Uas Teori
Uas Teori
1706973211
Dosen Pengajar:
Irwan M. Hidayana
Rhino Ariefiansyah
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
UNIVERSITAS INDONESIA
I. PENDAHULUAN
Buku yang berjudul “Witchcraft, Oracles, and Magic among the Azande”
merupakan etnografi karya E. E. Evans-Pitchard yang diterbitkan pada tahun 1976
merupakan buku etnografi yang menjelaskan tentang orang Azande di Sudan, Afrika.
Penulis membahas kehidupan sosial mereka yang berhubungan dengan konsep
kepercayaan dan ritus yang terkandung dalam suku Azande. Kepercayaan yang
diterapkan oleh Azande yaitu witchcraft dan magic yang mempengaruhi dan
terefleksi terhadap kehidupan sosial mereka. Etnografi ini menjelaskan bagaimana
mereka menerapkan kepercayaannya dengan adanya witchcraft dan bagaimana
mereka mempraktikkannya dalam kehidupan nyata, serta peran witchcraft dengan
kehidupan mereka sehari-hari, termasuk gagasan terhadap magic, oracles, dan witch-
doctor. Etnografi ini juga mengandung proses kejadian-kejadian penting dalam
kehidupan Azande secara detail. Witchcraft, oracles, dan magic merupakan segitiga
utama yang dibahas dalam etnografi ini dan merupakan hal signifikan yang
mempengaruhi prosedur dan ideologi dalam kematian.
Oracles juga dibahas dalam buku ini. Oracles merupakan salahsatu metode
bagi orang Azande untuk melakukan konsultasi dan mereka turut mengikuti arahan
yang diberikan dari ramalan tersebut. Oracles yang digunakan oleh Azande yaitu
poison oracle atau disebut juga benge yang terbuat dari racun yang ditemukan di
hutan. Terdapat keraguan dari orang Azande sendiri mengenai reliabilitas dari poison
oracle.
Oleh karena itu, memang witchcraft, oracles, dan magic dapat dikatakan sulit
untuk dimengerti karena masih terdengar asing bagi kita. Evans-Pitchard menekankan
pada kebenaran dalam keyakinan orang Azande ketika mereka mempercayai adanya
witchcraft yang kemudian diinterpretasikan oleh mereka ke dalam situasi dan
hubungan sosial mereka.
II. PEMBAHASAN
“I found it strange at first to live among the Azande and listen to naïve
explanations of misfortunes which, to our minds, have apparent
causes, but after a while I learnt the idiom of their thought and
applied notions of witchcraft as spontaneously as themselves in
situations where the concept was relevant. A boy knocked his foot
against a small stump of wood in the center of a bush path, a frequent
happening in Africa, and suffered pain and inconvenience in
consequence. Owing to its position on his toe it was impossible to keep
the cut free from dirt and it began to fester. He declared that
witchcraft had made him knock his foot against the stump... I told the
boy that he had knocked his foot against the stump of wood because he
had been careless, and that witchcraft had not placed it in the path,
for it had grown there naturally. He agreed that witchcraft had
nothing to do with the stump of wood being in his path but added that
he had kept his eyes open for stumps, as indeed every Zande does most
carefully and that if he had not been bewitched he would have seen the
stump. As a conclusive argument for his view he remarked that all cuts
don’t take days to heal but, on the contrary, close quickly, for that is
the nature of cuts. Why, then, had his sore festered and remained open
if there were no witchcraft behind it? This, as I discovered before
long, was to be regarded as a Zande explanation of sickness.”
(Evans-Pitchard: 20)
Berdasarkan kutipan tersebut, penulis sempat mengkritisi bagaimana seorang
anak laki-laki menyalahkan witchcraft sebagai alasan mengapa ia bisa tersandung dan
jatuh saat berada di hutan. Namun, ketika berbicara dengan Azande tentang
bagaimana witchcraft dan mengamati reaksi mereka terhadap situasi malapetaka,
penulis menemukan bahwa mereka tidak berusaha mempertanggungjawabkan
keberadaan fenomena oleh sebab mistik saja. Apa yang mereka jelaskan mengenai
witchcraft merupakan kondisi tertentu yang berantai mulai dari sebab-akibat yang
menghubungkan seorang indivdu dengan kejadian-kejadian sedemikian rupa
sehingga anak tersebut terluka. Hal ini merupakan cara orang Zande menjelaskan
suatu penyakit yang dihubungkan dengan witchcraft. Sesuai dengan salah satu prinsip
etnografi yaitu people in context, penulis menempatkan keyakinan Zande dengan
menjelaskan perbandingan konteks Zande dengan konteks kuta dalam memahami
kejadian yang tidak beruntung.
“At the present time there are no longer means of bringing a witch to
the fore by an act of public vengeance. All is vagueness and confusion.
Each small group of kinsmen act in private slaying witches by their
magic unknown to the rest of the Only the prince knows what is
happening, and he is silent. The same death is considered by
neighbours as death and lit more, by kinsmen as an act of witchcraft,
by the kinsmen of other dead men as an act of their magic. In matters
other than death it is possible for one set of people to say that their
oracle has exposed a man for bewitching one of their kinsmen, while
the friends and relatives of the accused may easily deny the imputation
and say that he blew out water as a mere matter of form because there
is no certainty that the oracle has spoken the truth or even has ever
been consulted at all, for it is not a prince's oracle. Hence it is,
perhaps, not extraordinary that I should never have heard a
confession of witchcraft.”
(Evans-Pitchard: 64)
Hal ini merupakan pengaruh dari Inggris yang tidak mengizinkan pembalasan
dendam secara langsung terhadap seorang witch ataupun menerima kompensasi
bayaran atas kejahatan ‘khayalan’ yang telah ia lakukan. Maka dapat dikatakan
bahwa terjadi banyak perubahan dalam kebudayaan dan kepercayaan Zande sejak
masuknya pengaruh Inggris ke Sudan. Terbukti dalam kutipan berikut:
Ritus yang dilakukan oleh Zande juga terdapat berbagai macam variasi
mengenai apa yang dikatakan dan dilakukan dalam rangkaian perkataan dan
perbuatan. Rangkaian ritual ditentukan oleh kebutuhan teknis dan common sense.
Terlihat dalam kutipan berikut:
“Good magic and sorcery alike involve magical rites using objects
fashioned from trees and plants. These objects have called 'medicines'.
After more or less preparation they are used to attain certain ends. A
Zande preparation they de rite is not a formalized re used to attain
cert air. certain actions a man must perform these actions depends on
the logic perform, but the of the rite and it is seldom that often
sequence ritual acts is determined not otherwise condition its efficacy.
Hence seldom does not one ne observes a particular rite performed in
way on several occasions. There are usually variation large
variations, in what is said and done and in the of words and actions.
The sequence of ritual acts is determined solely by technical needs
and common sense.”
(Evans-Pitchard: 176-177)
“I wish to emphasize that to a Zande the who equivalent to the we use the
whole idea of ‘pe zunga’ is equivalent to the carrying out of justice in the
sense in which on in our own society. Magic used against persons can only
community if it acts regularly and impartially.”
(Evans-Pitchard: 189)
Evans-Pitchard menjelaskan bagaimana Zande menerapkan pe zunga sama
saja dengan pelaksanaan keadilan dalam masyarakat kita sendiri. Penulis juga
mengungkapkan bahwa ia menekankan koherensi keyakinan Azande ketika mereka
dianggap bersama dan diimplementasikan ke dalam hal situasi dan hubungan sosial.
Selain itu, penulis juga menunjukkan plastsitas keyakinan sebagai suatu fungsi dalam
situasi yang merupakan kumpulan gagasan yang fleksibel.
Perlu diingat bahwa witches hanya menyakiti orang lain yang berada di
sekitarnya, dan semakin dekat dirinya dengan korban, maka semakin serius ia
menyerang korbannya. Hal ini dikarenakan orang yang tinggal berjauhan memiliki
interaksi yang kurang cukup untuk menghasilkan rasa benci antar sesama. Maka
Zande cenderung menjaga sikapnya terhadap tetangga dan orang-orang terdekat
untuk menghindar munculnya rasa kesal dan benci antar sesama. Kita perlu ingat
bahwa pemahaman tersbut merupakan fungsi dari situasi malapetaka serta merupakan
fungsi dari hubungan pribadi Azande.
III. PENUTUP
Menurut saya, etnografi ini sangat bermanfaat untuk melihat lebih dalam
mengenai kepercayaan dan pemahamannya. Evans-Ptchard memiliki tujuan untuk
memperoleh pemahaman lebih dalam mengenai hal-hal yang bersifat ‘aneh’ dan
menjadikannya sebagai oposisi biner terhadap pandangan dan pengalamannya
sendiri. Maka untuk mempelajari sesuatu yang berbeda, perlu kita lihat secara
kontekstual dan dengan itu kita dapat melihat bagaimana suatu hal yang dianggap
aneh dan tidak logis seperti witchcraft menjadi lebih masuk akal. Etnografi ini
mengangkat pertanyaan tentang apa saja yang dianggap berfikir rasional yang tidak
hanya berlaku dalam kebudayaan Azande saja, tetapi juga berlaku dalam kebudayaan
manapun.
Etnografi ini sangat baik untuk memahami bagaimana sesuatu yang luar biasa
seperti witchcraft, magic, dan oracles yang memberikan perspektif yang pada
sebelumnya belum kita ketahui. Witchcraft dapat didefinisikan sebagai penggunaan
kekuatan supernatural dengan tujuan memperoleh kontrol terhadap orang lain.
Witchcraft juga dapat dikatakan bertentangan dengan pemahaman kita dan buku ini
memberikan rasionalitas bagi pembacanya dengan cara penulis dapat menafsirkan
cara hidup Azande dari budaya yang mereka terapkan. Untuk memahami bahwa
keyakinan Azande terhadap witchcraft adalah ‘rasional’, peneliti harus memahami
latar belakang dari bagaimana bisa terbentuknya keyakinan tersebut.
Saya sendiri tidak percaya bahwa witchcraft dapat mempengaruhi saya dalam hal
ketika saya dalam kondisi sakit ataupun terkena situasi yang tidak beruntung. Namun,
Azande memiliki kebudayaan yang unik dan kehidupan mereka yang dipenuhi misteri
dan petualangan dari ilmu sihir, memberikan mereka alat untuk melakukan hal-hal
yang saya tidak dapat lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Evans-Pitchard, E. 1976. Witchcraft, Oracles, and Magic Among the Azande. New
York: Oxford University Press.