Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PERSENTASE FOAM DAN FLY ASH TERHADAP MIKROSTRUKTUR

FOAMED CONCRETE

Hanafiah, Saloma, Rahda Agusti P L


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Abstrak

Beton ringan (light-weight concrete) adalah salah satu inovasi teknologi beton yang telah banyak diteliti, karena
memiliki berat jenis yang lebih rendah dari beton konvensional. Foamed concrete juga termasuk kategori beton ringan,
karena berat jenis foamed concrete memiliki range antara 300 - 1.850 kg/m3. Penelitian ini memanfaatkan limbah fly
ash sebagai bahan substitusi semen. Dalam menentukan komposisi campuran foamed concrete dilakukan trial mix
untuk mendapatkan komposisi material yang digunakan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh persentase foam
dan penggunaan fly ash terhadap mikrostruktur foamed concrete. Persentase foam yang digunakan adalah 30%, 40%,
50%, dan 60% terhadap volume campuran, sedangkan persentase substitusi fly ash yang digunakan adalah 5%, 10%,
15% dan 20% terhadap berat semen. Penggunaan fly ash diharapkan dapat mempercepat reaksi hidrasi sekunder untuk
pembentukan CSH baru. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pengujian beton segar, berat jenis dan
kuat tekan beton umur 28 hari, serta pengujian mikrostruktur. Pengujian beton segar meliputi pengujian slump flow dan
setting time. Penelitian yang dilakukan menunjukkan nilai slump flow menurun seiring bertambahnya persentase foam
dan meningkat seiring bertambahnya subtitusi fly ash. Nilai slump flow maksimum terdapat pada campuran 30V-20FA
sebesar 69,50 cm dan nilai slump flow minimum terdapat pada campuran 60V-0FA sebesar 50,00 cm. Hasil pengujian
setting time semakin meningkat seiring dengan bertambahnya persentase foam dan subtitusi fly ash. Setting time
maksimum terdapat pada campuran 50V-20FA, yaitu 790 menit dan setting time minimun terdapat pada campuran 30V-
0FA, yaitu 600 menit. Penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk silinder 10 cm x 20 cm untuk pengujian berat
jenis dan kuat tekan beton. Persentase foam 30% dengan subtitusi fly ash 10% menunjukkan nilai kuat tekan beton umur
28 hari paling optimal, yaitu 8,57 MPa dengan berat jenis 1.455 kg/m 3 dan menghasilkan diameter bubble paling kecil,
serta mikrostruktur paling padat.

Kata kunci: Foamed concrete, fly ash, mikrostruktur.

1. PENDAHULUAN
Beton ringan (light-weight concrete) adalah salah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
satu inovasi teknologi beton yang telah banyak diteliti, Onprom et al. (2015), menggunakan variasi persentase
karena memiliki berat jenis yang lebih rendah dari foam yaitu 30%, 40%, 50%, 60% dan 70% dari volume
beton konvensional. Foamed concrete juga termasuk campuran. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
kategori beton ringan, karena berat jenis foamed bahwa semakin rendah kadar foaming agent yang
concrete memiliki range antara 300 - 1.850 kg/m3 ditambahkan pada beton maka semakin tinggi berat
(Thakrele, 2014). jenis dan kuat tekan beton yang dihasilkan demikian
Foamed concrete adalah campuran antara semen, juga sebaliknya makin tinggi kadar foaming agent
agregat, air dan bahan khusus pembuat busa yang bisa maka semakin rendah berat jenis dan kuat tekan yang
membuat beton memiliki jutaan gelembung gas yang dihasilkan.
terdistribusi di dalamnya, serta saling terikat satu Penelitian yang dilakukan oleh Bayuaji dan
dengan yang lainnya (Moon and Varghese, 2014). Nuruddin (2014), menggunakan variasi persentase
Kepadatan foamed concrete tergantung dari jumlah foam yaitu 20%, 25%, 30%, dan 35% dari volume
foam yang ditambahkan ke dalam campuran mortar. campuran. Dari penelitiannya tersebut, bahwa variasi
Perbedaan antara foamed concrete dan beton persentase foam yaitu 20%, 25%, 30%, dan 35% dari
konvensional adalah penggunaan agregat kasar volume campuran yang persentase foam optimum yang
dihilangkan dan digantikan oleh gelembung kecil yang digunakan untuk memberikan kuat tekan yang optimal
lebih stabil. adalah 25% dari volume campuran.
Untuk pembuatan maupun produksi foamed Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yerramala
concrete ada dua macam metode yang digunakan yaitu et al. (2012), melakukan penelitian mengenai pengaruh
pre-foaming method dan mixed foaming method substitusi fly ash dalam campuran mortar terhadap kuat
(Hamad, 2014). Pre-foaming method adalah metode tekan. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
dalam pembuatan foamed concrete dengan cara bahwa persentase optimum bagi fly ash untuk
memproduksi secara terpisah antara campuran dasar memberikan kuat tekan yang lebih tinggi adalah 10%
(pasta atau mortar) dengan foam, kemudian foam dari berat semen yang digunakan.
dicampurkan ke dalam campuran dasar (pasta atau Penelitian yang dilakukan Boon et al. (2006),
mortar) tersebut. Sedangkan mixed foaming method membahas mengenai pengaruh variasi proporsi fly ash
adalah metode dalam pembuatan fomed concrete dalam campuran terhadap karakteristik foamed
dengan cara menambahkan zat aktif ke dalam concrete. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
campuran dasar dan selama proses pencampuran bahwa persentase optimum bagi fly ash untuk
gelembung terbentuk mengakibatkan struktur selular di memberikan kuat tekan yang lebih tinggi adalah 20% -
dalam beton. 30% dari berat semen yang digunakan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Liu et al. Dari hasil pengujian kandungan kimia fly ash dapat
(2016), rasio w/c sangat mempengaruhi ukuran, dilihat pada Tabel 1, diketahui data kandungan kimia
bentuk, distribusi, dan konektivitas dari pori-pori SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 = 85,9%, CaO = 5,30%, dan SO 3
dalam foamed concrete. Semakin tinggi nilai w/c maka = 1,12%. Berdasarkan ASTM C-618 menunjukkan
beton yang dihasilkan akan semakin ringan dan bahwa fly ash yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki kuat tekan yang lebih rendah. Namun, dengan termasuk fly ash kelas F.
penggunaan w/c yang semakin rendah maka campuran
beton akan semakin kaku yang kemudian
mengakibatkan foam yang ditambahkan tidak stabil
terhadap bahan campuran beton lainnya dan membuat
foam pecah. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa dalam pembuatan foamed concrete faktor air
semen yang optimal memberikan kuat tekan yang lebih
tinggi adalah sebesar 0,45.

2. MATERIAL DAN KOMPOSISI CAMPURAN


Material yang digunakan dalam penelitian foamed
concrete ini antara lain semen, air, agregat halus, bahan
tambahan (admixture) berupa fly ash, dan foaming
agent sebagai material pembuat foam. Dalam Gambar 1. Hasil pengujian SEM fly ash
penelitian ini persentase foam yang digunakan adalah
30%, 40%, 50%, dan 60% dari volume campuran, Penentuan komposisi campuran foamed concrete.
sedangkan persentase substitusi fly ash adalah 5%, Komposisi campuran foamed concrete pada penelitian
10%, 15% dan 20% terhadap berat semen. ini mengacu pada standar ACI 523.3R-93 mengenai
Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah “Guide for Cellullar Concretes Above 50 pcf, and for
semen jenis OPC (Ordinary Portland Cement) tipe I. Aggregate Concretes Above 50 pcf with Conpressive
Air yang digunakan pada penelitian ini, baik dalam Strengths Less Than 2500 psi” yang dimodifikasi
pembuatan foam maupun dalam campuran mix design berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya sebagai
adalah air bersih, tidak berwarna, dan tidak ada bahan untuk menentukan komposisi campuran foamed
kimia yang merusak kualitas air. concrete.
Agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini Rasio w/b yang digunakan adalah 0,45 dan rasio
adalah pasir alam Tanjung Raja.Ukuran butir agregat sand/binder yang digunakan adalah 1. Komposisi
yang digunakan adalah lolos saringan No.16. campuran foamed concrete yang digunakan dapat
Foaming agent yang digunakan dalam penelitian dilihat pada Tabel 2.
ini adalah jenis surfaktan sintetis. Bentuk fisik dari
foaming agent berupa cairan kental/gel dan tidak Tabel 2. Komposisi campuran foamed concete
bewarna. Rasio perbandingan antara foaming agent
dengan air adalah 1 kg foaming agent : 30 liter air, Fly
OPC Air Foam Pasir FA Air
kemudian dimasukkan ke dalam alat foam generator. Mix Design ash
Berat jenis foam yang dihasilkan menggunakan foam (kg) (kg) (kg) (Liter) (kg) (gram) (kg)
30V-0FA 618 0 278 300 618 484 15
generator adalah 50 kg/m3.
30V-10FA 556 62 278 300 618 484 15
Fly ash yang digunakan pada penelitian ini berasal 30V-15FA 525 93 278 300 618 484 15
dari PLTU PT. Bukit Asam (Persero) Tbk di Tanjung 30V-20FA 494 124 278 300 618 484 15
Enim, Sumatera Selatan. Ukuran butir fly ash yang 40V-0FA 536 0 242 400 536 645 19
digunakan adalah lolos saringan No.200 (0,075 mm). 40V-10FA 482 54 242 400 536 645 19
Pengujian kandungan kimia fly ash berdasarkan SNI 40V-15FA 455 80 242 400 536 645 19
15-2049-2015 dilakukan di Laboratorium Semen 40V-20FA 429 107 242 400 536 645 19
Baturaja, Palembang. Hasil pengujian kandungan 50V-0FA 453 0 204 500 453 806 24
kimia fly ash dapat dilihat pada Tabel 1. Pengujian 50V-10FA 408 45 204 500 453 806 24
50V-15FA 385 68 204 500 453 806 24
SEM (Scanning Electron Microscope) fly ash 50V-20FA 363 91 204 500 453 806 24
dilakukan di Laboratorium pusat survei geologi, 60V-0FA 371 0 167 600 371 968 29
Bandung dengan pembesaran 1.000 x. Hasil pengujian 60V-10FA 334 37 167 600 371 968 29
SEM (Scanning Electron Microscope) fly ash 60V-15FA 315 56 167 600 371 968 29
ditunjukkan seperti pada Gambar 1. 60V-20FA 297 74 167 600 371 968 29

Tabel 1. Hasil pengujian kandungan kimia fly ash 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

No. Kandungan kimia Berat (%) 3.1. Hasil Pengujian Beton Segar
1. Silikon Dioksida (SiO2) 52,96 Pengujian beton segar pada penelitian ini terdiri
2. Aluminum (III) Oksida (Al2O3) 27,14 dari pengujian slump flow, dan setting time. Pengujian
3. Besi (III) Oksida (Fe2O3) 5,80 slump flow dilakukan untuk mengetahui tingkat
4. Kalsium Oksida (CaO) 5,30 kemudahan pengerjaan (workability) dari foamed
5. Magnesium Oksida (MgO) 2,06 concrete dan pengujian setting time dilakukan untuk
6. Sulfur Trioksida (SO3) 1,12 mengetahui waktu yang diperlukan sampai foamed
7. LOI - concrete untuk mengeras.
solid yang bersudut, dibandingkan dengan partikel fly
A. Hasil pengujian slump flow ash yang cenderung berbentuk bulat. Hal ini
Hasil pengujian slump flow dapat dilihat pada mengakibatkan, dapat meminimalisir gesekan yang
Gambar 2 dan Gambar 3. Nilai yang diperoleh pada terjadi antar butiran, sehingga dapat meningkatkan
pengujian slump flow merupakan hasil rataan flowability dan workability yang lebih baik.
pengukuran panjang diameter sebaran dalam empat
arah yang saling tegak lurus. Hasil pengujian slump B. Hasil pengujian setting time
flow berkisar antara 50 - 70 cm. Nilai slump flow Hasil pengujian setting time dapat dilihat pada
maksimum terdapat pada campuran 30V-20FA sebesar Gambar 4 - 7. Nilai yang diperoleh pada pengujian
69,50 cm, sedangkan nilai slump flow minimum setting time terdiri dari nilai initial time dan final time.
terdapat pada campuran 60V-0FA sebesar 50,00 cm. Waktu ikat awal (initial time) adalah waktu yang
diperlukan pasta semen sampai kehilangan sifat
75 keplastisannya, sedangkan waktu yang diperlukan
Fly Ash
0% pasta semen menjadi massa yang keras disebut waktu
70 ikat akhir (final time). Hasil pengujian initial time
Fly Ash
10% berkisar antara 270 - 410 menit dan hasil pengujian
Slump flow (cm)

65
final time berkisar antara 600 - 790 menit. Waktu
60 maksimum dari hasil pengujian setting time terdapat
campuran 50V-20FA, yaitu 790 menit. Waktu
55 minimun dari hasil pengujian setting time terdapat
campuran 30V-0FA, yaitu 600 menit.
50

800
45 Fly Ash
Foam 30% Foam 40% Foam 50% Foam 60% Initial time (menit) 700
0%
Fly Ash
Variasi persentase foam
. 10%
Gambar 2. Pengaruh variasi persentase foam terhadap 600

hasil slump flow


500

Gambar 2 menjelaskan bahwa persentase foam 400


mempengaruhi diameter slump flow, seiring dengan
bertambahnya persentase foam terhadap volume 300
campuran, diameter slump flow menjadi semakin kecil.
Karena diameter bubble yang dihasilkan semakin besar 200
maka bubble-bubble tesebut saling berinteraksi yang Foam 30% Foam 40% Foam 50%
mengakibatkan campuran mortar menjadi lebih kental.
Variasi persentase foam
Sehingga flowability dan wokability menjadi kurang
baik. Gambar 4. Pengaruh variasi persentase foam terhadap
hasil initial time
75 Foam 30%
800
Foam 40%
70
Final time (menit)

700
Slump flow (cm)

65
600
60
500
55

400 Fly Ash


50 0%

300 Fly Ash


45 10%
Fly Ash 0% Fly Ash 10% Fly Ash 15% Fly Ash 20%
200
Variasi substitusi fly ash Foam 30% Foam 40% Foam 50%

Gambar 3. Pengaruh variasi substitusi fly ash terhadap Variasi persentase foam
hasil slump flow
Gambar 5. Pengaruh variasi persentase foam terhadap
Berdasarkan Gambar 3 menjelaskan bahwa seiring hasil final time
dengan bertambahnya substitusi fly ash terhadap berat
semen, diameter slump flow menjadi semakin besar. Gambar 4 dan Gambar 5 menjelaskan bahwa
Fly ash memiliki berat jenis lebih kecil dibandingkan seiring dengan bertambahnya persentase foam terhadap
berat jenis semen, sehingga terjadinya peningkatan volume campuran maka waktu pengikatan (setting
volume binder yang akan mempengaruhi volume time) yang dibutuhkan semakin lama. Hal ini
mortar. Oleh sebab itu, campuran mortar tersebut disebabkan volume mortar dalam campuran semakin
menjadi lebih kental. Namum dilihat dari mikrostuktur berkurang maka dalam campuran tersebut binder juga
material tersebut, semen umumnya terdiri dari partikel
berkurang. Sehingga waktu pengikatan (setting time) foam 60% untuk setiap variasi substitusi fly ash.
yang dibutuhkan semakin lama. Penurunan berat jenis yang dihasilkan antar variasi
Berdasarkan Gambar 5 dan Gambar 6 menjelaskan persentase foam cukup signifikan, yaitu berkisar antara
bahwa seiring dengan bertambahnya substitusi fly ash 130 - 240 kg/m3.
terhadap berat semen maka waktu pengikatan (setting
time) yang dibutuhkan semakin lama. Karena fly ash 1600
Fly Ash
umumnya memiliki sifat pozolan yaitu bahan yang 0%
1500

Berat jenis (kg/m3)


mengandung senyawa silika tetapi tidak mempunyai Fly Ash
kempuan untuk mengikat. Hal ini mengakibatkan fly 1400 10%

ash tidak dapat berekasi secara kimia di dalam


1300
campuran beton segar seperti halnya semen apabila
bercampur dengan air. Sehingga waktu pengikatan 1200
(setting time) yang dibutuhkan semakin lama.
1100

800 Foam 1000


30%
Initial time (menit)

Foam 900
700
40%
800
600 Foam 30% Foam 40% Foam 50% Foam 60%

500 Variasi persentase foam

400 Gambar 7. Pengaruh variasi persentase foam terhadap


berat jenis umur 28 hari
300
1600 Foam 30%
200 Foam 40%
1500
Fly Ash 0% Fly Ash 10% Fly Ash 15% Fly Ash 20%
Berat jenis (kg/m3)

1400
Variasi substitusi fly ash
1300
Gambar 5. Pengaruh variasi substitusi fly ash terhadap
hasil initial time 1200

800 1100

1000
Final time (menit)

700

900
600
800
500 Fly Ash 0% Fly Ash 10% Fly Ash 15% Fly Ash 20%

Variasi substitusi fly ash


400
Foam
30% Gambar 8. Pengaruh variasi substitusi fly ash terhadap
300 Foam berat jenis umur 28 hari
40%
200
Fly Ash 0% Fly Ash 10% Fly Ash 15% Fly Ash 20%
Gambar 8 menjelaskan bahwa seiring dengan
bertambahnya substitusi fly ash terhadap berat semen
Variasi substitusi fly ash maka berat jenis beton akan mengalami penurunan. Hal
ini disebabkan fly ash memiliki berat jenis lebih kecil
Gambar 6. Pengaruh variasi substitusi fly ash terhadap dibandingkan berat jenis semen, sehingga terjadinya
hasil initial time peningkatan volume binder yang akan mempengaruhi
volume mortar. Penambahan fly ash pada campuran
3.2. Hasil Pengujian Berat Jenis 28 Hari beton sebagai bahan subtitusi semen tidak terlalu
Hasil pengujian berat jenis dapat dilihat pada signifikan menurunkan berat jenis beton. Penurunan
Gambar 7 dan Gambar 8. Nilai berat jenis umur 28 hari berat jenis yang dihasilkan antar variasi substitusi fly
didapat dari rata-rata berat jenis lima benda uji. ash yaitu berkisar antara 10 - 60 kg/m3.
Berdasarkan Gambar 7 dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi persentase foam terhadap volume 3.3. Hasil Pengujian Kuat Tekan 28 Hari
campuran maka berat jenis beton akan mengalami Hasil pengujian kuat tekan dapat dilihat pada
penurunan. Hal ini disebabkan volume mortar dalam Gambar 9 dan Gambar 10 Nilai kuat tekan umur 28
campuran semakin berkurang seiring dengan hari didapat dari rata-rata berat jenis lima benda uji.
bertambahnya persentase foam karena foam adalah Berdasarkan Gambar 9 dapat disimpulkan bahwa
sebagai pengganti volume mortar yang berkurang semakin tinggi persentase foam terhadap volume
tersebut. Berat jenis yang dihasilkan berkisar antara campuran maka kuat tekan beton akan mengalami
900 – 1.500 kg/m3. Berat jenis maksimun terdapat pada penurunan. Hal ini disebabkan semakin banyak foam
persentase foam 30% untuk setiap variasi substitusi fly yang terbentuk, terdistribusi, dan terperangkap di
ash. Berat jenis minimun terdapat pada persentase dalam campuran menyebabkan terbentuknya pori-pori
sehingga membuat beton tidak padat. Penambahan pengujian SEM foamed concrete dilakukan dengan
persentase foam terhadap volume campuran yang perbesaran 50 x. Sampel SEM didapat dari pengujian
secara signifikan menurunkan kuat tekan terdapat pada kuat tekan umur 28 hari. Pengujian SEM dilakukan
persentase foam 50% ke foam 60%. Penurunan kuat pada sampel dengan substitusi fly ash sebesar 0% dan
tekan yang dihasilkan antara persentase foam 50% ke 10% terhadap berat semen untuk seluruh variasi
foam 60%, yaitu berkisar antara 2,60 - 3,50 MPa. Kuat persentase foam.
tekan maksimun terdapat pada persentase foam 30% Foto SEM foamed concrete dengan substitusi fly
untuk setiap variasi substitusi fly ash, yaitu berkisar ash sebesar 0% terhadap berat semen untuk seluruh
antara 6,10 - 8,60 MPa. Kuat tekan minimun terdapat variasi persentase foam dapat dilihat pada Gambar 11.
pada persentase foam 60% untuk setiap variasi Histogram frekuensi relatif bubble yang terdapat pada
substitusi fly ash yaitu berkisar antara 0,40 - 1,10 MPa. foto SEM foamed concrete dengan substitusi fly ash
sebesar 0% berdasarkan variasi persentase foam yang
10 di klasifikasikan terhadap diameter bubble dapat dilihat
Fly Ash
0%
pada Gambar 12. Nilai diameter bubble didapat dari
Fly Ash
8
10% mengukur panjang diameter bubble yang terbesar
menggunakan penggaris, kemudian diskalakan
Kuat tekan (MPa)

6 berdasarkan skala acuan yang terdapat di foto SEM


tersebut, sehingga didapatkan panjang diameter bubble
4 yang sebenarnya.

0
Foam 30% Foam 40% Foam 50% Foam 60%

Variasi persentase foam

Gambar 9. Pengaruh variasi persentase foam terhadap


kuat tekan umur 28 hari
(a) Foam 30% (b) Foam 40%
10 Foam
30%
Foam
8
40%
Kuat tekan (MPa)

(c) Foam 50% (d) Foam 60%


2
Gambar 11. Foto SEM foamed concrete dengan
0 substitusi fly ash 0%
Fly Ash 0% Fly Ash 10% Fly Ash 15% Fly Ash 20%
80
Variasi substitusi fly ash 0-150 μm
70
Frekuensi relatif bubble (%)

Gambar 10. Pengaruh variasi substitusi fly ash terhadap 150-300 μm


60
kuat tekan umur 28 hari
50
Gambar 10 menjelaskan bahwa penambahan 40
substitusi fly ash sebesar 10% untuk berbagai 30
persentase foam, yaitu 30%, 40%, 50% dan 60%
menghasilkan kuat tekan yang optimal. Namun hasil 20

kuat tekan fly ash 0% dengan fly ash 10% tidak 10


menunjukkan kenaikan kuat tekan secara signifikan 0
untuk setiap variasi persentase foam. Sedangkan nilai Foam 30% Foam 40% Foam 50% Foam 60%
kuat tekan dengan penambahan substitusi fly ash Variasi persentase foam
sebesar 15% dan 20% mengalami penurunan terhadap
substitusi fly ash 0% dan 10%. Nilai kuat tekan Gambar 12. Pengaruh variasi persentase foam terhadap
optimum terdapat pada campuran 30V-10FA sebesar frekuensi relatif bubble
8,57 MPa dan nilai kuat tekan minimum terdapat pada
campuran 60V-20FA sebesar 0,42 MPa. Histogram dan perubahan persentase frekuensi
relatif bubble yang terdapat pada foto SEM foamed
3.4. Hasil Pengujian Mikrostruktur Foamed concrete dengan substitusi fly ash sebesar 0% yang
Concrete diklasifikasikan berdasarkan diameter bubble terhadap
Pengujian mikrostruktur yang dilakukan adalah variasi persentase foam dapat dilihat pada Gambar 13
pengujian SEM (Scanning Electron Microsopy). Hasil dan Tabel 3. Berdasarkan Gambar 13 dan Tabel 3
menjelaskan bahwa diameter bubble berukuran 0-150 bubble terbesar terdapat pada persentase foam 60%
μm semakin tinggi persentase foam maka persentase terhadap persentase foam 30%, yaitu 97,01%.
frekuensi relatif bubble yang dihasilkan mengalami 300

penurunan yang sangat signifikan, yaitu 75,74% yang

Diameter rata-rata bubble (μm)


280
terdapat pada persentase foam 60% terhadap persentase 260
foam 30%. Sedangkan berdasarkan diameter bubble 240
berukuran 150-300 μm, 300-450 μm, dan ≥450 μm
220
menjelaskan bahwa semakin tinggi persentase foam
200
maka persentase frekuensi relatif bubble yang
dihasilkan mengalami peningkatan yang sangat 180
signifikan, yaitu 150,35%, 350,63% dan 463,29%, 160
yang terdapat pada persentase foam 60% terhadap 140
persentase foam 30%. 120
Foam 30% Foam 40% Foam 50% Foam 60%
80
Foam 30% Foam 40% Variasi persentase foam
70
Foam 50% Foam 60%
Frekuensi relatif bubble (%)

60 Gambar 14. Pengaruh variasi persentase foam terhadap


diameter rata-rata bubble
50

40 Tabel 4. Persentase perubahan diameter rata-rata


30 bubble berdasarkan variasi persentase foam
20
Foam Diameter rata-rata Persentase perubahan
10 (%) bubble (μm) (%)
0 30 130,95 0,00
0-150 150-300 300-450 ≥ 450 40 153,29 17,06
50 208,11 58,92
Diameter bubble (μm) 60 257,99 97,01
Gambar 13. Pengaruh klasifikasi diameter bubble
terhadap frekuensi relatif bubble Foto SEM foamed concrete dengan substitusi fly
ash sebesar 0% dan 10% terhadap berat semen untuk
Tabel 3. Persentase perubahan frekuensi relatif bubble seluruh variasi persentase foam dapat dilihat pada
berdasarkan klasifikasi diameter bubble Gambar 15 - 18.
Berdasarkan Gambar 15.(a) merupakan foto SEM
Diameter Frekuensi Persentase foam concrete 30V0FA, bubble yang dihasilkan
Foam Frekuensi didapat dengan diameter rata-rata berukuran 130,95
bubble relatif bubble perubahan
(%) bubble μm. Lebar pori yang terbentuk berkisar antara 47 - 286
(μm) (%) (%)
30 65 73,03 0,00 μm. Gambar 15.(b) merupakan foto SEM foamed
0-150
40 43 53,09 -27,31 concrete 30V10FA, bubble dan pori hanya terdapat di
50 28 35,44 -51,47 beberapa titik. Sebaran bubble yang dihasilkan foamed
60 14 17,72 -75,74 concrete tanpa substitusi fly ash lebih banyak di
30 18 20,22 0,00 bandingkan dengan subtitusi fly ash. Lebar pori yang
40 32 39,51 95,34 terbentuk berkisar antara 23 - 167 μm. Hal ini
150-300
50 38 48,10 137,83
menunjukkan bahwa bubble yang terbentuk sudah
60 40 50,63 150,35
30 5 5,62 0,00
lebih sedikit dan lebar pori yang terbentuk sudah
40 5 6,17 9,88 berukuran lebih kecil dibandingkan benda uji normal,
300-450 sehingga terjadi percepatan reaksi hidrasi sekunder
50 10 12,66 125,32
60 20 25,32 350,63 antara CH dan silika dari fly ash. Data kuat tekan
30 1 1,12 0,00 foamed concrete 30V10FA memiliki kuat tekan paling
40 1 1,23 9,88 tinggi, yaitu 8,57 MPa sesuai dengan foto SEM foamed
≥450
50 3 3,80 237,97 concrete 30V10FA yang lebih padat.
60 5 6,33 463,29

Berdasarkan Gambar 14 dan Tabel 4 menjelaskan


bahwa seiring dengan bertambahnya persentase foam
terhadap volume campuran maka diameter rata-rata
bubble menjadi semakin besar. Hal ini disebabkan
terjadinya peningkatan foam di dalam campuran
sehingga volume mortar dalam campuran semakin
berkurang maka dalam campuran tersebut binder juga
berkurang. Hal ini mengakibatkan waktu pengikatan (a) 30V-0FA (b) 30V-10FA
(setting time) yang dibutuhkan semakin lama maka Gambar 15. Foto SEM foamed concrete dengan
terjadinya penggabungan antar sesama foam sehingga persentase foam 30%
diameter foam yang terperangkap di dalam campuran
semakin besar. Persentase perubahan diameter rata-rata
Berdasarkan Gambar 16.(a) merupakan foto SEM concrete tanpa substitusi fly ash lebih banyak di
foam concrete 40V0FA, bubble yang dihasilkan bandingkan dengan subtitusi fly ash. Sedangkan lebar
didapat dengan diameter rata-rata berukuran 153,29 μm pori yang dihasilkan sudah mulai mengecil
lebih besar dibanding diameter rata-rata bubble foam dibandingkan benda uji tanpa subtitusi subtitusi fly ash.
concrete 30V0FA, karena persentase foam yang lebih Berat jenis yang dihasilkan, yaitu 932 kg/m 3 dengan
tinggi. Lebar pori terbesar yang dihasilkan 290 μm dan kuat tekan sebesar 1,05 MPa.
panjang microcrack yang dihasilkan 536 μm. Gambar
16.(b) merupakan foto SEM foam concrete 40V10FA,
lebar pori dan panjang microcrack yang terbentuk
sudah berukuran lebih kecil dibandingkan benda uji
normal. Hal ini menunjukkan bahwa sudah
terbentuknya CSH baru hasil reaksi silika dari fly ash
dengan sisa reaksi hidrasi semen, yaitu CH. Lebar pori
terbesar yang dihasilkan 265 μm dan panjang
microcrack yang dihasilkan 179 μm. CSH yang
dihasilkan membuat beton menjadi lebih padat (a) 60V-0FA (b) 60V-10FA
dibandingkan beton tanpa subtitusi fly ash. Gambar 18. Foto SEM foamed concrete dengan
persentase foam 60%

4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang
telah dilakukan sebagai berikut:
1. Komposisi optimum campuran foamed concrete
dengan substitusi fly ash sebanyak 10%
menghasilkan kuat tekan tertinggi, yaitu 8,57 MPa
dan mikrostruktur paling padat.
(a) 40V-0FA (b) 40V-10FA
2. Pengaruh variasi persentase foam terhadap hasil
Gambar 16. Foto SEM foamed concrete dengan pengujian beton segar, hasil pengujian berat jenis
persentase foam 40% umur 28 hari, hasil pengujian kuat tekan umur 28
hari, dan mikrostruktur foamed concrete antara lain:
Berdasarkan Gambar 17.(a) merupakan foto SEM a. Hasil pengujian slump flow pada beton segar
foam concrete 50V0FA, bubble yang dihasilkan menunjukkan diameter terbesar terdapat pada
didapat dengan diameter rata-rata berukuran 208,11 persentase foam 30%, yaitu sebesar 69,50 cm.
μm. Lebar pori terbesar yang dihasilkan 357 μm. Sedangkan diameter terkecil slump flow terdapat
Gambar 17.(b) merupakan foto SEM foam concrete pada persentase foam 60%, yaitu sebesar 50,00
40V10FA, lebar pori yang terbentuk sudah berukuran cm. Semakin tinggi persentase foam dalam
lebih kecil dibandingkan benda uji normal. Lebar pori beton maka diameter slump flow akan semakin
terbesar yang dihasilkan 180 μm. kecil.
b. Hasil pengujian setting time pada beton segar
menunjukkan waktu maksimum terdapat pada
persentase foam 50%, yaitu 790 menit.
Sedangkan waktu minimum setting time terdapat
pada persentase foam 30%, yaitu 600 menit.
Semakin tinggi persentase foam dalam beton
maka waktu pengikatan (setting time) yang
dibutuhkan semakin lama.
c. Hasil pengujian berat jenis menunjukkan berat
(a) 50V-0FA (b) 50V-10FA jenis maksimum terdapat pada persentase foam
Gambar 17. Foto SEM foamed concrete dengan 30%, yaitu berkisar antara 1400 – 1.500 kg/m3.
persentase foam 50% Sedangkan berat jenis minimum terdapat pada
persentase foam 60%, yaitu berkisar antara 900 -
Berdasarkan Gambar 18.(a) merupakan foto SEM 960 kg/m3. Semakin tinggi persentase foam
foam concrete 60V0FA, bubble yang dihasilkan dalam beton maka berat jenis beton akan
didapat dengan diameter rata-rata berukuran 257,99 mengalami penurunan.
μm. Diameter rata-rata bubble persentase foam 60% d. Hasil pengujian kuat tekan umur 28 hari, beton
lebih besar dibanding diameter rata-rata bubble dengan persentase foam 30% menghasilkan kuat
persentase foam 30%, 40%, dan 60%, karena tekan maksimum, seiring dengan bertambahnya
persentase foam yang sangat tinggi. Hal ini persentase foam maka kuat tekan beton akan
menyebabkan kuat tekan foamed concrete 60V0FA menurun. Nilai kuat tekan optimum sebesar 8,57
memiliki kuat tekan sangat rendah, yaitu 0,98 MPa. MPa terdapat pada campuran 30V-10FA dan
Gambar 18.(b) merupakan foto SEM foam concrete nilai kuat tekan minimum sebesar 0,42 MPa
60V10FA, struktur yang lebih padat menunjukkan terdapat pada campuran 60V-20FA.
CSH sudah terbentuk lebih banyak dibandingkan benda e. Hasil dari pengujian mikrostruktur foamed
uji normal. Sebaran bubble yang dihasilkan foamed concerete, menunjukkan bahwa semakin tinggi
persentase foam, maka diameter rata-rata bubble
yang dihasilkan akan semakin besar. Diameter Corporation Advances in Material Science and
rata-rata bubble yang terkecil terdapat pada Engineering. 9.
campuran persentase foam 30% sebesar 130,95
μm dan diameter rata-rata bubble yang terbesar
terdapat pada campuran persentase foam 60%
sebesar 257,99 μm. Persentase perubahan Moon, A.S., and Varghese, V., 2014. Sustainable
terbesar terdapat pada campuran persentase Construction With Foam Concrete As A Green
foam 60%, yaitu 97,01% terhadap campuran Green Building Material. International Journal
persentase foam 30%. of Modern Trends in Engineering and Research.
3. Pengaruh variasi substitusi fly ash terhadap hasil
pengujian beton segar, hasil pengujian berat jenis Onprom, P., Chaimoon, K., and Cheerarot, R., 2015.
umur 28 hari, hasil pengujian kuat tekan umur 28 Influence of Bottom Ash Replacements as Fine
hari, dan mikrostruktur foamed concrete antara lain: Aggregate on the Property of Cellular Concrete
a. Hasil pengujian slump flow pada beton segar with Various Foam Contents. Hindawi
menunjukkan semakin tinggi subtitusi fly ash Publishing Corporation Advances in Material
dalam beton maka diameter slump flow akan Science and Engineering. 11.
semakin besar.
Thakrele, M.H., 2014. Experimental Study on Foam
b. Hasil pengujian setting time pada beton segar
Concrete. International Journal of Civil,
menunjukkan semakin tinggi subtitusi fly ash
Structural, Environmental and Infrastructure
dalam beton maka waktu pengikatan (setting
Enginnering Research and Development. 145-
time) yang dibutuhkan semakin lama.
158.
c. Hasil pengujian berat jenis menunjukkan
semakin tinggi subtitusi fly ash dalam beton Yerramala, A., Chandurdu, R., and Desai, B., 2012.
maka berat jenis beton akan mengalami Influence of Fly Ash Replacement on Strength
penurunan. Properties of Cement Mortar. International
d. Hasil dari pengujian kuat tekan umur 28 hari, Journal of Engineering Science and
penambahan substitusi fly ash sebesar 10% Technology.
untuk berbagai persentase foam, yaitu 30%,
40%, 50% dan 60% menghasilkan kuat tekan
yang optimal.
e. Hasil dari pengujian mikrostruktur foamed
concerete, substitusi fly ash sebesar 10%
terhadap berat semen memberikan struktur
bubble yang paling padat terutama pada
persentase foam 30%, jumlah pori yang paling
minimum, dan diameter pori terkecil
dibandingkan dengan persentase substitusi fly
ash lainnya.

REFERENCES
ACI 523.3R, 1993. Guide for Celular Concretes Above
50 pcf, and for Aggregate Concretes Above 50
pcf with Compressive Strengths Less Than 2500
Psi, ACI Committee 523.

Bayuaji, R., and Nuruddin, M.F., 2014. Influence of


Microwave Incinerated Rice Husk Ash on
Hydration of Foamed Concrete. Hindawi
Publishing Corporation Advances in Civil
Engineering. 8.

Boon, K.H., Loon, L.Y., and Chuan, D.Y.E., 2006.


Compresivve Strength and Shrinkage of
Foamed Concrete Containing Pulverized Fly
Ash. Concet.

Hamad, A.J., 2014. Materials, Production, Properties


and Application of Aerated Lightweight
Concrete. International Journal of Material
Science and Engineering. 2.

Liu, Z., Zhao, K., Hu, C., and Tang, Y., 2016. Effect of
Water-Cement Ratio on Pore Structure and
Strength of Foam Concrete. Hindawi Publishing

Anda mungkin juga menyukai