BAB I
PENDAHULUAN
tersebut dengan elemen-elemen lain dari daya yang terdapat dalam alam
dan kuasa jahat yang terdapat dalam alam semesta, dan dapat
sejarah bangsa kita yang percaya terhadap hal-hal yang berbau mistis,
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) arti kata dukun adalah
umumnya.
berhubungan erat dengan alam gaib dan alam kenyataan diresapi oleh
menyesuaikan diri dengan kekuatan gaib dan agar kekuatan gaib tersebut
pernikahan.
dukun yang menarik perhatian untuk diteliti adalah dukun lintrik, ilmu
lintrik tentunya tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat jawa. Ilmu
lintrik atau ilmu pelet adalah salah satu ilmu pengasihan jawa kuno yang
sampai saat ini masih ada. Dalam prakteknya, ilmu ini menggunakan
media kartu ceki atau kartu belanda dalam meramal dan mempelet
seseorang.
Menurut Ibu Sri (48), salah satu dukun lintrik yang berada di
ilmu lintrik sangat dahsyat sekali dan tidak sembarangan orang yang bisa
oleh para pendahulu dukun lintrik tersebut meskipun ada juga yang
menaruh kartu lintrik pada tengah malam dalam kuburan leluhurnya yang
jumat legi adalah malam yang penuh dengan kekeramatan dan memiliki
kain putih atau kain kafan dan diambil menjelang fajar, namun juga ada
leluhur yang memiliki ilmu lintrik ketika masa hidupnya adalah untuk
(dimasak) kartu lintrik di dalam bejana terbuat dari tanah liat dengan api
yang berasal dari pembakaran dedaunan yang ada di sekitar rumah. Kartu
menyebabkan gatal), sekam, serbuk padi (dedak padi), segala jenis duri
dan cabe, lalu kartu tersebut dimasak sebentar saja karena hanya untuk
rasa gatal tersebut bertujuan untuk membuat seseorang yang dipelet akan
semua ritual dilakukan maka kartu lintrik tersebut bisa digunakan, namun
satu hal yang harus diperhatikan bahwa kartu lintrik yang sudah berada
ditangan dukun tidak boleh dipegang atau disentuh oleh pasien yang
lawan jenis karena apabila kartu lintrik tersebut terpegang maka daya
ilmu lintrik dimiliki oleh para pekerja seks yang menggunakan ilmu
datang, selain itu ilmu lintrik dulunya juga dimiliki oleh para istri-istri
yang menjadi istri kedua dan ketiga dengan tujuan untuk membuat
profesi sebagai dukun lintrik ditekuni oleh perempuan. Hal inilah yang
lebih kuat, tingkat resiko dan bahaya yang lebih tinggi, sering keluar
ini tercermin dari sifat maskulinitas yang dimiliki laki-laki. Ada pula
masih jarang kita temukan. Mungkin yang sering kita dengar adalah
dengan secara turun temurun, belajar secara praktis atau dengan cara lain
pada umumnya, kultur Jawa adalah kultur yang tidak memberi tempat
sini, dianggap jauh lebih toleran dan dinilai memberi posisi yang lebih
baik bagi perempuan. Akan tetapi, jika dilihat dalam realitas kekuasaan
perempuan Melayu (Asia Tenggara) secara lebih jeli, lebih khusus lagi
ciri umum seorang perempuan Jawa. Stigma inferior tadi menjadi sebuah
pada awal abad ke-20. Persepsi publik mungkin menganggap bahwa era
perempuan Jawa maupun para istri raja Jawa yang memiliki peranan
term wanita. Wanita dimaknai dengan wani ditata dan sekaligus wani
Kerja sama layaknya sebuah tim antara suami dan istri menjadi kunci
Jawa dan istri para raja Jawa yang melebihi lelaki. Pada semasa Kerajaan
Roro Mendut, yang berani menentang sistem perpajakan yang tak adil di
pemasaran rokok yang cukup canggih pada masa itu (Ensiklopedi Istri-
feminisme dalam budaya ketimuran telah ada dalam wujud yang berbeda.
budaya tidak sama. Dengan kata lain, feminisme Jawa tidak bisa
keterkekangan karena nilai dan norma yang ditanamkan sejak kecil itu
Jika dilihat dalam kacamata budaya timur, tingkah laku para perempuan
sendiri.
egaliter. Penanda simbolik yang tampak jelas dari tipe kebudayaan ini
(ngoko) dan bahasa campuran (dua bahasa daerah atau lebih). Konsep
harapan akan diperoleh suatu gambaran yang jelas tentang Dukun Lintrik
Antropologi Feminis.
dan masyarakat?
masyarakat?
10
masyarakat
masyarakat
1.4 Kontribusi
11
dan masyarakat.
12