Anda di halaman 1dari 9

11/6/21, 9:56 PM Perempuan Balian | Kumpulan Cerpen Kompas

Kumpulan Cerpen Kompas

arsip cerita pendek kompas minggu

Perempuan Balian

with 18 comments

 
 
 
 
 
 
i
43 suara

Sebelum peristiwa malam itu yang akan kuceritakan nanti, Idang dikenal
sebagai perempuan kurang waras. Kerap mengamuk kesurupan, dan
meracau menceritakan tentang mimpi-mimpinya yang aneh. Kepada orang-
orang ia sering mengatakan, ”Ada ular-ular besar menyusup dalam
mimpiku. Ular itu bukan mimpi, tapi ular yang menyusup dalam mimpiku.
Dalam mimpi juga aku sering bertemu Ayah.”

Idang memang tak seperti kebanyakan perempuan lainnya yang hidup di pegunungan Meratus. Ia suka
memanjat pohon, hal yang hanya pantas dan perlu kekuatan seperti dimiliki anak laki-laki. Ia juga kerap
melakukan perjalanan sendiri ke hutan-hutan terdalam, hutan-hutan terlarang.

”Aku banyak menemukan makhluk-makhluk aneh di sana. Mereka bersahabat,” ceritanya kepada
teman-teman sebaya, yang karena cerita semacam itu pula menyebabkan ia perlahan-lahan dijauhi
teman-temannya. Namun ia mengaku tak pernah merasa kesepian. ”Teman-temanku di dunia lain jauh
lebih banyak,” seseorang bercerita kepadaku menirukan ucapannya.

Tabiat ini kemudian dikait-kaitkan orang dengan almarhum ayahnya yang seorang balian, seorang
dukun kesohor. Ayahnya dikenal sebagai panggalung, dukun sakti yang karena karismanya sanggup
memanggil, mengikat, dan mendatangkan orang-orang dari kampung-kampung jauh. Ayahnya
meninggal kala ia usia 12 tahun. Ibunya lebih dulu tiada, tak tertolong saat melahirkannya. Entah dari
mana mulanya, kenyataan itu membuat Idang dianggap sebagai pembawa kemalangan dalam hidup.

Dengan hidup hanya ditemani nenek dari ibunya, Idang tumbuh menjadi perempuan pendiam,
penyendiri. Dan bila pun ia bicara dan bercerita kepada anak-anak sebayanya, maka itu adalah cerita
tentang mimpi-mimpi, tak jauh dari cerita tentang ular dan ayahnya.
https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/06/24/perempuan-balian/#more-1603 1/9
11/6/21, 9:56 PM Perempuan Balian | Kumpulan Cerpen Kompas

***

Balai Atiran terang benderang. Orang-orang mulai berdatangan memasuki rumah besar panggung itu.
Enam keluarga yang berdiam di dalam balai, sudah sejak gelap pertama duduk di depan pintu bilik
masing-masing yang tampak gelap seperti goa, hingga pintu yang terbuka itu layaknya kain hitam yang
menempel di dinding balai. Mereka menjamu, menjadi tuan rumah aruh yang dihelat di tengah-tengah
ruang balai yang malam itu berbilas cahaya dari lima lampu petromaks.

Barisan-barisan tamu dari bukit-bukit jauh silih bergantian datang. Arak-arakan kecil itu sebagian
datang dengan berpenerang obor, sinter, atau hanya mengandalkan terang langit di atas jalan yang
membelah hutan pegunungan Meratus. Malam tak berbulan.

Kaki-kaki tak beralas menapaki jalan-jalan basah dibasuh sebelum menaiki tangga balai sepuluh
undakan. Tua muda, laki perempuan, dan anak-anak. Di antara mereka ada yang membawa hasil
kebun: kemiri, keminting, atau sayuran yang diberikan kepada ibu-ibu dan dara-dara yang bekerja di
dapur mempersiapkan jamuan. Ada dua ekor babi yang telah dikorbankan untuk upacara, dan setengah
karung beras dimasak di dalam sebuah kuali besar.

Para undangan sudah mulai memenuhi ruangan balai. Duduk berlapis-lapis membentuk segi empat
sepanjangan ruang balai yang polos, hingga mempertegas tiang-tiang kurus ulin balai yang menjangkau
langit-langit tinggi. Hanya ruang segi empat kecil di tengah-tengah balai yang dibiarkan terbuka,
dengan segenap syarat-syarat upacara: menyan dan sebilah keris tua telanjang jangkung kehitaman.
Seorang lelaki tua namun terlihat penuh wibawa duduk bersila. Kepalanya dibebat kain. Sementara
mulutnya tak henti mengembuskan asap tembakau yang dilinting kulit jagung kering. Dialah damang,
yang konon usianya sudah lebih satu abad. Wajahnya yang penuh kerutan waktu mengingatkan pada
rekahan-rekahan batang pohon tua dalam hutan terdalam. Damang Itat, begitulah orang-orang Meratus
memanggilnya, yang malam itu akan menjadi pemimpin upacara aruh.

Segala berpusat pada lingkaran tari di tengah. Berputar-putar. Bergelombang. Menyedot seperti kitaran
angin limbubu. Diam yang mengalir dalam mantra-mantra dan tarian purba. Pada apa kata menjadi
sakti. Tiga lelaki terus bergerak. Kadang seperti melayang, membayang, tak berpijak tanah, tak berpijak
bumi, mengambung dalam kisaran waktu yang terus beringsut susut.

Tiga tubuh terus berputar-putar dalam tarian. Madah-madah dinyanyikan merasuk dalam rampak
tabuh gendang dan denting gelang. Seperti suara alam yang tak pernah terduga. Mengentak. Melenting
tajam menembus langit-langit balai. Menggetarkan udara yang berkibar-kibar dalam satu ruang. Tubuh-
tubuh liat lepas, tak mengenal jeda, tak mengenal kantuk, tak mengenal tanah pijak. Mereka para balian
yang menjalankan ritual pengobatan untuk seonggok tubuh yang terkulai layu di tengah-tengah balai,
tempat segala sesembahan diluahkan.

Balai itulah cahaya benderang satu-satunya di belahan hitam hutan Kalimantan Selatan yang sebenarnya
tak lagi perawan. Sebuah kampung kecil, yang malam itu menghelat upacara ritual untuk si sakit.

Tubuh kecil kurus anak usia empat tahun itu seperti kehilangan daging dan air. Hanya tulang-tulang
berbalut kulit kering layaknya kulit kayu tua mengerut keras, yang cepat meretas seperti ilalang
terbakar di musim kemarau yang mengerontangkan ceruk kehidupan. Warna kulitnya kuning serupa
kunyit. Hanya matanya masih menyimpan kilat hidup, meski juga sudah meredup dalam napas yang
beringsut ingin melepaskan rongga dadanya yang tipis, membayangkan keretak kayu lapuk. Jari-jari
sapu lidinya menjentik pelan pada lantai beralas lampit, mengikuti irama tari tiga balian.

https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/06/24/perempuan-balian/#more-1603 2/9
11/6/21, 9:56 PM Perempuan Balian | Kumpulan Cerpen Kompas

Diisap buyu, penyakit menakutkan yang mengakrabi tubuh kecil tergolek di tengah-tengah balai. Tubuh
yang diisap buyu adalah seperti merentangkan hidup di antara kematian. Darah, daging, dan air yang
menjadi sumber tubuh menjadi tercemar dan kering, serupa hutan kehilangan keperawanannya menjadi
ranggas dimakan hantu-hantu besi bernama buldoser dan gergaji dengan sang kendali pemakan segala;
manusia.

Sudah satu bulan tubuh kecil itu tak berdaya dalam pagutan buyu. Sudah tiga hari tiga malam tiga
balian seolah terbang menari-nari mengusir sang buyu yang betah menghuni tubuhnya. Sebuah
pengobatan yang dipercaya turun-temurun dapat mengusir roh jahat dalam tubuh si sakit. Namun,
sudah tiga hari tiga malam ritual pengobatan dijalankan, roh jahat di tubuh si anak tak jua pergi. Segala
permohonan dan doa telah dihaturkan para balian kepada sang ilah. Segala syarat: gula, beras, ayam,
bubur, kopi, menyan, telah dipersembahkan. Si sakit tetap terkulai. Dingin tubuhnya, terkatup matanya.
Tinggal jari sapu lidinya menjentik-jentik lantai.

Tiga balian masih menari beriringan, berputar-putar dalam rampak gendang dan denting gelang yang
tiada sepi.

Seorang ibu muda yang telah kehabisan air mata terduduk lemas di sudut belakang balai. Kantung
matanya menebal, rambut terbiarkan tergerai kusut berhari-hari tak tersisir tangan dan dilembutkan
minyak jelantah. Ialah ibu si anak yang kini nyawanya tengah di awang-awang dalam pertolongan para
balian yang terus menari dan merapalkan mantra-mantra. Kepala perempuan itu terkulai miring ke kiri
bersandar pada bahu seorang ibu yang menjaganya. Sang ayah, yang duduk di antara para pria di dekat
lingkaran upacara, sesekali menengok kepadanya. Hanya karena ia seorang ayahlah yang membuat
lelaki itu tetap tegar mendampingi anak semata wayang mereka didera penyakit tak berampunan.
Walau jauh di lubuk hati, ia sebenarnya telah mulai memupuk kerelaan bila sewaktu-waktu sang anak
diambil sang ilah.

Seperti menyibak kegelapan malam, meredam guruh gemuruh suara gelang dan mantra tiga balian,
seorang perempuan muda tiba-tiba menghambur ke tengah upacara, menari-menari. Mulutnya merapal
mantra-mantra yang tak pernah terbaca oleh balian mana pun juga, dengan diiringi denting gelang di
kedua tangannya. Tiga balian lelaki terhenti. Orang-orang tersihir, terpaku menatap dalam keheningan.
Hanya perempuan itu, ya, hanya perempuan itu yang menjadi pusat segala gerak, segala hidup. Ia terus
berputar-putar, menari, merapalkan mantra dan mendentangkan gelang-gelang berat di kedua
tangannya yang kurus panjang.

Aduhai,
Naik Kuda Sawang, sayang
Dibelai angin *)

Tak ada seorang pun yang tergerak menghentikan perempuan itu. Hingga akhirnya perempuan muda
berambut panjang itu tersungkur ke lantai balai. Seluruh tubuhnya kuyup oleh peluh. Bersamaan itu
pula, anak lelaki yang menjadi pusat pengobatan di tengah balai pelan-pelan bergerak seolah ingin
bangkit. Orang-orang menyaksikan, kulit sang anak yang semula kering layaknya kulit kayu tua
berubah seolah di bawahnya telah mengalir air kehidupan. Butir-butir peluh membasahi wajah dan
seluruh tubuhnya. Kuning kunyit kulitnya pun memudar. Perlahan matanya terbuka, bercahaya.
Bibirnya, yang meski masih tampak kering, perlahan berucap, ”Ayah….” Panggilannya pelan namun
jelas.

https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/06/24/perempuan-balian/#more-1603 3/9
11/6/21, 9:56 PM Perempuan Balian | Kumpulan Cerpen Kompas

Seketika saja, orang-orang menghambur ke depan, mendekati tubuh kecil itu. Sang ayah dan ibu
langsung memeluk dan menciuminya. ”Anakku… anakku… anakku..,” ucap keduanya sembari
menangis dalam kegembiraan mendapati sang anak telah terlepas dari maut.

Seolah tersadar, orang-orang kemudian mengalihkan perhatian kepada sosok perempuan muda yang
masih tersungkur tak sadarkan diri di lantai. Sekejap saja mulut-mulut bergeremeng seperti
sekumpulan laron terperangkap dalam botol.

”Siapakah dia?”

”Dari mana asalnya?”

Tubuh itu tetap sepi, tertelungkup dengan rambut panjang tergerai masai. Satu dua orang kemudian
tergerak menghampiri, lantas diikuti yang lain, lalu mengangkat tubuh perempuan itu ke salah satu
bilik balai dan merebahkannya ke atas kasur tipis.

***

Orang sekampung tidak pernah melupakan malam itu. Seorang perempuan terbilang muda tiba-tiba
menjadi balian, menjadi dukun. Tidak pernah sebelumnya, sejak nenek moyang, seorang perempuan
menjadi balian. Paling tinggi ia hanya menjadi pinjulang, pembantu dukun laki-laki.

Tapi malam itu, Idang, seorang perempuan muda yang dianggap gila, menyeruak ke tengah-tengah
upacara. Menari-nari, menyanyi, merapalkan mantra-mantra yang sebelumnya tidak pernah dibaca para
balian.

”Ini menyalahi adat. Tidak pernah ada seorang perempuan, apalagi perempuan itu dianggap gila, bisa
menjadi seorang balian. Ini alamat mendatangkan bencana,” ucap seorang lelaki tua di warung kepada
dua lelaki yang lebih muda. Aku, yang meski berseberangan meja dengan mereka, masih dapat
mendengarkan ucapan itu.

”Tapi ia telah berhasil menyembuhkan anak itu,” sahut salah satu lelaki muda sembari mengisap rokok.

”Betul, Pak. Saya ikut menyaksikan malam itu,” timpal yang seorang lagi setelah meneguk kopi
hitamnya.

Dengan wajah agak memerah, orang tua itu berucap, ”Kalian anak muda ini, tahu apa kalian tentang
balian. Kalian lihat saja nanti, hutan dan kampung kita ini nantinya akan ditimpa bencana. Dan itu
karena perempuan gila yang hendak menjadi balian.” Setelah membayar kopinya, lelaki tua itu pun
pergi meninggalkan warung sambil menggerutu, ”Celaka… celaka… celaka.”

Setelah lelaki tua itu agak jauh, seorang dari lelaki di warung berucap, ”Mungkin ia kecewa dan malu
karena tak mampu menyembuhkan anak itu, meski diupacarai selama tiga malam.”

Aku melakukan hirupan terakhir kopiku sebelum bersiap pergi meninggalkan warung. Aku harus
segera memulai perjalanan sebelum matahari meninggi. Tugasku selama dua minggu melakukan
penelitian, termasuk menyaksikan upacara balian, sudah berakhir.

Selama perjalanan meninggalkan kampung di pinggiran hutan pegunungan Meratus itu, benakku terus
dihantui cerita tentang Idang perempuan balian, dan lelaki tua di warung yang mengabarkan akan
datang bencana di kampung dan hutan mereka.

https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/06/24/perempuan-balian/#more-1603 4/9
11/6/21, 9:56 PM Perempuan Balian | Kumpulan Cerpen Kompas

Entah, makna apa yang harus aku pahami. Namun aku tahu, sebentar lagi hutan tak jauh dari kampung
itu akan dibongkar oleh sebuah perusahaan besar untuk mengeruk emas hitam dari perutnya.

*) Kutipan ”Syair Induang Hiling” dalam buku ”Di Bawah Bayang-bayang Ratu Intan” karya Anna
Lowenhaupt Tsing, yang sekaligus mengilhami cerpen ini.

Written by tukang kliping

24 Juni 2012 pada 11:03

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with Sandi Firly

18 Tanggapan

Subscribe to comments with RSS.

Maknanya sederhana, perempuan juga bisa, termasuk yg dianggap gila

HeruLS

4 Juli 2012 at 23:17

Balas
Lumayan bagus…..

sukses

11 Juli 2012 at 23:54

Balas
Selamat, Anda telah benar-benar menjadi sastrawan Nasional yang benar-benar berada di Nasional!

Ali

14 Juli 2012 at 17:10

Balas
oke, pertama baca aku ga ngerti maksudnya apalagi maknanya -___- tapi setelah dibaca lagi yg
diucap “oooo ternyata begitu”

seperti ini bisa membuat orang berpikir dua kali untuk tau maksud
jadi, dengan bahasa ‘sederhana’
alur + maknanya

good job, ditunggu dengan bahasa yg lebih berat yang lebih menginspirasi.. semangat! (n,n)v

Ryzkiesomnia

17 Juli 2012 at 07:22

https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/06/24/perempuan-balian/#more-1603 5/9
11/6/21, 9:56 PM Perempuan Balian | Kumpulan Cerpen Kompas

Balas
menarik, tapi persoalan sederhana ga terlalu greget.

ef suma

2 Agustus 2012 at 14:41

Balas
eeee” bagus

muh imran

2 Agustus 2012 at 15:00

Balas
Cerpennya bagus . Teruslah berkarya !

Barthimeus Sumbayak,S.Pd.

4 September 2012 at 12:12

Balas
like this (Y)

nenk trisna

8 Oktober 2012 at 21:10

Balas
Best quote: “Darah, daging, dan air yang menjadi sumber tubuh menjadi tercemar dan kering, serupa
hutan kehilangan keperawanannya menjadi ranggas dimakan hantu-hantu besi bernama buldoser
dan gergaji dengan sang kendali pemakan segala; manusia.”

A. Prasetyo Widodo

3 Desember 2012 at 13:17

Balas
[…] Sumber : Cerpen Kompas (https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/06/24/perempuan-balian/)
[…]

Cerpen : Perempuan Balian | Angga Etam Notes

7 Mei 2013 at 20:30

Balas
meski nyata bahwa perempuan juga bisa jadi balian, tapi ending cerita seolah-olah membenarkan
rutukan sang laki-laki di warung kopi bahwa kehadiran perempuan balian membawa petaka,
dengan akan dihancurkannya hutan dan kampung itu oleh perusahaan besar. masih bias gender
lah….

https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/06/24/perempuan-balian/#more-1603 6/9
11/6/21, 9:56 PM Perempuan Balian | Kumpulan Cerpen Kompas

satdewi rina

25 Juli 2013 at 16:28

Balas
tidak ada pembahasan tentang perusahaan besar. kesannya hanya dimasukkan saja diakhir cerita.

Harya Bimo Bhimasena (@PapiDavin)

11 Februari 2014 at 10:34

Balas
PROMO BESAR-BESARAN OLIVIACLUB 100%….!!!!
promo oliviaclub kali ini adalah promo deposit akan mendapatkan bonus chip sebesar nilai deposit
yang disetorkan
jadi untuk para pecinta poker oliviaclub yang sudah lama mendaftar ataupun yang baru melakukan
register.. akan bisa mengikuti promo ini…

SYARAT DAN KETENTUAN


1.pemain dapat mengklaim bonus promo melalui live chat kami
2.pemain yang mengikuti promo tidak akan bisa melakukan WD sebelum turnover/fee/pajak belum
mencapai 30 x lipat dari angka deposit.
3.minimal deposit untuk promo ini adalah Rp.50.000
maximal deposit adalah Rp.200.000
apabila ada pemain yang melakukan deposit diatas 200rb rupiah..
hanya 200rb yang akan di hitung untuk mendapatkan bonus
promo ini
4. apabila pemain melakukan deposit sebanyak 50rb akan
mendapatkan bonus 50rb.. dan apabila chip habis dan melakukan
deposit 50rb lagi maka harus menunggu selama 6 jam terlebih
dahulu sebelum dapat mengklaim bonus 100% dari
angkadeposit..
batas maksimal klaim bonus tetap max deposit 200rb per hari
5. klaim bonus promo berlaku 1×12 jam..
para pemain diharuskan mengklaim bonus sebelum bermain..jika
ada pemain yang melakukan deposit dan bermain..
baru setelah bermain mengklaim bonus..maka tidak akan dilayani
6.PROMO OLIVIACLUB ini dapat berakhir sewaktu waktu tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu
7.keputusan pihak OLIVIACLUB tidak dapat diganggu gugat dan
mutlak

CARA MENGKLAIM BONUS PROMO :


1.setelah melakukan register dan deposit maka pemain harus melakukan login dan masuk ke menu
memo,tulis subjek klaim voucher promo
2.admin OLIVIACLUB akan segera membalas memo anda dan
memberikan kode voucher.
3.setelah menerima kode voucher silakan menuju menu deposit
isi kan formulir deposit sebagaimana anda biasa melakukan deposit.
setelah itu pada kolom keterangan di menu deposit silakan anda tuliskan kode voucher yang telah
https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/06/24/perempuan-balian/#more-1603 7/9
11/6/21, 9:56 PM Perempuan Balian | Kumpulan Cerpen Kompas

diberikan
4.silakan gunakan jasa live chat kami untuk membantu anda dalam mengklaim bonus PROMO
OLIVIACLUB

WARNING….!!!!!
apabila pemain belum melakukan deposit dan mencoba untuk mengklaim bonus.. maka id akan
kami blokir/delete secara permanen.
transfer chip tidak di perbolehkan dan akan di tindak tegas

regallia soh

11 Juli 2014 at 01:59

Balas
[…] Sumber : Cerpen Kompas (https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/06/24/perempuan-balian/)
[…]

Cerpen : Perempuan Balian | Angga Tepian Notes

26 Juli 2014 at 01:05

Balas
bagus, intinya sederhana tapi bagus kata2nya

sabil

4 Januari 2015 at 13:21

Balas
[…] Perempuan Balian | Kumpulan Cerpen Kompas – Sebelum peristiwa malam itu yang akan
kuceritakan nanti, Idang dikenal sebagai perempuan kurang waras. Kerap mengamuk kesurupan,
dan meracau menceritakan …… […]

Gelang Kaki Perempuan | Cari Aksesoris Wanita

17 Januari 2015 at 05:50

Balas
[…] Perempuan Balian | Kumpulan Cerpen Kompas – Sebelum peristiwa malam itu yang akan
kuceritakan nanti, Idang dikenal sebagai perempuan kurang waras. Kerap mengamuk kesurupan,
dan meracau menceritakan …… […]

Gelang Tangan Perempuan | Cari Aksesoris Wanita

17 Januari 2015 at 07:16

Balas
Reblogged this on Hari Hujan.

widyas

21 September 2015 at 13:30

https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/06/24/perempuan-balian/#more-1603 8/9
11/6/21, 9:56 PM Perempuan Balian | Kumpulan Cerpen Kompas

Balas

Blog di WordPress.com.

https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/06/24/perempuan-balian/#more-1603 9/9

Anda mungkin juga menyukai