 30 Hz. Kedua sinyal 30 Hz mempunyai
hubungan fase bergantung dari arah mana sinyal itu diterima.
Hubungan fase identik dengan sudut antara North arah relative
pesawat terhadap Ground Beacon ( azimuth ). 30 Hz sinyal reference
dan 30 Hz sinyal variable termodulasi dengan cara yang
berbeda.Sinyal reference memodulasi subcarrier fo
±9960 Hz dengan perubahan ±480Hz.
Subcarrier kemudguian dipancarkan sebagai amplitude
modulation dengan termodulasi sebesar 30% dipolarisasikan secara
horizontal dengan omni directional characteristic. Carrier fo
termodulasi juga dengan IDENT ( 1020 Hz ) dan juga Voice ( 300 -
3000 Hz). Sinyal variable Untuk pengamat di wilayah yang jauh,
frekuensi dari sideband akan berubah pada kecepatan 30 Hz (karena
efek doppler). Sub-pembawa oleh karena itu dimodulasikan oleh 30
Hz secara FM. Sub-pembawa kemudian dimudulasikan di udara ke
pembawa VHF. Karena perputaran dari antena sideband inilah, maka
fase dari sinyal variabel berbeda untuk posisi yang berbeda dari
pesawat.
Fase dari sinyal variable inilah yang dibandingkan dengan
fasa dari sinyal reference, sehingga perbedaan fasa yang terjadi
merupakan informasi bearing / azimuth. Informasi bearing adalah
pemisahan dari dua sinyal 30 Hz dan mengukur perbedaan fase
diantara mereka. Bearing dari pesawat berkenaan dengan setasiun
VOR harus diantara 00 dan 3600.
Perbedaan fase diantara kedua sinyal harus juga diantara 0 0
dan 3600. Ini berarti bahwa perbedaan fase diantara dua sinyal 30 Hz
adalah langsung merepresentasikan bearing pesawat. Sudut azimuth
0˚( North ) mempunyai perbedaan fase antara 2 sinyal adalah 0˚.
Sudut Azimuth 180˚ ( South ) mempunyai perbedaan fase 180˚.
Dengan sudut azimuth 90˚ ( East ) mempunyai perbedaan fase 90˚,
dan dengan sudut azimuth 270˚ ( west ) adalah 270˚. Gambar 2
menunjukkan perbedaan fase yang dihasilkan oleh sinyal reference
yang tetap dengan sinyal variable yang terpancar dari arah yang
berbeda.
Sesuai dengan Doc. 8071 ICAO yang menyatakan bahwa
ground inspection dilakukan oleh seorang teknisi khusus
mempergunakan beberapa test equipment berupa PIR. Oleh karena itu
ada beberapa parameter- parameter yang digunakan dalam melakukan
ground inspection pada DVOR, diantaranya:
1. Azimuth
Prinsip DVOR adalah pengukuran sudut fase dua signal 30
Hz yang dipancarkan oleh station. Satu sinyal ( reference signal )
diradiasikan pada fase yang tetap di semua arah. Untuk 30 Hz
signal yang kedua (sinyal variable) bergantung pada perubahan fase
yang diakibatkan oleh pancaran signal yang dipancarkan mengelilingi
sinyal referensi yang mengakibatkan adanya azimuth.

Gambar 2.2 Variabel Sinyal DVOR

Sumber: Manual Book DVOR

2 .IDENT

IDENT terdiri dari 2-3 alphabet yang berbeda berupa sine


wave signal 1020 Hz yang dimodulasi dengan frekuensi carriernya
untuk di transmisikan. IDENT berupa kode morse (dash and dot)
yang berulang 3 sampai 4 kali dalam 30 detik dengan modulasi
maksimal 10%.
Gambar 2.3 Spektrum Signal DVOR

Sumber: Manual Book DVOR

4. RF Level

RF level adalah hasil dari Power Amplifier DVOR


yang sudah termodulasi dan dipresentasikan dalam bentuk persen
(%) atau dB. RF level merupakan kuat pancaran dari stasiun
DVORnya.

5. Modulasi 90Hz dan 9960Hz

30 Hz Mod. didapat dari sinyal reference dan variable,


Sinyal Referensi adalah sinyal 30 Hz AM dipancarkan dengan
fase sesaat seragam ke segala arah yang dihasilkan dari sinyal RF
carrier (fc) yang dimodulasi AM dengan sinyal 30 Hz.
Kemudian sinyal yang dihasilkan dipancarkan oleh antena
carrier.

2.3 SDR (Software Defined Radio)

Software Defined Radio (SDR) adalah sebuah platform di mana


komponen virtual seperti mixer, Integrator, demodulator, Filter, kontrol
penguatan, dll diimplementasikan melalui perangkat lunak.
Gambar 2.4 RTL-SDR

Sumber: Dokumentasi Penulis


Singkatnya, Software Defined Radio (SDR) adalah suatu teknologi
dimana software dijalankan pada platform hardware, yaitu pada Digital
Signal Processing (DSP) processor, dan Field Programmable Gate
Array (FPGA), untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi radio seperti
proses modulasi pada transmitter dan proses demodulasi pada receiver.

Teknologi SDR dapat diimplementasikan pada militer dan radio


komersial. Aplikasi yang lebih luas lagi dari teknologi SDR adalah
untuk Bluetooth, WLAN, GPS, Radar, WCDMA, GPRS, CDMA, GSM,
dll.
Berikut ini adalah kunci dari teknologi SDR :
1. Fleksible: berarti perangkat radio tersebut dapat diubah-
ubah/dimodifikasi karateristiknya sesuai dengan sistem radio
yang dikehendaki.
2. Multiservice: artinya, radio yang dapat mengaplikasikan
berbagai layanan atau servis berupa suara, teks, dan data.
3. Multistandard: perangkat radio tersebut dapat
dioperasikan/diaktifkan pada standar radio yang berbeda,
seperti GSM, AMPS, GPRS, DECT, GPS, WCDMA, CDMA,
dan WiMax. Multiband: berarti dapat digunakan pada frekuensi
kerja yang berlainan, seperti 800 MHz, 900 MHz, VHF, dan
UHF.
4. Reconfigurable: perangkat radio tersebut mampu diubah-ubah
konfigurasi sistem radionya sesuai dengan standar yang
sudah ada.
5. Reprogrammable: perangkat radio tersebut dapat diprogram
ulang sehingga memungkinkan untuk memuat (men-download)
software yang baru, seperti untuk penambahan layanan, daerah
frekuensi, pengkodean, dan lain-lain.
Adapun kelebihan SDR antara lain sebagai berikut :
1. Mampu beradaptasi
Sistem SDR mampu untuk beradaptasi ke setiap jenis
sistem radio yang ada dengan pemakaian multiband dan
multistandard. Standar commercial wireless network
yang selalu berkembang, mulai dari 2G ke 2.5G/3G, dan
kemudian ke 4G.

2. Tidak memerlukan penambahan/perubahan hardware


Untuk pembuatan sistem radio yang baru tidak perlu
menambah ataupun mengganti hardware (perangkat
keras), tetapi cukup dengan penambahan software saja
yang dimuat ke dalam DSP.
3. Mudah dan sederhana
Pemilihan sistem radio yang dikehendaki dapat
dilakukan dengan perubahan yang mudah dan sederhana
yaitu cukup mengaktifkan sistem radio yang
dikehendaki tersebut. Begitu juga pengembangan untuk
jenis sistem radio dan servis yang baru mudah untuk
diaplikasikan.
4. Memperkecil ukuran
Dengan aplikasi sistem SDR, memungkinkan ukuran
hardware yang lebih praktis dengan kapasitas
kemampuan yang cukup banyak.

5. Sistem SDR mampu mendukung pengembangan system


komunikasi radio yang lebih maju. Air-interface dan
link-layer protocol yang berbeda dari berbagai tempat
(contohnya, European Wireless Networks didominasi
oleh GSM/TDMA sedangkan di USA wireless network
didominasi oleh IS95/CDMA based).
6. Wireless network operator akan menemui masalah
apabila melakukan launching layanan baru, karena
harus melakukan customization pada semua handset
Namun, teknologi SDR juga memiliki beberapa kekurangan,
antara lain sebagai berikut:
1. Memerlukan sistem antena dan tingkat RF yang sesuai
untuk berbagai sistem radio. Sistem radio yang ada
memiliki frekuensi dan daya pancar yang berbeda.
2. Diperlukan sebuah arsitektur ADC yang memiliki :
a. Laju pencuplikan (sampling rate) yang tinggi (diatas
100 MSampel/detik, MSPS) sehingga mampu
mencuplik sinyal RF.
b. Dynamic range yang mampu berubah-ubah dalam
daerah yang cukup lebar sesuai dengan jenis sistem
radio yang ada. Untuk GSM diperlukan dinamic
range sekitar 91 dB.
c. Resolusi bit yang tinggi , paling tidak 12 bit
d. Error generator (seperti jitter, thermal noise dan
error (kuantisasi) yang sangat kecil
3. Diperlukan sistem pengolahan sinyal digital dengan pelaksanaan
“real-time”, sehingga membutuhkan beberapa DSP (Digital Signal

Processor) yang diparalel. Sedangkan DSP tersebut tidak cukup


memadai untuk setiap fungsi pengolahan sinyal baseband dari
jenis sistem radio yang berbeda. Hal ini menyebabkan pemakaian
DSP yang cukup banyak.

Teknologi SDR dapat diimplementasikan di radio untuk


menjalankan fungsi networking infrastructure equipment dan
subscriber terminals sebagai software yang dijalankan pada
platform hardware tertentu. Hal ini akan memudahkan migrasi
jaringan dari satu generasi ke generasi lainnya karena hanya meng-
upgrade software-nya saja.
2.4 PIR(Portable ILS/VOR Receiver)
PIR adalah alat bantu pengukuran yang berfungsi untuk
memonitor sinyal pancaran dari peralatan navigasi ILS dan
DVOR. PIR berupa receiver yang menampilkan variable
parameter- parameter monitoring peralatan navigasi sesuai dengan
peraturan dari Direktorat Jendral Perhubungan Udara nomor: 83
tahun 2005.
PIR digunakan untuk mendapatkan integrity data (parameter
dari signal yang terpancar dari peralatan VOR, Localizer, Glide
Path, dan Marker Beacon.

Pada ILS, PIR melakukan pengukuran terhadap Deference in


Depth of Modulation (DDM), Sum of Depth of Modulation (SDM),
persentase modulasi 90 Hz, 150 Hz, dan 1020Hz Audio
Frequency Tone, RF level, dan Frequency Error. Sementara pada
DVOR PIR digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap
Azimuth Bearing, modulasi 30 Hz, 9960 Hz, dan 1020 Hz tone
audio, frekuensi deviasi, RF Level, dan Frequency Error.

Banyak jenis dan merk PIR yang berbeda beda diantaranya


NORMAC, ROHDE&SCHWARZ, SELEX ES (Leonardo). Akan
tetapi fungsi dan cara kerjanya sama. Parameter pengukurannya
pun tetap sama, akan tetapi PIR ini memiliki ukuran yang cukup
besar dan Antena yang besar pula.
Range Frekuensi Operasi PIR, yaitu:
1. Localizer : 108.10 to 111.95 MHz (40 channels)
2. Glideslope : 329.15 to 335.00 MHz (40 channels)
3. VOR :108 to 117.95 MHz (160 channels)
Koneksi antenna PIR / Input RF pada PIR:
1. Membaca parameter PIR dengan Menghubungkan
antenna monitor/ field detector dengan input PIR, atau
juga bisa.
2. Membaca parameter atau mengukur pancaran DVOR di
outsite (minimal 200 meter dari lokasi DVOR antenna)
dan posisi agak tinggi supaya mendapatkan pembacaan
yang akurat.

Gambar 2.5 PIR

Sumber: Rohde & Squad

2.5 Linux Debian

Debian adalah sistem operasi komputer yang tersusun dari paket-


paket perangkat lunak yang dirilis sebagai perangkat lunak bebas dan
terbuka dengan lisensi mayoritas GNU General Public License dan
lisensi perangkat lunak bebas lainnya. Debian GNU/Linux memuat
perkakas sistem operasi GNU dan kernel Linux merupakan distribusi
Linux yang populer dan berpengaruh. Debian didistribusikan dengan
akses ke repositori dengan ribuan paket perangkat lunak yang siap
untuk instalasi dan digunakan.
Debian terkenal dengan sikap tegas pada filosofi dari Unix dan
perangkat lunak bebas. Debian dapat digunakan pada beragam
perangkat keras, mulai dari komputer jinjing dan desktop hingga
telepon dan server.

Debian fokus pada kestabilan dan keamanan. Debian banyak


digunakan sebagai basis dari banyak distribusi GNU/Linux lainnya.
Sistem operasi Debian merupakan gabungan dari perangkat lunak
yang dikembangkan dengan lisensi GNU, dan utamanya menggunakan
kernel Linux, sehingga populer dengan nama Debian GNU/Linux.
Sistem operasi Debian yang menggunakan kernel Linux merupakan
salah satu distro Linux yang populer dengan kestabilannya. Dengan
memperhitungkan distro berbasis
Debian, seperti Ubuntu, Xubuntu,
Knoppix, Mint, dan sebagainya, maka Debian merupakan distro Linux
yang paling banyak digunakan di dunia.
2.5 Kajian Pustaka Terdahulu

Tabel 2.1 Tabel Kajian Pustaka Terdahulu yang Relevan


No. Penelitian Persamaan Perbedaan dengan
dengan penulis penulis
1 “ An  Pengembangan  Parameter yang
Implementation of rancangan menjadi input
Portable ILS penerima adalah
Localizer Signal  Perangkat parameter
Receiver Using server dan DVOR
SDR”. Penelitian program pada  Dalam
ini bertujuan PC observasi lebih
membuat lanjut akan
perangkat mengukur
penerima untuk jarak terlemah
memonitoring penerimaan
parameter signal
pancaran
Localizer
2 Yuli Apriyanti,  Pengaplikasian  Pengaplikasian
Dr. Tutun Juhana, RTL SDR dan alat penerima
ST, MT, Eki GNU Radio ditujukan untuk
Ahmad Zaki sebagai pengukuran alat
Hamidi, MT. penerimaan dan bantu navigasi
(2016). Sniffing pemproses udara
Sinyal GSM signal
dengan RTL SDR,
GNU RADIO
DAN WIRE
SHARK. Seminar
Nasional Teknik
Elektro.

Bambang Bagus  Penggunaan  Pengaplikasian


H, Yuyun RTL-SDR RTL-SDR yang
Suprapto, Linda sebagai desain digunakan
Winiasri, M. pembuatan alat untuk DVOR
Fauzan
Amansyah.
(2019). Studi
Ekperimental
Penerima ADS-B
Menggunakan
RTL 1090 dan
RTLSDR R820T2
di Bandara Udara
Juanda Surabaya.
Jurnal

Politeknik
Penerbangan
Surabaya
4 R. Djoni Slamet  Implementasi  Penerima
Harjono rancangan dikhususkan
“Rancangan yang sama untuk
Receiver sama menerjemah
Automatic difungsikan parameter yang
Dependent untuk peralatan di input dari
Surveillance navigasi udara. frekuensi
Broadcast (ADS- DVOR.
B)
Menggunakan
RTL-SDR
R820T2 Guna
Meningkatkan
Pelayanan
Navigasi
Penerbangan di
Bandar Udara
Internasional
Lombok” 2.
Penelitian ini
bertujuan untuk
membuat
rancangan
penerima signal
yang difungsikan
untuk ADS-B
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian dibuat untuk penjelasan alur pelaksanaan penelitian


yang meliputi proses dari persiapan perancangan “Rancangan Prototipe
Portable ILS/VOR Receiver (PIR) untuk DVOR menggunakan RTL-
SDR” dari awal penelitian hingga pencapaian hasil instrumen/alat yang
dibuat. Desain tersebut dijelaskan dalam diagram flow chart sebagai
berikut:

Gambar 3.1 Flow Chart Rancangan Alat

Sumber: Dokumentasi Penulis


3.2 Perancangan Instrumen Alat

Perancangan instrument/ alat terdiri dari beberapa unsur


terkait, diantaranya yaitu desain alat, cara kerja alat, dan
komponen yang digunakan. Oleh karena itu akan dijelaskan
lebih lanjut secara terpisah.
3.2.1 Desain Alat

Gambar 3.2 Blok Diagram Desain Alat

Sumber; Dokumentasi Penulis

Desain ini menjelaskan block diagram proses penerimaan


parameter DVOR yang ditampilkan lewat aplikasi. Merupakan
block diagram proses penerimaan hingga parameter
ditampilkan lewat display.
3.2.2 Cara kerja
Dalam rancangan ini digunakan satu PC admin sebagai
meda penerimaan. Pada PC dipasang RTL-SDR sebagai
media penerimaan frekuensi. RTL- SDR disambung pada
USB Port lalu disambung dengan antenna RTL-SDR.
Setelah itu menggunakan aplikasi GNU Radio untuk
memproses dan menentukan parameter yang akan diambil dan
dicuplik. Nantinya parameter- yang sudah dipilih akan
ditampilkan pada display.
Proses cara kerjanya berawal dari penerimaan signal yang
di receive oleh RTL-SDR menggunakan GNU Radio sebagai
media untuk memproses signal. Parameter/ variable untuk
Ground Inspection DVOR diteliti dengan mengatur
frekuensi penerimaan sesuai dengan variable yang sudah
ditentukan. Setelah itu variable yang sudah diketahui
ditampilkan pada display.
3.2.3 Komponen yang digunakan

1. RTL- SDR (Hardware)


Gambar di bawah menunjukkan arsitektur dari sebuah radio
penerima superheterodyne yang konvensional. Pembuatan radio
yang ultiband dan multistandard dengan arsitektur tersebut akan
membutuhkan rangkaian penerima yang tersendiri untuk setiap
daerah frekuensi (band). Solusi ini tidak efektif karena akan
menyebabkan ukurannya menjadi lebih besar, lebih rumit, dan
lebih mahal. Begitu juga untuk setiap standar yang baru akan
memerlukan penambahan rangkaian penerima. Hal tersebut

sangatlah tidak praktis.


Gambar 3.3 Rangkaian SDR
Sumber: Dokumentasi Penulis
2. GNU Radio (software)

GNU Radio adalah sebuah perangkat lunak gratis dan sumber


terbuka yang menyediakan teknik pemprosesan sinyal untuk
mengimplementasikan software radio. Perangkat lunak ini dapat
menggunakan perangkat keras radio frekuensi yang murah atau
dari hasil simulasi. Perangkat lunak ini umum digunakan untuk
mempelajari, membuat hingga menerapkan software defined
radio dalam lingkup akademis maupun bisnis.

Gambar 3.4 GNU Radio


Sumber: Dokumentasi Penulis
Aplikasi GNU Radio sebagian besar ditulis menggunakan
bahasa pemprograman Python, sedangkan bagian pemprosesan
sinyal diimplementasikan dalam bahasa pemprograman C++
menggunakan prosesor ekstensi floating-point. Dengan demikian,
pengembang dapat menerapkan sistem radio yang real-time dengan
throughput tinggi namun dalam lingkungan aplikasi pengembangan
yang bisa disederhanakan.
GNU Radio mendukung pengembangan algoritma pemrosesan
sinyal menggunakan pra-pemprosesan atau pasca-pemprosesan
untuk menghindari kebutuhan untuk memiliki perangkat keras radio
frekuensi yang sebenarnya.

Gambar 3.5 Tampilan GNU Radio


Sumber: Dokumentasi Penulis
GNU Radio merupakan paket pemrosesan sinyal, yang
didistribusikan di bawah ketentuan GNU General Public License
(GPL). Semua kode dimiliki oleh Free Software Foundation.
Tujuannya adalah untuk memberikan masyarakat perangkat lunak
dengan kemampuan Hack spektrum elektromagnetik serta
memikirkan cara untuk menggunakannya.
Pada OpenBTS, USRP berfungsi sebagai transceiver (pemancar
dan penerima) sinyal GSM. Jantung Open BTS sendiri sebenarnya
adalah aplikasi GNU Radio, berfungsi sebagai pengendali USRP.
Untuk penomoran dan manajemen lalu lintas suara (voice)
digunakan aplikasi Asterisk (protokol VoIP SIP). Fungsi Asterisk
mirip perangkat (hardware) MSC (Mobile Switching Center) pada
sistem GSM. Karena itu Asterisk juga disebut soft switch karena
berbasis piranti lunak. Sedang untuk SMS memakai aplikasi Jabber
protokol XMPP. Semua free dan open source.
3.3 Teknik Pengujian

Dalam metode penelitian akan dibahas juga mengenai teknik


pengujian yang dilakukan selama observasi pada rancangan yang
telah dibuat. Pembahasan ini juga merupakan pembuktian mengenai
isi dari bab- bab sebelumnya khususnya tentang perancangan dan
model pembuatan Rancangan Prototipe Receiver VOR Berbasis
RTL-SDR Sebagai Alat Bantu Ground Inspection.
Teknik pengujian pada alat ini dilakukan pada dua titik dan
hasil pengujiannya nanti akan dimuat di lampiran. Pengujian alat ini
dilakukan menurut bagian per blok dari setiap rangkaian sehingga
akan diketahui kerja masing-masing blok dari setiap rangkaian
sehingga akan diketahui kerja masing-masing blok dengan baik.
Selain itu, proses ini juga dapat dilakukan perbandingan hasil
pengukuran dan hasil perhitungan saat perancangan. Adapun Teknik
pengujian yang rencana akan dilakukan yaitu:
 Pengujian RTL-SDR
 Pengujian Azhimuth
 Pengujian IDENT
 Pengujian Aplikasi Display
 Pengujian Spektrum Sinyal
 Pengujian Azhimuth Phase DVOR
3.3.1 Pengujian Alat RTL-SDR
Pengujian alat RTL-SDR bertujuan untuk mengetahui
alat itu bekerja normal atau tidak untuk menerima sinyal
inputan. Adapun spesifikasi alatnya terdiri dari RTL-
SDR, Antena RTL-SDR dan Linux terminal.
Adapun Langkah untuk melakukan pengecekannya yaitu:
 Memasangkan antara Antena dan RTL-SDRnya
lalu dihubungkan ke laptop.
 Jalankan aplikasi Linux Terminalnya untuk
melakukan ping guna mengetahui apakah RTL
dan laptop terhubung,

Anda mungkin juga menyukai