FOAMED CONCRETE
Beton ringan (light-weight concrete) adalah salah satu inovasi teknologi beton yang telah banyak diteliti, karena
memiliki berat jenis yang lebih rendah dari beton konvensional. Foamed concrete juga termasuk kategori beton ringan,
karena berat jenis foamed concrete memiliki range antara 300 - 1.850 kg/m3. Penelitian ini memanfaatkan limbah fly
ash sebagai bahan substitusi semen. Dalam menentukan komposisi campuran foamed concrete dilakukan trial mix
untuk mendapatkan komposisi material yang digunakan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh persentase foam
dan penggunaan fly ash terhadap mikrostruktur foamed concrete. Persentase foam yang digunakan adalah 30%, 40%,
50%, dan 60% terhadap volume campuran, sedangkan persentase substitusi fly ash yang digunakan adalah 5%, 10%,
15% dan 20% terhadap berat semen. Penggunaan fly ash diharapkan dapat mempercepat reaksi hidrasi sekunder untuk
pembentukan CSH baru. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pengujian beton segar, berat jenis dan
kuat tekan beton umur 28 hari, serta pengujian mikrostruktur. Pengujian beton segar meliputi pengujian slump flow dan
setting time. Penelitian yang dilakukan menunjukkan nilai slump flow menurun seiring bertambahnya persentase foam
dan meningkat seiring bertambahnya subtitusi fly ash. Nilai slump flow maksimum terdapat pada campuran 30V-20FA
sebesar 69,50 cm dan nilai slump flow minimum terdapat pada campuran 60V-0FA sebesar 50,00 cm. Hasil pengujian
setting time semakin meningkat seiring dengan bertambahnya persentase foam dan subtitusi fly ash. Setting time
maksimum terdapat pada campuran 50V-20FA, yaitu 790 menit dan setting time minimun terdapat pada campuran 30V-
0FA, yaitu 600 menit. Penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk silinder 10 cm x 20 cm untuk pengujian berat
jenis dan kuat tekan beton. Persentase foam 30% dengan subtitusi fly ash 10% menunjukkan nilai kuat tekan beton umur
28 hari paling optimal, yaitu 8,57 MPa dengan berat jenis 1.455 kg/m 3 dan menghasilkan diameter bubble paling kecil,
serta mikrostruktur paling padat.
1. PENDAHULUAN
Beton ringan (light-weight concrete) adalah salah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
satu inovasi teknologi beton yang telah banyak diteliti, Onprom et al. (2015), menggunakan variasi persentase
karena memiliki berat jenis yang lebih rendah dari foam yaitu 30%, 40%, 50%, 60% dan 70% dari volume
beton konvensional. Foamed concrete juga termasuk campuran. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
kategori beton ringan, karena berat jenis foamed bahwa semakin rendah kadar foaming agent yang
concrete memiliki range antara 300 - 1.850 kg/m3 ditambahkan pada beton maka semakin tinggi berat
(Thakrele, 2014). jenis dan kuat tekan beton yang dihasilkan demikian
Foamed concrete adalah campuran antara semen, juga sebaliknya makin tinggi kadar foaming agent
agregat, air dan bahan khusus pembuat busa yang bisa maka semakin rendah berat jenis dan kuat tekan yang
membuat beton memiliki jutaan gelembung gas yang dihasilkan.
terdistribusi di dalamnya, serta saling terikat satu Penelitian yang dilakukan oleh Bayuaji dan
dengan yang lainnya (Moon and Varghese, 2014). Nuruddin (2014), menggunakan variasi persentase
Kepadatan foamed concrete tergantung dari jumlah foam yaitu 20%, 25%, 30%, dan 35% dari volume
foam yang ditambahkan ke dalam campuran mortar. campuran. Dari penelitiannya tersebut, bahwa variasi
Perbedaan antara foamed concrete dan beton persentase foam yaitu 20%, 25%, 30%, dan 35% dari
konvensional adalah penggunaan agregat kasar volume campuran yang persentase foam optimum yang
dihilangkan dan digantikan oleh gelembung kecil yang digunakan untuk memberikan kuat tekan yang optimal
lebih stabil. adalah 25% dari volume campuran.
Untuk pembuatan maupun produksi foamed Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yerramala
concrete ada dua macam metode yang digunakan yaitu et al. (2012), melakukan penelitian mengenai pengaruh
pre-foaming method dan mixed foaming method substitusi fly ash dalam campuran mortar terhadap kuat
(Hamad, 2014). Pre-foaming method adalah metode tekan. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
dalam pembuatan foamed concrete dengan cara bahwa persentase optimum bagi fly ash untuk
memproduksi secara terpisah antara campuran dasar memberikan kuat tekan yang lebih tinggi adalah 10%
(pasta atau mortar) dengan foam, kemudian foam dari berat semen yang digunakan.
dicampurkan ke dalam campuran dasar (pasta atau Penelitian yang dilakukan Boon et al. (2006),
mortar) tersebut. Sedangkan mixed foaming method membahas mengenai pengaruh variasi proporsi fly ash
adalah metode dalam pembuatan fomed concrete dalam campuran terhadap karakteristik foamed
dengan cara menambahkan zat aktif ke dalam concrete. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
campuran dasar dan selama proses pencampuran bahwa persentase optimum bagi fly ash untuk
gelembung terbentuk mengakibatkan struktur selular di memberikan kuat tekan yang lebih tinggi adalah 20% -
dalam beton. 30% dari berat semen yang digunakan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Liu et al. Dari hasil pengujian kandungan kimia fly ash dapat
(2016), rasio w/c sangat mempengaruhi ukuran, dilihat pada Tabel 1, diketahui data kandungan kimia
bentuk, distribusi, dan konektivitas dari pori-pori SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 = 85,9%, CaO = 5,30%, dan SO 3
dalam foamed concrete. Semakin tinggi nilai w/c maka = 1,12%. Berdasarkan ASTM C-618 menunjukkan
beton yang dihasilkan akan semakin ringan dan bahwa fly ash yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki kuat tekan yang lebih rendah. Namun, dengan termasuk fly ash kelas F.
penggunaan w/c yang semakin rendah maka campuran
beton akan semakin kaku yang kemudian
mengakibatkan foam yang ditambahkan tidak stabil
terhadap bahan campuran beton lainnya dan membuat
foam pecah. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa dalam pembuatan foamed concrete faktor air
semen yang optimal memberikan kuat tekan yang lebih
tinggi adalah sebesar 0,45.
Tabel 1. Hasil pengujian kandungan kimia fly ash 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
No. Kandungan kimia Berat (%) 3.1. Hasil Pengujian Beton Segar
1. Silikon Dioksida (SiO2) 52,96 Pengujian beton segar pada penelitian ini terdiri
2. Aluminum (III) Oksida (Al2O3) 27,14 dari pengujian slump flow, dan setting time. Pengujian
3. Besi (III) Oksida (Fe2O3) 5,80 slump flow dilakukan untuk mengetahui tingkat
4. Kalsium Oksida (CaO) 5,30 kemudahan pengerjaan (workability) dari foamed
5. Magnesium Oksida (MgO) 2,06 concrete dan pengujian setting time dilakukan untuk
6. Sulfur Trioksida (SO3) 1,12 mengetahui waktu yang diperlukan sampai foamed
7. LOI - concrete untuk mengeras.
solid yang bersudut, dibandingkan dengan partikel fly
A. Hasil pengujian slump flow ash yang cenderung berbentuk bulat. Hal ini
Hasil pengujian slump flow dapat dilihat pada mengakibatkan, dapat meminimalisir gesekan yang
Gambar 2 dan Gambar 3. Nilai yang diperoleh pada terjadi antar butiran, sehingga dapat meningkatkan
pengujian slump flow merupakan hasil rataan flowability dan workability yang lebih baik.
pengukuran panjang diameter sebaran dalam empat
arah yang saling tegak lurus. Hasil pengujian slump B. Hasil pengujian setting time
flow berkisar antara 50 - 70 cm. Nilai slump flow Hasil pengujian setting time dapat dilihat pada
maksimum terdapat pada campuran 30V-20FA sebesar Gambar 4 - 7. Nilai yang diperoleh pada pengujian
69,50 cm, sedangkan nilai slump flow minimum setting time terdiri dari nilai initial time dan final time.
terdapat pada campuran 60V-0FA sebesar 50,00 cm. Waktu ikat awal (initial time) adalah waktu yang
diperlukan pasta semen sampai kehilangan sifat
75 keplastisannya, sedangkan waktu yang diperlukan
Fly Ash
0% pasta semen menjadi massa yang keras disebut waktu
70 ikat akhir (final time). Hasil pengujian initial time
Fly Ash
10% berkisar antara 270 - 410 menit dan hasil pengujian
Slump flow (cm)
65
final time berkisar antara 600 - 790 menit. Waktu
60 maksimum dari hasil pengujian setting time terdapat
campuran 50V-20FA, yaitu 790 menit. Waktu
55 minimun dari hasil pengujian setting time terdapat
campuran 30V-0FA, yaitu 600 menit.
50
800
45 Fly Ash
Foam 30% Foam 40% Foam 50% Foam 60% Initial time (menit) 700
0%
Fly Ash
Variasi persentase foam
. 10%
Gambar 2. Pengaruh variasi persentase foam terhadap 600
700
Slump flow (cm)
65
600
60
500
55
Gambar 3. Pengaruh variasi substitusi fly ash terhadap Variasi persentase foam
hasil slump flow
Gambar 5. Pengaruh variasi persentase foam terhadap
Berdasarkan Gambar 3 menjelaskan bahwa seiring hasil final time
dengan bertambahnya substitusi fly ash terhadap berat
semen, diameter slump flow menjadi semakin besar. Gambar 4 dan Gambar 5 menjelaskan bahwa
Fly ash memiliki berat jenis lebih kecil dibandingkan seiring dengan bertambahnya persentase foam terhadap
berat jenis semen, sehingga terjadinya peningkatan volume campuran maka waktu pengikatan (setting
volume binder yang akan mempengaruhi volume time) yang dibutuhkan semakin lama. Hal ini
mortar. Oleh sebab itu, campuran mortar tersebut disebabkan volume mortar dalam campuran semakin
menjadi lebih kental. Namum dilihat dari mikrostuktur berkurang maka dalam campuran tersebut binder juga
material tersebut, semen umumnya terdiri dari partikel
berkurang. Sehingga waktu pengikatan (setting time) foam 60% untuk setiap variasi substitusi fly ash.
yang dibutuhkan semakin lama. Penurunan berat jenis yang dihasilkan antar variasi
Berdasarkan Gambar 5 dan Gambar 6 menjelaskan persentase foam cukup signifikan, yaitu berkisar antara
bahwa seiring dengan bertambahnya substitusi fly ash 130 - 240 kg/m3.
terhadap berat semen maka waktu pengikatan (setting
time) yang dibutuhkan semakin lama. Karena fly ash 1600
Fly Ash
umumnya memiliki sifat pozolan yaitu bahan yang 0%
1500
Foam 900
700
40%
800
600 Foam 30% Foam 40% Foam 50% Foam 60%
1400
Variasi substitusi fly ash
1300
Gambar 5. Pengaruh variasi substitusi fly ash terhadap
hasil initial time 1200
800 1100
1000
Final time (menit)
700
900
600
800
500 Fly Ash 0% Fly Ash 10% Fly Ash 15% Fly Ash 20%
0
Foam 30% Foam 40% Foam 50% Foam 60%
4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang
telah dilakukan sebagai berikut:
1. Komposisi optimum campuran foamed concrete
dengan substitusi fly ash sebanyak 10%
menghasilkan kuat tekan tertinggi, yaitu 8,57 MPa
dan mikrostruktur paling padat.
(a) 40V-0FA (b) 40V-10FA
2. Pengaruh variasi persentase foam terhadap hasil
Gambar 16. Foto SEM foamed concrete dengan pengujian beton segar, hasil pengujian berat jenis
persentase foam 40% umur 28 hari, hasil pengujian kuat tekan umur 28
hari, dan mikrostruktur foamed concrete antara lain:
Berdasarkan Gambar 17.(a) merupakan foto SEM a. Hasil pengujian slump flow pada beton segar
foam concrete 50V0FA, bubble yang dihasilkan menunjukkan diameter terbesar terdapat pada
didapat dengan diameter rata-rata berukuran 208,11 persentase foam 30%, yaitu sebesar 69,50 cm.
μm. Lebar pori terbesar yang dihasilkan 357 μm. Sedangkan diameter terkecil slump flow terdapat
Gambar 17.(b) merupakan foto SEM foam concrete pada persentase foam 60%, yaitu sebesar 50,00
40V10FA, lebar pori yang terbentuk sudah berukuran cm. Semakin tinggi persentase foam dalam
lebih kecil dibandingkan benda uji normal. Lebar pori beton maka diameter slump flow akan semakin
terbesar yang dihasilkan 180 μm. kecil.
b. Hasil pengujian setting time pada beton segar
menunjukkan waktu maksimum terdapat pada
persentase foam 50%, yaitu 790 menit.
Sedangkan waktu minimum setting time terdapat
pada persentase foam 30%, yaitu 600 menit.
Semakin tinggi persentase foam dalam beton
maka waktu pengikatan (setting time) yang
dibutuhkan semakin lama.
c. Hasil pengujian berat jenis menunjukkan berat
(a) 50V-0FA (b) 50V-10FA jenis maksimum terdapat pada persentase foam
Gambar 17. Foto SEM foamed concrete dengan 30%, yaitu berkisar antara 1400 – 1.500 kg/m3.
persentase foam 50% Sedangkan berat jenis minimum terdapat pada
persentase foam 60%, yaitu berkisar antara 900 -
Berdasarkan Gambar 18.(a) merupakan foto SEM 960 kg/m3. Semakin tinggi persentase foam
foam concrete 60V0FA, bubble yang dihasilkan dalam beton maka berat jenis beton akan
didapat dengan diameter rata-rata berukuran 257,99 mengalami penurunan.
μm. Diameter rata-rata bubble persentase foam 60% d. Hasil pengujian kuat tekan umur 28 hari, beton
lebih besar dibanding diameter rata-rata bubble dengan persentase foam 30% menghasilkan kuat
persentase foam 30%, 40%, dan 60%, karena tekan maksimum, seiring dengan bertambahnya
persentase foam yang sangat tinggi. Hal ini persentase foam maka kuat tekan beton akan
menyebabkan kuat tekan foamed concrete 60V0FA menurun. Nilai kuat tekan optimum sebesar 8,57
memiliki kuat tekan sangat rendah, yaitu 0,98 MPa. MPa terdapat pada campuran 30V-10FA dan
Gambar 18.(b) merupakan foto SEM foam concrete nilai kuat tekan minimum sebesar 0,42 MPa
60V10FA, struktur yang lebih padat menunjukkan terdapat pada campuran 60V-20FA.
CSH sudah terbentuk lebih banyak dibandingkan benda e. Hasil dari pengujian mikrostruktur foamed
uji normal. Sebaran bubble yang dihasilkan foamed concerete, menunjukkan bahwa semakin tinggi
persentase foam, maka diameter rata-rata bubble
yang dihasilkan akan semakin besar. Diameter Corporation Advances in Material Science and
rata-rata bubble yang terkecil terdapat pada Engineering. 9.
campuran persentase foam 30% sebesar 130,95
μm dan diameter rata-rata bubble yang terbesar
terdapat pada campuran persentase foam 60%
sebesar 257,99 μm. Persentase perubahan Moon, A.S., and Varghese, V., 2014. Sustainable
terbesar terdapat pada campuran persentase Construction With Foam Concrete As A Green
foam 60%, yaitu 97,01% terhadap campuran Green Building Material. International Journal
persentase foam 30%. of Modern Trends in Engineering and Research.
3. Pengaruh variasi substitusi fly ash terhadap hasil
pengujian beton segar, hasil pengujian berat jenis Onprom, P., Chaimoon, K., and Cheerarot, R., 2015.
umur 28 hari, hasil pengujian kuat tekan umur 28 Influence of Bottom Ash Replacements as Fine
hari, dan mikrostruktur foamed concrete antara lain: Aggregate on the Property of Cellular Concrete
a. Hasil pengujian slump flow pada beton segar with Various Foam Contents. Hindawi
menunjukkan semakin tinggi subtitusi fly ash Publishing Corporation Advances in Material
dalam beton maka diameter slump flow akan Science and Engineering. 11.
semakin besar.
Thakrele, M.H., 2014. Experimental Study on Foam
b. Hasil pengujian setting time pada beton segar
Concrete. International Journal of Civil,
menunjukkan semakin tinggi subtitusi fly ash
Structural, Environmental and Infrastructure
dalam beton maka waktu pengikatan (setting
Enginnering Research and Development. 145-
time) yang dibutuhkan semakin lama.
158.
c. Hasil pengujian berat jenis menunjukkan
semakin tinggi subtitusi fly ash dalam beton Yerramala, A., Chandurdu, R., and Desai, B., 2012.
maka berat jenis beton akan mengalami Influence of Fly Ash Replacement on Strength
penurunan. Properties of Cement Mortar. International
d. Hasil dari pengujian kuat tekan umur 28 hari, Journal of Engineering Science and
penambahan substitusi fly ash sebesar 10% Technology.
untuk berbagai persentase foam, yaitu 30%,
40%, 50% dan 60% menghasilkan kuat tekan
yang optimal.
e. Hasil dari pengujian mikrostruktur foamed
concerete, substitusi fly ash sebesar 10%
terhadap berat semen memberikan struktur
bubble yang paling padat terutama pada
persentase foam 30%, jumlah pori yang paling
minimum, dan diameter pori terkecil
dibandingkan dengan persentase substitusi fly
ash lainnya.
REFERENCES
ACI 523.3R, 1993. Guide for Celular Concretes Above
50 pcf, and for Aggregate Concretes Above 50
pcf with Compressive Strengths Less Than 2500
Psi, ACI Committee 523.
Liu, Z., Zhao, K., Hu, C., and Tang, Y., 2016. Effect of
Water-Cement Ratio on Pore Structure and
Strength of Foam Concrete. Hindawi Publishing