BAB III
STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
A. STRUKTUR KURIKULUM
Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian kompetensi inti, mata
pelajaran, beban belajar, kompetensi dasar, dan muatan pembelajaran pada satuan
pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah.
Kompetensi inti dirancang seiring dengan pertambahan usia peserta didik pada
kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi
dasar pada kelas yang berbeda diharapkan dapat dijaga.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi
di sekolah dan masyarakat;
2) Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai
sumber belajar;
3) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
4) Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti
kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
5) Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi
(organizing elements) kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti;
6) Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran
dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Mengacu pada enam karakteristik tersebut maka seluruh aktivitas
penerapan kurikulum berpusat pada usaha mewujudkan kompetensi inti yang
diwujudkan dengan menempatkan sekolah sebagaian bagian dari sistem
masyarakat.
45
46
Total 32 32 32
C. Mata Pelajaran Tambahan
1 English 5 5 5
2 Matematics 4 4 4
3 General Science 3 3 3
4 ESL 2 2 2
Total 14 14 14
Total All 46 46 46
Keterangan:
a. Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan
dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
b. Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan
dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan
muatan/konten lokal.
c. Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang
berdiri sendiri.
d. Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah.
e. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 40 (empat puluh) menit.
f. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, paling banyak 50%
dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan
g. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya,
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta faktor lain yang dianggap penting, namun
yang diperhitungkan Pemerintah, maksimal 2 (dua) jam/minggu.
h. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya satuan pendidikan wajib menyelenggarakan
minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik mengikuti salah
satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat
diganti setiap semesternya.
i. Untuk Mata Pelajaran Prakarya dan/atau Mata Pelajaran Informatika, satuan
pendidikan menyelenggarakan salah satu atau kedua mata pelajaran tersebut.
Peserta didik dapat memilih salah satu mata pelajaran yaitu Mata Pelajaran
Prakarya atau Mata Pelajaran Informatika yang disediakan oleh satuan
pendidikan.
j. Dalam hal satuan pendidikan memilih Mata Pelajaran Prakarya, satuan
pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang
disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk
setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.
k. Khusus untuk Madrasah Tsanawiyah struktur kurikulum dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh Kementerian Agama.
l. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan (wajib), usaha
kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja (PMR), dan lainnya sesuai
dengan kondisi dan potensi masing-masing satuan pendidikan.
2. MUATAN LOKAL
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata
pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran
tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh sekolah, tidak terbatas pada
mata pelajaran seni-budaya dan keterampilan, tetapi juga mata pelajaran lainnya,
seperti Pendidikan Lingkungan Hidup. Muatan lokal merupakan mata pelajaran,
sehingga sekolah harus mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Sekolah dapat
menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester, atau dua mata
pelajaran muatan lokal dalam satu tahun.
2.1 Jenis dan strategi muatan lokal yang dilaksanakan instruksi Dinas
Pendidikan Kota Batam
Muatan lokal yang akan dilaksanakan di SMPS Mondial adalah Bahasa
Mandarin dengan alokasi 2 jam pelajaran seminggu, diikuti oleh peserta didik
kelas VII, VIII dan IX. Muatan lokal Bahasa Mandarin bertujuan untuk
mempersiapkan bibit unggul yang mampu bersaing dalam dunia usaha
disebabkan letak geografis Pulau Batam yang berada diperbatasan serta pintu
gerbang internasional. Serta membekali peserta didik memiliki keterampilan
berbahasa mandarin untuk menghadapi tantangan komunikasi tingkat
internasional dan kebutuhan riil tenaga kerja di Batam yang sebagian besar
merupakan investor asing.
2.2 Jenis dan strategi muatan lokal
Muatan lokal yang menjadi ciri khas Kota Batam dan diterapkan di SMPS
Mondial adalah Bahasa Mandarin yang terdiri dari kelas Mandarin Basic dan
Elementary dengan alokasi waktu 2 Jam pelajaran per minggu. Mata pelajaran
muatan lokal mandarin ini diterapkan mulai kelas VII, VIII dan IX.
Pengembangan muatan lokal mandarin ini dikembangakan dengan menggunakan
guru expatriate langsung dari Cina dan penentuan kelas menggunakan sistem
penilaian HSK yang dilaksanakan minimal 1 kali dalam satu semester.
Tujuannya agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan bahasa
mandarin baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua
untuk mewujudkan karakter yang berbudi pekerti luhur.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa bahasa mandarin serta untuk
melestarikannya sebagai kekayaan budaya daerah
3. Memahami bahasa mandarin dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
3. PENGEMBANGAN DIRI
Pengembangan diri merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik baik
individu maupun kelompok agar berkembang secara optimal dalam hubungan
pribadi, sosial, belajar, dan karir, melalui proses pembiasaan, pemahaman diri dan
lingkungan untuk mencapai kesempumaan perkembangan diri.
Tujuan pengembangan diri adalah membantu memandirikan peserta didik
dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mmengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minatnya. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, praktisi, atau
alumni yang memiliki kualifikasi berdasarkan surat keputusan kepala sekolah.
Pola Pelaksanaan pengembangan diri dalam kegiatan pembiasaan diantaranya
bersifat Spontan, Rutin, Keteladanan, dan kegiatan terprogram seperti program
kegiatan sekolah, program kegiatan tahunan, kegiatan ekstrakurikuler dan Bimbingan
Konseling (BK).
Pelaksanaan pengembangan diri dalam bentuk pembiasaan dengan penguatan
pendidikan berkarakter (PPK) di lingkungan sekolah SMPS Mondial adalah:
Tabel 26. Pembiasaan Diri dengan Pendidikan Penguatan Karakter
(PPK) di SMPS Mondial
No Kegiatan Pembiasaan Waktu Pukul Karakter Ket.
Pelaksanaan PPK
1. Welcoming Student Senin, Kamis 07.00 – 07.30 Religius dan Semua
(5S = Senyum, sapa, salam, dan Jumat integritas Peserta didik
sopan dan santun)
2. Menyanyikan lagu Setiap hari 07.50 – 08.00 Semua
Indonesia Raya Nasionalisme Peserta didik
Menyanyikan lagu wajib 15.55 – 16.00
nasional
3. Upacara Bendera - Senin 07.30 – 08.00 Nasionalisme Semua
- hari besar Peserta didik
nasional
4. Kegiatan Doa - Senin Pagi 07.30 – 07.50 Religius Semua
- Jumat awal Peserta didik
12.05 – 13.10
Bulan
5. Coin Bank / Donasi Setiap hari 07.00 – 16.00 Gotong Semua
Peserta didik
Royong
6. Senam Kreasi (INLA) Selasa 07.30 – 08.00 Mandiri Semua
Peserta didik
7. Kreasi Kelas Selasa 07.45 – 08.00 Mandiri Semua
Gotong royong Peserta didik
8. Reading Corner Rabu, Kamis, 07.30 – 08.00 Mandiri Semua
(Pojok baca) Jumat Integritas Peserta didik
Jadwal Kegiatan
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan program Layanan Bimbingan dan Konseling di
SMPS Mondial dilaksanakan melalui :
1. Kontak langsung/tatap muka dengan peserta didik
Secara terjadwal satu jam secara klasikal untuk menyelenggarakan layanan
orientasi layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan
penguasaan konten, dan instrumentasi.
2. Di luar jam pembelajaran
Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan
konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling
kelompok,dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar
kelasSatu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar
jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka
dalam kelas.
3. Tidak kontak langsung/non tatap muka malalui Himpunan data kunjungan
rumah, konferensi kasus, kolaborasi, konsultasi.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
- Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
profil perilaku dan pribadi peserta didik.
- Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
- Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode
dan teknik pembelajaran.
- Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian
pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning
(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara
pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran
sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan
berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a
plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in
achieving something” (Wina Senjaya (2008).
c. Metode pembelajaran
Jadi, metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa
metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4)
simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8)
debat, (9) simposium, dan sebagainya.
d. Teknik Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara
yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah
siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan
kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti
teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
e. Taktik Pembelajaran.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan
metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan,
terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin
akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang
satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki
sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense
of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,
pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
f. Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka
terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. berkenaan dengan model
pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin
Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran,
yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
b. Beban belajar yang harus diikuti peserta didik adalah penugasan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur yang waktunya maksimal lima puluh persen
(50%) dari jumlah jam tatap muka. Penugasan terstruktur di antaranya pekerjaan
rumah (PR), penyusunan program / perencanaan kegiatan, laporan pelaksanaan
kegiatan. Penugasan mandiri tidak terstruktur terdiri dari tugas-tugas individu
atau kelompok yang disesuaikan dengan potensi, minat, dan bakat peserta didik.
c. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan
satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan 1 jam
tatap muka.
d. Alokasi waktu untuk pengembangan ekspresi dan potensi diri disesuaikan
dengan jenis pengembangan yang dipilih.
e. Pengembangan diri dalam rangka pembentukan karakter / berbasis budi pekerti
disesuaikan dengan kondisi situasi, dan konteks sekolah serta mengembangkan
kecakapan vokasional, kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan
akademik / unggulan.
f. Program tambahan berupa pemantapan Olimpiade Sains Nasional (OSN)
Matematika, IPA dan IPS sebanyak 2 x 40 menit minggunya
g. Program Tambahan berupa pengayaan kelas 9 pada semester 1 dan 2 untuk
pelajaran Bahasa Indonesia, IPA dan Matematika, sebanyak 2 jam pelajaran
perminggunya.
3. PENILAIAN
3.1.Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar
Pelaksanaan penilaian hasil belajar dilakukan oleh guru, dan satuan
pendidikan sebagaimana diatur menurut Undang - Undang. Pelaksanaan penilaian
hasil belajar dapat berupa :
1. Penilaian Harian (PH) / Ulangan Harian (UH) setelah peserta didik
menyelesaikan satu atau dua KD setiap mata pelajaran
2. Penilaian Tengah Semester (PTS) setelah peserta didik meyelesaikan satu atau
dua KI / SK setiap mata pelajaran
3. Penilaian Akhir Semester (PAS) setelah peserta didik menyelesaikan KD dari
KI/SK setiap mata pelajaran yang di programkan pada semester 1
3.2.1.Penilaian Sikap
Langkah - langkah untuk membuat deskripsi nilai / perkembangan sikap
selama satu semester :
1) Proses Pencatatan, Pelaporan Sikap dan Tindaklanjut
a. Pencatatan sikap oleh Kesiswaan / Discipline Officer
Bidang kesiswaan menerbitkan laporan poin pelanggaran siswa
berdasarkan hasil temuan dan laporan guru piket maupun sumber
informasi yang sebelumnya sudah dibuktikan kebenarannya. Poin
pelaporan pelanggaran siswa tersebut dilaporkan pada tiap tengah dan
satu semester pelaporan.
b. Pencatatan sikap oleh guru mata pelajaran pada saat KBM
Guru mata pelajaran mencatatkan setiap peristiwa terkait sikap sosial
peserta didik di dalam maupun diluar pembelajaran pada jurnal sikap
guru. (Tertandatangan peserta didik)
Kemudian guru mata pelajaran wajib meneruskan laporan kepada
walikelas agar diketahui dan diberikan pembinaan terhadap peserta
didik (tertandatangan walikelas).
Walikelas wajib memiliki dan mengisi buku pembinaan siswa untuk
menindaklanjuti laporan sikap dari guru matapelajaran terkait peserta
didiknya agar dilakukan pembinaan. (tertadatangan oleh guru mapel
dan peserta didik).
Jika terdapat lebih dari 3x laporan dari berbagai guru mata pelajaran
yang berbeda, wali kelas wajib meneruskan laporan kepada BK agar
dilakukan konseling terhadap peserta didik terkait.
BK wajib memberikan konseling kepada peserta didik atas laporan
walikelas. Jika diperlukan BK dapat merekomendasikan walikelas
untuk menginisiasi pertemuan dengan orangtua/wali. (Tertandatangan
oleh Walikelas pada jurnal BK)
2) Pengolahan Nilai Sikap pada raport
a. Guru mata pelajaran memberikan instrumen penilaian sikap berupa jurnal
sikap sosial dan spiritual kepada BK pada tengah/ satu semester
pelaporan
b. BK mengolah jurnal sikap sosial dan spiritual berdasarkan kuantitas serta
mempertimbangkan laporan poin pelanggaran tata tertib siswa pada
tengah semester atau satu semester pelaporan.
c. Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing - masing
mengelompokkan (menandai) catatan - catatan sikap pada jurnal yang
dibuatnya ke dalam sikap spiritual dan sikap sosial (apabila pada jurnal
belum ada kolom butir nilai).
3) Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing - masing membuat
rumusan deskripsi singkat sikap spiritual dan sikap sosial berdasarkan catatan
- catatan jurnal untuk setiap peserta didik.
4) Wali kelas mengumpulkan deskripsi singkat sikap dari guru mata pelajaran
dan guru BK. Dengan memperhatikan deskripsi singkat sikap spiritual dan
sosial dari guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas yang bersangkutan,
wali kelas menyimpulkan (merumuskan deskripsi) capaian sikap spiritual dan
sosial setiap peserta didik.
5) Pelaporan hasil penilaian sikap dalam bentuk predikat dan deskripsi.
Berikut contoh rumusan deskripsi capaian sikap spiritual dan
sosial:
Sikap spiritual:
Predikat Deskripsi
Sangat Baik Selalu bersyukur, selalu berdoa sebelum melakukan
kegiatan, dan toleran pada pemeluk agama yang
berbeda; ketaatan beribadah sudah berkembang.
Sikap sosial:
Predikat Deskripsi
Baik Santun, peduli, dan percaya diri; kejujuran,
kedisiplinan, dan tanggungjawab meningkat.
Sikap sosial:
Predikat Deskripsi
Cukup Santun, cukup peduli, percaya diri, kejujuran
meningkat, kedisiplinan mulai berkembang, dan
tanggungjawab mulai meningkat.
3.2.2.Penilaian Pengetahuan
Nilai pengetahuan diperoleh dari hasil penilaian harian (PH), penilaian
tengah semester (PTS), dan penilaian akhir semester (PAS) yang dilakukan
dengan beberapa teknik penilaian sesuai tuntutan kompetensi dasar (KD).
Penulisan capaian pengetahuan pada rapor menggunakan angka pada skala 0 –
100 disertai predikat dan deskripsi.
a. Hasil Penilaian Harian (HPH)
Hasil Penilaian Harian merupakan nilai rata - rata yang diperoleh dari hasil
penilaian harian melalui tes tertulis dan / atau penugasan untuk setiap KD.
Dalam perhitungan nilai rata - rata diberikan pembobotan untuk nilai tes
tertulis dan penugasan adalah 60% untuk bobot tes tertulis dan 40% untuk
penugasan.
b. Hasil Penilaian Tengah Semester (HPTS)
Hasil Penilaian Tengah Semester (HPTS) merupakan nilai yang diperoleh
dari penilaian tengah semester (PTS) melalui tes tertulis dengan materi yang
diujikan terdiri atas semua KD dalam tengah semester.
c. Hasil Penilaian Akhir Semester (HPAS)
Hasil Penilaian Akhir Semester (HPAS) merupakan nilai yang diperoleh dari
penilaian akhir semester (PAS) melalui tes tertulis dengan materi yang
diujikan terdiri atas semua KD dalam satu semester.
d. Hasil Penilaian Akhir (HPA)
1) Hasil Penilaian Akhir (HPA) merupakan hasil pengolahan dari HPH,
HPTS, dan HPAS dengan menggunakan formulasi dengan pembobotan
yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.
2) Penetapan penghitungan HPA dengan menggunakan pembobotan yang
digunakan adalah :
HPH (50%) : HPTS (20%) : HPAS (30%) = 2 : 1 : 1
3) HPTS dan HPAS dimasukkan ke dalam tabel pengolahan HPA secara
gelondongan, tanpa memilah - milah nilai per KD berdasarkan nilai HPTS
dan HPAS.
4) Pendidik dapat memilah - milah nilai per KD dari HPTS dan HPAS
sebelum memasukkan ke dalam tabel pengolahan HPA. Pemilahan nilai
per KD tersebut untuk mengetahui KD yang sudah dicapai peserta didik
dan KD yang belum dicapai peserta didik. Hal ini dilakukan untuk
keperluan pemberian pembelajaran remedial dan pendeskripsian capaian
pengetahuan dalam rapor.
5) Contoh : penghitungan HPA atas nama peserta didik Ani dengan
pembobotan HPH : HPTS : HPAS = 2 : 1 : 1 yaitu:
HPA = ((2 x HPH) + (1 x HPTS) + (1 x HPAS))/4 HPA
= (2 x 73,19) + (1 x 90) + (1 x 80)
= 79,09 79
6) Nilai Akhir berupa angka bulat dan diberi predikat sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh sekolah.
7) Sekolah akan menggunakan skala untuk penetapan predikat sesuai dengan
KKM yang ditetapkan.
3.2.3.Penilaian Keterampilan
a. Pengertian Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dalam melakukan
tugas tertentu di berbagai macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi.
b. Teknik Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik, antara lain
penilaian praktik, penilaian produk, penilaian proyek, dan penilaian
portofolio. Teknik penilaian keterampilan yang digunakan dipilih sesuai
dengan karakteristik KD pada KI-4.
c. Tahap - Tahap Penilaian Keterampilan
Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan :
1) Perencanaan penilaian;
2) Penyusunan instrumen penilaian;
3) Pelaksanaan penilaian;
4) Pemanfaatan hasil penilaian; dan
5) Pelaporan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan
didukung dari deskripsi yang diperoleh dari hasil portofolio.
d. Pelaksanaan Penilaian
Pelaksanaan penilaian adalah eksekusi dari perencanaan penilaian yang telah
dilakukan. Adapun teknis pelaksanaan penilaian praktik, produk, dan projek
meliputi:
pemberian tugas secara rinci;
penjelasan aspek dan rubrik penilaian;
pelaksanaan penilaian sebelum, selama, dan setelah siswa
melakukan pembelajaran; dan
pendokumentasian hasil penilain.
e. Pengolahan Hasil Penilaian Keterampilan
1) Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian praktik, produk, proyek,
dan portofolio. Hasil penilaian dengan teknik praktik dan proyek dirata-
rata untuk memperoleh nilai akhir keterampilan pada setiap mata
pelajaran.
2) Penulisan capaian keterampilan pada rapor menggunakan angka pada skala
0 – 100 disertai predikat dan deskripsi. Nilai akhir semester diberi predikat
dengan ketentuan:
Tabel 32. Skala Angka dan Predikat Nilai Raport Semester
Keterangan Predikat VII VIII IX
Sangat Baik A 90 - 100 91 - 100 91 - 100
Baik B 80 – 89 81 – 90 81 – 90
Cukup C 70 – 79 71 – 80 71 – 80
Kurang D < 70 < 71 < 71
Selain nilai dalam bentuk angka dan predikat, dalam rapor dituliskan
deskripsi capaian keterampilan untuk setiap mata pelajaran.
Keterangan :
a. Pembuatan KKM memperhitungkan beberapa aspek yang dianalisis,
seperti tabel dibawah ini :
Tabel 34. Aspek dan Kriteria KKM
Aspek Yang
Dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian
Kompleksitas Tinggi < 65 sedang 65-79 Rendah 80-100
Daya Dukung Tinggi 80-100 sedang 65-79 Rendah <65
Intake Peserta didik Tinggi 80-100 sedang 65-79 Rendah <65
b. Kelas VII dan VIII telah menerapkan Kurikulum 2013 dengan Mono
KKM menggunakan predikat interval pada raport
12. Jika setelah dilakukan pembelajaran remedial, nilai PAS masih belum
mencapai KKM, pendidik memiliki kesempatan untuk mengevaluasi kembali
hasil PAS peserta didik jika terdapat perkembangan sikap menurut jurnal
guru, BK dan kesiswaan.
KOORDINASI PERAN
Pembelajaran regular
Orangtua Mengetahui
Penilaian Harian (PH) 1 dan
dari hasil PH yang
ditandatangani
Tuntas KKM Belum Tuntas KKM PENDIDIK WALIKELAS
Remedial 1
Jurnal
Pembelajaran Guru
Penilaian (terhada
p
kegiatan
Tuntas KKM Belum Tuntas KKM belajar di
kelas)
Remedial 2
Pembelajaran
Penilaian
SIKAP Mengikuti
Tidak Mengikuti
BURUK dengan baik
dengan baik
D. PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Pengembangan Kecakapan Abad 21
Abad 21 merupakan abad yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga menuntut sumber daya manusia sebuah negara untuk menguasai
berbagai bentuk keterampilan, termasuk keterampilan berpikir kritis dan pemecahan
masalah dari berbagai permasalahan yang semakin meningkat.
Pendidikan Abad 21 merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara
kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap TIK.
Kecakapan tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai model pembelajaran
berbasis aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi
pembelajaran. Kecakapan yang dibutuhkan di Abad 21 juga merupakan keterampilan
berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills (HOTS)) yang sangat diperlukan
dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global.
Literasi menjadi bagian terpenting dalam sebuah proses pembelajaran, peserta
didik yang dapat melaksanakan kegiatan literasi dengan maksimal tentunya akan
mendapatkan pengalaman belajar lebih dibanding dengan peserta didik lainnya.
Pembelajaran akan meletakkan dasar dan kompetensi, pengukuran kompetensi
dengan urutan LOTS menuju HOTS. Proses pembelajaran akan dimulai dari suatu
hal yang mudah menuju hal yang sulit. Dengan evaluasi LOTS akan menjadi tangga
bagi peserta didik untuk meningkatkan kompetensi menuju seseorang yang memiliki
pola pikir kritis.
Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaborasi dan
mampu berkomunikasi dengan baik akan meningkat pula karakternya, sehingga
keilmuan dan kompetensi yang dikuasainya akan menjadikannya memiliki
sikap/karakter yang bertanggungjawab, bekerja keras, jujur dalam kehidupannya.
Seorang peserta didik yang mengalami proses pembelajaran dengan melaksanakan
aktivitas literasi pembelajaran dan guru memberikan penguatan karakter dalam
proses pembelajaran dengan urutan kompetensi dari LOTS menuju kompetensi
HOTS akan menghasilkan lulusan yang memiliki karakter dan kompetensi.
a. Kecakapan Abad 21
1. Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and
Problem Solving Skill
Kemampuan berfikir kritis diantaranya :
1) menentukan kredibilitas suatu sumber,
2) membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan,
3) membedakan fakta dari penilaian,
4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan,
5) mengidentifikasi bias yang ada,
6) mengidentifikasi sudut pandang, dan
7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan
2. Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills)
Kecakapan komunikasi dalam proses pembelajaran antara lain :
- Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam
berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia (ICT
Literacy).
- Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada
saat berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada tulisan.
- Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan
dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.
- Selain itu dalam komunikasi lisan diperlukan juga sikap untuk dapat
mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain, selain pengetahuan
terkait konten dan konteks pembicaraan.
- Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
- Dalam Abad 21 komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa, tetapi
kemungkinan multi-bahasa.
3. Kreatifitas dan Inovasi (Creativity and Innovation)
Beberapa kecakapan terkait kreatifitas yang dapat dikembangkan dalam
pembelajaran antara lain sebagai berikut:
- Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru secara lisan atau tulisan.
- Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
- Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan praktikal.
- Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi baru dan
berbeda, baik dalam mata pelajaran terkait, antar mata pelajaran, maupun
dalam persoalan kontekstual.
- Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran.
- Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki.
- Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungan.
4. Kolaborasi (Collaboration)
Kecakapan terkait dengan kolaborasi dalam pembelajaran antara lain sebagai
berikut:
- Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok
- Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara
produktif dengan yang lain.
- Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.
- Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi
tercapainya tujuan yangbtelah ditetapkan.
c. Pilar Pendidikan
1. Belajar untuk mencari tahu (learning to know)
Belajar untuk mencari tahu terkait dengan cara mendapatkan pengetahuan
melalui penggunaan media atau alat yang ada. Media bisa berupa buku,
orang, internet, dan teknologi yang lainya.
2. Belajar untuk mengerjakan (learning to do)
Belajar untuk melakukan atau berkarya, hal ini tidak terlepas dari belajar
mengetahui karena perbuatan tidak terlepas dari ilmu pengetahuan. Belajar
untuk melakukan atau berkarya merupakan upaya untuk senantiasa
melakukan dan berlatih keterampilan untuk keprofesionalan dalam bekerja.
Terkait dengan pembelajaran didalam kelas, maka belajar untuk mengerjakan
ini sangat diperlukan latihan keterampilan bagaimana peserta didik dapat
menggunakan pengetahuan tentang konsep atau prinsip mata pelajaran
tertentu dalam mata pelajaran lainnya atau dalam kehidupannya sehari - hari.
Dengan demikian peserta didik memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
dapat mempengaruhi kehidupannya dalam mennetukan pilihan kerja yang ada
di masyarakat.
3. Belajar untuk menjadi (learning to be)
Belajar untuk menjadi atau berkembang utuh, belajar untuk menjadi atau
berkembang secara utuh berkaitan dengan tuntutan kehidupan yang semakin
kompleks sehingga dibutuhkan suatu karakter pada diri individu. Belajar
menjadi pribadi yang berkembang secara optimal yang memiliki kesesuaian
dan keseimbangan pada kepribadianya baik itu moral, intelektual, emosi,
spiritual, maupun sosial. Sehingga dalam pembelajaran, guru memiliki
kewajiban untuk mengembangkan potensi peserta sesuai dengan bakat dan
minatnya agar peserta didik tersebut dapat menentukan pilihannya, terlepas
dari siapa dan apa pekerjaanya, tetapi yang penting adalah dia menjadi sosok
pribadi yang memiliki keunggulan.
4. Belajar untuk berhidupan bersama dalam kedamaian (learning to live together
in peace).
Belajar hidup bersama ini sangat penting, karena masyarakat yang beragam,
baik dilihat dari latar belakang, suku, ras, agama, etnik, atau pendidikan. Pada
pembelajaran, peserta didik harus memahami bahwa keberagaman tersebut
bukan untuk dibeda-bedakan, akan tetapi dipahamkan bahwa keberagaman
tersebut tergabung dalam suatu lingkungan masyarakat. Oleh karena itu
saling membantu dan menghargai satu dengan yang lainya sangat diperlukan
agar tercipta masyarakat yang tertib dan aman, sehingga setiap individu dapat
belajar dan hidup dalam kebersamaan dan kedamaian.
5. Belajar untuk memperkuat keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
Pilar yang ini hanya terdapat dalam secara tersirat dalam pendidikan di
Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas yang menyatakan bahwa salah satu Tujuan Pendidikan Nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Implementasi dari pilar tersebut
diwujudkan secara langsung dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti, dan mata pelajaran PPKN, dan dalam mata pelajaran lain
sebagai hasil pembelajaran tidak langsung melalui pencapaian KI-1
(Kompetensi Spiritual).
b. Pelaksanaan
Pada dasarnya ada tiga tahapan pelaksanaan GLS di sekolah, dimulai dari
Tahap Pembiasan, Tahap Pengembangan, sampai pada tahap Pembelajaran.
Berikut adalah gambaran tiga tahapan itu.
Karakter Mandiri
Peserta didik dituntut memiliki karakter mandiri dengan mengikuti beberapa
kegiatan yaitu :
1. Kegiatan kepanduan Pramuka
2. Kegiatan Team Building Camp
3. Kegiatan English Camp
4. Kegiatan studi tour
5. Kegiatan pembinaan OSN dan ekstrakurikuler lainnya
6. Kegiatan Penampilan kelas setiap hari selasa
Karakter Integritas :
Upaya membentuk karakter peserta didik yang berintegritas dilakukan melalui :
1. Kegiatan sosialisasi kerjasama dengan instansi lain yaitu dengan pihak
BNN, Jasa raharja dan posyandu dan dinas Damkar.
2. Kegiatan MOSBA