Kata “roh” dalam bahasa simalungun disebut tonduy. Dalam kepercayaan roh-roh, tonduy
berarti: kekuatan, kesaktian, kharisma, kebijaksanaan dan jiwa. Agama asli Simalungun percaya
bahwa roh manusia meninggal tidak mati, melainkan beralih kepada suatu keadaan yang disebut
tonduy dan begu. Tonduy adalah sebutan untuk roh orang meninggal yang masa hidupnya
berperilaku baik, sedangkan begu adalah sebutan untuk roh orang meninggal yang semasa
hidupnya berperilaku tidak baik (jahat). Tonduy itu berkumpul disuatu tempat yang disebut huta
parsaranan parpudi (dunia peristrahatan terakhir). Jadi, kematian dipahami sebagai suatu
peralihan kehidupan dari dunia jasmani ke dunia tonduy. Kematian juga dipahami sebagai
sesuatu yang tidak terelakkan. Pemahaman seperti itu tampak dalam beberapa ungkapan seperti,
“kalau penanam yang mencabut, siapa dapat menghalangi, napasnya telah habis, tidak bisa lagi
bergerak.” Masyarakat Simalungun kuno percaya bahwa tonduy atau begu mempunyai sifat-sifat
yang berbeda, sebagaimana dalam ungkapan Simalungun “Martonduy na manggoluh, marbegu
na dob matei” artinya, bahwa manusia yang hiduplah yang mempunyai roh, sementara orang
yang sudah meninggal rohnya berubah menjadi semacam “hantu” atau makhluk halus.
Hakekatnya, pada religi dan suku bangsa Simalungun, tonduy tidak pernah mengganggu,
sebaliknya begu-begu sering memberikan gangguan kepada makhluk hidup. Begu-begu tersebut
sering mengganggu kehidupan manusia diyakini tinggal di tempat-tempat tertentu yang dianggap
angker. Begu-begu yang ditakuti sering mengganggu bahkan mencelakakan manusia.
Biasanya roh-roh gentayangan tersebut akan gentayangan di suatu tempat seperti pohon,
hutan, sungai, jurang, batu besar, dan tempat lainnya atau bahkan ada yang gentayangan kesana
kemari. Roh-roh gentayangan tersebut juga berasal dari kematian yang tidak wajar seperti
kecelakaan, bunuh diri ,dibunuh atau bahkan mati melahirkan dan kematian yang tak wajar
lainnya. Sehingga dipercayai rohnya tidak tenang dan terus gentayangan. Dalam pemahaman
tradisional roh-roh orang yang mati secara tidak wajar (roh-roh gentayangan) tersebut akan lebih
ditakuti lagi karena akan mengganggu kehidupan orang, terkhusus akan mengganggu kehidupan
yang membuat mereka meninggal atau musuhnya. Misalnya : jikalau seseorang mati karena
dibunuh, maka rohnya akan gentayangan dan mencari serta menganggu kehidupan orang yang
membunuhnya. Demikian juga halnya dengan kematian karena kecelakaan maka rohnya akan
gentayangan di tempat dimana ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kematiannya.
Demikian juga dengan kematian karena bunuh diri, rohnya akan gentayangan di tempat dimana
ia bunuh diri. Dan dalam kepercayaan tradisional Simalungun, roh-roh tersebut memiliki kuasa
(berintervensi) atas kehidupan manusia yaitu mendatangkan berkat dan kutuk.