Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DME (DISTANCE MEASURING EQUIPMENT)


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISIi
KATA PENGANTARii
BAB I PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang1
B. Rumusan Masalah3
C. Tujuan Masalah4
BAB II PEMBAHASAN6
A. Pengertian Pengertian DME6
B. Prinsip dari DME7
C. Sistem Penempatan DME 8
D. Pengembangan Pengunaan DME 11
BAB III PENUTUP14
A. Kesimpulan14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “DME (DISTANCE
MEASURING EQUIPMEN”.

Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan


kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa syari’at Islam demi tegaknya keadilan
dan keteraturan di muka bumi ini.

Akhirnya hanya kepada-Nya penulis memohon balasan atas amal baik semua
pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Dan dengan penuh harapan
semoga tulisan ini dapat bermanfaat, sekecil apapun bagi nusa, bangsa dan agama.

Kota Penulis, 31 Agustus 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Navigasi merupakan hal yang sangat penting dalam lalu lintas udara, tidak seperti
lalu lintas di darat yang sudah tersedia jalurnya. Dalam praktiknya, sebuah pesawat
sangat membutuhkan petunjuk navigasi untuk mengarahkan pesawatnya dari tempat asal
ke tempat tujuan agar tidak keluar dari jalur lalu lintasnya dan memperkecil resiko
kecelakaan pesawat.

Dalam kegiatan penerbangan, pengetahuan dan keterampilan bernavigasi bagi


semua pihak yang terkait dengan kegiatan penerbangan, sangat penting dan menentukan
keberhasilan misi penerbangan itu sendiri. Seperti yang termuat pada UU No.1 tahun
2009 tentang Penerbangan, bahwa: Navigasi penerbangan adalah proses mengarahkan
gerak pesawat udara dari satu titik ke titik yang lain dengan selamat dan lancar untuk
menghindari bahaya dan/atau rintangan penerbangan.

Sistem navigasi penerbangan terdiri dari kumpulan berbagai peralatan navigasi


udara (navaids) yang berguna untuk memberi panduan seperti halnya arah, jarak,
kecepatan terhadap suatu bandar udara, ketinggian terhadap daratan, serta peralatan yang
berfungsi untuk memberikan panduan pendaratan (landing) ketika cuaca buruk yang
kesemuanya itu bertujuan untuk keselamatan dan keamanan penerbangan.

Salah satu peralatan navigasi penerbangan tersebut yang akan penulis bahas yaitu
VOR/DME (VHF Omni-Directional Range/Distance Measuring Equipment). Secara garis
besar, VOR adalah alat bantu navigasi penerbangan yang memancarkan sinyal radio
gabungan, termasuk kode morse dan data yang memungkinkan peralatan receiver pada
pesawat untuk memperoleh magnetic bearing dari station ke pesawat terbang. Dengan
pertimbangan pada hal yang dijelaskan diatas, penulis melakukan penelitian untuk
membuat pemodelan dan simulasi peralatan navigasi udara VOR/DME untuk
memberikan sarana bagi mereka yang berminat mempelajari dan ingin memahami cara
kerja VOR/DME sebagai alat navigasi udara.
Rekayasa perangkat lunak adalah satu bidang profesi yang mendalami cara-cara
pengembangan perangkat lunak termasuk pembuatan, pemeliharaan, manajemen
organisasi pengembanganan perangkat lunak dan manajemen kualitas.. Rekayasa
perangkat lunak adalah disiplin teknologi yang menggabungkan konsep ilmu komputer,
ekonomi, kemampuan komunikasi dan ilmu manajemen dengan pendekatan pemecahan
masalah dari teknik.

Ini juga melibatkan pendekatan terstandar untuk pengembangan program, baik


dalam aspek manajerial maupun teknisnya. Salah satu tujuan utama rekayasa perangkat
lunak adalah membantu pengembang mendapatkan perangkat lunak berkualitas tinggi.
Kualitas ini dicapai melalui penggunaan Total Quality Management (TQM), yang
memungkinkan proses perbaikan secara terus – menerus yang mengarah pada pendekatan
pengembangan yang lebih mapan terhadap rekayasa perangkat lunak.

Navigasi berasal dari bahasa latin navis dan agere. Navis diartikan kapal, dan
agree diartikan sebagai pekerjaan memindahkan atau menjalankan. Dengan itu navigasi
pada umumnya diartikan sebagai "pengetahuan sekaligus seni memindahkan kapal dari
satu tempat ke tempat lain di muka bumi, sesuai rencana" (disarikan dari beberapa
ensiklopedia).

Dari definisi tersebut diatas, didapat pemahaman bahwa pengetahuan navigasi


merupakan ilmu pengetahuan sekaligus seni tentang kegiatan memindahkan kapal
(dengan berbagai aspek yang terkait di dalamnya) dari pelabuhan laut satu ke pelabuhan
laut yang lain, yang ada di muka bumi. Dalam UU No. 1 tahun 2009 tentang
Penerbangan, disebutkan bahwa : "Navigasi Penerbangan adalah proses mengarahkan
gerak pesawat udara dari satu titik ke titik yang lain dengan selamat dan lancar untuk
menghindari bahaya dan/atau rintangan penerbangan".

Sebagai salah satu peralatan navigasi udara, Distance Measuring Equipment


(DME) memegang peranan penting dalam menjaga keselamatan penerbangan, yaitu
untuk mengetahui jarak pesawat tersebut dengan station DME sehingga pilot dapat
mengetahui jarak dari tujuan. DME dapat juga mengalami permasalahan sehingga DME
tersebut tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Contoh permasalahan yang temukan
adalah terjadinya kerusakan pada penunjukan indicator dari DME Sehingga penunjukan
informasi jarak berupa angka menjadi tidak akurat. Kerusakan tersebut langsung dapat
diketahui ketika melakukan pengetesan alat tesebut. Untuk memastikan penyebab
kerusakan dari penunjukan display indicator tersebut, DME dibawa menuju workshop
guna melakukan pencarian penyebab kerusakan dan melakukan pengetesan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaksan Pengertian DME ?
2. Bagaaimana Prinsip dari DME?
3. Bagaimana Sistem Penempatan DME?
4. Bagaimana Pengembangan Pengunaan DME?
C. Tujuan Permasalahan
1. Untuk Mengetahui Pengertian DME
2. Untuk Mengetahui Prinsip dari DME
3. Untuk Mengetahui Sistem Penempatan DME
4. Untuk Mengetahui Pengembangan Pengunaan DME
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian DME

Distance Measuring Equipment (DME), merupakan alat bantu navigasi pesawat


yang berfungsi memberikan panduan/informasi jarak nautical miles terhadap stasiun
DME didarat yang dituju Sistem DME memiliki Transmiter/Receiver di pesawat dan
sebuah transponder rpada perangkat DME di darat. DME beroperasi pada frekuensi 962-
1213 MHz. Band frekuensi ini terbagi menjadi. Ini berlaku pada Interrogation dan Reply
frekuensi. Antara frekuensi interogasidan Replyselalu berbeda 1025-1150 MHz. Tiap
channel frekuensi tersebut tersedia dalam dual channel menggunakan X dan Y channel
dimana terbagi juga dalam pulsa interogasi.

2. Prinsip dari DME

DME memiliki beberapa fungsi, yaitu DME biasanya digunakan bersama dengan
VOR (Very High Frequency Omni Range) untuk saling melengkapi dalam memberikan
informasi pada pesawat mengenai jarak terhadap stasiun DME/VOR di darat. VOR
memberikan sudut/ arah dalamderajat, sedangkan DME memberikan informasi jarak
dalam Nautical Miles/NM. DME dapat dipergunakan secara bersamaan pada fasilitas
navigasi ILS (Instrument Landing System), yang berguna untuk memberikan informasi
jarak secara terus menerus kepada penerbang pada saat melakukan
pendekatan/pendaratan di suatu Bandara.

Prinsip kerja DME yaitu Sepasang pulsa dengan panjang pulsa tertentu
dipancarkan oleh transmitter dari pesawat terbang, yang disebut sinyal Interogator
menujuke penerima DME di darat (transponder) yang kemudian diterima untuk
diproses.Setelah sepasang pulsa tersebut diproses oleh stasiun DME di darat
(transponder) sehingga menjadi sepasangsinyal pulsa(sinyal reply), kemudian secara
otomatis stasiun DME didarat memancarkan kembali sepasang pulsa jawaban tersebut
sebagai sinyal jawaban ke pesawat terbang tetapi dengan frekuensi yang berbeda.

Dalam keadaan normal, DME di pesawat terbang dapat memancarkan pasangan


pulsa interogator sebesar pasang pulsa perdetik yang memiliki arah tertentu. Sedangkan
stasiun DME di darat dapat menerima pasangan pulsa sebanyak 2700 pasang apabila 100
pesawat terbangsecarabersamaan menggunakan fasilitasDME-nya. Perbedaan waktu
yang diperlukan antara perjalanan bolak-balik pengirimansepasang sinyalpulsa
Interogator dari pemancar DME pesawat terbang ke stasiun penerima DMEdi darat, yang
kemudian penerima DME pesawat terbang mendapatkan kembali sepasang sinyal
pulsa(sinyal reply) dari stasiun pemancar DME di darat dan kemudian sinyal jawaban
tersebut diukur oleh penerima.

DME pesawat terbang untuk selanjutnya diproses menjadi bentuk jarak dalam
Nautical Miles (1 NM = 1850 meter) dari pesawat terbang ke stasiun DME di
daratSebelum sinyal jawaban dikirimkan kembali oleh stasiun DME di darat
(transponder) menuju ke penerima DME pesawat terbang, maka telah terjadi penundaan
singkat pengiriman sinyal jawaban (reply signal delay) yang besarnya 50µs di stasiun
DME darat guna proses pengolahan sinyal interrogator yang diterima dari pemancar
DME pesawat terbang yang diubah menjadi bentuk sinyal jawaban.

Setelah waktu yang diperlukan untuk perjalanan bolak-balik pasangan sinyal


pulsa (T) dikurangi dengan reply signal delay (t = 50µs) diketahui, maka kemudian
dikalikan dengan cepat rambatpulsa radio. Rumus pengukuran jarak tersebut secara
matematis dapat dituliskan pada persamaan berikut: Keterangan : R : Jarak pesawat
terbang ke stasiun DME darat (NM) c : Cepat rambat pulsa radio (3 x 108m/s) T : Waktu
yang diperlukan untuk perjalanan bolak-balik antara sinyal interrogator dan sinyal replyt
(50µs). DME bekerja pada pita frekuensiUltra High Frequency (UHF) antara 962-1213
MHz sehingga pancaran pulsanya tidak terganggu oleh keadaan cuaca (tahan terhadap
noise dan pengaruh medan listrik) serta merupakan pulsa line ofsight sehingga radius
pancaranpulsanyatidak jauh, yang membuatdibutuhkannya penguat dengan daya yang
relatif besar agar pancaran pulsanya maksimal.

3. Sistem Penempatan DME

Setelah diindikasikan terjadinya display off padaDME Indicator tipe IND-42,


dilakukan pengetesan pada instrumen tersebut untuk mengetahui penyebab terjadinya
display off.Dalam analisa awal terjadinya display off disebabkan karena ada dua
kemungkinan, yang pertama yaitu kerusakan pada komponen Integrated Circuit (IC)
6118, 7183, 7184, 7184 dan yang kedua kerusakan pada seven segmen, kedua komponen
tersebut secara jelas dapat dilihat pada main board assembly A2 dan display board
assembly A1. Kedua board tersebut merupakan card dari IND-42,yang secara jelas
dilampirkan pada lampiran A. Penulis melakukan perbaikan pada kedua komponen
tersebut karena pada komponen tersebut merupakan bagian yang berhubungan erat
dengan penunjukan indicator pada DME Indicator tipe IND-42.

Untuk itu dilakukan pengetesan pada kedua komponen tersebut guna memastikan
penyebab pasti terjadinya display off. Untuk pengetesan DME diperlukan alat pengetesan
berupa test bench. Troubleshooting Pada Main Board A2 Untuk melakukan pengetesan
pada main board A2 terlebih dahulu dilakukan pelepasan, Main board A2 merupakan
card yang secara garis besar berfungsi sebagai pengatur display karena terdapat beberapa
integrated circuit driver yang menuju pada display board assembly A1 yang terdapat
seven segmen.

Pada main board A2 terdapat empat buah IC yang berfungsi sebagai display driver
yang mempunyai input power sebesar 90 Vdc. Masing-masing IC tersebut memiliki tipe
yang berbeda Troubleshooting Pada Display Board A1 Display board A1 merupakan card
yang didalamnya terdapat seven segment sebagai display penunjukkan pada DME
Indikator IND-42. Setelah dilakukan beberapa pengetesan didapatkan hasil bahwa
perkiraan terjadinya kerusakan tidak terletak pada IC driver. Kemudian pengetesan ini
dilakukan untuk memastikan bahwa kerusakan terletak pada seven segment yang terdapat
pada display board A1. Untuk melakukan pengetesan pada display board A1 diperlukan
sebuah multimeter. Penyelesaian Masalah Setelah diketahui permasalahan display off
maka perlu dilakukan penyelesaian masalah.

4. Pengembangan Pengunaan DME

DME sendiri memiliki kandungan panas (calorific value) sebesar 7.749 Kcal/Kg,
smentara kandungan panas LPG senilai 12.076 Kcal/Kg. Kendati begitu, DME memiliki
massa jenis yang lebih tinggi sehingga kalau dalam perbandingan kalori antara DME
dengan LPG sekitar 1 : 1,6. Pemilihan DME untuk subtitusi sumber energi bagi
Pemerintah mempertimbangkan pada dampak lingkungan. DME dinilai mudah terurai di
udara sehingga tidak merusak ozon dan meminimalisir gas rumah kaca hingga 20 persen.
Kalau LPG per tahun menghasilkan emisi 930 kg CO2, nanti dengan DME hitungannya
akan berkurang menjadi 745 kg CO2.

Di samping itu, kualitas nyala api yang dihasilkan DME lebih biru dan stabil,
tidak menghasilkan partikulat matter (pm) dan NOx, serta tidak mengandung sulfur.
DME merupakan senyawa eter paling sederhana mengandung oksigen dengan rumus
kimia CH3OCH3 yang berwujud gas sehingga proses pembakarannya berlangsung lebih
cepat dibandingkan LPG. Dadan juga menyinggung potensi bahan baku DME yang lebih
variatif di dapat di dalam negeri.

Selain bisa dihasilkan dari batubara, DME juga bisa didapat dari gas bumi,
biomassa, limbah dan Coal Bed Methane (CBM). Meningkatkn basis energi yang
sumber bahan bakunya itu ada di dalam negeri. Jadi, ada multiplier effect yang bisa kita
dapat secara nasional. Industrinya ada di kita, nilai tambahnya dapat, terjadi penyerapan
tenaga kerja baru.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

DME merupakan senyawa ether sederhana yang dapat diproduksi dari berbagai
sumber bahan baku seperti gas bumi, batubara, serta biomasa, dan mempunyai angka
cetan yang tinggi, dan sifat yang mendekati LPG seperti viskositas, titik didik dan
tekanan, sehingga sangat penting untuk dikaji kemungkinan pemanfaatan DME untuk
menggantikan atau mengurangi penggunaan minyak solar maupun LPG di Indonesia.
DME selain dapat dimanfaatkan di Industri dan transportasi serta pembangkit listrik
sebagai substitusi minyak solar, juga berpeluang untuk menggantikan LPG sebagai bahan
bakar di sektor rumah tangga, komersial dan industri, yang saat ini sebagian besar
diimpor.

B. Saran

Penggunaan bahan bakar minyak di Indonesia telah melewati puncak


keseimbangan antara produksi dan konsumsi, sehingga saat ini Indonesia telah berubah
dari negara pengeksporr minyak menjadi pengimport minyak. Untuk mencukupi
kebutuhan energi yang terus meningkat, pemanfaatan energi alternatif seperti batubara,
gas bumi serta energi terbarukan terus dikembangkan, baik untuk pembangkitan tenaga
listrik maupun sebagai bahan bakar substitusi bahan bakar minyak.

Di sektor transportasi substitusi penggunaan bahan bakar minyak sulit untuk


dilakukan karena adanya persyaratan fisik antara lain, mudah dibawa dan mempunyai
padat energi yang tinggi. Beberapa upaya yang telah dilaksanakan antara lain ialah
pengembangan Bahan Bakar Nabati baik berupa biodiesel, maupun bioethanol yang
dapat menggantikan penggunaan minyak solar dan premium. Di sektor rumah tangga
konversi minyak tanah ke LPG telah berhasil mengurangi penggunaan minyak tanah
yang berarti mengurangi subsidi, tetapi konsumsi LPG meningkat tajam sehingga
diperlukan ekspor LPG yang makin lama makin besar.
DAFTAR PUSTAKA

Aries, R.S., and Newton, R.D. 1955. “Chemical Engineerin Cost estimation”,
McGraw Hill Book

Company, New York Agra, S. W., 1985, Ringkasan Reaktor Kimia, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). 2011. “Asian DME”,


https://www.bppt.go.id.

Coulson, J.M., and Richardson, J.F. 2005. “Chemical Engineering”, 4th ed, vol. 6,
Pergamon Press, Oxford ENN Group. 2010. “International DME

Gulf Publishing Company. Mathematics and chemistry. 2014. “Equipment Cost


Index”, www.matche.com.

Toseland. 1999. “Kinetics and Modeling of Dimethyl Ether Synthesis from


Synthesis Gas,” Chemical Engineering Science, 54, 3587-3592.

Seader, J.D., and Henley, Ernest J. 2005. “Separation Process Principle second
edtition”, John Wiley and Sons, Inc, New York Smith, J.M and Van Ness,
H.C, “Introduction to Chemical Engineering Thermodinamic’s“, 2nd ed,
Mc GrawHill Book Co.

Ltd., New York Song, Daesung., et al. 2008. “Numerical Analysis of a Pilot-Scale
Fixed-Bed Reactor for Dimethyl Ether (DME) Synthesis”, American
Chemical Society

Sularso dan Haruo T. 2000. “Pompa dan Kompresor, Pemilihan, Pemakaian dan
Pemeliharaan”, Jakarta: PT Pradnya Paramita

Prentice Hall, United States Yaws, C.L. 1999. "Chemical Properties Handbook",
Mc Graw Hill Handbooks, New York

Zamani, H.S. 1998. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Badan Penerbit IPWI,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai