Anda di halaman 1dari 4

7 UNSUR KEBUDAYAAN

SISTEM KEPERCAYAAN (MITOLOGI) SUNDA Mitologi atau mitos adalah ilmu tentang kesusastraan yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan mahluk halus dalam suatu kebudayaan.

Sistem kepercayaan dalam masyarakat sunda.

Alam semesta

Hari Baik dan Hari Buruk

Tempat-tempat tertentu

Pertanda

Sistim Kepercayaan

Mahluk-mahluk halus

Cerita Rakyat

Kekuatan Magis

Kepercayaan terjadinya alam semesta

Dunia atas Dunia tengah

Dunia bawah

KALA (Penjaga Waktu) adalah mahluk gaib yang selalu berpindah menurut arah jarum jam. Orang selalu menghindar bertemu dengan kala/ mapag kala, jika bertemu dengan kala orang tersebut akan mendapat malapetaka, sial/ akan berakibat buruk. Mitologi tentang terjadinya tempat-tempat tertentu Mitologi tentang terjadinya tempat tertentu disebut legenda. Misalnya gunung tangkuban perahu (Sangkuriang-Dayang Sumbi). Kepercayaan pada tumbuh-tumbuhan tertentu, misalnya Padi. Padi dalam masyarakat Sunda merupakan tumbuhan yang memiliki sifat-sifat kedewaan, padi dianggap sebagai penjelmaan dewa padi sehingga padi mendapat perlakuan istimewa dibandingkan dengan perlakuan manusia terhadap tumbuhan dan tanaman lain. Perlakuan terhadap padi biasanya disertai dengan upacara-upacara dan sesajen oleh petani orang Sunda sejak menanam, menuai dan di lumbung. Asal mula Padi (Mitologi Dewi Sri). - Tetesan air mata Dewa Naga Anta (dunia bawah). - Tiga tetesan itu berubah menjadi telur. - Dua telur jatuh ke Bumi menjadi kalabuat dan Budug Basu. - Nyi pohaci sakit dan meninggal. - Setelah dewasa, Dewa Guru ingin memperistri nyi Pohaci. - Satu butir lagi menetas menjadi bayi erempuan cantik yang diberi nama Nyi Pohaci. - Nyi Pohaci dikuburkan di dunia tengah (tempat kehidupan manusia). - Dari kuburan Nyi Pohaci muncul tanaman-tanaman yang berguna bagi manusia Sunda. - Inti Mitologi? Inti Mitologi Dewi sri. Dewa Guru memerintahkan Batara Semar untuk mengembangkan tanaman-tanaman itu di kerajaan Padjadjaran. Semua tumbuhan itu asalnya dari tubuh perempuan dunia atas, nyi Pohaci pemberi hidup adalah indung/ibu, dan lelaki itu melengkapi. Di beberapa daerah di Jawa Barat upacara yang dilakukan untuk mengiringi penyimpanan padi kedalam lumbung masih dilakukan secara besar-besaran. Misalnya : 1. upacara seren taun. 2. upacara menumbuk. Menikmati pertama kali padi dipanen pada satu musim disebut upacara ngalaksa. 3. kebiasaan suku bangsa sunda menyimpan padi atau beras di tempat khusus disebut padaringan/gentong. Dan ditempatkan pada suatu ruangan yang terletak di bagian dapur Goah. Kebiasaan memberi sesajen di tempat Goah disebut Nyuguh.

Kepercayaan terhadap mahluk-mahluk halus. Animisme : kepercayaan terhadap adanya mahluk-mahluk halus dan roh nenek moyang. Dinamisme : kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib/magis secara umum. Fetimisme : kepercayaan bahwa benda-benda memiliki kekuatan gaib/magis.

Kepercayaan terhadap kekuatan Gaib/Magis. Kepercayaan terhadap kekuatan Gaib/Magis adalah kepercayaan terhadap benda-benda, tumbuhan, hewan, diri manusia yang ada di alam semesta dan pada kata yang diucapkan yang biasa disebut mantra. Penggunaan kekuatan magis oleh manusia dalam kehidupannya dapat dilihat dari maksud dan tujuan penggunaannya. Mantra terbagi kedalam dua bagian. Yaitu mantra putih yang biasa digunakan untuk mengobati,kesuburan, melawan ilmu hitam dan berbuat kebaikan. Sedangkan mantra hitam biasanya digunakan untuk kejahatan seperti menyihir, santet, dll.

Kepercayaan terhadap cerita rakyat. Kepercayaan terhadap cerita rakyat adalah kepercayaan yang berhubungan dengan alam, nenek moyang. Mitologi ini berhubungan dengan sastra lisan dan pandangan hidup orang sunda. Misalnya cerita si kabayan. Fungsi umum dari cerita rakyat adalah sebagai sarana hiburan, sarana pendidikan (mengandung pesan moral). Sebagai penggalang rasa kesetiakawanan di antara warga masyarakat (hidup dalam kebersamaan dan kesatuan). Sebagai pengokoh nilai-nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat (etika, moral).

Kepercayaan terhadap pertanda. Mitologi terhadap pertanda baik berasal dari alam, tumbuh tumbuhan, hewan dan diri manusia sendiri yang menunjukan pertanda baik atau buruk merupakan salah satu kepercayaan yang umum berlaku dalam kehidupan masyarakat sunda. Misalnya bila mendengar suara siul burung uncuing, atau orang kejatuhan cecak, atau kekerenyedan mata juga mendenging kuping kiri maupun kanan. Itu semua pertanda. Di daerah Cicalengka, kepercayaan terhadap pertanda masih berjalan. Misalnya jika ada kucing yang bertengkar, segera untuk dipisahkan atau di usir, karena jika tidak, maka akan terjadi petengkaran. Juga, jika mata sebelah kanan berdenyut, maka ada seseorang yang sedang merindukan. Juga jika kuping kiri atau kanan kita berdengung, maka ada yang sedang membicarakan kebaikan/keburukan kita. Kiri = keburukan, kanan = kebaikan.

Kepercayaan adanya hari baik-buruk. Kepercayaan terhadap hari baik dan buruk bertumpu pada perhitungan hari, pasaran, bulan dan tahun. Alat menghitung hari pada suku Sunda disebut Tunduk. Hasil Perhitungan : - Sri : Padi. Yaitu pangan, kemakmuran. - Lungguh : Kedudukan. Yaitu jabatan, kehormatan. - Dunya : kekayaan. Yaitu duniawi, kekayaan materi. - Lara : sengsara, yaitu kesengsaraan hidup. - Pati : mati, yaitu kematian.

Sistem pengetahuan (makna nama : cara berpikir masyarakat Sunda) Nama merupakan salah satu upaya pelabelan terhadap sesuatu. Pemberian nama terhadap sesuatu tersebut menyangkut pola berpikir suatu masyarakat dan diduga merupakan gejala yang universal. - Mahluk - Benda - Situasi Nama merupakan salah satu upaya terhadap sesuatu. Pada masyarakat Sunda untuk membedakan aktivitas leumpang berjalan saja tidak kurang dari 60 penamaan. Penamaan itu sesuai dengan sifat atau keadaan aktivitas berjalan itu dilakukan. Pembedaan aktivitas sesuai dengan sifat atau keadaannya menggambarkan bahwa masyarakat Sunda memiliki pola berpikir. Nama adalah identitas diri dan itu merupakan sesuatu yang sakral. Nama bukan sekedar pembeda dari orang lain. Kesakralan itu dibuktikan dengan adanya kepamalian pertabuan. Ekspresi ulah nyebut ngaran kolot matak hapa hui. Pasangan yang mempunyai anak tabu disebut-sebut namanya lagi. Masyarakat sunda tidak suka jika namanya menjadi perbincangan orang lain terlebih menjadi olok-olok. Orang meninggal namanya tidak boleh disebut-sebut. Nama merupakan sesuatu yang sakral, juga sebagai identitas diri menunjukan status sosial. Menak. Santana. Somah. (status sosial). Nama sebagai identitas diri. Misalnya : Suria (Sumedang) Wira (Sukapura) Wiranatakusumah (Bandung) Tanu (Cianjur) Inisial fonem g misalnya Ginardi, Garmilah, Galuh, dll. (Wilayah Ciamis).

Anda mungkin juga menyukai