NPM : 22021125
KLS : 3D Reguler
Fakultas/Prodi : Pertanian/Agroteknologi
Mata Kuliah : Dasar-Dasar Agribisnis
Tanggal pembuatan : 30 Oktober 2023
Peruntukan : Tugas Personal Mata Kuliah
Dosen Pengampu : Surya Fajri. S.P.,M.Agr
RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN
PERTANIAN TAHUN 2020-2024
BAB I
PENDAHULUAN
a. PDB
Selama kurun waktu 2015-2020, PDB harga konstan pertanian menunjukkan tren
pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada tahun 2018 dan 2019, pertumbuhan PDB
mencapai 3,3%, naik cukup tinggi jika dibandingkan pada tahun 2015 yang hanya
tumbuh 3,0%. Pada tahun 2020, terjadi penurunan pertumbuhan sebesar 2,11%
dibandingkan tahun sebelumnya, dikarenakan penurunan laju peningkatan produksi
tanaman pangan akibat musim kemarau yang panjang.
NTP dihitung dengan cara membandingkan antara indeks harga yang diterima petani
(It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP berguna untuk mengukur
kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani
dalam produksi dan konsumsi rumah tangga.
a. padi
b. jagung
c. Kedelai
d. Komoditas Hortikultura (Cabai dan Bawang Merah
e. Tebu
f. Sapi/Kerbau
BAB II
A. VISI
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga;
Dalam menerapkan Misi Presiden dan Wakil Presiden, maka Kementerian Pertanian
mendukung mewujudkan struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya
saing melalui misi Kementerian Pertanian yaitu:
D. SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis Kementerian Pertanian disusun berdasarkan target yang
dituangkan dalam RPJMN 2020-2024, dengan memperhatikan hasil evaluasi
kebijakan pertanian sebelumnya, isu strategis saat ini dan prakiraan ke depan, dan
mengakomodasikan aspirasi masyarakat.
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN
1. Agenda Pembangunan
Sagu berperan penting dan strategis bagi ketahanan pangan nasional terutama
menghadapi krisis pangan di masa pandemi dengan memperkuat ketahanan pangan
nasional sebagai komoditas pangan lokal. Selain berpotensi sebagai sumber pangan
karbohidrat pengganti beras, Sagu juga memiliki potensi sebagai bahan baku industri
yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Telah banyak bentuk produk turunan dari sagu
seperti glukosa, yang dihasilkan melalui pemanfaatan pati dan dapat dijadikan etanol
dan fruktosa dalam industri makanan dan minuman. Selain itu, Sagu juga bisa
dimanfaatkan untuk menjadi dextrin yang umum digunakan di industri kayu,
kosmetik, farmasi, dan pestisida.
2) Pertanian Keluarga (Family Farming)
Pada Tahun 2020, kegiatan PUPM tidak hanya untuk komoditas beras tetapi diperluas
komoditasnya termasuk cabai, bawang merah, dan telur. Perluasan komoditas
tersebut dilakukan dengan memperhatikan permasalahan selama ini terkait fluktuasi
harga pada komoditas tersebut yang sering terjadi sepanjang tahun, dan tingginya
disparitas harga baik antar konsumen dengan produsen maupun antar wilayah
2) Pengembangan Sistem Logistik Pangan
Sistem logistik pangan nasional yang kuat harus bertumpu pada empat strategi, yaitu
peningkatan produksi, perbaikan sistem distribusi, pengembangan kelembagaan, dan
mendorong konsumsi pangan lokal. Kegiatan untuk perbaikan sistem distribusi
dilakukan dengan meningkatkan kelancaran distribusi pangan meliputi
penyederhanaan rantai pasok dan intervensi distribusi, pengembangan “food hub”
baik nasional dan regional serta pembangunan platform jual beli e- commerce.
f. Pengembangan Pertanian Presisi dan Smart Farming
Pertanian presisi (precision farming) adalah sistem pertanian terpadu berbasis pada
informasi dan produksi, untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan profitabilitas
produksi pertanian dari hulu ke hilir yang berkelanjutan, spesifiklokasi serta
meminimalkan dampak yang tidak diinginkan pada lingkungan. pertanian presisi
menggunakan pendekatan dan teknologi yang memungkinkan perlakukan presisi
pada setiap simpul proses rantai bisnis pertanian dari hulu hingga hilir sesuai kondisi.
g. Percepatan Gerakan Tiga Kali Ekspor
Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) adalah program untuk meningkatkan ekspor
pertanian sebanyak tiga kali lipat. Langkah-langkah yang dilakukan dalam Gratieks
diantaranya adalah: meningkatkan volume ekspor, mendorong pertumbuhan eksportir
baru, menambah negara mitra dagang, menambah ragam komoditas ekspor, dan
meningkatkan frekuensi pengiriman. Ekspor tiga kali lipat bukan berarti hanya
volumenya saja, akan tetapi nilai dan daya saingnya juga menjadi fokus perhatian
untuk ditingkatkan.
1) Pengembangan Komoditas Porang
Porang menjadi komoditas ekspor baru yang memiliki peluang pasar yang
cukup potensial. Permintaan bahan baku industri yang tinggi menyebabkan banyak
petani yang berminat membudidayakan porang karena memiliki harga jual yang
bernilai tinggi.
2) Pengembangan Seribu (1.000) Desa Sarang Burung Walet
Salah satu kegiatan terobosan untuk mendukung Gratieks adalah
pengembangan 1.000 desa walet. Yang bertujuan untuk meningkatkan ekspor Sarang
Burung Walet (SBW) mengingat komoditas tersebut menjadi andalan ekspor
Indonesia karena memiliki nilai jual tinggi di pasar dunia.
Pengembangan dan peningkatan ekspor sarang burung walet menjadi salah satu
kegiatan prioritas Kementerian Pertanian. Sesuai Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 104 Tahun 2020, yang menyatakan bahwa SBW merupakan komoditas
binaan Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan
Hewan (PKH)
h. Kewirausahaan dan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) sektor Pertanian
Masalah ketahanan pangan menjadi sangat penting sekaligus rentan bermasalah pada
situasi bencana, termasuk bencana wabah penyakit seperti pandemi Covid-19, di saat
kondisi serba dibatasi baik mobilitas maupun relasi komunikasi yang luas ternyata
telah memunculkan usaha-usaha baru yang berbasis komunitas termasuk di sektor
pangan dan pertanian. Hal ini merupakan pertanda pentingnya dukungan terhadap
penumbuhan dan pengembangan kewirausahaan.
i. Strategi Transformasi Penyerapan KUR
Sebagai salah satu strategi penataan regulasi pendekatan omnibus law dapat
diterapkan dengan opsi penyederhanaan atau pencabutan dan perevisian atau
penggabungan beberapa regulasi yang substansinya hampir sama, tumpang tindih dan
konflik. Inti pendekatan omnibus law adalah evaluasi, pengkajian, penelitian terkait
regulasi dan pilihan kebijakan untuk memastikan regulasi yang tepat, fleksibel dan
akuntabel. Mengingat dinamisnya perkembangan pembangunan, maka kebutuhan
kerangka regulasi disesuaikan kebutuhannya melalui Rencana Kerja setiap tahun.
4. Meningkatnya nilai tambah dan daya saing pertanian, regulasi yang dibutuhkan
diantaranya:
A. TARGET KINERJA
Indikator kinerja tersebut kemudian di turunkan (cascading) ke dalam masingmasing
program dan sasaran program. Indikator sasaran program merupakan capaian
outcome yang diperlukan untuk mencapai indikator sasaran strategis. Selanjutnya,
sasaran program diturunkan ke dalam kegiatan-kegiatan dan indikatornya. Untuk
lebih mendetilkan lagi, sasaran strategis dan indikator kinerja sasaran strategis
Kementerian Pertanian.
B. KERANGKA PENDANAAN
Pelaksanaan kebijakan, strategi, dan program pembangunan pertanian, dan
pencapaian target sasaran utama membutuhkan dukungan kerangka pendanaan yang
memadai, pengelolaan dana yang profesional, alokasi dan distribusi pendanaan secara
tepat sasaran, serta penggunaan dana yang efektif dan efisien.
1. Dana Alokasi Khusus (DAK)
DAK Fisik Penugasan Bidang Pertanian adalah dana yang dialokasikan dalam APBN
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
pemenuhan sarana prasarana di bidang pertanian yang merupakan urusan daerah
sesuai dengan prioritas nasional di bidang pertanian yang diarahkan untuk
pembangunan/perbaikan sarana dan prasarana fisik dasar pembangunan pertanian
guna mendukung pencapaian ketahanan pangan dan peningkatan komoditas pertanian
strategis.
2. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
PENUTUP
Pertanian maju, mandiri dan modern untuk mewujudkan Indonesia yang maju,
berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong menjadi visi
bersama bagi seluruh elemen di Kementerian Pertanian khususnya, serta pemangku
kepentingan di bidang pertanian secara umum. Visi ini tidak akan bisa dicapai bila
sinergitas horizontal dan vertikal tidak terjalin dengan baik di lingkungan
Kementerian Pertanian, serta tanpa dukungan dari seluruh pemangku kepentingan
baik di pusat maupun di daerah.