NPM : 20.75.6860
1
Adi. M. Nggoro, Budaya Manggarai Selayang Pandang (Ende, Nusa Indah, 2016), hlm. 29.
adat-istiadat Manggarai percaya bahwa pada mulanya roh-roh halus dan manusia
memiliki hubungan/bersaudara. Manusia dan roh-roh halus hidup berdampingan di
dunia nyata (one tana lino). Namun, ada pelbagai faktor yang membuat kehidupan
antara manusia dan roh-roh halus ini terpisah, yakni soal pedomaan dan aturan
bagaiaman mestinya hidup di tana congka sae (istilah untuk menyebutkan tanah
Manggarai). Diceritakan bahwa manusia dan roh-roh halus memiliki hubungan
layaknya sebagai adik-kakak. Pada suatu hari, dengan hadirnya pedomaan hidup dan
bermacam pedomaan lannya yang mesti diikuti serta ditaati. Namun, keturunan kakak
tidak lagi mengikuti dan mematuhi adat-istiadat itu, maka mereka (sang adik)
melaporkan hal itu kepada morin agu Ngaran (Sang Pencipta). Berdasarkan laporan
itu, maka Sang pencipta, Morin agu Ngaran berniat untuk memisahkan mereka.
Morin agu Ngaran memisahkan mereka; keturunan sang kakak harus pergi dari situ.
Pada saat Morin agu Ngaran memisahkan mereka, Ia meletakan alang-alang sambil
berkata; “apabila keturunan kakak berjalan ke kiri dan keturunan adik berjalan ke
kanan, mereka pasti suatu saat nanti akan bertemu juga. namun, mereka tidak lagi
saling memandang alias tidak dapat melihat satu sama lain karena sudah dihalangi
oleh alang-alang. Atas dasar keputusan pemisahan Morin agu Ngaran antara si
adikdan si kakak, maka harta duniawi pun dibagi-bagi juga. Kelurga adik menguasai
semua binatang peliharaan dan tanam-tanaman, sedang keluraga kakak berhak
mendapat semua yang ada dihutan dan binatang-binatang liar.
Inilah mitologi yang berkembang dan lahir di suku Manggarai. Mitologi ini
masih dan mungkin terus menjadi suatu kepercayaan masayarakat setempat. Hari ini
pun, kepercayaan yang terkungkung dalam mitologi ini masih sangat relevan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Manggarai.