Anda di halaman 1dari 6

TUGAS I

NAMA : VIVIN WINDARI


NIM : 858051293
KELAS :A
SEMESTER : 3
TUTOR : TENDI ANTOPANI, S.SN, M.SN
MAPEL :PENDIDIKAN SENI DI SD

TEMA : Fungsi Dan Kedudukan Seni Dalam Kehidupan Masyarakat


SOAL : Carilah Contoh Kasus Tentang Fungsi Dan Kedudukan Seni
Bagi Masyarakat, Serta Apa Yang Menjadi Tantangan Bagi
Keberadaan Kesenian Tersebut Di Era Sekarang Ini.
( Khusus Nya Yang Ada Di Kabupaten Sambas Dan
Sekitarnya )

Istilah seni bersumber dari beberapa pendapat diantaranya bahwa kata seni
berasal dari kata “ sani “ dalam Bahasa Sanksekerta yang berarti pemujaan,
pelayanan, donasi, permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur. A da
yang mengatakan dari Bahasa Belanda “ genie “ atau jenius. Atau versi lain
disebut “ clipa “ yang berarti bewarna (kata sifat) atau pewarna (kata benda)
kemudian berkembang menjadi “ cilpacastra “ yang berarti segala macam
kekriyaan ( hasil keterampilan tangan) yang artistic.
Dalam perkembangan selanjutnya dari asal kata seni muncul berbagai
pengertian seni, yaitu seni sebagai karya seni ( work of art ), seni sebagai
kemahiran ( skill ), seni sebagai kegiatan manusia ( human activity ). Pengertian
seni sebagai benda / karya seni adalah : bahwa seni atau keindahan adalah
sesuatu yang menghasilkan kesenangan, tapi berbeda dengan sekedar rasa
gembira karena mempunyai unsur transcendental atau spiritual.
Salah satu bagian dari seni adalah tradisi. Tradisi merupakan suatu
gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama
dan dilakukan secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang. Tradisi yang
telah membudaya akan menjadi sumber dalam berakhlak dan berbudi pekerti
seseorang. Tradisi atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana
adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,
kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari
tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik
tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Antar ajong adalah salah satu upacara adat atau tradisi tradisional yang
secara turun temurun dilaksanakan oleh masyarakat Melayu Sambas di
Kabupaten Sambas tepatnya di Kecamatan Paloh, yaitu di “ Pantai Tanah Hitam
“ untuk menanam padi yang dilaksanakan setiap tah un pada masa bercocok
tanam tiba. Waktu pelaksanaan ritual antar ajong setiap pertengahan tahun
sekitar bulan juni atau juli. Untuk menentukan kapan antar ajong dimulai tidak
sembarangan terlebih dahulu ada wangsit atau alamat yang diterima oleh
pawang dari alam ghaib. Sampai sekarang antar ajong masih diyakini warga dan
masyarakat setempat masih berpatokan kepada proses ini untuk memulai musim
tanam, kecuali yang menggunakan bibit unggu ( padi 3 bulan ), ritual adat ini
sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu hingga sekarang.
Masyarakat setempat mempercayai ritual adat ini, aktivitas tersebut dapat
membuat tanaman padinya terhindar dari hama dan penyakit. Masyarakat sangat
yakin bahwa segala wabah, hama, bencana, dan penyakit masing- masing
mempunyai roh jahat yang menguasainya. Maka dari itu dengan adanya ritual
antarajong, roh – roh jahat itu dapat di taklukkan supaya tidak mengganggu
masyarakat setempat.
Antar ajong sudah dilakukan masyarakat setempat jauh sebelum Agama
Islam datang ke bumi Serambi Mekkah Sambas dan masyarakat masih
memegang teguh agama leluhur yakni, Hindu Kaharingan, bersamaan dengan
kerajaan Majapahit dan sebelum kesultanan Sambas. Antar ajong bisa diartikan
membuang atau melepaskan atau menghanyutkan sebuah replica perahu
lancing kuning yang bernuansa warna kuning ( warna khas kesultanan sambas )
yang berukuran 1 – 2 meter yang berisi aneka sesajian berupa hasil bumi ke laut
lepas.
Ritual antar ajong diawali dengan musyawarah dan permohonan doa di
lanjutkan dengan upacara besiak dimalam sebelumnya yang dipimpin oleh
seorang pawang dan didampingi oleh peradi ( asisten pawang yang
menjembatani komunikasi dengan roh ) . upacara besiak adalah sebuah kegiatan
untuk menangkap roh-roh jahat penguasa hal – hal negative guna dimasukkan
dalam ajong. Proses penangkapan roh jahat tersebut juga dilakukan dengan
menggunakan roh- roh baik. Penguasa alam ghaib dikawasan setempat yang
merasuki pawang.
Dalam upacara besiak ini, sebuah panggung kecil berdiri untuk tempat
aneka keperluan upacara, kemenyan, bara api, ratteh ( sejenis makanan khas
yang biasanya disajikan pada cara tertentu yang terbuat dari beras dimasak
seperti pop corn bewarna putih kemudian dicampur dengan kelapa muda dan
gula pasir ), beras kuning, kue cucur, telur, darram – darram, pelepah pinang,
mayang pinang, pisang, dan lainnya. 1 tong besar air yang sudah dicampur
dengan berbagai jenis bunga – bungaan yang di campur dengan berbagai jenis
bunga – bungaan didepan pawang.
Air inilah yang nantinya akan digun akan masyarakat setempat, untuk
merendam benih padi sebelum di tanam, Ketika memanggil roh, peradi dan
pawang bersahut – sahutan melantunkan sya’ir dan lagu khas yang diiringi
pukulan gendang dan alat music lainnya. Sebelum sya’ir habis dilantunkan, tiba
– tiba terjadi perubahan pada sang pawang. Tubuhnya berkelonjotan sesaat dan
matanya nanar menatap penonton. Itu diyakini sebagai pertanda bahwa
tubuhnya telah disusupi oleh Roh. Peradi kemudian berkomunikasi dengannya
dan menyatakan maksud pemanggilan tersebut.
Roh baik yang datang itu diminta untuk menangkap roh – roh jahat dan
memasukkannya kedalam ajong. Pawang yang sudah dirasuki itu terkadang
bertingkah aneh. Adakalanya ia memanjat diatas atap rumah, pohon, dan
sebagainya. Setelah itu ia akan mengelilingi ajong sambal menaburkan ratteh
atau mengipasinya dengan mayang pinan g. Biasa pula ia meminta dihibur dulu
dengan nyanyian dan tarian. Tak heran dalam proses ini beberapa penyanyi radat
telah disiapkan.
Usai acara hiburan dan setelah mendapatkan instruksi dari pawang
mereka lalu memanggul ajong tersebut. Dengan aba - aba berupa sholawat nabi,
mereka berlari sejadi – jadinya menuju laut. Para penonton bersorak – Soraya
melihatnya. Ajong di dorong ke tengah melawan ombak , mereka baru Kembali
kedaratan setelah ajong dinilai aman berlayar.
Ritual antar ajong merupakan kegiatan yang masih dilakukan dengan
cara tradisional yang di dalamnya terkandung unsur-unsur tradisi yang
mengikutinya yaitu dengan menghanyutkan sebuah ajong ke laut yang di
dalamnya terdapat sesajen untuk memberikan persembahan kepada hantu laut.
Ritual ini bertujuan agar hasil panen mereka bagus, terhindar dari serangan-
serangan hama yang biasanya

merusak tanaman padi mereka, dan hasil panen yang melimpah.


Ritual dalam tradisi antar ajong diawali dengan musyawarah dan
permohonan doa, dilanjutkan dengan upacara “besiak” dimalam yang dipimpin
oleh seorang pawang dan didampingi oleh peradi (asisten dukun yang
menjembatani komunikasi dengan roh). Saat pemanggilan roh -roh jahat
dilakukan, peradi dan pawang melantunkan syair yang bersahut-sahutan yang
diiringi lagu-lagu khusus dan pukulan gendang-gendang. Apabila pawang sudah
dirasuki oleh roh-roh tersebut, maka peradi mulai berkomunikasi dengan pawang
dan menyatakan maksud pemanggilnya.
Terkadang pawang bertingkah aneh-aneh, ada kalanya memanjat di atas
atap rumah, dan pohon. Setelah itu, ia akan mengelilingi ajong sambil
menaburkan ratteh (sejenis makanan khas yang biasanya disajikan teman kue
yang disajikan pada acara tertentu yang terbuat dari beras di masa seperti
popcorn berwarna putih kemudian dicampur parutan kelapa muda dan kelapa )
atau mengipasinya dengan mayang pinang. Biasanya ia juga minta dihibur dulu
dengan nyanyian dan tarian. Tak h eran dalam prosesi ini, beberapa penari radat
sudah disiapkan. Apabila acara hiburan sudah selesai dan setelah mendapat
aba-aba dari pawang, lalu mereka memanggul ajong tersebut. Aba-aba yang
diberikan berupa shalawat nabi, kemudian mereka berlari sejadi-jadinya menuju
laut. Penonton bersorak sorai melihatnya. Ajong di dorong ke tengah melawan
ombak. Mereka baru akan kembali ke daratan setelah ajong dinilai aman
berlayar.

ditemukan 3 mantra dalam tradisi antar ajong. Satu di antaranya adalah


mantra ketika melaksanakan ritual besiak. Berdasarkan makna kultural
ditemukan 7 jenis pantang larang. Satu di antaranya adalah ketika berada di desa
lain tidak boleh tidur di ru mahnya. Setelah antar ajong dilaksanakan, perahu
ajong (lancang kuning) sudah dihanyutkan ke laut sekitar pukul 13.00 siang maka
pantang larang pun sudah diberlakukan oleh pawang (dukun) dari waktu yang
sudah ditentukan dan sudah disepakati bersama.
Oleh karena itu, apabila masyarakat Desa Tanah Hitam berada di desa lain
sewaktu pantang sudah ditentukan pukul 18.00 sore, maka tidak diperbolehkan
untuk tidur di rumahnya dan harus tidur di desa lain. Masyarakat meyakini bahwa
jika orang Desa Tanan Hitam pergi ke desa lain, kemudian pulang lagi ke
rumahnya, maka dikhawatirkan ia pulang akan diikuti oleh makhluk gaib yang
ada di desa lain datang lagi ke kampung. Jadi pawang (dukun) tidak ingin hal
tersebut terjadi, sebab makhluk gaib yang ada di Desa Tanah Hitam sudah
dibuang dan dihanyutkan ke laut melalui antar ajong tadi.
Yang Menjadi Tantangan Bagi Keberadaan Kesenian Tersebut Di Era
Sekarang Ini Adalah kebanyakan masyarakat sekitar yang tidak mempercayai
antar ajong sebagai tradisi yang sesuai dengan syari’at agama, karena
bagaimanapun juga sebuah tradisi yang memasukkan didalamnya unsur roh –
roh baik maupun jahat , bahkan mempercayai bahwa dengan hal tersebut bisa
membawa kebaikan / kesuburan atau keberhasilan untuk panen padi mereka,
yang mana seharusnya segala sesuatu kita sebagai umat muslim yang taat,
bahwa hanyalah Kepada Allah tempat untuk meminta.
Apabila meminta kepada selain Allah , syirik lah perbuatannya . alangkah
lebih baiknya bahwa tradisi tersebut diganti dengan acara sedekah kepada
sesama petani, doa bersama dan meninggalkan tradisi yang menyekutukan
Allah , agar tradisi tersebut tidak melenceng dari ajaran agama.
Dengan memiliki pemahaman tersebut, Sebagian masyarakat memilih
untuk tidak mengikuti ritual tradisi Antar ajong dan memilih usaha doa yang
sesuai dengan tuntunan agama dan sesuai ajaran yang telah di contohkan oleh
Rasulullah SAW.

Anda mungkin juga menyukai