Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas budaya mistisisme pada masyarakat yang mendorong hadirnya
sastra bermuatan pesan mistisisme. Antologi cerpen berjudul Kumpulan Budak Setan merupakan salah satu
karya bersama Eka Kurniawan, Intan Paramaditha, dan Ugoran Prasad yang memiliki muatan mistisisme.
Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan motif mistisisme ditinjau dari perjalanan dan tujuan
mistisisme pada karya Eka Kurniawan dengan menggunakan kajian mistisisme Niels Mulder. Penelitian
ini tergolong penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data studi pustaka dan simak catat.
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah content analysis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tokoh dalam cerpen Penjaga Malam, Taman Patah Hati, dan Jimat Sero cenderung melakukan
perjalanan mistisisme dalam tahap terendah yaitu tahap syariah atau sarengat dengan tujuan mistisisme
yang terealisasi dalam bentuk tapa. Ditinjau dari perjalanan dan tujuan mistisisme, cerpen Penjaga Malam
memiliki motif positif yang terealisasi dengan tujuan membantu memecahkan masalah orang lain atau
bersama dan menghancurkan sarana magis yang buruk. Berbeda dengan cerpen Penjaga Malam, cerpen
Taman Patah Hati dan Jimat Sero memiliki motif egoistis atau pamrih yang terealisasi dengan tujuan
untuk mendapatkan keuntungan yang bersifat pribadi.
Kata Kunci: mistisisme, Niels Mulder, motif
Abstract
This research is motivated by the cultural reality of mysticism in society which encourages the presence
of literature with messages of mysticism. The short story anthology entitled Kumpulan Budak Setan is
one of the collaborative works of Eka Kurniawan, Intan Paramaditha, and Ugoran Prasad which has a
mysticism content. The focus of this research is to describe the motives of mysticism in terms of the
journey and purpose of mysticism in Eka Kurniawan's work using Niels Mulder's mystical studies. This
research is classified as a qualitative descriptive study with the data collection technique of literature
study and note taking. The analysis technique used in this research is content analysis. The results showed
that the characters in the short stories of Penjaga Malam, Taman Patah Hati, and Jimat Sero tended to
travel mysticism in the lowest stage, namely the sharia or sarengat stage with the aim of mysticism being
realized in the form of tapa. Judging from the journey and purpose of mysticism, the short story of
Penjaga Malam has positive motives which are realized with the aim of helping solve other people's or
collective problems and destroying bad magical means. In contrast to the short stories of Penjaga Malam,
the short stories of Taman Patah Hati and Jimat Sero have selfish or selfish motives that are realized with
the aim of obtaining personal gain.
Keywords: mysticsm, Niels Mulder, motive.
1
demit, pocong), dan keyakinan berbau sihir (pesugihan, dalam diri demi memperoleh penyatuan dengan jati diri.
santet, pelet) (Geertz, 1960:86). Penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan
Mistisisme juga dapat dijumpai dalam karya penelitian Nisa tersebut. Persamaannya adalah dalam hal
sastra. Beberapa cerpen karya Eka Kurniawan yang penggunaan teori yang digunakan dalam analisis data.
berjudul Penjaga Malam, Taman Patah Hati, dan Jimat Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan teori
Sero merupakan contoh karya bermuatan mistisime yang mistisisme Niels Mulder. Perbedaannya terletak pada
menjadi sumber data dalam penelitian ini. Keseluruhan sumber data penelitian yang digunakan. Kedua,
cerpen tersebut menyatu dalam sebuah antologi yang penelitian berjudul Eksistensi Mistisisme dalam Novel
berjudul Kumpulan Budak Setan bersama dengan karya Amba Karya Laksmi Pamuntjak (Setiawan, 2019). Hasil
Intan Paramaditha, dan Ugoran Prasad. Pesan-pesan penelitian ditemukan eksistensi mistisisme tokoh utama
mistisime dalam ketiga cerpen karya Eka Kurniawan dalam novel Amba karya Laksmi Pamuntjak pada tataran
tersebut dapat dilacak dari judul dan isinya. Ketiga paling rendah yakni sarengat/syariah. Persamaan pada
cerpen tersebut sarat dengan kisah-kisah yang penelitian kedua terletak pada penggunaan teori
mengerikan, antara lain mengenai pembunuhan berdarah mistisisme Niels Mulder. Perbedaannya pada sumber data
dingin, bangkitnya arwah penasaran, kekuatan magis, penelitian yang digunakan. Ketiga, penelitian berjudul
dendam roh halus, keyakinan atau kepercayaan pada hal- Menguak Cerita Horor karya Eka Kurniawan dalam
hal yang bersifat magis seperti percaya pada dukun, Kumpulan Budak Setan: Sebuah Kajian Formula
pohon tua, dan kuburan, laku meditasi (tapa atau samadi) (Hapsoro, 2019). Hasil penelitian ditemukan bahwa
di tempat yang dipercaya dapat mengabulkan setiap formula horor yang ditunjukkan Eka Kurniawan dalam
permintaan serta mendatangkan keuntungan bagi pelaku antologi cerpen Kumpulan Budak Setan didominasi oleh
praktik mistisisme. horor jenis psikologi yang menunjukkan sisi hewani
Pada penelitian ini, muatan mistisisme akan manusia yang terpengaruh oleh tindakan kejahatan dan
dianalisis menggunakan teori dari Niels Mulder yang horor hantu yang menunjukkan kemunculan sosok
bersumber dari buku Mistisisme Jawa: Ideologi di makhluk halus, siluman, penyihir, dukun, dan lain-lain.
Indonesia. Bagi Mulder, mistisisme adalah manifestasi Persamaan pada penelitian ketiga terletak pada
dari sebuah kerahasiaan yang dipandang sebagai suatu penggunaan sumber data penelitian yang digunakan
urusan yang bersifat pribadi dan dianggap menyentuh yakni karya Eka Kurniawan dalam antologi cerpen
sebuah kepercayaan dan religiusitas pribadi. Mistisisme Kumpulan Budak Setan. Perbedaannya terletak pada
dianggap sebagai persoalan pribadi tiap individu karena penggunaan teori, jika penelitian ini menggunakan teori
menyentuh sebuah kepercayaan dan religiusitas masing- Mistisisme Niels Mulder, Hapsoro (2019) memilih
masing individu. Dipilihnya cerpen karya Eka Kurniawan menggunakan teori formula dari John G. Cawelti untuk
didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: pertama, memecahkan penelitiannya.
adanya fenomena mistis dan bersifat magis yang perlu Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, fokus
dikuak pada cerpen tersebut; kedua, pentingnya penelitian ini sebagai berikut (1) mendeskripsikan motif
membedah motif mistisisme yang terdapat dalam mistisisme ditinjau dari perjalanan dan tujuan mistisisme
antologi cerpen tersebut; ketiga, pentingnya antartokoh dalam cerpen Penjaga Malam (2)
mengungkapkan menemukan motif dan praktik mendeskripsikan motif mistisisme ditinjau dari
penyelenggaraan mistisisme dan dampak negatif yang perjalanan dan tujuan mistisisme antartokoh dalam
ditimbulkan bagi si pelaku. cerpen Taman Patah Hati (3) mendeskripsikan motif
Penelitian mengenai mistisisme pernah dilakukan mistisisme ditinjau dari perjalanan dan tujuan mistisisme
sebelumnya oleh beberapa peneliti. Pertama, penelitian antartokoh dalam cerpen Jimat Sero (4) mendeskripsikan
berjudul Motif dan Eksistensi Mistisisme dalam Novel persamaan dan perbedaan motif mistisisme ditinjau dari
Misteri Perawan Kubur, Dendam Iblis Cantik, dan Dosa perjalanan dan tujuan mistisisme antartokoh pada karya
Turunan Karya Abdullah Harahap (Nisa, 2019). Hasil Eka Kurniawan dalam antologi cerpen Kumpulan Budak
penelitian menunjukkan bahwa: (1) struktur cerita yang Setan.
paling menonjol pada tiap-tiap novel adalah pada bagian Motif adalah suatu kondisi yang berkaitan
alur, (2) adanya motif berupa motif egoistis yang dengan hasrat seseorang untuk mencapai kepuasan
terealisasi oleh tokoh dalam tindakan memperoleh melalui beberapa perjalanan yang didasari oleh tujuan
kepuasan pribadi dan motif positif yang terealisasi oleh tertentu (Natawijaya (1980: 78). Mistisisme adalah
tokoh dalam tindakan memperoleh keberuntungan demi manifestasi dari sebuah kerahasiaan yang dipandang
kebaikan bersama, (3) eksistensi mistisisme dalam novel sebagai suatu urusan yang bersifat pribadi dan dianggap
yang terealisasi oleh tokoh dalam mengesampingkan menyentuh sebuah kepercayaan dan religiusitas pribadi.
keberadaan luar diri dan menundukkan pada batin atau (Mulder, 2001:2). Motif mistisisme adalah suatu kondisi
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
yang berkaitan dengan hasrat seseorang dalam didasari dengan pendekatan diri baik kepada Tuhan atau
menyentuh kepercayaan dan religiusitas melalui beberapa selain Tuhan (Mulder, 2001: 49-50).
perjalanan dan laku yang dasari oleh tujuan tertentu. Mengacu pada pendapat Mulder ini dapat
Terdapat dua jenis motif mistisisme, yaitu motif egoistis disimpulkan bahwa sesungguhnya tidak mudah bagi
atau pamrih dan motif positif. Motif egoistis atau pamrih seseorang untuk menjalankan laku mistisisme.
dipandang sebagai tindakan penuh dosa, mengacaukan Diperlukan perjalanan panjang yang penuh rintangan
ketertiban kosmis atau kehendak ilahiah. Motif ini biasa dalam menyelesaikan keempat tahapan sehingga
dinamakan ilmu hitam. Motif mistisisme kedua yakni mencapai tahapan tertinggi. Tahap saringat (=syariat),
motif positif didasari oleh tujuan yang baik dan merupakan tahapan terendah disebut tahapan yang
bertanggung jawab. Motif kedua ini dipandang sebagai bersifat lahiriah (=fisik), katon (=kelihatan) yakni melalui
sesuatu yang baik. Motif positif biasanya digunakan perilaku-perilaku atau ajaran-ajaran yang harus dilakoni
dalam suatu kebaikan seperti upacara-upacara adat (-dijalankan) oleh seseorang sesuai dengan syarat-syarat
(selametan) yang digunakan untuk tujuan religi atau yang ditentukan dibarengi dengan semacam ritual-ritual
menyembuhkan orang (Mulder, 2001: 50-51). dan doa-doa tertentu yang bersifat fisik misalnya bertapa
Praktik mistisisme ditempuh melalui beberapa atau bersemedi, berpantang, dan lain-lain. Dilanjutkan
perjalanan yang akan mengantarkan seseorang pada dengan tahap tarekat yang merupakan perjalanan yang
pemahaman dan penyingkapan kasunyatan (=kebenaran). tidak lagi bersifat fisik melainkan lebih pada bersifat
Mulder (2001: 48-49) mengemukakan bahwa suatu rohaniah. Pada tahap ini, laku dan doa dijalani dengan
perjalanan mistisisme dilakukan dalam empat tahap, suatu keyakinan bahwa sebenarnya yang dituju itu berada
dari tahap rendah hingga tinggi. Pertama, tahap terendah dalam diri sendiri. Pada tahap ketiga yakni hakekat,
dari perjalanan mistik adalah sarengat atau syari’ah. seseorang dipercaya akan dapat mencapai jalan sempit
Pada tahap ini seseorang mengindahkan dan hidup sesuai menuju kehidupan yang disebut ibadah yang permanen,
dengan pranata sosial dan hukum akan apa yang diyakini. sehingga dia bisa mencapai tahapan tertinggi yankni
Kedua, dinamakan tahap tarekat, yaitu laku yang makrifat yaitu penyatuan jiwa si pelaku dengan alam
dijalankan bukan sekadar menggerakan anggota tubuh semesta yang berifat universal. Tahap ini menjadi tujuan
dan melafalkan bacaan, melainkan sebagai suatu upaya semua laku, yakni didapatkannya kekuasaan serta
mulia dan suci untuk menjumpai apa yang diyakininya inspirasi dari kekuataan-kekuataan sakti didasari dengan
dalam keberadaan diri yang paling dalam. Tahap ketiga, pendekatan diri baik kepada Tuhan atau selain Tuhan.
jalan semakin menyempit disebut sebagai tahap hakekat.
Pada tahap ini menunjukkan bahwa kehidupan dan METODE
perilaku menjadi suatu ibadah permanen kepada apa yang Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
diyakini. Tahap keempat, merupakan tahap terdalam atau kualitatif karena memanfaatkan cara-cara penafsiran
tertinggi yakni makripat. Pada tahap ini, jiwa individu dengan menyajikannya dalam bentuk deskriptif. Sumber
berbaur dengan jiwa universal, tindakan sudah menjadi data pada penelitian ini berupa karya sastra sehingga
laku yang sepenuhnya murni, tidak peduli apa pun yang pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif.
dilakukan orang itu entah bekerja, bermeditasi, berak, Pendekatan objektif menganggap karya sastra terpisah
tidur, atau makan. dari semua titik referensi eksternalnya. Menganalisis
Dalam ajaran mistisisme, salah satu cara menggunakan pendekatan objektif berarti mengkaji karya
seseorang melatih aspek lairnya (=lahir) yakni dengan sastra sebagai ciri khas teks sastra yang dibentuk oleh
cara tapa (asketisisme) antara lain puasa, beribadah, bagian-bagian intrinsik dari karya itu sendiri. Data dalam
berpantang melakukan hubungan seksual, meditasi, penelitian ini berupa satuan sintaksis yang memuat fokus
bangun sepanjang malam, berjaga di kuburan orang sakti, penelitian berupa kalimat yang menunjukkan adanya
atau menyepi di gunung dan goa. Tujuan tapa adalah motif mistisisme. Teknik pengumpulan data yang
penyucian diri guna menyatu dengan apa yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan
diyakininya. Langkah selanjutnya yakni samadi, suatu simak catat. Studi pustaka digunakan sebagai teknik
keadaan pikiran yang dapat digambarkan sebagai sebuah pengumpulan data dalam penelitian ini melalui proses
konsentrasi di mana akan terlepas dari dunia, di situ pemerolehan berbagai sumber yang berkaitan dengan
orang menjadi terbuka untuk menerima tuntunan ilahiah objek penelitian. Di samping itu, diperlukan juga teknik
dan pada akhirnya mengetahui misteri kehidupan serta simak catat guna memperoleh segala informasi mengenai
pengungkapan asal dan tujuan. Melalui tapa dan samadi data penelitian dengan menyimak sumber data, mencatat,
orang dapat menembus semesta alam dan memperoleh dan menyusunnya menjadi sebuah analisis antologi
kekuasaan serta inspirasi dari kekuataan-kekuataan sakti cerpen menggunakan teori mistisisme. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis content analysis untuk
3
membuat inferensi yang dapat direplikasi (ditiru) dengan siapa pun. Ia harus mengunci pintu rapat-rapat”
memperhatikan konteksnya sehingga memberikan (Kurniawan, 2016: 5-6).
penjelasan dan pemahaman secara faktual.
Kutipan tersebut menunjukkan adanya perjalanan
HASIL DAN PEMBAHASAN mistisisme tahap terendah yakni sarengat atau syariah.
Motif Mistisisme ditinjau dari Perjalanan dan Tujuan Aktivitas berjaga malam yang dilakukan oleh tokoh Aku
Mistisisme Antartokoh dalam Cerpen Penjaga Malam, (bersama kawannya) mengantarkannya pada sebuah
Taman Patah Hati, dan Jimat Sero keganjilan yang berujung pada kekhawatiran tingkat
Tiga Cerpen berjudul Penjaga Malam, Taman tinggi sehingga mengerikan. Hal ini dilatari oleh
Patah Hati, dan Jimat Sero karya Eka Kurniawan dalam kepercayaan Tokoh Aku dan masyarakat tentang
antologi cerpen Kumpulan Budak Setan memuat keberadaan hantu bajang yakni hantu serupa musang
beberapa mistisisme antara lain: mengenai pembunuhan yang mengeong menyerupai kucing dan mendatangi
berdarah dingin, bangkitnya arwah penasaran, kekuatan perempuan-perempuan hamil guna mengambil janin
magis, dendam roh halus, keyakinan dan kepercayaan dalam kandungan dan terkadang membuat perempuan-
tokoh-tokoh cerita pada hal-hal yang bersifat magis perempuan tersebut menjadi gila. Keyakinan dan
seperti percaya pada seorang dukun, pohon tua, dan kekhawatiran tersebut yang melatarbelakangi tokoh Aku
kuburan dengan mendatangi dukun serta melakukan untuk mencari penangkal hantu bajang. Dia berharap
praktik mistisisme melalui laku meditasi (tapa atau dengan adanya hal itu keselamatan istri dan bayi dalam
samadi) di tempat yang dipercaya dapat mengabulkan kandungannya akan terjaga meski sebenarnya dia tetap
setiap permintaan serta mendatangkan keuntungan bagi saja merasa cemas, seperti dalam kutipan berikut.
pelaku praktik mistisisme. Berikut dijelaskan motif
mistisisme ditinjau dari segi perjalanan dan tujuan “Aku telah berkeliling kampung mencari
mistisisme antartokoh dari ketiga cerpen tersebut secarik sutera hitam dan kuikatkan di
berdasarkan teori Mulder. pergelangan tangan istriku sebagai penangkal
hantu bajang, tapi aku tetap mencemaskannya”
Penjaga Malam (Kurniawan, 2016: 6).
Unsur mistisime dalam cerpen Penjaga Malam,
digambarkan dengan baik oleh Eka Kurniawan melalui Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa si tokoh
tokoh Aku. Mistisisme muncul ketika tokoh Aku sedang Aku menjalankan penjagaan di malam hari sebenarnya
berjaga malam (beronda) di wilayah kampung tempatnya merupakan satu bentuk perilaku mistisisme juga, yakni
tinggal. Aktivitas tersebut memaksa dia harus aktivitas bangun (=terjaga) sepanjang malam.
meninggalkan istrinya yang sedang hamil di rumah Sebagaimana dijelaskan bahwa tapa dan samadi
sendiri tanpa penjagaan. Sebuah keyakinan mistis merupakan sarana yang memungkinkan dalam mencapai
membawanya pada sebuah pemikiran yang sangat tujuan-tujuan yang sepenuhnya duniawi dan bersifat
mencemaskan dirinya. Kecemasan itu dipicu oleh magis. Tapa dan samadi dapat memberikan kebaikan bagi
adanya unsur mistis yang berkaitan dengan hantu bajang orang lain jika dilatarbelakangi oleh motif positif.
yang selama ini diyakininya akan mampu mencelakai Seseorang dalam menempuh jalan mistisisme
istri, terutama bayi yang dikandungnya. Dia begitu mensyaratkan agar tetap bertekad bulat atas tujuan.
mengkhawatirkan keselamatan istrinya di rumah, tetapi Tokoh Aku berlatih guna mencapai tujuan mistisisme
tugasnya sebagai penjaga malam tidak dapat ditinggalkan dengan cara tapa dalam bentuk bangun sepanjang malam
pula, seperti dalam kutipan berikut. berkeliling kampung untuk bertemu orang sakti yang
“Saat itu aku kembali teringat kepada istriku. diyakini dapat melindungi istrinya dari mara bahaya
Di dalam perutnya ada anak pertama kami dan hantu bajang.
aku cemas bajang itu akan merampoknya di
malam seperti ini. Seseorang harus berkeliling Taman Patah Hati
kampung memastikan rumah-rumah tak diserbu Pada cerpen Taman Patah Hati, digambarkan
setan, aku bergumam. Miso memandangku, lalu tokoh Ajo Kawir yang selalu memikirkan keuntungan
kembali mengedarkan pandang ke timur. Kami bagi dirinya tanpa memikirkan orang lain di sekitarnya.
sama menanti Karmin dan berharap ia datang Ajo Kawir berusaha memenuhi hasrat pribadi dengan
membawa kabar baik, bahwa kampung tak melakukan berbagai cara, seperti dalam kutipan berikut.
tersentuh celaka apa pun. Tapi Karmin tak juga “Ajo Kawir percaya takhayul. Bahkan banyak
muncul sementara istriku di rumah tak terjaga temannya yakin, jabatannya (untuk kedua kali ia
terpilih sebagai anggota dewan, belum lama ini)
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
5
Bahkan aku ragu ia bisa melindungi dirinya menurut Mulder (2001, 47-48) suatu perjalanan
sendiri” (Kurniawan, 2016: 35). mistisisme dilakukan dalam empat tahap, dari tahap
rendah hingga tinggi, mulai tahap sarengat atau syari’ah
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa tokoh Aku sampai tahap makripat. Dalam ajaran mistisisme, salah
melakukan perjalanan mistisisme dalam tahap terendah, satu cara bagi seseorang untuk melatih aspek lairnya
meski pada awalnya dia meragukan bahkan tidak yakni dengan cara tapa (asketisisme) antara lain; puasa,
memercayai adanya kekuatan atas benda-benda magis. beribadah, berpantang melakukan hubungan seksual,
Namun, seiring waktu dia akhirnya memercayai benda meditasi, bangun sepanjang malam, berjaga di kuburan
mitologi yang digunakan tapa dengan motif kepentingan orang sakti, atau menyepi di gunung dan goa. Dalam
diri. Tokoh Aku melakukan laku bersama Nenek dengan antologi cerpen Kumpulan Budak Setan, ketiga cerpen
mendatangi penjaga mata air (Ayah Rohman) yang memiliki persamaan ditinjau dari segi perjalanan dan
dipercaya memiliki kekuatan magis, semacam dukun. tujuan mistisisme antartokoh dalam menyelenggarakan
Mereka melakukan laku magis dilatarbelakangi oleh praktik mistisisme. Tentang persamaan ini dapat dibaca
keinginan yang tidak bersih, seperti pada kutipan berikut. pada tabel 1 berikut.
“ Ayahnya, si tukang menjaga mata air, konon
juga pemilik beragam ajian. Dan selama No. Persamaan Kumpulan Budak Setan karya Eka
bertahun-tahun, ia merupakan orang Kurniawan
kepercayaan Nenek dan Kakek. Ayah dan ibuku Penjaga Taman Jimat Sero
tak pernah menyinggung soal itu dan aku juga Malam Patah Hati
tak terlalu menaruh perhatian, tapi aku 1. Perjalanan Perjalanan Perjalanan Perjalanan
mengetahui hal itu” (Kurniawan, 2016:36-37). Mistisisme mistisisme mistisisme mistisisme
dalam dalam dalam
Berdasarkan perjalanan dan tujuan mistisisme, tahap tahap tahap
tokoh Aku pada akhirnya meyakini eksistensi dari terendah terendah terendah
sebuah benda mitologi yakni jimat sero. Tokoh Aku yakni yakni yakni
percaya bahwa jimat sero dapat digunakan untuk sarengat sarengat sarengat
melampiaskan kekesalan diri kepada orang lain yang atau atau atau
dibencinya. Hal tersebut dapat dibaca pada data berikut. syariah syariah syariah
“Kumasukkan jimat ke saku kiri celanaku. Itu
tempat yang aman, sebab aku tak pernah menaruh 2. Tujuan Tapa yang Tapa yang Tapa yang
apa pun di sana. Jimat itu tak akan jatuh secara Mistisisme terealisasi terealisasi terealisasi
tidak sengaja (misalnya karena aku mengambil dalam dalam dalam
uang receh atau telepon genggam). Dan untuk bentuk bentuk bentuk
sejenak kucoba merasakan sekiranya ada tanda- bangun menyepi di mendatangi
tanda tertentu yang diberikan jimat itu kepadaku” sepanjang gunung orang sakti.
(Kurniawan, 2016:37) malam. dan/atau
goa.
Berdasarkan kutipan tersebut, menunjukkan
bahwa tokoh Aku meyakini akan eksistensi dari sebuah Tabel 1. Persamaan Perjalanan dan Tujuan Mistisisme
benda mitologi yakni jimat sero. Tokoh Aku dan Nenek
melakukan tujuan mistisisme tapa dalam bentuk Tabel 1 menjelaskan bahwa cerpen Penjaga
mendatangi penjaga mata air didasari dengan motif Malam, Taman Patah Hati, dan Jimat Sero memiliki
egoistis. Tokoh Aku dan Neneknya menginginkan persamaan pada perjalanan dan tujuan mistisisme.
sesuatu untuk kepentingan dan kesenangan pribadi. Laku Ditinjau dari perjalanan mistisisme yang dilakukan si
yang berada dalam diri tokoh Aku dan Nenek tokoh dalam ketiga cerpen tersebut, berada pada tataran
sepenuhnya magis dan duniawi sehingga dipandang terendah yakni sarengat atau syariah. Adapun dari segi
sebagai sesuatu yang buruk. tujuan mistisisme, ketiga cerpen tersebut terealisasi
dalam bentuk tapa yang berupa bermacam-macam lakuan
Persamaan dan Perbedaan Motif Mistisisme ditinjau antara lain: puasa, beribadah, berpantang melakukan
dari Perjalanan dan Tujuan Mistisisme Antartokoh hubungan seksual, meditasi, bangun sepanjang malam,
pada Karya Eka Kurniawan dalam Antologi Cerpen berjaga di kuburan orang sakti atau menyepi di gunung
Kumpulan Budak Setan dan/atau goa. Dan dalam ketiga cerpen tersebut, lakuan
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
7
penjaga mata air. Anak dari si penjaga mata air itu KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan
memberinya sebuah benda yang disebut jimat sero. Jimat Pengajarannya), 5(2), 146-156.
ini dipercaya dapat menjaganya dari malapetaka dan
Setyobroto, Sudibyo. 1989. Sikap, Motif dan Konsep Diri.
bahaya. Dengan demikian, tujuan laku mistis oleh para
Jakarta : Percetakan Solo.
tokoh dalam cerpen ini adalah mendapatkan jimat sero,
yang dipercaya dapat digunakan untuk membantu si tokoh Tim penyusun. 2019. Pedoman Penulisan Karya Tulis
mendapatkan perlindungan dan melampiaskan kekesalan, Ilmiah Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni.
kemarahan, dan dendam. Diceritakan bahwa si tokoh Surabaya: Unesa Press
ketika memakai jimat sero maka rasa kesal, marah, dan
dendamnya dapat dilampiaskan secara di luar batas Wellek & Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta:
Gramedia.
kemampuannya sebagai manusia. Apabila dia marah atau
kesal maka sangat berbahaya bagi orang lain karena Wahidi, A. 2013. “Mistisisme sebagai Jembatan Menuju
pelampiasannya di luar kendali si tokoh. Kerukunan Umat Beragama”. Ulul Albab: Jurnal
Studi Islam, 14(2), 135-146.
DAFTAR PUSTAKA
Yusantia, D., Laila, A., & Rahmat, W. 2019. “Mistik
Abrams. 1958. The Miror and The Lamp: Romantic dalam Novel Gentayangan Pilih Sendiri
Theory And The Critical Tradition. New York: The Petualangan Sepatu Merahmu Karya Intan
Norton Library. Paramaditha (Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Jurnal
Bahasa: Bahasa dan Sastra Indonesia serta
Endraswara, Suwardi. 2006. Mistik Kejawen.Yogyakarta: Pengajarannya, 1(1), 19-27.
Penerbit NARASI