Anda di halaman 1dari 87

BAB III

STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

A. Muatan Nasional

1. Struktur Kurikulum
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan
pengorganisasian kompetensi inti, matapelajaran, beban belajar, kompetensi dasar, dan
muatan pembelajaran pada setiap Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
TsanawiyahKompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada
kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada
kelas yang berbeda dapat dijaga.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan dengan karakteristik sebagai
berikut :
a) Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan
keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
b) Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
c) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
d) Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas
yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
e) Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
f) Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Mengacu pada enam karakteristik tersebut maka seluruh aktivitas penerapan
kurikulum berpusat pada usaha mewujudkan kompetensi inti yang diwujudkan dengan
menempatkan sekolah sebagaian bagian dari sistem masyarakat.

16
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut :
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

2. Alokasi Waktu

Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang sesuai
dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu di SMP
Islam Al Khidmah untuk kelas VII, VIII, dan IX. dapat dilihat dalam tabel berikut :

Kelas dan Alokasi Waktu


Komponen VII VIII IX
(K2013) (K2013) (K2013)
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan 3 3


Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 6 6
4. Bahasa Inggris 4 4
5. Matematika 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4
8. Prakarya dan atau Informatika 2 2

Kelompok B
1. Seni Budaya 3 3
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 3 3
Kesehatan
Muatan Lokal

17
1. Bahasa Sunda 2 2
2. Akidah Ahklak 2 2

Pengembangan Diri 2*) 2*)


Jumlah 42 42
Keterangan:
o Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit

o Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34 minggu.

Di SMP Islam Al Khidmah, terdapat program intrakurikuler seperti tabel tersebut


di atas dan ekstrakurikuler yang dikembangkan dalam program Pengembangan
Diri. Waktu belajar di SMP Islam Al Khidmah dimulai pagi hari dari pukul 07.00
hingga pukul 14.40 selama 4 hari dari hari Senin hingga Kamis serta dari pukul
07.00 hingga pukul 11.00 untuk hari Jum’at.

3. Muatan Kurikulum

Muatan kurikulum SMP meliputi sejumlah mata pelajaran yang ditempuh dalam satu
jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai dengan Kelas IX. Materi
muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian dari muatan kurikulum.
Adapun muatan kurikulum tersebut adalah:

Mata Pelajaran

Mata pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan keilmuan yang akan
dibelajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar melalui metode dan pendekatan
tertentu.

Sesuai dengan ketentuan standar isi, maka SMP Islam Al Khidmah dalam pembelajaran
melaksanakan secara konsisten mata-mata pelajaran sesuai dengan standar isi, yang
meliputi :

1. Mata Pelajaran Agama Islam dan Budi Pekerti


a. Latar Belakang dan Tujuan
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan keterampilan serta membentuk sikap, dan kepribadian
peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam. Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti dilaksanakan melalui mata pelajaran pada semua jenjang
18
pendidikan, yang pengamalannya dapat dikembangkan dalam berbagai kegiatan
baik yang bersifat kokurikuler maupun ekstrakurikuler.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang berlandaskan
pada aqidah yang berisi tentang keesaan Allah Swt sebagai sumber utama nilai-nilai
kehidupan bagi manusia dan alam semesta. Sumber lainnya adalah akhlak yang
merupakan manifestasi dari aqidah, yang sekaligus merupakan landasan
pengembangan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang ditujukan untuk dapat
menserasikan, menselaraskan dan menyeimbangkan antara iman, Islam, dan ihsan
yang diwujudkan dalam:
1) Hubungan manusia dengan Allah Swt.
Membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt
serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
2) Hubungan manusia dengan diri sendiri
Menghargai, menghormati dan mengembangkan potensi diri yang berlandaskan
pada nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.
3) Hubungan manusia dengan sesama
Menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama
serta menumbuhkembangkan akhlak mulia dan budi pekerti luhur.
4) Hubungan manusia dengan lingkungan alam.
Penyesuaian mental keislaman terhadap lingkungan fisik dan sosial.

b. Karakteristik dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti
Karakteristik pembelajaran PAI dan Budi Pekerti pada setiap satuan
pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar
Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran
pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual
tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi
dan ruang lingkup materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran PAI dan Budi
Pekerti mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut
memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh

19
melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh
melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta
mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific), dan tematik internal (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan
pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk
mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik
individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya (project based learning), dan berbasis
pemecahan masalah (problem based learning).
Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
Mencipta

Adapun karakteristik mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti adalah:


1) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan mata pelajaran yang
dikembangkan dari materi pokok pendidikan agama Islam (al-Qur’an dan Hadis,
aqidah, akhlak, fiqih dan sejarah peradaban Islam).
2) Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI dan Budi Pekerti merupakan mata
pelajaran pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan
mata pelajaran lain yang bertujuan untuk pengembangan moral dan kepribadian
peserta didik. Maka, semua mata pelajaran yang memiliki tujuan tersebut harus
seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran PAI dan
Budi Pekerti.
3) Diberikannya mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti bertujuan untuk terbentuknya
peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., berbudi pekerti yang
luhur (berakhlak yang mulia), dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam,
20
terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya, sehingga dapat dijadikan
bekal untuk memelajari berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran tanpa harus
terbawa oleh pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan
mata pelajaran tersebut.
4) PAI dan Budi Pekerti adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta
didik dapat menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih menekankan
bagaimana peserta didik mampu menguasai kajian keislaman tersebut sekaligus
dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat.
Dengan demikian, PAI dan Budi Pekerti tidak hanya menekankan pada aspek
kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah pada aspek afektif dan
psikomotornya.
5) Secara umum mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti didasarkan pada ketentuan-
ketentuan yang ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan Hadis
Nabi Muhammad saw., juga melalui metode ijtihad (dalil aqli), para ulama dapat
mengembangkannya dengan lebih rinci dan mendetail dalam kajian fiqih dan hasil-
hasil ijtihad lainnya.
6) Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti adalah terbentuknya peserta
didik yang memiliki akhlak yang mulia (budi pekerti yang luhur), yang merupakan
misi utama diutusnya Nabi Muhammad saw di dunia. Hal ini tidak berarti bahwa
pendidikan Islam tidak memerhatikan pendidikan jasmani, akal, ilmu, ataupun segi-
segi praktis lainnya, tetapi maksudnya adalah bahwa pendidikan Islam
memerhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti juga segi-segi lainnya.

2. Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)


a. Latar Belakang dan Tujuan
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran penyempurnaan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
yang semula dikenal dalam Kurikulum 2006. Penyempurnaan tersebut dilakukan
atas dasar pertimbangan: (1) Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
bangsa diperankan dan dimaknai sebagai entitas inti yang menjadi sumber rujukan
dan kriteria keberhasilan pencapaian tingkat kompetensi dan pengorganisasian dari
keseluruhan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan; (2) substansi dan jiwa Undang-Undang Dasar Negara Republik

21
Indonesia Tahun1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen
Negara Kesatuan Republik Indonesia ditempatkan sebagai bagian integral dari
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang menjadi wahana psikologis-
pedagogis pembangunan warganegara Indonesia yang berkarakter Pancasila.
Perubahan tersebut didasarkan pada sejumlah masukan penyempurnaan
pembelajaran PKn menjadi PPKn yang mengemuka dalam lima tahun terakhir,
antara lain: (1) secara substansial, PKn terkesan lebih dominan bermuatan
ketatanegaraan sehingga muatan nilai dan moral Pancasila kurang mendapat
aksentuasi yang proporsional; (2) secara metodologis, ada kecenderungan
pembelajaran yang mengutamakan pengembangan ranah sikap (afektif), ranah
pengetahuan (kognitif), pengembangan ranah keterampilan (psikomotorik) belum
dikembangkan secara optimal dan utuh (koheren).
Selain itu, melalui penyempurnaan PKn menjadi PPKn tersebut terkandung
gagasan dan harapan untuk menjadikan PPKn sebagai salah satu mata pelajaran
yang mampu memberikan kontribusi dalam solusi atas berbagai krisis yang melanda
Indonesia, terutama krisis multidimensional. PPKn sebagai mata pelajaran yang
memiliki misi mengembangkan keadaban Pancasila, diharapkan mampu
membudayakan dan memberdayakan peserta didik agar menjadi warganegara yang
cerdas dan baik serta menjadi pemimpin bangsa dan negara Indonesia di masa depan
yang amanah, jujur, cerdas, dan bertanggungjawab.
Sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 2013 penjelasan pasal 77 J ayat (1)
huruf ditegaskan bahwan Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran berkonstitusi
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat
Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Secara umum tujuan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah
mengembangkan potensi peserta didik dalam seluruh dimensi kewarganegaraan,
yakni: (1) sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen dan tanggung
jawab kewarganegaraan (civic confidence, civic committment, and civic
responsibility); (2) pengetahuan kewarganegaraan; (3) keterampilan
kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi kewarganegaraan (civic
competence and civic responsibility).
22
Secara khusus Tujuan PPKn yang berisikan keseluruhan dimensi tersebut
sehingga peserta didik mampu:
1) menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan
pengamalan nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial;
2) memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif dan
pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
3) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat kebangsaan
serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika,
dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
4) berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota
masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup
bersama dalam berbagai tatanan sosial Budayaal.

b. Karakteristik dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran PPKn


Bertolak dari berbagai kajian secara filosofis, sosiologis, yuridis, dan paedagogis,
mata pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013, secara utuh memiliki karakteristik
sebagai berikut.
1) Nama mata pelajaran yang semula Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) telah
diubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn);
2) Mata pelajaran PPKn berfungsi sebagai mata pelajaran yang memiliki misi
pengokohan kebangsaan dan penggerak pendidikan karakter;
3) Kompetensi Dasar (KD) PPKn dalam bingkai kompetensi inti (KI) yang secara
psikologis-pedagogis menjadi pengintergrasi kompetensi peserta didik secara
utuh dan koheren dengan penanaman, pengembangan, dan/atau penguatan nilai
dan moral Pancasila; nilai dan norma UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945; nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika; serta wawasan dan komitmen
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4) Pendekatan pembelajaran berbasis proses keilmuan (scientific approach) yang
dipersyaratkan dalam kurilukum 2013 memusatkan perhatian.

23
pada proses pembangunan pengetahuan (KI-3, keterampilan (KI–4), sikap spiritual
(KI-1) dan sikap sosial (KI-2) melalui transformasi pengalaman empirik dan
pemaknaan konseptual. Pendekatan tesebut memiliki langkah generik sebagai
berikut:
a. Mengamati (observing),
b. Menanya (questioning),
c. Mengumpulkan Informasi (exploring),
d. Menalar/mengasosiasi (associating)
e. Mengomunikasikan (communicating)
Pada setiap langkah dapat diterapkan model pembelajaran yang lebih spesifik,
misalnya:
- untuk mengamati antara lain dapat menggunakan model menyimak dengan
penuh perhatian;
- untuk menanya antara lain dapat menggunakan model bertanya
dialektis/mendalam;
- untuk mengumpulkan informasi antara lain dapat menggunakan kajian dokumen
historis;
- untuk menalar/mengasosiasi antara lain dapat menggunakan model diskusi
peristiwa publik;
- untuk mengomunikasikan antara lain dapat menggunakan model presentasi
gagasan di depan publik (public hearing).
Dalam konteks lain, misalnya model yang diterapkan berupa model project
seperti Proyek Belajar Kewarganegaraan yang menuntut aktivitas yang kompleks
waktu dan panjang dan kompetensi yang lebih luas kelima langkah generik diatas
dapat diterapkan secara adaptif pada model tersebut.
Dengan perubahan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), maka ruang lingkup
PPKn meliputi:
1) Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa

2) UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis yang menjadi landasan konstitusional
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

24
3) Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai kesepakatan final bentuk Negara
Republik Indonesia

4) Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan yang melandasi dan
mewarnai keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Dengan demikian PPKn lebih memiliki kedudukan dan fungsi sebagai berikut:

1) PPKn merupakan pendidikan nilai, moral/karakter, dan kewarganegaraan khas


Indonesia yang tidak sama sebangun dengan civic education di USA, citizenship
education di UK, talimatul muwatanah di negara-negara Timur Tengah,
education civicas di Amerika Latin.

2) PPKn sebagai wahana pendidikan nilai, moral/karakter Pancasila dan


pengembangan kapasitas psikososial kewarganegaraan Indonesia sangat koheren
(runut dan terpadu) dengan komitmen pengembangan watak dan peradaban
bangsa yang bermartabat dan perwujudan warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab sebagaimana termaktub dalam Pasal 3 UU No.20 Tahun
2003.

3. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


a. Latar Belakang dan Tujuan
Pemerintah, melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, telah
memberlakukan Kurikulum 2013, setelah melakukan kajian tahap demi tahap, yang
diawali dengan mengevaluasi secara menyeluruh Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang sudah diberlakukan sejak tahun 2006.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat strategis dalam
Kurikulum 2013. Peran utama mata pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai
penghela ilmu pengetahuan. Dengan mengembangkan kemampuan berpikir logis,
kritis, kreatif, dan inovatif maka peran bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu
pengetahuan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan bahasa
Indonesia itu sendiri.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia diturunkan dari Permendikbud Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan
kemudian diturunkan menjadi Kompetensi Inti (KI).Pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMP dan MTs memiliki empat tujuan utama yang tertuang dalam kompetensi inti
masing-masing jenjang pendidikan. Secara keseluruhan tujuan pembelajaran bahasa

25
Indonesia di SMP dan MTs adalah (1) memiliki sikap religius (2) memiliki sikap
sosial, (3) memiliki pengetahuan yang memadai tentang berbagai genre teks bahasa
Indonesia sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuhnya, dan (4) memiliki
keterampilan membuat berbagai genre teks bahasa Indonesia.
Setiap pengetahuan tentang berbagai genre teks bahasa Indonesia harus
diimplementasikan dalam produk berupa karya, artinya pengetahuan tersebut harus
bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat karya sesuai
dengan genre teks yang ada. Selanjutnya pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari
siswa harus bisa mengubah perilaku siswa terutama yang berhubungan dengan sikap
sosial dan religiusnya.

b. Karakteristik dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


1) Sarana Berpikir
Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia adalah proses belajar memahami dan
memproduksi gagasan, perasaan, pesan, informasi, data, dan pengetahuan untuk
berbagai keperluan komunikasi keilmuan, kesastraan, dunia pekerjaan, dan
komunikasi sehari-hari baik secara tertulis maupun lisan. Dalam kaitannya dengan
memahami dan memproduksi gagasan, perasaan, pesan, informasi, data, dan
pengetahuan untuk berbagai keperluan tersebut, kegiatan berpikir mempunyai
peranan sangat penting. Bahkan berpikir merupakan aktivitas sentral yang
memungkinkan peserta didik dapat memahami dan memproduksi gagasan dan lain-
lain dengan baik. Oleh karena itu, guru harus menciptakan kondisi yang
memungkinkan terjadinya proses berpikir secara optimal.
Proses berpikir optimal yang seharusnya melekat dan terus-menerus terjadi
dalam pembelajaran bahasa Indonesia harus disadari pendidik dan peserta didik
dalam setiap episode pembelajaran. Ketika pendidik menghadirkan sebuah teks,
misalnya, isi teks itu akan dipahami dengan baik bila peserta didik mampu dan mau
berpikir (logis, kritis, dan kreatif). Selanjutnya, peserta didik akan dapat
memproduksi gagasan dan lain-lain yang baru berdasarkan gagasan-gagasan yang
ditemukan dalam teks tersebut, bila peserta didik mampu dan mau berpikir dengan
baik pula. Realisasi kegiatan berpikir itu misalnya menghubung-hubungkan
gagasan, membandingkan gagasan, mempertentangkan gagasan, memilih-milah
gagasan, menafsirkan data, menyimpulkan hasil analisis, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan-gagasan baru atau aspek-aspek baru yang akan dituangkan
26
ke dalam tulisan atau paparan lisan dalam suatu peristiwa berbahasa tertentu.
Dengan demikian, kegiatan berbahasa dan berpikir merupakan inti dalam
pembelajaran berbahasa Indonesia.
2) Bahasa Indonesia sebagai Sarana Perekat Bangsa
Bahasa Indonesia memiliki peran sentral untuk mempersatukan bangsa dan
sarana pengembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Selain itu,
penguasaan bahasa Indonesia oleh peserta didik juga akan menunjang keberhasilan
mereka dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengembangkan potensi pikir, rasa,
dan karsa untuk mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, berpartisipasi
dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, mengemukakan gagasan dan
perasaan, menemukan serta menggunakan kemampuan berpikir kritis, kreatif,
inovatif, inventif, dan imaginatif yang ada dalam diri peserta didik.
Ke arah masa depan, peserta didik memerlukan pengalaman belajar berbahasa
Indonesia sebagai perekat bangsa. Proses penghayatan ini perlu diprogramkan
secara terencana dan bersistem. Dengan cara ini – melalui pengalaman belajar
berbahasa Indonesia sebagai perekat bangsa – diharapkan akan terbangun jiwa dan
semangat kebersamaan peserta didik. Dengan demikian kedudukan bahasa
Indonesia sebagai pemersatu bangsa makin diperkuat melalui proses pendidikan di
sekolah, sebagaimana tercerminkan dalam komunikasi sosial budayaal yang
harmonis di antara para penuturnya.
Bahasa Indonesia juga berperan penting dalam kehidupan sehari-hari untuk
berbagai keperluan, untuk berkomunikasi dengan seluruh warga bangsa dalam
rangka membangun rasa dan ikatan kebersamaan secara nasional, membangun
komunikasi efektif sehari-hari, membangun relasi sosial yang harmonis (komunikasi
yang bermartabat), dan membangun kematangan emosional. Di sisi lain, sastra
Indonesia berperan untuk penghalusan budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan
kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, penyaluran gagasan, penumbuhan
imajinasi, serta peningkatan ekspresi secara kreatif.

3) Penghela Ilmu Pengetahuan


Kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, dan bahkan inventif peserta
didik perlu secara sengaja dibina dan dikembangkan. Untuk melakukan hal itu, mata
27
pelajaran bahasa Indonesia menjadi wadah strategis. Melalui membaca, menulis,
mendengarkan, dan berbicara peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
berpikir tersebut secara terus-menerus yang akan diteruKIan juga melalui mata
pelajaran yang lain. Hal itu harus benar-benar disadari semua guru BI agar dalam
menjalankan tugasnya dapat mewujudkan mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai
wadah pembinaan/ pengembangan kemampuan berpikir.
Dengan mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
maka peran bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan akan terus
berkembang seiring dengan perkembangan bahasa Indonesia itu sendiri.
4) Penghalus Budi Pekerti
Lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa dan
bersastra. Melalui jenis teks sastra, bahasa Indonesia dapat dijadikan sebagai sarana
penghalus budi pekerti siswa. Sastra Indonesia sebagai media ekspresi sikap kritis
dan kreatif terhadap berbagai fenomena kehidupan mampu menumbuhkan
kehalusan budi, kesetiakawanan sosial, kepedulian terhadap lingkungan, dan
mampu membangun kencerdasan kehidupan masyarakat. Pembelajaran sastra dapat
membentuk sikap kritis dan kreatif serta kepekaan terhadap berbagai fenomena
kehidupan di lingkungan sosial budaya ataupun di lingkungan alam sekitar.
Bersastra dapat diwujudkan melalui kegiatan apresiasi dan produksi karya
sastra (puisi, fiksi, dan drama). Kegiatan apresiasi karya sastra yang diawali dari
membaca harus menjadi kegiatan penting dalam pembelajaran bersastra peserta
didik. Melalui membaca puisi, fiksi, naKIah drama atau mendengarkan rekaman
atau pembacaan puisi, cerpen, penggalan novel, dan/atau naKIah drama peserta
didik terlibat dalam kegiatan reseptif. Pada kesempatan yang lain, peserta didik
diajak untuk terlibat dalam kegiatan produktif untuk menulis atau menghasilkan
puisi, cerpen, penggalan novel, dan/atau naKIah drama. Melalui kegiatan produktif
lisan atau tulis peserta didik juga dapat mempresentasikan kinerja apresiatifnya.
Dengan demikian, kegiatan reseptif dan produktif dalam bersastra akan menjadi
kegiatan sambung-menyambung dalam iklim pembelajaran yang menyenangkan.

5) Pelestari Budaya Bangsa


Bahasa Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa yang perlu terus
dilestarikan eksistensinya. Sebagai bagian dari budaya bangsa yang dijunjung
28
tinggi, eksistensi bahasa Indonesia akan terus bertahan dan bahkan menguat bila
dilestarikan setiap penuturnya. Pemelajaran bahasa Indonesia dan komunitas
sekolah pada umumnya, akan sangat kondusif untuk melestarikan eksistensi bahasa
Indonesia mengingat peserta didik dan guru merupakan kelompok strategis di
masyarakat untuk melestarikan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bagian dari
budaya bangsa.

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia SMP dan MTs meliputi 15 jenis
teks, yaitu: (1) teks anekdot, (2) teks eksposisi, (3) teks laporan hasil observasi, (4)
teks prosedur komplek, (5) teks negosiasi, (6) teks cerita pendek, (7) teks pantun,
(8) teks cerita ulang, (9) teks eksplanasi kompleks, (10) teks film/ drama, (11) Teks
cerita sejarah, (12) teks berita, (13) teks iklan, (14) teks editorial/opini, dan (15) teks
novel.

4. Mata Pelajaran Matematika


a. Latar Belakang dan Tujuan
Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan
juga mendasari perkembangan teknologi modern, serta mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di
bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang,
dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan,
diperlukan penguasaan dan pemahaman atas matematika yang kuat sejak dini.
NRC (National Research Council, 1989) dari Amerika Serikat telah menyatakan
pentingnya Matematika dengan pernyataan berikut: “Mathematics is the key to
opportunity.” Matematika adalah kunci kearah peluang-peluang. Bagi seorang siswa
keberhasilan mempelajarinya akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi para
warga negara, matematika akan menunjang pengambilan keputusan yang tepat. Bagi
suatu negara, matematika akan menyiapkan warganya untuk bersaing dan
berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, inovatif dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
29
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk hidup lebih baik pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan sangat kompetitif. Dalam
melaksanakan pembelajaran matematika, diharapkan bahwa peserta didik harus
dapat merasakan kegunaan belajar matematika.
Dalam pembelajaran, pemahaman konsep sering diawali secara induktif melalui
pengamatan pola atau fenomena, pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses
induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Dengan
demikian, cara belajar secara deduktif dan induktif digunakan dan sama-sama
berperan penting dalam matematika. Dari cara kerja matematika tersebut
diharapkan akan terbentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan komunikatif pada peserta
didik.
Matematika bertujuan agar peserta didik dapat :
1) Memahami konsep matematika, merupakan kompetensi dalam menjelaskan
keterkaitan antarkonsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Indikator-indikator
pencapaian kecakapan ini, meliputi:
a) menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari
b) mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep tersebut
c) mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep
d) menerapkan konsep secara logis.
e) memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang
dipelajari
f) menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis
(tabel, grafik, diagram, gambar, sketsa, model matematika, atau cara lainnya)
g) mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun di luar matematika.
h) mengembangkan syarat perlu dan /atau syarat cukup suatu konsep
Termasuk dalam kecakapan ini adalah melakukan algoritma atau prosedur,
yaitu kompetensi yang ditunjukkan saat bekerja dan menerapkan konsep-
konsep matematika seperti melakukan operasi hitung, melakukan operasi
aljabar, melakukan manipulasi aljabar, dan keterampilan melakukan
pengukuran dan melukis/ menggambarkan /merepresentasikan konsep
keruangan. Indikator-indikator pencapaian kecakapan ini, meliputi:
(a) menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur/algoritma
30
(b) memodifikasi atau memperhalus prosedur
(c) mengembangkan prosedur
(d) Menggunakan matematika dalam konteks matematika seperti melakukan
operasi matematika yang standar ataupun tidak standar (manipulasi aljabar)
dalam menyelesaikan masalah matematika
2) Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan mampu
membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada.Indikator-
indikator pencapaian kecakapan ini, meliputi:
a) mengajukan dugaan (conjecture)
b) menarik kesimpulan dari suatu pernyataan
c) memberikan alternatif bagi suatu argumen
d) menemukan pola pada suatu gejala matematis
3) Menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika baik
dalam penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada dalam
pemecahan masalah dalam konteks matematika maupun di luar matematika
(kehidupan nyata, ilmu, dan teknologi) yang meliputi kemampuan memahami
masalah, membangun model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperolehtermasuk dalam rangka memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari (dunia nyata). Masalah ada yang bersifat rutin
maupun yang tidak rutin. Masalah tidak rutin adalah masalah baru bagi siswa,
dalam arti memiliki tipe yang berbeda dari masalah-masalah yang telah dikenal
siswa. Untuk menyelesaikan masalah tidak rutin, tidak cukup bagi siswa untuk
meniru cara penyelesaian masalah-masalah yang telah dikenalnya, melainkan ia
harus melakukan usaha-usaha tambahan, misalnya dengan melakukan
modifikasi pada cara penyelesaian masalah yang telah dikenalnya, atau
memecah masalah tidak rutin itu ke dalam beberapa masalah yang telah
dikenalnya, atau merumuskan ulang masalah tidak rutin itu menjadi masalah
yang telah dikenalnya. Indikator-indikator pencapaian kecakapan ini, meliputi:
a) memahami masalah
b) mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam
mengidentifikasi masalah.
c) menyajikan suatu rumusan masalah secara matematis dalam berbagai bentuk
d) memilih pendekatan dan strategi yang tepat untuk memecahkan masalah
e) menggunakan atau mengembangkan strategi pemecahan masalah
31
f) menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh untuk memecahkan masalah
g) menyelesaikan masalah.
4) Mengkomunikasikan gagasan,penalaran serta mampu menyusun bukti
matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.Indikator-indikator
pencapaian kecakapan ini, meliputi:
a) memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran suatu pernyataan
b) Menduga dan memeriksa kebenaran dugaan (conjecture)
c) memeriksa kesahihan atau kebenaran suatu argumen dengan penalaran
induksi
d) Menurunkan atau membuktikan rumus dengan penalaran deduksi
e) Menduga dan memeriksa kebenaran dugaan (conjecture)
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.Indikator-indikator
pencapaian kecakapan ini, meliputi:
a) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
b) bersikap penuh perhatian dalam belajar matematika
c) bersikap antusias dalam belajar matematika
d) bersikap gigih dalam menghadapi permasalahan
e) memiliki penuh percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan masalah
6) Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika
dan pembelajarannya, seperti taat azas, konsisten, menjunjung tinggi
kesepakatan, toleran, menghargai pendapat orang lain, santun, demokrasi, ulet,
tangguh, kreatif, menghargai kesemestaan (konteks, lingkungan), kerjasama,
adil, jujur, teliti, cermat, bersikap luwes dan terbuka, memiliki kemauan berbagi
rasa dengan orang lain

7) Melakukan kegiatan–kegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan


matematika

8) Menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk melakukan


kegiatan-kegiatan matematika. Kecakapan atau kemampuan-kemampuan
tersebut saling terkait erat, yang satu memperkuat sekaligus membutuhkan yang
lain. Sekalipun tidak dikemukakan secara eksplisit, kemampuan berkomunikasi

32
muncul dan diperlukan di berbagai kecakapan, misalnya untuk menjelaskan
gagasan pada Pemahaman Konseptual, menyajikan rumusan dan penyelesaian
masalah, atau mengemukakan argumen pada penalaran.

b. Karakteristik dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika


1) Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai proses perubahan baik kognitif,
afektif, dan kognitif kearah kedewasaan sesuai dengan kebenaran logika. Ada
beberapa karakteristik matematika, antara lain :
Objek yang dipelajari abstrak. Sebagian besar yang dipelajari dalam
matematika adalah angka atau bilangan yang secara nyata tidak ada atau
merupakan hasil pemikiran otak manusia.
2) Kebenaranya berdasarkan logika.
Kebenaran dalam matematika adalah kebenaran secara logika bukan empiris.
Artinya kebenarannya tidak dapat dibuktikan melalui eksperimen seperti dalam
ilmu fisika atau biologi. Contohnya nilai √-2 tidak dapat dibuktikan dengan
kalkulator, tetapi secara logika ada jawabannya sehingga bilangan tersebut
dinamakan bilangan imajiner (khayal).

33
3) Pembelajarannya secara bertingkat dan kontinu.
Pemberian atau penyajian materi matematika disesuaikan dengan tingkatan
pendidikan dan dilakukan secara terus-menerus. Artinya dalam mempelajari
matematika harus secara berulang melalui latihan-latihan soal.
4) Ada keterkaitan antara materi yang satu dengan yang lainnya.
Materi yang akan dipelajari harus memenuhi atau menguasai materi
sebelumnya. Contohnya ketika akan mempelajari tentang volume atau isi suatu
bangun ruang maka harus menguasai tentang materi luas dan keliling bidang
datar.
5) Menggunakan bahasa simbol.
Dalam matematika penyampaian materi menggunakan simbol-simbol yang
telah disepakati dan dipahami secara umum. Misalnya penjumlahan
menggunakan simbol “+” sehingga tidak terjadi dualisme jawaban.
6) Diaplikasikan dibidang ilmu lain.
Materi matematika banyak digunakan atau diaplikasikan dalam bidang ilmu
lain. Misalnya materi fungsi digunakan dalam ilmu ekonomi untuk mempelajari
fungsi permintan dan fungsi penawaran.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka matematika merupakan suatu ilmu yang
penting dalam kehidupan bahkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
yang harus ditekankan kepada siswa sebelum mempelajari matematika dan
dipahami oleh guru.
Perkembangan matematika, bermula dari kepekaan serta kesadaran ataupun
kepedulian manusia untuk memahami fenomena-fenomena empiris yang ditemui
dalam kehidupan keseharian. Bermunculanlah konsep-konsep dasar yang
selanjutnya mengalami perluasan (ekspansi), pembenaran (justification),
pembenahan serta generalisasi atau formalisasi.
Konsep matematika disajikan dengan bahasa yang jelas dan spesifik. Bahasa
matematika (yang digunakan dalam matematika) sangat efisien dan merupakan alat
yang ampuh menyatakan konsep-konsep matematika, merekonstruksi konsep atau
menata suatu penyelesaian secara sistematis setelah terlaksananya eksplorasi, dan
terutama untuk komunikasi. Bahasa matematika ini tidak ambigu namun singkat
serta jelas. Hal ini sangat diperlukan terutama terlihat dalam menyusun suatu
definisi ataupun teorema.

34
Dengan belajar matematika diharapkan peserta didik dapat memperoleh manfaat
berikut:
1) cara berpikir matematika itu sistematis, melalui urutan-urutan yang teratur dan
tertentu. dengan belajar matematika, otak kita terbiasa untuk memecahkan
masalah secara sistematis. Sehingga bila diterapkan dalam kehidupan nyata,
kita bisa menyelesaikan setiap masalah dengan lebih mudah.
2) cara berpikir matematika itu secara deduktif. Kesimpulan di tarik dari hal-hal
yang bersifat umum. bukan dari hal-hal yang bersifat khusus. sehingga kita
menjadi terhindar dengan cara berpikir menarik kesimpulan secara “kebetulan”.
3) belajar matematika melatih kita menjadi manusia yang lebih teliti, cermat, dan
tidak ceroboh dalam bertindak. Bukankah begitu? coba saja. masih ingatkah
teman-teman saat mengerjakan soal-soal matematika? kita harus
memperhatikan benar-benar berapa angkanya, berapa digit nol dibelakang
koma, bagaimana grafiknya, bagaimana dengan titik potongnya dan lain
sebaganya. jika kita tidak cermat dalam memasukkan angka, melihat grafik atau
melakukan perhitungan, tentunya bisa menyebabkan akibat yang fatal. jawaban
soal yang kita peroleh menjadi salah dan kadang berbeda jauh dengan jawaban
yang sebenarnya.
4) belajar matematika juga mengajarkan kita menjadi orang yang sabar dalam
menghadapi semua hal dalam hidup ini. saat kita mengerjakan soal dalam
matematika yang penyelesaiannya sangat panjang dan rumit, tentu kita harus
bersabar dan tidak cepat putus asa. jika ada lamgkah yang salah, coba untuk
diteliti lagi dari awal. jangan-jangan ada angka yang salah, jangan-jangan ada
perhitungan yang salah. namun, jika kemudian kita bisa mengerjakan soal
tersebut, ingatkah bagaimana rasanya? rasa puas dan bangga.( tentunya jika
dikerjakan sendiri
5) yang tidak kalah pentingnya, sebenarnya banyak koq penerapan matematika
dalam kehidupan nyata. tentunya dalam dunia ini, menghitung uang, laba dan
rugi, masalah pemasaran barang, dalam teknik, bahkan hampir semua ilmu di
dunia ini pasti menyentuh yang namanya matematika.

Kecakapan atau kemahiran matematika merupakan bagian dari kecakapan hidup


yang harus dimiliki siswa terutama dalam pengembangan penalaran, komunikasi,
dan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan siswa sehari-hari.
35
Matematika selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi
memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat dan jelas, dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam
berbagai cara, meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran
keruangan, memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang, mengembangkan kreaktivitas dan sebagai sarana untuk meningkatkan
kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Dalam setiap aspek kehidupan, manusia perlu menyediakan berbagai kebutuhan


dengan jumlah tertentu, yang berkaitan dengan aktifitas menghitung dan mengarah
pada konsep aritmetika (studi tentang bilangan) serta aktifitas mengukur yang
mengarah pada konsep geometri (studi tentang bangun, ukuran dan posisi).
Saat ini, banyak ditemukan kaidah atau aturan untuk memecahkan masalah-masalah
yang berhubungan dengan pengukuran, yang biasanya ditulis dalam rumus atau
formula matematika, dan ini dipelajari dalam aljabar. Pengukuran dapat dilakukan
secara langsung misal panjang atau lebar kertas, kebun, atau rumah serta proses
pengukuran yang dilakukan secara tak langsung seperti pengukuran tinggi gunung,
pohon, atau pengukuran jarak kapal ke pantai dan ini dipelajari dalam trigonometri.
Konsep laju perubahan seperti pertumbuhan populasi, pemuaian benda-benda, atau
perbankan, banyak dipelajari dalam kalkulus diferensial dan kalkulus integral.
Sedangkan peluang dan statistika mengkaji konsep ketidakpastian suatu kejadian,
teknik mengumpulkan, menyajikan dan menafsirkan data, yang banyak digunakan
dalam berbagai bidang seperti ekonomi, hukum, fisika, industri, elektronika, dan
sebagainya.

Berdasarkan deskripsi pentingnya materi matematika tersebut, maka ruang lingkup


matematika untuk SMP adalah sebagai berikut.
1) Konsep, operasi dan pola bilangan, meliputi: bilangan bulat dan bilangan
pecahan, urutan bilangan, operasi pangkat dan akar, pola bilangan, barisan, dan
deret.

2) Aljabar dan relasi, meliputi: pola gambar bangun/bentuk dan bilangan,


himpunan, ekspresi aljabar dan non aljabar, relasi dan fungsi, persamaan dan
pertidaksamaan (linear dan non linear sederhana), perbandingan.

36
3) Geometri dan pengukuran, meliputi: satuan dasar dan satuan turunan sederhana,
geometri bidang datar, kesebangunan dan kekongruenan, pengukuran jarak dan
sudut, Teorema Pythagoras, transformasi, perbandingan

4) Statistika dan peluang, meliputi: pengolahan data, penyajian data, ukuran


pemusatan dan penyebaran, peluang empirik, dan peuang teoritik

5. Mata Pelajaran Ilmu Pengethuan Alam (IPA)


a. Latar Belakang dan Tujuan
IPA dapat diartikan secara berbeda menurut sudut pandang yang dipergunakan. IPA
sering didefinisikan sebagai kumpulan informasi ilmiah. Ada ilmuwan yang
memandang IPA sebagai suatu metode untuk menguji hipotesis. Sedangkan seorang
filsuf memandangnya sebagai cara bertanya tentang kebenaran dari apa yang kita
ketahui. Para ilmuwan IPA dalam mempelajari gejala alam, menggunakan proses
dan sikap ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan,
eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional. Sikap ilmiah contohnya adalah
objektif dan jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh. Dengan menggunakan
proses dan sikap ilmiah itu scientist memperoleh penemuan-penemuan atau produk
yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori.
Carin (1993) menyatakan bahwa IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta,
konsep, prinsip, hukum-hukum, dan teori IPA. Jadi pada hakikatnya IPA terdiri dari
tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti
bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam
fakta yang dihapal, IPA juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan
pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat direnungkan. IPA
menggunakan apa yang telah diketahui sebagai batu loncatan untuk memahami apa
yang belum diketahui. Suatu masalah IPA yang telah dirumuskan dan kemudian
berhasil dipecahkan akan memungkinkan IPA untuk berkembang secara dinamis,
sehingga kumpulan pengetahuan sebagai produk juga bertambah.
Sementara itu, menurut Trowbridge dan Bybee (1990) IPA merupakan representasi
dari suatu hubungan dinamis yang mencakup tiga faktor utama, yaitu: "the extent
body of scientific knowledge, the values of science, and the methods and processes
of science". Pandangan ini lebih luas jika dibandingkan dengan pengertian IPA yang

37
dikemukakan Hungerford dan Volk (1990), karena Trowbridge dan Bybee (1990)
selain memandang IPA sebagai suatu proses dan metode (methods and processes)
serta produk-produk (body of scientific knowledge), juga melihat bahwa IPA
mengandung nilai-nilai (values). IPA adalah sekumpulan nilai-nilai dan prinsip
yang dapat menjadi petunjuk pengembangan kurikulum dalam IPA (Gill, 1991).
Sebagai body of scientific knowledge, IPA adalah hasil interpretasi/deskripsi tentang
dunia kealaman (natural world). Hal ini sesungguhnya sama dengan elemen produk
pada definisi IPA yang dikemukakan oleh Hungerford dan Volk (1990). Tujuan IPA
adalah pengembangan body of scientific knowledge (Hyllegard dan Morrow, 1996).
IPA sebagai proses/metode penyelidikan (inquiry methods) meliputi cara berpikir,
sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk memperoleh produk-produk IPA
atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi, pengukuran, merumuskan dan
menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi. Dalam
konteks itu, IPA bukan sekadar cara bekerja, melihat, dan cara berpikir, melainkan
‘science as a way of knowing’. Artinya, IPA sebagai proses juga dapat meliputi
kecenderungan sikap/tindakan, keingintahuan, kebiasaan berpikir, dan seperangkat
prosedur. Sementara nilai-nilai IPA berhubungan dengan tanggung jawab moral,
nilai-nilai sosial, manfaat IPA untuk IPA dan kehidupan manusia, serta sikap dan
tindakan (misalnya, keingintahuan, kejujuran, ketelitian, ketekunan, hati-hati,
toleran, hemat, dan pengambilan keputusan).
Berdasarkan berbagai pandangan di atas, IPA harus dipandang sebagai cara berpikir
untuk memahami alam, melakukan penyelidikan, dan sebagai kumpulan
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Collete dan
Chiappetta (1994) yang menyatakan bahwa IPA pada hakikatnya merupakan;
kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), cara atau jalan berpikir (method of
thinking), dan cara untuk penyelidikan (method of investigating).
Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kompetensi:
1) Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik
dan materi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam
lingkungan sehingga bertambah keimanannya, serta mewujudkannya dalam
pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
2) Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan

38
peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi
sikap dalam melakukan pengamatan, percobaan, dan berdiskusi
3) Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan
guna memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerja sama dengan orang lain;
4) Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan, mengajukan dan menguji
hipotesis melalui percobaan, merancang, dan merakit instrumen percobaan,
mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengomunikasikan
hasil percobaan secara lisan dan tertulis;
5) 5. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip IPA untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif;
6) Menguasai konsep dan prinsip IPA serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Karakteristik dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia
melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA
perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian

39
lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah
serta mengomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena
itu pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah.

Ruang lingkup mata pelajaran IPA menekankan pada pengamatan fenomena alam
dan penerapannya dalam kehidupannya sehari-hari, pembahasan fenomena alam
terkait dengan kompetensi produktif dan teknologi, dengan perluasan pada konsep
abstrak yang meliputi mahluk hidup dan proses kehidupan, benda/zat/bahan dan
sifatnya, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta.
Ruang Lingkup mata pelajaran IPA di SMP menekankan pada pengamatan
fenomena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu fenomena
alam terkait dengan kompetensi produktif dengan perluasan pada konsep abstrak
yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Biologi
Meliputi objek IPA, klasifikasi mahluk hidup, organisasi kehidupan, energi dalam
kehidupan, interaksi mahluk hiup dengan lingkungannya, pencemaran lingkungan,
pemanasan global, sistem gerak pada manusia, struktur tumbuhan, sistem
pencernaan, sistem ekskresi, sistem reproduksi, hereditas, dan perkembangan
penduduk.
2. Kimia
Meliputi karakteristik zat; sifat bahan; bahan kimia; unsur, senyawa, dan campuran;
pemisahan campuran; perubahan fisika dan perubahan kimia; asam dan basa; atom,
ion, dan molekul.
3. Fisika
Meliputi energi dalam kehidupan, suhu, pemuaian, dan kalor, gerak lurus, gaya dan
Hukum Newton, pesawat sederhana, tekanan zat cair, getaran, gelombang dan
bunyi, cahaya dan alat optik, listrik statis dan dinamis, kemagnetan dan induksi
elektromagnetik.
4. Bumi dan Alam Semesta
Meliputi struktur bumi, tata surya, gerak edar bumi dan bulan.

40
6. Mata Pelajaran Ilmu Pengethuan Sosial (IPS)
a. Latar Belakang dan Tujuan
Saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi banyak tantangan dalam berbagai
bidang kehidupan. Dalam menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan kekuatan diri
dari masing-masing warga negara dan kekuatan kohesi sosial dalam bidang politik,
ekonomi, dan budaya. Kekuatan diri yang diharapkan adalah menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab (Depdiknas RI,
2003). Kohesi sosial yang dibutuhkan adalah kekuatan kebersamaan, komitmen, dan
kearifan untuk bahu-membahu dalam membangun bangsa.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, bangsa Indonesia perlu memupuk
nasionalisme budaya (cultural nationalism) yang berarti pengakuan terhadap
budaya etnis yang beragam, yang lahir dan berkembang di dalam masyarakat
Indonesia. Setelah itu, perlu mengelola sumberdaya alam untuk menjamin
kesejahteraan bangsanya berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan prinsip
keadilan sosial, dan meningkatkan daya saing produk barang dan jasa, melalui
peningkatan kualitas sumberdaya manusia sebagai subyek dalam persaingan
tersebut.
Dari semua tantangan tersebut, pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
mengambil peran untuk memberi pemahaman yang luas dan mendalam pada bidang
ilmu yang berkaitan, yaitu: (1) Memperkenalkan konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Membekali kemampuan
dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memupuk komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan (4) Membina kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,
baik di tingkat local, nasional maupun global.
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah telaah tentang manusia dalam hubungan
sosialnya atau kemasyarakatannya. Manusia sebagai makhluk sosial akan
mengadakan hubungan sosial dengan sesamanya, mulai dari keluarga sampai
masyarakat global. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Nursid Sumaatmadja
(2007:13) bahwa setiap orang sejak lahir, tidak terpisahkan dari manusia lain. Selain
berinteraksi dengan sesama, manusia juga berinteraksi dan memanfaatkan

41
lingkungan alam, serta harus mempertanggungjawabkan semua tindakan sosialnya
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Terkait dengan pengertian tersebut, mata pelajaran IPS dapat dikatakan sebagai
mata pelajaran di sekolah yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial
yang diorganisasikan dengan satu pendekatan interdisipliner, multidipliner atau
transdisipliner dari Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. Dalam UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa IPS di SMP merupakan
bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah,
antara lain mencakup geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dimaksudkan
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta
didik terhadap kondisi sosial masyarakat (Depdiknas RI, 2003).

Tujuan utama pembelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
dalam berpikir logis dan kritis untuk memahami konsep dan prinsip yang berkaitan
dengan pola dan persebaran keruangan, interaksi sosial, pemenuhan kebutuhan, dan
perkembangan kehidupan masyarakat untuk menciptakan kondisi kehidupan yang
lebih baik dan atau mengatasi masalah-masalah sosial. Secara rinci tujuan mata
pelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya;
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

b. Karakteristik dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS


Sebagai mata pelajaran, IPS menekankan pada pengambangan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotor yang diperlukan untuk menjadikan peserta didik aktif, kritis,
beradab, dan berkesadaran sebagai warga negara yang dapat berperan dalam
kehidupan masyarakat multikultur pada tingkat lokal, nasional, dan global. Hal ini
perlu ditekankan dalam rangka membangun masyarakat yang harmonis dan
sejahtera. Ruang lingkup IPS tidak lain adalah perilaku sosial, ekonomi, dan budaya

42
manusia di masyarakat dalam konteks ruang dan waktu yang mengalami perubahan.
Oleh karena itu, masyarakat menjadi sumber utama IPS. Ruang lingkup mata
pelajaran IPS di SMP, meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu ;
2) Perubahan masyarakat Indonesia pada zaman pra-aksara, zaman Hindu-Buddha
dan zaman Islam, zaman penjajahan dan tumbuhnya semangat kebangsaan,
masa pergerakan kemerdekaan sampai dengan awal (masa) reformasi sekarang;
3) Jenis dan fungsi kelembagaan sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam
masyarakat;
4) Interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomidari
waktu ke waktu.

7. Mata Pelajaran Bahasa Inggris


a. Latar Belakang dan Tujuan
Proses pembelajaran bahasa Inggris yang paling lazim dilakukan di sekolah saat ini
memiliki ciri-ciri berikut ini: materi ajar didasarkan pada buku teks, tindakan belajar
sebagian besar tertulis, langkah pembelajaran diawali dengan penjelasan guru
tentang satu atau dua contoh teks tentang isi dan unsur kebahasaan yang ada,
kemudian siswa mengerjakan soal-soal tertulis di dalam buku teks, dan akhirnya
menghasilkan teks secara mandiri sesuai dengan contoh yang ada di buku teks dan
penjelasan guru. Jika bahan dari buku teks dianggap kurang, ada sebagian guru yang
menambahkan contoh yang diambil buku teks lain atau sumber lain. Namun guru
pada umumnya beranggapan bahwa bahan atau teks dari sumber otentik biasanya
terlalu sulit bagi siswa, sehingga tidak banyak digunakan. Akibatnya, siswa tidak
terbiasa dengan teks-teks yang justru akan mereka temui di dunia nyata di luar
kelas, apalagi menggunakan dan melakukannya. Dengan kata lain, ketika
meninggalkan bangku sekolah, siswa belum mampu berbahasa Inggris dalam arti
yang sesungguhnya.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa proses belajar bahasa Inggris di sekolah
telah terbukti menghasilkan sedikit lulusan sekolah menengah yang memiliki
kemampuan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis dalam bahasa Inggris
untuk tujuan nyata. Padahal mereka telah belajar bahasa Inggris sedikitnya selama
enam tahun di sekolah. Nilai tinggi dalam ulangan, tes dan ujian ternyata tidak

43
menjamin bahwa siswa mampu berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Inggris
dalam arti yang sebenarnya. Oleh karena itu, kita harus berani mengatakan bahwa
pasti ada yang salah dengan tradisi pembelajaran selama ini, dan tidak ragu-ragu
mencoba melakukan pendekatan lain, bahkan meskipun pendekatan tersebut belum
pernah sama sekali dilakukan sebelumnya di sekolah. Kita harus mau mengubah
mind set kita untuk lebih akomodatif terhadap pemikiran yang inovatif dan lebih
bermanfaat bagi peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa.

Meskipun nama mata pelajaran ini adalah ‘Bahasa Inggris’, dalam mata pelajaran
ini siswa tidak belajar tentang ‘bahasa’ Inggris, tetapi belajar melakukan berbagai
hal yang berguna bagi hidupnya dengan menggunakan bahasa Inggris. Tujuan mata
pelajaran Bahasa Inggris di sekolah menengah adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar memiliki kompetensi komunikatif dalam wacana
interpersonal, transaksional, dan fungsional, dengan menggunakan berbagai teks
berbahasa Inggris lisan dan tulis, secara runtut dengan menggunakan unsur
kebahasaan yang akurat dan berterima, tentang berbagai pengetahuan faktual dan
prosedural, serta menanamkan nilai-nilai luhur karakter bangsa, dalam konteks
kehidupan di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
Untuk itu semua aspek pembelajaran (tujuan, materi, proses belajar mengajar,
media, sumber, dan penilaian) diupayakan untuk mendekati penggunaan bahasa
Inggris di dunia nyata di luar kelas. Dalam konteks tersebut, unsur kebahasaan (tata
bahasa dan kosa kata, termasuk pengucapan dan penulisannya) lebih tepat dilihat
sebagai alat, bukan sebagai tujuan: alat untuk melaksanakan tindakan berbahasa
secara benar, strategis, sesuai tujuan dan konteksnya. Langsung ‘melakukan’
tindakan yang ingin dikuasi adalah cara yang lebih alami. Belajar berterimakasih
dengan cara membiasakan diri berterimakasih, belajar bertanya dengan cara
bertanya, belajar memuji dengan cara memuji, belajar membaca koran dengan cara
membaca koran, belajar membacakan cerita dengan cara membacakan cerita, belajar
menyunting surat dengan cara menyunting surat, dst. “Learning by doing”, dan
terpusat pada siswa.
Kesempatan seperti ini tentunya tidak mungkin muncul jika pola pembelajaran
masih dilaksanakan sebagaimana lazimnya saat ini: terpusat pada guru, berbasis
buku teks, dan didominasi bahasa tulis. Proses pembelajaran perlu memberikan
kesempatan bagi siswa untuk melakukan proses belajar yang lebih alami. Proses
44
belajar di luar sekolah biasanya dimulai dengan cara melihat, mendengar, dan
mengamati orang lain melakukan tindakan yang ingin dikuasai. Pada saat
mengamati akan timbul keinginan untuk bertanya dan mempertanyakan hal-hal
yang baru, yang asing, atau berbeda dengan diketahui selama ini. Setelah itu akan
timbul keinginan untuk mencoba atau berpengalaman sendiri melakukan tindakan
atau perilaku yang dituju. Dalam upaya untuk menyempurnakan penguasaannya,
akan dirasakan perlunya meningkatkan penalarannya tentang yang dipelajari dengan
mengasosiasikan dengan sumber dan konteks lain. Langkah terakhir adalah
melakukan tindakan yang sudah dikuasai dalam konteks pergaulan di dunia nyata.

b. Karakteristik dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Inggris


Karena tujuan pembelajaran Bahasa Inggris bukan untuk pemahaman dan penerapan
konsep, tetapi pembiasaaan melakukan tindakan dalam bahasa Inggris untuk
melaksanakan fungsi sosial, pembelajaran seharusnya tidak dilaksanakan seperti
yang selama ini lazim, yaitu dalam tiga langkah yang terpusat pada guru: penjelasan
guru, latihan soal di kelas, latihan soal untuk pekerjaan rumah. Proses pembelajaran
harus berjalan secara alami, sebagaimana layaknya proses pembelajaran apa saja di
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan
scientific, yang kurang lebih bermakna ‘alami, sesuai fitrah manusia’.
Secara garis besar proses belajar yang alami tersebut mencakup langkah-langkah
berikut ini: (1) mengamati dan meniru tindakan secara aktif dengan melibatkan
semua indera, (2) bertanya dan mempertanyakan hal-hal yang baru ditemui atau
yang berbeda dengan yang telah diketahui sebelumnya, (3) mencoba melakukan
tindakan tersebut secara mandiri, (4) membangun penalaran dengan cara
membandingkan dengan cara, aturan, dan strategi yang digunakan orang lain atau
diperoleh dari sumber lain, dan akhirnya (5) melakukan tindakan yang baru
dipelajari tersebut untuk melaksanakan fungsi sosial di lingkungannya. Jika
mengikuti alur kerja tersebut, maka proses pembalajaran bahasa Inggris yang alami
seharusnya memiliki ciri-ciri berikut ini.
1) Belajar melalui contoh dan keteladanan
Anak ingin dan mau belajar bertanya, menyuruh, bercerita, membaca koran,
membuat pesan singkat, mendeskripsikan orang,dsb., karena lingkungan
memang menuntut agar dia dapat melakukannya, dan memberikan banyak
contoh dan keteladanan, serta bimbingan dalam melakukannya. Untuk dapat
45
bercerita bahasa Inggris, peserta didik perlu sering dibacakan cerita, dibimbing
membaca cerita, atau menonton cerita. Untuk dapat bertanya, peserta didik
perlu sering ditanya, dituntut untuk sering bertanya, dan dibimbing dalam
melakukannya. Untuk dapat membaca teks ilmiah, peserta didik memerlukan
banyak teks ilmiah, dituntut untuk membacanya, dan diberikan bimbingan
membaca. Dst.
2) Mengamati dengan langsung melakukan
Mengamati bukanlah tindakan pasif yang hanya melibatkan penglihatan, tetapi
perlu dilakukan secara aktif dengan melibatkan semua indera dan proses
berfikir aktif. Misalnya, pengamatan terhadap resep, jika dilakukan hanya
dengan membaca, maka peserta didik tidak akan menjadi sadar akan format
penulisan, kosa kata yang menyebutkan bahan, peralatan masak, cara memasak,
serta tata bahasa yang digunakan, dsb. Pengamatan yang lebih lengkap dan teliti
akan terjadi jika peserta didik langsung diminta untuk, misalnya, menyalin
banyak resep dari berbagai sumber dengan tulisan tangan dalam buku kumpulan
resepnya. Selama peserta didik menyalin, guru mengarahkan perhatian peserta
didik kepada hal-hal penting dalam resep, termasuk format penulisan, struktur
teks, kosa kata, frasa, kalimat, ucapan, ejaan, tata bahasa, dsb.
3) Bertanya dan mempertanyakan
Dalam proses pengamatan yang menyeluruh dan rinci tersebut, peserta didik
secara alami akan menemukan hal-hal baru atau berbeda dengan yang selama
ini diketahui dan dipahami. Biasanya peserta didik akan langsung bertanya atau
mempertanyakan hal-hal yang dia tidak pahami. Inilah kesempatan yang terbaik
bagi guru untuk memberi penjelasan. Namun perlu diingat bahwa penjelasan
guru seharusnya tidak terlalu teoretis dan bertele-tele. Caranya juga perlu
disesuaikan dengan tingkat kemampuan bahasa Inggris dan perkembangan
kognitif peserta didik.
4) Belajar bahasa Inggris dengan langsung mencoba melakukannya sendiri
Dalam upaya untuk melakukan tindakan komunikatif secara mandiri, besar
kemungkinan pemahaman terhadap suatu teks bisa bermacam-macam. Begitu
juga teks yang dihasilkan peserta didik juga akan bervariasi, dalam hal isi,
struktur teks, maupun unsur kebahasaannya. Dalam proses coba-coba tersebut
peserta didik tentunya masih akan menemui banyak masalah dan juga membuat
banyak kesalahan. Adanya banyak variasi dan kesalahan tidak berarti peserta
46
didik harus kembali ke tahap mengamati lagi. Berikan tantangan dan
kesempatan agar peserta didik terus mencoba dan tidak perlu takut salah. Pada
tahap ini bimbingan guru dan kerjasama dengan teman akan sangat membantu.
5) Memperbaiki penalaran dengan menggunakan bahan ajar dari berbagai sumber
lain.
Pengalaman mendengar, membaca, dan menggunakan berbagai teks lisan dan
tulis dari berbagai sumber akan membuka pikiran peserta didik bahwa teks yang
berbeda-beda dapat memiliki fungsi dan tujuan yang sama, atau sebaliknya teks
yang sama dapat memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda-beda. Peserta didik
akan menyadari bahwa variasi bentuk dan isi teks disebabkan karena tujuan dan
konteks komunikasi yang berbeda-beda. Pengalaman belajar seperti ini tidak
akan terjadi jika sekolah membatasi sumber belajar hanya pada satu atau dua
buku teks, dan mengajarkan bahwa hanya yang dalam buku teks itulahyang
paling benar dan baku yang harus mereka kuasai.
6) Melakukan berbagai kegiatan dengan bahasa Inggris
Apapun yang kita pelajari pada akhirnya harus bermanfaat bagi diri sendiri
maupun orang lain. Hal ini hanya bisa dilakukan jika siswa mampu
mengomunikasikan pengalaman, pikiran, pendapat, gagasan, perasaan dengan
lingkungan sosialnya. Terlebih lagi jika yang dipelajari adalah alat
komunikasinya itu sendiri, yaitu bahasa Inggris. Oleh karena itu, setiap tugas
terkait dengan teks interpersonal dan transaksional seharusnya merupakan
kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan guru, teman, dan orang lain
selama proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Teks fungsional
seharusnya ditugaskan untuk benar-benar dipresentasikan, dipajang, dimuat
dalam majalah dinding, diterbitkan dalam newsletter sekolah, dikirim ke teman
dan seterusnya.

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris ditetapkan berdasarkan aspek-


aspek komunikatif berikut ini.
1) Kompetensi komunikatif untuk melaksanakan fungsi sosial yang bermanfaat
bagi hidupnya saat ini sebagai siswa, sebagai anggota keluarga dan anggota
masyarakat, dengan menggunakan teks yang urut dan runtut serta unsur
kebahasaan yang sesuai dengan konteks dan tujuan yang hendak dicapai.

47
2) Konteks komunikasi mencakup hubungan fungsional dengan guru, teman, dan
orang lain di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat, tentang berbagai
topik yang terkait dengan kehidupan remaja dan semua mata pelajaran dalam
kurikulum sekolah menengah, secara lisan dan tulis, dengan maupun tanpa
menggunakan media elektronik.
3) Kompetensi komunikatif dalam wacana interpersonal bertujuan menjalin dan
menjaga hubungan interpersonal dengan guru, teman, dan orang lain di dalam
dan di luar sekolah.
4) Kompetensi komunikatif dalam wacana transaksional bertujuan untuk saling
memberi dan meminta informasi, barang dan jasa, misalnya bertanya, memberi
tahu, menyuruh, menawarkan, meminta, dsb.
5) Kompetensi komunikatif dalam wacana fungsional bertujuan mengembangkan
potensi sosial dan akademik siswa dengan menggunakan jenis teks descriptive,
recount, narrative, procedure, dan factual report untuk jenjang SMP,
descriptive, recount, narrative, factual report, analytical exposition, procedure,
news item, dan procedure untuk jenjang SMA/MA dan SMK/Wajib, dan
descriptive, recount, narrative, procedure, factual report, analytical exposition,
hortatory exposition, news item, spoof, discussion, explanation, dan review
untuk jenjang SMA/MA Peminatan.
6) Nilai-nilai sosiokultural, sebagai wahana untuk penanaman nilai karakter
bangsa
7) Tindakan dan strategi komunikatif, sebagai wahana untuk menguasai
keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, menonton, secara
strategis sesuai konteks dan tujuan yang hendak dicapai.
8) Unsur kebahasaan, sebagai wahana untuk menggunakan bahasa Inggris secara
akurat dan berterima, yang mencakup penanda wacana, kosa kata, tata bahasa,
ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca, dan kerapian tulisan tangan.

8. Mata Pelajaran Seni Budaya


a. Latar Belakang dan Tujuan
Mata pelajaran Seni Budaya merupakan aktivitas belajar yang menampilkan karya
seni estetis, artistik, dan kreatif yang berakar pada norma, nilai, perilaku, dan
produk seni budaya bangsa. Mata pelajaran ini bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memahami seni dalam konteks ilmu pengetahuan,
48
teknologi, dan seni serta berperan dalam perkembangan sejarah peradaban dan
kebudayaan, baik dalam tingkat lokal, nasional, regional, maupun global.
Pembelajaran seni di tingkat pendidikan dasar dan menengah bertujuan
mengembangkan kesadaran seni dan keindahan dalam arti umum, baik dalam
domain konsepsi, apresiasi, kreasi, penyajian, maupun tujuan-tujuan psikologis-
edukatif untuk pengembangan kepribadian peserta didik secara positif. Pendidikan
Seni Budaya di sekolah tidak semata-mata dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi pelaku seni atau seniman namun lebih menitik beratkan pada sikap
dan perilaku kreatif, etis dan estetis .
Pendidikan Seni Budaya secara konseptual bersifat (1) multilingual, yakni
pengembangan kemampuan peserta didik mengekspresikan diri secara kreatif
dengan berbagai cara dan media, dengan pemanfaatan bahasa rupa, bahasa kata,
bahasa bunyi, bahasa gerak, bahasa peran, dan kemungkinan berbagai perpaduan di
antaranya. Kemampuan mengekspresikan diri memerlukan pemahaman tentang
konsep seni, teori ekspresi seni, proses kreasi seni, teknik artisitik, dan nilai
kreativitas. Pendidikan seni bersifat (2) multidimensional, yakni pengembangan
beragam kompetensi peserta didik tentang konsep seni, termasuk pengetahuan,
pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara
harmonis unsur estetika, logika, dan etika. Pendidikan seni bersifat (3)
multikultural, yakni menumbuh kembangkan kesadaran dan kemampuan peserta
didik mengapresiasi beragam budaya nusantara dan mancanegara. Hal ini
merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan peserta
didik hidup secara beradab dan toleran terhadap perbedaan nilai dalam kehidupan
masyarakat yang pluralistik. Sikap ini diperlukan untuk membentuk kesadaran
peserta didik akan beragamnya nilai budaya yang hidup di tengah masyarakat.
Pendidikan seni berperan mengembangkan (4) multikecerdasan, yakni peran seni
membentuk pribadi yang harmonis sesuai dengan perkembangan psikologis peserta
didik, termasuk kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual-spasial, verbal-
linguistik, musikal, matematik-logik, jasmani-kinestetis, dan lain sebagainya.

Mata Pelajaran Seni Budaya bertujuan untuk menumbuhkembangkan kepekaan rasa


estetik dan artistik, sikap kritis, apresiatif, dan kreatif pada diri setiap peserta
pendidik secara menyeluruh. Sikap ini hanya mungkin tumbuh jika dilakukan

49
serangkaian proses aktivitas berkesenian pada peserta didik. Mata pelajaran Seni
Budaya memiliki tujuan khusus, yaitu;
1) Menumbuhkembangkan sikap toleransi,
2) Menciptakan demokrasi yang beradab,
3) Menumbuhkan hidup rukun dalam masyarakat majemuk,
4) Mengembangkan kepekaan rasa dan keterampilan
5) Menerapkan teknologi dalam berkreasi
6) Menumbuhkan rasa cinta budaya dan menghargai warisan budaya Indonesia
7) Membuat pergelaran dan pameran karya seni.

b. Karakteristik dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Seni Budaya


Sesuai dengan Kerangka dasar dan Struktur Kurikulum tahun 2013, muatan lokal
dapat diajarkan secara terintegrasi dengan mata pelajaran Seni Budaya di SMP atau
diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya.
Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan
dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan
untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat
tinggalnya.
Intergrasi muatan lokal kedalam mata pelajaran seni budaya dapat memberi peluang
bagi guru untuk mengenalkan potensi-potensi seni dan budaya lokal yang dekat
dengan lingkungan pada peserta didik. Hal ini akan memudahkan guru dan sekolah
dalam menentukan sumber belajar, maupun narasumber dari lokal. Peserta didik
dapat di bawa ke kelompok, grup-grup seni, rumah atau tempat seniman lokal
berkarya, yang ada diwilayah terdekat. Bahkan terlibat langsung pada peristiwa-
peristiwa budaya lokal yang menjadi agenda budaya rutin didaerahnya.
Dengan karakteristik mata pelajaran seni budaya seperti demikian, dapat menjadi
sarana konservasi dan pengembangan budaya lokal, sehingga budaya tersebut
terjaga kelestarian dan peluang untuk pengembangannya tetap terbuka melalui
lembaga pendidikan.

Ruang lingkup mata pelajaran Seni Budaya memiliki 4 aspek seni, yaitu:
1) Seni Rupa
Apresiasi seni rupa, Estetika seni rupa, Pengetahuan bahan dan alat seni rupa,
Teknik penciptaan seni rupa, Pameran seni rupa, Evaluasi seni rupa, Portofolio
50
seni rupa. Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama / Madrasah
Tsanawiyah (SMP) memuat penerapan ragam hias dan ilustrasi.
2) Seni Musik
Apresiasi seni musik, Estetika seni musik, Pengetahuan bahan dan alat seni
musik, Teknik penciptaan seni musik, Pertunjukan seni musik, Evaluasi seni
musik, Portofolio seni musik. Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah
Pertama / Madrasah Tsanawiyah (SMP) memuat pengenalan teknik vokal dan
alat musik.
3) Seni Tari
Apresiasi seni tari, Estetika seni tari, Pengetahuan bahan dan alat seni tari,
Teknik penciptaan seni tari, Pertunjukkan seni tari, Evaluasi seni tari, Portofolio
seni tari. Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama / Madrasah
Tsanawiyah (SMP) mata pelajaran seni tari melakukan dan mengkreasikan tari
bentuk.
4) Seni Teater
Apresiasi seni teater, Estetika seni teater, Pengetahuan bahan dan alat seni
teater, Teknik penciptaan seni teater, Pertunjukkan seni teater, Evaluasi seni
teater, Portofolio seni teater. Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah
Pertama / Madrasah Tsanawiyah (SMP) memuat pengenalan teknik bermain
teater.
Dari ke-4 aspek mata pelajaran Seni Budaya yang tersedia, sekolah wajib
melaksanakan minimal 2 aspek seni.

9. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olah Raga Dan Kesehatan


a. Latar Belakang dan Tujuan
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan
holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan memperlakukan anak sebagai sebuah
kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang
yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik
perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia
51
dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan
pikiran dan jiwanya.
Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan
yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah
membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni,
psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk
menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong
pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan
penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-
sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan bukanlah sebuah batang tubuh
pengetahuan atau teori, tetapi merupakan wahana layanan jasa dalam konteks
agogik (pedagogi dan andragogi). Dari aspek biologis-fisiologis, begitu sempurna
seluruh sistem yang diberkahi oleh Allah SWT yang berbasis pada sistem
homeostasis (sistem keseimbangan berkelanjutan) dengan dukungan sistem saraf
para simpatetik dan saraf simpatetik serta jumlah sel saraf yang canggih (sekitar 10
milyar neuron), sistem daur ulang peredaran darah yang luar biasa kecermatannya
(siklusnya 1.440 kali selama sehari), dan kelengkapan sistem lainnya, seperti
penapasan dengan kapasisitas raksasa (pengisiaan dan pengosongan sebanyak
150.000 perhari) yang dilaksanakan oleh organ yang dikemas dalam ukuran mini
(sekitar 300 juta alveoli atau kantong hawa “dilipat”rapi sebagai paru dengan berat
total hanya 1,1 kg). Namun yang menarik, anugrah itu sia-sia bila tidak dibina,
karena terdapat hukum paradoks dalam fungsi faal tubuh: semakin tidak digunakan
atau digerakkan, semakin mengalami degradasi fungsinya. Karena itu aktivitas
jasmani merupakan keharusan bagi kelangsungan fungsi organ tubuh, yang berarti
pendidikan jasmani merupakan satu bagian dari rangsangan fisik yang diberikan
secara terpilih dan sistematik.
Melalui pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan akan tercapai makna
pendidikan dari aspek sosiologis dan psikologis. Hasil riset tentang perkembagnan
52
anak yang dilaksanakan oleh Piaget sangat membantu untuk memperoleh kejelasan
tentang hakikat dan dampak dari bermain bagi anak-anak, yang ternyata sangat
diperlukan untuk perkembangan kognitifnya. Kini kiat banyak penelitian yang
mengungkapkan efek dari stimulus lingkungan terhadap kuatnya “pesambungan”
sinaps atau simpul-simpul saraf. Sejak lama, para ahli di Uni Sovyet, seperti fisiolog
Michelufer meneliti persoalan tersebut dan sampai pada kesimpulan bahwa
manifestasi akhir dari semua sistem saraf tingkat tinggi adalah gerak otot. Dengan
kata lain, materi dasar dari inteligensia adalah sistem saraf, dan bagian yang paling
maju adalah otak, yang begitu erat kaitannya dengan gerakan otot, termasuk otot
halus dan myocadium.
Dari sisi keniscayaan sosial, betapa penting aktivitas jasmani dan/atau permainan
bagi anak untuk menumbuhkan keterampilan sosial yang menjadi dasar bagi sifat-
sifat yang melekat dalam wataknya. Selain itu, self-concept yang menjadi landasan
kepribadian anak, berkembang melalui aktibivitas jasmani, dan justru pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan yang terbimbing dengan baik merupakan
rangsangan yang positif bagi pembentukan konsep diri yang positif.
Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran pedagogis, dan tidak ada
pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, karena gerak sebagai
aktivitas fisik adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri
yang berkembang secara alami berkembang searah dengan kemajuan zaman.
Melalui pendidikan jasmani anak didik akan memperoleh berbagai ungkapan yang
kreatif, inovatif, terampil dan memiliki kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup
sehat serta memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia.
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan membantu peserta didik
mengembangkan pemahaman tentang apa yang mereka perlukan untuk membuat
komitmen seumur hidup tentang arti penting hidup sehat, aktif dan mengembangkan
kapasitas untuk menjalani kehidupan yang memuaskan dan produktif. Sehingga
berdampak pada meningkatkan produktivitas dan kesiapan untuk belajar,
meningkatkan semangat, mengurangi ketidakhadiran, mengurangi biaya perawatan
kesehatan, penurunan kelakuan anti-sosial seperti bullying dan kekerasan,
mempromosikan hubungan yang aman dan sehat, dan meningkatkan kepuasan
pribadi.
Penelitian telah menunjukkan keterkaitan tersebut antara peningkatan tingkat
aktivitas fisik dan prestasi akademik yang lebih baik, lebih baik konsentrasi, lebih
53
baik perilaku kelas dan lebih terfokus belajar. Manfaat lain termasuk perbaikan
dalam kesejahteraan psikologis, kemampuan fisik, konsep-diri, dan kemampuan
untuk mengatasi stres.
Harapannya kurikulum pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan ini juga
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
sosial dan kesejahteraan emosional. Di bidang kesehatan peserta didik akan belajar
keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses dalam hidup aktif dan warga yang
bertanggung jawab secara sosial.
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki
peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani,
olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan
pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan
pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan
bugar sepanjang hayat. Sehingga membantu peserta didik mengembangkan
pemahaman tentang apa yang mereka perlukan untuk membuat komitmen seumur
hidup sehat, aktif dan mengembangkan kapasitas untuk menjalani kehidupan yang
memuaskan dan produktif.
Di sisi lain kurikulum pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan mempromosikan
nilai-nilai pendidikan yang penting dan tujuan yang mendukung pengembangan
karakter. Ini termasuk berusaha untuk mencapai salah satu pribadi terbaik, keadilan
dan fair play, menghormati keragaman, kepekaan dan rasa hormat terhadap
kebutuhan individu maupun kebutuhan kelompok, dan kesehatan yang baik serta
kesejahteraan.
Kerangka teoritis pengembangan kurikulum mata pelajaran pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan untuk satuan pendidikan SMA/MA, dan SMK/MAK
diawali dengan kajian karakteristik peserta didik, karena kurikulum ini pada
dasarnya diperuntukkan bagi mereka. Adapun karakteristik perkembangan anak usia
SMP adalah sebagai berikut:
Pada anak usia antara 13 - 14 tahun, anak memasuki tahap perkembangan gerak
spesialistik. Berbagai keterampilan gerak yang diorientasikan pada berbagai situasi,
arah dan tujuan pada kondisi keterampilan terbuka telah dapat dilakukan anak
dengan tingkat koordinasi yang baik.

54
Pertumbuhan fisik yang makin sempurna makin berkembangnya kapasitas fisik
seperti daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelentukan, keseimbangan dan koordinasi.
Perkembangan fungsi kapasitas tersebut menyebabkan mereka telah dapat
melakukan berbagai kegiatan fisik dan permainan seperti halnya orang dewasa.
Berbagai aktivitas fisik yang dilakukan mereka menjadi stimulan bagi pertumbuhan
dan perkembangan yang makin sempurna. Peraturan permainan yang serupa dengan
peraturan permainan orang dewasa dapat dilakukan oleh mereka.
Proses pembelajaran pada kelompok usia ini diorientasikan pada pengembangan
kematangan kemampuan fisik-motorik, mental dan sosial subjek sebagai bagian dari
komunitas masyarakat. Pembentukan kemampuan keterampilan sebaiknya
diorientasikan pada pengembangan kemampuan keterampilan terbuka dengan tidak
mengabaikan kemampuan individu untuk melakukan berbagai keterampilan
tertutup, seperti pada cabang olahraga atletik dan senam perlu mendapatkan
perhatian, sedangkan pengembangan keterampilan seperti pada berbagai permainan
hendaknya mendapatkan perhatian yang lebih proporsional.
Pada anak berusia 15 tahun, berbagai keterampilan gerak yang diorientasikan pada
berbagai situasi, arah dan tujuan telah dapat dilakukan dengan baik. Kualitas
perkembangan gerak pada tahap ini secara signifikan dipengaruhi oleh kualitas
perkembangan gerak pada masa sebelumnya.
Proses pembelajaran pada tahap ini diorientasikan pada berbagai pengembangan
keterampilan gerak yang lebih spesialistik dengan tidak mengabaikan prinsip
pengembangan keterampilan multilateral. Proses pengembangan keterampilan yang
multipleks-kompleks dengan orientasi pembentukan keterampilan terbuka
hendaknya menjadi bagian yang dominan dalam tiap proses pembelajaran. Prinsip-
prinsip permainan cabang olahraga individu dan beregu, seperti beberapa nomor
atletik, senam permainan sepak bola dan bola voli telah dapat diperkenalkan kepada
mereka. Pada keterampilan atletik dan senam dapat diperluas implementasi dari
pengembangan gerak dasar lokomosi, nonlokomosi serta stabilisasi. Sementara itu,
pada permainan sepak bola, dan bola voli dapat memperluas implementasi
keterampilan gerak di atas dalam rambu-rambu peraturan yang membatasi
keinginan destruktif dalam diri anak.

Tujuan mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah sebagai
berikut:
55
1) Mengembangkan kesadaran tentang arti penting aktivitas fisik untuk mencapai
pertubuhan dan perkembangan tubuh serta gaya hidup aktif sepanjang hayat.
2) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani, mengelola kesehatan dan kesejahteraan
dengan benar serta pola hidup sehat.
3) Mengembangkan keterampilan gerak dasar, motorik, keterampilan, konsep/
pengetahuan, prinsip, strategi dan taktik permainan dan olahraga serta konsep
gerakan.
4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai
percaya diri, sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, pegendalian
diri, kepemimpinan, dan demokratis dalam melakukan aktivisas fisik.
5) Meletakkan dasar kompetitif diri (self competitive) yang sportif, percaya
diri,disiplin, dan jujur.
6) Menciptakan iklim sekolah yang lebih positif.
7) Mengembangkan muatan lokal yang berkembang di masyarakat.
8) Menciptakan suasana yang rekretif, berisi tantangan, ekspresi diri
9) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk aktif dan sehat
sepanjang hayat, dan meningkatkan kebugaran pribadi.

b. Karakteristik dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran PJOK


Ruang lingkup materi mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
jenjang SMP adalah sebagai berikut:
1) Aktivitas Permainan dan Olahraga termasuk tradisional, misalnya; sepakbola,
bola voli, bola basket, kasti, bulutangkis, tenis meja, softball jalan cepat,
larijarak pendek, lompat jauh, tolak peluru, pencak silat, sepak takraw, bola
tangan, dan olahraga tradisional lainnya. Kegiatan ini bertujuan untuk
memupuk kecenderungan alami anak untuk bermain melalui kegiatan bermain
informal dan meningkatkan pengembangan keterampilan dasar, kesempatan
untuk interaksi sosial. Menerapkannya dalam kegiatan informal dalam
kompetisi dengan orang. Juga untuk mengembangkan keterampilan dan
memahami dari konsep-konsep kerja sama tim, serangan, pertahanan dan
penggunaan ruang dalam bentuk eksperimen/eksplorasi untuk mengembangkan
keterampilan dan pemahaman.

56
2) Aktivitas Kebugaran, meliputi pengembangan komponen kebugaran berkaitan
dengan kesehatan, terdiri dari latihan; kekuatan, kelincahan, kecepatan, daya
tahan (aerobik dan anaerobik), dan tes kebugaran jasmani.
3) Aktivitas Senam dan Gerak Ritmik, meliputi senam lantai, senam alat, senam
ritmik/irama, presiasi terhadap kualitas estetika dan artistik dari gerakan, tarian
kreatif dan rakyat.
4) Aktivitas Air, memuat kompetensi dan kepercayaan diri saat peserta didik
berada di dekat, di bawah dan di atas air. Memberikan kesempatan unik untuk
pengajaran gaya-gaya renang (dada, punggung, bebas ) dan juga penyediaan
peluang untuk kesenangan bermain di air dan aspek lain dari olahraga air
termasuk mengapung, loncat indah dan pertolongan dalam olahraga air.
5) Kesehatan, meliputi; P3K, pola hidup sehat,seks bebas dan NAPZA, gizi dan
makanan sehat, manfaat aktifitas fisik, denyut jantung, Pencegahan penyakit
dan pengurangan biaya perawatan kesehatan.

10. Mata Pelajaran Prakarya


a. Latar Belakang dan Tujuan
Sejarah Prakarya di Indonesia dimulai dari kegiatan nonformal yang bersinggungan
dengan tradisi lokal yang memuat sistem budaya, teknologi lokal, serta nilai-nilai
kehidupan bersosial. Mata pelajaran Prakarya bukan merupakan mata pelajaran baru
di Kurikulum 2013. Pada Kurikulum 2006 nama mata pelajaran ini adalah
Keterampilan. Secara garis besar prinsip antara mata pelajaran Keterampilan dan
Prakarya adalah sama, perbedaannya pada Prakarya mempunyai tujuan dan dasar
pijak ‘kependidikan’ agar menumbuhkan kepekaaan terhadap produk kearifan lokal,
perkembangan teknologi dan terbangunnya jiwa kewirausahaan sesuai dengan
orientasi dan misi kurikulum 2013.
Kata prakarya merupakan rangkaian kata pra adalah belum, dan karya adalah
bekerja membuat produk, artinya prakarya menuntut pemahaman proses bekerja
suatu karya dan hasil karya (produk). Produk prakarya dalam hal ini dimaksudkan
dapat berupa karya desain, model, dami atau pra-cetak, sehingga sasaran
pembinaannya adalah keterampilan, konsep berpikir dan langkah kerja yang secara
keseluruhan akan membentuk kepribadian peserta didik.

57
Jika kata prakarya diuraikan dari kata benda, pengertian prakarya adalah karya
(produk), misalnya: (1) model yang akan dicetak atau diproduksi, (2) dami benda
produk sebagai contoh sesuai dengan ukuran, format, atau bentuk jadi namun belum
layak untuk direproduksi. (3) atau pracetak adalah karya yang siap dicetak ulang,
karya tersebut siap untuk direproduksi. Sedangkan, Prakarya sebagai kata kerja
diartikan kinerja produktif yang berorientasi dalam mengembangkan keterampilan
kecekatan, kecepatan, ketepatan dan kerapihan.
Adapun, penataan konten mata pelajaran Prakarya disusun mengikuti arus serta
berpijak pada perkembangan IPTEKS serta mendasarkan pada budaya lokal. Hal ini
diajukan karena kekuatan ‘local genius’ dan ‘local wisdom’ masih unggul dan
menjadi sistem nilai kerja pada setiap daerah sebagai potensi lokal. Konteks
pendidikan kearifan lokal (berbasis budaya) diselenggarakan pada tingkat
pendidikan dasar hingga pendidikan menengah dalam pendidikan formal. Konten
pendidikan Prakarya dari kearifan lokal berupa pendidikan:
1) Tata nilai dan sumber etika dan moral dalam kearifan lokal, sekaligus sebagai
sumber pendidikan karakter bangsa.
2) Teknologi tepat guna yang masih relevan dikembangkan untuk menumbuhkan
semangat pendidikan keterampilan proses produksi, dan
3) Materi kearifan lokal sebanyak 16 butir (a. Upacara Adat, b. Cagar Budaya, c.
Pariwisata-Alam, d. Transportasi tradisional, e.Permainan tradisional, f.
Prasarana budaya, g. Pakaian adat, h. Warisan budaya, i. Museum, j. Lembaga
budaya, k. Kesenian, l. Desa budaya, m. Kesenian dan kerajinan, n. Cerita
rakyat, o. Dolanan anak, dan p. Wayang).
Dasar pembelajaran berbasis budaya ini diharapkan dapat menumbuhkan nilai
kearifan lokal dan nilai ‘jati diri’ sehingga tumbuh semangat kemandirian,
kewirausahaan dan sekaligus kesediaan melestarikan potensi dan nilai-nilai kearifan
lokal. Hal ini didasari oleh kondisi nyata bahwa pengaruh kuat budaya luar masih
perlu mendapat perhatian atas pengaruhnya pada budaya peserta didik.
Selain itu, konten mata pelajaran Prakarya juga memperhatikan ‘wawasan pasar,’
dengan mendasarkan pada prinsip pendidikan dan latihan (diklat). ini sesuai dengan
harapan Inpres No. 6 tahun 2009 tentang pengembangan pendidikan kewirausahaan,
pendidikan budaya dan karakter bangsa, dan belajar aktif dan naturalistic
dilaksanakan berdasarkan pendekatan kontekstual. Isi instruksi presiden tersebut
menyangkut kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif untuk perioda tahun 2009-
58
2015, yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas,
keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta
individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat
Indonesia, dengan sasaran, arah, dan strategi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Instruksi Presiden tersebut.
Wirausaha atau entrepreneur diturunkan dari bahasa perancis “entreprendre”, yang
artinya “to undertake”, atau berusaha. Hal ini berarti bahwa wirausaha tidak berarti
harus seorang pemilik usaha, bisa juga adalah orang yang bekerja mengelola suatu
usaha. Kewirausahaan lebih banyak ditekankan pada segi kemampuan untuk berdiri
sendiri, yang harus diartikan mampu bekerja sama dan berhubungan dengan orang
lain (tidak menyendiri atau bekerja sendiri). Mempunyai kepercayaan diri yang kuat
(diperlukan untuk mengatasi segala keadaan dan mampu bertahan dalam
menghadapi berbagai tantangan, merupakan wujud dari kemampuan dan tekad
dalam menghadapi kehidupan, serta faktor penting untuk meraih suatu
keberhasilan). Dengan demikian, wirausaha mencakup semua orang dari berbagai
bidang, termasuk pendidikan.
Saat ini, wirausaha diartikan juga sebagai seorang inovator, penggerak
pembangunan, yang akan merubah peluang menjadi ide yang dapat dijual, dan
peningkatan nilai tambah melalui efisiensi waktu, tenaga kerja, uang dan
peningkatan keterampilan. Bahkan, seorang wirausaha merupakan “katalis” yang
agresif untuk perubahan bisnis dunia. Menurut Bygrave (2004), wirausaha adalah
seseorang yang memperoleh peluang dan menciptakan organisasi untuk
mengejarnya. Pengertian kewirausahaan mencakup sikap mental mengambil risiko
dalam pengorganisasian dan pengelolaan suatu bisnis yang berarti juga suatu
keberanian untuk membuka bisnis baru. Seorang wirasusaha adalah orang yang
mampu mengatur, mampu melihat peluang, mengawinkan ide-ide kreatif,
menjalankan dan menanggung risiko bagi pekerjaan yang ditempuhnya, serta orang
yang mempunyai impian dan mengubahnya menjadi kenyataan, seseorang yang
selalu berhasil mempersatukan impiannya dengan fakta yang kuat dengan situasi
lingkungannya.
Jadi, kewirausahaan adalah proses dinamis antara visi yang ingin dicapai dengan
perubahan lingkungan dan kemampuan berkreasi untuk menyelaraskan visi dan
perubahan tersebut (lihat gambar). Proses dinamis tersebut perlu didorong oleh

59
energi dan hasrat yang tinggi untuk menemukan ide-ide baru dalam memecahkan
setiap persoalan yang timbul selama proses harmonisasi.
Disisi lain, wirausaha berperan dalam mengawinkan ide-ide kreatif dengan tindakan
yang bertujuan dan berstruktur dari dan untuk tujuan bisnis. Jadi, wirausaha yang
berhasil dapat diukur dari kemampuannya untuk menyelesaikan proses dari
kreativitas, kemudian menghasilkan inovasi, sampai aplikasinya dapat disebarkan
dan menerobos pasar (lokal, regional dan internasional). Dengan demikian,
kewirausahaan merupakan hasil dari suatu proses pengaplikasian kreativitas dan
inovasi secara sistematis dan disiplin dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan
menangkap berbagai peluang di pasar (Zimmerer and Scarborough, 2005). Maka
dari itu, kewirausahaan melibatkan strategi fokus terhadap ide-ide dan pandangan
baru untuk menciptakan produk atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
menyelesaikan masalah masyarakat.
Dari uraian pengertian dan konten mata pelajaran Prakarya tersebut, dapat ditarik
arah pembelajaran mata pelajaran pendidikan Prakarya pada kegiatan kurikuler
adalah memfasilitasi peserta didik mengembangkan diri dengan kecakapan hidup
(education for life) dan sekaligus membangun jiwa mandiri untuk hidup (education
for earning living). Ini berarti, arah pembelajaran Prakarya menjembatani kegiatan
ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler melalui muatan lokal kewirausahaan sebagai satu
kesatuan yang tak terpisahkan.

Tujuan mata pelajaran Prakarya adalah sebagai berikut:


1) Tujuan material
Menemukan, membuat karya (produk) prakarya, merancang ulang produk dan
mengembangkan produk berupa: kerajinan, rekayasa, budidaya dan pengolahan
melalui kegiatan mengidentifikasi, memecahkan masalah, merancang, membuat,
memanfaatkan, mengevaluasi, dan mengembangkan produk yang bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan keterampilan yang dikembangkan
adalah: kemampuan memodifikasi, menggubah, mengembangkan, dan
menciptakan serta merekonstruksi karya yang ada, baik karya sendiri maupun
karya orang lain (lihat Skema 3).
2) Tujuan formal

60
- Menemukan atau mengemukakan gagasan atau ide-ide yang mampu
memunculkan bakat atau talenta peserta didik, terutama pada jenjang
pendidikan dasar (SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/SMPLB/Paket B).
- Mengembangkan kreatifitas melalui: mencipta, merancang, memodifikasi
(menggubah), dan merekonstruksi berdasarkan pendidikan teknologi dasar,
kewirausahaan dan kearifan lokal, dimulai pada jenjang pendidikan
menengah pertama (SMP/SMPLB/Paket B).
- Melatih kepekaan rasa peserta didik terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni untuk menjadi inovator dengan
mengembangkan: rasa ingin tahu, rasa kepedulian, rasa memiliki bersama,
rasa keindahan dan toleransi.
- Membangun jiwa mandiri dan inovatif peserta didik yang berkarakter: jujur,
bertanggungjawab, disiplin, dan peduli.
- Menumbuhkembangan berpikir teknologis dan estetis: cepat, tepat, cekat
serta estetis, ekonomis dan praktis, dimulai pada jenjang SMP/SMPLB/Paket
B.
- Menempa keberanian untuk mengambil resiko dalam mengembangkan
keterampilan dan mengimplementasikan pengetahuannya.

b. Karakteristik dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Prakarya


Aspek mata pelajaran Prakarya:
1) Kerajinan
Kerajinan dapat dikaitkan dengan kerja tangan yang hasilnya merupakan benda
untuk memenuhi tuntutan kepuasan pandangan: estetika - ergonomis, dengan
simbol budaya, kebutuhan tata upacara dan kepercayaan (theory of magic and
relligy), dan benda fungsional yang dikaitkan dengan nilai pendidikan pada
prosedur pembuatannya. Lingkup ini dapat menggali dari potensi lokal dan seni
terap (applied art), desain kekinian (modernisme dan postmodernisme).
2) Rekayasa
Rekayasa terkait dengan beberapa kemampuan: merancang, merekonstruksi dan
membuat benda produk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dengan
pendekatan pemecahan masalah. Sebagai contoh: rekayasa penyambungan balok
kayu untuk membuat susunan (konstruksi) kerangka atap rumah, harus
dilakukan dengan prinsip ketepatan agar susunan rumah tidak mudah runtuh.
61
Lingkup ini memerlukan kesatuan pikir dan kecekatan tangan membuat susunan
mengarah kepada: berpikir kreatif, praktis, efektif, ketepatan dan hemat serta
berpikir prediktif.
3) Budidaya
Budidaya berpangkal pada cultivation, yaitu suatu kerja berusaha untuk
menambah, menumbuhkan, dan mewujudkan benda atau makhluk hidup agar
lebih besar/tumbuh, dan berkembangbiak, bertambah banyak. Kinerja ini
membutuhkan perasaan seolah dirinya pembudidaya. Prinsip pembinaan rasa
dalam kinerja budidaya ini akan memberikan hidup pada tumbuhan atau hewan,
namun dalam bekerja dibutuhkan sistem yang berjalan rutin atau prosedural,
Manfaat edukatif teknologi budidaya ini adalah pembinaan perasaan, pembinaan
kemampuan memahami pertumbuhan dan menyatukan dengan alam (ecosystem)
menjadi peserta didik yang berpikir sistematis berdasarkan potensi kearifan
lokal.
4) Pengolahan
Pengolahan artinya membuat, menciptakan bahan dasar menjadi benda produk
jadi, agar dapat dimanfaatkan. Pada prinsipnya kerja pengolahan adalah
mengubah benda mentah menjadi produk jadi yang mempunyai nilai tambah
melalui teknik pengelolaan seperti: mencampur, mengawetkan, dan
memodifikasi. Manfaat edukatif teknologi pengolahan bagi pengembangan
kepribadian peserta didik adalah: pelatihan rasa yang dapat dikorelasikan dalam
kehidupan sehari-hari, sistematis yang dipadukan dengan pikiran serta Prakarya.

Pada jenjang pendidikan SMP/SMPLB/Paket B dari empat aspek mata pelajaran


Prakarya yang tersedia, dalam satu tahun ajaran sekolah wajib melaksanakan
minimal 2 aspek Prakarya dengan 2 guru yang memiliki latar belakang aspek
yang akan diampunya atau satu orang guru mata pelajaran Prakarya yang
menguasai lebih dari satu aspek Prakarya

B. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga sekolah harus mengembangkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang

62
diselenggarakan. Sekolah dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal
setiap semester, atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun.
a) Jenis dan strategi muatan lokal

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 tahun 2003 dan Letak
geografis SMP Islam Al Khidmah berada di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat,
maka SMP Islam Al Khidmah menerapkan Mutan Lokal Bahasa Sunda. Selain Bahasa
Sunda dei mencapai Visi sekolah, SMP Islam Al Khidmah juga menambhan Muatan
Lokal Bahasa Arab.

Kelas
Muatan Lokal
VII VIII IX
Bahasa Sunda 2 2 2
Bahasa Arab 2 2 2

1. Bahasa Daerah
Mata pelajaran Bahasa Daerah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan bahasa daerah (Sunda)
baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua untuk mewujudkan
karakter yang berbudi pekerti luhur.
b) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa bahasa daerah (Jawa) serta untuk
melestarikannya sebagai kekayaan budaya daerah
c) Memahami bahasa daerah (Jawa) dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan diantaranya berupa karya sastra yang berupa geguritan, parikan,
tembang dll yang memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan
P4GN (Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba)
2. Bahasa Arab
Tujuan dalam pembelajaran Bahasa Arab adalah bagaimana mengimplementasikannya,
bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama saja akan tetapi bagaimana
mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, takwa dan akhlak mulia.

63
Dengan demikian, muatan B. Arab bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang
agama akan tetapi bagaimana berbicara dengan Basaha arab yang baik dan benar

C. Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari proses pendidikan memiliki
tanggung jawab yang cukup besar dalam pengembangan kualitas manusia Indonesia yang
telah diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional di dalam : Undang-Undang Sisdiknas
No 20 Tahun 2003 yaitu : (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2)
berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan,(4) memiliki kesehatan
jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai
implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk
senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan
pendidikan tersebut.
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu adalah suatu proses yang
menghantarkan peserta didik kearah pencapaian perkembangan diri yang optimal. Hal ini
karena peserta didik sedang berkembang ke arah kematangan atau kemandirian.
Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri merupakan bantuan untuk peserta
didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bimbingan dan konseling pribadi, sosial, belajar dan karir, melalui berbagai
jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling SMP disusun sebagai upaya
memperjelas dan mempermudah dalam pencapaian tujuan yang telah menjadi keputusan
atau kesepakatan bersama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan pada umumnya.

Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling


a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat
dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya
secara realistik.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial

64
yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan
sosial yang lebih luas.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan
sekolah / madrasah dan belajar secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

Tujuan layanan Bimbingan Konseling


Tujuan layanan bimbingan konseling disekolah secara umum adalah:
a. Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka
upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan yang
dimaksud agar peserta didik mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta
menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.
b. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksud agar peserta didik mengenal
secara obyektif terhadap lingkungan, baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan
budaya yang syarat dengan nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan
menerima berbagai lingkungan itu secara positif dan dinamis pula.
c. Memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah secara khusus adalah:
”Tercapainya perkembangan peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar yang
dimiliki dengan mengembangkan tugas perkembangan. ”

Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling


a. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan
lingkungannya.
b. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau
menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat
perkembangan dirinya.
c. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang
dialaminya.

65
d. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang
dimilikinya.

Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling


a. Prinsip-prinsip konseling berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan yang
dialami peserta didik, program pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
b. Asas-asas konseling meliputi asas (1) kerahasiaan, (2) Kesukarelaan, (3) keterbukaan,
(4) kekinian, (5) kemandirian, (6) kegiatan, (7) kedinamisan, (8) keterpaduan, (9)
kenormatifan, (10) keahlian, (11) alih tangan dan (12) tut wuri handayani.

Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling


a. Layanan Orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta
didik memahami lingkungan baru, seperti lingkungan satuan pendidikan bagi peserta
didik baru, dan obyek-obyek yang perlu dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta
mempermudah dan memperlancar peran di lingkungan baru yang efektif dan
berkarakter.
b. Layanan Informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta
didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/ jabatan,
dan pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan bijak.
c. Layanan Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam
kelas, kelompok belajar, peminatan/lintas minat/pendalaman minat, program latihan,
magang, dan kegiatan ekstrakurikuler secara terarah, objektif dan bijak.
d. Layanan Penguasaan Konten, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan
dalam melakukan, berbuat atau mengerjakan sesuatu yang berguna dalam kehidupan di
sekolah/madrasah, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan tuntutan kemajuan dan
berkarakter-cerdas yang terpuji, sesuai dengan potensi dan peminatan dirinya.
e. Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya melalui prosedur
perseorangan.

66
f. Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial,
kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan
tertentu sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji melalui dinamika kelompok.
g. Layanan Konseling Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami sesuai dengan
tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui dinamika kelompok.
h. Layanan Konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta
didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara dan
atau perlakuan yang perlu dilaksanakan kepada pihak ketiga sesuai dengan tuntutan
karakter-cerdas yang terpuji.
i. Layanan Mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta
didik dalam menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan dengan pihak
lain sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
j. Layanan Advokasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta
didik untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan/atau
mendapat perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.

Format Layanan Bimbingan dan Konseling


a. Individual, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani peserta didik
secara perorangan.
b. Kelompok, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani sejumlah
peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.
c. Klasikal, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani sejumlah
peserta didik dalam satu kelas rombongan belajar.
d. Lapangan, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani seorang atau
sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan.
e. Pendekatan Khusus / Kolaboratif yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang
melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang dapat
memberikan kemudahan.

67
f. Jarak jauh yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani kepentingan
peserta didik melalui media dan/atau saluran jarak jauh, seperti surat adan sarana
elektronik.

Jadwal Kegiatan
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan program Layanan Bimbingan dan Konseling di SMP Islam
Al Khidmah dilaksanakan melalui :
1. Kontak langsung/tatap muka dengan peserta didik
Secara terjadwal dua jam secara klasikal untuk menyelenggarakan layanan orientasi
layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten,
dan instrumentasi.
2. Di luar jam pembelajaran
Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konseling
perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok,dan mediasi,
serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelasSatu kali kegiatan
layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan
2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.
3. Tidak kontak langsung/non tatap muka malalui Himpunan data kunjungan rumah,
konferensi kasus, kolaborasi, konsultasi.

D. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

1. Kompetensi bimbingan dan pelayanan TIK bagi peserta didik/guru/tendik.


Berikut ini peranan guru TIK pada kurikulum 2013 yaitu :
1. membimbing peserta didik pada SMP, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat
untuk mencapai standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah;
2. memfasilitasi sesama guru pada SMP, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat
dalam menggunakan TIK untuk persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran
pada pendidikan dasar dan menengah; dan
3. memfasilitasi tenaga kependidikan pada SMP, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang
sederajat dalam mengembangkan sistem manajemen sekolah berbasis TIK.

Sedangkan kewajiban guru TIK adalah sebagai berikut :

68
1. membimbing peserta didik SMP, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk
mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, serta menyebarkan data dan informasi
dalam berbagai cara untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran;
2. memfasilitasi sesama guru SMP, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk
mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, serta menyebarkan data dan informasi
dalam berbagai cara untuk persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran; dan
3. memfasilitasi tenaga kependidikan SMP, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang
sederajat untuk mengembangkan sistem manajemen sekolah berbasis TIK.
Mengenai Beban kerja guru TIK melakukan pembimbingan paling sedikit 150 (seratus lima
puluh) peserta didik per tahun pada 1 (satu) atau lebih satuan pendidikan baik secara
klasikal maupun individu.
Adapun rincian kegiatan guru TIK dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai berikut :
1. menyusun rancangan pelaksanaan layanan dan bimbingan TIK;
2. melaksanakan layanan dan bimbingan TIK per tahun;
3. menyusun alat ukur /lembar kerja program layanan dan bimbingan TIK;
4. mengevaluasi proses dan hasil layanan dan bimbingan TIK;
5. menganalisis hasil layanan dan bimbingan TIK;
6. melaksanakan tindak lanjut hasil evaluasi dengan memperbaiki layanan dan
bimbingan TIK;
7. menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat
sekolah dan nasional;
8. membimbing peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler;
9. membimbing guru dalam penggunaan TIK;
10. membimbing tenaga kependidikan dalam penggunaan TIK;
11. melaksanakan pengembangan diri; dan
12. melaksanakan publikasi ilmiah dan/atau membuat karya inovatif

2. Mekanisme pembimbingan TIK di satuan pendidikan

a. Bimbingan kepada peserta didik dapat dilaksanakan dengan cara klasikal/kelompok


dan individual.

1. Klasikal /kelompok Memberikan bimbingan secara terjadwal dalam bentuk


bimbingan secara klasikal/kelompok dengan tatap muka yang dilaksanakan

69
secara berkala yang dilaksanakan paling tidak 5 (lima) kali dalam 1 (satu)
semester yang materinya tertuang dalam program tahunan dan program
semester. Materi pembimbingan terkait dengan pemanfaatan TIK untuk
mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, menyebarkan data dan informasi
dalam rangka mendukung kelancaran proses pembelajaran. Kegiatan tersebut
dibuktikan dengan surat tugas dari Kepala Sekolah dengan lampiran jadwal,
materi bimbingan dan daftar peserta didik.

2. Individual Bimbingan kepada peserta didik secara individu dilakukan sesuai


dengan jam kerja guru dengan 16 memberikan konsultasi kepada peserta didik
secara individual di sekolah. Bimbingan peserta didik dilakukan untuk
membantu dan memfasilitasi kesulitan dalam mencari, mengolah, menyimpan,
menyajikan, menyebarkan data, dan informasi dalam rangka untuk mendukung
pembelajaran berbasis proyek, masalah dan discovery learning, dibuktikan
dengan lampiran daftar peserta didik yang melakukan konsultasi, jadwal
konsultasi, materi konsultasi, dan hasil konsultasi.

b. Kegiatan fasilitasi sesama guru dapat dilaksanakan melalui kegiatan antara lain
sebagai berikut.

1. Kegiatan klasikal/kelompok berupa: Workshop, In House Training, Pertemuan


Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan pelatihan Guru. Guru TIK
memberikan pelatihan secara tatap muka paling tidak 2 (dua) kali dalam
semester yang tertuang dalam jadwal dan dilaksanakan secara berkala yang
tertuang dalam program tahunan yang dirinci dalam program fasilitasi bulanan
guru sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan satuan pendidikan dengan
materi pengembangan dan pemanfaatan TIK untuk pelaksanaan pembelajaran
yang dibuktikan dengan surat tugas, lampiran daftar hadir, jadwal dan materi
pelatihan.

2. Individual Bimbingan kepada guru yang dilaksanakan secara individual


dilakukan pada saat jam kerja guru dengan memberikan konsultasi sesuai
dengan kebutuhan guru di bidang teknologi informasi di satuan
pendidikan/sekolah; antara lain: mencari sumber belajar, pembuatan media
pembelajaran, dan pengolahan nilai menggunakan spread sheet. Hasil
pelaksanaan kegiatan dibuktikan dengan lampiran daftar guru peserta

70
konsultasi, jadwal konsultasi, lampiran konsultasi, materi konsultasi dan hasil
konsultasi.

c. Kegiatan fasilitasi tenaga kependidikan dapat dilaksanakan melalui berbagai


kegiatan antara lain sebagai berikut.

1. Kegiatan klasikal/kelompok berupa Workshop, In House Training, dan


Pembimbingan Tenaga Kependidikan. Guru TIK memberikan pembimbingan
secara tatap muka terjadwal paling tidak 2 (dua) kali per semester dan berkala
yang tertuang dalam program tahunan yang dirinci dalam program bulanan
fasilitasi tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan satuan
pendidikan dengan materi pengembangan dan pemanfaatan TIK untuk
pembangunan dan implementasi sistem informasi manajemen sekolah, antara
lain 18 pengisian Data Pokok Pendidikan (Dapodik), instalasi dan entri data
SIMPAK, e-kinerja guru, inventarisasi kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan bagi guru (kegiatan 1) pengembangan diri yang meliputi
mengikuti diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru, kegiatan publikasi
ilmiah, dan/atau kegiatan karya inovatif, instalasi dan entri data sistem
informasi perpustakaan, serta data dan informasi lainnya.

Hasil kegiatan dibuktikan dengan surat tugas, daftar hadir, jadwal dan materi
fasilitasi.

2. Individual Bimbingan kepada tenaga kependidikan lainnya secara individual


dilakukan pada saat jam kerja guru dengan memberikan konsultasi sesuai
dengan kebutuhan tenaga kependidikan dalam hal pembangunan, implementasi,
dan pengembangan sistem informasi manajemen sekolah. Hasil pelaksanaan
kegiatan dibuktkan dengan lampiran daftar peserta konsultasi, jadwal
konsultasi, materi konsultasi, dan hasil pelaksanaan konsultasi.

E. Pengembangan Diri dan Kegiatan Ekstrakulikuler


1. Pengembangan diri
Pengembangan diri adalah merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik baik
individu maupun kelompok agar berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi,
sosial, belajar, dan karir, melalui proses pembiasaan, pemahaman diri dan lingkungan
untuk mencapai kesempumaan perkembangan diri.

71
Tujuan pengembangan diri adalah membantu memandirikan peserta didik dengan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mmengembangkan dan mengekspresikan
diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minatnya. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, praktisi, atau alumni yang memiliki
kualifikasi yang baik berdasarkan surat keputusan kepala sekolah. Pola Pelaksanaan
pengembangan diri dalam kegiatan pembiasaan:
1. Spontan: Kerja bakti, Bakti sosial, takziah, membiasakan 5 S 1P ( Senyum, Salam,
Sapa, Sopan, Santun dan Peduli lingkungan ), membuang sampah pada tempatnya,
antri, mengatasi silang pendapat
2. Rutin: Membaca do'a, membaca surat pendek (Juz Amma) bersama-sama setiap
awal pelajaran, ibadah khusus keagamaan bersama, SKJ, pemeliharaan kebersihan
dan kesehatan diri, Sholat Duha, sholat dhuhur berjama'ah dan upacara bendera
3. Keteladanan: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji
kebaikan dan keberhasilan orang lain, disiplin, datang tepat waktu.
4. Terprogram
- Peringatan hari besar Nasional dan agama
- Latihan dasar kepemimpinan
- kegiatan ekstrakurikuler dan Bimbingan Konseling ( BK )
-
2. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler atau Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri dibawah bimbingan konselor,
guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui
kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan
kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan
ekstrakurikuler, seperti kepramukaan, kepemimpinan, kelompok seni-budaya, kelompok
tim olahraga, dan kelompok ilmiah remaja.
Ekstrakurikuler di SMP Al Khidmah terdiri dari:
a) Ekstrakurikuler wajib adalah Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan
oleh SMP Al Khidmah dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik. Ekstrakurikuler
wajib di SMP Al Khidmah adalah Pramuka denhgan tujuan :

72
- Mengembangkan jiwa kepemimpinan pada peserta didik.
- Sebagai wadah berlatih organisasi.
- Melatih peserta didik agar terampil dan mandiri.
- Mengembangkan jiwa sosial dan peduli kepada orang lain.
- Melatih peserta didik untuk menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat.
- Mengenalkan beberapa usaha pelestarian alam, sikap ramah terhadap lingkungan,
kebiasaan diri hidup bersih dan sehat.

b) Ekstrakurikuler Pilihan
1) Palang Merah Remaja (PMR)
- Peserta didik dapat mengetahui, memahami dan melaksanakan pengetahuan
dan keterampilan kepalang merahan yang diwujudkan dalam kegiatan Tri
Bakti PMR
- para anggota PMR akan menjadi teladan di lingkungannya (peer leader) serta
kader dan relawan PMI di masa mendatang
- Melatih praktik PPPK
- Mengembangkan jiwa sosial dan peduli kepada orang lain
- Peserta didik mengetahui Kebersihan dan Kesehatan diri serta tata cara
melakukan Pertolongan Pertama (PP)
- Pengenalan obat-obatan dan pembidaian
2) Paskibraka
- Melatih kedisiplinan
- Mengembangkan cinta tanah air/nasionalisme
- Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi petugas upacara yang baik
3) Olahraga
- Melatih peserta didik terampil dalam bidang olahraga
- Menyiapkan peserta didik dalam kegiatan O2SN
- Mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan O2SN

F. Ketuntasan Belajar Minimal

Ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu pencapaian hasil
belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 -100%. Kriteria ideal ketuntasan
untuk masing-masing indikator 75%.

73
Di SMP Islam Al Khidmah, dalam menentukan kriteria ketutasan minimal (KKM)
mempertimbangkan kompleksitas kompetensi dasar, tingkat kemampuan rata-rata
peserta didik, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran. SMP Islam Al Khidmah secara bertahap dan berkelanjutan selalu
mengusahakan peningkatan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mencapai kriteria
ketuntasan ideal.

Berikut ini tabel nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMP Islam Al Khidmah
tahun pelajaran 2021-2021.

KRITERIA KETUNTASAN MINIMUM

Kriteria Ketuntasan
Minimum(KKM)*
No. Mata Pelajaran
TP.2021/2021
VII VIII IX
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 75 75 75
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 70 70 70
3 Bahasa Indonesia 75 75 75
4 Bahasa Inggris 70 70 70
5 Matematika 70 70 70
6 Ilmu Pengetahuan Alam 70 70 70
7 Ilmu Pengetahuan Sosial 70 70 70
8 Seni Budaya 70 70 70
9 PJOK 70 75 77
10 Prakarya 70 71 72
11 Muatan Lokal
a. Bahasa Sunda 70 70 70
b. Bahasa Arab 70 75 70

* KKM ditetapkan berdasarkan hasil Rapat Kerja Guru Tahunan.

Berdasarkan hasil rapat penetapan KKM, maka jenis KKM yang digunakan di SMP Islam

74
Al Khidmah adalah KKM Tunggal yaitu sebesar 70, angka tersebut diambil
menggunakan teknik nilai KKM terkecil.

Interval dan Predikat KKM tersebut adalah :


A. 90 – 100 = A = Amat Baik
B. 80 – 89 = B = Baik
C. 70 – 79 = C = Cukup
D. < 70 = D = Kurang

Salah satu langkah awal bagi guru sebelum melaksanakan kegiatan awal
pembelajaran adalah menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Setiap mata
pelajaran memiliki nilai KKM yang berbeda. Lebih jauh, dalam satu mata pelajaran
terdapat nilai KKM yang berbeda pada tiap aspek. Dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), pendidik biar lebih leluasa dalam menentukan nilai
KKM.
Langkah awal penentuan KKM yaitu menentukan estimasi KKM di awal tahun
pembelajaran bagi mata pelajaran yang diajarkan. Penentuan estimasi ini didasarkan
pada hasil tes Penerimaan Peserta didik Baru (PPDB) bagi peserta didik baru, dan
mendasarkan nilai KKM pada nilai yang dicapai peserta didik pada kelas
sebelumnya. Penentuan KKM dapat pula ditentukan dengan menghitung tiga aspek
utama dalam proses belajar mengajar peserta didik. Secara berurutan cara ini dapat
menentukan KKM Indikator - KKM Kompetensi Dasar (KD) - KKM Standart
Kompetensi (SK)/Kompetensi Inti (KI) - KKM Mata Pelajaran. Berikut ini langkah-
langkah penghitungannya:
1. Karakteristik Mata Pelajaran (Kompleksitas)
Kompleksitas merupakan tingkan kesulitan materi pada tiap indicator, kompetensi
dasar maupun standart kompetensi dari masing-masing mata pelajaran, yang
ditetapkan antara lain melalui expert judgement guru mata pelajaran melalui forum
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) tingkat sekolah, dengan memperhatikan
hasil analisis jumlah KD, kedalaman KD, keluasan KD, perlu tidaknya pengetahuan
prasyarat
2. Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung)
Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung) ini meliputi : 1) kompetensi pendidik
(nilai UKG), 2) Jumlah peserta didik dalam 1 kelas, 3) predikat akreditasi sekolah,
75
4) kelayakan sarana prasarana sekolah. Sekolah yang memiliki daya dukung tinggi
maka skor yang digunakan juga tinggi.

3. Intake
Intake merupakan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik. Intake bisa didasarkan
pada hasil nilai penerimaan peserta didik baru dan nilai yang dicapai peserta didik
pada kelas sebelumnya (menentukan estimasi). Dimana untuk kelas VII berdasarkan
pada rata-rata nilai rapor SD, nilai Ujian Sekolah SD, nilai hasil seleksi masuk
peserta didik baru di jenjang SMP. Bagi peserta didik kelas VIII dan IX antara lain
memperhatikan rata-rata nilai rapor semester-semester sebelumnya.

Upaya Sekolah dalam Meningkatkan KKM


1. Meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran melalui workshop/ pelatihan/ MGMP
tingkat Kabupaten/ MGMPS
2. Memenuhi sarpras yang menunjang proses pembelajaran.
3. Mengadakan bimbingan belajar kelas VII, VIII dan IX.

G. Remidial dan Pengayaan

Setelah KKM ditentukan, capaian pembelajaran peserta didik dapat dievaluasi


ketuntasannya. Peserta didik yang belum mencapai KKM berarti belum tuntas, wajib
mengikuti program remedial, sedangkan peserta didik yang sudah mencapai KKM
dinyatakan tuntas dan dapat diberikan pengayaan.

a. Remedial
Remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik yang
belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu. Pembelajaran remedial diberikan segera
setelah peserta didik diketahui belum mencapai KKM.

 Pelaksanaan pembelajaran remedial disesuaikan dengan jenis dan tingkat kesulitan


peserta didik yang dapat dilakukan dengan cara:

1) Pemberian bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan apabila ada beberapa
anak yang mengalami kesulitan yang berbeda-beda, sehingga memerlukan

76
bimbingan secara individual. Bimbingan yang diberikan disesuaikan dengan
tingkat kesulitan yang dialami oleh peserta didik.
2) Pemberian bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan apabila dalam
pembelajaran klasikal ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan sama.
3) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.

4) Pembelajaran ulang dilakukan apabila semua peserta didik mengalami kesulitan.


Pembelajaran ulang dilakukan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara
penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan.

5) Pemanfaatan tutor sebaya, yaitu peserta didik dibantu oleh teman sekelas yang
telah mencapai KKM, baik secara individu maupun kelompok.

 Pembelajaran remedial diakhiri dengan penilaian untuk melihat pencapaian peserta


didik pada KD yang diremedial.
Pembelajaran remedial pada dasarnya difokuskan pada KD yang belum tuntas dan
dapat diberikan berulang-ulang sampai mencapai KKM dengan waktu hingga batas
akhir semester. Apabila hingga akhir semester pembelajaran remedial belum bisa
membantu peserta didik mencapai KKM, pembelajaran remedial bagi peserta didik
tersebut dapat dihentikan. Pendidik tidak dianjurkan memaksakan untuk memberi
nilai tuntas (sesuai KKM) kepada peserta didik yang belum mencapai KKM. Setelah
pembelajaran KKM diberikan maka peserta didik akan diberikan Nilai KKM paling
tinggi sama dengan KKM.

b. Pengayaan
Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang
telah melampaui KKM.
Fokus pengayaan adalah pendalaman dan perluasan dari kompetensi yang dipelajari.
Pengayaan biasanya diberikan segera setelah peserta didik diketahui telah mencapai
KKM berdasarkan hasil PH. Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan sekali,
tidak berulang kali sebagaimana pembelajaran remedial. Pembelajaran pengayaan
umumnya tidak diakhiri dengan penilaian.
Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui:

77
1) Belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu
diberikan tugas untuk memecahkan permasalahan, membaca di perpustakaan terkait
dengan KD yang dipelajari pada jam pelajaran sekolah atau di luar jam pelajaran
sekolah. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik berupa pemecahan
masalah nyata. Selain itu, secara kelompok peserta didik dapat diminta untuk
menyelesaikan sebuah proyek atau penelitian ilmiah.

2) Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang
diminati, menjadi tutor bagi teman yang membutuhkan. Kegiatan pemecahan masalah
nyata, tugas proyek, ataupun penelitian ilmiah juga dapat dilakukan oleh peserta didik
secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati secara individu.
3) Setelah kegiaatan pengayaan selesai tidak dilaksankan penilaian.

H. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan


Kenaikan Kelas
Dengan mengacu pada SK Dirjen Mandikdasmen No. 12/C/Kep/TU/2008 dan rapat
dewan guru maka untuk kriteria Kenaikan Kelas pada SMP Islam Al Khidmah
ditentukan sebagai berikut:
1) Aspek Akademik
a. Peserta didik telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran di kelas yang
bersangkutan
b. Hasil belajar siswa selama 1 tahun pelajaran yang diperoleh dari rata--rata KKM
semester 1 dan 2 maksimal tiga mata pelajaran yang di bawah KKM
c. Tidak terdapat nilai < 50.

2) Aspek Non Akademik


a. Pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, estetika,
dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan minimal
memperoleh nilai Baik (B).

78
b. Untuk aspek kehadiran harus mencapai 85%. Ketidakhadiran karena ijin dan atau
alpa (tanpa keterangan) maksimal 15% dari jumlah hari efektif dalam satu
semester.
Khusus untuk ketidakhadiran peserta didik karena sakit harus disertai surat
keterangan sakit dari yang berwenang (orangtua dan dokter).
Penilaian hasil belajar siswa terdiri dari ulangan harian, ulangan tengah
semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian harian (PH) dilaksanakan setelah
materi pada KD disampaikan, Penilaian Tengah Semester (PTS) dilaksanakan pada
pertengahan semester, Penilaian Akhir Semester (PAS) dilaksanakan pada akhir
semester satu dan Penilaian AKhir Tahun (PAT) dilaksanakan pada akhir semester
dua.
Setelah melaksanakan analisis ulangan harian maka siswa yang belum
mencapai ketuntasan akan dilaksanakan program remedial dan bagi siswa yang
sudah mencapai KKM akan diberikan pengayaan. Nilai rapot didapatkan dari rata-
rata nilai harian, nilai PTS dan nilai PAS. Untuk perhitungan nilai rapot
pengetahuan dan keterampilan adalah sebagai berikut:

NR = 2PH + PTS + PAT NR = 2PH + PTS + PAT


4 dan 4

Dari hasil nilai rapot maka nilai akan disampaikan pada pihak terkait yang waktunya
disesuaikan dengan kalender pendidikan.

Kelulusan
Dengan mengacu kepada ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 ayat (1), peserta didik
dinyatakan lulus dari SMP Islam Al Khidmah setelah memenuhi persyaratan
berikut, yaitu:
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dari mulai kelas VII sampai kelas
IX.
b. Lulus Ujian Sekolah dengan kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki nilai rata-rata minimal 70.0 (Tujuh Puluh), baik untuk ujian tulis
dan ujian praktik.
2. Mencapai nilai minimal batas lulus untuk setiap mata pelajaran (KKM).
79
3. Khusus untuk nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan
nilai batas minimal 7,50 (tujuh koma lima nol) dari nilai kumulatif hasil
ujian tulis dan ujian praktik.
c. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga dan kesehatan.
d. Kehadiran dikelas mencapai 85%.
e. Tidak melakukan pelanggaran berat di sekolah.
f. Hal-hal yang belum tertulis pada kriteria tersebut akan diputuskan kemudian
sesuai dengan hasil musyawarah dewan guru dalam pleno.
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional maka ujian sekolah dan ujian nasional diberikan pada siswa kelas IX yang
telah selesai menyelesaikan program pembelajaran di semester 2. Pelaksanaan ujian
sekolah dan ujian nasional disesuaikan dengan keputusan dari pemerintah pusat.

Target Kelulusan
Target kelulusan SMP Islam Al Khidmah adalah 100%. Untuk mencapai target
kelulusan diadakan program pendalaman atau penambahan materi khusus untuk 4
mata pelajaran ( Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan IPA ) yang
pelaksanaanya dijadwalkan khusus setelah kegiatan KBM usai.
Strategi Penanganan Siswa yang belum lulus
Adapun yang dilakukan dari pihak sekolah, diantaranya adalah:
1. Pembimbingan dan pemberian motivasi dari pihak guru/guru BK
2. Pemberian bimbingan belajar yang terprogram
3. Mengikutkan dalam persiapan ujian berikutnya

80
I. Penguatan Pendidikan Karakter
Penguatan Pendidikan Karakter didefinisikan sebagai gerakan pendidikan di bawah
tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui
harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja
sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Penyelenggaraan PPK dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan satuan
pendidikan formal, dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah dan
merupakan tanggung jawab kepala satuan pendidikan formal dan guru. Tanggungjawab
tersebut dilaksanakan sebagai pemenuhan beban kerja guru dan kepala satuan
pendidikan formal.
Untuk penyelenggaraan PPK dalam kegiatan Intrakurikuler merupakan penguatan nilai-
nilai karakter melalui kegiatan penguatan materi pembelajaran, metode pembelajaran
sesuai dengan muatan kurikulum. Sedangkan penyelenggaraan PPK dalam kegiatan
Kokurikuler merupakan penguatan nilai-nilai karakter yang dilaksanakan untuk
pendalaman dan/ atau pengayaan kegiatan Intrakurikuler sesuai muatan kurikulum.

Penyelenggaraan PPK dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah penguatan nilai-nilai


karakter dalam rangka perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja
sama, dan kemandirian peserta didik secara optimal. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut
meliputi kegiatan krida, karya ilmiah, latihan olah bakat/olah minat, dan kegiatan
keagamaan, serta kegiatan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kegiatan keagamaan sebagaimana dimaksud dapat dilaksanakan paling sedikit melalui
pesantren kilat, ceramah keagamaan, katekisasi, retreat, dan/atau baca tulis Al Quran dan
kitab suci lainnya.

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika


akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang
dikelompokkan menjadi lima, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya
dengan (1) Tuhan Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, dan (4)
lingkungan, serta (5) kebangsaan. Namun demikian, penanaman kedelapanpuluh nilai
tersebut merupakan hal yang sangat sulit. Oleh karena itu, pada tingkat SMP dipilih 20
nilai karakter utama yang disarikan dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas nomor 23

81
tahun 2006) dan SK/KD (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Berikut adalah daftar
20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya.
1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius)
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan
pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
a. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap
diri dan pihak lain
b. Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
c. Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup
yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu
kesehatan.

d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan.
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-
baiknya.
f. Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya
setiap keinginan dan harapannya.
g. Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk
baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

82
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
i. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
j. Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
k. Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri
sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
b. Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat
dan kepentingan umum.
c. Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang
lain.
d. Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata
perilakunya ke semua orang.
e. Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
5. Nilai kebangsaan
83
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
a. Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsanya.
b. Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang
berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMP Islam Al Khidmah meliputi :
1. Upacara Bendera Setiap Seni Pagi.
2. Sholat Dhuha Berjamaah.
3. Sholat Djuhur Berjamaah.
4. Membaca do'a bersama-sama setiap awal dan akhir pelajaran
5. Membaca surat pendek (Juz Amma) bersama-sama setiap awal pelajaran

J. Gerakan Literasi Sekolah


Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang
bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala
sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali
murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat
yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku
kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai
elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca
peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru
membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan
konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan
diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan
Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan
keterampilan reseptif maupun produktif.
Gerakan Literasi Sekolah mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus

84
1. Tujuan Umum

Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem


literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka
menjadi pembelajar sepanjang hayat.
2. Tujuan Khusus
Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak
agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan
dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar pemerolehan berliterasi
tahap selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Literasi Dini (Early Literacy), yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami
bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman
peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi
perkembangan literasi dasar.
2. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan
analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi
(perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing)
berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
3. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan pemahaman cara
membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan
periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang
memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog
dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika
sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi
masalah.
4. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai
bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio,

85
media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan
penggunaannya.
5. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami
kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti
lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya,
kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan
mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer
(Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan
komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program
perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan
teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi
yang dibutuhkan masyarakat.
6. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi
media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan
belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan
bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam
bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks
multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak
manipulasi dan hiburan yang benarbenar perlu disaring berdasarkan etika dan
kepatutan.

Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah memiliki tiga tahapan yaitu, pembiasaan,


pengembangan, dan pembelajaran.
1. Pembiasaan. Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca
(Permendikbud No. 23 Tahun 2015).
Tujuan kegiatan literasi di tahap pembiasaan
 Meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran;
 Meningkatkan kemampuan memahami bacaan;
 Meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik; dan
 Menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan.

86
Kegiatan membaca ini didukung oleh penumbuhan iklim literasi sekolah yang baik.
Dalam tahap pembiasaan, iklim literasi sekolah diarahkan pada pengadaan dan
pengembangan lingkungan fisik, seperti:
1. buku-buku nonpelajaran (novel, kumpulan cerpen, buku ilmiah populer,
majalah, komik, dsb.);
2. sudut baca kelas untuk tempat koleksi bahan bacaan; dan
3. poster-poster tentang motivasi pentingnya membaca.

Prinsip kegiatan literasi di tahap pembiasaan


Prinsip-prinsip kegiatan membaca di dalam tahap pembiasaan dipaparkan berikut
ini.
1. Guru menetapkan waktu 15 menit membaca setiap hari. Sekolah bisa memilih
menjadwalkan waktu membaca di awal, tengah, atau akhir pelajaran, bergantung
pada jadwal dan kondisi sekolah masing-masing. Kegiatan membaca dalam
waktu pendek, namun sering dan berkala lebih efektif daripada satu waktu yang
panjang namun jarang (misalnya 1 jam/ minggu pada hari tertentu).
2. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran.
3. Peserta didik dapat diminta membawa bukunya sendiri dari rumah.
4. Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik sesuai minat dan
kesenangannya.
5. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini tidak diikuti oleh tugastugas
yang bersifat tagihan/penilaian.
6. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh diskusi
informal tentang buku yang dibaca/dibacakan. Meskipun begitu, tanggapan
peserta didik bersifat opsional dan tidak dinilai.
7. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini berlangsung dalam suasana
yang santai, tenang, dan menyenangkan. Suasana ini dapat dibangun melalui
pengaturan tempat duduk, pencahayaan yang cukup terang dan nyaman untuk
membaca, poster-poster tentang pentingnya membaca.
8. Dalam kegiatan membaca dalam hati, guru sebagai pendidik juga ikut membaca
buku selama 15 menit.
2. Pengembangan. Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi
buku pengayaan.

87
Pada prinsipnya, kegiatan literasi pada tahap pengembangan sama dengan kegiatan
pada tahap pembiasaan. Yang membedakan adalah bahwa kegiatan 15 menit membaca
diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap pengembangan. Dalam tahap
pengembangan, peserta didik didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan
emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan produktif secara lisan maupun
tulisan. Perlu dipahami bahwa kegiatan produktif ini tidak dinilai secara akademik.
Mengingat kegiatan tindak lanjut memerlukan waktu tambahan di luar 15 menit
membaca, sekolah didorong untuk memasukkan waktu literasi dalam jadwal pelajaran
sebagai kegiatan membaca mandiri atau sebagai bagian dari kegiatan kokurikuler.
Bentuk, frekuensi, dan durasi pelaksanaan kegiatan tindak lanjut disesuaikan dengan
kondisi masing-masing sekolah.
Tujuan Kegiatan Literasi di Tahap Pengembangan
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan di tahap pembiasaan, kegiatan 15 menit membaca di
tahap pengembangan diperkuat oleh berbagai kegiatan tindak lanjut yang bertujuan
untuk:
1. Mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku pengayaan secara
lisan dan tulisan;
2. Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan guru
tentang buku yang dibaca;
3. Mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif, dan
inovatif; dan
4. Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antara buku yang dibaca
dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Prinsip-prinsip Kegiatan Literasi di Tahap Pengembangan


Dalam melaksanakan kegiatan tindak lanjut, beberapa prinsip yang perlu
dipertimbangkan dipaparkan sebagai berikut.
1. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku selain buku teks pelajaran. Buku yang
dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta didik. Peserta didik
diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari rumah.
2. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh tugas-tugas
presentasi singkat, menulis sederhana, presentasi sederhana, kriya, atau seni peran
untuk menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan
peserta didik.

88
3. Tugas-tugas presentasi, menulis, kriya, atau seni peran dapat dinilai secara
nonakademik dengan fokus pada sikap peserta didik selama kegiatan. Tugas-tugas
yang sama nantinya dapat dikembangkan menjadi bagian dari penilaian akademik
bila kelas/sekolah sudah siap mengembangkan kegiatan literasi ke tahap
pembelajaran.
4. Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung dalam suasana yang
menyenangkan. Untuk memberikan motivasi kepada peserta didik, guru sebaiknya
memberikan masukan dan komentar sebagai bentuk apresiasi.
5. Terbentuknya Tim Literasi Sekolah (TLS). Untuk menunjang keterlaksanaan
berbagai kegiatan tindak lanjut GLS di tahap pengembangan ini, sekolah sebaiknya
membentuk TLS, yang bertugas untuk merancang, mengelola, dan mengevaluasi
program literasi sekolah. Pembentukan TLS dapat dilakukan oleh kepala sekolah.
Adapun TLS beranggotakan guru (sebaiknya guru bahasa atau guru yang tertarik
dan berlibat dengan masalah literasi) serta tenaga kependidikan atau pustakawan
sekolah.

3. Pembelajaran. Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran:


menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran.
Tujuan Kegiatan Literasi di Tahap Pembelajaran
Kegiatan berliterasi pada tahap pembelajaran bertujuan:
1. Mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan
pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan
3. Mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan,
visual, digital) melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran.

Prinsip-prinsip Kegiatan Literasi di Tahap Pembelajaran


Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013
yang mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran. Beberapa prinsip
yang perlu dipertimbangkan dalam tahap pembelajaran ini, antara lain:

89
1. buku yang dibaca berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat
khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran
tertentu; dan
2. ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran).

BAB IV

BEBAN BELAJAR

Pengaturan Beban Belajar


a. Pengaturan Beban Belajar Kondisi Normal
Pengaturan beban belajar peserta didik dapat dihitung dalam satu minggu, satu
semester, dan satu tahun pembelajaran.
1. Beban belajar di SMP Islam Al Khidmah dinyatakan dalam jam pembelajaran per
minggu. Beban belajar satu minggu Kelas VII, VIII, dan IX adalah 42 jam
pembelajaran. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 40 menit.
2. Beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester paling sedikit 18
minggu dan paling banyak 20 minggu.
3. Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan banyak
20 minggu.
4. Beban belajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan paling
banyak 16 minggu.
5. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling
banyak 40 minggu.

Cara menetapkan beban belajar dengan sistem satuan semester untuk SMP Islam Al
Khidmah meliputi meliputi 40 menit tatap muka, 50% dari waktu tatap muka untuk
kegiatan terstruktur maupuan kegiatan mandiri seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Kegiatan Sistem Paket
Tatap muka 40 menit
Penugasan terstruktur 50% x 40 menit =
Kegiatan mandiri 20 menit
Jumlah 60 menit

Pengaturan minggu efektif dapat dilihat pada tabel di bawah ini

90
NO KEGIATAN ALOKASI KETERANGAN
WAKTU
Minggu efektif belajar reguler
Minimal
1. setiap tahun
36 minggu
(Kelas VII-VIII, dan IX)
Minggu efektif semester ganjil
Digunakan untuk kegiatan
2. tahun terakhir setiap satuan Minimal
pembelajaran efektif pada
pendidikan (Kelas VII, VIII, dan 18 minggu
setiap satuan pendidikan
IX)
Minggu efektif semester genap
Minimal
3. tahun terakhir setiap satuan
14 minggu
pendidikan (Kelas VII,VIII dan IX)

Maksimal Satu minggu setiap


4. Jeda tengah semester
2 minggu semester

Maksimal
5. Jeda antarsemester Antara semester I dan II
2 minggu

Digunakan untuk
6. Maksimal penyiapan kegiatan dan
Libur akhir tahun ajaran
3 minggu administrasi akhir dan
awal tahun ajaran
Daerah khusus yang
Maksimal
7. Hari libur keagamaan memerlukan libur
4 minggu
keagamaan lebih panjang

b. Pengaturan Beban Belajar Kondisi New Normal Pendemi Covid-19

Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun 2021 / 2022 dan Tahun Akademik Baru
di Masa Pandemi Corona Virus Disease ( Covid-19 ) sesuai Peraturan Pemerintah tentang
Kesehatan dan Keselamatan Pesreta didik, pendidik, Tenaga Kependidikan, Keluarga dan
Masyarakat merupakan prioritas utama dalam menetapkan kebijakan pembelajaran untuk
menyelenggarakan Pembelajaran di rumah.
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada era pandemi covid-19 dilaksanakan
dengan metoda daring dan diperkirakan sampai tri wulan pertama yaitu pada bulan Juli
sampai dengan September sedangkan pada triwulan kedua yaitu bulan Oktober sampai

91
dengan Desember pembelajaran akan dilaksanakan dengan shift atau dengan waktu yang
bergantian, dan mengacu pada protokol kesehatan, dan pada tri wulan ketiga baru akan
dilaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka sesuai dengan kebijakan pemerintah. hal
ini dilakukan agar pembelajaran tetap berjalan dengan baik meskipun proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik tidak dilaksanakan secara tatap muka, akan tetapi
beban belajar kegiatan pembelajaran di tetapkan berlangsung selama 20 menit tiap jam
pelajaran.
Beban belajar kegiatan daring / luring untuk penugasan secara keseluruhan
untuk setiap Satuan Pendidikan adalah sebagaimana tertera pada Tabel 3 berikut:
Satuan Jam Jumlah Jam Minggu Efektif
Kelas Pembelajaran Pembelajaran Tahun Pelajaran
( Menit ) Per minggu
Covid -19 Normal Daring Luring
VII 20 40 12 42 41
VIII 20 40 12 42
IX 20 40 12 42

Pemberian Materi / Penugasan kepada siswa dalam masa pandemi covid-19 per minggu
terdiri dari 12 mata pelajaran baik mata pelajaran wajib maupun mulok. Adapun Teknis
Pelaksanaannya adalah dalam satu hari siswa hanya belajar dua mata pelajaran setiap
harinya, sedangkan pada Masa Covid -19 jika ada tatap muka tiap jam berlangsung
selama 20 menit. Jika pembelajaran normal tiap jam berlangsung selama 40 menit,
Adapun pada masa Covid – 19 dimulai jam 07.30 – 12.00 dan pada pembelajaran normal
dimulai jam 07.00 – 14.50 WIB. Jadwal Pembelajaran Jarak jauh Terlampir

92
BAB V
KALENDER PENDIDIKAN

Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta


didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun
ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
Setiap permulaan awal tahun pelajaran, sekolah menyusun kalender pendidikan untuk
mengatur waktu kegiatan pembelajaran selama satu tahun ajaran, mencakup permulaan
tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan han libur.
Pengaturan waku belajar mengacu kepada standar isi dan disesuaikan dengan kebutuhan
daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, serta ketentuan
dari pemerintah atau pemerintah daerah. Beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam menyusun kalender pendidikan sebagai berikut:

1. Pengaturan Permulaan tahun pelajaran


adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada
setiap satuan pendidikan. Permulaan tahun pelajaran telah ditetapkan oleh
pemerintah yaitu pada bulan Juli (19 Juli 2022) setiap tahun dan berakhir pada bulan
Juni tahun berikutnya.
2. Jumlah Minggu Efektif Belajar Selama Satu Tahun Pelajaran
Semester Ganjil
JUMLAH MINGGU
NO. BULAN TIDAK EFEKTIF
SELURUHNYA EFEKTIF
EFEKTIF FAKULTATIF
1 Juli 2022 4 2 - 2
2 Agustus 2022 5 - - 5
3 September 2022 4 1 - 3
4 Oktober 2022 4 - - 4
5 Nopember 2022 5 - - 5
6 Desember 2022 4 2 - 2
Jumlah 26 5 - 21

Penggunaan Minggu efektif :


1. Tatap Muka, PH dan Remidi / Pengayaan = 17 minggu

93
2. PTS dan PAS = 2 minggu
3. Cadangan = 2 minggu
----------------------------------------------------------------------------------
Jumlah = 21 minggu

Semester Genap
JUMLAH MINGGU
NO. BULAN TIDAK EFEKTIF
SELURUHNYA EFEKTIF
EFEKTIF FAKULTATIF
1 Januari 2023 4 - - 4
2 Februari 2023 4 - - 4
3 Maret 2023 5 - - 5
4 April 2023 4 - - 4
5 Mei 2023 4 1 - 3
6 Juni 2023 5 2 1 2
Jumlah 26 5 1 22

Penggunaan Minggu efektif :


1. Tatap Muka, PH dan Remidi / Pengayaan = 15 minggu
2. PTS dan PAT = 2 minggu
3. Cadangan = 5 minggu
----------------------------------------------------------------------------------
Jumlah = 22 minggu

Jumlah Hari Efektif Skolah, Efektif Fakultatif dan Hari Libur

SMT BULAN HR LU LHB LPP LHR LAS HES


1 JULI 31 5 2 - 7 5 12
AGUSTUS 31 4 1 - - - 26
SEPTEMBER 30 4 1 - - - 23
OKTOBER 31 5 - - - - 25
NOPEMBER 30 4 - - - - 26
DESEMBER 31 4 1 - - 12 14
JUMLAH 184 26 5 - 7 17 126

SMT BULAN HR LU LHB LPP LHR LAS HES


2 JANUARI 31 5 1 - 7 5 25
FEBRUARI 28 4 - - - - 24
MARET 31 4 1 - - - 25
APRIL 30 5 2 - - 2 23
MEI 31 4 4 3 - 3 18
JUNI 30 4 1 - - 5 12
JUMLAH 184 26 10 3 - 10 122
KETERANGAN:
HES : HARI EFEKTIF SEKOLAH
LU : LIBUR UMUM
LHB : LIBUR HARI BESAR
LPP : LIBUR PERMULAAN PUASA

94
LHR : LIBUR HARI RAYA
LTS : LIBUR TENGAH SEMESTER
LAS : LIBUR AKHIR SEMESTER

3. Jadwal waktu libur (jeda tengah semester, antar semester, libur akhir tahun pelajaran, libur
keagamaan, hari libur nasional dan hari libur khusus).

NO KEGIATAN ALOKASI WAKTU KETERANGAN


1 Minggu efektif belajar 40 minggu Digunakan untuk kegiatan
pembelajaran: tatap muka,
PH, Remidi/ Pengayaan, PTS,
PAS, Try Out, US, UN dan
Cadangan
2 Jeda tengah semester 1 minggu Satu minggu setiap
semester,untuk kegiatan KTS
3 Jeda antar semester 2 minggu Antara semester I dan II, libur
semester I, digunakan untuk
menyiapkan kegiatan dan
administrasi semester II
4 Libur akhir tahun 3 minggu Digunakan untuk penyiapan
pelajaran kegiatan dan administrasi
akhir dan awal tahun
pelajaran
5 Hari libur keagamaan 3 minggu Libur awal puasa, libur
sekitar hari raya, dan libur
Hari Besar Agama yang lain
6 Hari libur 8 minggu Disesuaikan dengan
umum/nasional Peraturan Pemerintah
7 Hari libur khusus Tidak mempunyai hari libur
khusus
8 Kegiatan khusus 1 minggu Digunakan kegiatan Pondok
Ramadhan

KETERANGAN
- Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap
tahun pelajaran. Sekolah dapat mengalokasikan lâmanya minggu efektif belajar
sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
- Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu,
meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan
lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
- Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan
pembelajaran terjadwal. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan
hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten / Kota atau organisasi
penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.

95
- Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir
tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk han - hari besar
nasioanl dan hari libur khusus.
- Libur jeda tengah semester, jeda antar semester dan libur akhir tahun pelajaran
digunakan untuk persiapan kegiatan dan administrasiakhir dan awal tahun
pelajaran.
- Hari libur umum atau nasional atau penetapan hari serentak untuk setiap jenjang
dan jenis pendidikan disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Pusat, Provinsi,
Kabupaten / Kota.

PENJABARAN KALENDER PENDIDIKAN


SMP ISLAM AL KHIDMAH
TAHUN PELAJARAN : 2022 / 2023
Smt 1
HK 31 HL 18 HE 13
JULI 2022
TANGGAL URAIAN KEGIATAN

Minggu 3 10 17 24
Senin 4 11 18 25 1-17 Libur Akhir Tahun
Selasa 5 12 19 26 18 Hari pertama masuk sekolah
Rabu 6 13 20 27 18-20 MPLS
Kamis 7 14 21 28 21-22 Kepramukaan
Jumat 1 8 15 22 29 30 Tahun Baru Hijriah 1444 H
Sabtu 2 9 16 23 30

HK 31 HL 6 HE 25

AGUSTUS 2022 TANGGAL URAIAN KEGIATAN

Minggu 31 7 14 21 28
Senin 1 8 15 22 29 17 HUT RI ke 77
Selasa 2 9 16 23 30
Rabu 3 10 17 24
Kamis 4 11 18 25
Jumat 5 12 19 26
Sabtu 6 13 20 27

96
HK 30 HL 5 HE 25

SEPTEMBER 2022 TANGGAL URAIAN KEGIATAN

Minggu 4 11 18 25
Senin 5 12 19 26 19-24 Penilaian Tengah Semester
Selasa 6 13 20 27 26-30 Jeda Tengah Semester
Rabu 7 14 21 28
Kamis 1 8 15 22 29
Jumat 2 9 16 23 30
Sabtu 3 10 17 24

HK 31 HL 5 HE 26

OKTOBER 2022 TANGGAL URAIAN KEGIATAN

Minggu 2 9 16 23
Senin 3 10 17 24 8 Libur Maulid Nabi Muhammad SAW
Selasa 4 11 18 25 15 Pembagian Raport PTS
Rabu 5 12 19 26
Kamis 6 13 20 27
Jumat 7 14 21 28
Sabtu 1 8 15 22 29

HK 30 HL 5 HE 25

NOPEMBER 2022 TANGGAL URAIAN KEGIATAN

Minggu 7 14 21 28
Senin 1 8 15 22 29
Selasa 2 9 16 23 30
Rabu 3 10 17 24
Kamis 4 11 18 25
Jumat 5 12 19 26
Sabtu 6 13 20 27

HK 31 HL 14 HE 17

97
DESEMBER 2022 TANGGAL URAIAN KEGIATAN

Minggu 4 11 18 25
Senin 5 12 19 26 6-11 Penilaian Akhir Semester
Selasa 6 13 20 27 23 Titi Mangsa Raport
Rabu 7 14 21 28 23 Pembagian Raport
Kamis 1 8 15 22 29 25 Hari Natal
Jumat 2 9 16 23 30 27-31 Libur Akhir Semester Ganjil
Sabtu 3 10 17 24 31

Jumlah Keseluruhan dalam Semester Ganjil :


HK = 184 Hari Hari tersedia dalam Kalender
HL = 55 Hari Hari libur Umum, libur semester
HE = 129 Hari Hari Efektif Belajar (KBM)

98
Smt 2
HK 21 HL 3 HE 18

JANUARI 2023 TANGGAL URAIAN KEGIATAN

Minggu 30 2 9 16 23
Senin 31 3 10 17 24 1 Libur Tahun Baru 2022
Selasa 4 11 18 25 3-8 Libur Akhir Semester Ganjil
Rabu 5 12 19 26 10 Hari Pertama Masuk Sekolah
Kamis 6 13 20 27
Jumat 7 14 21 28
Sabtu 1 8 15 22 29

HK 31 HL 16 HE 15

FEBRUARI 2023 TANGGAL URAIAN KEGIATAN

Minggu 6 13 20 27
Senin 7 14 21 28 1 Libur Tahun Baru Imlek
Selasa 1 8 15 22 28 Libur Isra Mi’raz
Rabu 2 9 16 23
Kamis 3 10 17 24
Jumat 4 11 18 25
Sabtu 5 12 19 26

HK 21 HL 3 HE 18

MARET 2022 TANGGAL URAIAN KEGIATAN

Minggu 6 13 20 27
Senin 7 14 21 28 3 Hari Raya Nyepi
Selasa 1 8 15 22 29 14-19 Penilaian Tengah Semester
Rabu 2 9 16 23 30
Kamis 3 10 17 24
Jumat 4 11 18 25
Sabtu 5 12 19 26

99
HK 31 HL 6 HE 25

APRIL 2022 TANGGAL URAIAN KEGIATAN

Minggu 4 11 18 25
Senin 4 11 18 25 1-2 Libur Awal Puasa Ramadhan
Selasa 5 12 19 26 15 Libur Kenaikan Isa Almasih
Rabu 6 13 20 27 25-30 Libur Hari Raya Idul Fitri
Kamis 7 14 21 28
Jumat 1 8 15 22 29
Sabtu 2 9 16 23 30

HK 21 HL 3 HE 18

MEI 2022 TANGGAL URAIAN KEGIATAN

Minggu 1 8 15 22 29
Senin 2 9 16 23 30 1 Hari Buruh
Selasa 3 10 17 24 31 2-3 Hari Raya Idul Fitri
Rabu 4 11 18 25 4-14 Libur Hari Raya Idul Fitri
Kamis 5 12 19 26 16 Hari Raya Waisak
Jumat 6 13 20 27
Sabtu 7 14 21 28

HK 21 HL 3 HE 18

JUNI 2022 TANGGAL URAIAN KEGIATAN

Minggu 6 13 20 27
Senin 6 13 20 27 1 Libur Hari Pancasila
Selasa 7 14 21 28 6-11 Penilaian Akhir Tahun
Rabu 1 8 15 22 29 24 Titi Mangsa Raport
Kamis 2 9 16 23 30 25 Pembagian Raport
Jumat 3 10 17 24 27-16 Juli Libur akhir tahun
Sabtu 4 11 18 25

Jumlah Keseluruhan dalam Semester GENAP

100
HK = 212 Hari Hari tersedia dalam Kalender
Hari libur Umum, menjelang
HL = 56 Hari idul fitri dan libur semester
HE = 125 Hari Hari Efektif Belajar (KBM)

101
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kualifikasi guru 90% lulusan S1, dapat meningkatkan kompetensi guru dalam
melaksanakan tupoksi guru.
2. Sarana dan prasarana yang ada walaupun sederhana membantu dalam kelancaran
kegiatan belajar mengajar.
3. Lokasi yang strategis membantu peningkatan kuantitas peserta didik, yang
perlahan-lahan menumbuhkan semangat peningkatan kualitas.
4. Kekuatan, kelemahan,ancaman dan peluang yang ada diharapkan mampu
memotivasi steak holder untuk terus mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) SMP Islam Al Khidmah.

B. Saran-saran
1. Kesejahteraan guru dan karyawan hendaknya ditingkatkan untuk meningkatkan
motivasi guru dalam menjalankan tupoksinya.
2. Melengkapi sarana dan prasarana penunjang proses belajar mengajar
3. Mengirim peserta didik dalam setiap lomba atau kegiatan yang diadakan oleh dinas
terkait
4. Meningkatkan life skill peserta didik
5. Meningkatkan SDM SMP Islam Al Khidmah dengan cara mengadakan pelatihan
dan mengikutsertakan guru dan pegawai dalam kegiatan yang diadakan oleh dinas
terkait
6. Memberi kesempatan pada guru dan pegawai untuk menyelesaikan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi
7. Meningkatkan pengembangan kegiatan pembelajaran termasuk perangkat
administrasi sehingga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP Islam Al
Khidmah selalu berkembang.

102

Anda mungkin juga menyukai