A. Muatan Nasional
1. Struktur Kurikulum
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan
pengorganisasian kompetensi inti, matapelajaran, beban belajar, kompetensi dasar, dan
muatan pembelajaran pada setiap Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
TsanawiyahKompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada
kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada
kelas yang berbeda dapat dijaga.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan dengan karakteristik sebagai
berikut :
a) Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan
keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
b) Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
c) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
d) Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas
yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
e) Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
f) Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Mengacu pada enam karakteristik tersebut maka seluruh aktivitas penerapan
kurikulum berpusat pada usaha mewujudkan kompetensi inti yang diwujudkan dengan
menempatkan sekolah sebagaian bagian dari sistem masyarakat.
16
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut :
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
2. Alokasi Waktu
Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang sesuai
dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu di SMP
Islam Al Khidmah untuk kelas VII, VIII, dan IX. dapat dilihat dalam tabel berikut :
Kelompok B
1. Seni Budaya 3 3
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 3 3
Kesehatan
Muatan Lokal
17
1. Bahasa Sunda 2 2
2. Akidah Ahklak 2 2
o Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34 minggu.
3. Muatan Kurikulum
Muatan kurikulum SMP meliputi sejumlah mata pelajaran yang ditempuh dalam satu
jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai dengan Kelas IX. Materi
muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian dari muatan kurikulum.
Adapun muatan kurikulum tersebut adalah:
Mata Pelajaran
Mata pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan keilmuan yang akan
dibelajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar melalui metode dan pendekatan
tertentu.
Sesuai dengan ketentuan standar isi, maka SMP Islam Al Khidmah dalam pembelajaran
melaksanakan secara konsisten mata-mata pelajaran sesuai dengan standar isi, yang
meliputi :
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang berlandaskan
pada aqidah yang berisi tentang keesaan Allah Swt sebagai sumber utama nilai-nilai
kehidupan bagi manusia dan alam semesta. Sumber lainnya adalah akhlak yang
merupakan manifestasi dari aqidah, yang sekaligus merupakan landasan
pengembangan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang ditujukan untuk dapat
menserasikan, menselaraskan dan menyeimbangkan antara iman, Islam, dan ihsan
yang diwujudkan dalam:
1) Hubungan manusia dengan Allah Swt.
Membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt
serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
2) Hubungan manusia dengan diri sendiri
Menghargai, menghormati dan mengembangkan potensi diri yang berlandaskan
pada nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.
3) Hubungan manusia dengan sesama
Menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama
serta menumbuhkembangkan akhlak mulia dan budi pekerti luhur.
4) Hubungan manusia dengan lingkungan alam.
Penyesuaian mental keislaman terhadap lingkungan fisik dan sosial.
b. Karakteristik dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti
Karakteristik pembelajaran PAI dan Budi Pekerti pada setiap satuan
pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar
Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran
pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual
tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi
dan ruang lingkup materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran PAI dan Budi
Pekerti mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut
memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh
19
melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh
melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta
mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific), dan tematik internal (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan
pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk
mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik
individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya (project based learning), dan berbasis
pemecahan masalah (problem based learning).
Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
Mencipta
21
Indonesia Tahun1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen
Negara Kesatuan Republik Indonesia ditempatkan sebagai bagian integral dari
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang menjadi wahana psikologis-
pedagogis pembangunan warganegara Indonesia yang berkarakter Pancasila.
Perubahan tersebut didasarkan pada sejumlah masukan penyempurnaan
pembelajaran PKn menjadi PPKn yang mengemuka dalam lima tahun terakhir,
antara lain: (1) secara substansial, PKn terkesan lebih dominan bermuatan
ketatanegaraan sehingga muatan nilai dan moral Pancasila kurang mendapat
aksentuasi yang proporsional; (2) secara metodologis, ada kecenderungan
pembelajaran yang mengutamakan pengembangan ranah sikap (afektif), ranah
pengetahuan (kognitif), pengembangan ranah keterampilan (psikomotorik) belum
dikembangkan secara optimal dan utuh (koheren).
Selain itu, melalui penyempurnaan PKn menjadi PPKn tersebut terkandung
gagasan dan harapan untuk menjadikan PPKn sebagai salah satu mata pelajaran
yang mampu memberikan kontribusi dalam solusi atas berbagai krisis yang melanda
Indonesia, terutama krisis multidimensional. PPKn sebagai mata pelajaran yang
memiliki misi mengembangkan keadaban Pancasila, diharapkan mampu
membudayakan dan memberdayakan peserta didik agar menjadi warganegara yang
cerdas dan baik serta menjadi pemimpin bangsa dan negara Indonesia di masa depan
yang amanah, jujur, cerdas, dan bertanggungjawab.
Sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 2013 penjelasan pasal 77 J ayat (1)
huruf ditegaskan bahwan Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran berkonstitusi
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat
Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Secara umum tujuan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah
mengembangkan potensi peserta didik dalam seluruh dimensi kewarganegaraan,
yakni: (1) sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen dan tanggung
jawab kewarganegaraan (civic confidence, civic committment, and civic
responsibility); (2) pengetahuan kewarganegaraan; (3) keterampilan
kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi kewarganegaraan (civic
competence and civic responsibility).
22
Secara khusus Tujuan PPKn yang berisikan keseluruhan dimensi tersebut
sehingga peserta didik mampu:
1) menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan
pengamalan nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial;
2) memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif dan
pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
3) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat kebangsaan
serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika,
dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
4) berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota
masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup
bersama dalam berbagai tatanan sosial Budayaal.
23
pada proses pembangunan pengetahuan (KI-3, keterampilan (KI–4), sikap spiritual
(KI-1) dan sikap sosial (KI-2) melalui transformasi pengalaman empirik dan
pemaknaan konseptual. Pendekatan tesebut memiliki langkah generik sebagai
berikut:
a. Mengamati (observing),
b. Menanya (questioning),
c. Mengumpulkan Informasi (exploring),
d. Menalar/mengasosiasi (associating)
e. Mengomunikasikan (communicating)
Pada setiap langkah dapat diterapkan model pembelajaran yang lebih spesifik,
misalnya:
- untuk mengamati antara lain dapat menggunakan model menyimak dengan
penuh perhatian;
- untuk menanya antara lain dapat menggunakan model bertanya
dialektis/mendalam;
- untuk mengumpulkan informasi antara lain dapat menggunakan kajian dokumen
historis;
- untuk menalar/mengasosiasi antara lain dapat menggunakan model diskusi
peristiwa publik;
- untuk mengomunikasikan antara lain dapat menggunakan model presentasi
gagasan di depan publik (public hearing).
Dalam konteks lain, misalnya model yang diterapkan berupa model project
seperti Proyek Belajar Kewarganegaraan yang menuntut aktivitas yang kompleks
waktu dan panjang dan kompetensi yang lebih luas kelima langkah generik diatas
dapat diterapkan secara adaptif pada model tersebut.
Dengan perubahan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), maka ruang lingkup
PPKn meliputi:
1) Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa
2) UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis yang menjadi landasan konstitusional
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
24
3) Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai kesepakatan final bentuk Negara
Republik Indonesia
4) Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan yang melandasi dan
mewarnai keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Dengan demikian PPKn lebih memiliki kedudukan dan fungsi sebagai berikut:
25
Indonesia di SMP dan MTs adalah (1) memiliki sikap religius (2) memiliki sikap
sosial, (3) memiliki pengetahuan yang memadai tentang berbagai genre teks bahasa
Indonesia sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuhnya, dan (4) memiliki
keterampilan membuat berbagai genre teks bahasa Indonesia.
Setiap pengetahuan tentang berbagai genre teks bahasa Indonesia harus
diimplementasikan dalam produk berupa karya, artinya pengetahuan tersebut harus
bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat karya sesuai
dengan genre teks yang ada. Selanjutnya pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari
siswa harus bisa mengubah perilaku siswa terutama yang berhubungan dengan sikap
sosial dan religiusnya.
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia SMP dan MTs meliputi 15 jenis
teks, yaitu: (1) teks anekdot, (2) teks eksposisi, (3) teks laporan hasil observasi, (4)
teks prosedur komplek, (5) teks negosiasi, (6) teks cerita pendek, (7) teks pantun,
(8) teks cerita ulang, (9) teks eksplanasi kompleks, (10) teks film/ drama, (11) Teks
cerita sejarah, (12) teks berita, (13) teks iklan, (14) teks editorial/opini, dan (15) teks
novel.
32
muncul dan diperlukan di berbagai kecakapan, misalnya untuk menjelaskan
gagasan pada Pemahaman Konseptual, menyajikan rumusan dan penyelesaian
masalah, atau mengemukakan argumen pada penalaran.
33
3) Pembelajarannya secara bertingkat dan kontinu.
Pemberian atau penyajian materi matematika disesuaikan dengan tingkatan
pendidikan dan dilakukan secara terus-menerus. Artinya dalam mempelajari
matematika harus secara berulang melalui latihan-latihan soal.
4) Ada keterkaitan antara materi yang satu dengan yang lainnya.
Materi yang akan dipelajari harus memenuhi atau menguasai materi
sebelumnya. Contohnya ketika akan mempelajari tentang volume atau isi suatu
bangun ruang maka harus menguasai tentang materi luas dan keliling bidang
datar.
5) Menggunakan bahasa simbol.
Dalam matematika penyampaian materi menggunakan simbol-simbol yang
telah disepakati dan dipahami secara umum. Misalnya penjumlahan
menggunakan simbol “+” sehingga tidak terjadi dualisme jawaban.
6) Diaplikasikan dibidang ilmu lain.
Materi matematika banyak digunakan atau diaplikasikan dalam bidang ilmu
lain. Misalnya materi fungsi digunakan dalam ilmu ekonomi untuk mempelajari
fungsi permintan dan fungsi penawaran.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka matematika merupakan suatu ilmu yang
penting dalam kehidupan bahkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
yang harus ditekankan kepada siswa sebelum mempelajari matematika dan
dipahami oleh guru.
Perkembangan matematika, bermula dari kepekaan serta kesadaran ataupun
kepedulian manusia untuk memahami fenomena-fenomena empiris yang ditemui
dalam kehidupan keseharian. Bermunculanlah konsep-konsep dasar yang
selanjutnya mengalami perluasan (ekspansi), pembenaran (justification),
pembenahan serta generalisasi atau formalisasi.
Konsep matematika disajikan dengan bahasa yang jelas dan spesifik. Bahasa
matematika (yang digunakan dalam matematika) sangat efisien dan merupakan alat
yang ampuh menyatakan konsep-konsep matematika, merekonstruksi konsep atau
menata suatu penyelesaian secara sistematis setelah terlaksananya eksplorasi, dan
terutama untuk komunikasi. Bahasa matematika ini tidak ambigu namun singkat
serta jelas. Hal ini sangat diperlukan terutama terlihat dalam menyusun suatu
definisi ataupun teorema.
34
Dengan belajar matematika diharapkan peserta didik dapat memperoleh manfaat
berikut:
1) cara berpikir matematika itu sistematis, melalui urutan-urutan yang teratur dan
tertentu. dengan belajar matematika, otak kita terbiasa untuk memecahkan
masalah secara sistematis. Sehingga bila diterapkan dalam kehidupan nyata,
kita bisa menyelesaikan setiap masalah dengan lebih mudah.
2) cara berpikir matematika itu secara deduktif. Kesimpulan di tarik dari hal-hal
yang bersifat umum. bukan dari hal-hal yang bersifat khusus. sehingga kita
menjadi terhindar dengan cara berpikir menarik kesimpulan secara “kebetulan”.
3) belajar matematika melatih kita menjadi manusia yang lebih teliti, cermat, dan
tidak ceroboh dalam bertindak. Bukankah begitu? coba saja. masih ingatkah
teman-teman saat mengerjakan soal-soal matematika? kita harus
memperhatikan benar-benar berapa angkanya, berapa digit nol dibelakang
koma, bagaimana grafiknya, bagaimana dengan titik potongnya dan lain
sebaganya. jika kita tidak cermat dalam memasukkan angka, melihat grafik atau
melakukan perhitungan, tentunya bisa menyebabkan akibat yang fatal. jawaban
soal yang kita peroleh menjadi salah dan kadang berbeda jauh dengan jawaban
yang sebenarnya.
4) belajar matematika juga mengajarkan kita menjadi orang yang sabar dalam
menghadapi semua hal dalam hidup ini. saat kita mengerjakan soal dalam
matematika yang penyelesaiannya sangat panjang dan rumit, tentu kita harus
bersabar dan tidak cepat putus asa. jika ada lamgkah yang salah, coba untuk
diteliti lagi dari awal. jangan-jangan ada angka yang salah, jangan-jangan ada
perhitungan yang salah. namun, jika kemudian kita bisa mengerjakan soal
tersebut, ingatkah bagaimana rasanya? rasa puas dan bangga.( tentunya jika
dikerjakan sendiri
5) yang tidak kalah pentingnya, sebenarnya banyak koq penerapan matematika
dalam kehidupan nyata. tentunya dalam dunia ini, menghitung uang, laba dan
rugi, masalah pemasaran barang, dalam teknik, bahkan hampir semua ilmu di
dunia ini pasti menyentuh yang namanya matematika.
36
3) Geometri dan pengukuran, meliputi: satuan dasar dan satuan turunan sederhana,
geometri bidang datar, kesebangunan dan kekongruenan, pengukuran jarak dan
sudut, Teorema Pythagoras, transformasi, perbandingan
37
dikemukakan Hungerford dan Volk (1990), karena Trowbridge dan Bybee (1990)
selain memandang IPA sebagai suatu proses dan metode (methods and processes)
serta produk-produk (body of scientific knowledge), juga melihat bahwa IPA
mengandung nilai-nilai (values). IPA adalah sekumpulan nilai-nilai dan prinsip
yang dapat menjadi petunjuk pengembangan kurikulum dalam IPA (Gill, 1991).
Sebagai body of scientific knowledge, IPA adalah hasil interpretasi/deskripsi tentang
dunia kealaman (natural world). Hal ini sesungguhnya sama dengan elemen produk
pada definisi IPA yang dikemukakan oleh Hungerford dan Volk (1990). Tujuan IPA
adalah pengembangan body of scientific knowledge (Hyllegard dan Morrow, 1996).
IPA sebagai proses/metode penyelidikan (inquiry methods) meliputi cara berpikir,
sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk memperoleh produk-produk IPA
atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi, pengukuran, merumuskan dan
menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi. Dalam
konteks itu, IPA bukan sekadar cara bekerja, melihat, dan cara berpikir, melainkan
‘science as a way of knowing’. Artinya, IPA sebagai proses juga dapat meliputi
kecenderungan sikap/tindakan, keingintahuan, kebiasaan berpikir, dan seperangkat
prosedur. Sementara nilai-nilai IPA berhubungan dengan tanggung jawab moral,
nilai-nilai sosial, manfaat IPA untuk IPA dan kehidupan manusia, serta sikap dan
tindakan (misalnya, keingintahuan, kejujuran, ketelitian, ketekunan, hati-hati,
toleran, hemat, dan pengambilan keputusan).
Berdasarkan berbagai pandangan di atas, IPA harus dipandang sebagai cara berpikir
untuk memahami alam, melakukan penyelidikan, dan sebagai kumpulan
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Collete dan
Chiappetta (1994) yang menyatakan bahwa IPA pada hakikatnya merupakan;
kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), cara atau jalan berpikir (method of
thinking), dan cara untuk penyelidikan (method of investigating).
Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kompetensi:
1) Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik
dan materi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam
lingkungan sehingga bertambah keimanannya, serta mewujudkannya dalam
pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
2) Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan
38
peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi
sikap dalam melakukan pengamatan, percobaan, dan berdiskusi
3) Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan
guna memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerja sama dengan orang lain;
4) Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan, mengajukan dan menguji
hipotesis melalui percobaan, merancang, dan merakit instrumen percobaan,
mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengomunikasikan
hasil percobaan secara lisan dan tertulis;
5) 5. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip IPA untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif;
6) Menguasai konsep dan prinsip IPA serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
39
lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah
serta mengomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena
itu pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah.
Ruang lingkup mata pelajaran IPA menekankan pada pengamatan fenomena alam
dan penerapannya dalam kehidupannya sehari-hari, pembahasan fenomena alam
terkait dengan kompetensi produktif dan teknologi, dengan perluasan pada konsep
abstrak yang meliputi mahluk hidup dan proses kehidupan, benda/zat/bahan dan
sifatnya, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta.
Ruang Lingkup mata pelajaran IPA di SMP menekankan pada pengamatan
fenomena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu fenomena
alam terkait dengan kompetensi produktif dengan perluasan pada konsep abstrak
yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Biologi
Meliputi objek IPA, klasifikasi mahluk hidup, organisasi kehidupan, energi dalam
kehidupan, interaksi mahluk hiup dengan lingkungannya, pencemaran lingkungan,
pemanasan global, sistem gerak pada manusia, struktur tumbuhan, sistem
pencernaan, sistem ekskresi, sistem reproduksi, hereditas, dan perkembangan
penduduk.
2. Kimia
Meliputi karakteristik zat; sifat bahan; bahan kimia; unsur, senyawa, dan campuran;
pemisahan campuran; perubahan fisika dan perubahan kimia; asam dan basa; atom,
ion, dan molekul.
3. Fisika
Meliputi energi dalam kehidupan, suhu, pemuaian, dan kalor, gerak lurus, gaya dan
Hukum Newton, pesawat sederhana, tekanan zat cair, getaran, gelombang dan
bunyi, cahaya dan alat optik, listrik statis dan dinamis, kemagnetan dan induksi
elektromagnetik.
4. Bumi dan Alam Semesta
Meliputi struktur bumi, tata surya, gerak edar bumi dan bulan.
40
6. Mata Pelajaran Ilmu Pengethuan Sosial (IPS)
a. Latar Belakang dan Tujuan
Saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi banyak tantangan dalam berbagai
bidang kehidupan. Dalam menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan kekuatan diri
dari masing-masing warga negara dan kekuatan kohesi sosial dalam bidang politik,
ekonomi, dan budaya. Kekuatan diri yang diharapkan adalah menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab (Depdiknas RI,
2003). Kohesi sosial yang dibutuhkan adalah kekuatan kebersamaan, komitmen, dan
kearifan untuk bahu-membahu dalam membangun bangsa.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, bangsa Indonesia perlu memupuk
nasionalisme budaya (cultural nationalism) yang berarti pengakuan terhadap
budaya etnis yang beragam, yang lahir dan berkembang di dalam masyarakat
Indonesia. Setelah itu, perlu mengelola sumberdaya alam untuk menjamin
kesejahteraan bangsanya berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan prinsip
keadilan sosial, dan meningkatkan daya saing produk barang dan jasa, melalui
peningkatan kualitas sumberdaya manusia sebagai subyek dalam persaingan
tersebut.
Dari semua tantangan tersebut, pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
mengambil peran untuk memberi pemahaman yang luas dan mendalam pada bidang
ilmu yang berkaitan, yaitu: (1) Memperkenalkan konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Membekali kemampuan
dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memupuk komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan (4) Membina kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,
baik di tingkat local, nasional maupun global.
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah telaah tentang manusia dalam hubungan
sosialnya atau kemasyarakatannya. Manusia sebagai makhluk sosial akan
mengadakan hubungan sosial dengan sesamanya, mulai dari keluarga sampai
masyarakat global. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Nursid Sumaatmadja
(2007:13) bahwa setiap orang sejak lahir, tidak terpisahkan dari manusia lain. Selain
berinteraksi dengan sesama, manusia juga berinteraksi dan memanfaatkan
41
lingkungan alam, serta harus mempertanggungjawabkan semua tindakan sosialnya
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Terkait dengan pengertian tersebut, mata pelajaran IPS dapat dikatakan sebagai
mata pelajaran di sekolah yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial
yang diorganisasikan dengan satu pendekatan interdisipliner, multidipliner atau
transdisipliner dari Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. Dalam UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa IPS di SMP merupakan
bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah,
antara lain mencakup geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dimaksudkan
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta
didik terhadap kondisi sosial masyarakat (Depdiknas RI, 2003).
Tujuan utama pembelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
dalam berpikir logis dan kritis untuk memahami konsep dan prinsip yang berkaitan
dengan pola dan persebaran keruangan, interaksi sosial, pemenuhan kebutuhan, dan
perkembangan kehidupan masyarakat untuk menciptakan kondisi kehidupan yang
lebih baik dan atau mengatasi masalah-masalah sosial. Secara rinci tujuan mata
pelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya;
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
42
manusia di masyarakat dalam konteks ruang dan waktu yang mengalami perubahan.
Oleh karena itu, masyarakat menjadi sumber utama IPS. Ruang lingkup mata
pelajaran IPS di SMP, meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu ;
2) Perubahan masyarakat Indonesia pada zaman pra-aksara, zaman Hindu-Buddha
dan zaman Islam, zaman penjajahan dan tumbuhnya semangat kebangsaan,
masa pergerakan kemerdekaan sampai dengan awal (masa) reformasi sekarang;
3) Jenis dan fungsi kelembagaan sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam
masyarakat;
4) Interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomidari
waktu ke waktu.
43
menjamin bahwa siswa mampu berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Inggris
dalam arti yang sebenarnya. Oleh karena itu, kita harus berani mengatakan bahwa
pasti ada yang salah dengan tradisi pembelajaran selama ini, dan tidak ragu-ragu
mencoba melakukan pendekatan lain, bahkan meskipun pendekatan tersebut belum
pernah sama sekali dilakukan sebelumnya di sekolah. Kita harus mau mengubah
mind set kita untuk lebih akomodatif terhadap pemikiran yang inovatif dan lebih
bermanfaat bagi peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
Meskipun nama mata pelajaran ini adalah ‘Bahasa Inggris’, dalam mata pelajaran
ini siswa tidak belajar tentang ‘bahasa’ Inggris, tetapi belajar melakukan berbagai
hal yang berguna bagi hidupnya dengan menggunakan bahasa Inggris. Tujuan mata
pelajaran Bahasa Inggris di sekolah menengah adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar memiliki kompetensi komunikatif dalam wacana
interpersonal, transaksional, dan fungsional, dengan menggunakan berbagai teks
berbahasa Inggris lisan dan tulis, secara runtut dengan menggunakan unsur
kebahasaan yang akurat dan berterima, tentang berbagai pengetahuan faktual dan
prosedural, serta menanamkan nilai-nilai luhur karakter bangsa, dalam konteks
kehidupan di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
Untuk itu semua aspek pembelajaran (tujuan, materi, proses belajar mengajar,
media, sumber, dan penilaian) diupayakan untuk mendekati penggunaan bahasa
Inggris di dunia nyata di luar kelas. Dalam konteks tersebut, unsur kebahasaan (tata
bahasa dan kosa kata, termasuk pengucapan dan penulisannya) lebih tepat dilihat
sebagai alat, bukan sebagai tujuan: alat untuk melaksanakan tindakan berbahasa
secara benar, strategis, sesuai tujuan dan konteksnya. Langsung ‘melakukan’
tindakan yang ingin dikuasi adalah cara yang lebih alami. Belajar berterimakasih
dengan cara membiasakan diri berterimakasih, belajar bertanya dengan cara
bertanya, belajar memuji dengan cara memuji, belajar membaca koran dengan cara
membaca koran, belajar membacakan cerita dengan cara membacakan cerita, belajar
menyunting surat dengan cara menyunting surat, dst. “Learning by doing”, dan
terpusat pada siswa.
Kesempatan seperti ini tentunya tidak mungkin muncul jika pola pembelajaran
masih dilaksanakan sebagaimana lazimnya saat ini: terpusat pada guru, berbasis
buku teks, dan didominasi bahasa tulis. Proses pembelajaran perlu memberikan
kesempatan bagi siswa untuk melakukan proses belajar yang lebih alami. Proses
44
belajar di luar sekolah biasanya dimulai dengan cara melihat, mendengar, dan
mengamati orang lain melakukan tindakan yang ingin dikuasai. Pada saat
mengamati akan timbul keinginan untuk bertanya dan mempertanyakan hal-hal
yang baru, yang asing, atau berbeda dengan diketahui selama ini. Setelah itu akan
timbul keinginan untuk mencoba atau berpengalaman sendiri melakukan tindakan
atau perilaku yang dituju. Dalam upaya untuk menyempurnakan penguasaannya,
akan dirasakan perlunya meningkatkan penalarannya tentang yang dipelajari dengan
mengasosiasikan dengan sumber dan konteks lain. Langkah terakhir adalah
melakukan tindakan yang sudah dikuasai dalam konteks pergaulan di dunia nyata.
47
2) Konteks komunikasi mencakup hubungan fungsional dengan guru, teman, dan
orang lain di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat, tentang berbagai
topik yang terkait dengan kehidupan remaja dan semua mata pelajaran dalam
kurikulum sekolah menengah, secara lisan dan tulis, dengan maupun tanpa
menggunakan media elektronik.
3) Kompetensi komunikatif dalam wacana interpersonal bertujuan menjalin dan
menjaga hubungan interpersonal dengan guru, teman, dan orang lain di dalam
dan di luar sekolah.
4) Kompetensi komunikatif dalam wacana transaksional bertujuan untuk saling
memberi dan meminta informasi, barang dan jasa, misalnya bertanya, memberi
tahu, menyuruh, menawarkan, meminta, dsb.
5) Kompetensi komunikatif dalam wacana fungsional bertujuan mengembangkan
potensi sosial dan akademik siswa dengan menggunakan jenis teks descriptive,
recount, narrative, procedure, dan factual report untuk jenjang SMP,
descriptive, recount, narrative, factual report, analytical exposition, procedure,
news item, dan procedure untuk jenjang SMA/MA dan SMK/Wajib, dan
descriptive, recount, narrative, procedure, factual report, analytical exposition,
hortatory exposition, news item, spoof, discussion, explanation, dan review
untuk jenjang SMA/MA Peminatan.
6) Nilai-nilai sosiokultural, sebagai wahana untuk penanaman nilai karakter
bangsa
7) Tindakan dan strategi komunikatif, sebagai wahana untuk menguasai
keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, menonton, secara
strategis sesuai konteks dan tujuan yang hendak dicapai.
8) Unsur kebahasaan, sebagai wahana untuk menggunakan bahasa Inggris secara
akurat dan berterima, yang mencakup penanda wacana, kosa kata, tata bahasa,
ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca, dan kerapian tulisan tangan.
49
serangkaian proses aktivitas berkesenian pada peserta didik. Mata pelajaran Seni
Budaya memiliki tujuan khusus, yaitu;
1) Menumbuhkembangkan sikap toleransi,
2) Menciptakan demokrasi yang beradab,
3) Menumbuhkan hidup rukun dalam masyarakat majemuk,
4) Mengembangkan kepekaan rasa dan keterampilan
5) Menerapkan teknologi dalam berkreasi
6) Menumbuhkan rasa cinta budaya dan menghargai warisan budaya Indonesia
7) Membuat pergelaran dan pameran karya seni.
Ruang lingkup mata pelajaran Seni Budaya memiliki 4 aspek seni, yaitu:
1) Seni Rupa
Apresiasi seni rupa, Estetika seni rupa, Pengetahuan bahan dan alat seni rupa,
Teknik penciptaan seni rupa, Pameran seni rupa, Evaluasi seni rupa, Portofolio
50
seni rupa. Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama / Madrasah
Tsanawiyah (SMP) memuat penerapan ragam hias dan ilustrasi.
2) Seni Musik
Apresiasi seni musik, Estetika seni musik, Pengetahuan bahan dan alat seni
musik, Teknik penciptaan seni musik, Pertunjukan seni musik, Evaluasi seni
musik, Portofolio seni musik. Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah
Pertama / Madrasah Tsanawiyah (SMP) memuat pengenalan teknik vokal dan
alat musik.
3) Seni Tari
Apresiasi seni tari, Estetika seni tari, Pengetahuan bahan dan alat seni tari,
Teknik penciptaan seni tari, Pertunjukkan seni tari, Evaluasi seni tari, Portofolio
seni tari. Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama / Madrasah
Tsanawiyah (SMP) mata pelajaran seni tari melakukan dan mengkreasikan tari
bentuk.
4) Seni Teater
Apresiasi seni teater, Estetika seni teater, Pengetahuan bahan dan alat seni
teater, Teknik penciptaan seni teater, Pertunjukkan seni teater, Evaluasi seni
teater, Portofolio seni teater. Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah
Pertama / Madrasah Tsanawiyah (SMP) memuat pengenalan teknik bermain
teater.
Dari ke-4 aspek mata pelajaran Seni Budaya yang tersedia, sekolah wajib
melaksanakan minimal 2 aspek seni.
54
Pertumbuhan fisik yang makin sempurna makin berkembangnya kapasitas fisik
seperti daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelentukan, keseimbangan dan koordinasi.
Perkembangan fungsi kapasitas tersebut menyebabkan mereka telah dapat
melakukan berbagai kegiatan fisik dan permainan seperti halnya orang dewasa.
Berbagai aktivitas fisik yang dilakukan mereka menjadi stimulan bagi pertumbuhan
dan perkembangan yang makin sempurna. Peraturan permainan yang serupa dengan
peraturan permainan orang dewasa dapat dilakukan oleh mereka.
Proses pembelajaran pada kelompok usia ini diorientasikan pada pengembangan
kematangan kemampuan fisik-motorik, mental dan sosial subjek sebagai bagian dari
komunitas masyarakat. Pembentukan kemampuan keterampilan sebaiknya
diorientasikan pada pengembangan kemampuan keterampilan terbuka dengan tidak
mengabaikan kemampuan individu untuk melakukan berbagai keterampilan
tertutup, seperti pada cabang olahraga atletik dan senam perlu mendapatkan
perhatian, sedangkan pengembangan keterampilan seperti pada berbagai permainan
hendaknya mendapatkan perhatian yang lebih proporsional.
Pada anak berusia 15 tahun, berbagai keterampilan gerak yang diorientasikan pada
berbagai situasi, arah dan tujuan telah dapat dilakukan dengan baik. Kualitas
perkembangan gerak pada tahap ini secara signifikan dipengaruhi oleh kualitas
perkembangan gerak pada masa sebelumnya.
Proses pembelajaran pada tahap ini diorientasikan pada berbagai pengembangan
keterampilan gerak yang lebih spesialistik dengan tidak mengabaikan prinsip
pengembangan keterampilan multilateral. Proses pengembangan keterampilan yang
multipleks-kompleks dengan orientasi pembentukan keterampilan terbuka
hendaknya menjadi bagian yang dominan dalam tiap proses pembelajaran. Prinsip-
prinsip permainan cabang olahraga individu dan beregu, seperti beberapa nomor
atletik, senam permainan sepak bola dan bola voli telah dapat diperkenalkan kepada
mereka. Pada keterampilan atletik dan senam dapat diperluas implementasi dari
pengembangan gerak dasar lokomosi, nonlokomosi serta stabilisasi. Sementara itu,
pada permainan sepak bola, dan bola voli dapat memperluas implementasi
keterampilan gerak di atas dalam rambu-rambu peraturan yang membatasi
keinginan destruktif dalam diri anak.
Tujuan mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah sebagai
berikut:
55
1) Mengembangkan kesadaran tentang arti penting aktivitas fisik untuk mencapai
pertubuhan dan perkembangan tubuh serta gaya hidup aktif sepanjang hayat.
2) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani, mengelola kesehatan dan kesejahteraan
dengan benar serta pola hidup sehat.
3) Mengembangkan keterampilan gerak dasar, motorik, keterampilan, konsep/
pengetahuan, prinsip, strategi dan taktik permainan dan olahraga serta konsep
gerakan.
4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai
percaya diri, sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, pegendalian
diri, kepemimpinan, dan demokratis dalam melakukan aktivisas fisik.
5) Meletakkan dasar kompetitif diri (self competitive) yang sportif, percaya
diri,disiplin, dan jujur.
6) Menciptakan iklim sekolah yang lebih positif.
7) Mengembangkan muatan lokal yang berkembang di masyarakat.
8) Menciptakan suasana yang rekretif, berisi tantangan, ekspresi diri
9) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk aktif dan sehat
sepanjang hayat, dan meningkatkan kebugaran pribadi.
56
2) Aktivitas Kebugaran, meliputi pengembangan komponen kebugaran berkaitan
dengan kesehatan, terdiri dari latihan; kekuatan, kelincahan, kecepatan, daya
tahan (aerobik dan anaerobik), dan tes kebugaran jasmani.
3) Aktivitas Senam dan Gerak Ritmik, meliputi senam lantai, senam alat, senam
ritmik/irama, presiasi terhadap kualitas estetika dan artistik dari gerakan, tarian
kreatif dan rakyat.
4) Aktivitas Air, memuat kompetensi dan kepercayaan diri saat peserta didik
berada di dekat, di bawah dan di atas air. Memberikan kesempatan unik untuk
pengajaran gaya-gaya renang (dada, punggung, bebas ) dan juga penyediaan
peluang untuk kesenangan bermain di air dan aspek lain dari olahraga air
termasuk mengapung, loncat indah dan pertolongan dalam olahraga air.
5) Kesehatan, meliputi; P3K, pola hidup sehat,seks bebas dan NAPZA, gizi dan
makanan sehat, manfaat aktifitas fisik, denyut jantung, Pencegahan penyakit
dan pengurangan biaya perawatan kesehatan.
57
Jika kata prakarya diuraikan dari kata benda, pengertian prakarya adalah karya
(produk), misalnya: (1) model yang akan dicetak atau diproduksi, (2) dami benda
produk sebagai contoh sesuai dengan ukuran, format, atau bentuk jadi namun belum
layak untuk direproduksi. (3) atau pracetak adalah karya yang siap dicetak ulang,
karya tersebut siap untuk direproduksi. Sedangkan, Prakarya sebagai kata kerja
diartikan kinerja produktif yang berorientasi dalam mengembangkan keterampilan
kecekatan, kecepatan, ketepatan dan kerapihan.
Adapun, penataan konten mata pelajaran Prakarya disusun mengikuti arus serta
berpijak pada perkembangan IPTEKS serta mendasarkan pada budaya lokal. Hal ini
diajukan karena kekuatan ‘local genius’ dan ‘local wisdom’ masih unggul dan
menjadi sistem nilai kerja pada setiap daerah sebagai potensi lokal. Konteks
pendidikan kearifan lokal (berbasis budaya) diselenggarakan pada tingkat
pendidikan dasar hingga pendidikan menengah dalam pendidikan formal. Konten
pendidikan Prakarya dari kearifan lokal berupa pendidikan:
1) Tata nilai dan sumber etika dan moral dalam kearifan lokal, sekaligus sebagai
sumber pendidikan karakter bangsa.
2) Teknologi tepat guna yang masih relevan dikembangkan untuk menumbuhkan
semangat pendidikan keterampilan proses produksi, dan
3) Materi kearifan lokal sebanyak 16 butir (a. Upacara Adat, b. Cagar Budaya, c.
Pariwisata-Alam, d. Transportasi tradisional, e.Permainan tradisional, f.
Prasarana budaya, g. Pakaian adat, h. Warisan budaya, i. Museum, j. Lembaga
budaya, k. Kesenian, l. Desa budaya, m. Kesenian dan kerajinan, n. Cerita
rakyat, o. Dolanan anak, dan p. Wayang).
Dasar pembelajaran berbasis budaya ini diharapkan dapat menumbuhkan nilai
kearifan lokal dan nilai ‘jati diri’ sehingga tumbuh semangat kemandirian,
kewirausahaan dan sekaligus kesediaan melestarikan potensi dan nilai-nilai kearifan
lokal. Hal ini didasari oleh kondisi nyata bahwa pengaruh kuat budaya luar masih
perlu mendapat perhatian atas pengaruhnya pada budaya peserta didik.
Selain itu, konten mata pelajaran Prakarya juga memperhatikan ‘wawasan pasar,’
dengan mendasarkan pada prinsip pendidikan dan latihan (diklat). ini sesuai dengan
harapan Inpres No. 6 tahun 2009 tentang pengembangan pendidikan kewirausahaan,
pendidikan budaya dan karakter bangsa, dan belajar aktif dan naturalistic
dilaksanakan berdasarkan pendekatan kontekstual. Isi instruksi presiden tersebut
menyangkut kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif untuk perioda tahun 2009-
58
2015, yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas,
keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta
individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat
Indonesia, dengan sasaran, arah, dan strategi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Instruksi Presiden tersebut.
Wirausaha atau entrepreneur diturunkan dari bahasa perancis “entreprendre”, yang
artinya “to undertake”, atau berusaha. Hal ini berarti bahwa wirausaha tidak berarti
harus seorang pemilik usaha, bisa juga adalah orang yang bekerja mengelola suatu
usaha. Kewirausahaan lebih banyak ditekankan pada segi kemampuan untuk berdiri
sendiri, yang harus diartikan mampu bekerja sama dan berhubungan dengan orang
lain (tidak menyendiri atau bekerja sendiri). Mempunyai kepercayaan diri yang kuat
(diperlukan untuk mengatasi segala keadaan dan mampu bertahan dalam
menghadapi berbagai tantangan, merupakan wujud dari kemampuan dan tekad
dalam menghadapi kehidupan, serta faktor penting untuk meraih suatu
keberhasilan). Dengan demikian, wirausaha mencakup semua orang dari berbagai
bidang, termasuk pendidikan.
Saat ini, wirausaha diartikan juga sebagai seorang inovator, penggerak
pembangunan, yang akan merubah peluang menjadi ide yang dapat dijual, dan
peningkatan nilai tambah melalui efisiensi waktu, tenaga kerja, uang dan
peningkatan keterampilan. Bahkan, seorang wirausaha merupakan “katalis” yang
agresif untuk perubahan bisnis dunia. Menurut Bygrave (2004), wirausaha adalah
seseorang yang memperoleh peluang dan menciptakan organisasi untuk
mengejarnya. Pengertian kewirausahaan mencakup sikap mental mengambil risiko
dalam pengorganisasian dan pengelolaan suatu bisnis yang berarti juga suatu
keberanian untuk membuka bisnis baru. Seorang wirasusaha adalah orang yang
mampu mengatur, mampu melihat peluang, mengawinkan ide-ide kreatif,
menjalankan dan menanggung risiko bagi pekerjaan yang ditempuhnya, serta orang
yang mempunyai impian dan mengubahnya menjadi kenyataan, seseorang yang
selalu berhasil mempersatukan impiannya dengan fakta yang kuat dengan situasi
lingkungannya.
Jadi, kewirausahaan adalah proses dinamis antara visi yang ingin dicapai dengan
perubahan lingkungan dan kemampuan berkreasi untuk menyelaraskan visi dan
perubahan tersebut (lihat gambar). Proses dinamis tersebut perlu didorong oleh
59
energi dan hasrat yang tinggi untuk menemukan ide-ide baru dalam memecahkan
setiap persoalan yang timbul selama proses harmonisasi.
Disisi lain, wirausaha berperan dalam mengawinkan ide-ide kreatif dengan tindakan
yang bertujuan dan berstruktur dari dan untuk tujuan bisnis. Jadi, wirausaha yang
berhasil dapat diukur dari kemampuannya untuk menyelesaikan proses dari
kreativitas, kemudian menghasilkan inovasi, sampai aplikasinya dapat disebarkan
dan menerobos pasar (lokal, regional dan internasional). Dengan demikian,
kewirausahaan merupakan hasil dari suatu proses pengaplikasian kreativitas dan
inovasi secara sistematis dan disiplin dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan
menangkap berbagai peluang di pasar (Zimmerer and Scarborough, 2005). Maka
dari itu, kewirausahaan melibatkan strategi fokus terhadap ide-ide dan pandangan
baru untuk menciptakan produk atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
menyelesaikan masalah masyarakat.
Dari uraian pengertian dan konten mata pelajaran Prakarya tersebut, dapat ditarik
arah pembelajaran mata pelajaran pendidikan Prakarya pada kegiatan kurikuler
adalah memfasilitasi peserta didik mengembangkan diri dengan kecakapan hidup
(education for life) dan sekaligus membangun jiwa mandiri untuk hidup (education
for earning living). Ini berarti, arah pembelajaran Prakarya menjembatani kegiatan
ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler melalui muatan lokal kewirausahaan sebagai satu
kesatuan yang tak terpisahkan.
60
- Menemukan atau mengemukakan gagasan atau ide-ide yang mampu
memunculkan bakat atau talenta peserta didik, terutama pada jenjang
pendidikan dasar (SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/SMPLB/Paket B).
- Mengembangkan kreatifitas melalui: mencipta, merancang, memodifikasi
(menggubah), dan merekonstruksi berdasarkan pendidikan teknologi dasar,
kewirausahaan dan kearifan lokal, dimulai pada jenjang pendidikan
menengah pertama (SMP/SMPLB/Paket B).
- Melatih kepekaan rasa peserta didik terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni untuk menjadi inovator dengan
mengembangkan: rasa ingin tahu, rasa kepedulian, rasa memiliki bersama,
rasa keindahan dan toleransi.
- Membangun jiwa mandiri dan inovatif peserta didik yang berkarakter: jujur,
bertanggungjawab, disiplin, dan peduli.
- Menumbuhkembangan berpikir teknologis dan estetis: cepat, tepat, cekat
serta estetis, ekonomis dan praktis, dimulai pada jenjang SMP/SMPLB/Paket
B.
- Menempa keberanian untuk mengambil resiko dalam mengembangkan
keterampilan dan mengimplementasikan pengetahuannya.
B. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga sekolah harus mengembangkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
62
diselenggarakan. Sekolah dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal
setiap semester, atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun.
a) Jenis dan strategi muatan lokal
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 tahun 2003 dan Letak
geografis SMP Islam Al Khidmah berada di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat,
maka SMP Islam Al Khidmah menerapkan Mutan Lokal Bahasa Sunda. Selain Bahasa
Sunda dei mencapai Visi sekolah, SMP Islam Al Khidmah juga menambhan Muatan
Lokal Bahasa Arab.
Kelas
Muatan Lokal
VII VIII IX
Bahasa Sunda 2 2 2
Bahasa Arab 2 2 2
1. Bahasa Daerah
Mata pelajaran Bahasa Daerah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan bahasa daerah (Sunda)
baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua untuk mewujudkan
karakter yang berbudi pekerti luhur.
b) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa bahasa daerah (Jawa) serta untuk
melestarikannya sebagai kekayaan budaya daerah
c) Memahami bahasa daerah (Jawa) dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan diantaranya berupa karya sastra yang berupa geguritan, parikan,
tembang dll yang memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan
P4GN (Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba)
2. Bahasa Arab
Tujuan dalam pembelajaran Bahasa Arab adalah bagaimana mengimplementasikannya,
bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama saja akan tetapi bagaimana
mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, takwa dan akhlak mulia.
63
Dengan demikian, muatan B. Arab bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang
agama akan tetapi bagaimana berbicara dengan Basaha arab yang baik dan benar
C. Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari proses pendidikan memiliki
tanggung jawab yang cukup besar dalam pengembangan kualitas manusia Indonesia yang
telah diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional di dalam : Undang-Undang Sisdiknas
No 20 Tahun 2003 yaitu : (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2)
berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan,(4) memiliki kesehatan
jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai
implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk
senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan
pendidikan tersebut.
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu adalah suatu proses yang
menghantarkan peserta didik kearah pencapaian perkembangan diri yang optimal. Hal ini
karena peserta didik sedang berkembang ke arah kematangan atau kemandirian.
Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri merupakan bantuan untuk peserta
didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bimbingan dan konseling pribadi, sosial, belajar dan karir, melalui berbagai
jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling SMP disusun sebagai upaya
memperjelas dan mempermudah dalam pencapaian tujuan yang telah menjadi keputusan
atau kesepakatan bersama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan pada umumnya.
64
yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan
sosial yang lebih luas.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan
sekolah / madrasah dan belajar secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
65
d. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang
dimilikinya.
66
f. Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial,
kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan
tertentu sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji melalui dinamika kelompok.
g. Layanan Konseling Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami sesuai dengan
tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui dinamika kelompok.
h. Layanan Konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta
didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara dan
atau perlakuan yang perlu dilaksanakan kepada pihak ketiga sesuai dengan tuntutan
karakter-cerdas yang terpuji.
i. Layanan Mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta
didik dalam menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan dengan pihak
lain sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
j. Layanan Advokasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta
didik untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan/atau
mendapat perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
67
f. Jarak jauh yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani kepentingan
peserta didik melalui media dan/atau saluran jarak jauh, seperti surat adan sarana
elektronik.
Jadwal Kegiatan
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan program Layanan Bimbingan dan Konseling di SMP Islam
Al Khidmah dilaksanakan melalui :
1. Kontak langsung/tatap muka dengan peserta didik
Secara terjadwal dua jam secara klasikal untuk menyelenggarakan layanan orientasi
layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten,
dan instrumentasi.
2. Di luar jam pembelajaran
Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konseling
perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok,dan mediasi,
serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelasSatu kali kegiatan
layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan
2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.
3. Tidak kontak langsung/non tatap muka malalui Himpunan data kunjungan rumah,
konferensi kasus, kolaborasi, konsultasi.
68
1. membimbing peserta didik SMP, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk
mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, serta menyebarkan data dan informasi
dalam berbagai cara untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran;
2. memfasilitasi sesama guru SMP, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk
mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, serta menyebarkan data dan informasi
dalam berbagai cara untuk persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran; dan
3. memfasilitasi tenaga kependidikan SMP, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang
sederajat untuk mengembangkan sistem manajemen sekolah berbasis TIK.
Mengenai Beban kerja guru TIK melakukan pembimbingan paling sedikit 150 (seratus lima
puluh) peserta didik per tahun pada 1 (satu) atau lebih satuan pendidikan baik secara
klasikal maupun individu.
Adapun rincian kegiatan guru TIK dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai berikut :
1. menyusun rancangan pelaksanaan layanan dan bimbingan TIK;
2. melaksanakan layanan dan bimbingan TIK per tahun;
3. menyusun alat ukur /lembar kerja program layanan dan bimbingan TIK;
4. mengevaluasi proses dan hasil layanan dan bimbingan TIK;
5. menganalisis hasil layanan dan bimbingan TIK;
6. melaksanakan tindak lanjut hasil evaluasi dengan memperbaiki layanan dan
bimbingan TIK;
7. menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat
sekolah dan nasional;
8. membimbing peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler;
9. membimbing guru dalam penggunaan TIK;
10. membimbing tenaga kependidikan dalam penggunaan TIK;
11. melaksanakan pengembangan diri; dan
12. melaksanakan publikasi ilmiah dan/atau membuat karya inovatif
69
secara berkala yang dilaksanakan paling tidak 5 (lima) kali dalam 1 (satu)
semester yang materinya tertuang dalam program tahunan dan program
semester. Materi pembimbingan terkait dengan pemanfaatan TIK untuk
mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, menyebarkan data dan informasi
dalam rangka mendukung kelancaran proses pembelajaran. Kegiatan tersebut
dibuktikan dengan surat tugas dari Kepala Sekolah dengan lampiran jadwal,
materi bimbingan dan daftar peserta didik.
b. Kegiatan fasilitasi sesama guru dapat dilaksanakan melalui kegiatan antara lain
sebagai berikut.
70
konsultasi, jadwal konsultasi, lampiran konsultasi, materi konsultasi dan hasil
konsultasi.
Hasil kegiatan dibuktikan dengan surat tugas, daftar hadir, jadwal dan materi
fasilitasi.
71
Tujuan pengembangan diri adalah membantu memandirikan peserta didik dengan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mmengembangkan dan mengekspresikan
diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minatnya. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, praktisi, atau alumni yang memiliki
kualifikasi yang baik berdasarkan surat keputusan kepala sekolah. Pola Pelaksanaan
pengembangan diri dalam kegiatan pembiasaan:
1. Spontan: Kerja bakti, Bakti sosial, takziah, membiasakan 5 S 1P ( Senyum, Salam,
Sapa, Sopan, Santun dan Peduli lingkungan ), membuang sampah pada tempatnya,
antri, mengatasi silang pendapat
2. Rutin: Membaca do'a, membaca surat pendek (Juz Amma) bersama-sama setiap
awal pelajaran, ibadah khusus keagamaan bersama, SKJ, pemeliharaan kebersihan
dan kesehatan diri, Sholat Duha, sholat dhuhur berjama'ah dan upacara bendera
3. Keteladanan: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji
kebaikan dan keberhasilan orang lain, disiplin, datang tepat waktu.
4. Terprogram
- Peringatan hari besar Nasional dan agama
- Latihan dasar kepemimpinan
- kegiatan ekstrakurikuler dan Bimbingan Konseling ( BK )
-
2. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler atau Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri dibawah bimbingan konselor,
guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui
kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan
kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan
ekstrakurikuler, seperti kepramukaan, kepemimpinan, kelompok seni-budaya, kelompok
tim olahraga, dan kelompok ilmiah remaja.
Ekstrakurikuler di SMP Al Khidmah terdiri dari:
a) Ekstrakurikuler wajib adalah Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan
oleh SMP Al Khidmah dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik. Ekstrakurikuler
wajib di SMP Al Khidmah adalah Pramuka denhgan tujuan :
72
- Mengembangkan jiwa kepemimpinan pada peserta didik.
- Sebagai wadah berlatih organisasi.
- Melatih peserta didik agar terampil dan mandiri.
- Mengembangkan jiwa sosial dan peduli kepada orang lain.
- Melatih peserta didik untuk menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat.
- Mengenalkan beberapa usaha pelestarian alam, sikap ramah terhadap lingkungan,
kebiasaan diri hidup bersih dan sehat.
b) Ekstrakurikuler Pilihan
1) Palang Merah Remaja (PMR)
- Peserta didik dapat mengetahui, memahami dan melaksanakan pengetahuan
dan keterampilan kepalang merahan yang diwujudkan dalam kegiatan Tri
Bakti PMR
- para anggota PMR akan menjadi teladan di lingkungannya (peer leader) serta
kader dan relawan PMI di masa mendatang
- Melatih praktik PPPK
- Mengembangkan jiwa sosial dan peduli kepada orang lain
- Peserta didik mengetahui Kebersihan dan Kesehatan diri serta tata cara
melakukan Pertolongan Pertama (PP)
- Pengenalan obat-obatan dan pembidaian
2) Paskibraka
- Melatih kedisiplinan
- Mengembangkan cinta tanah air/nasionalisme
- Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi petugas upacara yang baik
3) Olahraga
- Melatih peserta didik terampil dalam bidang olahraga
- Menyiapkan peserta didik dalam kegiatan O2SN
- Mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan O2SN
Ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu pencapaian hasil
belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 -100%. Kriteria ideal ketuntasan
untuk masing-masing indikator 75%.
73
Di SMP Islam Al Khidmah, dalam menentukan kriteria ketutasan minimal (KKM)
mempertimbangkan kompleksitas kompetensi dasar, tingkat kemampuan rata-rata
peserta didik, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran. SMP Islam Al Khidmah secara bertahap dan berkelanjutan selalu
mengusahakan peningkatan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mencapai kriteria
ketuntasan ideal.
Berikut ini tabel nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMP Islam Al Khidmah
tahun pelajaran 2021-2021.
Kriteria Ketuntasan
Minimum(KKM)*
No. Mata Pelajaran
TP.2021/2021
VII VIII IX
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 75 75 75
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 70 70 70
3 Bahasa Indonesia 75 75 75
4 Bahasa Inggris 70 70 70
5 Matematika 70 70 70
6 Ilmu Pengetahuan Alam 70 70 70
7 Ilmu Pengetahuan Sosial 70 70 70
8 Seni Budaya 70 70 70
9 PJOK 70 75 77
10 Prakarya 70 71 72
11 Muatan Lokal
a. Bahasa Sunda 70 70 70
b. Bahasa Arab 70 75 70
Berdasarkan hasil rapat penetapan KKM, maka jenis KKM yang digunakan di SMP Islam
74
Al Khidmah adalah KKM Tunggal yaitu sebesar 70, angka tersebut diambil
menggunakan teknik nilai KKM terkecil.
Salah satu langkah awal bagi guru sebelum melaksanakan kegiatan awal
pembelajaran adalah menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Setiap mata
pelajaran memiliki nilai KKM yang berbeda. Lebih jauh, dalam satu mata pelajaran
terdapat nilai KKM yang berbeda pada tiap aspek. Dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), pendidik biar lebih leluasa dalam menentukan nilai
KKM.
Langkah awal penentuan KKM yaitu menentukan estimasi KKM di awal tahun
pembelajaran bagi mata pelajaran yang diajarkan. Penentuan estimasi ini didasarkan
pada hasil tes Penerimaan Peserta didik Baru (PPDB) bagi peserta didik baru, dan
mendasarkan nilai KKM pada nilai yang dicapai peserta didik pada kelas
sebelumnya. Penentuan KKM dapat pula ditentukan dengan menghitung tiga aspek
utama dalam proses belajar mengajar peserta didik. Secara berurutan cara ini dapat
menentukan KKM Indikator - KKM Kompetensi Dasar (KD) - KKM Standart
Kompetensi (SK)/Kompetensi Inti (KI) - KKM Mata Pelajaran. Berikut ini langkah-
langkah penghitungannya:
1. Karakteristik Mata Pelajaran (Kompleksitas)
Kompleksitas merupakan tingkan kesulitan materi pada tiap indicator, kompetensi
dasar maupun standart kompetensi dari masing-masing mata pelajaran, yang
ditetapkan antara lain melalui expert judgement guru mata pelajaran melalui forum
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) tingkat sekolah, dengan memperhatikan
hasil analisis jumlah KD, kedalaman KD, keluasan KD, perlu tidaknya pengetahuan
prasyarat
2. Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung)
Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung) ini meliputi : 1) kompetensi pendidik
(nilai UKG), 2) Jumlah peserta didik dalam 1 kelas, 3) predikat akreditasi sekolah,
75
4) kelayakan sarana prasarana sekolah. Sekolah yang memiliki daya dukung tinggi
maka skor yang digunakan juga tinggi.
3. Intake
Intake merupakan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik. Intake bisa didasarkan
pada hasil nilai penerimaan peserta didik baru dan nilai yang dicapai peserta didik
pada kelas sebelumnya (menentukan estimasi). Dimana untuk kelas VII berdasarkan
pada rata-rata nilai rapor SD, nilai Ujian Sekolah SD, nilai hasil seleksi masuk
peserta didik baru di jenjang SMP. Bagi peserta didik kelas VIII dan IX antara lain
memperhatikan rata-rata nilai rapor semester-semester sebelumnya.
a. Remedial
Remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik yang
belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu. Pembelajaran remedial diberikan segera
setelah peserta didik diketahui belum mencapai KKM.
1) Pemberian bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan apabila ada beberapa
anak yang mengalami kesulitan yang berbeda-beda, sehingga memerlukan
76
bimbingan secara individual. Bimbingan yang diberikan disesuaikan dengan
tingkat kesulitan yang dialami oleh peserta didik.
2) Pemberian bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan apabila dalam
pembelajaran klasikal ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan sama.
3) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
5) Pemanfaatan tutor sebaya, yaitu peserta didik dibantu oleh teman sekelas yang
telah mencapai KKM, baik secara individu maupun kelompok.
b. Pengayaan
Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang
telah melampaui KKM.
Fokus pengayaan adalah pendalaman dan perluasan dari kompetensi yang dipelajari.
Pengayaan biasanya diberikan segera setelah peserta didik diketahui telah mencapai
KKM berdasarkan hasil PH. Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan sekali,
tidak berulang kali sebagaimana pembelajaran remedial. Pembelajaran pengayaan
umumnya tidak diakhiri dengan penilaian.
Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui:
77
1) Belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu
diberikan tugas untuk memecahkan permasalahan, membaca di perpustakaan terkait
dengan KD yang dipelajari pada jam pelajaran sekolah atau di luar jam pelajaran
sekolah. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik berupa pemecahan
masalah nyata. Selain itu, secara kelompok peserta didik dapat diminta untuk
menyelesaikan sebuah proyek atau penelitian ilmiah.
2) Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang
diminati, menjadi tutor bagi teman yang membutuhkan. Kegiatan pemecahan masalah
nyata, tugas proyek, ataupun penelitian ilmiah juga dapat dilakukan oleh peserta didik
secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati secara individu.
3) Setelah kegiaatan pengayaan selesai tidak dilaksankan penilaian.
78
b. Untuk aspek kehadiran harus mencapai 85%. Ketidakhadiran karena ijin dan atau
alpa (tanpa keterangan) maksimal 15% dari jumlah hari efektif dalam satu
semester.
Khusus untuk ketidakhadiran peserta didik karena sakit harus disertai surat
keterangan sakit dari yang berwenang (orangtua dan dokter).
Penilaian hasil belajar siswa terdiri dari ulangan harian, ulangan tengah
semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian harian (PH) dilaksanakan setelah
materi pada KD disampaikan, Penilaian Tengah Semester (PTS) dilaksanakan pada
pertengahan semester, Penilaian Akhir Semester (PAS) dilaksanakan pada akhir
semester satu dan Penilaian AKhir Tahun (PAT) dilaksanakan pada akhir semester
dua.
Setelah melaksanakan analisis ulangan harian maka siswa yang belum
mencapai ketuntasan akan dilaksanakan program remedial dan bagi siswa yang
sudah mencapai KKM akan diberikan pengayaan. Nilai rapot didapatkan dari rata-
rata nilai harian, nilai PTS dan nilai PAS. Untuk perhitungan nilai rapot
pengetahuan dan keterampilan adalah sebagai berikut:
Dari hasil nilai rapot maka nilai akan disampaikan pada pihak terkait yang waktunya
disesuaikan dengan kalender pendidikan.
Kelulusan
Dengan mengacu kepada ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 ayat (1), peserta didik
dinyatakan lulus dari SMP Islam Al Khidmah setelah memenuhi persyaratan
berikut, yaitu:
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dari mulai kelas VII sampai kelas
IX.
b. Lulus Ujian Sekolah dengan kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki nilai rata-rata minimal 70.0 (Tujuh Puluh), baik untuk ujian tulis
dan ujian praktik.
2. Mencapai nilai minimal batas lulus untuk setiap mata pelajaran (KKM).
79
3. Khusus untuk nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan
nilai batas minimal 7,50 (tujuh koma lima nol) dari nilai kumulatif hasil
ujian tulis dan ujian praktik.
c. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga dan kesehatan.
d. Kehadiran dikelas mencapai 85%.
e. Tidak melakukan pelanggaran berat di sekolah.
f. Hal-hal yang belum tertulis pada kriteria tersebut akan diputuskan kemudian
sesuai dengan hasil musyawarah dewan guru dalam pleno.
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional maka ujian sekolah dan ujian nasional diberikan pada siswa kelas IX yang
telah selesai menyelesaikan program pembelajaran di semester 2. Pelaksanaan ujian
sekolah dan ujian nasional disesuaikan dengan keputusan dari pemerintah pusat.
Target Kelulusan
Target kelulusan SMP Islam Al Khidmah adalah 100%. Untuk mencapai target
kelulusan diadakan program pendalaman atau penambahan materi khusus untuk 4
mata pelajaran ( Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan IPA ) yang
pelaksanaanya dijadwalkan khusus setelah kegiatan KBM usai.
Strategi Penanganan Siswa yang belum lulus
Adapun yang dilakukan dari pihak sekolah, diantaranya adalah:
1. Pembimbingan dan pemberian motivasi dari pihak guru/guru BK
2. Pemberian bimbingan belajar yang terprogram
3. Mengikutkan dalam persiapan ujian berikutnya
80
I. Penguatan Pendidikan Karakter
Penguatan Pendidikan Karakter didefinisikan sebagai gerakan pendidikan di bawah
tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui
harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja
sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Penyelenggaraan PPK dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan satuan
pendidikan formal, dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah dan
merupakan tanggung jawab kepala satuan pendidikan formal dan guru. Tanggungjawab
tersebut dilaksanakan sebagai pemenuhan beban kerja guru dan kepala satuan
pendidikan formal.
Untuk penyelenggaraan PPK dalam kegiatan Intrakurikuler merupakan penguatan nilai-
nilai karakter melalui kegiatan penguatan materi pembelajaran, metode pembelajaran
sesuai dengan muatan kurikulum. Sedangkan penyelenggaraan PPK dalam kegiatan
Kokurikuler merupakan penguatan nilai-nilai karakter yang dilaksanakan untuk
pendalaman dan/ atau pengayaan kegiatan Intrakurikuler sesuai muatan kurikulum.
81
tahun 2006) dan SK/KD (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Berikut adalah daftar
20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya.
1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius)
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan
pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
a. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap
diri dan pihak lain
b. Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
c. Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup
yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu
kesehatan.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan.
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-
baiknya.
f. Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya
setiap keinginan dan harapannya.
g. Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk
baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
82
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
i. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
j. Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
k. Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri
sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
b. Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat
dan kepentingan umum.
c. Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang
lain.
d. Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata
perilakunya ke semua orang.
e. Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
5. Nilai kebangsaan
83
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
a. Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsanya.
b. Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang
berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMP Islam Al Khidmah meliputi :
1. Upacara Bendera Setiap Seni Pagi.
2. Sholat Dhuha Berjamaah.
3. Sholat Djuhur Berjamaah.
4. Membaca do'a bersama-sama setiap awal dan akhir pelajaran
5. Membaca surat pendek (Juz Amma) bersama-sama setiap awal pelajaran
84
1. Tujuan Umum
85
media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan
penggunaannya.
5. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami
kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti
lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya,
kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan
mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer
(Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan
komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program
perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan
teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi
yang dibutuhkan masyarakat.
6. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi
media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan
belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan
bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam
bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks
multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak
manipulasi dan hiburan yang benarbenar perlu disaring berdasarkan etika dan
kepatutan.
86
Kegiatan membaca ini didukung oleh penumbuhan iklim literasi sekolah yang baik.
Dalam tahap pembiasaan, iklim literasi sekolah diarahkan pada pengadaan dan
pengembangan lingkungan fisik, seperti:
1. buku-buku nonpelajaran (novel, kumpulan cerpen, buku ilmiah populer,
majalah, komik, dsb.);
2. sudut baca kelas untuk tempat koleksi bahan bacaan; dan
3. poster-poster tentang motivasi pentingnya membaca.
87
Pada prinsipnya, kegiatan literasi pada tahap pengembangan sama dengan kegiatan
pada tahap pembiasaan. Yang membedakan adalah bahwa kegiatan 15 menit membaca
diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap pengembangan. Dalam tahap
pengembangan, peserta didik didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan
emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan produktif secara lisan maupun
tulisan. Perlu dipahami bahwa kegiatan produktif ini tidak dinilai secara akademik.
Mengingat kegiatan tindak lanjut memerlukan waktu tambahan di luar 15 menit
membaca, sekolah didorong untuk memasukkan waktu literasi dalam jadwal pelajaran
sebagai kegiatan membaca mandiri atau sebagai bagian dari kegiatan kokurikuler.
Bentuk, frekuensi, dan durasi pelaksanaan kegiatan tindak lanjut disesuaikan dengan
kondisi masing-masing sekolah.
Tujuan Kegiatan Literasi di Tahap Pengembangan
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan di tahap pembiasaan, kegiatan 15 menit membaca di
tahap pengembangan diperkuat oleh berbagai kegiatan tindak lanjut yang bertujuan
untuk:
1. Mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku pengayaan secara
lisan dan tulisan;
2. Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan guru
tentang buku yang dibaca;
3. Mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif, dan
inovatif; dan
4. Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antara buku yang dibaca
dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
88
3. Tugas-tugas presentasi, menulis, kriya, atau seni peran dapat dinilai secara
nonakademik dengan fokus pada sikap peserta didik selama kegiatan. Tugas-tugas
yang sama nantinya dapat dikembangkan menjadi bagian dari penilaian akademik
bila kelas/sekolah sudah siap mengembangkan kegiatan literasi ke tahap
pembelajaran.
4. Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung dalam suasana yang
menyenangkan. Untuk memberikan motivasi kepada peserta didik, guru sebaiknya
memberikan masukan dan komentar sebagai bentuk apresiasi.
5. Terbentuknya Tim Literasi Sekolah (TLS). Untuk menunjang keterlaksanaan
berbagai kegiatan tindak lanjut GLS di tahap pengembangan ini, sekolah sebaiknya
membentuk TLS, yang bertugas untuk merancang, mengelola, dan mengevaluasi
program literasi sekolah. Pembentukan TLS dapat dilakukan oleh kepala sekolah.
Adapun TLS beranggotakan guru (sebaiknya guru bahasa atau guru yang tertarik
dan berlibat dengan masalah literasi) serta tenaga kependidikan atau pustakawan
sekolah.
89
1. buku yang dibaca berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat
khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran
tertentu; dan
2. ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran).
BAB IV
BEBAN BELAJAR
Cara menetapkan beban belajar dengan sistem satuan semester untuk SMP Islam Al
Khidmah meliputi meliputi 40 menit tatap muka, 50% dari waktu tatap muka untuk
kegiatan terstruktur maupuan kegiatan mandiri seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Kegiatan Sistem Paket
Tatap muka 40 menit
Penugasan terstruktur 50% x 40 menit =
Kegiatan mandiri 20 menit
Jumlah 60 menit
90
NO KEGIATAN ALOKASI KETERANGAN
WAKTU
Minggu efektif belajar reguler
Minimal
1. setiap tahun
36 minggu
(Kelas VII-VIII, dan IX)
Minggu efektif semester ganjil
Digunakan untuk kegiatan
2. tahun terakhir setiap satuan Minimal
pembelajaran efektif pada
pendidikan (Kelas VII, VIII, dan 18 minggu
setiap satuan pendidikan
IX)
Minggu efektif semester genap
Minimal
3. tahun terakhir setiap satuan
14 minggu
pendidikan (Kelas VII,VIII dan IX)
Maksimal
5. Jeda antarsemester Antara semester I dan II
2 minggu
Digunakan untuk
6. Maksimal penyiapan kegiatan dan
Libur akhir tahun ajaran
3 minggu administrasi akhir dan
awal tahun ajaran
Daerah khusus yang
Maksimal
7. Hari libur keagamaan memerlukan libur
4 minggu
keagamaan lebih panjang
Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun 2021 / 2022 dan Tahun Akademik Baru
di Masa Pandemi Corona Virus Disease ( Covid-19 ) sesuai Peraturan Pemerintah tentang
Kesehatan dan Keselamatan Pesreta didik, pendidik, Tenaga Kependidikan, Keluarga dan
Masyarakat merupakan prioritas utama dalam menetapkan kebijakan pembelajaran untuk
menyelenggarakan Pembelajaran di rumah.
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada era pandemi covid-19 dilaksanakan
dengan metoda daring dan diperkirakan sampai tri wulan pertama yaitu pada bulan Juli
sampai dengan September sedangkan pada triwulan kedua yaitu bulan Oktober sampai
91
dengan Desember pembelajaran akan dilaksanakan dengan shift atau dengan waktu yang
bergantian, dan mengacu pada protokol kesehatan, dan pada tri wulan ketiga baru akan
dilaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka sesuai dengan kebijakan pemerintah. hal
ini dilakukan agar pembelajaran tetap berjalan dengan baik meskipun proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik tidak dilaksanakan secara tatap muka, akan tetapi
beban belajar kegiatan pembelajaran di tetapkan berlangsung selama 20 menit tiap jam
pelajaran.
Beban belajar kegiatan daring / luring untuk penugasan secara keseluruhan
untuk setiap Satuan Pendidikan adalah sebagaimana tertera pada Tabel 3 berikut:
Satuan Jam Jumlah Jam Minggu Efektif
Kelas Pembelajaran Pembelajaran Tahun Pelajaran
( Menit ) Per minggu
Covid -19 Normal Daring Luring
VII 20 40 12 42 41
VIII 20 40 12 42
IX 20 40 12 42
Pemberian Materi / Penugasan kepada siswa dalam masa pandemi covid-19 per minggu
terdiri dari 12 mata pelajaran baik mata pelajaran wajib maupun mulok. Adapun Teknis
Pelaksanaannya adalah dalam satu hari siswa hanya belajar dua mata pelajaran setiap
harinya, sedangkan pada Masa Covid -19 jika ada tatap muka tiap jam berlangsung
selama 20 menit. Jika pembelajaran normal tiap jam berlangsung selama 40 menit,
Adapun pada masa Covid – 19 dimulai jam 07.30 – 12.00 dan pada pembelajaran normal
dimulai jam 07.00 – 14.50 WIB. Jadwal Pembelajaran Jarak jauh Terlampir
92
BAB V
KALENDER PENDIDIKAN
93
2. PTS dan PAS = 2 minggu
3. Cadangan = 2 minggu
----------------------------------------------------------------------------------
Jumlah = 21 minggu
Semester Genap
JUMLAH MINGGU
NO. BULAN TIDAK EFEKTIF
SELURUHNYA EFEKTIF
EFEKTIF FAKULTATIF
1 Januari 2023 4 - - 4
2 Februari 2023 4 - - 4
3 Maret 2023 5 - - 5
4 April 2023 4 - - 4
5 Mei 2023 4 1 - 3
6 Juni 2023 5 2 1 2
Jumlah 26 5 1 22
94
LHR : LIBUR HARI RAYA
LTS : LIBUR TENGAH SEMESTER
LAS : LIBUR AKHIR SEMESTER
3. Jadwal waktu libur (jeda tengah semester, antar semester, libur akhir tahun pelajaran, libur
keagamaan, hari libur nasional dan hari libur khusus).
KETERANGAN
- Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap
tahun pelajaran. Sekolah dapat mengalokasikan lâmanya minggu efektif belajar
sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
- Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu,
meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan
lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
- Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan
pembelajaran terjadwal. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan
hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten / Kota atau organisasi
penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
95
- Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir
tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk han - hari besar
nasioanl dan hari libur khusus.
- Libur jeda tengah semester, jeda antar semester dan libur akhir tahun pelajaran
digunakan untuk persiapan kegiatan dan administrasiakhir dan awal tahun
pelajaran.
- Hari libur umum atau nasional atau penetapan hari serentak untuk setiap jenjang
dan jenis pendidikan disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Pusat, Provinsi,
Kabupaten / Kota.
Minggu 3 10 17 24
Senin 4 11 18 25 1-17 Libur Akhir Tahun
Selasa 5 12 19 26 18 Hari pertama masuk sekolah
Rabu 6 13 20 27 18-20 MPLS
Kamis 7 14 21 28 21-22 Kepramukaan
Jumat 1 8 15 22 29 30 Tahun Baru Hijriah 1444 H
Sabtu 2 9 16 23 30
HK 31 HL 6 HE 25
Minggu 31 7 14 21 28
Senin 1 8 15 22 29 17 HUT RI ke 77
Selasa 2 9 16 23 30
Rabu 3 10 17 24
Kamis 4 11 18 25
Jumat 5 12 19 26
Sabtu 6 13 20 27
96
HK 30 HL 5 HE 25
Minggu 4 11 18 25
Senin 5 12 19 26 19-24 Penilaian Tengah Semester
Selasa 6 13 20 27 26-30 Jeda Tengah Semester
Rabu 7 14 21 28
Kamis 1 8 15 22 29
Jumat 2 9 16 23 30
Sabtu 3 10 17 24
HK 31 HL 5 HE 26
Minggu 2 9 16 23
Senin 3 10 17 24 8 Libur Maulid Nabi Muhammad SAW
Selasa 4 11 18 25 15 Pembagian Raport PTS
Rabu 5 12 19 26
Kamis 6 13 20 27
Jumat 7 14 21 28
Sabtu 1 8 15 22 29
HK 30 HL 5 HE 25
Minggu 7 14 21 28
Senin 1 8 15 22 29
Selasa 2 9 16 23 30
Rabu 3 10 17 24
Kamis 4 11 18 25
Jumat 5 12 19 26
Sabtu 6 13 20 27
HK 31 HL 14 HE 17
97
DESEMBER 2022 TANGGAL URAIAN KEGIATAN
Minggu 4 11 18 25
Senin 5 12 19 26 6-11 Penilaian Akhir Semester
Selasa 6 13 20 27 23 Titi Mangsa Raport
Rabu 7 14 21 28 23 Pembagian Raport
Kamis 1 8 15 22 29 25 Hari Natal
Jumat 2 9 16 23 30 27-31 Libur Akhir Semester Ganjil
Sabtu 3 10 17 24 31
98
Smt 2
HK 21 HL 3 HE 18
Minggu 30 2 9 16 23
Senin 31 3 10 17 24 1 Libur Tahun Baru 2022
Selasa 4 11 18 25 3-8 Libur Akhir Semester Ganjil
Rabu 5 12 19 26 10 Hari Pertama Masuk Sekolah
Kamis 6 13 20 27
Jumat 7 14 21 28
Sabtu 1 8 15 22 29
HK 31 HL 16 HE 15
Minggu 6 13 20 27
Senin 7 14 21 28 1 Libur Tahun Baru Imlek
Selasa 1 8 15 22 28 Libur Isra Mi’raz
Rabu 2 9 16 23
Kamis 3 10 17 24
Jumat 4 11 18 25
Sabtu 5 12 19 26
HK 21 HL 3 HE 18
Minggu 6 13 20 27
Senin 7 14 21 28 3 Hari Raya Nyepi
Selasa 1 8 15 22 29 14-19 Penilaian Tengah Semester
Rabu 2 9 16 23 30
Kamis 3 10 17 24
Jumat 4 11 18 25
Sabtu 5 12 19 26
99
HK 31 HL 6 HE 25
Minggu 4 11 18 25
Senin 4 11 18 25 1-2 Libur Awal Puasa Ramadhan
Selasa 5 12 19 26 15 Libur Kenaikan Isa Almasih
Rabu 6 13 20 27 25-30 Libur Hari Raya Idul Fitri
Kamis 7 14 21 28
Jumat 1 8 15 22 29
Sabtu 2 9 16 23 30
HK 21 HL 3 HE 18
Minggu 1 8 15 22 29
Senin 2 9 16 23 30 1 Hari Buruh
Selasa 3 10 17 24 31 2-3 Hari Raya Idul Fitri
Rabu 4 11 18 25 4-14 Libur Hari Raya Idul Fitri
Kamis 5 12 19 26 16 Hari Raya Waisak
Jumat 6 13 20 27
Sabtu 7 14 21 28
HK 21 HL 3 HE 18
Minggu 6 13 20 27
Senin 6 13 20 27 1 Libur Hari Pancasila
Selasa 7 14 21 28 6-11 Penilaian Akhir Tahun
Rabu 1 8 15 22 29 24 Titi Mangsa Raport
Kamis 2 9 16 23 30 25 Pembagian Raport
Jumat 3 10 17 24 27-16 Juli Libur akhir tahun
Sabtu 4 11 18 25
100
HK = 212 Hari Hari tersedia dalam Kalender
Hari libur Umum, menjelang
HL = 56 Hari idul fitri dan libur semester
HE = 125 Hari Hari Efektif Belajar (KBM)
101
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kualifikasi guru 90% lulusan S1, dapat meningkatkan kompetensi guru dalam
melaksanakan tupoksi guru.
2. Sarana dan prasarana yang ada walaupun sederhana membantu dalam kelancaran
kegiatan belajar mengajar.
3. Lokasi yang strategis membantu peningkatan kuantitas peserta didik, yang
perlahan-lahan menumbuhkan semangat peningkatan kualitas.
4. Kekuatan, kelemahan,ancaman dan peluang yang ada diharapkan mampu
memotivasi steak holder untuk terus mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) SMP Islam Al Khidmah.
B. Saran-saran
1. Kesejahteraan guru dan karyawan hendaknya ditingkatkan untuk meningkatkan
motivasi guru dalam menjalankan tupoksinya.
2. Melengkapi sarana dan prasarana penunjang proses belajar mengajar
3. Mengirim peserta didik dalam setiap lomba atau kegiatan yang diadakan oleh dinas
terkait
4. Meningkatkan life skill peserta didik
5. Meningkatkan SDM SMP Islam Al Khidmah dengan cara mengadakan pelatihan
dan mengikutsertakan guru dan pegawai dalam kegiatan yang diadakan oleh dinas
terkait
6. Memberi kesempatan pada guru dan pegawai untuk menyelesaikan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi
7. Meningkatkan pengembangan kegiatan pembelajaran termasuk perangkat
administrasi sehingga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP Islam Al
Khidmah selalu berkembang.
102