Anda di halaman 1dari 23

NASKAH XI MIPA 4

“IBU SURI”
seorang medium bukanlah dukun atau tabib, tetapi perantara. dia dikenal dalam masyarakat tradisi
sebagai seorang yang lebih daripada dukun biasa. dia dapat membuat hubungan antara manusia yang
masih hidup dengan roh atau arwah (menurut kepercayaan tradisi) dari orang yang telah lama
meninggal.
konon, roh-roh itu menyusup ke dalam diri si perantara setelah memenuhi segala persayaratan berupa
sesajian, kembang dan kemenyan, serta mantra-mantra yang dinyanyikan dengan irama yang spesifik
dan magis. setelah roh masuk ke dalam tubuh si perantara, dia tidak lagi sebagai dirinya sendiri
sehingga tingkah laku, suara dan irama bicaranya jauh berbeda dengan tingkah lakunya sehari-hari.
percaya atau tidak, benar atau tidak, peranan perantara begitu penting. meminta bantuan
seorang perantara merupakan usaha terakhir dari mereka yang ingin mengobati penyakit yang tidak
dapat diatasi oleh dokter di zaman modern ini. bahkan perantara dapat mengetahui apa yang terjadi di
masa lalu dan yang akan terjadi pada diri seseorang saat ini maupun di masa datang. roh-roh itu akan
bicara dengan manusia melalui diri si perantara. hanya si perantara itu saja yang mampu memanggil
roh-roh. entah roh apa, atau roh siapa. roh-roh itu yang menyelusup secara berganti-ganti ke dalam
tubuh si perantara itu adalah roh-roh dari tokoh-tokoh terkenal dan nenek moyang yang entah kapan
dan bagaimana memanggilnya.
ibu suri sebenarnya hanyalah panggilan. dia bukan ibu seorang raja atau istri dari raja, maupun
bengsawan mana pun. ibu suri, seorang perempuan yang berstatus sebagai ibu yang menganggap
dirinya ibu dari suri. sedangkan siapa suri itu sendiri, dia pun sulit untuk menjelaskan apa, siapa dan
bagaimana. ibu suri tidak percaya benar pada roh yang dapat masuk ke dalam diri perantara. apalagi
sebagai orang yang beragama, meminta bantuan si perantara adalah pekerjaan setan yang menggoda
keimanan seseorang. menurut guru agama ibu suri, hanya kepada tuhan saja manusia harus meminta
tolong, bukan pada roh atau arwah nenek moyang, jika manusia meminta tolong pada setan, pekerjaan
itu disebut syirik, menduakan keesaan tuhan dan diancam dengan dosa yang berat sekali, dosa yang
tak dapat diampuni dan kekal tempatnya di neraka kelak.
tapi apa boleh buat, ibu suri terpaksa melakukannya karena secara tradisi dia diyakinkan akan
peranan roh-roh atau arwah nenek moyang dalam kehidupan manusia. dia mau mengikuti tradisi itu
karena yakin tidak akan dapat menemui suri. oleh karena itu, ibu suri tidak menganggap apa yang
dilakukannya sebagai pekerjaan benar atau tidak, logis atau tidak. soalnya, ibu suri terdesak oleh
keadaan yang tidak dapat diatasinya sendiri dan mau tidak mau dia harus mengikuti tradisinya,
walaupun sudah hidup di zaman modern seperti sekarang ini. berarti, ibu suri tetap punya
kecendrungan tradisi walau bertentangan dengan ajaran agama, logika dan perkembangan zaman.
drama roh dikembangkan dari kegiatan pengobatan tradisional yang memakai jasa perantara.
pengobatan demikian masih berlangsung sampai sekarang. tidak hanya pada masyarakat tradisional
saja, tetapi juga pada masyarakat yang disebut modern seperti sekarang. pada umumnya kegiatan
pengobatan begini masih berlangsung di kampung-kampung dalam kawasan pesisir (rantau) timur
minangkabau, seperti daerah kuantan. cara pengobatan seperti itu disebut masyarakat di sana dengan
nama tagak balian.
dalam tahapan cerita berikutnya, dikembangkan pula bentuk sebuah acara tradisional yang
lain, yaitu meminta berkah ke tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat, biasanya ke kuburan-
kuburan tertentu. upacara minta berkah ini juga masih berlangsung sampai sekarang, terutama di
daerah pesisir selatan sekarang. di pariaman misalnya, upacara meminta berkah disebut basapa.
selain itu penceritaan roh ini diselingi dengan randai dan indang, dua bentuk kesenian tradisi
minangkabau yang masih popular sampai sekarang.
Pemain
ibu suri tokoh 5 tokoh 11
manda tokoh 6 tokoh 12
tokoh 1 tokoh 7 tokoh 13
tokoh 2 tokoh 8
tokoh 3 tokoh 9
tokoh 4 tokoh 10

Bagian Pertama
Pada tampah-tampah besar diletakkan buah semangka sedemikian rupa di antara bunga-bunga dan
dedaunan, sepiring bara panas dan sekam pembakar kemenyan, pisau, dua gelas air, lampu minyak
tanah yang menyala dan sepiring beras. sesajian ini dibawa oleh para pemain yang menutup diri
mereka masing-masing dengan selembar kain hitam yang lebar dan meletakkannya di pinggir dan
sudut-sudut pentas. setelah sesajian diletakkan, mereka duduk dan diam membeku.
Di tengah pentas, manda bersujud dengan kedua tangan direntangkan melebar di lantai, tubuhnya
dieslimuti kain hitam yang lebar. di samping manda, duduk ibu suri. ibu suri berumur separuh baya,
kaya tentu saja – ini terlihat pada gelang dan cincin permata yang dipakainya, jam tangan yang mahal,
dan kacamata tanpa bingkai. dia agak sedikit gemuk, naumn dandanannya rapi. dia menunggu penuh
harap sekaligus takut, karena inilah kali peratama baginya berhubungan dengan roh atau arwah nenek
moyang. bau kemenyan menusuk-nusuk hidung.
saat cahaya menerangi pentas, manda mulai memanggil roh para tokoh dan arwah nenek moyang,
tubuhnya menggigil dan terdengar suaranya berirama membaca mantra.

Manda:malekum malekum malekum salam. lam malekum malekum salam malekum salam.
salamalekum.
(membuka kain penutup tubuh dan menyalami ibu suri. bicara seperti biasanya)
kuingatkan sekali lagi, ibu suri. jika dia datang, jelaskan segala persoalan ibu suri. dia akan
memperkenalkan diri sebelum kau mengenalnya. selama dia ada dalam tubuhku, dia bukanlah aku.
apa saja boleh kau tanyakan, tak perlu segan atau malu-malu. (melepaskan pegangan tangan pada ibu
suri)
ibu suri:baiklah, manda.
Manda: (menutup dirinya kembali dengan kain hitam dan menyanyi sambil membaca mantra seperti
semula) malekum malekum malekum salam.lam malekum malekum salam malekum salam.sesaat
lagi kupinjamkan jasadku padamu. kepada roh-roh para tokoh tak berbentuk. arwah nenek moyang
yang hilang tubuh, aku tak akan jadi aku karena kau wujud dalam aku ku.malekum malekum
malekum salam.lam malekum salam. salam malekum.sesaat lagi aku pinjamkan jasadku. aku
penanggung akibat, kau pencari sebab. aku ingin selamat, kau tak usah bertanggung jawab.malekum
malekum malekum salam.lam malekum salam, salam malekum salam.
semua pemain (kecuali ibu suri):kum salam. kum salam. kum salam.
proses penyusupan roh ke dalam tubuh manda mulai berlangsung, manda menggigil, kain hitam yang
menyelimutinya bergoyang-goyang. kemudian, manda berdiri dan berputar-putar seperti gasing.
makin lama makin cepat. kain hitamnya mengembang di udara.
para pemain yang tadi duduk pada maing-masing sajiannya berdiri dan ikut berputar-putar pla. kain-
ian hitam lebar yang memenuhi pentas, mengembang dan kemudian bergabung dengan manda. manda
seakan hilang dalam putaran. tempatnya digantikan oleh seorang pemain, roh yang dipanggil. selama
putaran berlangsung, mereka bersuara seperti suara telapak kuda yang berlari dari jauh dan semakin
lama samkin dekat. pemain yang menggantikan manda tadi berputar-putar mengelilingi ibu suri.
sedangkan yang lain perlahan kembali kepada sesajian.

Manda: (menyanyi,tapi entah di mana)malekum malekum malekum salamlam malekum


salam.salam malekum salam
Tokoh 1: (pemain yang mengganti tempat manda tadi) assalumalaikum.
mengulurkan tangan dari balik kain hitam yang menyelimuti tubuhnya pada ibu suri. ibu suri penuh
ketakutan menerima jabat tangan itu
Ibu Suri: wa’alaikum salam
tokoh 1: (menurunkan kain hitam penutup tubuhnya. wajahnya putih sekali dan kaku. ibu suri takut
melihatnya, tapi ditahannya ketakutan itu sekuat tenaga)
akulah datuk ketumanggungan, putra satuk sri maharaja diraja.
di pariangan padang panjang. peletak dasar system adapt koto piliang
tiada rakyat tanpa raja, hidup berjenjang naik, bertangga turun
dan, aku pun mati juga, walaupun menang dalam perang saudara.
berkubur di bawah beringin songsang beribu tahun silam.

ibu suri:selamat datang datuk ketumanggungan


tokoh 1: o, kau cucuku. dipanggil ibu suri karena kecintaanmu pada suri
ibu suri:benar, datuk.
tokoh 1:dan, kau ingin menanyakan tentang suri.
ibu suri: benar, datuk. kini semua orang menyangsikan suri. mereka katakana suri terkena guna-guna.
semua dokter yang mengobatinya jadi teler, segala dukun yang memberinya ramuan jadi pikun.
selamatkan suri ku, o… datuk ketumanggungan.
tokoh 1: terlalu kau cemaskan suri, karena menganggap suri satu-satunya pelanjut keturunan dan jika
suri mati, orang lain akan mewarisi harta dan tanah pusaka. begitukah?
ibu suri: ya, ya, eh, ya benar… benar, datuk.
tokoh 1: panggil suri
ibu suri: sekarang suri tidak ada di sini, datuk.
tokoh 1:kalau begitu, biar aku mencarinya.
ibu suri:bagaimana mungkin datuk mencarinya.
tokoh 1: perantara dapat mewujudkan aku. aku pun dapat mewujudkan suri. kelak kau akan dapat
memahaminya.
tokoh 1 menutup dirinya kembali dengan kain hitam dan berputar seperti gasing sebagaimana tadi dia
dijelmakan. begitu juga para pemain lain berputar mengelilingi sesajian. terdengar suara telapak kuda
berlari.
manda :(menyanyi, tapi entah di mana) malekum malekum malekum salam.lam malekum salam.
Salam malekum salam
tokoh 1:assalamualaikum.
ibu suri:wa’alaikum salam
tokoh 1: (mengeluarkan segulung kain putih yang sudah digunting pinggirannya seukuran
tubuh manusia) inilah suri.
ibu suri: (ketakutan) suri? suri ku? suri? begitukah suri? o, suri.
tokoh 1:(melambai-lambaikan kain putih itu ke udara setiap kali menyebut nama suri)
suri, selama ini berada dalam pasungan, tidak dapat keluar malam. tidak mampu berjalan dan berlari.
dia tetap berada di tempatnya.suri, membuka pasungannya sendiri, mencoba berlari dan berlari. tapi
kakinya tidak kuat menahan berat tubuh. tidak mampu berdiri di kaki sendiri.suri tersiksa. tersiksa
dengan kemerdekaan yang diperolehnya.
suri ingin kembali berada dalam pasungan. dia meronta, arena pasungan tidak dapat lagi dipakainya.
dia meraung karena kemerdekaan tidak dirasakan memerdekakan dirinya. dia menangis karena
merasa mendapat hukuman berat, pasungannya dilepaskan.suri, ingin kembali dipasung karena
sepanjang hidupnya, suri dibesarkan dalam pasungan. suri, suri mu. suri kau, suri kalian.kain putih itu
digulungkan kembali dan dimasukan ke dalam pakaiannya
ibu suri:kenapa suri dipasung? o, datuk ketumanggungan
tokoh 1: (menurunkan kain hitamnya, dan wajah putihnya menyeringai) suri bukan lumpuh, tapi
dilumpuhkan. suri tak termakan ramuan, tapi tertelan keadaan. suri bukan diguna-guna, tapi dijadikan
tak berguna.
ibu suri:siapa memasung suri, datuk?
tokoh 1:jangan tanyakan siapa karena akan menyangkut nama. setiap tudingan tak tertanggungkan
akibatnya.
ibu surio, datuk. katakana siapa memasung suri!?
tokoh 1:(berputar beberapa kali)situasi.
ibu suri: situasi? o, bagaimana mungkin menyalahkan keadaan?
tokoh 1:ya, ya. menyalahkan keadaan sama halnya mencari kucing hitam di tempat yang kelam.
padahal kucing hitam itu sendiri tak pernah mau di tempat gelap. he…he…he….
ibu suri:mengapa suri dikorbankan, datuk!?
tokoh 1: jika suri dilumpuhkan, tentu kau tahu bahaya suatu kelumpuhan. jika suri tak berguna lagi,
tentu kau tahu apa artinya manusia jadi sampah.
ibu suri: o, datuk ketumanggungan. kan jadi sampahkah suri ku?
tokoh 1: jika surimu jadi sampah, kehidupan musnah. masa depan punah, hidup tak bergairah.
ibu suri: o, datuk ketumanggungan. sembuhkan suri, carikan ramuan. berikan penangkal dan harapan.
tokoh 1: setiap ramuan punya sajian, setiap obat punya syarat. setiap usaha punya cara, sulit bagimu
memenuhinya.
ibu suri: untuk keselamatan suri, semuanya akan kujalankan.
tokoh 1: mau bersumpah?
ibu suri: bersumpah, datuk?
tokoh 1: bersumpahlah.
ibu suri: apa yang harus kusumpah?
tokoh 1: apa yang kau anggap suci.
ibu suri: o, datuk. betapa sulitnya.
tokoh 1:berputar-putar lagi, semakin lama semakin cepat. begitu juga pemain lain. mereka kemudian
bergabung. lalu, seorang memisahkan diri, kemudian mengelilingi ibu suri. yang lain kembali kepada
sesajiannya.
Manda:(menyanyi, tapi ada entah berada di mana)malekum malekum malekum salam lam
malekum salam. malekum salam.
tokoh 2: asslamualaikum (bersalaman dibalik kain hitam dengan ibu suri)
ibu suri:wa’alaikum salam.
tokoh 2: (menurunkan kain hitam penutup tubuh. wajahnya yang separuh putih dan separuh hitam
tampak mengerikan sekali) akulah datuk perpatih nan sebatang, putra cati bilang pandai. seibu dengan
datuk ketumanggungan di nagari limo kaum. aku peletak dasar system adapt bodi caniago, duduk
sama rendah, berdiri sama tinggi. kemenakan merajakan mamak, mamak merajakan penghulu,
penghulu merajakan mufakat. kebenaran berdiri sendirinya. tapi aku pun mati juga setelah dikalahkan
saudaraku sendiri. berkubur di bawah kayu meranti, beribu tahun yang lalu.
ibu suri: selamat datang, datuk perpatih nan sebatang.
tokoh 2: o, kaukah perempuan yang dipanggilkan ibu suri karena kegigihan mempertahankan suri?
ibu suri: benar datuk perpatih.
tokoh : dan kau ingin menanyakan penyakit suri?
ibu suri:benar, datuk nan sebatang.
tokoh 2: (menyanyi)
suri, surimu dipasung matanya.
memandang kebenaran, silau pandangannya.
surimu, suri dipasung telinganya
mendengar kejujuran, pecah gendangnya
surimu, suri dipasung hidungnya
mencium wewangian, bangkit selesma
surimu, suri dipasung kulitnya
merasakan kehidupan, gatalnya tiba.
surimu, suri.
ibu suri:apa nama penyakit suri, datuk perpatih?
tokoh 2 berputar_putar. begitu pun pemain lain, para pemain mengelilingi sesajian,sedangkan tokoh 2
mengelilingi ibu suri. terdengar suara telapak kaki kuda berlari dan tokoh ii berdiri di hadapan ibu
suri.
Manda: (menyanyi, tapi entah di mana)malekum malekum malekum salam lam malekum
salam,salam malekum.
tokoh 2: assalamu’alaikum
ibu suri: wa’alaikum salam
tokoh 2: (mengelurakan gulungan kain putih dan mengembangkannya. kain putih itu telah digunting
seukuran tubuh manusia, tetapi penuh coretan. matanya dicoret. telinga, hidung dan bagian kulit
lainnya pun dicoret)
suri ingin terus dipasung, karena terbiasa menerima bantuan. penyakit itu disebut dunia
ketergantungan. suri ingin tentram dalam pasungan karena terbiasa terkurung. dan, tidak mau tahu
hal-hal lainnya. penyakit itu disebut kalangan terbatas apatisme. dua penyakit saling bergantian
menyerang diri suri, walau dicarikan ramuan apa pun., suri tak mungkin disembuhkan.menyimpan
kembali kain putih itu.
ibu suri:kenapa begitu, datuk perpatih?
tokoh 2: suri hidup dari pasungan kecil ke pasungan besar. semenjak pasungan kecil sampai pasunan
besar. suri tidak merasa lagi pasungan memasung dirinya, memasung hidupnya.
ibu suri: o, datuk perpatih nan sbatang. carikan obat untuk suri. carikan juga, carikan.
tokoh 2: kau benar-benar pencinta suri (berputar beberapa kali, tiba-tiba berhenti di depan ibu suri)
obatnya telah kutemukan, tapi kau menderita karenanya.
ibu suri:demi suri, biarlah kumati. apa obatnya datuk?
tokoh 2:rantau.
ibu suri: rantau? o, datuk perpatih.
tokoh 2 berputar-putar mengelilingi ibu suri. begitu juga pemain lainnya berputar mengelilingi
sesajian.
ibu suri: suri harus merantau? meninggalkan negerinya sendiri. meninggalkan aku sendiri. o, perpatih.
laut sakit, rantau bertuah, jika pulang suri ku musnah.

para pemain terus berputar-putar seperti gasing dan tokoh 2 bergabung dengan mereka. dari mulut
mereka terdengar suara telapak kuda berlari menjauh. manda memisahkan diri dari kelompok itu dan
berputar-putar mendekati ibu suri. para pemain terus berputar dan kembali ke tempat sesajian.
manda meniup lampu minyak tanah yang menyala dan menurunkan kain hitam penutup dirinya. kini
manda telanjang dada, letih seletih-letihnya. dia menguap beberapa kali. dilihatnya ibu suri menangis.
Manda: kenapa kau menangis? apakah suri dapat disembuhkan? ramuan apa yang harus diberikan?
ibu suri: obatnya terlalu sulit manda.
tokoh 1: apa?
ibu suri: perpisahan! mengutuki semua yang suci! o, manda. haruskah aku berpisah dari suri.
perpisahan manda, berarti kehilangan. (lemah terkulai).
para pemain kembali mengelilingi ibu suri, manda bergabung dengan mereka. dalam lingkaran
pemain yang bergerak semakin ritmis itu, terdengar suara ibu suri meratap. meratapi kepergian suri ke
rantau. dalam pantun yang didendangkan.

hilang sinyaru tampak pagai


hilang dilamun-lamun obak
hilanglah suri dalam badai
hilang di mata orang yang banyak

para pemain dan manda yang bergerak berirama mengikuti ratapan itu, kini duduk di sekeliling ibu
suri. ibu suri bangkit perlahan dan memandang ke kejauhan.
ibu suri: suri, kulepas kau pergi ke rantau bebas. suri tak lagi membangkit batang terendam. di rantau
suri bukan lagi mengumpul kekayaan. suri tak hanya menuntut ilmu. rantau suri bukan lanjutan rantau
kebiasaan.
para pemain: (berdiri dan kembali berputar mengelilingi ibu suri, mereka bergerak berirama sambil
bernyanyi) maekum malekum malekum salam lam malekum salam. malekum salam. malekum
salam.
kemudian mereka kembali duduk mengelilingi ibu suri
ibu suri: (lebih beringas dan bicara lebih keras) suri, kurelakan kau pergi, ke rantau hitam impianku.
di rantau suri ku, kawinlah dengan apa dan siapa saja. selama adapt tetap membau di kampungmu. di
rantau suri ku berbuatlah apa dan kapan saja. selama agama tetap membisu di suraumu.di rantau suri
ku, bicaralah apa dan bagaimana saja. selama kata rancu tak bermakna di rongga mulut datuk-datuk
mu. di rantau suri ku tulis sejelas apa saja penjelasannya, selama nilai lama dan norma baru tetap
meracau dalam ngalau mu.di rantau suri ku, karang karangan apa saja sekarang. selama aturan kota
dan hukum rimba, tindih bertupang di tikar pandanmu
para pemain berdiri dan berputar-putar mengelilingi ibu suri sambil menyeruakan suara telapak kaki
kuda berlari. ibu suri hilang dalam kehitaman kain para pemain yang mengembang di udara.
kemudian, para pemain kembali kepada sesajian mereka, ibu suri lemah tak berdaya, tergeletak di
lantai beberapa lama.

Bagian Kedua
manda, medium yang terkenal itu datang menyandang barang bawaan berupa sebuah tongkat panjang,
dan bungkusan kain hitam besar berisi berbagai keperluan pengobatan. setelah barang-barangnya
diletakkan, didekatinya ibu suri yang masih tergeletak di lantai. segera diambilnya tujuh helai lidi dan
dupa. dibakarnya kemenyan. dia mengelilingi tubuh ibu suri dan melecut-lecutkan lidi ke tubuh yang
tak berdaya itu, sambil mengucapkan kata-kata keramatnya.
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam, salam malekum
salam malekum
manda berhenti berucap dan berkeliling saat ibu suri mulai bergerak, bangkit dengan lemah dan
perlahan-lahan berdiri.
ibu suri: manda, tak kuingat lagi berapa lama suri di rantau. selain saat kepergiannya, ada sesuatu
yang asing terasa dalam diriku. mengigau. manda, sakitkah suri hingga tidak ada surat sampai?.
laratkah suri hingga tak ada kiriman datang?. beratkah kerjanya hingga tak ada berita tiba?. manda,
aku ingin tahu suri ku. panggilkan lagi arwah nenek moyang. roh tokoh-tokohmu.
Manda: ibu suri, bertanya pada roh para tokoh atau pun arwah nenek moyang merupakan tipu
muslihat setan memperdaya keimana. syirik hukumnya bila dikerjakan. neraka jahanam ancamannya.
begitu kata guru agamamu.
ibu suri:guru agamaku tak mampu menerangkan di mana suri. penghulu adatku tak dapat menjelaskan
kemana suri. mesin hitungku tak kunjung mengurai. sansai kah suri?. manda, kemana lagi aku harus
bertanya. berita koran tak lagi menyakinkan. siaran televise sulit diyakini. iklan majalah susah
dipercaya.
Manda: bila kau lakukan juga, dosamu tak akan dapat ampunan.
ibu suri: juga, aku merasa berdosa, jika suri tak kutahu di mana. ayolah, manda. panggil roh dan
arwah. kubayar ongkosnya berapa saja.
Manda: jika suri tahu, sesalan akan meniti sepanjang waktu.
ibu suri: manda diikuti roh para tokoh, manda ditemani arwah nenek moyang. aku mengikuti manda.
aku menemui manda. dan siapakah yang kurugikan, dan apakah yang kukurangkan. tak seorang pun,
tak satu pun, manda. jauh sebelum waktu tradisi mengajar aku begitu.
Manda:tidakkah kau takut melihat roh dan arwah berwujud pada jasadku dengan beragam bentuk!?
ibu suri: yang kutakutkan, kehilangan suri. ke rantau suri pergi, tak lagi rasanya kumiliki. ayolah
manda, perantara dua dunia.
Manda: (senang karena pujian ibu suri) he…hehe…..he…. o, ibu suri. (menoleh ke arah lain)
perempuan bila ketagihan, apa saja akan dilakukannya. o, perempuan. hehehe…..
manda membuka bungkusan dan mengeluarkan sebuah rebana kecil, serta peralatan lainnya, seperti
dupa, lilin dan dinyalakan. pisau, jeruk dan berbagai macam lainnya. setelah itu, dia duduk
bersimpuh. digantinya baju dengan kain hitam lebar dan ditutupi dirinya dengan kain itu. dipukulnya
rebana lambat-lambat, makin lama makin berirama sambil menyanyi.
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. salam malekum.
irama pukulan rebana manda diikuti pula oleh tepuk tangan para tokoh, berpadu menjadi sebuah irama
yang asing. manda melanjutkan membaca mantra-mantranya.
Manda:datanglah roh para tokoh, berkunjunglah arwah nenek moyang. yang tidur sepanjang kubur,
yang bermalam di kegelapan.
para pemain: malekum malekum malekum salam lam malekum salam. salam malekum
manda: bersuaralah dengan suara kami. dengarlah dengan pendengaran kami. lihatlah dengan
penglihatan kami, berdirilah sekeliling kami.
para pemain :(berdiri dan berputar-putar dengan kain hitamnya ke tengah pentas sambil bernyanyi
bersama)malekum malekum malekum salam lam malekum salam. salam malekum
manda berdiri dan ikut berputar-putar sebagai titik puast lingkaran. para pemain terus berputar-putar
mengelilingi manda. para pemain duduk dan seorang pemain tampil terus berputar di tengah lingkaran
menggantikan tempat manda. ibu suri dengan penuh nafsu dan harapan meneliti pemain yang
mengelilinginya. dia tidak merasa takut atau ngeri pada penjelmaan lagi karena didesak oleh rasa
ingin tahunya pada suri yang akan ditanyakannya sebentar lagi.
ibu suri:arwah siapakah yang datang?
tokoh 3: (pemain yang tadi mengelilingi ibu suri berhenti berputar dan menurunkan kain hitamnya.
wajahnya sangat menakutkan) aku adalah sutan, bukan setan. bangsawan dari rantau kuantan. yang
tewas dihanyutkan arus sungai inderagiri. karena lupa belajar berenang. kini berkubur di sela-sela akar
pohon sari manjari beratus tahun yang silam.
ibu suri:selamat datang, sutan. aku ingin menyilau suri yang sudah lama dirantau.
tokoh 3: oho, tentang suri mu ya. hehhh…hehhh… mestinya aku batuk sedikit. tapi, belum.
dengarkanlah hai perempuan. tentang suri mu. dia tak lagi berdayung sepanjang inderagiri. tapi, kini
berlayar ke laut lepas. meraung, mengarung samudera. ditiup angina ke selatan. membayang selat,
teluk dan tanjung. layer perahunya menggelembung. gagah nian. tapi suri mu tergantung pada angina.
ibu suri: yang mudah-mudah saja, sutan. mudah-mudahan aku bisa paham.
tokoh 3: o, yang jelas dan nampak di mata? baiklah kalau itu yang kau minta.
tokoh 3 kembali berputar dan menghilang dalam kehitaman lingkaran para pemain. kemudian muncul
sebuah orang-orangan sawah. kedua tangannya diberi tali yang dapat ditarik ke kiri dan ke kanan
selama dialog berikut ini berlangsung.
tokoh 3: begitulah suri. dia tetap berdiri. tanpa daya. ditarik ke kanan dan ke kiri. begitulah suri. dia
tetap berdiri di tengah terik matahari. di tengah panasnya bumi. suri. suri terpasung. suri terpasung.
ibu suri: (berteriak) suri. suri. kau dipasung lagi! o, sampai ke rantau, pasungan mengikutimu.
orang-orangan sawah itu kemudian hilang dalam lingkaran para pemain. lalu, muncul salah seorang
pemain memerankan tokoh 4 berputar-putar pula dengan kain hitamnya. putaran itu diiringi tepuk
tangan yang berirama dari para pemain, sambil menyanyikan mantra.
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. salam malekum.

ibu suri: roh siapakah yang datang?


tokoh 4: (berhenti berputar dan menurunkan kain hitamnya. wajahnya mengerikan) aku adalah raja
kaciak. di rantau pesisir. tapi, mati juga diracun selir.
ibu suri:kuburanmu?
tokoh 4: di gunung padang barangkali. tapi mungkin juga di inderapura
ibu suri:bagaimana tentang suri ku?
tokoh 4:o, suri. ya…ya… suri mu karena segan bergalah, hingga hanyut di rantau. baginya kini
bintang tak lagi penentu arah. angina dan arus laut tak lagi mengalirkan pikirannya. pulau-pulau tak
lagi memberi isyarat mengisyarati perbuatannya.
ibu suri:yang jelas! kata-kata bersayap suka terbang ke dalam pengertianku. jelaskan saja! jelaskan!
tokoh 4: o zaman, o perempuan. jika tak jelas lagi apa yang kukatakan, tentu semakin tak jelas apa
yang kau pikirkan. tapi baiklah. kau ingin yang jelas bukan? memeragakan buah semangka yang telah
dihias bunga-bunga. inilah suri. kepala suri. suri kepalan. suri terpasung. pikirannya dipasung.
terpasung pikirannya.
ibu suri: (histeris) pasung, pasung. pasung, pisang, pesong. pasung. pusing, papupapua. terus pasung,
terus. terus, terus pusing. pusing. o….
buah semangka menghilang dalam kehitaman lingkaran pemain bersama tokoh 4. tokoh yang tampil
berikutnya berdiri dan berputar-putar di tengah lingkaran. para pemain bertepuk tangan sambil
menyanyi mengucapkan mantra.
malekum maleku malekum salam
lam malekum salam. salam malekum

ibu suri:(mengejar tokoh yang akan tampil itu) bagaimana suri ku?
tokoh yang akan tampil itu menghilang dalam lingkaran dan digantikan oleh orang-orangan sawah
yang lain, lebih lengkap. kepala orang-orang itu dari kelapa bolong, diberi baret dan kacamata hitam.
berkaos oblong dengan tulisan di dada. aku cinta suri. dan celana jins dan sepatu karet anak-anak
muda.
orang-orangan itu digerak-gerakan sebagaimana gerakan tarian, berjingkrak-jingkark dan diiringi
pulaoleh nyanyian para pemain dengan irama yang sesuai untuk itu. namun, ucapan mereka tetap saja
seperti ucapan membaca mantra.
malekum maleku malekum salam
lam malekum salam. salam malekum

suara (menggema keras sekali, mengejutkan ibu suri)


inilah suri, suri mu. suri. suri mu kini begini. ibu-ibu memasungnya. kota, kita dan kata
memasungnya. suri terpasung ibu kota. suri mu kini begini, suri mu tak lagi mau bicara. suri mu tak
lagi merasa apa-apa. suri mu adalah orang-orang saja.
ibu suri :(marah sekali karena orang-orangan itu semakin berjingkrak-jingkrak diiringi nyanyian
para pemain) suri. kau bukan anak bincacak, anak bincacau. bukan anak singiang-ngiang rimba. suri.
tak pasungan akan memasung engkau.
ibu suri mengejar orang-orangan itu ke dalam lingkaran para pemain. orang-orangan itu menghilang.
para pemain berdiri dan ibu suri pun menghilang dalam lingkaran. para pemain mengelilingi ibu suri
sambil berputar-putar dan kain-kain hitam mereka mengembang di udara. mereka terus menyanyi
mengucapkan mantra. ibu suri berteriak, para pemain terkejut dan berhenti berputar. kemudian,
mereka duduk dalam lingkaran
ibu suri:suri, jika kau terpasung juga. terpasunglah di kampong kita. daripada hatimu dipasung,
mulutmu terpasung. di rantau rantau ketakberdayaan mu.suri, jika kau mau menuntut ilmu juga,
tuntutlah ilmu di surau kita. daripada berhitung tanpa batas angka. belajar agama tanpa
mengamalkannya, mengaji tanpa bahan uji di rantau-rantau keyakinanmu.suri, jika ingin kekayaan
juga, semaikan bibit di tanah pusakan. daripada berladang di punggung kawan. bertanam tebu di bibir,
sambil menggantang asap. dirantau-rantau kelicikan mu.
para pemain berdiri lagi dan kembali berkeliling mengelilingi ibu suri. mereka bertepuk tangan
berirama, sambil mengucapkan mantra. kemudian, ibu suri berteriak lagi dan para pemain duduk
kembali dalam lingkarannya.
ibu suri:suri. jika rindu kampong mu tiba, jangan pulang ke kampong asal yang kini asal jadi
kampong. dimamah lurah dirancah punah.jangan lewat di depan surau buluh yang kini ditukar,
ditakar, ditikar-tikar. dituduh jadi rumah perusuh dan pesuruh.suri. jika rindu kampong tak
tertanggungkan, tangguhkan dulu pulang. jangan singgah di lepau kopi. taman perawan yang kini
rawan dendang berdendang dalam dandang, di balik bilik berdinding. jangan duduk di palanta. bualan
dunia berbingkai bangkai. memancung pancang tukang pancing.jangan berdiri di galanggang, tempat
segala aduan dan peraduan. segala lomba kini diagak agihkan. pemenang keluar sebelum bertanding.
janagn bilai tanggai balai adapt. yang kini jadi tempat bertukar baju. jangan bersimpuh di langkan
rumah gadang. kembang dipatah kumbang diinjak kambing.bunga tanjung berganti bunga utang,
tumpuk-bertumpuk tampak di puncak merapi, singgalang dan kerinci.suri. tangguhkan pulang.
tangguhkan kenangan.
para pemain berdiri dan berputar-putar mengelilingi ibu suri. ibu suri lemah tak berdaya, hilang dalam
kehitaman kain hitam. para pemain yang mengembang di udara, kemudian para pemain embali lagi
pada sesajian. manda pun mengemasi barang-barangnya.
Manda:ibu suri, sudahkan kau tahu tempat di mana suri mu berada?
ibu suri:semuanya meragukan manda.
Manda:apa lagi yang mungkin kau percayai.
ibu suri:bahwa, suri ku tetap ada.
Manda:di mana?
ibu suri:di rantau
manda: di rantau mana?
ibu suri:itu pun meragukanku.
Manda:barangkali suri mu tak pernah ada (pergi)
ibu suri:manda. jangan kau sangsikan suri ku. suri ku ada dimana-mana.
(mengejar manda keluar)

Bagian Ketiga
ibu suri tidak puas atas keterangan roh dan arwah tentang suri. apalagi manda sendiri menyangsikan
adanya suri. ibu suri harus bertindak dan memastikan suri hingga dapat meyakinkan
dirinya.bungkusan-bungkusan barang bawaan manda dirampasnya. manda tidak dapat berbuat apa-
apa, selain berusaha membujuk agar barang-barangnya diserahkan. tapi ibu suri tetap pada
pendiriannya. dengan penuh keyakinan dan suara lantang, manda disuruhnya pergi.
ibu suri:ternyata roh yang manda undang bukan roh para tokoh atau arwah nenek moyang! tapi roh
para bandit dan penipu. suri dikaburkannya, suri disangsikannya. aku harus mertas jalan pintas untuk
melakukan terobosan.aku akan bicara langsung tanpa perantara dusta atau medium mesum! pergi kau.
pergi! aku akan memanggil arwah yang jujur dan arwah nenek moyang yang budiman.
Manda:ibu suri termasuk orang beriman, jangan berteman dengan setan. syirik hukumnya., syirik.
ibu suri:syirik atau syarak. dosa atau dasi, desa atau dasa, manda peduli apa!? suri pasti ada. suri tidak
boleh disangsikan! ayo manda, pergi! aku akan meletakkan sesajian. bagi roh dan arwah yang akan
diundang.
ibu suri membuka bungkusan manda yang tadi dirampasnya. piring-piring dan bunga-bunga
dijejerkan di lantai.
Manda:berkali-kali kukatakan. bila kau berteman dengan setan, neraka jahanam ancamannya.
hentikanlah. biarkan aku sendiri saja yang terlanjur. karena tidak mampu menolak tradisi.
ibu suri: (mangacuhkan manda dan terus menyusun sesaji) manda tidak akan berhasil menakut-
nakutiku dengan setan atau saten atau sutan sekalipun! suri ku tetap ada! merantau pipit atau merantau
cina. suri ku adalah suri. pergilah manda, pergi.
Manda:ibu suri, mereka tidak akan datang, percayalah. setiap panggilan punya aturan.
ibu suri:semua kuundang dan harus datang! aku akan membuat perhitungan! sekarang bukan urusan
perantara lagi, bukan urusan medium seperti manda. tapi, urusanku dengan suri ku. pergi kataku! atau,
piring-piring ini akan mengusirmu!
Manda: (sambil keluar) perempuan ini benar-benar keras kepala.
ibu suri: (setelah sesajian selsai disusunnya, dia segera duduk di tengah-tengah. lilin dinyalakan, lalu
dia membaca mantra)
malekum malekum malekum salam
malekum salam. salam malekum
hai! roh dan arwah! penghuni kehidupan yang tak tampak, kau tampak aku tak tampak. aku mewakili
yang tampak. wujudkan dirimu, wujudkan! (menunggu beberapa saat, tapi roh-roh tidak kunjung
datang. dia marah besar)
ah, benar-benar mereka melakukan persekongkolan dengan manda!
Manda: (datang) persyaratannya ibu suri. persayaratannya roh laki-laki tidak mau masuk ke dalam
diri perempuan. terkcuali, bila mereka masih hidup dan bujangan.
ibu suri:bohong! roh tidak punya nafsu, apalagi jenis kelamin. pergilah manda. segala kekuatanku
akan kukerahkan, mendatangkan segala roh.
Manda:jangan-jangan yang datang roh sembarangan.
ibu suri:aku tak peduli. kuusir roh-roh bila berani mengatakan suri ku tidak ada.
Manda:nanti kau menyesal.
ibu suri:pergilah kataku. pergi. aku ingin tahu suri. yang lain aku tak peduli.
Manda:baik. baik. (keluar)
ibu suri: (membaca mantra)
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. salam malekum
mendaratlah roh sejagat. merapatlah arwah nenek moyang yang terkatung di kapal-kapal. bangun.
bangunlah dari kuburmu! bicaralah tanpa perantara, bersuaralah tanpa antara. kebebasan roh dan
arwah diberikan malam ini juga
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam
roh dan arwah yang terdiri dari para pemain itu bersama manda datang berputar-putar. kain-kain
hitam mereka mengembang di udara. mereka kemudian duduk menghadap piring-piring yang
disediakan baginya. piring-piring itu mereka ambil. sambil duduk piring itu mereka bawa menari.
menjadilah sebuah tarian entah apa. mereka menari piring sambil duduk dan sama-sama bernyanyi
dengan mantra-mantranya
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam

setelah mereka bernyanyi dan menari demikian, para roh menurunkan kain-kain hitam dari tubuh
mereka. sekarang tampak kepala-kepala roh terbungkus kain putih seakan-akan mayat-mayat yang
sudah dikafani dan diselimuti kain hitam duduk berjejer di kiri kana ibu suri.ibu suri terkejut melihat
mereka. dia agak merasa takut. tapi ketakutan itu ditahannya sekuat tenaga karena dia benar-benar
ingin menanyakan suri.
ibu suri:selamat datang para roh dan arwah-arwah nenek moyang. suri ku kini sedang terancam. suri
ada, dikatakan tidak ada. suri hidup, dikatakan telah mati. suri bergerak dikatakan diam.bicaralah para
undangan malam ini malam kebebasan bagi roh dan arwah nenek moyang untuk bicara langsung dan
blak-blakan! namun begitu, bicaralah sebatas suri. soal suri itu apa, suri itu siapa, tak perlu lagi
diperdebatkan! yang penting adalah suri. dimana suri kini. jika merantau, bagaimana suri di rantau.
malekum malekum malekum salam
lam malekum. malekum salam

nyanyi dan tari para roh yang duduk dengan piring-piringnya itu menjelmakan munculnya tokoh atau
arwah ke tengah pentas. ternyata yang menjelma itu adalah tokoh 5. dia berdiri dan menari mengikuti
irama sampai berada di tengah pentas.
tokoh 5:jika ada yang mencari suri, akulah suri. suri namaku.
ibu suri:kau suri? bagaimana mungkin!? lanjutkan! perjelas identitas!
tokoh 5:namaku suri. umur dua puluh sembilan tahun. belum kawin. kuburan baru saja digusur.
penetapan berikutnya ditentukan surat keputusan.
ibu suri:sebab kematian?
tokoh 5:keracunan makanan.
ibu suri: (bingung karena jawaban roh tidak sebagaimana yang selama ini dikenalnya) wah,
bagaimana ini? baiklah. riwayat hidup?
tokoh 5:tak punya, selain riwayat kematian
ibu suri:oh, oh. roh apa ini? barangkali roh gelandangan. sudah! sudah!
para pemain (menyanyi dan menari)
malekum malekum malekum salam
lam malekum. malekum salam

- nyanyian dan tarian seperti ini dinyanyikan dan ditarikan dengan berbagai irama dan variasi. selama
nyanyian berlangsung, pemain yang selesai berperan sebagai tokoh digantikan oleh pemain lain untuk
menjadi tokoh berikutnya. hal seperti itu terjadi pada setiap pergantian peran. bentuk ini
mengingatkan kita pada bentuk pertunjukan rakyat minangkabau; indang -
Tokoh 6 :(berjalan menyamping dan langkah-langkahnya beriraman sampai ke tengah pentas)
ibu suri:ondeh mak! roh apa yang jalan begini? roh wayang ya!
tokoh 6:(mengangguk)
ibu suri:pasti bukan suri!
tokoh 6:aku bukan suri, tapi tahu tentang suri. suri bernasib baik, semua orang mengikutinya, karena
dijadikan panutan, setiap saat suri diingat, setiap waktu suri disebut, setiap orang menyembah suri
ibu suri:baik. baik. e…. roh wayang. kalau kau tahu suri, kenapa suri tidak pulang?
tokoh 6:suri tidak akan pulang sebelum ada panggilang
ibu suri:apakah suri telah kawin?
tokoh 6:perkawinan bukan untuk pemuas nafsu. karena itu tidak perlu terburu-buru. begitu suri ditulis
di buku-buku.
ibu suri:jika suri ditulis di buku, kenapa suri tidak berkirim surat padaku?
tokoh 6:surat dan buku jauh berbeda. buku meninggalkan pesan. surat pembawa pesan.
ibu suri:tidakkah suri ingat padaku?
tokoh 6:ha! aku pun lupa apakah suri punya ingatan atau tidak.
ibu suri:mestinya kau tanyakan! malu bertanya, sesat di jalan, tahu!
tokoh 6:baik, baik. kutanyakan sekarang.
mengeluarkan sebuah cermin dan bercermin. kemudian, dia bertanya pada cermin dan jawaban
cermin pun terdengar pula. persis sebagaimana seorang dalang memainkan cerita wayang
para pemain
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam

tokoh 6: (berbicara dengan cerminnya)


+ suri, suri. suri.
- ya
+ ada sesuatu yang harus dipertanyakan, bolehkan?
- boleh
+ dengan apa suri berjalan?
- dengan kekuatan
+ dengan apa suri melihat?
- dengan pikiran
+o, begitu. lalu, siapakah kau, suri?
- haa?
+apa? bukan roh? bukan arwah? kalau begitu, kamu apa?
ibu suri: (merampas cermin) kau gila! ini bukan suri, tapi cermin. jangan main-main!
tokoh 6:tapi suri ada di dalamnya.
ibu suri:sudah. duduk!
melihat ke cermin dan bercermin. dia tersenyum memandang cermin.
suri, suri. kau tersenyum
(menangis dan membuang cermin itu)kau tersenyum. oh… oh…..

para pemain :(bernyanyi dan menari – pergantian tokoh)


tokoh 7: jika suri ada di sini, maka suri adalah aku sendiri. ini aku, suri. menduda menjelang tua,
berdagang di surabaya. meninggal karena tusukan kawan di belakang.
ibu suri:negeri asal?
tokoh 7:sumenep, madura.
ibu suri:eyayaya! salah undang! roh penjual sate madura rupanya! sudah, cukup!
para pemain (menyanyi dan menari, pergantian tokoh)
tokoh 8 dan 9 berjalan bersisian
ibu suri:oalaaah… roh kembar. duduk! suri ku satu! bukan dua!
tokoh 9:suri memang satu, tapi bukan satu-satunya. suri telah jadi sederhana, disederhanakan
pendangannya, pikirannya, langkah, lenggang dan gerak-geriknya.
tokoh 8:kalau begitu ada unsure kesengajaan
tokoh 9:tapi, yang jelas kini, suri tetap dilestarikan. panas tubuhnya ditetapkan, ruang geraknya
diprogramkan. detak jantungnya dan lama hidupnya dijadwalkan.
ibu suri:siapa yang menentukan? keadaaan? situasi? ayo, bicara. kebetulan kalian sudah jadi roh,
boleh bicara dengan bebas.
tokoh 8:oho! kebebasan bicara? karenanya aku dihukum seumur hidup
tokoh 9: sebenarnya suri hadir, tapi tidak dihadirkan.
tokoh 8:tidak, bung! suri tidak pernah ada. tapi, diada-adakan. mengada-ada namanya.
tokoh 9:jadi, jelas sekarang. sejak kau masih hidup selalu meniadakan suri. sampai jadi roh pun, kau
tidak mengakui adanya suri. apakah aku harus berkelahi lagi denganmu!?
tokoh 8:ayolah! aku tidak perlukan suri. dendam padamu akan tetap ada, walau sampai jadi roh sekali
pun.
tokoh 9:kedua kalinya kau mati, ayo!
tokoh 8 dan 9 berkelahi
ibu suri: sudah! sudah! tidak tahu diri. mana ada roh yang suka naik darah.
para pemain (menyanyi dan menari -pergantian pemain)
tokoh 10 (datang, mencium-cium ke sana kemari sambil melolong dan menyalak)
ibu suri:ayo bicara!jangan hanya menyalak-nyalak saja!
tokoh 10 masih terus menyalak-nyalak dan mencium udara ke sana ke mari.
ibu suri:wah, wah…. roh apa yang nyelonong!
para pemain:roh anjing
ibu suriroh anjing? anjing! gila! pasti anjing kumbang. hussy! pergi.
para pemain (menari dan menyanyi – pergantian pemain)
tokoh 11 (berdendang sebagaimana tukang dendang minang)
o, risolai, takalo maso daulu
samaso alun barabalun. langit basentak naiak
bumi basentak turun, ada saikue lauak gadang
karambia tumbuah di matonya

ibu suri:sudah, sudah! ini roh tukang dandang dan datukdatuk, minang?
tokoh 11:madam. aku mati karena berusaha memahami pantung, petatah dan atau datuk-datuk
ibu suri:negeri asal?
tokoh 11:ibuku kampuchea, ayahku australia
ibu suri:gaca den! roh asing! getaut!
tokoh 11:sebentar. jika madam kehilangan suri. aku dapat memberikan informasi.
ibu suri:o, sorry! sori atau suri?
tokoh 11: sebenarnya suri pendaki gunung. terakhir kutemui di kathmandu. perkenalanku di
tangkuban perahu, dia punya humor-humor pegunungan. dengar, kau tahu john, katanya. kenapa
orang minang lebih suka berladang di punggung kawan dan bertanam tebu di bibir? karena semua
tanah dan lading mereka sudah dijadikan daerah transmigrasi.aku tidak merasakannya sebagai humor.
aku tidak tertawa. tapi, dia merasa lucu dan tertawa sendiri. kesimpulanku adalah suri suka
menertawakan diri sendiri.
pemain 1: (datang tergesa)bohong! suri bukan pendaki gunung! roh asing selalu memberikan
keterangan yang merendahkan derajat suri. hei bung! kalau melihat persoalan jangan hanya dari
puncak gunung. ayo, kembali ke australia!
tokoh 11:kalau tidak percaya, lihat potret ini. (mengeluarkan sebuah potret) potret suri tertawa sendiri
di puncak gunung. itu tandanya dia suka menghibur diri sendiri, bukan?
pemain 2: (datang dan mengambil potret itu)coba lihat. potret apa ini? lensanya tidak focus.
tokoh 9:aku memotret pakai lensa mata ikan
pemain 3: (datang dan mengambil potret itu)potret ini bukan diambil dengan lensa mata ikan.
tokoh 11:ah, lalu?
pemain 3:dengan mata sapi.
pemain 1:mata-mata, itu baru betul
ibu suri:cukup! cukup! suri ku jangan dijadikan dagelan!
para pemain kembali ke tempatnya masing-masing, manda segera mengambil tempat ke tengah
pentas. duduk dengan sikapnya sebagaimana biasanya, dia memanggil roh. tapi karena kepalanya juga
terbungkus kain putih, tak seorang pun tahu kalau itu adalah manda
manda: (menyanyi)
malekum malekum malekum salam
lam malekum. malekum salam
akulah suri. tidak anak bincacak. tidak anak bincacau. bukan singiangngiang rimba.
ibu suri:suri? suri?
Manda:akulah suri. disusukan di rumah gadang. dibuai dalam kain cindai. mengaji di surau buluh,
bersilat diajar mamak. aku suri mu
ibu suri: (bangkit dan merangkul manda dengan haru) suri, suri. oh, suri. benar-benar kau telah jadi
roh. o, suri. kau hanya roh. hanya roh.
(menangis dan membuka bungkus kepala manda. tiba_tiba terpekik) aiii… yaiii…iyaiii…! manda
rupanya! pendusta! kau samarkan dirimu jadi roh! untuk memata-mataiku mencari suri.
Manda:katanya mencari suri, nyatanya menemukan aku. padahal aku sudah jadi roh. perempuan
seperti ini yang selalu inginkan aku terus jadi perantara. tapi, dia tak mau berterus terang.
para pemain bangkit dan kembali berputar-putar. terdengar suara mereka seperti telapak kaki kuda
berlari. mereka mengelilingi ibu suri. hilang dalam kehitaman kain hitam pada pemain.tiba-tiba, ibu
suri berteriak. pada pemain yang mengelilingi mundur dan kembali pada posisi semula.
ibu suri:suri, suri. kalau merantau pantangkan pulang. tapi, kirimi aku buku setebal kubu yang huruf
besarnya peragu guru. huruf miringnya penyesat adab, huruf kecilnya perancu waktu, huruf tebalnya
pengganda makna! suri, kalau merantau pantangkan pulang, tapi kirimi aku pena tak tentu tinta.
penanda-nanda tangan, penanda-nanda dunia. penunda-nunda kenangan. kalau merantau pantangkan
pulang, tapi belikan aku pensil yang dirancang seruncing tanduk. pembelah buluh jadi bilah,
pelambung lembing jadi lambing. di bawah lambung, dibawah lumbung! suri. kalau merantau
pantangkan pulang. tapi carikan aku rantai rentangan rantang, penjunjung jenjang pemugar pagar,
pengikat anjing di bawah anjung. penarik gunjing di ujung gonjong! suri, tanggamu tinggi, beranak
pinak anaknya. kakiku kaku, kan jatuh ditimpanya.
para pemain kembali mengelilingi ibu suri. mereka berputar-putar dan kain-kain hitam mereka
mengembang di udara. lalu, mereka kembali ke tempat semula.
Bagian Ke Empat
yang tidak tertolong dari perkembangan diri ibu suri terhadap keinginannya untuk mengetahui suri
adalah: dia menganggap seorang pemain yang kini terbujur diselimuti kain hitam di tengah pentas
adalah sebuah kuburan. dan, kuburan itu menurut pandangannya adalah kuburan suri.
begitulah, sampai malam ini ibu suri duduk bersimpuh menghadap kuburan. ditaburkannya kembang
dan dia pun meratapi suri.
ibu suri: suri, o suri. jika kau berkubur di sini, kenapa kau tak terberita di surat kabar, surat yang kabur
kabar. tak berkibar karena takut dikubur. yang tersirat semakin surut. atau melalui radio, yang
bergelombang dan bergelembung. atau melalui majalah. majalah, antara iklan bolong tak berbilang.
atau melalui televise yang terbatas saluran antara gambar dan gembar gembor, suri.
ibu suri melepaskan segala kesedihannya dengan dendang lagu tradisinya:

simantuang di parik putuih


jarajak di tanah taban
ka mano punai ka inggok lai
tampek bagantuang nan lah putuih
tampek bapijak nan lah taban
ka mano denai manggapai lai

tapi sementara ibu suri berdendang sedih, manda beserta pemain yang menutup diri mereka dengan
kain hitam masuk mengelilingi ‘pekuburan’ itu dengan membawa sesajian. mereka duduk menghadap
kuburan itu, besebrangan dengan tempat ibu suri meratap. ibu suri tidak sempat memerhatikan
kedatangan mereka karena asyik dengan kesedihannya. dan, manda beserta pemain melakukan
‘sembahan’ kubur dengan mengucapkan:
“hu, tuanku!”
“hu, tuanmu!”
terus menerus sambil tubuh mereka bergerak ke kiri dan ke kanan. hal ini mengingatkan kita pada
dzikir yang dilakukan di surau-surau atau yang sering dilakukan orang-orang tradisi sekeliling
kuburan. ibu suri akhirnya tahu bahwa manda kini sedang melakukan kegiatan minta berkah di
kuburan itu. ibu suri marah sekali.
ibu suri:manda! belum juga kau puas jadi perantara. apa perlunya kau ikuti aku ke sini!
Manda:tempat seperti ini terlalu suci untuk ditangisi, ibu suri.
ibu suri:salahkah aku menangisi kematian suri? dan, melepaskan kesedihan itu di atas kuburnya?
Manda:o, kau telah keliru lagi. tempat ini bukan kuburan, ibu suri.
ibu suri:bukankah manda ziarah ke sini untuk mendapatkan berkah dari suri?
Manda:aku selalu ziarah ke buruan keramat setiap malam jumat. sejak dulu telah kulakukan.
ibu suri:ini bukan kuburan keramat, tapi kuburan suri, suri ku.
Manda:jika suri berkubur di sini, siapakah yang menguburkannya. jika suri telah mati, bilakah dia
meninggal. jika tempat ini kuburan suri, tanda apa yang dapat dijadikan bukti?
ibu suri:aku juga menyesalkan hal itu, manda. suri memang tidak pernah memberi tahu.
Manda: (tertawa mengejek) ibu suri. karena suri tak pernah memberi tahu, aku pun tetap ragu
padamu. pada suri mu.
ibu suri:manda! kau bicara apa! aku yakin suri ku ada. ii sudah lebih dari segalanya!
Manda:jika suri anakmu, siapakah ayahnya, bila dia dilahirkan, kapan turun mandinya di rumah
gadang yang mana?
ibu suri: (menangis) manda. jangan tanyakan padaku. jangan, manda. dengan ibu, kita bias berseteru.
dengan suami, kita bias bercerai. dengan anak, kita bias bersibak. tapi dengan suri, o manda. jika aku
burung, suri sayapku yang akan menerbangkan aku sampai ke langit ketujuh! di pintu langit aku akan
berteriak: hei, para penghuni langit! turunlah ke bumi! saksikan! suri disangsikan!
Manda:tentang surimu, bukankah hanya mimpi seorang perempuan yang kini gelisah di umur senja.
perempuan yang tak percaya lagi pada laki-laki, pada manusia. perempuan yang menginginkan anak,
tapi takut melahirkan, karena dianggap mengurangi kecantikan. perempuan yang cemas putus turunan
tak rela waris diterima orang lain.
ibu suri: (meledak amarahnya) diam! diam! kau penipu, perantara dusta! jangan goda lagi aku! takkan
goyah keyakinanku! suri ku memang berkubur di sini!
Manda:keyakinanmu keliru, ibu suri.
ibu suri:tapi, kau pun tidak dapat membuktikan tempat ini bukan kuburan suri. kau pun tidak dapat
memberi kesaksian, bahwa tempat ini keramat dan suci.
Manda:ibu suri. keinginanmu begitu kuatnya hingga menjelmakan sebuah impian. tapi, tidak mampu
mengatasinya.
ibu suri:kalau manda tidak percaya, roh dan arwah kembali kuundang. tidak ada jalan lain saat ini,
sementara kita berdua memerlukan bukti. kita memerlukan saksi, keterangan dan penjelasan.
Manda:roh siapapun tidak akan tahu tempat ini kuburan suri mu. percayalah. mereka tidak akan
datang, siapa pun yang akan mengundang.
ibu suri:aku pernah mengundang mereka. semua patuh dan semua datang.
Manda:jangan lakukan, nanti kecewa.
ibu suri:ya, ya. kau cegah aku membuktikan kubur suri ku. karena kau ragu kubur ini kubur keramat
mu. kau ragu pada keyakinanmu, lalu ragukan keyakinanku. ini tidak sehat, manda. kupanggil
mereka, sekarang juga!
Manda:kau memang keras kepala.
ibu suri: (memanggil roh sebagaimana yang pernah dilakukannya )
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam.
mendaratlah roh-roh sejagat, merapatlah arwah dari kaki langit, yang terkatung-katung di kapal tanpa
juru mudi dan juru batu.
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam
bangunlah dari kubur, hei roh sekalian roh, hei arwah sekalian arwah. bangunlah, kini kubangunkan
semua kalia kuundang, semua harus datang memberikan partisipasi!
(menunggu beberapa saat, tapi tidak terjadi apa-apa)
Manda:tadi sudah kukatakan mereka tidak akan datang, ibu suri. mantramu sudah rancu makna. kau
sisipkan kata partisipasi. partisipasi? gotong royong maksudmu? wajib? sukarela? paksaan? ibu suri.
kuingatkan padamu, dalam mantra kata tak bermakna ganda, karenanya mantra jauh berbeda daris
astra. perbedaannya begitu tajam dengan sebuah pembicaraaan.
ibu suri:biar pun mereka tidak mengerti dengan apa yang kukatakan. mereka akan kuseret ke sini
dengan segala kekuatan.
Manda:ingat lagi, ibu suri. kuburan ini keramat dan suci. makam seorang malin yang termashyur,
malin dari sekalian malin. seorang guru agama yang besar, punya kitab kuning dan merah. seorang
yang fanatic, taat, terkadang ekstrem.aku memang lupa namanya dan lupa waktu meninggalnya. tapi,
setiap jum’at dia terbang ke mekah, pulang membawa anggur dan korma. air pembasuh telapak
kakinya, obat manjur encok dan patah tulang. air ludahnya ditampung dan diperebutkan. bila
dibarutkan ke kepala, otak jadi cerdas berdebat dan bias tangkas.ibu suri. ziarah ke makam ini tujuh
kali, sama nilainya dengan menunaikan haji satu tahun.
ibu suri:aku tak peduli!
membaca mantra lagi
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam.
hai roh, hai arwah; hai kubur, hai, hai bangunlah dari tidur. tembus segala timbunan, terobos segala
tanah. bangun. bangun.
dan memang, para roh bangkit dan berputar-putar dengan kain hitamnya. mengelilingi kuburan itu.
kemudian, mereka duduk mengelilingi kuburan asmbil berucap:
“hu! tanku!”
“hu! tangmu!”
ibu suri: malekum malekum malekum salam lam malekum. malekum salam
para roh itu bergerak lagi. mereka berjalan melingkari kuburan dengan gerakan-gerakan ritmis, sambil
menyanyi membaca mantra:
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam
lingkaran, gerakan dan irama nyanyian mereka mengingatkan kita pada kesenia tradisi rakyat
minangkabau; randai -
setelah itu mereka duduk dan seorang pemain berdiri di tengah lingkaran. pemain itu marah sekali
tokoh 12:sudahlah! sudah! jangan aku diadili lagi, aku sudah jadi batu, cukuplah itu. terlalu berat anak
durhaka dituduhkan kepadaku. (menangis) aku sudah mati, tapi masih terus diadili. kesalahanku
terlalu dicari-cari. mestinya aku harus membela diri. tapi ya, bagaimana lagi.
ibu suri:e, roh! tunggu! jangan menangis dulu! jawab pertanyaanku, bukankah suri yang berkubur di
sini!?
tokoh 12:suri? suriname maksudmu? di situ memang aku pernah singgah membeli pakaian untuk
kubwa pulang jadi hadiah bagi ibuku. aku memang pernah berlayar ke sana.
ibu suri:jadi kau siapa?
tokoh 12:aku malin
manda: malin? ha, benar kan? kau malin kan dari sekalian malin.
ibu suri: (marah sekali)malin atau maling! siapa kau!
tokoh 12:malin kundang
ibu suri:o, bagaimana ini!?
Manda:tadi sudah kubilang, tempat ini kuburan seorang malin.
ibu suri:ya, tapi bukan malin keramatmu! malin kundang! ini pasti salah undang lagi. roh petualang
rupanya yang datang.
membaca mantra lagi
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam.
para roh itu berdiri dan menari-nari mengelilingi kuburan sambil menyanyi dan membaca mantra:
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam.
kemudian salah seorang berdiri
tokoh 13:kudengar seorang perempuan, dapat kupastikan itu pastilah suara puti bungsu. ya, kan?
ibu suri: (geleng-geleng kepala) siapa namamu? suri bukan?
tokoh 13:istriku namanya puti bungsu, juga selalu mendesakku kalau menginginkan sesuatu. kuingat
lagi bagaimana dia meminta kembali kain songsong barat, kain yang kucuri sewaktu dia mandi.ya,
ya…. waktu itu aku menyamar jadi tukang pancing. ah, puti bungsu. aku cinta padamu. dimanakah
anak kita malin duano?
ibu suri:tobat, tobat. roh malin deman!
Manda:malin kan, malin!
tokoh 13:nah, betul. malin deman.kalau orang terkenal seperti aku memang begitu. rohnya pun masih
bias dikenal. kelebihan orang terkenal begitulah, yak an? o, siapa namamu? nona atau nyonya? ibu
suri? ya…ya…. ibu suri.anakmu tentu seorang raja. cantik juga kau malam-malam begini. dah
sayang!menghilang dalam lingkaran para roh
ibu suri:sial! sudah jadi roh, masih juga mengganggu perempuan!
Manda:ibu suri, berkali-kali kukatakan. suri tak akan pernah kau temukan. suri mu hanya impian.
ibu suri:bukan! keyakinan! pasti suri bekubur di sini. kuburan ini mesti digali.
Manda:ha? digali? jika kubur keramat ini digali, berarti kau menghacurkan apa yang kuyakini.
ibu suri:kita sama-sama memerlukan bukti.
Manda:jjangan hancurkan yang telah ada bagi suri mu yang belum tentu ada.
ibu suri:hei roh, hei arwah! ke sini! mendekatlah! waktu kita tinggal sedikit lagi. gali kubur ini!
Manda:ibu suri. kau sudah gila. bagaimana mugkin roh-roh itu bekerja. mereka roh, bukan buruh.
mereka angina, ibu suri. menggali sebuah kuburan berat hukumannya bagi yang beriman. aku sudah
banyak berdosa dan takkan menambahkannya lagi.
ibu suri:pergilah manda. sebentar lagi akan terbukti. tempat ini bukan kubur keramat, tapi pasti
kuburan suri.
Manda:memang sulit mencegah perempuan yang tergila-gila dengan impiannya (keluar)
ibu suri:soalnya, kau ragu pada keyakinanmu. kau hanya mampu menjadi perantara. bukan jadi
pemain utama!
Manda: (datang lagi dan bergabung dengan para roh) kau akan kukutuki, kau akan menyesal. aku
tidak akan bekerjasama dengan orang gila!
ibu suri:peduli apa! hei roh! gali kubur ini, gali.
para roh:apa yang harus kami gali?
ibu suri:menggali keyakinan! ayo kerjakan!
penggalian mulai dilakukan. para pemain mengelilingi kuburan. kembang berhamburan ke mana-
mana. sementara panggalian berlangsung, ibu suri memandang jauh, meratapi kehilangan suri.
ibu suri:suri, pulanglah sebelum berpulang. benih telah lama kusemai. dan padi akan segera dituai.
kau berdendang di bawah lumbung. tapi malang, di sini kau terbujur membujur kekecewaan.suri,
pulanglah sebelum berpulang. bawakan aku atap penyisip tajuk balai adat. bawakan aku kitab bertulis
arab melayu pengganti buku tangan dan buku bamboo. bawakan aku lampu menara, lentera duia,
pengganti rekaman suara adzan.dengan pancaran kubah dan mihrab cahaya. suri, pulang sebelum.
ibu suri memandang ke arah penggalian. sosok mayat terbujur di tengah pentas dan para roh kembali
ke tempat mereka semula. ibu suri bangga, sedih dan ragu. semuanya campur aduk dalam dirinya.
bangga karena penggalian berhasil. ragu, apakah memang sosok itu jasad suri. sedih karena benarkah
suri telah mati, seperti orang keseurupan, ibu suri mengelilingi dan meraba-raba jasad itu. dia pun
ingat manda.
ibu suri:manda, kesini! ke sini cepat! jika malin kermatmu itu bekubur seribu tahun silam di sini, tak
mugkin kain kafannya masih begini baru! ayo manda. jangan sembunyi! wajah suri kita saksikan
sebentar lagi dengan mata kepala kita sendiri!
kesal karena manda tidak datang. lalu didekatinya sosok jenazah itu, dibelai-belainya dan ikatan kain
kafannya mulai dibuka
ibu suri:o, suri ku. setelah berpulang, baru kau pulang. setelah jauh, baru kujumpa. setelah tiada, baru
kau ada. suri…suri….
terpekik tiba-tiba karena wajah jasad itu adalah wajah yang sangat dikenalnya; manda
manda! aiii, yaii, yaiiii!
marah sekali pada manda
sampai ke liang kubur kau jadi perantara!tak sadar diri
manda:nah, kan. aku lagi yang disalahkan. nyatanya menemukan aku. perempuan begini selalu
menginginkan aku terus jadi perantara. padahal aku sudah dikubur. tapi, dia tetap saja memungkiri. o,
perempuan.
para roh datang berputar-putar mengelilingi ibu suri. manda ikut menghilang dalam putaran para roh
itu. mereka terus berputar-putar dan suara mereka terdengar seperti suara telapak kaki kuda berlari.ibu
suri bangkit dan berputar-putar di tengah putara para roh dengan selembar kain putih yang lebih besar.
kain putih itu mengembang di udara, membawahi para roh yang bergulung-gulung. dengan kain hitam
mereka.perlahan diturunkannya kain putihnya, dan kini yang kelihatan hanya wajah ibu suri
yang letih memandang ke kejauhan.
ibu suri:suri. ya, aku bukan ibumu. dan juga kau bukan anakku. tak mungkin kau ku anakkan, kau pun
tidak mungkin diperanakkan. suri, bagiku kau hanya satu. satu untuk segalanya. satu untuk semuanya.
perlahan membeku. matanya redup. ada sesungging senyum di bibirnya. manis sekali
tamat

Anda mungkin juga menyukai