Anda di halaman 1dari 8

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

MOTIF MISTISISME PADA KARYA EKA KURNIAWAN


DALAM ANTOLOGI CERPEN KUMPULAN BUDAK SETAN

Moh. Yusril Hermansya


S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
E-mail: yusril.17020074113@mhs.unesa.ac.id

Dr. Heny Subandiyah, M.Hum.


S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
E-mail: henysubandiyah@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas budaya mistisisme pada masyarakat yang mendorong hadirnya
sastra bermuatan pesan mistisisme. Antologi cerpen berjudul Kumpulan Budak Setan merupakan salah satu
karya bersama Eka Kurniawan, Intan Paramaditha, dan Ugoran Prasad yang memiliki muatan mistisisme.
Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan motif mistisisme ditinjau dari perjalanan dan tujuan
mistisisme pada karya Eka Kurniawan dengan menggunakan kajian mistisisme Niels Mulder. Penelitian
ini tergolong penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data studi pustaka dan simak catat.
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah content analysis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tokoh dalam cerpen Penjaga Malam, Taman Patah Hati, dan Jimat Sero cenderung melakukan
perjalanan mistisisme dalam tahap terendah yaitu tahap syariah atau sarengat dengan tujuan mistisisme
yang terealisasi dalam bentuk tapa. Ditinjau dari perjalanan dan tujuan mistisisme, cerpen Penjaga Malam
memiliki motif positif yang terealisasi dengan tujuan membantu memecahkan masalah orang lain atau
bersama dan menghancurkan sarana magis yang buruk. Berbeda dengan cerpen Penjaga Malam, cerpen
Taman Patah Hati dan Jimat Sero memiliki motif egoistis atau pamrih yang terealisasi dengan tujuan
untuk mendapatkan keuntungan yang bersifat pribadi.
Kata Kunci: mistisisme, Niels Mulder, motif

Abstract
This research is motivated by the cultural reality of mysticism in society which encourages the presence
of literature with messages of mysticism. The short story anthology entitled Kumpulan Budak Setan is
one of the collaborative works of Eka Kurniawan, Intan Paramaditha, and Ugoran Prasad which has a
mysticism content. The focus of this research is to describe the motives of mysticism in terms of the
journey and purpose of mysticism in Eka Kurniawan's work using Niels Mulder's mystical studies. This
research is classified as a qualitative descriptive study with the data collection technique of literature
study and note taking. The analysis technique used in this research is content analysis. The results showed
that the characters in the short stories of Penjaga Malam, Taman Patah Hati, and Jimat Sero tended to
travel mysticism in the lowest stage, namely the sharia or sarengat stage with the aim of mysticism being
realized in the form of tapa. Judging from the journey and purpose of mysticism, the short story of
Penjaga Malam has positive motives which are realized with the aim of helping solve other people's or
collective problems and destroying bad magical means. In contrast to the short stories of Penjaga Malam,
the short stories of Taman Patah Hati and Jimat Sero have selfish or selfish motives that are realized with
the aim of obtaining personal gain.
Keywords: mysticsm, Niels Mulder, motive.

PENDAHULUAN yang bersifat pribadi dan dianggap menyentuh sebuah


Karya sastra dipandang sebagai suatu gejala sosial kepercayaan dan religiusitas pribadi. Budaya mistisisme
yang ditulis pada kurun waktu tertentu berkaitan dengan pada masyarakat inilah yang mendorong kehadiran sastra
norma-norma dan adat istiadat yang mengakar di bermuatan atau berisi pesan mistisisme. Seorang
masyarakat. Hubungan sastra dengan masyarakat terikat pengarang menggubah karyanya selaku seorang warga
dengan norma-norma dan adat istiadat karena sastra hadir masyarakat dan menyapa pembacanya selaku warga
di tengah-tengah masyarakat atas kenyataan sosial yang masyarakat juga. Pada masyarakat Indonesia, budaya
berlaku (Luxemburg, 1986: 23). Salah satu budaya yang mistisisme dapat kita jumpai di berbagai kehidupan sosial,
berkaitan dengan norma dan adat istiadat di masyarakat tidak terkecuali di masyarakat Jawa. Bentuk-bentuk
adalah mistisisme. Mistisisme adalah manifestasi dari mistisisme yang ada seperti upacara-upacara adat
sebuah kerahasiaan yang dipandang sebagai suatu urusan (selametan), kepercayaan terhadap makhluk halus (tuyul,

1
demit, pocong), dan keyakinan berbau sihir (pesugihan, dalam diri demi memperoleh penyatuan dengan jati diri.
santet, pelet) (Geertz, 1960:86). Penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan
Mistisisme juga dapat dijumpai dalam karya penelitian Nisa tersebut. Persamaannya adalah dalam hal
sastra. Beberapa cerpen karya Eka Kurniawan yang penggunaan teori yang digunakan dalam analisis data.
berjudul Penjaga Malam, Taman Patah Hati, dan Jimat Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan teori
Sero merupakan contoh karya bermuatan mistisime yang mistisisme Niels Mulder. Perbedaannya terletak pada
menjadi sumber data dalam penelitian ini. Keseluruhan sumber data penelitian yang digunakan. Kedua,
cerpen tersebut menyatu dalam sebuah antologi yang penelitian berjudul Eksistensi Mistisisme dalam Novel
berjudul Kumpulan Budak Setan bersama dengan karya Amba Karya Laksmi Pamuntjak (Setiawan, 2019). Hasil
Intan Paramaditha, dan Ugoran Prasad. Pesan-pesan penelitian ditemukan eksistensi mistisisme tokoh utama
mistisime dalam ketiga cerpen karya Eka Kurniawan dalam novel Amba karya Laksmi Pamuntjak pada tataran
tersebut dapat dilacak dari judul dan isinya. Ketiga paling rendah yakni sarengat/syariah. Persamaan pada
cerpen tersebut sarat dengan kisah-kisah yang penelitian kedua terletak pada penggunaan teori
mengerikan, antara lain mengenai pembunuhan berdarah mistisisme Niels Mulder. Perbedaannya pada sumber data
dingin, bangkitnya arwah penasaran, kekuatan magis, penelitian yang digunakan. Ketiga, penelitian berjudul
dendam roh halus, keyakinan atau kepercayaan pada hal- Menguak Cerita Horor karya Eka Kurniawan dalam
hal yang bersifat magis seperti percaya pada dukun, Kumpulan Budak Setan: Sebuah Kajian Formula
pohon tua, dan kuburan, laku meditasi (tapa atau samadi) (Hapsoro, 2019). Hasil penelitian ditemukan bahwa
di tempat yang dipercaya dapat mengabulkan setiap formula horor yang ditunjukkan Eka Kurniawan dalam
permintaan serta mendatangkan keuntungan bagi pelaku antologi cerpen Kumpulan Budak Setan didominasi oleh
praktik mistisisme. horor jenis psikologi yang menunjukkan sisi hewani
Pada penelitian ini, muatan mistisisme akan manusia yang terpengaruh oleh tindakan kejahatan dan
dianalisis menggunakan teori dari Niels Mulder yang horor hantu yang menunjukkan kemunculan sosok
bersumber dari buku Mistisisme Jawa: Ideologi di makhluk halus, siluman, penyihir, dukun, dan lain-lain.
Indonesia. Bagi Mulder, mistisisme adalah manifestasi Persamaan pada penelitian ketiga terletak pada
dari sebuah kerahasiaan yang dipandang sebagai suatu penggunaan sumber data penelitian yang digunakan
urusan yang bersifat pribadi dan dianggap menyentuh yakni karya Eka Kurniawan dalam antologi cerpen
sebuah kepercayaan dan religiusitas pribadi. Mistisisme Kumpulan Budak Setan. Perbedaannya terletak pada
dianggap sebagai persoalan pribadi tiap individu karena penggunaan teori, jika penelitian ini menggunakan teori
menyentuh sebuah kepercayaan dan religiusitas masing- Mistisisme Niels Mulder, Hapsoro (2019) memilih
masing individu. Dipilihnya cerpen karya Eka Kurniawan menggunakan teori formula dari John G. Cawelti untuk
didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: pertama, memecahkan penelitiannya.
adanya fenomena mistis dan bersifat magis yang perlu Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, fokus
dikuak pada cerpen tersebut; kedua, pentingnya penelitian ini sebagai berikut (1) mendeskripsikan motif
membedah motif mistisisme yang terdapat dalam mistisisme ditinjau dari perjalanan dan tujuan mistisisme
antologi cerpen tersebut; ketiga, pentingnya antartokoh dalam cerpen Penjaga Malam (2)
mengungkapkan menemukan motif dan praktik mendeskripsikan motif mistisisme ditinjau dari
penyelenggaraan mistisisme dan dampak negatif yang perjalanan dan tujuan mistisisme antartokoh dalam
ditimbulkan bagi si pelaku. cerpen Taman Patah Hati (3) mendeskripsikan motif
Penelitian mengenai mistisisme pernah dilakukan mistisisme ditinjau dari perjalanan dan tujuan mistisisme
sebelumnya oleh beberapa peneliti. Pertama, penelitian antartokoh dalam cerpen Jimat Sero (4) mendeskripsikan
berjudul Motif dan Eksistensi Mistisisme dalam Novel persamaan dan perbedaan motif mistisisme ditinjau dari
Misteri Perawan Kubur, Dendam Iblis Cantik, dan Dosa perjalanan dan tujuan mistisisme antartokoh pada karya
Turunan Karya Abdullah Harahap (Nisa, 2019). Hasil Eka Kurniawan dalam antologi cerpen Kumpulan Budak
penelitian menunjukkan bahwa: (1) struktur cerita yang Setan.
paling menonjol pada tiap-tiap novel adalah pada bagian Motif adalah suatu kondisi yang berkaitan
alur, (2) adanya motif berupa motif egoistis yang dengan hasrat seseorang untuk mencapai kepuasan
terealisasi oleh tokoh dalam tindakan memperoleh melalui beberapa perjalanan yang didasari oleh tujuan
kepuasan pribadi dan motif positif yang terealisasi oleh tertentu (Natawijaya (1980: 78). Mistisisme adalah
tokoh dalam tindakan memperoleh keberuntungan demi manifestasi dari sebuah kerahasiaan yang dipandang
kebaikan bersama, (3) eksistensi mistisisme dalam novel sebagai suatu urusan yang bersifat pribadi dan dianggap
yang terealisasi oleh tokoh dalam mengesampingkan menyentuh sebuah kepercayaan dan religiusitas pribadi.
keberadaan luar diri dan menundukkan pada batin atau (Mulder, 2001:2). Motif mistisisme adalah suatu kondisi
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

yang berkaitan dengan hasrat seseorang dalam didasari dengan pendekatan diri baik kepada Tuhan atau
menyentuh kepercayaan dan religiusitas melalui beberapa selain Tuhan (Mulder, 2001: 49-50).
perjalanan dan laku yang dasari oleh tujuan tertentu. Mengacu pada pendapat Mulder ini dapat
Terdapat dua jenis motif mistisisme, yaitu motif egoistis disimpulkan bahwa sesungguhnya tidak mudah bagi
atau pamrih dan motif positif. Motif egoistis atau pamrih seseorang untuk menjalankan laku mistisisme.
dipandang sebagai tindakan penuh dosa, mengacaukan Diperlukan perjalanan panjang yang penuh rintangan
ketertiban kosmis atau kehendak ilahiah. Motif ini biasa dalam menyelesaikan keempat tahapan sehingga
dinamakan ilmu hitam. Motif mistisisme kedua yakni mencapai tahapan tertinggi. Tahap saringat (=syariat),
motif positif didasari oleh tujuan yang baik dan merupakan tahapan terendah disebut tahapan yang
bertanggung jawab. Motif kedua ini dipandang sebagai bersifat lahiriah (=fisik), katon (=kelihatan) yakni melalui
sesuatu yang baik. Motif positif biasanya digunakan perilaku-perilaku atau ajaran-ajaran yang harus dilakoni
dalam suatu kebaikan seperti upacara-upacara adat (-dijalankan) oleh seseorang sesuai dengan syarat-syarat
(selametan) yang digunakan untuk tujuan religi atau yang ditentukan dibarengi dengan semacam ritual-ritual
menyembuhkan orang (Mulder, 2001: 50-51). dan doa-doa tertentu yang bersifat fisik misalnya bertapa
Praktik mistisisme ditempuh melalui beberapa atau bersemedi, berpantang, dan lain-lain. Dilanjutkan
perjalanan yang akan mengantarkan seseorang pada dengan tahap tarekat yang merupakan perjalanan yang
pemahaman dan penyingkapan kasunyatan (=kebenaran). tidak lagi bersifat fisik melainkan lebih pada bersifat
Mulder (2001: 48-49) mengemukakan bahwa suatu rohaniah. Pada tahap ini, laku dan doa dijalani dengan
perjalanan mistisisme dilakukan dalam empat tahap, suatu keyakinan bahwa sebenarnya yang dituju itu berada
dari tahap rendah hingga tinggi. Pertama, tahap terendah dalam diri sendiri. Pada tahap ketiga yakni hakekat,
dari perjalanan mistik adalah sarengat atau syari’ah. seseorang dipercaya akan dapat mencapai jalan sempit
Pada tahap ini seseorang mengindahkan dan hidup sesuai menuju kehidupan yang disebut ibadah yang permanen,
dengan pranata sosial dan hukum akan apa yang diyakini. sehingga dia bisa mencapai tahapan tertinggi yankni
Kedua, dinamakan tahap tarekat, yaitu laku yang makrifat yaitu penyatuan jiwa si pelaku dengan alam
dijalankan bukan sekadar menggerakan anggota tubuh semesta yang berifat universal. Tahap ini menjadi tujuan
dan melafalkan bacaan, melainkan sebagai suatu upaya semua laku, yakni didapatkannya kekuasaan serta
mulia dan suci untuk menjumpai apa yang diyakininya inspirasi dari kekuataan-kekuataan sakti didasari dengan
dalam keberadaan diri yang paling dalam. Tahap ketiga, pendekatan diri baik kepada Tuhan atau selain Tuhan.
jalan semakin menyempit disebut sebagai tahap hakekat.
Pada tahap ini menunjukkan bahwa kehidupan dan METODE
perilaku menjadi suatu ibadah permanen kepada apa yang Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
diyakini. Tahap keempat, merupakan tahap terdalam atau kualitatif karena memanfaatkan cara-cara penafsiran
tertinggi yakni makripat. Pada tahap ini, jiwa individu dengan menyajikannya dalam bentuk deskriptif. Sumber
berbaur dengan jiwa universal, tindakan sudah menjadi data pada penelitian ini berupa karya sastra sehingga
laku yang sepenuhnya murni, tidak peduli apa pun yang pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif.
dilakukan orang itu entah bekerja, bermeditasi, berak, Pendekatan objektif menganggap karya sastra terpisah
tidur, atau makan. dari semua titik referensi eksternalnya. Menganalisis
Dalam ajaran mistisisme, salah satu cara menggunakan pendekatan objektif berarti mengkaji karya
seseorang melatih aspek lairnya (=lahir) yakni dengan sastra sebagai ciri khas teks sastra yang dibentuk oleh
cara tapa (asketisisme) antara lain puasa, beribadah, bagian-bagian intrinsik dari karya itu sendiri. Data dalam
berpantang melakukan hubungan seksual, meditasi, penelitian ini berupa satuan sintaksis yang memuat fokus
bangun sepanjang malam, berjaga di kuburan orang sakti, penelitian berupa kalimat yang menunjukkan adanya
atau menyepi di gunung dan goa. Tujuan tapa adalah motif mistisisme. Teknik pengumpulan data yang
penyucian diri guna menyatu dengan apa yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan
diyakininya. Langkah selanjutnya yakni samadi, suatu simak catat. Studi pustaka digunakan sebagai teknik
keadaan pikiran yang dapat digambarkan sebagai sebuah pengumpulan data dalam penelitian ini melalui proses
konsentrasi di mana akan terlepas dari dunia, di situ pemerolehan berbagai sumber yang berkaitan dengan
orang menjadi terbuka untuk menerima tuntunan ilahiah objek penelitian. Di samping itu, diperlukan juga teknik
dan pada akhirnya mengetahui misteri kehidupan serta simak catat guna memperoleh segala informasi mengenai
pengungkapan asal dan tujuan. Melalui tapa dan samadi data penelitian dengan menyimak sumber data, mencatat,
orang dapat menembus semesta alam dan memperoleh dan menyusunnya menjadi sebuah analisis antologi
kekuasaan serta inspirasi dari kekuataan-kekuataan sakti cerpen menggunakan teori mistisisme. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis content analysis untuk

3
membuat inferensi yang dapat direplikasi (ditiru) dengan siapa pun. Ia harus mengunci pintu rapat-rapat”
memperhatikan konteksnya sehingga memberikan (Kurniawan, 2016: 5-6).
penjelasan dan pemahaman secara faktual.
Kutipan tersebut menunjukkan adanya perjalanan
HASIL DAN PEMBAHASAN mistisisme tahap terendah yakni sarengat atau syariah.
Motif Mistisisme ditinjau dari Perjalanan dan Tujuan Aktivitas berjaga malam yang dilakukan oleh tokoh Aku
Mistisisme Antartokoh dalam Cerpen Penjaga Malam, (bersama kawannya) mengantarkannya pada sebuah
Taman Patah Hati, dan Jimat Sero keganjilan yang berujung pada kekhawatiran tingkat
Tiga Cerpen berjudul Penjaga Malam, Taman tinggi sehingga mengerikan. Hal ini dilatari oleh
Patah Hati, dan Jimat Sero karya Eka Kurniawan dalam kepercayaan Tokoh Aku dan masyarakat tentang
antologi cerpen Kumpulan Budak Setan memuat keberadaan hantu bajang yakni hantu serupa musang
beberapa mistisisme antara lain: mengenai pembunuhan yang mengeong menyerupai kucing dan mendatangi
berdarah dingin, bangkitnya arwah penasaran, kekuatan perempuan-perempuan hamil guna mengambil janin
magis, dendam roh halus, keyakinan dan kepercayaan dalam kandungan dan terkadang membuat perempuan-
tokoh-tokoh cerita pada hal-hal yang bersifat magis perempuan tersebut menjadi gila. Keyakinan dan
seperti percaya pada seorang dukun, pohon tua, dan kekhawatiran tersebut yang melatarbelakangi tokoh Aku
kuburan dengan mendatangi dukun serta melakukan untuk mencari penangkal hantu bajang. Dia berharap
praktik mistisisme melalui laku meditasi (tapa atau dengan adanya hal itu keselamatan istri dan bayi dalam
samadi) di tempat yang dipercaya dapat mengabulkan kandungannya akan terjaga meski sebenarnya dia tetap
setiap permintaan serta mendatangkan keuntungan bagi saja merasa cemas, seperti dalam kutipan berikut.
pelaku praktik mistisisme. Berikut dijelaskan motif
mistisisme ditinjau dari segi perjalanan dan tujuan “Aku telah berkeliling kampung mencari
mistisisme antartokoh dari ketiga cerpen tersebut secarik sutera hitam dan kuikatkan di
berdasarkan teori Mulder. pergelangan tangan istriku sebagai penangkal
hantu bajang, tapi aku tetap mencemaskannya”
Penjaga Malam (Kurniawan, 2016: 6).
Unsur mistisime dalam cerpen Penjaga Malam,
digambarkan dengan baik oleh Eka Kurniawan melalui Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa si tokoh
tokoh Aku. Mistisisme muncul ketika tokoh Aku sedang Aku menjalankan penjagaan di malam hari sebenarnya
berjaga malam (beronda) di wilayah kampung tempatnya merupakan satu bentuk perilaku mistisisme juga, yakni
tinggal. Aktivitas tersebut memaksa dia harus aktivitas bangun (=terjaga) sepanjang malam.
meninggalkan istrinya yang sedang hamil di rumah Sebagaimana dijelaskan bahwa tapa dan samadi
sendiri tanpa penjagaan. Sebuah keyakinan mistis merupakan sarana yang memungkinkan dalam mencapai
membawanya pada sebuah pemikiran yang sangat tujuan-tujuan yang sepenuhnya duniawi dan bersifat
mencemaskan dirinya. Kecemasan itu dipicu oleh magis. Tapa dan samadi dapat memberikan kebaikan bagi
adanya unsur mistis yang berkaitan dengan hantu bajang orang lain jika dilatarbelakangi oleh motif positif.
yang selama ini diyakininya akan mampu mencelakai Seseorang dalam menempuh jalan mistisisme
istri, terutama bayi yang dikandungnya. Dia begitu mensyaratkan agar tetap bertekad bulat atas tujuan.
mengkhawatirkan keselamatan istrinya di rumah, tetapi Tokoh Aku berlatih guna mencapai tujuan mistisisme
tugasnya sebagai penjaga malam tidak dapat ditinggalkan dengan cara tapa dalam bentuk bangun sepanjang malam
pula, seperti dalam kutipan berikut. berkeliling kampung untuk bertemu orang sakti yang
“Saat itu aku kembali teringat kepada istriku. diyakini dapat melindungi istrinya dari mara bahaya
Di dalam perutnya ada anak pertama kami dan hantu bajang.
aku cemas bajang itu akan merampoknya di
malam seperti ini. Seseorang harus berkeliling Taman Patah Hati
kampung memastikan rumah-rumah tak diserbu Pada cerpen Taman Patah Hati, digambarkan
setan, aku bergumam. Miso memandangku, lalu tokoh Ajo Kawir yang selalu memikirkan keuntungan
kembali mengedarkan pandang ke timur. Kami bagi dirinya tanpa memikirkan orang lain di sekitarnya.
sama menanti Karmin dan berharap ia datang Ajo Kawir berusaha memenuhi hasrat pribadi dengan
membawa kabar baik, bahwa kampung tak melakukan berbagai cara, seperti dalam kutipan berikut.
tersentuh celaka apa pun. Tapi Karmin tak juga “Ajo Kawir percaya takhayul. Bahkan banyak
muncul sementara istriku di rumah tak terjaga temannya yakin, jabatannya (untuk kedua kali ia
terpilih sebagai anggota dewan, belum lama ini)
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

juga diperoleh dengan takhayul. Dan


perjalanannya ke Jepang, boleh juga disebut Dari kutipan tersebut, terlihat adanya tujuan
sebagai perjalanan memercayai takhayul” mistisisme dalam bentuk tapa (asketisisme) yang
(Kurniawan, 2016: 13) terealisasi melalui perjalanan yang didahului oleh
keyakinan pada kekuatan yang dimiliki oleh seseorang
Data tersebut menunjukkan adanya perjalanan (yang sakti). Berdasarkan perjalanan yang mengandung
mistisisme tahap terendah yakni sarengat atau syariah. tujuan mistisisme, tokoh Ajo Kawir meyakini eksistensi
Tokoh Ajo Kawir menekankan penghormatan kepada dari seorang pahlawan mitologi yakni lelaki tua penjaga
tatanan yang sesuai dengan hierarki sosial yang kaki Gunung Halimun yang diyakini akan mengabulkan
diyakininya. Baginya, strata sosial tinggi harus diraih keinginan pribadi. Dengan demikian, tokoh Ajo Kawir
sepanjang masa agar dia mendapatkan penghormatan dari melakukan perjalanan dan tujuan mistisisme didasari oleh
masyarakat. Menjadi anggota Dewan, baginya adalah motif egoistis atau pamrih. Motif egoistis atau pamrih
suatu kedudukan terhormat. Oleh karena itu, dia akan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang
melakukan segala cara untuk mencapainya termasuk sepenuhnya magis dan duniawi tentu bersifat merusak
memercayai hal-hal yang bersifat takhayul. Hasrat bagi orang lain. Motif ini dipandang sebagai sesuatu yang
pribadi agar mendapatkan pekerjaan yang bagus dicapai buruk karena didasari oleh hal-hal yang kotor berupa
dengan menjadi anggota Dewan mengantarkannya pada egoistis dalam diri, yakni mendapatkan jabatan
perbuatan yang menghalalkan berbagai cara. (=pekerjaan) sebagai anggota Dewan yang terhormat
Unsur mistis yang dipercaya dan dilakukan oleh dengan cara curang, yakni melalui kekuatan mistis. .
tokoh Ajo Kawir ditunjukkan dengan keyakinannya pada
keberadaan pahlawan mitologi yakni lelaki tua penjaga Jimat Sero
kaki Gunung Halimun. Dia percaya bahwa lelaki tua Pada cerpen Jimat Sero, terdapat tiga orang tokoh
dalam mitologi tersebut mampu memenuhi hasrat yakni Rohman, Aku, dan Nenek. Hubungan antara
pribadinya, yakni menjadi anggota Dewan. Dengan Rohman dan Aku ibarat hubungan antara juragan dan
begitu dia percaya bahwa sebuah kedudukan sosial yang pegawainya yang begitu setia. Rohman memiliki sifat
tinggi di tengah-tengah masyarakat akan dapat diraih. menjaga dan melindungi. Dia merasa bertanggung jawab
Tentang hal ini dapat dibaca pada kutipan berikut. atas keselamatan si Tokoh Aku. Namun, seiring waktu
Rohman yang merasa tidak bisa lagi mampu menjaga
“Tujuh tahun lalu ia melakukan sebuah Aku setiap saat maka diberikannya jimat sero kepada
perjalanan yang dikutukinya setiap malam tokoh Aku dengan tujuan agar si tokoh Aku dapat
setelah itu. Atas saran guru politiknya, ia terlindung dari segala marabahaya. Dengan alasan bahwa
menemui seorang lelaki tua di pedalaman kaki dia tidak dapat lagi melindungi tokoh Aku seperti dulu
Gunung Halimun. Perjalanan itu memakan dan oleh karenanya dia sangat mengkhawatirkan keadaan
waktu sepanjang malam, menentang arus sungai tokoh Aku, maka diberikannya jimat sero sebagai ganti
kecil, sebab begitulah syaratnya. Lelaki tua itu dirinya yang tidak lagi dapat menjaganya. Akan halnya si
tinggal di sebuah gubuk, dengan beberapa orang tokoh Aku, sebenarnya dia tidak percaya pada hal-hal
yang tampaknya merupakan pengikut atau murid. yang bersifat takhayul, sebagaimana kepercayaan
Ketika Ajo Kawir sampai di depan rumahnya masyarakat akan kekuatan benda-benda termasuk jimat.
lelaki tua itu langsung menyambutnya: Itu sebabnya, ketika jimat sudah berada dalam
“Tidurlah dulu. Aku tahu apa tujuanmu kemari.” genggamannya, tokoh Aku sangat ragu akan kesaktian
tanpa harus mengiyakan atau menyanggah, Ajo jimat itu. Tiba-tiba terbersit keinginan untuk mencoba
Kawir yang kelelahan, langsung tertidur. Ketika kesaktiannya kepada seorang rekan kerja yang tidak
terbangun, konon tiga hari kemudian, ia hanya disukai. Hal tersebut dapat dibaca pada data berikut.
melihat lelaki tua itu di depannya tengah “Dan jimat itu kini bersamaku, jimat sero.
memegang tempurung kelapa berisi air bening. Selama beberapa hari aku mencoba
“Kamu akan memperoleh segala keinginanmu menghiraukannya, tapi semakin aku mencoba
kecuali satu: tidak ada perempuan lain kecuali melupakan bahwa aku memiliki jimat, semakin
yang akan datang segera setelah kamu pulang. aku mengingatnya. Jimat itu terbungkus dalam
Dan ingat jangan sekali-kali membuatnya patah kantung kain katun kecil, dengan tali untuk
hati.” Ia meminum air di tempurung kelapa mencantelkan, sebesar gelang tangan. Aku sudah
sebagai kesepakatan mereka. Begitulah memeriksanya, dan memang itu tampak seperti
kemudian Mia Mia datang ke dalam hidupnya ekor binatang yang sudah kering. Tak ada tanda-
seminggu kemudian” (Kurniawan, 2016: 18-19). tanda benda itu memiliki kesaktian apa pun.

5
Bahkan aku ragu ia bisa melindungi dirinya menurut Mulder (2001, 47-48) suatu perjalanan
sendiri” (Kurniawan, 2016: 35). mistisisme dilakukan dalam empat tahap, dari tahap
rendah hingga tinggi, mulai tahap sarengat atau syari’ah
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa tokoh Aku sampai tahap makripat. Dalam ajaran mistisisme, salah
melakukan perjalanan mistisisme dalam tahap terendah, satu cara bagi seseorang untuk melatih aspek lairnya
meski pada awalnya dia meragukan bahkan tidak yakni dengan cara tapa (asketisisme) antara lain; puasa,
memercayai adanya kekuatan atas benda-benda magis. beribadah, berpantang melakukan hubungan seksual,
Namun, seiring waktu dia akhirnya memercayai benda meditasi, bangun sepanjang malam, berjaga di kuburan
mitologi yang digunakan tapa dengan motif kepentingan orang sakti, atau menyepi di gunung dan goa. Dalam
diri. Tokoh Aku melakukan laku bersama Nenek dengan antologi cerpen Kumpulan Budak Setan, ketiga cerpen
mendatangi penjaga mata air (Ayah Rohman) yang memiliki persamaan ditinjau dari segi perjalanan dan
dipercaya memiliki kekuatan magis, semacam dukun. tujuan mistisisme antartokoh dalam menyelenggarakan
Mereka melakukan laku magis dilatarbelakangi oleh praktik mistisisme. Tentang persamaan ini dapat dibaca
keinginan yang tidak bersih, seperti pada kutipan berikut. pada tabel 1 berikut.
“ Ayahnya, si tukang menjaga mata air, konon
juga pemilik beragam ajian. Dan selama No. Persamaan Kumpulan Budak Setan karya Eka
bertahun-tahun, ia merupakan orang Kurniawan
kepercayaan Nenek dan Kakek. Ayah dan ibuku Penjaga Taman Jimat Sero
tak pernah menyinggung soal itu dan aku juga Malam Patah Hati
tak terlalu menaruh perhatian, tapi aku 1. Perjalanan Perjalanan Perjalanan Perjalanan
mengetahui hal itu” (Kurniawan, 2016:36-37). Mistisisme mistisisme mistisisme mistisisme
dalam dalam dalam
Berdasarkan perjalanan dan tujuan mistisisme, tahap tahap tahap
tokoh Aku pada akhirnya meyakini eksistensi dari terendah terendah terendah
sebuah benda mitologi yakni jimat sero. Tokoh Aku yakni yakni yakni
percaya bahwa jimat sero dapat digunakan untuk sarengat sarengat sarengat
melampiaskan kekesalan diri kepada orang lain yang atau atau atau
dibencinya. Hal tersebut dapat dibaca pada data berikut. syariah syariah syariah
“Kumasukkan jimat ke saku kiri celanaku. Itu
tempat yang aman, sebab aku tak pernah menaruh 2. Tujuan Tapa yang Tapa yang Tapa yang
apa pun di sana. Jimat itu tak akan jatuh secara Mistisisme terealisasi terealisasi terealisasi
tidak sengaja (misalnya karena aku mengambil dalam dalam dalam
uang receh atau telepon genggam). Dan untuk bentuk bentuk bentuk
sejenak kucoba merasakan sekiranya ada tanda- bangun menyepi di mendatangi
tanda tertentu yang diberikan jimat itu kepadaku” sepanjang gunung orang sakti.
(Kurniawan, 2016:37) malam. dan/atau
goa.
Berdasarkan kutipan tersebut, menunjukkan
bahwa tokoh Aku meyakini akan eksistensi dari sebuah Tabel 1. Persamaan Perjalanan dan Tujuan Mistisisme
benda mitologi yakni jimat sero. Tokoh Aku dan Nenek
melakukan tujuan mistisisme tapa dalam bentuk Tabel 1 menjelaskan bahwa cerpen Penjaga
mendatangi penjaga mata air didasari dengan motif Malam, Taman Patah Hati, dan Jimat Sero memiliki
egoistis. Tokoh Aku dan Neneknya menginginkan persamaan pada perjalanan dan tujuan mistisisme.
sesuatu untuk kepentingan dan kesenangan pribadi. Laku Ditinjau dari perjalanan mistisisme yang dilakukan si
yang berada dalam diri tokoh Aku dan Nenek tokoh dalam ketiga cerpen tersebut, berada pada tataran
sepenuhnya magis dan duniawi sehingga dipandang terendah yakni sarengat atau syariah. Adapun dari segi
sebagai sesuatu yang buruk. tujuan mistisisme, ketiga cerpen tersebut terealisasi
dalam bentuk tapa yang berupa bermacam-macam lakuan
Persamaan dan Perbedaan Motif Mistisisme ditinjau antara lain: puasa, beribadah, berpantang melakukan
dari Perjalanan dan Tujuan Mistisisme Antartokoh hubungan seksual, meditasi, bangun sepanjang malam,
pada Karya Eka Kurniawan dalam Antologi Cerpen berjaga di kuburan orang sakti atau menyepi di gunung
Kumpulan Budak Setan dan/atau goa. Dan dalam ketiga cerpen tersebut, lakuan
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

yang dijalankan oleh para tokoh adalah bangun sepanjang Simpulan


malam (terjaga), mendatangi orang sakti (atau dukun). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Motif mistisisme adalah suatu kondisi berkaitan yang telah diuraikan, beberapa simpulan dapat diuraikan
dengan hasrat seseorang yang menyentuh kepercayaan sebagai berikut.
dan religiusitas melalui beberapa perjalanan dan laku Cerpen Penjaga Malam menceritakan tentang
yang didasari oleh tujuan tertentu. Motif mistisisme tokoh Aku, istrinya, dan masyarakat yang meyakini
terdiri atas dua jenis, yakni motif egoistis atau pamrih keberadaan hantu bajang yang mengakibatkan
dan motif positif. Motif mistisisme egoistis atau pamrih malapetaka. Hantu bajang diyakini oleh masyarakat
dipandang sebagai motif yang penuh dosa, mengacaukan serupa musang yang dapat mengeong menyerupai kucing.
ketertiban kosmis atau kehendak ilahiah yang lebih Sosok hantu bajang ini menjadi sangat menyeramkan dan
dikenal dengan ilmu hitam. Ilmu hitam merupakan ditakuti karena dipercaya akan mendatangi perempuan-
pengetahuan mengenai kebatinan yang berkaitan dengan perempuan hamil guna mengambil janin yang ada dalam
pekerjaan mencelakakan orang lain. Motif mistisisme kandungan sehingga terkadang membuat perempuan-
kedua yakni motif positif didasari oleh tujuan yang baik perempuan hamil menjadi gila. Di sisi lain, laku
dan bertanggung jawab. Motif ini dipandang sebagai mistisisme dan tujuan tokoh Aku yang mencondongkan
sesuatu yang baik. diri kepada benda mitologi berupa secarik sutera hitam
Ditinjau dari perjalanan dan tujuan mistisisme, yang diperolehnya dari seseorang dan diyakini sebagai
dalam antologi cerpen Kumpulan Budak Setan karya Eka penangkal kehadiran hantu bajang. Secarik sutera hitam
Kurniawan memiliki perbedaan dari segi motif tersebut dipercaya memiliki kekuatan magis, dan dimiliki
mistisisme antartokoh dalam menyelenggarakan praktik seseorang dengan tujuan agar si ibu hamil dan janin
mistisisme sebagaimana dijelaskan dalam tabel 2 berikut. dalam kandungannya terjaga dari gangguan hantu bajang.
Pada cerpen Taman Patah Hati diceritakan
No Perbedaan Kumpulan Budak Setan karya Eka memiliki motif negatif sebagaimana dilakukan oleh
Kurniawan tokoh Ajo Kawir. Motif mistisisme dilatarbelakangi oleh
Penjaga Taman Jimat Sero keyakinan individu si tokoh yang lebih menekankan pada
Malam Patah Hati pentingnya penghormatan masyarakat kepada tatanan
1. Motif Motif Motif Motif yang sesuai dengan hierarki sosial. Tujuan laku
Mistisisme positif egoistis egoistis mistisisme oleh si tokoh adalah menjaga status sosial
sebab sebab sebab dirinya sekaligus untuk mendapatkan penghormatan dari
didasari lakunya lakunya masyarakat sekitar. Untuk mendapatkan sekaligus
atas laku tidak tidak mempertahankan status sosial tokoh ini mempraktikkan
yang bersih bersih laku mistis dengan mendatangi tokoh mitologi. Dia
bersih yaitu untuk yaitu untuk meyakini keberadaan tokoh mistis yakni lelaki tua
mencari mencari penjaga Gunung Halimun yang berprofesi sebagai dukun.
kebahagiaa kebahagiaa Dipercaya dukun tersebut mampu membantunya
n pribadi n pribadi memperoleh (kembali) status sosial dan penghormatan
yang diinginkannya, yakni mendapatkan kursi anggota
Tabel 2. Perbedaan Motif Mistisisme Dewan untuk kedua kalinya. Motif mistisisme juga
dilakukan Ajo Kawir ketika dia mempercayai bahwa
Dari tabel 2 perbedaan motif mistisisme, tampak kekasihnya yang bernama Mia Mia bukanlah manusia
bahwa pada cerpen Penjaga Malam memiliki motif biasa melainkan jelmaan atau manusia jadi-jadian yang
positif yang didasari atas laku yang bersih karena tokoh didatangkan oleh dukun kepadanya. Tujuan mistis ini
Aku, istrinya, dan masyarakat melakukan perjalanan dan adalah agar tokoh Ajo Kawir selalu mendapatkan
tujuan mistisisme guna kepentingan bersama. Berbeda keberuntungan dalam hidupnya.
halnya pada cerpen Taman Patah Hati dan Jimat Sero Pada cerpen Jimat Sero motif mistisisme yang dilakukan
yang memiliki motif egoistis, sebab lakunya tidak bersih oleh si tokoh Rohman dan Nenek dilatarbelakangi oleh
yaitu untuk mencari kebahagiaan pribadi dengan cara kenyataan bahwa Rohman sering dilecehkan oleh teman-
instan. temannya. Neneknya yang sangat menyayanginya, yang
sejak kecil selalu membelanya apabila dia dilecehkan atau
diganggu oleh teman-temnnya, sekarang merasa tidak
mampu menjaganya lagi setiap saat seperti dulu. Lalu dia
berupaya melakukan perjalanan mistis dengan menemui
PENUTUP seseorang yang dipercaya mempunyai kesaktian, yakni si

7
penjaga mata air. Anak dari si penjaga mata air itu KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan
memberinya sebuah benda yang disebut jimat sero. Jimat Pengajarannya), 5(2), 146-156.
ini dipercaya dapat menjaganya dari malapetaka dan
Setyobroto, Sudibyo. 1989. Sikap, Motif dan Konsep Diri.
bahaya. Dengan demikian, tujuan laku mistis oleh para
Jakarta : Percetakan Solo.
tokoh dalam cerpen ini adalah mendapatkan jimat sero,
yang dipercaya dapat digunakan untuk membantu si tokoh Tim penyusun. 2019. Pedoman Penulisan Karya Tulis
mendapatkan perlindungan dan melampiaskan kekesalan, Ilmiah Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni.
kemarahan, dan dendam. Diceritakan bahwa si tokoh Surabaya: Unesa Press
ketika memakai jimat sero maka rasa kesal, marah, dan
dendamnya dapat dilampiaskan secara di luar batas Wellek & Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta:
Gramedia.
kemampuannya sebagai manusia. Apabila dia marah atau
kesal maka sangat berbahaya bagi orang lain karena Wahidi, A. 2013. “Mistisisme sebagai Jembatan Menuju
pelampiasannya di luar kendali si tokoh. Kerukunan Umat Beragama”. Ulul Albab: Jurnal
Studi Islam, 14(2), 135-146.
DAFTAR PUSTAKA
Yusantia, D., Laila, A., & Rahmat, W. 2019. “Mistik
Abrams. 1958. The Miror and The Lamp: Romantic dalam Novel Gentayangan Pilih Sendiri
Theory And The Critical Tradition. New York: The Petualangan Sepatu Merahmu Karya Intan
Norton Library. Paramaditha (Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Jurnal
Bahasa: Bahasa dan Sastra Indonesia serta
Endraswara, Suwardi. 2006. Mistik Kejawen.Yogyakarta: Pengajarannya, 1(1), 19-27.
Penerbit NARASI

Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra Sebuah


Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hapsoro, Yudo Suryo. 2019. “Menguak Cerita Horor


karya Eka Kurniawan dalam Kumpulan Budak
Setan: Sebuah Kajian Formula”.Kelasa, 14(2),
223-242

Kurniawan, Eka, dkk. 2016. Kumpulan Budak Setan.


Jakarta: Gramedia.

Luxemburg, Jan Van dkk.1986. Pengantar Ilmu Sastra.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Mulder, Niels. 2001. Mistisisme Jawa Ideologi di


Indonesia. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Nisa, Azizun. 2019.“Motif dan Eksistensi Mistisisme


dalam Novel Misteri Perawan Kubur, Dendam
Iblis Cantik, dan Dosa Turunan karya Abdullah
Harahap”. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
(Skripsi tidak diterbitkan)

Natawijaya, Rochman. 1980. Psikologi Umum dan Sosial.


Jakarta: Abadi.

Pradopo, Rachmad Djoko. 2005. Beberapa Teori Sastra,


Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman. 2006. Teori, Metode, dan Teknik


Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Setiawan, A., & Musaffak. 2019. “Eksistensi Mistisisme


dalam Novel Amba Karya Laksmi Pamuntjak”.

Anda mungkin juga menyukai