Anda di halaman 1dari 37

Lakon

RoH Karya Wisran Hadi


(juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003)

Lakon Roh karya Wisran Hadi 1


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
PENGANTAR PEMENTASAN

I
Seorang medium bukanlah dukun atau tabib, tetapi perantara. Dia dikenal dalam
masyarakat tradisi sebagai seorang yang lebih daripada dukun biasa. Dia dapat membuat
hubungan antara manusia yang masih hidup dengan roh atau arwah (menurut kepercayaan
tradisi) dari orang yang telah lama meninggal.
Konon, roh-roh itu menyusup ke dalam diri si perantara setelah memenuhi segala
persayaratan berupa sesajian, kembang dan kemenyan, serta mantra-mantra yang dinyanyikan
dengan irama yang spesifik dan magis. Setelah roh masuk ke dalam tubuh si perantara, dia
tidak lagi sebagai dirinya sendiri sehingga tingkah laku, suara dan irama bicaranya jauh
berbeda dengan tingkah lakunya sehari-hari.
Percaya atau tidak, benar atau tidak, peranan perantara begitu penting. Meminta
bantuan seorang perantara merupakan usaha terakhir dari mereka yang ingin mengobati
penyakit yang tidak dapat diatasi oleh dokter di zaman modern ini. Bahkan perantara dapat
mengetahui apa yang terjadi di masa lalu dan yang akan terjadi pada diri seseorang saat ini
maupun di masa datang. Roh-roh itu akan bicara dengan manusia melalui diri si perantara.
Hanya si perantara itu saja yang mampu memanggil roh-roh. Entah roh apa, atau roh siapa.
Roh-roh itu yang menyelusup secara berganti-ganti ke dalam tubuh si perantara itu adalah
roh-roh dari tokoh-tokoh terkenal dan nenek moyang yang entah kapan dan bagaimana
memanggilnya.

II
Ibu Suri sebenarnya hanyalah panggilan. Dia bukan ibu seorang raja atau istri dari
raja, maupun bengsawan mana pun. Ibu Suri, seorang perempuan yang berstatus sebagai ibu
yang menganggap dirinya ibu dari Suri. Sedangkan siapa Suri itu sendiri, dia pun sulit untuk
menjelaskan apa, siapa dan bagaimana. Ibu Suri tidak percaya benar pada roh yang dapat
masuk ke dalam diri perantara. Apalagi sebagai orang yang beragama, meminta bantuan si
perantara adalah pekerjaan setan yang menggoda keimanan seseorang. Menurut guru agama
Ibu Suri, hanya kepada Tuhan saja manusia harus meminta tolong, bukan pada roh atau arwah
nenek moyang, jika manusia meminta tolong pada setan, pekerjaan itu disebut syirik,
menduakan keesaan Tuhan dan diancam dengan dosa yang berat sekali, dosa yang tak dapat
diampuni dan kekal tempatnya di neraka kelak.
Tapi apa boleh buat, Ibu Suri terpaksa melakukannya karena secara tradisi dia
diyakinkan akan peranan roh-roh atau arwah nenek moyang dalam kehidupan manusia. Dia
mau mengikuti tradisi itu karena yakin tidak akan dapat menemui Suri. Oleh karena itu, Ibu
Suri tidak menganggap apa yang dilakukannya sebagai pekerjaan benar atau tidak, logis atau
tidak. Soalnya, Ibu Suri terdesak oleh keadaan yang tidak dapat diatasinya sendiri dan mau
tidak mau dia harus mengikuti tradisinya, walaupun sudah hidup di zaman modern seperti
sekarang ini. Berarti, Ibu Suri tetap punya kecendrungan tradisi walau bertentangan dengan
ajaran agama, logika dan perkembangan zaman.

III
Drama Roh dikembangkan dari kegiatan pengobatan tradisional yang memakai jasa
perantara. Pengobatan demikian masih berlangsung sampai sekarang. Tidak hanya pada
masyarakat tradisional saja, tetapi juga pada masyarakat yang disebut modern seperti
sekarang. Pada umumnya kegiatan pengobatan begini masih berlangsung di kampung-
kampung dalam kawasan pesisir (rantau) timur Minangkabau, seperti daerah Kuantan. Cara
pengobatan seperti itu disebut masyarakat di sana dengan nama Tagak Balian.

Lakon Roh karya Wisran Hadi 2


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Dalam tahapan cerita berikutnya, dikembangkan pula bentuk sebuah acara tradisional
yang lain, yaitu meminta berkah ke tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat, biasanya
ke kuburan-kuburan tertentu. Upacara minta berkah ini juga masih berlangsung sampai
sekarang, terutama di daerah pesisir selatan sekarang. Di Pariaman misalnya, upacara
meminta berkah disebut Basapa.
Selain itu penceritaan Roh ini diselingi dengan randai dan indang, dua bentuk
kesenian tradisi Minangkabau yang masih popular sampai sekarang.

DRAMATIC PERSONAE
1. IBU SURI
2. MANDA
3. TOKOH I
4. TOKOH II
5. TOKOH III
6. TOKOH IV
7. TOKOH V
8. TOKOH VI
9. TOKOH VII
10. TOKOH VIII
11. TOKOH IX
12. TOKOH X
13. TOKOH XI
14. TOKOH XII
15. TOKOH XIII

Lakon Roh karya Wisran Hadi 3


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
BAGIAN PERTAMA
PADA TAMPAH-TAMPAH BESAR DILETAKKAN BUAH SEMANGKA SEDEMIKIAN
RUPA DI ANTARA BUNGA-BUNGA DAN DEDAUNAN, SEPIRING BARA PANAS
DAN SEKAM PEMBAKAR KEMENYAN, PISAU, DUA GELAS AIR, LAMPU MINYAK
TANAH YANG MENYALA DAN SEPIRING BERAS. SESAJIAN INI DIBAWA OLEH
PARA PEMAIN YANG MENUTUP DIRI MEREKA MASING-MASING DENGAN
SELEMBAR KAIN HITAM YANG LEBAR DAN MELETAKKANNYA DI PINGGIR
DAN SUDUT-SUDUT PENTAS. SETELAH SESAJIAN DILETAKKAN, MEREKA
DUDUK DAN DIAM MEMBEKU.

DI TENGAH PENTAS, MANDA BERSUJUD DENGAN KEDUA TANGAN


DIRENTANGKAN MELEBAR DI LANTAI, TUBUHNYA DIESLIMUTI KAIN HITAM
YANG LEBAR. DI SAMPING MANDA, DUDUK IBU SURI. IBU SURI BERUMUR
SEPARUH BAYA, KAYA TENTU SAJA – INI TERLIHAT PADA GELANG DAN CINCIN
PERMATA YANG DIPAKAINYA, JAM TANGAN YANG MAHAL, DAN KACAMATA
TANPA BINGKAI. DIA AGAK SEDIKIT GEMUK, NAUMN DANDANANNYA RAPI.
DIA MENUNGGU PENUH HARAP SEKALIGUS TAKUT, KARENA INILAH KALI
PERATAMA BAGINYA BERHUBUNGAN DENGAN ROH ATAU ARWAH NENEK
MOYANG. BAU KEMENYAN MENUSUK-NUSUK HIDUNG.

SAAT CAHAYA MENERANGI PENTAS, MANDA MULAI MEMANGGIL ROH PARA


TOKOH DAN ARWAH NENEK MOYANG, TUBUHNYA MENGGIGIL DAN
TERDENGAR SUARANYA BERIRAMA MEMBACA MANTRA.

MANDA
Malekum malekum malekum salam.
Lam malekum malekum salam malekum salam. Salamalekum.

MEMBUKA KAIN PENUTUP TUBUH DAN MENYALAMI IBU SURI. BICARA


SEPERTI BIASANYA

Kuingatkan sekali lagi, ibu Suri. Jika dia datang, jelaskan segala persoalan Ibu Suri. Dia akan
memperkenalkan diri sebelum kau mengenalnya. Selama dia ada dalam tubuhku, dia
bukanlah aku. Apa saja boleh kau tanyakan, tak perlu segan atau malu-malu.

MELEPASKAN PEGANGAN TANGAN PADA IBU SURI

IBU SURI
Baiklah, Manda.

MANDA (MENUTUP DIRINYA KEMBALI DENGAN KAIN HITAM DAN MENYANYI


SAMBIL MEMBACA MANTRA SEPERTI SEMULA)
Malekum malekum malekum salam.
Lam malekum malekum salam malekum salam..
Sesaat lagi kupinjamkan jasadku padamu. Kepada roh-roh para tokoh tak berbentuk. Arwah
nenek moyang yang hilang tubuh, aku tak akan jadi aku karena kau wujud dalam aku ku.

Malekum malekum malekum salam,

Lakon Roh karya Wisran Hadi 4


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
lam malekum salam. Salam malekum.

Sesaat lagi aku pinjamkan jasadku. Aku penanggung akibat, kau pencari sebab. Aku ingin
selamat, kau tak usah bertanggung jawab.

Malekum malekum malekum salam.


Lam malekum salam, salam malekum salam.

SEMUA PEMAIN (KECUALI IBU SURI)


Kum salam. Kum salam. Kum salam.

PROSES PENYUSUPAN ROH KE DALAM TUBUH MANDA MULAI BERLANGSUNG,


MANDA MENGGIGIL, KAIN HITAM YANG MENYELIMUTINYA BERGOYANG-
GOYANG. KEMUDIAN, MANDA BERDIRI DAN BERPUTAR-PUTAR SEPERTI
GASING. MAKIN LAMA MAKIN CEPAT. KAIN HITAMNYA MENGEMBANG DI
UDARA.

PARA PEMAIN YANG TADI DUDUK PADA MAING-MASING SAJIANNYA BERDIRI


DAN IKUT BERPUTAR-PUTAR PLA. KAIN-IAN HITAM LEBAR YANG MEMENUHI
PENTAS, MENGEMBANG DAN KEMUDIAN BERGABUNG DENGAN MANDA.
MANDA SEAKAN HILANG DALAM PUTARAN. TEMPATNYA DIGANTIKAN OLEH
SEORANG PEMAIN, ROH YANG DIPANGGIL. SELAMA PUTARAN BERLANGSUNG,
MEREKA BERSUARA SEPERTI SUARA TELAPAK KUDA YANG BERLARI DARI
JAUH DAN SEMAKIN LAMA SAMKIN DEKAT. PEMAIN YANG MENGGANTIKAN
MANDA TADI BERPUTAR-PUTAR MENGELILINGI IBU SURI. SEDANGKAN YANG
LAIN PERLAHAN KEMBALI KEPADA SESAJIAN.

MANDA (MENYANYI,TAPI ENTAH DI MANA)


Malekum malekum malekum salam.
Lam malekum salam.
Salam malekum salam

TOKOH I (PEMAIN YANG MENGGANTI TEMPAT MANDA TADI)


Assalumalaikum.

MENGULURKAN TANGAN DARI BALIK KAIN HITAM YANG MENYELIMUTI


TUBUHNYA PADA IBU SURI. IBU SURI PENUH KETAKUTAN MENERIMA JABAT
TANGAN ITU

IBU SURI
Wa’alaikum salam

TOKOH I (MENURUNKAN KAIN HITAM PENUTUP TUBUHNYA. WAJAHNYA


PUTIH SEKALI DAN KAKU. IBU SURI TAKUT MELIHATNYA, TAPI DITAHANNYA
KETAKUTAN ITU SEKUAT TENAGA)
Akulah datuk Ketumanggungan, putra satuk Sri Maharaja Diraja.
Di Pariangan Padang Panjang. peletak dasar system adapt Koto Piliang
Tiada rakyat tanpa raja, hidup berjenjang naik, bertangga turun
Dan, aku pun mati juga, walaupun menang dalam perang saudara.

Lakon Roh karya Wisran Hadi 5


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Berkubur di bawah beringin songsang beribu tahun silam.

IBU SURI
Selamat datang Datuk Ketumanggungan

TOKOH I
O, kau cucuku. Dipanggil Ibu Suri karena kecintaanmu pada Suri

IBU SURI
Benar, Datuk.

TOKOH I
Dan, kau ingin menanyakan tentang Suri.

IBU SURI
Benar, Datuk. Kini semua orang menyangsikan Suri. Mereka katakana Suri terkena guna-
guna. Semua dokter yang mengobatinya jadi teler, segala dukun yang memberinya ramuan
jadi pikun. Selamatkan Suri ku, O… datuk Ketumanggungan.

TOKOH I
Trerlalu kau cemaskan Suri, karena menganggap Suri satu-satunya pelanjut keturunan dan
jika Suri mati, orang lain akan mewarisi harta dan tanah pusaka. Begitukah?

IBU SURI
Ya, ya, eh, ya benar… benar, Datuk.

TOKOH I
Panggil Suri

IBU SURI
Sekarang Suri tidak ada di sini, Datuk.

TOKOH I
Kalau begitu, biar aku mencarinya.

IBU SURI
Bagaimana mungkin Datuk mencarinya.

TOKOH I
Perantara dapat mewujudkan aku. Aku pun dapat mewujudkan Suri. Kelak kau akan dapat
memahaminya.

TOKOH I MENUTUP DIRINYA KEMBALI DENGAN KAIN HITAM DAN BERPUTAR


SEPERTI GASING SEBAGAIMANA TADI DIA DIJELMAKAN. BEGITU JUGA PARA
PEMAIN LAIN BERPUTAR MENGELILINGI SESAJIAN. TERDENGAR SUARA
TELAPAK KUDA BERLARI.

MANDA (MENYANYI, TAPI ENTAH DI MANA)


Malekum malekum malekum salam.

Lakon Roh karya Wisran Hadi 6


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Lam malekum salam. Salam
Malekum salam

TOKOH I
Assalamualaikum.

IBU SURI
Wa’alaikum Salam

TOKOH I (MENGELUARKAN SEGULUNG KAIN PUTIH YANG SUDAH DIGUNTING


PINGGIRANNYA SEUKURAN TUBUH MANUSIA)
Inilah Suri.

IBU SURI (KETAKUTAN)


Suri? Suri ku? Suri? Begitukah Suri? O, Suri.

TOKOH I (MELAMBAI-LAMBAIKAN KAIN PUTIH ITU KE UDARA SETIAP KALI


MENYEBUT NAMA SURI)
Suri, selama ini berada dalam pasungan, tidak dapat keluar malam. Tidak mampu berjalan
dan berlari. Dia tetap berada di tempatnya.
Suri, membuka pasungannya sendiri, mencoba berlari dan berlari. Tapi kakinya tidak kuat
menahan berat tubuh. Tidak mampu berdiri di kaki sendiri.
Suri tersiksa. Tersiksa dengan kemerdekaan yang diperolehnya.
Suri ingin kembali berada dalam pasungan. Dia meronta, arena pasungan tidak dapat lagi
dipakainya. Dia meraung karena kemerdekaan tidak dirasakan memerdekakan dirinya. Dia
menangis karena merasa mendapat hukuman berat, pasungannya dilepaskan.
Suri, ingin kembali dipasung karena sepanjang hidupnya, Suri dibesarkan dalam pasungan.
Suri, Suri mu. Suri kau, Suri kalian.

KAIN PUTIH ITU DIGULUNGKAN KEMBALI DAN DIMASUKAN KE DALAM


PAKAIANNYA

IBU SURI
Kenapa Suri dipasung? O, Datuk Ketumanggungan

TOKOH I (MENURUNKAN KAIN HITAMNYA, DAN WAJAH PUTIHNYA


MENYERINGAI)
Suri bukan lumpuh, tapi dilumpuhkan. Suri tak termakan ramuan, tapi tertelan keadaan. Suri
bukan diguna-guna, tapi dijadikan tak berguna.

IBU SURI
Siapa memasung Suri, Datuk?

TOKOH I
Jangan tanyakan siapa karena akan menyangkut nama. Setiap tudingan tak tertanggungkan
akibatnya.

IBU SURI
O, Datuk. Katakana siapa memasung Suri!?

Lakon Roh karya Wisran Hadi 7


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
TOKOH I (BERPUTAR BEBERAPA KALI)
Situasi.

IBU SURI
Situasi? O, bagaimana mungkin menyalahkan keadaan?

TOKOH I
Ya, ya. Menyalahkan keadaan sama halnya mencari kucing hitam di tempat yang kelam.
Padahal kucing hitam itu sendiri tak pernah mau di tempat gelap. He…he…he….

IBU SURI
Mengapa Suri dikorbankan, Datuk!?

TOKOH I
Jika Suri dilumpuhkan, tentu kau tahu bahaya suatu kelumpuhan. Jika suri tak berguna lagi,
tentu kau tahu apa artinya manusia jadi sampah.

IBU SURI
O, Datuk Ketumanggungan. Kan jadi sampahkah Suri ku?

TOKOH I
Jika Surimu jadi sampah, kehidupan musnah. Masa depan punah, hidup tak bergairah.

IBU SURI
O, Datuk Ketumanggungan. Sembuhkan Suri, carikan ramuan. Berikan penangkal dan
harapan.

TOKOH I
Setiap ramuan punya sajian, setiap obat punya syarat. Setiap usaha punya cara, sulit bagimu
memenuhinya.

IBU SURI
Untuk keselamatan Suri, semuanya akan kujalankan.

TOKOH I
Mau bersumpah?

IBU SURI
Bersumpah, Datuk?

TOKOH I
Bersumpahlah.

IBU SURI
Apa yang harus kusumpah?

TOKOH I
Apa yang kau anggap suci.

Lakon Roh karya Wisran Hadi 8


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
IBU SURI
O, Datuk. Betapa sulitnya.

TOKOH I BERPUTAR-PUTAR LAGI, SEMAKIN LAMA SEMAKIN CEPAT. BEGITU


JUGA PEMAIN LAIN. MEREKA KEMUDIAN BERGABUNG. LALU, SEORANG
MEMISAHKAN DIRI, KEMUDIAN MENGELILINGI IBU SURI. YANG LAIN
KEMBALI KEPADA SESAJIANNYA.

MANDA (MENYANYI, TAPI ADA ENTAH BERADA DI MANA)


Malekum malekum malekum salam
Lam malekum salam. Malekum salam.

TOKOH II
Asslamualaikum (BERSALAMAN DIBALIK KAIN HITAM DENGAN IBU SURI)

IBU SURI
Wa’alaikum salam.

TOKOH II (MENURUNKAN KAIN HITAM PENUTUP TUBUH. WAJAHNYA YANG


SEPARUH PUTIH DAN SEPARUH HITAM TAMPAK MENGERIKAN SEKALI)
Akulah Datuk Perpatih Nan Sebatang, putra Cati Bilang Pandai. Seibu dengan Datuk
Ketumanggungan di Nagari Limo Kaum. Aku peletak dasar system adapt Bodi Caniago,
duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Kemenakan merajakan mamak1, mamak merajakan
penghulu, penghulu merajakan mufakat. Kebenaran berdiri sendirinya. Tapi aku pun mati
juga setelah dikalahkan saudaraku sendiri. Berkubur di bawah kayu meranti, beribu tahun
yang lalu.

IBU SURI
Selamat datang, Datuk Perpatih Nan Sebatang.

TOKOH II
O, kaukah perempuan yang dipanggilkan Ibu Suri karena kegigihan mempertahankan Suri?

IBU SURI
Benar Datuk Perpatih.

TOKOH II
Dan kau ingin menanyakan penyakit Suri?

IBU SURI
Benar, Datuk Nan Sebatang.

TOKOH II (MENYANYI)
Suri, Surimu dipasung matanya.
Memandang kebenaran, silau pandangannya.
Surimu, Suri dipasung telinganya
Mendengar kejujuran, pecah gendangnya
1
Saudara ibu yang laki-laki. Sebutan oleh raja kepada pegawai kerajaan yang tua.

Lakon Roh karya Wisran Hadi 9


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Surimu, Suri dipasung hidungnya
Mencium wewangian, bangkit selesma
Surimu, Suri dipasung kulitnya
Merasakan kehidupan, gatalnya tiba.
Surimu, Suri.

IBU SURI
Apa nama penyakit Suri, Datuk Perpatih?

TOKOH II BERPUTAR_PUTAR. BEGITU PUN PEMAIN LAIN, PARA PEMAIN


MENGELILINGI SESAJIAN,SEDANGKAN TOKOH II MENGELILINGI IBU SURI.
TERDENGAR SUARA TELAPAK KAKI KUDA BERLARI DAN TOKOH II BERDIRI DI
HADAPAN IBU SURI.

MANDA (MENYANYI, TAPI ENTAH DI MANA)


Malekum malekum malekum salam
Lam malekum salam,Salam malekum.

TOKOH II
Assalamu’alaikum

IBU SURI
Wa’alaikum salam

TOKOH II (MENGELURAKAN GULUNGAN KAIN PUTIH DAN


MENGEMBANGKANNYA. KAIN PUTIH ITU TELAH DIGUNTING SEUKURAN
TUBUH MANUSIA, TETAPI PENUH CORETAN. MATANYA DICORET. TELINGA,
HIDUNG DAN BAGIAN KULIT LAINNYA PUN DICORET)
Suri ingin terus dipasung, karena terbiasa menerima bantuan. Penyakit itu disebut dunia
ketergantungan. Suri ingin tentram dalam pasungan karena terbiasa terkurung. Dan, tidak
mau tahu hal-hal lainnya. Penyakit itu disebut kalangan terbatas Apatisme. Dua penyakit
saling bergantian menyerang diri Suri, walau dicarikan ramuan apa pun., Suri tak mungkin
disembuhkan.

MENYIMPAN KEMBALI KAIN PUTIH ITU.

IBU SURI
Kenapa begitu, Datuk Perpatih?

TOKOH II
Suri hidup dari pasungan kecil ke pasungan besar. Semenjak pasungan kecil sampai pasunan
besar. Suri tidak merasa lagi pasungan memasung dirinya, memasung hidupnya.

IBU SURI
O, datuk Perpatih Nan Sbatang. Carikan obat untuk Suri. Carikan juga, carikan.

TOKOH II
Kau benar-benar pencinta Suri (BERPUTAR BEBERAPA KALI, TIBA-TIBA BERHENTI
DI DEPAN IBU SURI) Obatnya telah kutemukan, tapi kau menderita karenanya.

Lakon Roh karya Wisran Hadi 10


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
IBU SURI
Demi Suri, biarlah kumati. Apa obatnya Datuk?

TOKOH II
Rantau.

IBU SURI
Rantau? O, Datuk Perpatih.

TOKOH II BERPUTAR-PUTAR MENGELILINGI IBU SURI. BEGITU JUGA PEMAIN


LAINNYA BERPUTAR MENGELILINGI SESAJIAN.

IBU SURI
Suri harus merantau? Meninggalkan negerinya sendiri. Meninggalkan aku sendiri. O,
Perpatih. Laut sakit, rantau bertuah, jika pulang Suri ku musnah.

PARA PEMAIN TERUS BERPUTAR-PUTAR SEPERTI GASING DAN TOKOH II


BERGABUNG DENGAN MEREKA. DARI MULUT MEREKA TERDENGAR SUARA
TELAPAK KUDA BERLARI MENJAUH. MANDA MEMISAHKAN DIRI DARI
KELOMPOK ITU DAN BERPUTAR-PUTAR MENDEKATI IBU SURI. PARA PEMAIN
TERUS BERPUTAR DAN KEMBALI KE TEMPAT SESAJIAN.

MANDA MENIUP LAMPU MINYAK TANAH YANG MENYALA DAN MENURUNKAN


KAIN HITAM PENUTUP DIRINYA. KINI MANDA TELANJANG DADA, LETIH
SELETIH-LETIHNYA. DIA MENGUAP BEBERAPA KALI. DILIHATNYA IBU SURI
MENANGIS.

MANDA
Kenapa kau menangis? Apakah Suri dapat disembuhkan? Ramuan apa yang harus diberikan?

IBU SURI
Obatnya terlalu sulit Manda.

TOKOH I
Apa?

IBU SURI
Perpisahan! Mengutuki semua yang suci! O, Manda. Haruskah aku berpisah dari Suri.
Perpisahan Manda, berarti kehilangan. (LEMAH TERKULAI).

PARA PEMAIN KEMBALI MENGELILINGI IBU SURI, MANDA BERGABUNG


DENGAN MEREKA. DALAM LINGKARAN PEMAIN YANG BERGERAK SEMAKIN
RITMIS ITU, TERDENGAR SUARA IBU SURI MERATAP. MERATAPI KEPERGIAN
SURI KE RANTAU. DALAM PANTUN YANG DIDENDANGKAN.

Hilang Sinyaru tampak pagai


Hilang dilamun-lamun obak
Hilanglah Suri dalam badai

Lakon Roh karya Wisran Hadi 11


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Hilang di mata orang yang banyak

PARA PEMAIN DAN MANDA YANG BERGERAK BERIRAMA MENGIKUTI


RATAPAN ITU, KINI DUDUK DI SEKELILING IBU SURI. IBU SURI BANGKIT
PERLAHAN DAN MEMANDANG KE KEJAUHAN.

IBU SURI
Suri, kulepas kau pergi ke rantau bebas. Suri tak lagi membangkit batang terendam. Di rantau
Suri bukan lagi mengumpul kekayaan. Suri tak hanya menuntut ilmu. Rantau Suri bukan
lanjutan rantau kebiasaan.

PARA PEMAIN (BERDIRI DAN KEMBALI BERPUTAR MENGELILINGI IBU SURI,


MEREKA BERGERAK BERIRAMA SAMBIL BERNYANYI)
Maekum malekum malekum salam
Lam malekum salam. Malekum salam. Malekum salam.

KEMUDIAN MEREKA KEMBALI DUDUK MENGELILINGI IBU SURI

IBU SURI (LEBIH BERINGAS DAN BICARA LEBIH KERAS)


Suri, kurelakan kau pergi, ke rantau hitam impianku. Di rantau Suri ku, kawinlah dengan apa
dan siapa saja. Selama adapt tetap membau di kampungmu. Di rantau Suri ku berbuatlah apa
dan kapan saja. Selama agama tetap membisu di suraumu.

Di rantau Suri ku, bicaralah apa dan bagaimana saja. Selama kata rancu tak bermakna di
rongga mulut datuk-datuk mu. Di rantau Suri ku tulis sejelas apa saja penjelasannya, selama
nilai lama dan norma baru tetap meracau dalam ngalau2 mu.

Di rantau Suri ku, karang karangan apa saja sekarang. Selama aturan kota dan hokum rimba,
tindih bertupang di tikar pandanmu

PARA PEMAIN BERDIRI DAN BERPUTAR-PUTAR MENGELILINGI IBU SURI


SAMBIL MENYERUAKAN SUARA TELAPAK KAKI KUDA BERLARI. IBU SURI
HILANG DALAM KEHITAMAN KAIN PARA PEMAIN YANG MENGEMBANG DI
UDARA.
KEMUDIAN, PARA PEMAIN KEMBALI KEPADA SESAJIAN MEREKA, IBU SURI
LEMAH TAK BERDAYA, TERGELETAK DI LANTAI BEBERAPA LAMA.

BAGIAN KEDUA
MANDA, MEDIUM YANG TERKENAL ITU DATANG MENYANDANG BARANG
BAWAAN BERUPA SEBUAH TONGKAT PANJANG, DAN BUNGKUSAN KAIN
HITAM BESAR BERISI BERBAGAI KEPERLUAN PENGOBATAN. SETELAH
BARANG-BARANGNYA DILETAKKAN, DIDEKATINYA IBU SURI YANG MASIH
TERGELETAK DI LANTAI. SEGERA DIAMBILNYA TUJUH HELAI LIDI DAN DUPA.
DIBAKARNYA KEMENYAN. DIA MENGELILINGI TUBUH IBU SURI DAN

2
gua

Lakon Roh karya Wisran Hadi 12


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
MELECUT-LECUTKAN LIDI KE TUBUH YANG TAK BERDAYA ITU, SAMBIL
MENGUCAPKAN KATA-KATA KERAMATNYA.
Malekum malekum malekum salam
Lam malekum salam, Salam malekum
Salam malekum
MANDA BERHENTI BERUCAP DAN BERKELILING SAAT IBU SURI MULAI
BERGERAK, BANGKIT DENGAN LEMAH DAN PERLAHAN-LAHAN BERDIRI.

IBU SURI
Manda, tak kuingat lagi berapa lama Suri di rantau. Selain saat kepergiannya, ada sesuatu
yang asing terasa dalam diriku. Mengigau. Manda, sakitkah Suri hingga tidak ada surat
sampai?. Laratkah Suri hingga tak ada kiriman datang?. Beratkah kerjanya hingga tak ada
berita tiba?. Manda, aku ingin tahu Suri ku. Panggilkan lagi arwah nenek moyang. Roh
tokoh-tokohmu.

MANDA
Ibu Suri, bertanya pada roh para tokoh atau pun arwah nenek moyang merupakan tipu
muslihat setan memperdaya keimana. Syirik hukumnya bila dikerjakan. Neraka jahanam
ancamannya. Begitu kata guru agamamu.

IBU SURI
Guru agamaku tak mampu menerangkan di mana Suri. Penghulu adatku tak dapat
menjelaskan kemana Suri. Mesin hitungku tak kunjung mengurai. Sansai3 kah Suri?. Manda,
kemana lagi aku harus bertanya. Berita Koran tak lagi menyakinkan. Siaran televise sulit
diyakini. Iklan majalah susah dipercaya.

MANDA
Bila kau lakukan juga, dosamu tak akan dapat ampunan.

IBU SURI
Juga, aku merasa berdosa, jika Suri tak kutahu di mana. Ayolah, Manda. Panggil roh dan
arwah. Kubayar ongkosnya berapa saja.

MANDA
Jika Suri tahu, sesalan akan meniti sepanjang waktu.

IBU SURI
Manda diikuti roh para tokoh, Manda ditemani arwah nenek moyang. Aku mengikuti Manda.
Aku menemui Manda. Dan siapakah yang kurugikan, dan apakah yang kukurangkan. Tak
seorang pun, tak satu pun, Manda. Jauh sebelum waktu tradisi mengajar aku begitu.

MANDA
Tidakkah kau takut melihat roh dan arwah berwujud pada jasadku dengan beragam bentuk!?

IBU SURI
Yang kutakutkan, kehilangan Suri. Ke rantau Suri pergi, tak lagi rasanya kumiliki. Ayolah
Manda, perantara dua dunia.

3
banyak derita, sengsara, sedih sekali.

Lakon Roh karya Wisran Hadi 13


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
MANDA (SENANG KARENA PUJIAN IBU SURI)
He…hehe…..he…. O, Ibu Suri. (MENOLEH KE ARAH LAIN) Perempuan bila ketagihan,
apa saja akan dilakukannya. O, perempuan. Hehehe…..

MANDA MEMBUKA BUNGKUSAN DAN MENGELUARKAN SEBUAH REBANA


KECIL, SERTA PERALATAN LAINNYA, SEPERTI DUPA, LILIN DAN DINYALAKAN.
PISAU, JERUK DAN BERBAGAI MACAM LAINNYA. SETELAH ITU, DIA DUDUK
BERSIMPUH. DIGANTINYA BAJU DENGAN KAIN HITAM LEBAR DAN DITUTUPI
DIRINYA DENGAN KAIN ITU. DIPUKULNYA REBANA LAMBAT-LAMBAT, MAKIN
LAMA MAKIN BERIRAMA SAMBIL MENYANYI.
Malekum malekum malekum salam
Lam malekum salam. Salam malekum.
IRAMA PUKULAN REBANA MANDA DIIKUTI PULA OLEH TEPUK TANGAN PARA
TOKOH, BERPADU MENJADI SEBUAH IRAMA YANG ASING. MANDA
MELANJUTKAN MEMBACA MANTRA-MANTRANYA.

MANDA
Datanglah roh para tokoh, berkunjunglah arwah nenek moyang. Yang tidur sepanjang kubur,
yang bermalam di kegelapan.

PARA PEMAIN
Malekum malekum malekum salam
Lam malekum salam. Salam malekum

MANDA
Bersuaralah dengan suara kami. Dengarlah dengan pendengaran kami. Lihatlah dengan
penglihatan kami, berdirilah sekeliling kami.

PARA PEMAIN (BERDIRI DAN BERPUTAR-PUTAR DENGAN KAIN HITAMNYA KE


TENGAH PENTAS SAMBIL BERNYANYI BERSAMA)
Malekum malekum malekum salam
Lam malekum salam. Salam malekum

MANDA BERDIRI DAN IKUT BERPUTAR-PUTAR SEBAGAI TITIK PUAST


LINGKARAN. PARA PEMAIN TERUS BERPUTAR-PUTAR MENGELILINGI MANDA.
PARA PEMAIN DUDUK DAN SEORANG PEMAIN TAMPIL TERUS BERPUTAR DI
TENGAH LINGKARAN MENGGANTIKAN TEMPAT MANDA. IBU SURI DENGAN
PENUH NAFSU DAN HARAPAN MENELITI PEMAIN YANG MENGELILINGINYA.
DIA TIDAK MERASA TAKUT ATAU NGERI PADA PENJELMAAN LAGI KARENA
DIDESAK OLEH RASA INGIN TAHUNYA PADA SURI YANG AKAN
DITANYAKANNYA SEBENTAR LAGI.

IBU SURI
Arwah siapakah yang datang?

TOKOH III (PEMAIN YANG TADI MENGELILINGI IBU SURI BERHENTI


BERPUTAR DAN MENURUNKAN KAIN HITAMNYA. WAJAHNYA SANGAT
MENAKUTKAN)

Lakon Roh karya Wisran Hadi 14


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Aku adalah Sutan, bukan setan. Bangsawan dari rantau Kuantan. Yang tewas dihanyutkan
arus sungai Inderagiri. Karena lupa belajar berenang. Kini berkubur di sela-sela akar pohon
Sari Manjari beratus tahun yang silam.

IBU SURI
Selamat datang, Sutan. Aku ingin menyilau Suri yang sudah lama dirantau.

TOKOH III
Oho, tentang Suri mu ya. Hehhh…hehhh… mestinya aku batuk sedikit. Tapi, belum.
Dengarkanlah hai perempuan. Tentang Suri mu. Dia tak lagi berdayung sepanjang Inderagiri.
Tapi, kini berlayar ke laut lepas. Meraung, mengarung samudera. Ditiup angina ke Selatan.
Membayang selat, teluk dan tanjung. Layer perahunya menggelembung. Gagah nian. Tapi
Suri mu tergantung pada angina.

IBU SURI
Yang mudah-mudah saja, Sutan. Mudah-mudahan aku bias paham.

TOKOH III
O, yang jelas dan nampak di mata? Baiklah kalau itu yang kau minta.

TOKOH III KEMBALI BERPUTAR DAN MENGHILANG DALAM KEHITAMAN


LINGKARAN PARA PEMAIN. KEMUDIAN MUNCUL SEBUAH ORANG-ORANGAN
SAWAH. KEDUA TANGANNYA DIBERI TALI YANG DAPAT DITARIK KE KIRI DAN
KE KANAN SELAMA DIALOG BERIKUT INI BERLANGSUNG.
TOKOH III
Begitulah Suri. Dia tetap berdiri. Tanpa daya. Ditarik ke kanan dan ke kiri. Begitulah Suri.
Dia tetap berdiri di tengah terik matahari. Di tengah panasnya bumi. Suri. Suri terpasung.
Suri terpasung.

IBU SURI (BERTERIAK)


Suri. Suri. Kau dipasung lagi! O, sampai ke rantau, pasungan mengikutimu.

ORANG-ORANGAN SAWAH ITU KEMUDIAN HILANG DALAM LINGKARAN PARA


PEMAIN. LALU, MUNCUL SALAH SEORANG PEMAIN MEMERANKAN TOKOH IV
BERPUTAR-PUTAR PULA DENGAN KAIN HITAMNYA. PUTARAN ITU DIIRINGI
TEPUK TANGAN YANG BERIRAMA DARI PARA PEMAIN, SAMBIL MENYANYIKAN
MANTRA.

Malekum malekum malekum salam


Lam malekum salam. Salam malekum.

IBU SURI
Roh siapakah yang datang?

TOKOH IV (BERHENTI BERPUTAR DAN MENURUNKAN KAIN HITAMNYA.


WAJAHNYA MENGERIKAN)
Aku adalah raja Kaciak. Di rantau pesisir. Tapi, mati juga diracun selir.

IBU SURI

Lakon Roh karya Wisran Hadi 15


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Kuburanmu?

TOKOH IV
Di gunung padang barangkali. Tapi mungkin juga di Inderapura

IBU SURI
Bagaimana tentang Suri ku?

TOKOH IV
O, Suri. Ya…ya… Suri mu karena segan bergalah, hingga hanyut di rantau. Baginya kini
bintang tak lagi penentu arah. Angina dan arus laut tak lagi mengalirkan pikirannya. Pulau-
pulau tak lagi memberi isyarat mengisyarati perbuatannya.

IBU SURI
Yang jelas! Kata-kata bersayap suka terbang ke dalam penegrtianku. Jelaskan saja! Jelaskan!

TOKOH IV
O Zaman, O perempuan. Jika tak jelas lagi apa yang kukatakan, tentu semakin tak jelas apa
yang kau pikirkan. Tapi baiklah. Kau ingin yang jelas bukan?

MEMERAGAKAN BUAH SEMANGKA YANG TELAH DIHIAS BUNGA-BUNGA

Inilah Suri. Kepala Suri. Suri Kepalan. Suri terpasung. Pikirannya dipasung. Terpasung
pikirannya.

IBU SURI (HISTERIS)


Pasung, pasung. Pasung, pisang, pesong. Pasung. Pusing, papupapua. Terus pasung, terus.
Terus, terus pusing. Pusing. O….

BUAH SEMANGKA MENGHILANG DALAM KEHITAMAN LINGKARAN PEMAIN


BERSAMA TOKOH IV. TOKOH YANG TAMPIL BERIKUTNYA BERDIRI DAN
BERPUTAR-PUTAR DI TENGAH LINGKARAN. PARA PEMAIN BERTEPUK TANGAN
SAMBIL MENYANYI MENGUCAPKAN MANTRA.

Malekum maleku malekum salam


Lam malekum salam. Salam malekum

IBU SURI (MENGEJAR TOKOH YANG AKAN TAMPIL ITU)


Bagaimana Suri ku?

TOKOH YANG AKAN TAMPIL ITU MENGHILANG DALAM LINGKARAN DAN


DIGANTIKAN OLEH ORANG-ORANGAN SAWAH YANG LAIN, LEBIH LENGKAP.
KEPALA ORANG-ORANG ITU DARI KELAPA BOLONG, DIBERI BARET DAN
KACAMATA HITAM. BERKAOS OBLONG DENGAN TULISAN DI DADA. AKU
CINTA SURI. DAN CELANA JINS DAN SEPATU KARET ANAK-ANAK MUDA.

ORANG-ORANGAN ITU DIGERAK-GERAKAN SEBAGAIMANA GERAKAN


TARIAN, BERJINGKRAK-JINGKARK DAN DIIRINGI PULAOLEH NYANYIAN PARA

Lakon Roh karya Wisran Hadi 16


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
PEMAIN DENGAN IRAMA YANG SESUAI UNTUK ITU. NAMUN, UCAPAN MEREKA
TETAP SAJA SEPERTI UCAPAN MEMBACA MANTRA.

Malekum maleku malekum salam


Lam malekum salam. Salam malekum

SUARA (MENGGEMA KERAS SEKALI, MENGEJUTKAN IBU SURI)


Inilah Suri, Suri mu. Suri. Suri mu kini begini. Ibu-ibu memasungnya. Kota, kita dan kata
memasungnya. Suri terpasung Ibu kota. Suri mu kini begini, Suri mu tak lagi mau bicara.
Suri mu tak lagi merasa apa-apa. Suri mu adalah orang-orang saja.

IBU SURI (MARAH SEKALI KARENA ORANG-ORANGAN ITU SEMAKIN


BERJINGKRAK-JINGKRAK DIIRINGI NYANYIAN PARA PEMAIN)
Suri. Kau bukan anak bincacak4, anak bincacau5. Bukan anak singiang-ngiang rimba. Suri.
Tak pasungan akan memasung engkau.

IBU SURI MENGEJAR ORANG-ORANGAN ITU KE DALAM LINGKARAN PARA


PEMAIN. ORANG-ORANGAN ITU MENGHILANG. PARA PEMAIN BERDIRI DAN
IBU SURI PUN MENGHILANG DALAM LINGKARAN. PARA PEMAIN
MENGELILINGI IBU SURI SAMBIL BERPUTAR-PUTAR DAN KAIN-KAIN HITAM
MEREKA MENGEMBANG DI UDARA. MEREKA TERUS MENYANYI
MENGUCAPKAN MANTRA. IBU SURI BERTERIAK, PARA PEMAIN TERKEJUT DAN
BERHENTI BERPUTAR. KEMUDIAN, MEREKA DUDUK DALAM LINGKARAN

IBU SURI
Suri, jika kau terpasung juga. Terpasunglah di kampong kita. Daripada hatimu dipasung,
mulutmu terpasung. Di rantau rantau ketakberdayaan mu.

Suri, jika kau mau menuntut ilmu juga, tuntutlah ilmu di surau kita. Daripada berhitung tanpa
batas angka. Belajar agama tanpa mengamalkannya, mengaji tanpa bahan uji di rantau-rantau
keyakinanmu.

Suri, jika ingin kekayaan juga, semaikan bibit di tanah pusakan. Daripada berladang di
punggung kawan. Bertanam tebu di bibir, sambil menggantang asap. Dirantau-rantau
kelicikan mu.

PARA PEMAIN BERDIRI LAGI DAN KEMBALI BERKELILING MENGELILINGI IBU


SURI. MEREKA BERTEPUK TANGAN BERIRAMA, SAMBIL MENGUCAPKAN
MANTRA. KEMUDIAN, IBU SURI BERTERIAK LAGI DAN PARA PEMAIN DUDUK
KEMBALI DALAM LINGKARANNYA.

IBU SURI
Suri. Jika rindu kampong mu tiba, jangan pulang ke kampong asal yang kini asal jadi
kampong. Dimamah lurah dirancah punah.
Jangan lewat di depan Surau Buluh yang kini ditukar, ditakar, ditikar-tikar. Dituduh jadi
rumah perusuh dan pesuruh.

4
Terkutuk (untuk cacian atau makian)
5
= bincacak

Lakon Roh karya Wisran Hadi 17


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Suri. Jika rindu kampong tak tertanggungkan, tangguhkan dulu pulang. Jangan singgah di
lepau kopi. Taman perawan yang kini rawan dendang berdendang dalam dandang, di balik
bilik berdinding. Jangan duduk di palanta. Bualan dunia berbingkai bangkai. Memancung
pancang tukang pancing.

Jangan berdiri di galanggang, tempat segala aduan dan peraduan. Segala lomba kini diagak
agihkan. Pemenang keluar sebelum bertanding. Janagn bilai tanggai balai adapt. Yang kini
jadi tempat bertukar baju. Jangan bersimpuh di langkan rumah gadang. Kembang dipatah
kumbang diinjak kambing.

Bunga tanjung berganti bunga utang, tumpuk-bertumpuk tampak di puncak Merapi,


Singgalang dan Kerinci.

Suri. Tangguhkan pulang. Tangguhkan kenangan.

PARA PEMAIN BERDIRI DAN BERPUTAR-PUTAR MENGELILINGI IBU SURI. IBU


SURI LEMAH TAK BERDAYA, HILANG DALAM KEHITAMAN KAIN HITAM. PARA
PEMAIN YANG MENGEMBANG DI UDARA, KEMUDIAN PARA PEMAIN EMBALI
LAGI PADA SESAJIAN. MANDA PUN MENGEMASI BARANG-BARANGNYA.

MANDA
IBU Suri, sudahkan kau tahu tempat di mana Suri mu berada?

IBU SURI
Semuanya meragukan Manda.

MANDA
Apa lagi yang mungkin kau percayai.

IBU SURI
Bahwa, Suri ku tetap ada.

MANDA
Di mana?

IBU SURI
Di rantau

MANDA
Di rantau maua?

IBU SURI
Itu pun meragukanku.

MANDA
Barangkali Suri mu tak pernah ada (PERGI)

IBU SURI
Manda. Jangan kau sangsikan suri ku. Suri ku ada dimana-mana.

Lakon Roh karya Wisran Hadi 18


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
MENGEJAR MANDA KELUAR

BAGIAN KETIGA
IBU SURI TIDAK PUAS ATAS KETERANGAN ROH DAN ARWAH TENTANG SURI.
APALAGI MANDA SENDIRI MENYANGSIKAN ADANYA SURI. IBU SURI HARUS
BERTINDAK DAN MEMASTIKAN SURI HINGGA DAPAT MEYAKINKAN DIRINYA.

BUNGKUSAN-BUNGKUSAN BARANG BAWAAN MANDA DIRAMPASNYA. MANDA


TIDAK DAPAT BERBUAT APA-APA, SELAIN BERUSAHA MEMBUJUK AGAR
BARANG-BARANGNYA DISERAHKAN. TAPI IBU SURI TETAP PADA
PENDIRIANNYA. DENGAN PENUH KEYAKINAN DAN SUARA LANTANG, MANDA
DISURUHNYA PERGI.

IBU SURI
Ternyata roh yang Manda undang bukan roh para tokoh atau arwah nenek moyang! Tapi roh
para bandit dan penipu. Suri dikaburkannya, Suri disangsikannya. Aku harus mertas jalan
pintas untuk melakukan terobosan.

Aku akan bicara langsung tanpa perantara dusta atau medium mesum! Pergi kau. Pergi! Aku
akan memanggil arwah yang jujur dan arwah nenek moyang yang budiman.

MANDA
Ibu Suri termasuk orang beriman, jangan berteman dengan setan. Syirik hukumnya., syirik.

IBU SURI
Syirik atau syarak. Dosa atau dasi, desa atau dasa, Manda peduli apa!? Suri pasti ada. Suri
tidak boleh disangsikan! Ayo Manda, pergi! Aku akan meletakkan sesajian. Bagi roh dan
arwah yang akan diundang.

IBU SURI MEMBUKA BUNGKUSAN MANDA YANG TADI DIRAMPASNYA. PIRING-


PIRING DAN BUNGA-BUNGA DIJEJERKAN DI LANTAI.

MANDA
Berkali-kali kukatakan. Bila kau berteman dengan setan, neraka jahanam ancamannya.
Hentikanlah. Biarkan aku sendiri saja yang terlanjur. Karena tidak mampu menolak tradisi.

IBU SURI (MANGACUHKAN MANDA DAN TERUS MENYUSUN SESAJI)


Manda tidak akan berhasil menakut-nakutiku dengan setan atau saten atau sutan sekalipun!
Suri ku tetap ada! Merantau pipit atau merantau Cina. Suri ku adalah Suri. Pergilah Manda,
pergi.

MANDA
Ibu Suri, mereka tidak akan datang, percayalah. Setiap panggilan punya aturan.

Lakon Roh karya Wisran Hadi 19


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
IBU SURI
Semua kuundang dan ahrus datang! Aku akan membuat perhitungan! Sekarang bukan urusan
perantara lagi, bukan urusan medium seperti Manda. Tapi, urusanku dengan Suri ku. Pergi
kataku! Atau, piring-piring ini akan mengusirmu!

MANDA (SAMBIL KELUAR)


Perempuan ini benar-benar keras kepala.

IBU SURI (SETELAH SESAJIAN SELSAI DISUSUNNYA, DIA SEGERA DUDUK DI


TENGAH-TENGAH. LILIN DINYALAKAN, LALU DIA MEMBACA MANTRA)
Malekum malekum malekum salam
Malekum salam. Salam malekum
Hai! Roh dan arwah! Penghuni kehidupan yang tak tampak, kau tampak aku tak tampak. Aku
mewakili yang tampak. Wujudkan dirimu, wujudkan!

MENUNGGU BEBERAPA SAAT, TAPI ROH-ROH TIDAK KUNJUNG DATANG. DIA


MARAH BESAR

Ah, benar-benar mereka melakukan persekongkolan dengan Manda!

MANDA (DATANG)
Persyaratannya Ibu Suri. Persayaratannya roh laki-laki tidak mau masuk ke dalam diri
perempuan. Terkcuali, bila mereka masih hidup dan bujangan.

IBU SURI
Bohong! Roh tidak punya nafsu, apalagi jenis kelamin. Pergilah Manda. Segala kekuatanku
akan kukerahkan, mendatangkan segala roh.

MANDA
Jangan-jangan yang datang roh sembarangan.

IBU SURI
Aku tak peduli. Kuusir roh-roh bila berani mengatakan Suri ku tidak ada.

MANDA
Nanti kau menyesal.

IBU SURI
Pergilah kataku. Pergi. Aku ingin tahu Suri. Yang lain aku tak peduli.

MANDA
Baik. Baik. (KELUAR)

IBU SURI (MEMBACA MANTRA)


Malekum malekum malekum salam
Lam malekum salam. Salam malekum

Lakon Roh karya Wisran Hadi 20


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Mendaratlah roh sejagat. Merapatlah arwah nenek moyang yang terkatung di kapal-kapal.
Bangun. Bangunlah dari kuburmu!
Bicaralah tanpa perantara, bersuaralah tanpa antara. Kebebasan roh dan arwah diberikan
malam ini juga

Malekum malekum malekum salam


Lam malekum salam. Malekum SALAM

ROH DAN ARWAH YANG TERDIRI DARI PARA PEMAIN ITU BERSAMA MANDA
DATANG BERPUTAR-PUTAR. KAIN-KAIN HITAM MEREKA MENGEMBANG DI
UDARA. MEREKA KEMUDIAN DUDUK MENGHADAP PIRING-PIRING YANG
DISEDIAKAN BAGINYA. PIRING-PIRING ITU MEREKA AMBIL. SAMBIL DUDUK
PIRING ITU MEREKA BAWA MENARI. MENJADILAH SEBUAH TARIAN ENTAH
APA. MEREKA MENARI PIRING SAMBIL DUDUK DAN SAMA-SAMA BERNYANYI
DENGAN MANTRA-MANTRANYA

Malekum malekum malekum salam


Lam malekum salam. Malekum salam

SETELAH MEREKA BERNYANYI DAN MENARI DEMIKIAN, PARA ROH


MENURUNKAN KAIN-KAIN HITAM DARI TUBUH MEREKA. SEKARANG TAMPAK
KEPALA-KEPALA ROH TERBUNGKUS KAIN PUTIH SEAKAN-AKAN MAYAT-
MAYAT YANG SUDAH DIKAFANI DAN DISELIMUTI KAIN HITAM DUDUK
BERJEJER DI KIRI KANA IBU SURI.
IBU SURI TERKEJUT MELIHAT MEREKA. DIA AGAK MERASA TAKUT. TAPI
KETAKUTAN ITU DITAHANNYA SEKUAT TENAGA KARENA DIA BENAR-BENAR
INGIN MENANYAKAN SURI.

IBU SURI
Selamat datang para roh dan arwah-arwah nenek moyang. Suri ku kini sedang terancam. Suri
ada, dikatakan tidak ada. Suri hidup, dikatakan telah mati. Suri bergerak dikatakan diam.

Bicaralah para undangan malam ini malam kebebasan bagi roh dan arwah nenek moyang
untuk bicara langsung dan blak-blakan! Namun begitu, bicaralah sebatas Suri. Soal Suri itu
apa, Suri itu siapa, tak perlu lagi diperdebatkan! Yang penting adalah Suri. Dimana Suri kini.
Jika merantau, bagaimana Suri di rantau.

Malekum malekum malekum salam


Lam malekum. Malekum salam

NYANYI DAN TARI PARA ROH YANG DUDUK DENGAN PIRING-PIRINGNYA ITU
MENJELMAKAN MUNCULNYA TOKOH ATAU ARWAH KE TENGAH PENTAS.
TERNYATA YANG MENJELMA ITU ADALAH TOKOH V. DIA BERDIRI DAN
MENARI MENGIKUTI IRAMA SAMPAI BERADA DI TENGAH PENTAS.

TOKOH V
Jika ada yang mencari Suri, akulah Suri. Suri namaku.

IBU SURI

Lakon Roh karya Wisran Hadi 21


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Kau Suri? Bagaimana mungkin!? Lanjutkan! Perjelas identitas!

TOKOH V
Namaku Suri. Umur dua puluh sembilan tahun. Belum kawin. Kuburan baru saja digusur.
Penetapan berikutnya ditentukan surat keputusan.

IBU SURI
Sebab kematian?

TOKOH V
Keracunan makanan.

IBU SURI (BINGUNG KARENA JAWABAN ROH TIDAK SEBAGAIMANA YANG


SELAMA INI DIKENALNYA)
Wah, bagaimana ini? Baiklah. Riwayat hidup?

TOKOH V
Tak punya, selain riwayat kematian

IBU SURI
Oh, oh. Roh apa ini? Barangkali roh gelandangan. Sudah! Sudah!

PARA PEMAIN (MENYANYI DAN MENARI)


Malekum malekum malekum salam
Lam malekum. Malekum salam

- NYANYIAN DAN TARIAN SEPERTI INI DINYANYIKAN DAN DITARIKAN


DENGAN BERBAGAI IRAMA DAN VARIASI. SELAMA NYANYIAN
BERLANGSUNG, PEMAIN YANG SELESAI BERPERAN SEBAGAI TOKOH
DIGANTIKAN OLEH PEMAIN LAIN UNTUK MENJADI TOKOH BERIKUTNYA. HAL
SEPERTI ITU TERJADI PADA SETIAP PERGANTIAN PERAN. BENTUK INI
MENGINGATKAN KITA PADA BENTUK PERTUNJUKAN RAKYAT MINANGKABAU;
INDANG -

TOKOH VI (BERJALAN MENYAMPING DAN LANGKAH-LANGKAHNYA


BERIRAMAN SAMPAI KE TENGAH PENTAS)

IBU SURI
Ondeh Mak! Roh apa yang jalan begini? Roh wayang ya!

TOKOH VI (MENGANGGUK)

IBU SURI
Pasti bukan Suri!

TOKOH VI
Aku bukan Suri, tapi tahu tentang Suri. Suri bernasib baik, semua orang mengikutinya,
karena dijadikan panutan, setiap saat Suri diingat, setiap waktu Suri disebut, setiap orang
menyembah Suri

Lakon Roh karya Wisran Hadi 22


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
IBU SURI
Baik. Baik. E…. roh wayang. Kalau kau tahu Suri, kenapa Suri tidak pulang?

TOKOH VI
Suri tidak akan pulang sebelum ada panggilang

IBU SURI
Apakah Suri telah kawin?

TOKOH VI
Perkawinan bukan untuk pemuas nafsu. Karena itu tidak perlu terburu-buru. Begitu Suri
ditulis di buku-buku.

IBU SURI
Jika Suri ditulis di buku, kenapa Suri tidak berkirim surat padaku?

TOKOH VI
Surat dan buku jauh berbeda. Buku meninggalkan pesan. Surat pembawa pesan.

IBU SURI
Tidakkah Suri ingat padaku?

TOKOH VI
Ha! Aku pun lupa apakah Suri punya ingatan atau tidak.

IBU SURI
Mestinya kau tanyakan! Malu bertanya, sesat di jalan, tahu!

TOKOH VI
Baik, baik. Kutanyakan sekarang.

MENGELUARKAN SEBUAH CERMIN DAN BERCERMIN. KEMUDIAN, DIA


BERTANYA PADA CERMIN DAN JAWABAN CERMIN PUN TERDENGAR PULA.
PERSIS SEBAGAIMANA SEORANG DALANG MEMAINKAN CERITA WAYANG

PARA PEMAIN
Malekum malekum malekum salam
Lam malekum salam. Malekum salam

TOKOH VI (BERBICARA DENGAN CERMINNYA)


+ Suri, Suri. Suri.
- Ya
+ Ada sesuatu yang harus dipertanyakan, bolehkan?
- Boleh
+ Dengan apa Suri berjalan?
- Dengan kekuatan
+ Dengan apa Suri melihat?
- Dengan pikiran

Lakon Roh karya Wisran Hadi 23


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
+O, begitu. Lalu, siapakah kau, Suri?
- Haa?
+Apa? Bukan Roh? Bukan arwah? Kalau begitu, kamu apa?

IBU SURI (MERAMPAS CERMIN)


Kau gila! Ini bukan Suri, tapi Cermin. Jangan main-main!

TOKOH VI
Tapi Suri ada di dalamnya.

IBU SURI
Sudah. Duduk!
MELIHAT KE CERMIN DAN BERCERMIN. DIA TERSENYUM MEMANDANG
CERMIN.
Suri, suri. Kau tersenyum
MENANGIS DAN MEMBUANG CERMIN ITU
Kau tersenyum. Oh… oh…..

PARA PEMAIN (BERNYANYI DAN MENARI – PERGANTIAN TOKOH)

TOKOH VII
Jika Suri ada di sini, maka Suri adalah aku sendiri. Ini aku, Suri. Menduda menjelang tua,
berdagang di Surabaya. Meninggal karena tusukan kawan di belakang.

IBU SURI
Negeri asal?

TOKOH VII
Sumenep, Madura.

IBU SURI
Eyayaya! Salah undang! Roh penjual sate Madura rupanya! Sudah, cukup!

PARA PEMAIN (MENYANYI DAN MENARI, PERGANTIAN TOKOH)

TOKOH VIII dan IX BERJALAN BERSISIAN

IBU SURI
Oalaaah… roh kembar. Duduk! Suri ku satu! Bukan dua!

TOKOH IX
Suri memang satu, tapi bukan satu-satunya. Suri telah jadi sederhana, disederhanakan
pendangannya, pikirannya, langkah, lenggang dan gerak-geriknya.

TOKOH VIII
Kalau begitu ada unsure kesengajaan

TOKOH IX

Lakon Roh karya Wisran Hadi 24


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Tapi, yang jelas kini, Suri tetap dilestarikan. Panas tubuhnya ditetapkan, ruang geraknya
diprogramkan. Detak jantungnya dan lama hidupnya dijadwalkan.

IBU SURI
Siapa yang menentukan? Keadaaan? Situasi? Ayo, bicara. Kebetulan kalian sudah jadi roh,
boleh bicara dengan bebas.

TOKOH VIII
Oho! Kebebasan bicara? Karenanya aku dihukum seumur hidup

TOKOH IX
Sebenarnya Suri hadir, tapi tidak dihadirkan.

TOKOH VIII
Tidak, bung! Suri tidak pernah ada. Tapi, diada-adakan. Mengada-ada namanya.

TOKOH IX
Jadi, jelas sekarang. Sejak kau masih hidup selalu meniadakan Suri. Sampai jadi roh pun, kau
tidak mengakui adanya Suri. Apakah aku harus berkelahi lagi denganmu!?

TOKOH VIII
Ayolah! Aku tidak perlukan Suri. Dendam padamu akan tetap ada, walau sampai jadi roh
sekali pun.

TOKOH IX
Kedua kalinya kau mati, ayo!

TOKOH VIII DAN IX BERKELAHI

IBU SURI
Sudah! Sudah! Tidak tahu diri. Mana ada roh yang suka naik darah.

PARA PEMAIN (MENYANYI DAN MENARI -PERGANTIAN PEMAIN)

TOKOH X (DATANG, MENCIUM-CIUM KE SANA KEMARI SAMBIL MELOLONG


DAN MENYALAK)

IBU SURI
Ayo bicara!jangan hanya menyalak-nyalak saja!

TOKOH X MASIH TERUS MENYALAK-NYALAK DAN MENCIUM UDARA KE SANA


KE MARI.

IBU SURI
Wah, wah…. Roh apa yang nyelonong!

PARA PEMAIN
Roh Anjing

Lakon Roh karya Wisran Hadi 25


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
IBU SURI
Roh Anjing? Anjing! Gila! Pasti anjing kumbang. Hussy! Pergi.

PARA PEMAIN (MENARI DAN MENYANYI – PERGANTIAN PEMAIN)

TOKOH XI (BERDENDANG SEBAGAIMANA TUKANG DENDANG MINANG)


O, risolai, takalo maso daulu
Samaso alun barabalun. Langit basentak naiak
Bumi basentak turun, ada saikue lauak gadang
Karambia tumbuah di matonya

IBU SURI
Sudah, sudah! Ini roh tukang dandang dan datukdatuk, Minang?

TOKOH XI
Madam. Aku mati karena berusaha memahami pantung, petatah dan atau datuk-datuk

IBU SURI
Negeri asal?

TOKOH XI
Ibuku Kampuchea, ayahku Australia

IBU SURI
Gaca den6! Roh asing! Getaut7!

TOKOH XI
Sebentar. Jika madam kehilangan Suri. Aku dapat memberikan informasi.

IBU SURI
O, Sorry! Sori atau Suri?

TOKOH XI
Sebenarnya Suri pendaki gunung. Terakhir kutemui di Kathmandu. Perkenalanku di
Tangkuban perahu, dia punya humor-humor pegunungan. Dengar, kau tahu John, katanya.
Kenapa orang Minang lebih suka berladang di punggung kawan dan bertanam tebu di bibir?
Karena semua tanah dan lading mereka sudah dijadikan daerah transmigrasi.
Aku tidak merasakannya sebagai humor. Aku tidak tertawa. Tapi, dia merasa lucu dan tertawa
sendiri. Kesimpulanku adalah Suri suka menertawakan diri sendiri.

PEMAIN I (DATANG TERGESA)


Bohong! Suri bukan pendaki gunung! Roh asing selalu memberikan keterangan yang
merendahkan derajat Suri. Hei bung! Kalau melihat persoalan jangan hanya dari puncak
gunung. Ayo, kembali ke Australia!

TOKOH XI

6
bocor saya (Minang)
7
maksudnya; Get Out (Ing)

Lakon Roh karya Wisran Hadi 26


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Kalau tidak percaya, lihat potret ini. (MENGELUARKAN SEBUAH POTRET) potret Suri
tertawa sendiri di puncak gunung. Itu tandanya dia suka menghibur diri sendiri, bukan?

PEMAIN II (DATANG DAN MENGAMBIL POTRET ITU)


Coba lihat. Potret apa ini? Lensanya tidak focus.

TOKOH IX
Aku memotret pakai lensa mata ikan

PEMAIN III (DATANG DAN MENGAMBIL POTRET ITU)


Potret ini bukan diambil dengan lensa mata ikan.

TOKOH XI
Ah, lalu?

PEMAIN III
Dengan mata sapi.

PEMAIN I
Mata-mata, itu baru betul

IBU SURI
Cukup! Cukup! Suri ku jangan dijadikan dagelan!

PARA PEMAIN KEMBALI KE TEMPATNYA MASING-MASING, MANDA SEGERA


MENGAMBIL TEMPAT KE TENGAH PENTAS. DUDUK DENGAN SIKAPNYA
SEBAGAIMANA BIASANYA, DIA MEMANGGIL ROH. TAPI KARENA KEPALANYA
JUGA TERBUNGKUS KAIN PUTIH, TAK SEORANG PUN TAHU KALAU ITU
ADALAH MANDA

MANDA (MENYANYI)
Malekum malekum malekum salam
Lam malekum. Malekum salam
Akulah Suri. Tidak anak bincacak. Tidak anak bincacau. Bukan Singiangngiang rimba.

IBU SURI
Suri? Suri?

MANDA
Akulah Suri. Disusukan di rumah gadang. Dibuai dalam kain cindai8. Mengaji di surau buluh,
bersilat diajar mamak. Aku Suri mu

IBU SURI (BANGKIT DAN MERANGKUL MANDA DENGAN HARU)


Suri, Suri. Oh, Suri. Benar-benar kau telah jadi roh. O, Suri. Kau hanya roh. Hanya roh.

MENANGIS DAN MEMBUKA BUNGKUS KEPALA MANDA. TIBA_TIBA TERPEKIK

8
kuntilanak

Lakon Roh karya Wisran Hadi 27


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Aiii… yaiii…iyaiii…! Manda rupanya! Pendusta! Kau samarkan dirimu jadi roh! Untuk
memata-mataiku mencari Suri.

MANDA
Katanya mencari Suri, nyatanya menemukan aku. Padahal aku sudah jadi roh. Perempuan
seperti ini yang selalu inginkan aku terus jadi perantara. Tapi, dia tak mau berterus terang.

PARA PEMAIN BANGKIT DAN KEMBALI BERPUTAR-PUTAR. TERDENGAR SUARA


MEREKA SEPERTI TELAPAK KAKI KUDA BERLARI. MEREKA MENGELILINGI IBU
SURI. HILANG DALAM KEHITAMAN KAIN HITAM PADA PEMAIN.

TIBA-TIBA, IBU SURI BERTERIAK. PADA PEMAIN YANG MENGELILINGI


MUNDUR DAN KEMBALI PADA POSISI SEMUAL.

IBU SURI
Suri, suri. Kalau merantau pantangkan pulang. Tapi, kirimi aku buku setebal kubu yang huruf
besarnya peragu guru. Huruf miringnya penyesat adapt, huruf kecilnya perancu waktu, huruf
tebalnya pengganda makna!

Suri, kalau merantau pantangkan pulang, tapi kirimi aku pena tak tentu tinta. Penanda-nanda
tangan, penanda-nanda dunia. Penunda-nunda kenangan. Kalau merantau pantangkan pulang,
tapi belikan aku pensil yang dirancang seruncing tanduk. Pembelah buluh jadi bilah,
pelambung lembing jadi lambing. Di bawah lambung, dibawah lumbung!

Suri. Kalau merantau pantangkan pulang. Tapi carikan aku rantai rentangan rantang,
penjunjung jenjang pemugar pagar, pengikat anjing di bawah anjung. Penarik gunjing di
ujung gonjong!

Suri, tanggamu tinggi, beranak pinak anaknya. Kakiku kaku, kan jatuh ditimpanya.

PARA PEMAIN KEMBALI MENGELILINGI IBU SURI. MEREKA BERPUTAR-PUTAR


DAN KAIN-KAIN HITAM MEREKA MENGEMBANG DI UDARA. LALU, MEREKA
KEMBALI KE TEMPAT SEMULA.

ADEGAN KE EMPAT
YANG TIDAK TERTOLONG DARI PERKEMBANGAN DIRI IBU SURI TERHADAP
KEINGINANNYA UNTUK MENGETAHUI SURI ADALAH: DIA MENGANGGAP
SEORANG PEMAIN YANG KINI TERBUJUR DISELIMUTI KAIN HITAM DI TENGAH
PENTAS ADALAH SEBUAH KUBURAN. DAN, KUBURAN ITU MENURUT
PANDANGANNYA ADALAH KUBURAN SURI.

BEGITULAH, SAMPAI MALAM INI IBU SURI DUDUK BERSIMPUH MENGHADAP


KUBURAN. DITABURKANNYA KEMBANG DAN DIA PUN MERATAPI SURI.

IBU SURI
Suri, o Suri. Jika kau berkubur di sini, kenapa kau tak terberita di surat kabar, surat yang
kabur kabar. Tak berkibar karena takut dikubur. Yang tersirat semakin surut. Atau melalui

Lakon Roh karya Wisran Hadi 28


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
radio, yang bergelombang dan bergelembung. Atau melalui majalah. Majalah, antara iklan
bolong tak berbilang. Atau melalui televise yang terbatas saluran antara gambar dan gembar
gembor, Suri.

IBU SURI MELEPASKAN SEGALA KESEDIHANNYA DENGAN DENDANG LAGU


TRADISINYA:

Simantuang di parik putuih


Jarajak di tanah taban
Ka mano punai ka inggok lai
Tampek bagantuang nan lah putuih
Tampek bapijak nan lah taban
Ka mano denai manggapai lai

TAPI SEMENTARA IBU SURI BERDENDANG SEDIH, MANDA BESERTA PEMAIN


YANG MENUTUP DIRI MEREKA DENGAN KAIN HITAM MASUK MENGELILINGI
‘PEKUBURAN’ ITU DENGAN MEMBAWA SESAJIAN. MEREKA DUDUK
MENGHADAP KUBURAN ITU, BESEBRANGAN DENGAN TEMPAT IBU SURI
MERATAP. IBU SURI TIDAK SEMPAT MEMERHATIKAN KEDATANGAN MEREKA
KARENA ASYIK DENGAN KESEDIHANNYA. DAN, MANDA BESERTA PEMAIN
MELAKUKAN ‘SEMBAHAN’ KUBUR DENGAN MENGUCAPKAN:

“Hu, tangku!”
“Hu, tanmu!”

TERUS MENERUS SAMBIL TUBUH MEREKA BERGERAK KE KIRI DAN KE


KANAN. HAL INI MENGINGATKAN KITA PADA DZIKIR YANG DILAKUKAN DI
SURAU-SURAU ATAU YANG SERING DILAKUKAN ORANG-ORANG TRADISI
SEKELILING KUBURAN. IBU SURI AKHIRNYA TAHU BAHWA MANDA KINI
SEDANG MELAKUKAN KEGIATAN MINTA BERKAH DI KUBURAN ITU. IBU SURI
MARAH SEKALI.

IBU SURI
Manda! Belum juga kau puas jadi perantara. Apa perlunya kau ikuti aku ke sini!

MANDA
Tempat seperti ini terlalu suci untuk ditangisi, Ibu Suri.

IBU SURI
Salahkah aku menangisi kematian suri? Dan, melepaskan kesedihan itu di atas kuburnya?

MANDA
O, kau telah keliru lagi. Tempat ini bukan kuburan, Ibu Suri.

IBU SURI
Bukankah Manda ziarah ke sini untuk mendapatkan berkah dari Suri?

MANDA
Aku selalu ziarah ke buruan keramat setiap malam jumat. Sejak dulu telah kulakukan.

Lakon Roh karya Wisran Hadi 29


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
IBU SURI
Ini bukan kuburan keramat, tapi kuburan Suri, Suri ku.

MANDA
Jika Suri berkubur di sini, siapakah yang menguburkannya. Jika Suri telah mati, bilakah dia
meninggal. Jika tempat ini kuburan Suri, tanda apa yang dapat dijadikan bukti?

IBU SURI
Aku juga menyesalkan hal itu, Manda. Suri memang tidak pernah memberi tahu.

MANDA (TERTAWA MENGEJEK)


Ibu Suri. Karena Suri tak pernah memberi tahu, aku pun tetap ragu padamu. Pada Suri mu.

IBU SURI
Manda! Kau bicara apa! Aku yakin Suri ku ada. Ii sudah lebih dari segalanya!

MANDA
Jika Suri anakmu, siapakah ayahnya, bila dia dilahirkan, kapan turun mandinya di rumah
gadang yang mana?

IBU SURI (MENANGIS)


Manda. Jangan tanyakan padaku. Jangan, Manda. Dengan ibu, kita bias berseteru. Dengan
suami, kita bias bercerai. Dengan anak, kita bias bersibak. Tapi dengan Suri, O Manda. Jika
aku burung, Suri sayapku yang akan menerbangkan aku sampai ke langit ketujuh!

Di pintu langit aku akan berteriak: hei, para penghuni langit! Turunlah ke bumi! Saksikan!
Suri disangsikan!

MANDA
Tentang Surimu, bukankah hanya mimpi seorang perempuan yang kini gelisah di umur senja.
Perempuan yang tak percaya lagi pada laki-laki, pada manusia. Perempuan yang
menginginkan anak, tapi takut melahirkan, karena dianggap mengurangi kecantikan.
Perempuan yang cemas putus turunan tak rela waris diterima orang lain.

IBU SURI (MELEDAK AMARAHNYA)


Diam! Diam! Kau penipu, perantara dusta! Jangan goda lagi aku! Takkan goyah
keyakinanku! Suri ku memang berkubur di sini!

MANDA
Keyakinanmu keliru, Ibu Suri.

IBU SURI
Tapi, kau pun tidak dapat membuktikan tempat ini bukan kuburan Suri. Kau pun tidak dapat
memberi kesaksian, bahwa tempat ini keramat dan suci.

MANDA
Ibu Suri. Keinginanmu begitu kuatnya hingga menjelmakan sebuah impian. Tapi, tidak
mampu mengatasinya.

Lakon Roh karya Wisran Hadi 30


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
IBU SURI
Kalau Manda tidak percaya, roh dan arwah kembali kuundang. Tidak ada jalan lain saat ini,
sementara kita berdua memerlukan bukti. Kita memerlukan saksi, keterangan dan penjelasan.

MANDA
Roh siapapun tidak akan tahu tempat ini kuburan Suri mu. Percayalah. Mereka tidak akan
datang, siapa pun yang akan mengundang.

IBU SURI
Aku pernah mengundang mereka. Semua patuh dan semua datang.

MANDA
Jangan lakukan, nanti kecewa.

IBU SURI
Ya, ya. Kau cegah aku membuktikan kubur Suri ku. Karena kau ragu kubur ini kubur keramat
mu. Kau ragu pada keyakinanmu, lalu ragukan keyakinanku. Ini tidak sehat, Manda.
Kupanggil mereka, sekarang juga!

MANDA
Kau memang keras kepala.

IBU SURI (MEMANGGIL ROH SEBAGAIMANA YANG PERNAH DILAKUKANNYA )


Malekum malekum malekum salam
Lam malekum salam. Malekum salam.
Mendaratlah roh-roh sejagat, merapatlah arwah dari kaki langit, yang terkatung-katung di
kapal tanpa juru mudi dan juru batu.
Malekum malekum malekum salam
Lam malekum salam. Malekum salam
Bangunlah dari kubur, heir oh sekalian roh, hei arwah sekalian arwah. Bangunlah, kini
kubangunkan semua kalia kuundang, semua harus datang memberikan partisipasi!

MENUNGGU BEBERAPA SAAT, TAPI TIDAK TERJADI APA-APA

MANDA
Tadi sudah kukatakan mereka tidak akan datang, Ibu Suri. Mantramu sudah rancu makna.
Kau sisipkan kata partisipasi. Partisipasi? Gotong royong maksudmu? Wajib? Sukarela?
Paksaan? Ibu Suri. Kuingatkan padamu, dalam mantra kata tak bermakna ganda, karenanya
mantra jauh berbeda daris astra. Perbedaannya begitu tajam dengan sebuah pembicaraaan.

IBU SURI
Biar pun mereka tidak mengerti dengan apa yang kukatakan. Mereka akan kuseret ke sini
dengan segala kekuatan.

MANDA
Ingat lagi, Ibu Suri. Kuburan ini keramat dan suci. Makam seorang malin yang termashyur,
malin dari sekalian malin. Seorang guru agama yang besar, punya kitab kuning dan merah.
Seorang yang fanatic, taat, terkadang ekstrem.

Lakon Roh karya Wisran Hadi 31


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Aku memang lupa namanya dan lupa waktu meninggalnya. Tapi, setiap jum’at dia terbang ke
Mekah, pulang membawa anggur dan korma. Air pembasuh telapak kakinya, obat manjur
encok dan patah tulang. Air ludahnya ditampung dan diperebutkan. Bila dibarutkan ke
kepala, otak jadi cerdas berdebat dan bias tangkas.

Ibu Suri. Ziarah ke makam ini tujuh kali, sama nilainya dengan menunaikan haji satu tahun.

IBU SURI
Aku tak peduli!

MEMBACA MANTRA LAGI

Malekum malekum malekum salam


Lam malekum salam. Malekum salam.
Hai roh, hai arwah; hai kubur, hai, hai bangunlah dari tidur. Tembus segala timbunan, terobos
segala tanah. Bangun. Bangun.

DAN MEMANG, PARA ROH BANGKIT DAN BERPUTAR-PUTAR DENGAN KAIN


HITAMNYA. MENGELILINGI KUBURAN ITU. KEMUDIAN, MEREKA DUDUK
MENGELILINGI KUBURAN ASMBIL BERUCAP:

“Hu! Tanku!”
“Hu! Tangmu!”

IBU SURI
Malekum malekum malekum salam
Lam malekum. Malekum salam

PARA ORH ITU BERGERAK LAGI. MEREKA BERJALAN MELINGKARI KUBURAN


DENGAN GERAKAN-GERAKAN RITMIS, SAMBIL MENYANYI MEMBACA
MANTRA:

Malekum malekum malekum salam


Lam malekum salam. Malekum salam

- LINGKARAN, GERAKAN DAN IRAMA NYANYIAN MEREKA MENGINGATKAN


KITA PADA KESENIA TRADISI RAKYAT MINANGKABAU; RANDAI -

SETELAH ITU MEREKA DUDUK DAN SEORANG PEMAIN BERDIRI DI TENGAH


LINGKARAN. PEMAIN ITU MARAH SEKALI

TOKOH XII
Sudahlah! Sudah! Jangan aku diadili lagi, aku sudah jadi batu, cukuplah itu. Terlalu berat
anak durhaka dituduhkan kepadaku. (MENANGIS) aku sudah mati, tapi masih terus diadili.
Kesalahanku terlalu dicari-cari. Mestinya aku harus membela diri. Tapi ya, bagaimana lagi.

IBU SURI

Lakon Roh karya Wisran Hadi 32


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
E, roh! Tunggu! Jangan menangis dulu! Jawab pertanyaanku, bukankah Suri yang berkubur
di sini!?

TOKOH XII
Suri? Suriname maksudmu? Di situ memang aku pernah singgah membeli pakaian untuk
kubwa pulang jadi hadiah bagi ibuku. Aku memang pernah berlayar ke sana.

IBU SURI
Jadi kau siapa?

TOKOH XII
Aku malin

MANDA
Malin? Ha, benar kan? Kau malin kan dari sekalian Malin.

IBU SURI (MARAH SEKALI)


Malin atau maling! Siapa kau!

TOKOH XII
Malin Kundang

IBU SURI
O, bagaimana ini!?

MANDA
Tadi sudah kubilang, tempat ini kuburan seorang malin.

IBU SURI
Ya, tapi bukan malin keramatmu! Malin Kundang! Ini pasti salah undang lagi. Roh petualang
rupanya yang datang.

MEMBACA MANTRA LAGI

Malekum malekum malekum salam


Lam malekum salam. Malekum salam.

PARA ROH ITU BERDIRI DAN MENARI-NARI MENGELILINGI KUBURAN SAMBIL


MENYANYI DAN MEMBACA MANTRA:

Malekum malekum malekum salam


Lam malekum salam. Malekum salam.

KEMUDIAN SALAH SEORANG BERDIRI

TOKOH XIII
Kudengar seorang perempuan, dapat kupastikan itu pastilah suara Puti Bungsu. Ya, kan?

IBU SURI (GELENG-GELENG KEPALA)

Lakon Roh karya Wisran Hadi 33


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Siapa namamu? Suri bukan?

TOKOH XIII
Istriku namanya Puti Bungsu, juga selalu mendesakku kalau menginginkan sesuatu. Kuingat
lagi bagaimana dia meminta kembali kain songsong barat, kain yang kucuri sewaktu dia
mandi.

Ya, ya…. Waktu itu aku menyamar jadi tukang pancing. Ah, Puti Bungsu. Aku cinta padamu.
Dimanakah anak kita Malin Duano?

IBU SURI
Tobat, tobat. Roh Malin Deman!

MANDA
Malin kan, malin!

TOKOH XIII
Nah, betul. Malin Deman.
Kalau orang terkenal seperti aku memang begitu. Rohnya pun masih bias dikenal. Kelebihan
orang terkenal begitulah, yak an? O, siapa namamu? Nona atau Nyonya? Ibu Suri? Ya…ya….
Ibu Suri.
Anakmu tentu seorang raja. Cantik juga kau malam-malam begini. Dah sayang!

MENGHILANG DALAM LINGKARAN PARA ROH

IBU SURI
Sial! Sudah jadi roh, masih juga mengganggu perempuan!

MANDA
Ibu Suri, berkali-kali kukatakan. Suri tak akan pernah kau temukan. Suri mu hanya impian.

IBU SURI
Bukan! Keyakinan! Pasti Suri bekubur di sini. Kuburan ini mesti digali.

MANDA
Ha? Digali? Jika kubur keramat ini digali, berarti kau menghacurkan apa yang kuyakini.

IBU SURI
Kita sama-sama memerlukan bukti.

MANDA
Jjangan hancurkan yang telah ada bagi Suri mu yang belum tentu ada.

IBU SURI
Hei roh, hei arwah! Ke sini! Mendekatlah! Waktu kita tinggal sedikit lagi. Gali kubur ini!

MANDA

Lakon Roh karya Wisran Hadi 34


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Ibu Suri. Kau sudah gila. Bagaimana mugkin roh-roh itu bekerja. Mereka roh, bukan buruh.
Mereka angina, Ibu Suri. Menggali sebuah kuburan berat hukumannya bagi yang beriman.
Aku sudah banyak berdosa dan takkan menambahkannya lagi.

IBU SURI
Pergilah Manda. Sebentar lagi akan terbukti. Tempat ini bukan kubur keramat, tapi pasti
kuburan Suri.

MANDA
Memang sulit mencegah perempuan yang tergila-gila dengan impiannya (KELUAR)

IBU SURI
Soalnya, kau ragu pada keyakinanmu. Kau hanya mampu menjadi perantara. Bukan jadi
pemain utama!

MANDA (DATANG LAGI DAN BERGABUNG DENGAN PARA ROH)


Kau akan kukutuki, kau akan menyesal. Aku tidak akan bekerjasama dengan orang gila!

IBU SURI
Peduli apa! Hei roh! Gali kubur ini, gali.

PARA ROH
Apa yang harus kami gali?

IBU SURI
Menggali keyakinan! Ayo kerjakan!

PENGGALIAN MULAI DILAKUKAN. PARA PEMAIN MENGELILINGI KUBURAN.


KEMBANG BERHAMBURAN KE MANA-MANA. SEMENTARA PANGGALIAN
BERLANGSUNG, IBU SURI MEMANDANG JAUH, MERATAPI KEHILANGAN SURI.

IBU SURI
Suri, pulanglah sebelum berpulang. Benih telah lama kusemai. Dan padi akan segera dituai.
Kau berdendang di bawah lumbung. Tapi malang, di sini kau terbujur membujur kekecewaan.
Suri, pulanglah sebelum berpulang. Bawakan aku atap penyisip tajuk balai adat. Bawakan
aku kitab bertulis arab melayu pengganti buku tangan dan buku bamboo. Bawakan aku lampu
menara, lentera duia, pengganti rekaman suara adzan.
Dengan pancaran kubah dan mihrab cahaya. Suri, pulang sebelum….

IBU SURI MEMANDANG KE ARAH PENGGALIAN. SOSOK MAYAT TERBUJUR DI


TENGAH PENTAS DAN PARA ROH KEMBALI KE TEMPAT MEREKA SEMULA. IBU
SURI BANGGA, SEIDH DAN RAGU. SEMUANYA CAMPUR ADUK DALAM
DIRINYA. BANGGA KARENA PENGGALIAN BERHASIL. RAGU, APAKAH
MEMANG SOSOK ITU JASAD SURI. SEDIH KARENA BENARKAH SURI TELAH
MATI, SEPERTI ORANG KSEURUPAN, IBU SURI MENGELILINGI DAN MERABA-
RAB JASAD ITU. DIA PUN INGAT MANDA.

IBU SURI

Lakon Roh karya Wisran Hadi 35


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
Manda, kesini! Ke sini cepat! Jika malin kermatmu itu bekubur seribu tahun silam di sini, tak
mugkin kain kafannya masih begini baru! Ayo Manda. Jangan sembunyi! Wajah Suri kita
saksikan sebentar lagi dengan mata kepala kita sendiri!

KESAL KARENA MANDA TIDAK DATANG. LALU DIDEKATINYA SOSOK JENAZAH


ITU, DIBELAI-BELAINYA DAN IKATAN KAIN KAFANNYA MULAI DIBUKA

IBU SURI
O, Suri ku. Setelah berpulang, baru kau pulang. Setelah jauh, baru kujumpa. Setelah tiada,
baru kau ada. Suri…Suri….

TERPEKIK TIBA-TIBA KARENA WAJAH JASAD ITU ADALAH WAJAH YANG


SANGAT DIKENALNYA; MANDA

Manda! Aiii, yaii, yaiiii!

MARAH SEKALI PADA MANDA

Sampai ke liang kubur kau jadi perantara!

TAK SADAR DIRI

MANDA
Nah, kan. Aku lagi yang disalahkan. Nyatanya menemukan aku. Perempuan begini selalu
menginginkan aku terus jadi perantara. Padahal aku sudah dikubur. Tapi, dia tetap saja
memungkiri. O, perempuan.

PARA ROH DATANG BERPUTAR-PUTAR MENGELILINGI IBU SURI. MANDA IKUT


MENGHILANG DALAM PUTARAN PARA ROH ITU. MEREKA TERUS BERPUTAR-
PUTAR DAN SUARA MEREKA TERDENGAR SEPERTI SUARA TELAPAK KAKI
KUDA BERLARI.

IBU SURI BANGKIT DAN BERPUTAR-PUTAR DI TENGAH PUTARA PARA ROH


DENGAN SELEMBAR KAIN PUTIH YANG LEBIH BESAR. KAIN PUTIH ITU
MENGEMBANG DI UDARA, MEMBAWAHI PARA ROH YANG BERGULUNG-
GULUNG. DENGAN KAIN HITAM MEREKA.

PERLAHAN DITURUNKANNYA KAIN PUTIHNYA, DAN KINI YANG KELIHATAN


HANYA WAJAH IBU SURI YANG LETIH MEMANDANG KE KEJAUHAN.

IBU SURI
Suri. Ya, aku bukan Ibumu. Dan juga kau bukan anakku. Tak mungkin kau ku anakkan, kau
pun tidak mungkin diperanakkan. Suri, bagiku kau hanya satu. Satu untuk segalanya. Satu
untuk semuanya.

PERLAHAN MEMBEKU. MATANYA REDUP. ADA SESUNGGING SENYUM DI


BIBIRNYA. MANIS SEKALI

Lakon Roh karya Wisran Hadi 36


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003
TAMAT

Pagaruyung, Juni 1988


Kualalumpur, Desember 2001

Lakon Roh karya Wisran Hadi 37


Juara harapan II Sayembara menulis naskah drama DKJ 2003

Anda mungkin juga menyukai