I
Seorang medium bukanlah dukun atau tabib, tetapi perantara. Dia dikenal dalam
masyarakat tradisi sebagai seorang yang lebih daripada dukun biasa. Dia dapat membuat
hubungan antara manusia yang masih hidup dengan roh atau arwah (menurut kepercayaan
tradisi) dari orang yang telah lama meninggal.
Konon, roh-roh itu menyusup ke dalam diri si perantara setelah memenuhi segala
persayaratan berupa sesajian, kembang dan kemenyan, serta mantra-mantra yang dinyanyikan
dengan irama yang spesifik dan magis. Setelah roh masuk ke dalam tubuh si perantara, dia
tidak lagi sebagai dirinya sendiri sehingga tingkah laku, suara dan irama bicaranya jauh
berbeda dengan tingkah lakunya sehari-hari.
Percaya atau tidak, benar atau tidak, peranan perantara begitu penting. Meminta
bantuan seorang perantara merupakan usaha terakhir dari mereka yang ingin mengobati
penyakit yang tidak dapat diatasi oleh dokter di zaman modern ini. Bahkan perantara dapat
mengetahui apa yang terjadi di masa lalu dan yang akan terjadi pada diri seseorang saat ini
maupun di masa datang. Roh-roh itu akan bicara dengan manusia melalui diri si perantara.
Hanya si perantara itu saja yang mampu memanggil roh-roh. Entah roh apa, atau roh siapa.
Roh-roh itu yang menyelusup secara berganti-ganti ke dalam tubuh si perantara itu adalah
roh-roh dari tokoh-tokoh terkenal dan nenek moyang yang entah kapan dan bagaimana
memanggilnya.
II
Ibu Suri sebenarnya hanyalah panggilan. Dia bukan ibu seorang raja atau istri dari
raja, maupun bengsawan mana pun. Ibu Suri, seorang perempuan yang berstatus sebagai ibu
yang menganggap dirinya ibu dari Suri. Sedangkan siapa Suri itu sendiri, dia pun sulit untuk
menjelaskan apa, siapa dan bagaimana. Ibu Suri tidak percaya benar pada roh yang dapat
masuk ke dalam diri perantara. Apalagi sebagai orang yang beragama, meminta bantuan si
perantara adalah pekerjaan setan yang menggoda keimanan seseorang. Menurut guru agama
Ibu Suri, hanya kepada Tuhan saja manusia harus meminta tolong, bukan pada roh atau arwah
nenek moyang, jika manusia meminta tolong pada setan, pekerjaan itu disebut syirik,
menduakan keesaan Tuhan dan diancam dengan dosa yang berat sekali, dosa yang tak dapat
diampuni dan kekal tempatnya di neraka kelak.
Tapi apa boleh buat, Ibu Suri terpaksa melakukannya karena secara tradisi dia
diyakinkan akan peranan roh-roh atau arwah nenek moyang dalam kehidupan manusia. Dia
mau mengikuti tradisi itu karena yakin tidak akan dapat menemui Suri. Oleh karena itu, Ibu
Suri tidak menganggap apa yang dilakukannya sebagai pekerjaan benar atau tidak, logis atau
tidak. Soalnya, Ibu Suri terdesak oleh keadaan yang tidak dapat diatasinya sendiri dan mau
tidak mau dia harus mengikuti tradisinya, walaupun sudah hidup di zaman modern seperti
sekarang ini. Berarti, Ibu Suri tetap punya kecendrungan tradisi walau bertentangan dengan
ajaran agama, logika dan perkembangan zaman.
III
Drama Roh dikembangkan dari kegiatan pengobatan tradisional yang memakai jasa
perantara. Pengobatan demikian masih berlangsung sampai sekarang. Tidak hanya pada
masyarakat tradisional saja, tetapi juga pada masyarakat yang disebut modern seperti
sekarang. Pada umumnya kegiatan pengobatan begini masih berlangsung di kampung-
kampung dalam kawasan pesisir (rantau) timur Minangkabau, seperti daerah Kuantan. Cara
pengobatan seperti itu disebut masyarakat di sana dengan nama Tagak Balian.
DRAMATIC PERSONAE
1. IBU SURI
2. MANDA
3. TOKOH I
4. TOKOH II
5. TOKOH III
6. TOKOH IV
7. TOKOH V
8. TOKOH VI
9. TOKOH VII
10. TOKOH VIII
11. TOKOH IX
12. TOKOH X
13. TOKOH XI
14. TOKOH XII
15. TOKOH XIII
MANDA
Malekum malekum malekum salam.
Lam malekum malekum salam malekum salam. Salamalekum.
Kuingatkan sekali lagi, ibu Suri. Jika dia datang, jelaskan segala persoalan Ibu Suri. Dia akan
memperkenalkan diri sebelum kau mengenalnya. Selama dia ada dalam tubuhku, dia
bukanlah aku. Apa saja boleh kau tanyakan, tak perlu segan atau malu-malu.
IBU SURI
Baiklah, Manda.
Sesaat lagi aku pinjamkan jasadku. Aku penanggung akibat, kau pencari sebab. Aku ingin
selamat, kau tak usah bertanggung jawab.
IBU SURI
Wa’alaikum salam
IBU SURI
Selamat datang Datuk Ketumanggungan
TOKOH I
O, kau cucuku. Dipanggil Ibu Suri karena kecintaanmu pada Suri
IBU SURI
Benar, Datuk.
TOKOH I
Dan, kau ingin menanyakan tentang Suri.
IBU SURI
Benar, Datuk. Kini semua orang menyangsikan Suri. Mereka katakana Suri terkena guna-
guna. Semua dokter yang mengobatinya jadi teler, segala dukun yang memberinya ramuan
jadi pikun. Selamatkan Suri ku, O… datuk Ketumanggungan.
TOKOH I
Trerlalu kau cemaskan Suri, karena menganggap Suri satu-satunya pelanjut keturunan dan
jika Suri mati, orang lain akan mewarisi harta dan tanah pusaka. Begitukah?
IBU SURI
Ya, ya, eh, ya benar… benar, Datuk.
TOKOH I
Panggil Suri
IBU SURI
Sekarang Suri tidak ada di sini, Datuk.
TOKOH I
Kalau begitu, biar aku mencarinya.
IBU SURI
Bagaimana mungkin Datuk mencarinya.
TOKOH I
Perantara dapat mewujudkan aku. Aku pun dapat mewujudkan Suri. Kelak kau akan dapat
memahaminya.
TOKOH I
Assalamualaikum.
IBU SURI
Wa’alaikum Salam
IBU SURI
Kenapa Suri dipasung? O, Datuk Ketumanggungan
IBU SURI
Siapa memasung Suri, Datuk?
TOKOH I
Jangan tanyakan siapa karena akan menyangkut nama. Setiap tudingan tak tertanggungkan
akibatnya.
IBU SURI
O, Datuk. Katakana siapa memasung Suri!?
IBU SURI
Situasi? O, bagaimana mungkin menyalahkan keadaan?
TOKOH I
Ya, ya. Menyalahkan keadaan sama halnya mencari kucing hitam di tempat yang kelam.
Padahal kucing hitam itu sendiri tak pernah mau di tempat gelap. He…he…he….
IBU SURI
Mengapa Suri dikorbankan, Datuk!?
TOKOH I
Jika Suri dilumpuhkan, tentu kau tahu bahaya suatu kelumpuhan. Jika suri tak berguna lagi,
tentu kau tahu apa artinya manusia jadi sampah.
IBU SURI
O, Datuk Ketumanggungan. Kan jadi sampahkah Suri ku?
TOKOH I
Jika Surimu jadi sampah, kehidupan musnah. Masa depan punah, hidup tak bergairah.
IBU SURI
O, Datuk Ketumanggungan. Sembuhkan Suri, carikan ramuan. Berikan penangkal dan
harapan.
TOKOH I
Setiap ramuan punya sajian, setiap obat punya syarat. Setiap usaha punya cara, sulit bagimu
memenuhinya.
IBU SURI
Untuk keselamatan Suri, semuanya akan kujalankan.
TOKOH I
Mau bersumpah?
IBU SURI
Bersumpah, Datuk?
TOKOH I
Bersumpahlah.
IBU SURI
Apa yang harus kusumpah?
TOKOH I
Apa yang kau anggap suci.
TOKOH II
Asslamualaikum (BERSALAMAN DIBALIK KAIN HITAM DENGAN IBU SURI)
IBU SURI
Wa’alaikum salam.
IBU SURI
Selamat datang, Datuk Perpatih Nan Sebatang.
TOKOH II
O, kaukah perempuan yang dipanggilkan Ibu Suri karena kegigihan mempertahankan Suri?
IBU SURI
Benar Datuk Perpatih.
TOKOH II
Dan kau ingin menanyakan penyakit Suri?
IBU SURI
Benar, Datuk Nan Sebatang.
TOKOH II (MENYANYI)
Suri, Surimu dipasung matanya.
Memandang kebenaran, silau pandangannya.
Surimu, Suri dipasung telinganya
Mendengar kejujuran, pecah gendangnya
1
Saudara ibu yang laki-laki. Sebutan oleh raja kepada pegawai kerajaan yang tua.
IBU SURI
Apa nama penyakit Suri, Datuk Perpatih?
TOKOH II
Assalamu’alaikum
IBU SURI
Wa’alaikum salam
IBU SURI
Kenapa begitu, Datuk Perpatih?
TOKOH II
Suri hidup dari pasungan kecil ke pasungan besar. Semenjak pasungan kecil sampai pasunan
besar. Suri tidak merasa lagi pasungan memasung dirinya, memasung hidupnya.
IBU SURI
O, datuk Perpatih Nan Sbatang. Carikan obat untuk Suri. Carikan juga, carikan.
TOKOH II
Kau benar-benar pencinta Suri (BERPUTAR BEBERAPA KALI, TIBA-TIBA BERHENTI
DI DEPAN IBU SURI) Obatnya telah kutemukan, tapi kau menderita karenanya.
TOKOH II
Rantau.
IBU SURI
Rantau? O, Datuk Perpatih.
IBU SURI
Suri harus merantau? Meninggalkan negerinya sendiri. Meninggalkan aku sendiri. O,
Perpatih. Laut sakit, rantau bertuah, jika pulang Suri ku musnah.
MANDA
Kenapa kau menangis? Apakah Suri dapat disembuhkan? Ramuan apa yang harus diberikan?
IBU SURI
Obatnya terlalu sulit Manda.
TOKOH I
Apa?
IBU SURI
Perpisahan! Mengutuki semua yang suci! O, Manda. Haruskah aku berpisah dari Suri.
Perpisahan Manda, berarti kehilangan. (LEMAH TERKULAI).
IBU SURI
Suri, kulepas kau pergi ke rantau bebas. Suri tak lagi membangkit batang terendam. Di rantau
Suri bukan lagi mengumpul kekayaan. Suri tak hanya menuntut ilmu. Rantau Suri bukan
lanjutan rantau kebiasaan.
Di rantau Suri ku, bicaralah apa dan bagaimana saja. Selama kata rancu tak bermakna di
rongga mulut datuk-datuk mu. Di rantau Suri ku tulis sejelas apa saja penjelasannya, selama
nilai lama dan norma baru tetap meracau dalam ngalau2 mu.
Di rantau Suri ku, karang karangan apa saja sekarang. Selama aturan kota dan hokum rimba,
tindih bertupang di tikar pandanmu
BAGIAN KEDUA
MANDA, MEDIUM YANG TERKENAL ITU DATANG MENYANDANG BARANG
BAWAAN BERUPA SEBUAH TONGKAT PANJANG, DAN BUNGKUSAN KAIN
HITAM BESAR BERISI BERBAGAI KEPERLUAN PENGOBATAN. SETELAH
BARANG-BARANGNYA DILETAKKAN, DIDEKATINYA IBU SURI YANG MASIH
TERGELETAK DI LANTAI. SEGERA DIAMBILNYA TUJUH HELAI LIDI DAN DUPA.
DIBAKARNYA KEMENYAN. DIA MENGELILINGI TUBUH IBU SURI DAN
2
gua
IBU SURI
Manda, tak kuingat lagi berapa lama Suri di rantau. Selain saat kepergiannya, ada sesuatu
yang asing terasa dalam diriku. Mengigau. Manda, sakitkah Suri hingga tidak ada surat
sampai?. Laratkah Suri hingga tak ada kiriman datang?. Beratkah kerjanya hingga tak ada
berita tiba?. Manda, aku ingin tahu Suri ku. Panggilkan lagi arwah nenek moyang. Roh
tokoh-tokohmu.
MANDA
Ibu Suri, bertanya pada roh para tokoh atau pun arwah nenek moyang merupakan tipu
muslihat setan memperdaya keimana. Syirik hukumnya bila dikerjakan. Neraka jahanam
ancamannya. Begitu kata guru agamamu.
IBU SURI
Guru agamaku tak mampu menerangkan di mana Suri. Penghulu adatku tak dapat
menjelaskan kemana Suri. Mesin hitungku tak kunjung mengurai. Sansai3 kah Suri?. Manda,
kemana lagi aku harus bertanya. Berita Koran tak lagi menyakinkan. Siaran televise sulit
diyakini. Iklan majalah susah dipercaya.
MANDA
Bila kau lakukan juga, dosamu tak akan dapat ampunan.
IBU SURI
Juga, aku merasa berdosa, jika Suri tak kutahu di mana. Ayolah, Manda. Panggil roh dan
arwah. Kubayar ongkosnya berapa saja.
MANDA
Jika Suri tahu, sesalan akan meniti sepanjang waktu.
IBU SURI
Manda diikuti roh para tokoh, Manda ditemani arwah nenek moyang. Aku mengikuti Manda.
Aku menemui Manda. Dan siapakah yang kurugikan, dan apakah yang kukurangkan. Tak
seorang pun, tak satu pun, Manda. Jauh sebelum waktu tradisi mengajar aku begitu.
MANDA
Tidakkah kau takut melihat roh dan arwah berwujud pada jasadku dengan beragam bentuk!?
IBU SURI
Yang kutakutkan, kehilangan Suri. Ke rantau Suri pergi, tak lagi rasanya kumiliki. Ayolah
Manda, perantara dua dunia.
3
banyak derita, sengsara, sedih sekali.
MANDA
Datanglah roh para tokoh, berkunjunglah arwah nenek moyang. Yang tidur sepanjang kubur,
yang bermalam di kegelapan.
PARA PEMAIN
Malekum malekum malekum salam
Lam malekum salam. Salam malekum
MANDA
Bersuaralah dengan suara kami. Dengarlah dengan pendengaran kami. Lihatlah dengan
penglihatan kami, berdirilah sekeliling kami.
IBU SURI
Arwah siapakah yang datang?
IBU SURI
Selamat datang, Sutan. Aku ingin menyilau Suri yang sudah lama dirantau.
TOKOH III
Oho, tentang Suri mu ya. Hehhh…hehhh… mestinya aku batuk sedikit. Tapi, belum.
Dengarkanlah hai perempuan. Tentang Suri mu. Dia tak lagi berdayung sepanjang Inderagiri.
Tapi, kini berlayar ke laut lepas. Meraung, mengarung samudera. Ditiup angina ke Selatan.
Membayang selat, teluk dan tanjung. Layer perahunya menggelembung. Gagah nian. Tapi
Suri mu tergantung pada angina.
IBU SURI
Yang mudah-mudah saja, Sutan. Mudah-mudahan aku bias paham.
TOKOH III
O, yang jelas dan nampak di mata? Baiklah kalau itu yang kau minta.
IBU SURI
Roh siapakah yang datang?
IBU SURI
TOKOH IV
Di gunung padang barangkali. Tapi mungkin juga di Inderapura
IBU SURI
Bagaimana tentang Suri ku?
TOKOH IV
O, Suri. Ya…ya… Suri mu karena segan bergalah, hingga hanyut di rantau. Baginya kini
bintang tak lagi penentu arah. Angina dan arus laut tak lagi mengalirkan pikirannya. Pulau-
pulau tak lagi memberi isyarat mengisyarati perbuatannya.
IBU SURI
Yang jelas! Kata-kata bersayap suka terbang ke dalam penegrtianku. Jelaskan saja! Jelaskan!
TOKOH IV
O Zaman, O perempuan. Jika tak jelas lagi apa yang kukatakan, tentu semakin tak jelas apa
yang kau pikirkan. Tapi baiklah. Kau ingin yang jelas bukan?
Inilah Suri. Kepala Suri. Suri Kepalan. Suri terpasung. Pikirannya dipasung. Terpasung
pikirannya.
IBU SURI
Suri, jika kau terpasung juga. Terpasunglah di kampong kita. Daripada hatimu dipasung,
mulutmu terpasung. Di rantau rantau ketakberdayaan mu.
Suri, jika kau mau menuntut ilmu juga, tuntutlah ilmu di surau kita. Daripada berhitung tanpa
batas angka. Belajar agama tanpa mengamalkannya, mengaji tanpa bahan uji di rantau-rantau
keyakinanmu.
Suri, jika ingin kekayaan juga, semaikan bibit di tanah pusakan. Daripada berladang di
punggung kawan. Bertanam tebu di bibir, sambil menggantang asap. Dirantau-rantau
kelicikan mu.
IBU SURI
Suri. Jika rindu kampong mu tiba, jangan pulang ke kampong asal yang kini asal jadi
kampong. Dimamah lurah dirancah punah.
Jangan lewat di depan Surau Buluh yang kini ditukar, ditakar, ditikar-tikar. Dituduh jadi
rumah perusuh dan pesuruh.
4
Terkutuk (untuk cacian atau makian)
5
= bincacak
Jangan berdiri di galanggang, tempat segala aduan dan peraduan. Segala lomba kini diagak
agihkan. Pemenang keluar sebelum bertanding. Janagn bilai tanggai balai adapt. Yang kini
jadi tempat bertukar baju. Jangan bersimpuh di langkan rumah gadang. Kembang dipatah
kumbang diinjak kambing.
MANDA
IBU Suri, sudahkan kau tahu tempat di mana Suri mu berada?
IBU SURI
Semuanya meragukan Manda.
MANDA
Apa lagi yang mungkin kau percayai.
IBU SURI
Bahwa, Suri ku tetap ada.
MANDA
Di mana?
IBU SURI
Di rantau
MANDA
Di rantau maua?
IBU SURI
Itu pun meragukanku.
MANDA
Barangkali Suri mu tak pernah ada (PERGI)
IBU SURI
Manda. Jangan kau sangsikan suri ku. Suri ku ada dimana-mana.
BAGIAN KETIGA
IBU SURI TIDAK PUAS ATAS KETERANGAN ROH DAN ARWAH TENTANG SURI.
APALAGI MANDA SENDIRI MENYANGSIKAN ADANYA SURI. IBU SURI HARUS
BERTINDAK DAN MEMASTIKAN SURI HINGGA DAPAT MEYAKINKAN DIRINYA.
IBU SURI
Ternyata roh yang Manda undang bukan roh para tokoh atau arwah nenek moyang! Tapi roh
para bandit dan penipu. Suri dikaburkannya, Suri disangsikannya. Aku harus mertas jalan
pintas untuk melakukan terobosan.
Aku akan bicara langsung tanpa perantara dusta atau medium mesum! Pergi kau. Pergi! Aku
akan memanggil arwah yang jujur dan arwah nenek moyang yang budiman.
MANDA
Ibu Suri termasuk orang beriman, jangan berteman dengan setan. Syirik hukumnya., syirik.
IBU SURI
Syirik atau syarak. Dosa atau dasi, desa atau dasa, Manda peduli apa!? Suri pasti ada. Suri
tidak boleh disangsikan! Ayo Manda, pergi! Aku akan meletakkan sesajian. Bagi roh dan
arwah yang akan diundang.
MANDA
Berkali-kali kukatakan. Bila kau berteman dengan setan, neraka jahanam ancamannya.
Hentikanlah. Biarkan aku sendiri saja yang terlanjur. Karena tidak mampu menolak tradisi.
MANDA
Ibu Suri, mereka tidak akan datang, percayalah. Setiap panggilan punya aturan.
MANDA (DATANG)
Persyaratannya Ibu Suri. Persayaratannya roh laki-laki tidak mau masuk ke dalam diri
perempuan. Terkcuali, bila mereka masih hidup dan bujangan.
IBU SURI
Bohong! Roh tidak punya nafsu, apalagi jenis kelamin. Pergilah Manda. Segala kekuatanku
akan kukerahkan, mendatangkan segala roh.
MANDA
Jangan-jangan yang datang roh sembarangan.
IBU SURI
Aku tak peduli. Kuusir roh-roh bila berani mengatakan Suri ku tidak ada.
MANDA
Nanti kau menyesal.
IBU SURI
Pergilah kataku. Pergi. Aku ingin tahu Suri. Yang lain aku tak peduli.
MANDA
Baik. Baik. (KELUAR)
ROH DAN ARWAH YANG TERDIRI DARI PARA PEMAIN ITU BERSAMA MANDA
DATANG BERPUTAR-PUTAR. KAIN-KAIN HITAM MEREKA MENGEMBANG DI
UDARA. MEREKA KEMUDIAN DUDUK MENGHADAP PIRING-PIRING YANG
DISEDIAKAN BAGINYA. PIRING-PIRING ITU MEREKA AMBIL. SAMBIL DUDUK
PIRING ITU MEREKA BAWA MENARI. MENJADILAH SEBUAH TARIAN ENTAH
APA. MEREKA MENARI PIRING SAMBIL DUDUK DAN SAMA-SAMA BERNYANYI
DENGAN MANTRA-MANTRANYA
IBU SURI
Selamat datang para roh dan arwah-arwah nenek moyang. Suri ku kini sedang terancam. Suri
ada, dikatakan tidak ada. Suri hidup, dikatakan telah mati. Suri bergerak dikatakan diam.
Bicaralah para undangan malam ini malam kebebasan bagi roh dan arwah nenek moyang
untuk bicara langsung dan blak-blakan! Namun begitu, bicaralah sebatas Suri. Soal Suri itu
apa, Suri itu siapa, tak perlu lagi diperdebatkan! Yang penting adalah Suri. Dimana Suri kini.
Jika merantau, bagaimana Suri di rantau.
NYANYI DAN TARI PARA ROH YANG DUDUK DENGAN PIRING-PIRINGNYA ITU
MENJELMAKAN MUNCULNYA TOKOH ATAU ARWAH KE TENGAH PENTAS.
TERNYATA YANG MENJELMA ITU ADALAH TOKOH V. DIA BERDIRI DAN
MENARI MENGIKUTI IRAMA SAMPAI BERADA DI TENGAH PENTAS.
TOKOH V
Jika ada yang mencari Suri, akulah Suri. Suri namaku.
IBU SURI
TOKOH V
Namaku Suri. Umur dua puluh sembilan tahun. Belum kawin. Kuburan baru saja digusur.
Penetapan berikutnya ditentukan surat keputusan.
IBU SURI
Sebab kematian?
TOKOH V
Keracunan makanan.
TOKOH V
Tak punya, selain riwayat kematian
IBU SURI
Oh, oh. Roh apa ini? Barangkali roh gelandangan. Sudah! Sudah!
IBU SURI
Ondeh Mak! Roh apa yang jalan begini? Roh wayang ya!
TOKOH VI (MENGANGGUK)
IBU SURI
Pasti bukan Suri!
TOKOH VI
Aku bukan Suri, tapi tahu tentang Suri. Suri bernasib baik, semua orang mengikutinya,
karena dijadikan panutan, setiap saat Suri diingat, setiap waktu Suri disebut, setiap orang
menyembah Suri
TOKOH VI
Suri tidak akan pulang sebelum ada panggilang
IBU SURI
Apakah Suri telah kawin?
TOKOH VI
Perkawinan bukan untuk pemuas nafsu. Karena itu tidak perlu terburu-buru. Begitu Suri
ditulis di buku-buku.
IBU SURI
Jika Suri ditulis di buku, kenapa Suri tidak berkirim surat padaku?
TOKOH VI
Surat dan buku jauh berbeda. Buku meninggalkan pesan. Surat pembawa pesan.
IBU SURI
Tidakkah Suri ingat padaku?
TOKOH VI
Ha! Aku pun lupa apakah Suri punya ingatan atau tidak.
IBU SURI
Mestinya kau tanyakan! Malu bertanya, sesat di jalan, tahu!
TOKOH VI
Baik, baik. Kutanyakan sekarang.
PARA PEMAIN
Malekum malekum malekum salam
Lam malekum salam. Malekum salam
TOKOH VI
Tapi Suri ada di dalamnya.
IBU SURI
Sudah. Duduk!
MELIHAT KE CERMIN DAN BERCERMIN. DIA TERSENYUM MEMANDANG
CERMIN.
Suri, suri. Kau tersenyum
MENANGIS DAN MEMBUANG CERMIN ITU
Kau tersenyum. Oh… oh…..
TOKOH VII
Jika Suri ada di sini, maka Suri adalah aku sendiri. Ini aku, Suri. Menduda menjelang tua,
berdagang di Surabaya. Meninggal karena tusukan kawan di belakang.
IBU SURI
Negeri asal?
TOKOH VII
Sumenep, Madura.
IBU SURI
Eyayaya! Salah undang! Roh penjual sate Madura rupanya! Sudah, cukup!
IBU SURI
Oalaaah… roh kembar. Duduk! Suri ku satu! Bukan dua!
TOKOH IX
Suri memang satu, tapi bukan satu-satunya. Suri telah jadi sederhana, disederhanakan
pendangannya, pikirannya, langkah, lenggang dan gerak-geriknya.
TOKOH VIII
Kalau begitu ada unsure kesengajaan
TOKOH IX
IBU SURI
Siapa yang menentukan? Keadaaan? Situasi? Ayo, bicara. Kebetulan kalian sudah jadi roh,
boleh bicara dengan bebas.
TOKOH VIII
Oho! Kebebasan bicara? Karenanya aku dihukum seumur hidup
TOKOH IX
Sebenarnya Suri hadir, tapi tidak dihadirkan.
TOKOH VIII
Tidak, bung! Suri tidak pernah ada. Tapi, diada-adakan. Mengada-ada namanya.
TOKOH IX
Jadi, jelas sekarang. Sejak kau masih hidup selalu meniadakan Suri. Sampai jadi roh pun, kau
tidak mengakui adanya Suri. Apakah aku harus berkelahi lagi denganmu!?
TOKOH VIII
Ayolah! Aku tidak perlukan Suri. Dendam padamu akan tetap ada, walau sampai jadi roh
sekali pun.
TOKOH IX
Kedua kalinya kau mati, ayo!
IBU SURI
Sudah! Sudah! Tidak tahu diri. Mana ada roh yang suka naik darah.
IBU SURI
Ayo bicara!jangan hanya menyalak-nyalak saja!
IBU SURI
Wah, wah…. Roh apa yang nyelonong!
PARA PEMAIN
Roh Anjing
IBU SURI
Sudah, sudah! Ini roh tukang dandang dan datukdatuk, Minang?
TOKOH XI
Madam. Aku mati karena berusaha memahami pantung, petatah dan atau datuk-datuk
IBU SURI
Negeri asal?
TOKOH XI
Ibuku Kampuchea, ayahku Australia
IBU SURI
Gaca den6! Roh asing! Getaut7!
TOKOH XI
Sebentar. Jika madam kehilangan Suri. Aku dapat memberikan informasi.
IBU SURI
O, Sorry! Sori atau Suri?
TOKOH XI
Sebenarnya Suri pendaki gunung. Terakhir kutemui di Kathmandu. Perkenalanku di
Tangkuban perahu, dia punya humor-humor pegunungan. Dengar, kau tahu John, katanya.
Kenapa orang Minang lebih suka berladang di punggung kawan dan bertanam tebu di bibir?
Karena semua tanah dan lading mereka sudah dijadikan daerah transmigrasi.
Aku tidak merasakannya sebagai humor. Aku tidak tertawa. Tapi, dia merasa lucu dan tertawa
sendiri. Kesimpulanku adalah Suri suka menertawakan diri sendiri.
TOKOH XI
6
bocor saya (Minang)
7
maksudnya; Get Out (Ing)
TOKOH IX
Aku memotret pakai lensa mata ikan
TOKOH XI
Ah, lalu?
PEMAIN III
Dengan mata sapi.
PEMAIN I
Mata-mata, itu baru betul
IBU SURI
Cukup! Cukup! Suri ku jangan dijadikan dagelan!
MANDA (MENYANYI)
Malekum malekum malekum salam
Lam malekum. Malekum salam
Akulah Suri. Tidak anak bincacak. Tidak anak bincacau. Bukan Singiangngiang rimba.
IBU SURI
Suri? Suri?
MANDA
Akulah Suri. Disusukan di rumah gadang. Dibuai dalam kain cindai8. Mengaji di surau buluh,
bersilat diajar mamak. Aku Suri mu
8
kuntilanak
MANDA
Katanya mencari Suri, nyatanya menemukan aku. Padahal aku sudah jadi roh. Perempuan
seperti ini yang selalu inginkan aku terus jadi perantara. Tapi, dia tak mau berterus terang.
IBU SURI
Suri, suri. Kalau merantau pantangkan pulang. Tapi, kirimi aku buku setebal kubu yang huruf
besarnya peragu guru. Huruf miringnya penyesat adapt, huruf kecilnya perancu waktu, huruf
tebalnya pengganda makna!
Suri, kalau merantau pantangkan pulang, tapi kirimi aku pena tak tentu tinta. Penanda-nanda
tangan, penanda-nanda dunia. Penunda-nunda kenangan. Kalau merantau pantangkan pulang,
tapi belikan aku pensil yang dirancang seruncing tanduk. Pembelah buluh jadi bilah,
pelambung lembing jadi lambing. Di bawah lambung, dibawah lumbung!
Suri. Kalau merantau pantangkan pulang. Tapi carikan aku rantai rentangan rantang,
penjunjung jenjang pemugar pagar, pengikat anjing di bawah anjung. Penarik gunjing di
ujung gonjong!
Suri, tanggamu tinggi, beranak pinak anaknya. Kakiku kaku, kan jatuh ditimpanya.
ADEGAN KE EMPAT
YANG TIDAK TERTOLONG DARI PERKEMBANGAN DIRI IBU SURI TERHADAP
KEINGINANNYA UNTUK MENGETAHUI SURI ADALAH: DIA MENGANGGAP
SEORANG PEMAIN YANG KINI TERBUJUR DISELIMUTI KAIN HITAM DI TENGAH
PENTAS ADALAH SEBUAH KUBURAN. DAN, KUBURAN ITU MENURUT
PANDANGANNYA ADALAH KUBURAN SURI.
IBU SURI
Suri, o Suri. Jika kau berkubur di sini, kenapa kau tak terberita di surat kabar, surat yang
kabur kabar. Tak berkibar karena takut dikubur. Yang tersirat semakin surut. Atau melalui
“Hu, tangku!”
“Hu, tanmu!”
IBU SURI
Manda! Belum juga kau puas jadi perantara. Apa perlunya kau ikuti aku ke sini!
MANDA
Tempat seperti ini terlalu suci untuk ditangisi, Ibu Suri.
IBU SURI
Salahkah aku menangisi kematian suri? Dan, melepaskan kesedihan itu di atas kuburnya?
MANDA
O, kau telah keliru lagi. Tempat ini bukan kuburan, Ibu Suri.
IBU SURI
Bukankah Manda ziarah ke sini untuk mendapatkan berkah dari Suri?
MANDA
Aku selalu ziarah ke buruan keramat setiap malam jumat. Sejak dulu telah kulakukan.
MANDA
Jika Suri berkubur di sini, siapakah yang menguburkannya. Jika Suri telah mati, bilakah dia
meninggal. Jika tempat ini kuburan Suri, tanda apa yang dapat dijadikan bukti?
IBU SURI
Aku juga menyesalkan hal itu, Manda. Suri memang tidak pernah memberi tahu.
IBU SURI
Manda! Kau bicara apa! Aku yakin Suri ku ada. Ii sudah lebih dari segalanya!
MANDA
Jika Suri anakmu, siapakah ayahnya, bila dia dilahirkan, kapan turun mandinya di rumah
gadang yang mana?
Di pintu langit aku akan berteriak: hei, para penghuni langit! Turunlah ke bumi! Saksikan!
Suri disangsikan!
MANDA
Tentang Surimu, bukankah hanya mimpi seorang perempuan yang kini gelisah di umur senja.
Perempuan yang tak percaya lagi pada laki-laki, pada manusia. Perempuan yang
menginginkan anak, tapi takut melahirkan, karena dianggap mengurangi kecantikan.
Perempuan yang cemas putus turunan tak rela waris diterima orang lain.
MANDA
Keyakinanmu keliru, Ibu Suri.
IBU SURI
Tapi, kau pun tidak dapat membuktikan tempat ini bukan kuburan Suri. Kau pun tidak dapat
memberi kesaksian, bahwa tempat ini keramat dan suci.
MANDA
Ibu Suri. Keinginanmu begitu kuatnya hingga menjelmakan sebuah impian. Tapi, tidak
mampu mengatasinya.
MANDA
Roh siapapun tidak akan tahu tempat ini kuburan Suri mu. Percayalah. Mereka tidak akan
datang, siapa pun yang akan mengundang.
IBU SURI
Aku pernah mengundang mereka. Semua patuh dan semua datang.
MANDA
Jangan lakukan, nanti kecewa.
IBU SURI
Ya, ya. Kau cegah aku membuktikan kubur Suri ku. Karena kau ragu kubur ini kubur keramat
mu. Kau ragu pada keyakinanmu, lalu ragukan keyakinanku. Ini tidak sehat, Manda.
Kupanggil mereka, sekarang juga!
MANDA
Kau memang keras kepala.
MANDA
Tadi sudah kukatakan mereka tidak akan datang, Ibu Suri. Mantramu sudah rancu makna.
Kau sisipkan kata partisipasi. Partisipasi? Gotong royong maksudmu? Wajib? Sukarela?
Paksaan? Ibu Suri. Kuingatkan padamu, dalam mantra kata tak bermakna ganda, karenanya
mantra jauh berbeda daris astra. Perbedaannya begitu tajam dengan sebuah pembicaraaan.
IBU SURI
Biar pun mereka tidak mengerti dengan apa yang kukatakan. Mereka akan kuseret ke sini
dengan segala kekuatan.
MANDA
Ingat lagi, Ibu Suri. Kuburan ini keramat dan suci. Makam seorang malin yang termashyur,
malin dari sekalian malin. Seorang guru agama yang besar, punya kitab kuning dan merah.
Seorang yang fanatic, taat, terkadang ekstrem.
Ibu Suri. Ziarah ke makam ini tujuh kali, sama nilainya dengan menunaikan haji satu tahun.
IBU SURI
Aku tak peduli!
“Hu! Tanku!”
“Hu! Tangmu!”
IBU SURI
Malekum malekum malekum salam
Lam malekum. Malekum salam
TOKOH XII
Sudahlah! Sudah! Jangan aku diadili lagi, aku sudah jadi batu, cukuplah itu. Terlalu berat
anak durhaka dituduhkan kepadaku. (MENANGIS) aku sudah mati, tapi masih terus diadili.
Kesalahanku terlalu dicari-cari. Mestinya aku harus membela diri. Tapi ya, bagaimana lagi.
IBU SURI
TOKOH XII
Suri? Suriname maksudmu? Di situ memang aku pernah singgah membeli pakaian untuk
kubwa pulang jadi hadiah bagi ibuku. Aku memang pernah berlayar ke sana.
IBU SURI
Jadi kau siapa?
TOKOH XII
Aku malin
MANDA
Malin? Ha, benar kan? Kau malin kan dari sekalian Malin.
TOKOH XII
Malin Kundang
IBU SURI
O, bagaimana ini!?
MANDA
Tadi sudah kubilang, tempat ini kuburan seorang malin.
IBU SURI
Ya, tapi bukan malin keramatmu! Malin Kundang! Ini pasti salah undang lagi. Roh petualang
rupanya yang datang.
TOKOH XIII
Kudengar seorang perempuan, dapat kupastikan itu pastilah suara Puti Bungsu. Ya, kan?
TOKOH XIII
Istriku namanya Puti Bungsu, juga selalu mendesakku kalau menginginkan sesuatu. Kuingat
lagi bagaimana dia meminta kembali kain songsong barat, kain yang kucuri sewaktu dia
mandi.
Ya, ya…. Waktu itu aku menyamar jadi tukang pancing. Ah, Puti Bungsu. Aku cinta padamu.
Dimanakah anak kita Malin Duano?
IBU SURI
Tobat, tobat. Roh Malin Deman!
MANDA
Malin kan, malin!
TOKOH XIII
Nah, betul. Malin Deman.
Kalau orang terkenal seperti aku memang begitu. Rohnya pun masih bias dikenal. Kelebihan
orang terkenal begitulah, yak an? O, siapa namamu? Nona atau Nyonya? Ibu Suri? Ya…ya….
Ibu Suri.
Anakmu tentu seorang raja. Cantik juga kau malam-malam begini. Dah sayang!
IBU SURI
Sial! Sudah jadi roh, masih juga mengganggu perempuan!
MANDA
Ibu Suri, berkali-kali kukatakan. Suri tak akan pernah kau temukan. Suri mu hanya impian.
IBU SURI
Bukan! Keyakinan! Pasti Suri bekubur di sini. Kuburan ini mesti digali.
MANDA
Ha? Digali? Jika kubur keramat ini digali, berarti kau menghacurkan apa yang kuyakini.
IBU SURI
Kita sama-sama memerlukan bukti.
MANDA
Jjangan hancurkan yang telah ada bagi Suri mu yang belum tentu ada.
IBU SURI
Hei roh, hei arwah! Ke sini! Mendekatlah! Waktu kita tinggal sedikit lagi. Gali kubur ini!
MANDA
IBU SURI
Pergilah Manda. Sebentar lagi akan terbukti. Tempat ini bukan kubur keramat, tapi pasti
kuburan Suri.
MANDA
Memang sulit mencegah perempuan yang tergila-gila dengan impiannya (KELUAR)
IBU SURI
Soalnya, kau ragu pada keyakinanmu. Kau hanya mampu menjadi perantara. Bukan jadi
pemain utama!
IBU SURI
Peduli apa! Hei roh! Gali kubur ini, gali.
PARA ROH
Apa yang harus kami gali?
IBU SURI
Menggali keyakinan! Ayo kerjakan!
IBU SURI
Suri, pulanglah sebelum berpulang. Benih telah lama kusemai. Dan padi akan segera dituai.
Kau berdendang di bawah lumbung. Tapi malang, di sini kau terbujur membujur kekecewaan.
Suri, pulanglah sebelum berpulang. Bawakan aku atap penyisip tajuk balai adat. Bawakan
aku kitab bertulis arab melayu pengganti buku tangan dan buku bamboo. Bawakan aku lampu
menara, lentera duia, pengganti rekaman suara adzan.
Dengan pancaran kubah dan mihrab cahaya. Suri, pulang sebelum….
IBU SURI
IBU SURI
O, Suri ku. Setelah berpulang, baru kau pulang. Setelah jauh, baru kujumpa. Setelah tiada,
baru kau ada. Suri…Suri….
MANDA
Nah, kan. Aku lagi yang disalahkan. Nyatanya menemukan aku. Perempuan begini selalu
menginginkan aku terus jadi perantara. Padahal aku sudah dikubur. Tapi, dia tetap saja
memungkiri. O, perempuan.
IBU SURI
Suri. Ya, aku bukan Ibumu. Dan juga kau bukan anakku. Tak mungkin kau ku anakkan, kau
pun tidak mungkin diperanakkan. Suri, bagiku kau hanya satu. Satu untuk segalanya. Satu
untuk semuanya.