Anda di halaman 1dari 53

45

BAB III
STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

A. STRUKTUR KURIKULUM
Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian kompetensi inti, mata
pelajaran, beban belajar, kompetensi dasar, dan muatan pembelajaran pada satuan
pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah.
Kompetensi inti dirancang seiring dengan pertambahan usia peserta didik pada
kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi
dasar pada kelas yang berbeda diharapkan dapat dijaga.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi
di sekolah dan masyarakat;
2) Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai
sumber belajar;
3) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
4) Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti
kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
5) Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi
(organizing elements) kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti;
6) Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran
dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Mengacu pada enam karakteristik tersebut maka seluruh aktivitas
penerapan kurikulum berpusat pada usaha mewujudkan kompetensi inti yang
diwujudkan dengan menempatkan sekolah sebagaian bagian dari sistem
masyarakat.

45
46

Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut


1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Tabel 20. Kompetensi Inti SMP KELAS VII – VIII - IX


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
1. Menghargai dan 1. Menghargai dan 1. Menghargai dan
menghayati ajaran agama menghayati ajaran agama menghayati ajaran agama
yang dianutnya yang dianutnya yang dianutnya
2. Menghargai dan 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan
menghayati perilaku jujur, menghayati perilaku jujur, menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, disiplin, tanggungjawab, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong peduli (toleransi, gotong peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya royong), santun, percaya royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi diri, dalam berinteraksi diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan secara efektif dengan secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan
dalam jangkauan alam dalam jangkauan alam dalam jangkauan
pergaulan dan pergaulan dan pergaulan dan
keberadaannya keberadaannya keberadaannya
3. Memahami pengetahuan 3. Memahami dan 3. Memahami dan
(faktual, konseptual, dan menerapkan pengetahuan menerapkan pengetahuan
prosedural) berdasarkan (faktual, konseptual, dan (faktual, konseptual, dan
rasa ingin tahunya tentang prosedural) berdasarkan prosedural) berdasarkan
ilmu pengetahuan, rasa ingin tahunya tentang rasa ingin tahunya tentang
teknologi, seni, budaya ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan,
terkait fenomena dan teknologi, seni, budaya teknologi, seni, budaya
kejadian tampak mata terkait fenomena dan terkait fenomena dan
kejadian tampak mata kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, 4. Mengolah, menyaji, dan 4. Mengolah, menyaji, dan
dan menyaji dalam ranah menalar dalam ranah menalar dalam ranah
konkret (menggunakan, konkret (menggunakan, konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, mengurai, merangkai, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan memodifikasi, dan memodifikasi, dan
membuat) dan ranah membuat) dan ranah membuat) dan ranah
abstrak (menulis, abstrak (menulis, abstrak (menulis,
membaca, menghitung, membaca, menghitung, membaca, menghitung,
menggambar, dan menggambar, dan menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan mengarang) sesuai dengan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah yang dipelajari di sekolah yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dan sumber lain yang dan sumber lain yang
dalam sudut pandang/teori sama dalam sudut sama dalam sudut
pandang/teori pandang/teori
B. MUATAN KURIKULUM
Muatan kurikulum SMP Mondial Batam meliputi sejumlah mata pelajaran
yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun, terdiri dari muatan
lokal dan kegiatan pengembangan diri.
1. MUATAN NASIONAL
Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang
sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan alokasi
waktu di SMPS Mondial untuk kelas VII, VIII, dan IX.

Tabel 21. Struktur Kurikulum SMPS Mondial


Kelas dan Alokasi Waktu
No. Komponen
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran Wajib (Kelompok A)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3
3 Bahasa Indonesia 5 5 5
4 Matematika 5 6 5
5 Ilmu Pengetahuan Alam 6 6 5
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 3 3 4
B. Mata Pelajaran Wajib Tambahan (Kelompok B)
1 Music & Art 2 1 2
2 Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3 3 3
3 Mandarin 2 2 2

Total 32 32 32
C. Mata Pelajaran Tambahan
1 English 5 5 5
2 Matematics 4 4 4
3 General Science 3 3 3
4 ESL 2 2 2
Total 14 14 14
Total All 46 46 46
Keterangan:
a. Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan
dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
b. Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan
dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan
muatan/konten lokal.
c. Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang
berdiri sendiri.
d. Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah.
e. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 40 (empat puluh) menit.
f. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, paling banyak 50%
dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan
g. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya,
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta faktor lain yang dianggap penting, namun
yang diperhitungkan Pemerintah, maksimal 2 (dua) jam/minggu.
h. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya satuan pendidikan wajib menyelenggarakan
minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik mengikuti salah
satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat
diganti setiap semesternya.
i. Untuk Mata Pelajaran Prakarya dan/atau Mata Pelajaran Informatika, satuan
pendidikan menyelenggarakan salah satu atau kedua mata pelajaran tersebut.
Peserta didik dapat memilih salah satu mata pelajaran yaitu Mata Pelajaran
Prakarya atau Mata Pelajaran Informatika yang disediakan oleh satuan
pendidikan.
j. Dalam hal satuan pendidikan memilih Mata Pelajaran Prakarya, satuan
pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang
disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk
setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.
k. Khusus untuk Madrasah Tsanawiyah struktur kurikulum dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh Kementerian Agama.
l. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan (wajib), usaha
kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja (PMR), dan lainnya sesuai
dengan kondisi dan potensi masing-masing satuan pendidikan.

1.1 Mata Pelajaran dan Muatan Pembelajaran


Mata pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan keilmuan
yang akan diajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajarnya melalui metode
dan pendekatan tertentu.
Struktur kurikulum SMPS Mondial terdiri dari mata pelajaran Kelompok A,
mata pelajaran kelompok B dan mata pelajaran tambahan. Mata pelajaran Kelompok
A adalah mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran
kelompok A terdiri dari Pendidikan Agama dan budi pekerti, Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan Bahasa Inggris.
Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya, Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesenian adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya
dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan
oleh pemerintah daerah. Mata pelajaran tambahan terdiri dari Mathematics, General
Science, English Second Language dan Mandarin yang kontennya diperkaya oleh
kurikulum satuan pendidikan negara lain yang mempunyai keunggulan di bidang
pendidikan yaitu kurikulum Pearson.
Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan sebagai
mata pelajaran integrative science dan integative social studies, bukan sebagai
pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan yang berorientasi aplikatif,
pengembangan kemampuan berfikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan
pengembangan sikap peduli dan bertanggungjawab terhadap lingkungan sosial dan
alam. Disamping itu tujuan pendidikan ilmu pengetahuan sosial menekankan pada
pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas
masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah Negara Kesatuan
republik Indonesia. Ilmu pengtahuan alam juga ditujukan untuk pengenalan
lingkungan biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan
wilayah nusantara.
Seni budaya terdiri atas empat aspek, yakni seni rupa, seni musik, seni tari,
dan seni teater. Bedasarkan ketentuan serta memperhatikan daya dukung baik
kemampuan guru maupun sarana dan prasarana, maka SMPS Mondial mengambil
kebijakan untuk memilih aspek seni musik yang akan diajarkan secara terpisah
dengan aspek yang lainnya.

1.2 Pengaturan Beban Belajar


Berdasarkan SK Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam No.
1418.1/419.1/DISDIK/IV/2020 tentang pedoman penyusunan kalender pendidikan di
satuan pendidikan tingkat pendidikan usia dini, Sekolah dasar, dan Sekolah
Menengah Pertama Tahun Pelajaran 2020/2021 diperoleh ketentuan bahwa :
a. Hari efektif adalah hari belajar yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran
sesuai dengan tuntutan kurikulum
b. Hari efektif fakultatif adaalah hari efektif dan atau kegiatan lain yang menunjang
pembelajaran
c. Minggu efektif adalah waktu belajar selama 5 (lima) atau 6 (enam) hari kerja
yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran dan tidak boleh kurang dari jumlah
jam pelajaran per minggu sesuai dengan ketentuan kurikulum yang berlaku pada
suatu satuan pendidikan.
d. Satuan pendidikan harus menggunakan sistem semester dengan membagi satu
tahun pelajaran menjadi semester gasal dan semester genap
e. Jumlah minggu efktif dalam satu tahun pelajaran minimal 36 minggu terdiri dari
semester gasal minimum 18 minggu dan untuk semester genap SMP kelas IX
minimum 14 minggu.

Sesuai dengan ketentuan diatas maka SMPS Mondial menyusun kalender


sekolah dengan rincian seperti di bawah ini :
1. Beban belajar di SMPS Mondial dinyatakan dalam jam pembelajaran per
minggu. Beban belajar satu minggu Kelas VII, VIII, dan IX adalah 38 jam
pembelajaran. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 40 menit.
2. Beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester paling sedikit 18
minggu dan paling banyak 20 minggu.
3. Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan
banyak 20 minggu.
4. Beban belajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan
paling banyak 16 minggu.
5. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling
banyak 40 minggu.
Cara menetapkan beban belajar dengan sistem satuan semester untuk SMPS
Mondial meliputi meliputi 40 menit tatap muka, 50% dari waktu tatap muka untuk
kegiatan terstruktur maupun kegiatan mandiri seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 22. Alokasi Waktu Kegiatan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri


Kegiatan Sistem Paket
Tatap muka 40 menit
Penugasan terstruktur 50% x 40 menit = 20 menit
Kegiatan mandiri
Jumlah 60 menit
Tabel 23. Pengaturan Minggu Efektif
ALOKASI
NO KEGIATAN KETERANGAN
WAKTU
1. Minggu efektif belajar Minimal 34 Digunakan untuk kegiatan
minggu dan pembelajaran efektif pada setiap
maksimum 38 satuan pendidikan
minggu
2. Minggu efektif semester Minimal 18
ganjil tahun terakhir setiap minggu
satuan pendidikan (Kelas
VII, VIII, dan IX)
3. Minggu efektif semester genap Minimal 20
tahun terakhir setiap minggu kelas
satuan pendidikan (Kelas 7,8 dan 14
VII,VIII dan IX) minggu untuk
kelas IX
4. Jeda tengah semester Maksimal 2 Satu minggu setiap semester
minggu
5. Jeda antar semester Maksimal 2 Antara semester I dan II
minggu
6. Libur akhir tahun ajaran Maksimal 3 Digunakan untuk penyiapan
minggu kegiatan dan administrasi akhir
dan awal tahun ajaran
7. Hari libur keagamaan Maksimal 2-4 Daerah khusus yang memerlukan
minggu libur keagamaan lebih panjang
dapat mengaturnya sendiri tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif
belajar dan waktu pembelajaran
efektif
8. Hari libur umum/nasional Maksimal 1 Disesuaikan dengan Peraturan
minggu Pemerintah
9. Hari libur khusus Maksimal 1 Untuk satuan pendidikan sesuai
minggu dengan ciri kekhususan masing-
masing
10. Kegiatan khusus satuan Maksimal 3 Digunakan untuk kegiatan yang
pendidikan minggu diprogramkan secara khusus oleh
satuan pendidikan tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif
belajar dan waktu pembelajaran
efektif

1.3 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran


Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada
setiap tingkat kelas.
Kompetensi inti sebagaimana dimaksud pada Permendikbud No 24 Tahun
2016 ayat (1) terdiri atas :
a. kompetensi inti sikap spiritual;
b. kompetensi inti sikap sosial;
c. kompetensi inti pengetahuan; dan
d. kompetensi inti keterampilan.
Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Int. Rumusan
Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan
kemampuan peserta didik, dan kekhasan masing-masing mata pelajaran. Kompetensi
Dasar meliputi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan Kompetensi Inti
sebagai berikut :
1. Kelompok 1 : Kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam
rangka menjabarkan KI-1;
2. Kelompok 2 : Kelompok Kompetensi Dasar sikap social dalam
rangka menjabarkan KI-2;
3. Kelompok 3 : Kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam
rangka menjabarkan KI-3; dan
4. Kelompok 4 : Kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam
rangka menjabarkan KI-4
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar masing-masing mata pelajaran di
SMPS Mondial terdapat pada bagian lampiran.

2. MUATAN LOKAL
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata
pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran
tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh sekolah, tidak terbatas pada
mata pelajaran seni-budaya dan keterampilan, tetapi juga mata pelajaran lainnya,
seperti Pendidikan Lingkungan Hidup. Muatan lokal merupakan mata pelajaran,
sehingga sekolah harus mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Sekolah dapat
menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester, atau dua mata
pelajaran muatan lokal dalam satu tahun.
2.1 Jenis dan strategi muatan lokal yang dilaksanakan instruksi Dinas
Pendidikan Kota Batam
Muatan lokal yang akan dilaksanakan di SMPS Mondial adalah Bahasa
Mandarin dengan alokasi 2 jam pelajaran seminggu, diikuti oleh peserta didik
kelas VII, VIII dan IX. Muatan lokal Bahasa Mandarin bertujuan untuk
mempersiapkan bibit unggul yang mampu bersaing dalam dunia usaha
disebabkan letak geografis Pulau Batam yang berada diperbatasan serta pintu
gerbang internasional. Serta membekali peserta didik memiliki keterampilan
berbahasa mandarin untuk menghadapi tantangan komunikasi tingkat
internasional dan kebutuhan riil tenaga kerja di Batam yang sebagian besar
merupakan investor asing.
2.2 Jenis dan strategi muatan lokal
Muatan lokal yang menjadi ciri khas Kota Batam dan diterapkan di SMPS
Mondial adalah Bahasa Mandarin yang terdiri dari kelas Mandarin Basic dan
Elementary dengan alokasi waktu 2 Jam pelajaran per minggu. Mata pelajaran
muatan lokal mandarin ini diterapkan mulai kelas VII, VIII dan IX.
Pengembangan muatan lokal mandarin ini dikembangakan dengan menggunakan
guru expatriate langsung dari Cina dan penentuan kelas menggunakan sistem
penilaian HSK yang dilaksanakan minimal 1 kali dalam satu semester.
Tujuannya agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan bahasa
mandarin baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua
untuk mewujudkan karakter yang berbudi pekerti luhur.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa bahasa mandarin serta untuk
melestarikannya sebagai kekayaan budaya daerah
3. Memahami bahasa mandarin dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif

3. PENGEMBANGAN DIRI
Pengembangan diri merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik baik
individu maupun kelompok agar berkembang secara optimal dalam hubungan
pribadi, sosial, belajar, dan karir, melalui proses pembiasaan, pemahaman diri dan
lingkungan untuk mencapai kesempumaan perkembangan diri.
Tujuan pengembangan diri adalah membantu memandirikan peserta didik
dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mmengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minatnya. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, praktisi, atau
alumni yang memiliki kualifikasi berdasarkan surat keputusan kepala sekolah.
Pola Pelaksanaan pengembangan diri dalam kegiatan pembiasaan diantaranya
bersifat Spontan, Rutin, Keteladanan, dan kegiatan terprogram seperti program
kegiatan sekolah, program kegiatan tahunan, kegiatan ekstrakurikuler dan Bimbingan
Konseling (BK).
Pelaksanaan pengembangan diri dalam bentuk pembiasaan dengan penguatan
pendidikan berkarakter (PPK) di lingkungan sekolah SMPS Mondial adalah:
Tabel 26. Pembiasaan Diri dengan Pendidikan Penguatan Karakter
(PPK) di SMPS Mondial
No Kegiatan Pembiasaan Waktu Pukul Karakter Ket.
Pelaksanaan PPK
1. Welcoming Student Senin, Kamis 07.00 – 07.30 Religius dan Semua
(5S = Senyum, sapa, salam, dan Jumat integritas Peserta didik
sopan dan santun)
2.  Menyanyikan lagu Setiap hari 07.50 – 08.00 Semua
Indonesia Raya Nasionalisme Peserta didik
 Menyanyikan lagu wajib 15.55 – 16.00
nasional
3. Upacara Bendera - Senin 07.30 – 08.00 Nasionalisme Semua
- hari besar Peserta didik
nasional
4. Kegiatan Doa - Senin Pagi 07.30 – 07.50 Religius Semua
- Jumat awal Peserta didik
12.05 – 13.10
Bulan
5. Coin Bank / Donasi Setiap hari 07.00 – 16.00 Gotong Semua
Peserta didik
Royong
6. Senam Kreasi (INLA) Selasa 07.30 – 08.00 Mandiri Semua
Peserta didik
7. Kreasi Kelas Selasa 07.45 – 08.00 Mandiri Semua
Gotong royong Peserta didik
8. Reading Corner Rabu, Kamis, 07.30 – 08.00 Mandiri Semua
(Pojok baca) Jumat Integritas Peserta didik

Tabel 27. Pengembangan Diri Melalui Kegiatan Terprogram Tahunan


No Kegiatan Bulan Peserta
1 Seminar Kurikulum Pearson Mei 2020 Guru tertentu
2 PLS (Orientatiton Day) 9-10 Juli 2020 Kelas VII
3 Election of Class Officers 20 Juli 2020 Kelas VII,VIII,IX
4 Parenting Seminar 24 Juli 2020 Orangtua Siswa
5 OSIS Election 27 – 30 Juli 2020 Kelas VII,VIII,IX
6 Independence Day (Perayaan HUT RI) 14 Agt’ 2020 Kelas VII,VIII,IX
7 Flag Caremony 17 Agt’ 2020 Kelas VII, VIII, IX
8 Medical Check up 3 Agt’ – 4 Sept’ 2020 Kelas VII
9 Leadership Training (TBC) 25 – 26 Sept’ 2020 Kelas VII,VIII,IX
10 Inter-school (Mondial Cup) 21 Sept’ – 17 Okt’ 2020 Kelas VII,VIII,IX
11 WCD & Sumpah pemuda Celebration 16 Oktober 2020 Kelas VII,VIII,IX
12 Study Tour 3 – 6 November 2020 Kelas VIII
13 National Teacher’s Day 20 November 2020 Kelas VII,VIII,IX
No Kegiatan Bulan Peserta
14 Class Meeting 3 - 8 Des’ 2020 Kelas VII,VIII,IX
15 Chritmas Day Celebration 4 Desember 2020 Kelas VII,VIII,IX
16 Out Reach program 27-28 Januari 2021 Kelas VII,VIII,IX
17 Outdoor Learning Program 23 - 25 Februari 2021 Kelas VII,VIII,IX
18 Spring Festival / Imlek (CNY) 26 Februari 2021 Kelas VII,VIII,IX
19 Foundation Day Celebration 4-5 Maret 2021 Kelas VII,VIII,IX
20 Academic Camp 9 – 10 April 2021 Kelas VII,VIII,IX
21 Kegiatan Keagamaam : Perayaan Waisak 25 Mei 2021 Kelas VII,VIII,IX
22 Class Meeting 9 – 10 Juni 2021 Kelas VII,VIII,IX

3.1. Kegiatan Ekstrakurikuler


Kegiatan Ekstrakurikuler atau Pengembangan diri adalah kegiatan yang
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta
didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri dibawah
bimbingan konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam
bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan
antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah
diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik
serta kegiatan ekstrakurikuler, seperti kepramukaan, kepemimpinan, kelompok
seni-budaya, kelompok tim olahraga, dan kelompok ilmiah remaja.
Ekstrakurikuler di SMPS Mondial terdiri dari:
1. Ekstrakurikuler wajib yang diselenggarakan oleh SMPS Mondial dan wajib
diikuti oleh seluruh peserta didik adalah ekstrakurikuler Pramuka.
Tabel 28. Ekstrakurikuler Pramuka
NO PROGRAM HARI WAKTU TUJUAN
1) Mengembangkan jiwa kepemimpinan
2) Sebagai wadah berlatih organisasi.
3) Melatih peserta didik agar terampil/mandiri.
4) Mengembangkan jiwa sosial dan peduli kepada
08.30 - orang lain.
1 Pramuka Sabtu
10.00 5) Melatih peserta didik untuk menyelesaikan
masalah dengan cepat dan tepat.
6) Mengenalkan beberapa usaha pelestarian alam,
sikap ramah terhadap lingkungan, kebiasaan
diri hidup bersih dan sehat.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan adalah Kegiatan Ekstrakurikuler yang dapat
dikembangkan dan diselenggarakan oleh SMPS Mondial dan dapat diikuti oleh
peserta didik sesuai bakat dan minatnya masing-masing.
a. Ekstrakurikuler Akademik
Tabel 29. Ekstrakurikuler Akademik
NO PROGRAM KEGIATAN GURU PEMBINA HARI WAKTU
Koordinator OSN :
OSN Matematika Binsar Pandapotan Siahaan, S.Pd
(Koordinator OSN)
Arif Musyakkar, S.Pd 07.00 -
1 OSN IPA Kamis
Hidayat Zain, ST 07.45
Mara Sukmara, S.Pd
OSN IPS
Eduardo Lumban Tobing, S.Pd
Pemantapan OSN Matematika Binsar Pandapotan Siahaan, S.Pd
Hidayat Zain, S.T
Pemantapan OSN IPA 10.00 -
2 Arif Musyakkar, S.Pd Sabtu
11.30
Mara Sukmara, S.Pd
Pemantapan OSN IPS
Eduardo Lumban Tobing, S.Pd
3 Toast Master’s Club (Story Telling) Tc. Xyra
Kamis
4 Speech and Story Telling Mandarin Tc. Ria Chen & Wu Fei
Koordinator LCC : 07.00 -
5 LCC (Cerdas Cermat) Ahmad Mulkani, S.Pd 07.45
Jum'at
Lidia Nurhayati,S.Pd
6 Mathematics Club Tc. Joana
08.00 -
Tc. Justin
7 Science Club 09.30
Sabtu
10.00 -
Junior MEL Club Tc. Jan Nico
8 11.30

b. Ekstrakurikuler Non Akademik


Tabel 30. Ekstrakurikuler Non Akademik
NO PROGRAM KEGIATAN GURU PEMBINA HARI WAKTU
1 Senam INLA Lidia Nurhayati, S.Pd Jum'at 12.00 - 13.00
2 Futsal Defrizon, S.Pd
3 Tenis Meja Binsar Pandapotan Siahaan, S.Pd
4 Bola Volley Lisbet
5 Basket Tc. Lisbeth Debora, S.Pd 07.00 - 08.30
6 Taekwondo Yukagus Sabtu
7 Modern Dance Tc. Kresty Manlangit
8 Seni Merajut Julianty
Mara Sukmara, S.Pd
9 Badminton 08.00 - 10.00
Eduardo Lumban Tobing, S.Pd
3.2.Bimbingan Konseling
Bimbingan konseling sebagai bagian integral dari proses pendidikan
memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam pengembangan kualitas manusia
Indonesia yang telah diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional di dalam :
Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 yaitu :
(1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
(2) berakhlak mulia,
(3) memiliki pengetahuan dan keterampilan,
(4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani,
(5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta
(6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan tersebut mengaharuskan bagi semua tingkat satuan pendidikan
untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah
pencapaian tujuan pendidikan tersebut.
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu adalah suatu proses yang
menghantarkan peserta didik kearah pencapaian perkembangan diri yang optimal.
Hal ini karena peserta didik sedang berkembang ke arah kematangan atau
kemandirian. Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri merupakan
bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar
mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan dan konseling pribadi,
sosial, belajar dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling SMP disusun sebagai
upaya memperjelas dan mempermudah dalam pencapaian tujuan yang telah menjadi
kesepakatan bersama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan pada umumnya.
Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan
kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik
kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan
hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga,
dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti
pendidikan sekolah / madrasah dan belajar secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil
keputusan karir.

Tujuan layanan Bimbingan Konseling


Tujuan layanan bimbingan konseling disekolah secara umum adalah:
a. Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan
masa depan yang dimaksud agar peserta didik mengetahui kekuatan dan
kelemahan dirinya sendiri serta menerima secara positif dan dinamis sebagai
modal pengembangan diri lebih lanjut.
Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksud agar peserta didik
mengenal secara obyektif terhadap lingkungan, baik lingkungan sosial dan
ekonomi, lingkungan budaya maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai
lingkungan itu secara positif dan dinamis pula.
b. Memandirikan dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
c. Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah secara khusus adalah:
”Tercapainya perkembangan peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar
yang dimiliki dengan mengembangkan tugas perkembangan. ”

Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling


a. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan
lingkungannya.
b. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah
atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat
perkembangan dirinya.
c. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah
yang dialaminya.
d. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif
yang dimilikinya.
Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling
a. Prinsip-prinsip konseling berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan
yang dialami peserta didik, program pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan
pelayanan.
b. Asas-asas konseling meliputi asas (1) kerahasiaan, (2) Kesukarelaan, (3)
keterbukaan, (4) kekinian, (5) kemandirian, (6) kegiatan, (7) kedinamisan, (8)
keterpaduan, (9) kenormatifan, (10) keahlian, (11) alih tangan dan (12) tut wuri
handayani.

Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling


a. Layanan Orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik memahami lingkungan baru, seperti lingkungan satuan
pendidikan bagi peserta didik baru, dan obyek-obyek yang perlu dipelajari,
untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran di
lingkungan baru yang efektif dan berkarakter.
b. Layanan Informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar,
karir/ jabatan, dan pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan bijak.
c. Layanan Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang
tepat di dalam kelas, kelompok belajar, peminatan/lintas minat/pendalaman
minat, program latihan, magang, dan kegiatan ekstrakurikuler secara terarah,
objektif dan bijak.
d. Layanan Penguasaan Konten, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan
atau kebiasaan dalam melakukan, berbuat atau mengerjakan sesuatu yang
berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, dan masyarakat
sesuai dengan tuntutan kemajuan dan berkarakter-cerdas yang terpuji, sesuai
dengan potensi dan peminatan dirinya.
e. Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya melalui
prosedur perseorangan.
f. Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan
sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta
melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji
melalui dinamika kelompok.
g. Layanan Konseling Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang
dialami sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui dinamika
kelompok.
h. Layanan Konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman,
dan cara-cara dan atau perlakuan yang perlu dilaksanakan kepada pihak ketiga
sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
i. Layanan Mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan
dengan pihak lain sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
j. Layanan Advokasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak
diperhatikan dan/atau mendapat perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan
karakter- cerdas yang terpuji.

Format Layanan Bimbingan dan Konseling


a. Individual, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
peserta didik secara perorangan.
b. Kelompok, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
sejumlah peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.
c. Klasikal, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
sejumlah peserta didik dalam satu kelas rombongan belajar.
d. Lapangan, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau
lapangan.
e. Pendekatan Khusus / Kolaboratif yaitu format kegiatan bimbingan dan
konseling yang melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada
pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan.
f. Jarak jauh yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
kepentingan peserta didik melalui media dan/atau saluran jarak jauh, seperti
surat adan sarana elektronik.

Jadwal Kegiatan
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan program Layanan Bimbingan dan Konseling di
SMPS Mondial dilaksanakan melalui :
1. Kontak langsung/tatap muka dengan peserta didik
Secara terjadwal satu jam secara klasikal untuk menyelenggarakan layanan
orientasi layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan
penguasaan konten, dan instrumentasi.
2. Di luar jam pembelajaran
Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan
konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling
kelompok,dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar
kelasSatu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar
jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka
dalam kelas.
3. Tidak kontak langsung/non tatap muka malalui Himpunan data kunjungan
rumah, konferensi kasus, kolaborasi, konsultasi.

Pengembangan potensi diri dalam pelaksanaannya dilakukan dalam


beberapa tahapan sebagai berikut :
 Encouragement, memberikan motivasi untuk menumbuhkan minat para peserta
didik yang telah memilih salah satu bidang kegiatan ekstra kurikuler.
 Melakukan pemanduan bakat yang dilaksanakan selama proses, bersikap fair
dan proporsional bagi seluruh peserta didik.
 Meningkatkan kemampuan (kompetensi) peserta didik secara bertahap dan
berjenjang hingga mencapai kemahiran (master) pada bidang yang diminati,
dilakukan melalui proses latihan berulang-ulang.
 Melakukan Assasment and Measurment (penilaian dan pengukuran) terhadap
kemampuan dasar pada tiap bidang masing-masing.
 Menunjukan kemampuan (kompetensi) optimal dalam suatu karya
(performance) pada bidang yang ditekuni dan mendapat pengakuan,
penghargaan dari masyarakat setempat, regional dan nasional atau internasional.
Penilaian Pengembangan diri

Penilaian dilakukan melalui pengamatan / observasi terhadap perilaku siswa sehari-


hari dan dalam melaksanakan kegiatan dengan nilai kualitatif
Skala Penilaian Pengembangan diri :
Baik sekali (A) 90 – 100
Baik (B) 80 – 89
Cukup (C) 70 – 79
Kurang (K) < 70

4. PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DAN GLOBAL


Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang
memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek
ekonomi, budaya, bahasa, teknologi dan lain-lain, yang bermanfaat bagi
pengembangan kompetensi peserta didik agar mampu bersaing di tingkat lokal,
nasional dan internasional.
Bahasa Inggris adalah salahsatu standar bahasa internasional yang sering
digunakan di era global pada akhir-akhir ini. Kemampuan berbahasa inggris sudah
menjadi tuntutan dalam persaingan global antar Negara, sehingga sudah barang tentu
menjadi kebutuhan yang tidak bias ditawar lagi. SMPS Mondial memiliki
karakteristik peserta didik yang memiliki kebiasaan berbahasa Inggris sehari-hari
baik di sekolah maupun lingkungan keluarga. Karakteristik tersebut merupakan
keunggulan lokal yang unik untuk menjawab kebutuhan daya saing global, terutama
dalam aspek bahasa. SMPS Mondial sebagai satuan pendidikan turut
mengembangkan pendidikan berbasis keunggulan bahasa Inggris terhadap peserta
didik dengan memberikan tambahan mata pelajaran seperti English, General Science,
Mathematics dan Speech Drama / English Second Language. Silabus dan kompetensi
mata pelajaran tambahan tersebut dapat dijelaskan di bagian lampiran.

5. PENDIDIKAN EKONOMI KREATIF (BERBASIS LIFE SKILLS)


Pendidikan ekonomi kreatif merupakan visi pendidikan yang mengarahkan
peserta didik memiliki kecakapan-kecakapan yang secara praksis dapat membekali
peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan.
Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk
fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan
akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dan
kehidupan. Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan
intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan
karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang
materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada. Penentuan isi dan bahan
pelajaran kecakapan hidup dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan agar
peserta didik mengenal dan memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan
dikemudian hari. Isi dan bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran
yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak berdiri sendiri.
Pendidikan ekonomi kreatif yang dapat mengembangkan kecakapan hidup
peserta didik dilaksanakan dengan beberapa kegiatan, yaitu :
a. Berkebun cabe rawit : Dalam pelaksanaannya diintegraikan dengan mata
pelajaran IPA dan IPS
b. Pengolahan minuman jahe dan salad buah : Dalam pelaksanaannya diintegrasikan
dengan mata pelajaran prakarya
c. Merajut : Dalam pelaksanaannya diintegrasikan dengan mata pelajaran prakarya
dan seni budaya

Gambar. Pendidikan ekonomi kreatif membuat


makanan

Gambar. Pendidikan ekonomi kreatif membuat makanan donat


Gambar. Seni Merajut

C. PELAKSANAAN DAN PENILAIAN


1. STRATEGI PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-
istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3)
metode pembelajaran, (4) teknik pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, dan (6)
model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan pengertian istilah – istilah tersebut,
dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
a. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
b. Strategi pembelajaran.
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke
dalam Strategi Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun,
2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
- Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put)
dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi
dan selera masyarakat yang memerlukannya.
- Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang
paling efektif untuk mencapai sasaran.
- Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
- Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)
usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
- Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
profil perilaku dan pribadi peserta didik.
- Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
- Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode
dan teknik pembelajaran.
- Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian
pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning
(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara
pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran
sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan
berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a
plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in
achieving something” (Wina Senjaya (2008).

c. Metode pembelajaran
Jadi, metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa
metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4)
simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8)
debat, (9) simposium, dan sebagainya.

d. Teknik Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara
yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah
siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan
kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti
teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

e. Taktik Pembelajaran.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan
metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan,
terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin
akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang
satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki
sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense
of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,
pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)

f. Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka
terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. berkenaan dengan model
pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin
Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran,
yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.

2. PENGATURAN BEBAN BELAJAR


Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk
setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun
ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap.
Satuan pendidikan dimungkinkan menambah jam pembelajaran perminggu secara
keseluruhan, pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan
kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
a. Alokasi pembelajaran, tatap muka, jumlah pembelajaran per minggu, minggu
efektif
Tabel 31 Alokasi Pembelajaran
Satu jam Jumlah jam Waktu
Minggu efektif
Kelas pembelajaran tatap pembelajaran pembelajaran
Pertahun ajaran
muka/menit perminggu /jam per tahun
1656 JP
VII 40 46 36
(99.360 Menit)
1656 JP
VIII 40 46 36
(99.360 Menit)
1656 JP
IX 40 46 29
(99.360 Menit)

b. Beban belajar yang harus diikuti peserta didik adalah penugasan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur yang waktunya maksimal lima puluh persen
(50%) dari jumlah jam tatap muka. Penugasan terstruktur di antaranya pekerjaan
rumah (PR), penyusunan program / perencanaan kegiatan, laporan pelaksanaan
kegiatan. Penugasan mandiri tidak terstruktur terdiri dari tugas-tugas individu
atau kelompok yang disesuaikan dengan potensi, minat, dan bakat peserta didik.
c. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan
satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan 1 jam
tatap muka.
d. Alokasi waktu untuk pengembangan ekspresi dan potensi diri disesuaikan
dengan jenis pengembangan yang dipilih.
e. Pengembangan diri dalam rangka pembentukan karakter / berbasis budi pekerti
disesuaikan dengan kondisi situasi, dan konteks sekolah serta mengembangkan
kecakapan vokasional, kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan
akademik / unggulan.
f. Program tambahan berupa pemantapan Olimpiade Sains Nasional (OSN)
Matematika, IPA dan IPS sebanyak 2 x 40 menit minggunya
g. Program Tambahan berupa pengayaan kelas 9 pada semester 1 dan 2 untuk
pelajaran Bahasa Indonesia, IPA dan Matematika, sebanyak 2 jam pelajaran
perminggunya.

3. PENILAIAN
3.1.Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar
Pelaksanaan penilaian hasil belajar dilakukan oleh guru, dan satuan
pendidikan sebagaimana diatur menurut Undang - Undang. Pelaksanaan penilaian
hasil belajar dapat berupa :
1. Penilaian Harian (PH) / Ulangan Harian (UH) setelah peserta didik
menyelesaikan satu atau dua KD setiap mata pelajaran
2. Penilaian Tengah Semester (PTS) setelah peserta didik meyelesaikan satu atau
dua KI / SK setiap mata pelajaran
3. Penilaian Akhir Semester (PAS) setelah peserta didik menyelesaikan KD dari
KI/SK setiap mata pelajaran yang di programkan pada semester 1

3.2.Pengelolaan Penilaian Kurikulum 2013


Pada tahun pelajaran 2019 - 2020 ini Kuriklum 2013 sudah mulai diterapkan
seluruhnya pada setiap level. Sistem penilaian Kurikulum 2013 berlaku pada setiap
mata pelajaran meliputi kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan. Kompetensi sikap terdiri dari sikap spiritual dan sikap sosial.

3.2.1.Penilaian Sikap
Langkah - langkah untuk membuat deskripsi nilai / perkembangan sikap
selama satu semester :
1) Proses Pencatatan, Pelaporan Sikap dan Tindaklanjut
a. Pencatatan sikap oleh Kesiswaan / Discipline Officer
Bidang kesiswaan menerbitkan laporan poin pelanggaran siswa
berdasarkan hasil temuan dan laporan guru piket maupun sumber
informasi yang sebelumnya sudah dibuktikan kebenarannya. Poin
pelaporan pelanggaran siswa tersebut dilaporkan pada tiap tengah dan
satu semester pelaporan.
b. Pencatatan sikap oleh guru mata pelajaran pada saat KBM
 Guru mata pelajaran mencatatkan setiap peristiwa terkait sikap sosial
peserta didik di dalam maupun diluar pembelajaran pada jurnal sikap
guru. (Tertandatangan peserta didik)
 Kemudian guru mata pelajaran wajib meneruskan laporan kepada
walikelas agar diketahui dan diberikan pembinaan terhadap peserta
didik (tertandatangan walikelas).
 Walikelas wajib memiliki dan mengisi buku pembinaan siswa untuk
menindaklanjuti laporan sikap dari guru matapelajaran terkait peserta
didiknya agar dilakukan pembinaan. (tertadatangan oleh guru mapel
dan peserta didik).
Jika terdapat lebih dari 3x laporan dari berbagai guru mata pelajaran
yang berbeda, wali kelas wajib meneruskan laporan kepada BK agar
dilakukan konseling terhadap peserta didik terkait.
 BK wajib memberikan konseling kepada peserta didik atas laporan
walikelas. Jika diperlukan BK dapat merekomendasikan walikelas
untuk menginisiasi pertemuan dengan orangtua/wali. (Tertandatangan
oleh Walikelas pada jurnal BK)
2) Pengolahan Nilai Sikap pada raport
a. Guru mata pelajaran memberikan instrumen penilaian sikap berupa jurnal
sikap sosial dan spiritual kepada BK pada tengah/ satu semester
pelaporan
b. BK mengolah jurnal sikap sosial dan spiritual berdasarkan kuantitas serta
mempertimbangkan laporan poin pelanggaran tata tertib siswa pada
tengah semester atau satu semester pelaporan.
c. Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing - masing
mengelompokkan (menandai) catatan - catatan sikap pada jurnal yang
dibuatnya ke dalam sikap spiritual dan sikap sosial (apabila pada jurnal
belum ada kolom butir nilai).
3) Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing - masing membuat
rumusan deskripsi singkat sikap spiritual dan sikap sosial berdasarkan catatan
- catatan jurnal untuk setiap peserta didik.
4) Wali kelas mengumpulkan deskripsi singkat sikap dari guru mata pelajaran
dan guru BK. Dengan memperhatikan deskripsi singkat sikap spiritual dan
sosial dari guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas yang bersangkutan,
wali kelas menyimpulkan (merumuskan deskripsi) capaian sikap spiritual dan
sosial setiap peserta didik.
5) Pelaporan hasil penilaian sikap dalam bentuk predikat dan deskripsi.
Berikut contoh rumusan deskripsi capaian sikap spiritual dan
sosial:
Sikap spiritual:
Predikat Deskripsi
Sangat Baik Selalu bersyukur, selalu berdoa sebelum melakukan
kegiatan, dan toleran pada pemeluk agama yang
berbeda; ketaatan beribadah sudah berkembang.
Sikap sosial:
Predikat Deskripsi
Baik Santun, peduli, dan percaya diri; kejujuran,
kedisiplinan, dan tanggungjawab meningkat.
Sikap sosial:
Predikat Deskripsi
Cukup Santun, cukup peduli, percaya diri, kejujuran
meningkat, kedisiplinan mulai berkembang, dan
tanggungjawab mulai meningkat.

3.2.2.Penilaian Pengetahuan
Nilai pengetahuan diperoleh dari hasil penilaian harian (PH), penilaian
tengah semester (PTS), dan penilaian akhir semester (PAS) yang dilakukan
dengan beberapa teknik penilaian sesuai tuntutan kompetensi dasar (KD).
Penulisan capaian pengetahuan pada rapor menggunakan angka pada skala 0 –
100 disertai predikat dan deskripsi.
a. Hasil Penilaian Harian (HPH)
Hasil Penilaian Harian merupakan nilai rata - rata yang diperoleh dari hasil
penilaian harian melalui tes tertulis dan / atau penugasan untuk setiap KD.
Dalam perhitungan nilai rata - rata diberikan pembobotan untuk nilai tes
tertulis dan penugasan adalah 60% untuk bobot tes tertulis dan 40% untuk
penugasan.
b. Hasil Penilaian Tengah Semester (HPTS)
Hasil Penilaian Tengah Semester (HPTS) merupakan nilai yang diperoleh
dari penilaian tengah semester (PTS) melalui tes tertulis dengan materi yang
diujikan terdiri atas semua KD dalam tengah semester.
c. Hasil Penilaian Akhir Semester (HPAS)
Hasil Penilaian Akhir Semester (HPAS) merupakan nilai yang diperoleh dari
penilaian akhir semester (PAS) melalui tes tertulis dengan materi yang
diujikan terdiri atas semua KD dalam satu semester.
d. Hasil Penilaian Akhir (HPA)
1) Hasil Penilaian Akhir (HPA) merupakan hasil pengolahan dari HPH,
HPTS, dan HPAS dengan menggunakan formulasi dengan pembobotan
yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.
2) Penetapan penghitungan HPA dengan menggunakan pembobotan yang
digunakan adalah :
HPH (50%) : HPTS (20%) : HPAS (30%) = 2 : 1 : 1
3) HPTS dan HPAS dimasukkan ke dalam tabel pengolahan HPA secara
gelondongan, tanpa memilah - milah nilai per KD berdasarkan nilai HPTS
dan HPAS.
4) Pendidik dapat memilah - milah nilai per KD dari HPTS dan HPAS
sebelum memasukkan ke dalam tabel pengolahan HPA. Pemilahan nilai
per KD tersebut untuk mengetahui KD yang sudah dicapai peserta didik
dan KD yang belum dicapai peserta didik. Hal ini dilakukan untuk
keperluan pemberian pembelajaran remedial dan pendeskripsian capaian
pengetahuan dalam rapor.
5) Contoh : penghitungan HPA atas nama peserta didik Ani dengan
pembobotan HPH : HPTS : HPAS = 2 : 1 : 1 yaitu:
HPA = ((2 x HPH) + (1 x HPTS) + (1 x HPAS))/4 HPA
= (2 x 73,19) + (1 x 90) + (1 x 80)
= 79,09  79
6) Nilai Akhir berupa angka bulat dan diberi predikat sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh sekolah.
7) Sekolah akan menggunakan skala untuk penetapan predikat sesuai dengan
KKM yang ditetapkan.

3.2.3.Penilaian Keterampilan
a. Pengertian Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dalam melakukan
tugas tertentu di berbagai macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi.
b. Teknik Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik, antara lain
penilaian praktik, penilaian produk, penilaian proyek, dan penilaian
portofolio. Teknik penilaian keterampilan yang digunakan dipilih sesuai
dengan karakteristik KD pada KI-4.
c. Tahap - Tahap Penilaian Keterampilan
Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan :
1) Perencanaan penilaian;
2) Penyusunan instrumen penilaian;
3) Pelaksanaan penilaian;
4) Pemanfaatan hasil penilaian; dan
5) Pelaporan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan
didukung dari deskripsi yang diperoleh dari hasil portofolio.
d. Pelaksanaan Penilaian
Pelaksanaan penilaian adalah eksekusi dari perencanaan penilaian yang telah
dilakukan. Adapun teknis pelaksanaan penilaian praktik, produk, dan projek
meliputi:
 pemberian tugas secara rinci;
 penjelasan aspek dan rubrik penilaian;
 pelaksanaan penilaian sebelum, selama, dan setelah siswa
melakukan pembelajaran; dan
 pendokumentasian hasil penilain.
e. Pengolahan Hasil Penilaian Keterampilan
1) Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian praktik, produk, proyek,
dan portofolio. Hasil penilaian dengan teknik praktik dan proyek dirata-
rata untuk memperoleh nilai akhir keterampilan pada setiap mata
pelajaran.
2) Penulisan capaian keterampilan pada rapor menggunakan angka pada skala
0 – 100 disertai predikat dan deskripsi. Nilai akhir semester diberi predikat
dengan ketentuan:
Tabel 32. Skala Angka dan Predikat Nilai Raport Semester
Keterangan Predikat VII VIII IX
Sangat Baik A 90 - 100 91 - 100 91 - 100
Baik B 80 – 89 81 – 90 81 – 90
Cukup C 70 – 79 71 – 80 71 – 80
Kurang D < 70 < 71 < 71

Selain nilai dalam bentuk angka dan predikat, dalam rapor dituliskan
deskripsi capaian keterampilan untuk setiap mata pelajaran.

4. KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)


4.1 Prosedur Penentuan KKM Mata Pelajaran
Ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu
pencapaian hasil belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 - 100%.
Sekolah menetapkankan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan
sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Sekolah secara bertahap dan berkelanjutan selalu mengusahakan
peningkatan kriteria ketuntasan belajar untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
Ketuntasan belajar setiap mata pelajaran disesuaikan dengan kompleksitas, daya
dukung (sarana prasarana) dan intake siswa dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Peserta didik yang telah mencapai ketuntasan belajar diberi layanan
pengayaan / pendalaman, sedangkan bagi peserta didik yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi layanan perbaikan (remedial).
Prosedur Penentuan KKM di SMP Mondial adalah :
a. SMP Mondial menerapkan Kurikulum 2013 dengan Mono KKM menggunakan
predikat interval pada raport
b. Kurikulum menetapkan intake peserta didik.
- Untuk kelas VIII dan IX (berdasarkan hasil raport semester I dan II tahun
pelajaran sebelumnya)
- Untuk kelas VII (berdasarkan hasil raport semester I dan II di SD)
c. Guru mata pelajaran menetapkan KKM dengan cara menganalisis kompleksitas
materi dan daya dukung sarana prasarana terhadap materi.
d. Melalui musyawarah majelis guru, dibuat berita acara penetapan KKM .
4.2 KKM Tiap Mata Pelajaran
KKM setiap mata pelajaran pada tahun pelajaran 2020 - 2021 sebagai berikut:
Tabel 33. KKM Mata Pelajaran SMPS Mondial Tahun Pelajaran 2020-2021
KKM
NO Komponen VII VIII IX
Kelompok A (Umum)
1 Pendidikan Agama 70 71 71
2 Pendidikan Kewarganegaraan 70 71 71
3 Bahasa Indonesia 70 71 71
4 Matematika 70 71 71
5 Ilmu Pengetahuan Alam 70 71 71
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 70 71 71
7 Bahasa Inggris 70 71 71
Kelompok B (Umum)
1 Seni Budaya 70 71 71
2 Penjas Orkes 70 71 71
3 Prakarya / Keterampilan 70 71 71
4 Muatan Lokal : Mandarin 70 71 71
Pengembangan Diri B (Baik) B (Baik) B (Baik)

Keterangan :
a. Pembuatan KKM memperhitungkan beberapa aspek yang dianalisis,
seperti tabel dibawah ini :
Tabel 34. Aspek dan Kriteria KKM

Aspek Yang
Dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian
Kompleksitas Tinggi < 65 sedang 65-79 Rendah 80-100
Daya Dukung Tinggi 80-100 sedang 65-79 Rendah <65
Intake Peserta didik Tinggi 80-100 sedang 65-79 Rendah <65

b. Kelas VII dan VIII telah menerapkan Kurikulum 2013 dengan Mono
KKM menggunakan predikat interval pada raport

Tabel. 35. Tabel Predikat dan Interval Nilai pada Raport


Keterangan Predikat VII VIII IX
Sangat Baik A 90 - 100 91 - 100 91 - 100
Baik B 80 – 89 81 – 90 81 – 90
Cukup C 70 – 79 71 – 80 71 – 80
Kurang D < 70 < 71 < 71
4.3 Upaya Meningkatkan KKM Ideal
Upaya sekolah untuk meningkatkan KKM adalah sebagai berikut :
a. Guru dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran di
kelas sehingga kesulitan dan kerumitan setiap KI / KD dan atau SK / KD bisa
menjadi lebih mudah dikuasai oleh peserta didik.
b. Guru dituntut lebih memahami kompetensi yang harus di capai siswa
c. Sarana dan prasarana sekolah seperti perpustakaan, lab, manajemen sekolah,
kepedulian stakeholders sekolah lebih ditingkatkan keberadaannya /
ketersediaannya.

4.4 Program Remidial dan Program Pengayaan


Satuan pendidikan ini menggunakan prinsip mastery learning (ketuntasan
belajar). Terdapat perlakuan khusus untuk peserta didik yang belum maupun yang
sudah mencapai ketuntasan. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus
mengikuti kegiatan remidial, sedangkan peserta didik yang sudah mencapai KKM
diberikan kegiatan pengayaan.
4.4.1 Program remidial
1. Remedial adalah program pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta
didik yang belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu pada nilai
pengetahuan dan atau nilai keterampilan suatu mata pelajaran.
2. Pembelajaran remedial harus diberikan segera setelah peserta didik diketahui
belum mencapai KKM.
3. Pembelajaran remedial dilakukan untuk memperbaiki pencapaian Penilaian
Harian (PH), dan ujian Penilaian Akhir Semester (PAS) yang belum
mencapai KKM.
4. Pembelajaran remedial untuk memperbaiki nilai keterampilan suatu KD dapat
dilakukan dengan penugasan melalui penilaian praktek, projek, produk dan
atau portofolio.
5. Pembelajaran remedial untuk memperbaiki Penilaian Harian (PH), dan
Penilaian Akhir Semester (PAS) diberikan paling banyak dua kali (2x).
6. Pelaksanaan pembelajaran remedial harus diesuaikan dengan jenis dan
tingkat kesulitan, diantaranya dapat dilakukan dengan cara :
a. Pemberian bimbingan secara individu
Hal ini dilakukan apabila terdapat kurang dari 1-4 anak saja yang belum
mencapai KKM di kelas.
b. Pemberian bimbingan secara kelompok.
Hal ini dilakukan apabila dalam pembelajaran klasikal terdapat 5-9 orang
yang belum mencapai KKM di kelas.
c. Pemberian pembelajaran ulang
Pembelajaran ulang dilakukan apabila semua peserta didik mengalami
kesulitan . pembelajaran ulang dilakukan dengan cara penyederhanaan
materi, variasi cara penyajian, dan penyederhanaan tes/pertanyaan
d. Pemanfaatan tutor sebaya
Proses pembelajaran dimana peserta didik dibantu oleh teman sekelas
yang telah mencapai KKM, baik secara individu maupun kelompok.
7. Pembelajaran remedial diakhiri dengan penilaian untuk melihat pencapaian
peserta didik pada KD yang diremedialkan.
8. Pemberian nilai KD bagi peserta didik yang mengikuti pembelajaran remedial
yang dimasukkan sebagai hasil penilaian harian (PH) / PAS diberi nilai sama
dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah untuk suatu mata pelajaran,
berapapun nilai yang dicapai peserta didik tersebut telah melampaui nilai
KKM.
9. Apabila setelah dilakukan pembelajaran remedial sebanyak dua kali (2x)
kemudian pencapaian siswa belum mencapai KKM, maka pendidik
mempertimbangkan jurnal sikap selama kegiatan KBM berlangsung.
Pendidik hanya akan memberikan tugas remedial jika siswa ybs memiliki
catatan jurnal sikap yang baik, namun jika pada prosesnya tidak mengikuti
prosedur, maka nilai tidak dipaksakan harus tuntas. Tugas remedial tidak
diberikan untuk siswa yang memiliki catatan sikap buruk dan nilai tidak
dipaksakan harus tuntas.
10. Pada saat proses/pelaksanaan pembelajaran remedial, harus dilakukan
koordinasi antara pendidik, walikelas, BK dan orang tua terkait pencapaian
peserta didik sesuai kapasitas dan perannya masing-masing.
Peran Pendidik :
a. Pendidik wajib menyerahkan hasil PH kepada walikelas.
b. Pendidik memberikan kesempatan melaksanakan pembelajaran remedial
hanya dua kali (2x) saja kepada peserta didik.
c. Pendidik menentukan sendiri waktu dan tempat pembelajaran remedial.
d. Setelah dilakukan pembelajaran remedial untuk yang kedua kalinya,
pendidik wajib dengan segera melaporkan hasil pembelajaran remedial
kepada walikelas dengan menyerahkan hasil ujian remedial siswa yang
bersangkutan.
Peran Walikelas :
a. Walikelas bertanggungjawab mengumpulkan semua hasil PH dan atau
hasil remedial peserta didiknya, kemudian di dokumenkan menurut
folder siswa.
b. Setelah menerima laporan hasil PH dari pendidik, walikelas wajib
mengkonseling siswanya yang belum mencapai KKM, dicatatkan pada
buku kasus dan dibawah tanggungjawab walikelas hasil PH tersebut
disampaikan oleh peserta didik kepada orangtua untuk ditandatangani,
kemudian dikembalikan kembali kepada walikelas.
c. Setelah menerima laporan dari pendidik terkait peserta didik belum
tuntas pada pembelajaran remedial kedua (ke-2), walikelas meneruskan
laporan tersebut kepada BK untuk dilakukan konseling.
d. Berdasarkan hasil konseling BK, kemudian walikelas bersama BK wajib
mengundang orangtua/wali siswa untuk diberikan solusi dan tindaklanjut.
Jika terdapat potensi tinggal kelas, harus disampaikan pada pertemuan.
Peran BK :
a. BK wajib melakukan konseling terhadap siswa yang belum tuntas pada
pembelajaran remedial kedua (Ke-2) setelah menerima laporan dari
walikelas, kemudian hasil konseling dicatatkan pada buku kasus BK.
b. Berdasarkan hasil konseling, BK bersama walikelas wajib mengundang
orangtua untuk mencari solusi dan tindaklanjut, Jika terdapat potensi
tinggal kelas, harus disampaikan pada pertemuan ini.
11. Pelaksanaan teknis pembelajaran remedial adalah sebagai berikut :
Remedial PH
1) Pembelajaran remedial diberikan hanya 2 kali (2x) untuk setiap KD yang
belum mencapai KKM
2) Bentuk remedial adalah:
a. Guru wajib memberikan pembelajaran ulang
b. Pembelajaran remedial dapat dilaksanakan dengan cara:
- Pembelajaran bimbingan individu (1-5 orang)
- Pembelajaran bimbingan kelompok (5-10 orang)
- Pembelajaran ulang jika hampir setengahnya (50%) belum
mencapai KKM di kelas
c. Pembelajaran remedial diakhiri dengan penilaian
3) Penentuan Kelulusan Remedial PH
a. Setelah 2x ujian remedial guru mempertimbangkan jurnal sikap
berdasarkan monitoring selama KBM di kelas. Jika anak ybs memiliki
sikap yang baik maka akan diberikan tugas remedial. Akan tetapi jika
memiliki sikap yang buruk maka tidak akan diberikan tugas remedial
b. Hasil PH peserta didik akan dikunci sampai pada batas akhir semester,
akan tetapi pendidik memiliki kesempatan untuk mengevaluasi
kembali hasil-hasil PH peserta didik jika terdapat perkembangan sikap
menurut jurnal guru, BK dan kesiswaan.
Remedial PAS
1) Pembelajaran remedial diberikan sampai dua kali (2x) saja pada PAS
yang belum mencapai KKM.
2) Guru wajib memberikan pembelajaran ulang

12. Jika setelah dilakukan pembelajaran remedial, nilai PAS masih belum
mencapai KKM, pendidik memiliki kesempatan untuk mengevaluasi kembali
hasil PAS peserta didik jika terdapat perkembangan sikap menurut jurnal
guru, BK dan kesiswaan.

4.4.2 Program Pengayaan


1. Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada peserta
didik yang telah melampaui KKM.
2. Fokus pengayaan adalah pendalaman dan perluasan dari kompetensi yang
dipelajari.
3. Pembelajaran pengayaan diberikan segera setelah peserta didik diketahui
telah mencapai KKM berdasarkan hasil PH.
4. Pembelajaran pengayaan hanya diberikan sekali, tidak berulang-kali
5. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran pengayaan akan diberikan nilai
tambahan sebagai nilai tugas atau latihan.
6. Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui belajar
kelompok atau belajar mandiri.

Gambar Diagram alur. Pembelajaran remedial

KOORDINASI PERAN
Pembelajaran regular

Orangtua Mengetahui
Penilaian Harian (PH) 1 dan
dari hasil PH yang
ditandatangani
Tuntas KKM Belum Tuntas KKM PENDIDIK WALIKELAS

Remedial 1
Jurnal
Pembelajaran Guru
Penilaian (terhada
p
kegiatan
Tuntas KKM Belum Tuntas KKM belajar di
kelas)

Remedial 2
Pembelajaran
Penilaian

SIKAP TUGAS REMEDIAL


Tuntas KKM Belum Tuntas KKM
BAIK

SIKAP Mengikuti
Tidak Mengikuti
BURUK dengan baik
dengan baik

PENDIDIK WALIKELAS BK Orangtua diundang ke


sekolah
untuk berdiskusi
memberikan solusi dan
tindak lanjut
5. KRITERIA KENAIKAN KELAS DAN KELULUSAN
5.1 Kriteria Kenaikan Kelas

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran. Peserta


didik SMP kelas VII dan VIII dinyatakan naik kelas apabila:
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada
tahun pelajaran yang diikuti.
2. Memperoleh nilai sikap minimal : BAIK / B
3. Nilai Ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan BAIK sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan oleh satuan pendidikan
4. Tidak memiliki LEBIH DARI 3 (tiga) mata pelajaran yang masing-masing
nilainya dibawah KKM atau belum tuntas
5. Kehadiran tidak kurang dari 90% dari jumlah pertemuan selama satu tahun
pelajaran.
(Catatan ; 10% dihitung untuk izin dan tanpa keterangan. Tidak termasuk
sakit yang ditunjukkan oleh surat dokter)
6. Kenaikan kelas ditetapkan melalui rapat dewan guru.

5.2 Kriteria Kelulusan


Dengan mengacu kepada ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta
didik dinyatakan lulus dari SMPS Mondial setelah memenuhi persyaratan
berikut, yaitu:
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
2. Memperoleh nilai sikap minimal : BAIK
3. Lulus Ujian Sekolah (US / USBN)
4. Mengikuti Ujian Nasional (UN) seluruh mata pelajaran sesuai jadwal
5. Kehadiran tidak kurang dari 90% dari jumlah pertemuan selama satu
tahun pelajaran.
(Catatan ; 10% dihitung untuk izin dan tanpa keterangan. Tidak
termasuk sakit yang ditunjukkan oleh surat dokter)
6. Kelulusan siswa ditetapkan melalui Rapat Dewan Guru
SMP Mondial mempunyai target Kelulusan sekolah 100 %, adapun untuk
memenuhi target tersebut SMP Mondial Batam berusaha meningkatkan kualitas
lulusan melalui beberapa program sebagai berikut :
a. Melaksanakan pemantapan mata pelajaran Ujian Nasional yaitu Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA selama 4 JP bagi kelas 9 setiap hari sabtu.
b. Melaksanakan pemantapan intensif mata pelajaran Ujian Nasional yaitu
Bahasa Indonesia, Matematika, IPA selama 1 JP setiap hari kamis.
c. Melaksanakan program tutorial sebaya pada semester genap
d. Melaksanakan progran pemantapan UN intensif hari Jumat
e. Melaksanakan program open class terjadwal

D. PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Pengembangan Kecakapan Abad 21
Abad 21 merupakan abad yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga menuntut sumber daya manusia sebuah negara untuk menguasai
berbagai bentuk keterampilan, termasuk keterampilan berpikir kritis dan pemecahan
masalah dari berbagai permasalahan yang semakin meningkat.
Pendidikan Abad 21 merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara
kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap TIK.
Kecakapan tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai model pembelajaran
berbasis aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi
pembelajaran. Kecakapan yang dibutuhkan di Abad 21 juga merupakan keterampilan
berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills (HOTS)) yang sangat diperlukan
dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global.
Literasi menjadi bagian terpenting dalam sebuah proses pembelajaran, peserta
didik yang dapat melaksanakan kegiatan literasi dengan maksimal tentunya akan
mendapatkan pengalaman belajar lebih dibanding dengan peserta didik lainnya.
Pembelajaran akan meletakkan dasar dan kompetensi, pengukuran kompetensi
dengan urutan LOTS menuju HOTS. Proses pembelajaran akan dimulai dari suatu
hal yang mudah menuju hal yang sulit. Dengan evaluasi LOTS akan menjadi tangga
bagi peserta didik untuk meningkatkan kompetensi menuju seseorang yang memiliki
pola pikir kritis.
Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaborasi dan
mampu berkomunikasi dengan baik akan meningkat pula karakternya, sehingga
keilmuan dan kompetensi yang dikuasainya akan menjadikannya memiliki
sikap/karakter yang bertanggungjawab, bekerja keras, jujur dalam kehidupannya.
Seorang peserta didik yang mengalami proses pembelajaran dengan melaksanakan
aktivitas literasi pembelajaran dan guru memberikan penguatan karakter dalam
proses pembelajaran dengan urutan kompetensi dari LOTS menuju kompetensi
HOTS akan menghasilkan lulusan yang memiliki karakter dan kompetensi.
a. Kecakapan Abad 21
1. Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and
Problem Solving Skill
Kemampuan berfikir kritis diantaranya :
1) menentukan kredibilitas suatu sumber,
2) membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan,
3) membedakan fakta dari penilaian,
4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan,
5) mengidentifikasi bias yang ada,
6) mengidentifikasi sudut pandang, dan
7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan
2. Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills)
Kecakapan komunikasi dalam proses pembelajaran antara lain :
- Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam
berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia (ICT
Literacy).
- Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada
saat berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada tulisan.
- Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan
dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.
- Selain itu dalam komunikasi lisan diperlukan juga sikap untuk dapat
mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain, selain pengetahuan
terkait konten dan konteks pembicaraan.
- Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
- Dalam Abad 21 komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa, tetapi
kemungkinan multi-bahasa.
3. Kreatifitas dan Inovasi (Creativity and Innovation)
Beberapa kecakapan terkait kreatifitas yang dapat dikembangkan dalam
pembelajaran antara lain sebagai berikut:
- Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru secara lisan atau tulisan.
- Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
- Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan praktikal.
- Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi baru dan
berbeda, baik dalam mata pelajaran terkait, antar mata pelajaran, maupun
dalam persoalan kontekstual.
- Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran.
- Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki.
- Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungan.
4. Kolaborasi (Collaboration)
Kecakapan terkait dengan kolaborasi dalam pembelajaran antara lain sebagai
berikut:
- Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok
- Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara
produktif dengan yang lain.
- Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.
- Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi
tercapainya tujuan yangbtelah ditetapkan.

b. Karakteristik Pembelajaran Abad 21


Sejalan dengan karateristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 seperti yang
tertuang dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2015, maka karakteristik
pembelajaran Abad 21 dapat dijabarkan antara lain sebagai berikut:
1. Berpusat pada peserta didik; guru harus lebih banyak mendengarkan
siswanya saling berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi.
Fungsi guru dari pengajar berubah dengan sendirinya menjadi fasilitator bagi
peserta didik
2. Mekanisme pembelajaran harus terdapat interaksi multi-arah yang cukup
dalam berbagai bentuk komunikasi serta menggunakan berbagai sumber
belajar yang kontekstual sesaui dengan materi pembelajaran. Guru harus
berusaha menciptakan pembelajaran melalui berbagai pendekatan atau
metode atau model pembelajaran, termasuk penggunaan TIK.
3. Peserta didik disarankan untuk lebih lebih aktif dengan cara memberikan
berbagai pertanyaan dan melakukan penyelidikan, serta menuangkan ide-ide,
baik lisan, tulisan, dan perbuatan.
4. Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan harus dapat memfasilitasi peserta
didik untuk dapat bekerjasama antar sesamanya (kolaboratif dan kooperatif).
5. Semua kompetensi (KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4) harus dibelajarkan secara
terintegrasi dalam suatu mata pelajaran, sehingga peserta didik memiliki
kompetensi yang utuh.
6. Pembelajaran harus memperhatikan karakteristik tiap individu dengan
kuinikannya masing-masing, sehingga dalam perencana pembelajaran harus
sudah diprogramkan pelayanan untuk peserta didik dengan karakteristik
masing-masing (normal, remedial, dan pengayaan).
7. Guru harus dapat memotivasi peserta didik untuk memahami interkoneksi
antar konsep, baik dalam mata pelajarannya dan antar mata pelajaran, serta
aplikasinya dalam dunia nyata.
8. Sesuai dengan karakter pendidikan Abad 21 (4K atau 4C), maka
pembelajaran yang dikembangkan harus dapat mendorong peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan berpikir lebih tinggi (Higher Order
Thinking Skills = HOTS).

c. Pilar Pendidikan
1. Belajar untuk mencari tahu (learning to know)
Belajar untuk mencari tahu terkait dengan cara mendapatkan pengetahuan
melalui penggunaan media atau alat yang ada. Media bisa berupa buku,
orang, internet, dan teknologi yang lainya.
2. Belajar untuk mengerjakan (learning to do)
Belajar untuk melakukan atau berkarya, hal ini tidak terlepas dari belajar
mengetahui karena perbuatan tidak terlepas dari ilmu pengetahuan. Belajar
untuk melakukan atau berkarya merupakan upaya untuk senantiasa
melakukan dan berlatih keterampilan untuk keprofesionalan dalam bekerja.
Terkait dengan pembelajaran didalam kelas, maka belajar untuk mengerjakan
ini sangat diperlukan latihan keterampilan bagaimana peserta didik dapat
menggunakan pengetahuan tentang konsep atau prinsip mata pelajaran
tertentu dalam mata pelajaran lainnya atau dalam kehidupannya sehari - hari.
Dengan demikian peserta didik memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
dapat mempengaruhi kehidupannya dalam mennetukan pilihan kerja yang ada
di masyarakat.
3. Belajar untuk menjadi (learning to be)
Belajar untuk menjadi atau berkembang utuh, belajar untuk menjadi atau
berkembang secara utuh berkaitan dengan tuntutan kehidupan yang semakin
kompleks sehingga dibutuhkan suatu karakter pada diri individu. Belajar
menjadi pribadi yang berkembang secara optimal yang memiliki kesesuaian
dan keseimbangan pada kepribadianya baik itu moral, intelektual, emosi,
spiritual, maupun sosial. Sehingga dalam pembelajaran, guru memiliki
kewajiban untuk mengembangkan potensi peserta sesuai dengan bakat dan
minatnya agar peserta didik tersebut dapat menentukan pilihannya, terlepas
dari siapa dan apa pekerjaanya, tetapi yang penting adalah dia menjadi sosok
pribadi yang memiliki keunggulan.
4. Belajar untuk berhidupan bersama dalam kedamaian (learning to live together
in peace).
Belajar hidup bersama ini sangat penting, karena masyarakat yang beragam,
baik dilihat dari latar belakang, suku, ras, agama, etnik, atau pendidikan. Pada
pembelajaran, peserta didik harus memahami bahwa keberagaman tersebut
bukan untuk dibeda-bedakan, akan tetapi dipahamkan bahwa keberagaman
tersebut tergabung dalam suatu lingkungan masyarakat. Oleh karena itu
saling membantu dan menghargai satu dengan yang lainya sangat diperlukan
agar tercipta masyarakat yang tertib dan aman, sehingga setiap individu dapat
belajar dan hidup dalam kebersamaan dan kedamaian.
5. Belajar untuk memperkuat keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
Pilar yang ini hanya terdapat dalam secara tersirat dalam pendidikan di
Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas yang menyatakan bahwa salah satu Tujuan Pendidikan Nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Implementasi dari pilar tersebut
diwujudkan secara langsung dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti, dan mata pelajaran PPKN, dan dalam mata pelajaran lain
sebagai hasil pembelajaran tidak langsung melalui pencapaian KI-1
(Kompetensi Spiritual).

2 Gerakan Literasi Sekolah (GLS)


Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana
siswa dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di
bangku sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan siswa, baik di rumah
maupun di lingkungan sekitarnya untuk menumbuhkan budi pekerti mulia.
Pemahaman literasi pada akhirnya tidak hanya merambah pada masalah
baca tulis saja. Agar mampu bertahan di abad XXI, masyarakat harus menguasai
enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, matematika, sains, teknologi
informasi dan komunikasi, keuangan, serta kebudayaan dan kewarganegaraan.
Komunitas sekolah akan terus berproses untuk menjadi individu ataupun
sekolah yang literat. Untuk itu SMPS Mondial berupaya meng-implementasikan
Gerakan Literasi Sekolah (GLS)sehingga diharapkan peserta didik dan umumnya
warga sekolah menjadi literat, yang akhirnya literat menjadi kultur atau budaya
yang dimiliki individu dan lingkungan sekolah.
• Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di SMPS Mondial
Implementasi penumbuhan budaya literasi di SMP Mondial memerlukan
langkah-langkah sebagai berikut: persiapan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi,
dan tindak lanjut. Persiapan merupakan kegiatan menyiapkan bahan, personal, dan
strategi pelaksanaan. Pelaksanaan merupakan operasionalisasi hal-hal yang telah
dipersiapkan. Pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut merupakan kegiatan untuk
mengetahui efektivitas kegiatan literasi yang telah dilaksanakan.
Penumbuhan literasi di sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan rutin dan
kegiatan insidental. Kegiatan tersebut dilakukan dalam tiga tahapan literasi yaitu
tahap pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Agar dapat melaksanakan
tiga tahapan literasi tersebut diperlukan kegiatan persiapan, sebagai berikut.
a. Persiapan
• Rapat Koordinasi
Kegiatan ini dilaksanakan untuk membicarakan maksud dan tujuan
dilaksanakannya literasi di sekolah. Rapat koordinasi digelar oleh kepala
sekolah dan diikuti oleh :
- Kepala Sekolah
- Wakil Kepala Sekolah
- Perwakilan Guru dan Karyawan
Tujuan rapat koordinasi ini antara lain:
- Pemahaman tentang literasi
- Pembentukan tim literasi sekolah (TLS)
- Penyusunan garis besar program kerja literasi sekolah
- Persiapan materi sosialisasi lietrasi
• Pembentukan Tim Literasi di Sekolah (TLS)
Kepala sekolah membentuk TLS melalui Surat Keputusan Kepala Sekolah
yang menyertakan tugas pokok dan fungsi anggota tim. Susunan anggota
TLS disesuaikan dengan kebutuhan sekolah masing-masing.
• Sosialisasi
1. Sosialisasi pada Guru dan Karyawan.
Sosialisasi ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dan komitmen
guru dan karyawan tentang pelaksanaan kegiatan literasi di sekolah.
2. Sosialisasi pada Siswa
Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang literasi,
tujuan pelaksanaan literasi, dan mekamisme pelaksanaan literasi.
3. Sosialisasi pada Komite Sekolah dan Orang Tua Siswa
Sosialisasi pada komite sekolah dan orang tua siswa bertujuan untuk
memberitahukan adanya kegiatan literasi di sekolah dan berharap agar
komite dan orang tua siswa mendukung kegiatan tersebut. Dalam
kegiatan sosialisasi ini diperlukan narasumber yang memahami dan
mampu menjelaskan tentang literasi di sekolah.
• Persiapan Sarana dan Prasarana
Untuk menumbuhkembangkan budaya literasi di SMP Mondial diperlukan
ekositem sekolah yang literat dengan dukungan sarana dan prasarana
penunjang, antara lain:
- Perpustakaan sekolah (sesuai Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007)
- Pojok baca di kelas dan lingkungan sekolah
- Satu set buku teks untuk setiap perserta didik dan 200 judul buku
pengayaan dan 20 buku referensi untuk SMP (Sesuai dengan
Permendikbud No 23 tahun 2013)
- Web sekolah yang disertai interface literasi
- Akses internet di lingkungan sekolah
- Banner, spanduk, poster, dan leaflet penumbuhan budaya literasi

b. Pelaksanaan
Pada dasarnya ada tiga tahapan pelaksanaan GLS di sekolah, dimulai dari
Tahap Pembiasan, Tahap Pengembangan, sampai pada tahap Pembelajaran.
Berikut adalah gambaran tiga tahapan itu.

c. Strategi Membangun Budaya Literasi


Pembangunan budaya literasi di SMP Mondial berfokus pada tiga hal, yaitu :
1) Mengembangkan Lingkungan Akademik Yang Literat
1. Melaksanakan berbagai program untuk pembiasaan literasi
2. Menerapkan strategi literasi dalam pembelajaran
3. Membentuk Tim literasi sekolah
4. Menjamin kerjasama dengan pihak eksternal
2) Mengkondisikan Lingkungan Fisik Kaya Literasi
- Menyediakan buku fiksi dan non fiksi di perpustakaan dan sudut
baca ruang kelas
- Memajang karya siswa di lingkungan sekolah
3) Mengupayakan Lingkungan Sosial dan Afektif sebagai Model
Komunikasi dan Interaksi yang Literate
- Kepemimpinan kepala sekolah dalam program literasi
- Memberikan penghargaan terhadap prestasi akademik dan
nonakademik peserta didik
- Melibatkan guru dan staf dalam program literasi

d. Strategi Literasi dalam Pembelajaran


Tujuan utama penggunaan strategi literasi dalam pembelajaran adalah
untuk membangun pemahaman siswa, keterampilan menulis, dan
keterampilan komunikasi secara menyeluruh. Tiga hal ini akan bermuara
pada pengembangan karakter dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran yang menerapkan strategi literasi penting untuk
menumbuhkan pembaca yang baik dan kritis dalam bidang apapun.
Berdasarkan beberapa sumber, dapat disarikan tujuh karakteristik
pembelajaran yang menerapkan strategi literasi yang dapat mengembangkan
kemampuan metakognitif (cf. Beers 2010: 20-21; Pahl & Rowsell 2005: 82),
antara lain:
- Pemantauan pemahaman teks (siswa merekam pemahamannya sebelum,
ketika, dan setelah membaca).
- Penggunaan berbagai moda selama pembelajaran (literasi multimoda)
- Instruksi yang jelas dan eksplisit.
- Pemanfaatan alat bantu seperti pengatur grafis dan daftar cek.
- Respon terhadap berbagai jenis pertanyaan.
- Membuat pertanyaan.
- Analisis, sintesis, dan evaluasi teks.
- Meringkas isi teks.
3. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
a. Latar Belakang
PPK atau penguatan pendidikan karakter merupakan gerakan
pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui
harmonisasi olah hati (etik), olah rassa (estetik), olah piker (literasi) dan olah
raga (Kinestetik) dengan dukungan pelibatan public dan kerjasama antara
sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari gerakan
nasional revolusi mental (GNRM).
Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) memiliki urgensi
bahwa pembangunan SDM sebagai fondasi pembangunan bangsa harus
dibekali dengan karakter yang ideal, terlebih Indonesia akan memiliki Generasi
emas 2045 yang harus dibekali serta dengan keterampilan abad 21, dan urgensi
untuk menghadapi degradasi moral, etika dan budi pekerti yang sedang
berkembang saat ini.
Penguatan Pendidikan Karakter juga dipersiapkan untuk menghadapi
kecenderungan global yang terjadi dewasa ini seperti berlangsungnya revolusi
digital di berbagai aspek, adanya perubahan peradaban dalam masyarakat dan
semakin tegasnya fenomena abad kreatif.

b. Pengembangan Nilai-Nilai Karakter


c. Basis Pengembangan PPK :
1. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas
- Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi
kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun
terintegrasi dalam mata pelajaran.
- Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi
pengajaran.
- Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah.
2. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah
- Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama sehari-hari di sekolah.
- Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan.
- Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah.
- Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi
siswa melalui kegiatan kokurikuler dan ekstra-kurikuler.
- Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah.
- Mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah.
3. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis masyarakat
- Memperkuat peranan Komite Sekolah dan orang tua sebagai pemangku
kepentingan utama pendidikan.
- Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber
pembelajaran seperti keberadaan dan dukungan pegiat seni dan budaya,
tokoh masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri.
- Mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai program yang ada
dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan, dan LSM.
- Mensinkronkan program dan kegiatan melalui kerja sama dengan
pemerintah daerah, kementerian dan lembaga pemerintahan, dan
masyarakat pada umumnya
Tabel 38. Pelibatan Publik Pendidikan Penguatan Karakter (PPK)
Unsur Masyarakat Peran
Orangtua Komunikasi
Komitmen
Konsistensi
Finansial
Berbagi pengetahuan
Komite Sekolah Mediasi
Mobilisasi sumberdaya
Pengawasan
Dunia Usaha CSR
Sumber belajar
Media massa
Akademisi / Pegiat Pendidikan Partisipasi
Advokasi ABK / Kelompok marginal
Literasi
Program inovasi
Pelaku Seni & Budaya Sumber belajar
Komunitas bahasa
Taman Budaya
Sanggar seni
Museum
Pemerintah & Pemda Kolaborasi sumberdaya

d. Simulasi Model Implementasi PPK


Tabel 39. Penerapan Model PPK di SMP Mondial adalah sebagai berikut :
Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Nilai Karakter Penguatan Nilai Utama:
Waktu Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, Integritas
Kegiatan Ko
Reading Reading
Flag Reading Activity / Kurikuler dan
Activity / Ekstrakurikuler :
Ceremony Activity Pemantapan
7.30 - 8.50 / Morning
Exercise
/ Faculty Intensif / Co-
Co- Sesuai minat dan
curriculer curriculer
Devotion Meeting bakat siswa yang
Activity Activity
dilakukan
8:05 - 8:50 dibawah
bimbingan
8:50 - 9:35
guru/pelatih/mel Kegiatan PPK
9:35 - 10:20 ibatkan orangtua bersama
10:20 - 10:55 dan masyarakat orangtua :
Interaksi
10:55 - 11:40 dengan
11:40 - 12:25 Kegiatan Intra Kurikuler : Kegiatan KBM orangtua dan
sesama
12:25 - 1:10
1:10 - 1:45 Kegiatan PPK
bersama
1:45 - 2:30 orangtua :
2:30 - 3:15 Interaksi
dengan
Kegiatan Pembiasaan : Sebelum menutup hari siswa orangtua dan
3:15 - 4:00 melakukan refleksi, menyanyikan lagu nasional, doa sesama
bersama

e. Pelaksanaan Konsep PPK di sekolah


• Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur
kurikulum dan mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan
intrakurikuler dan kokurikuler. Sebagai kegiatan intrakurikuler dan
kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen perencanaan pembelajaran
berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai mata
pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai utama PPK diintegrasikan ke
dalam mata pelajaran sesuai topik utama nilai PPK yang akan
dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran tersebut dan sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing. Misalnya, mata
pelajaran IPA untuk SMP mengintegrasikan nilai nasionalisme dengan
mendukung konservasi energi pada materi tentang energi.
• Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
ditetapkan oleh satuan pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler, satuan
pendidikan melakukan penguatan kembali nilai-nilai karakter melalui
berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul dapat dilakukan melalui kolaborasi
dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang relevan.
• Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses
kegiatan rutin, spontan, pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah.
Kegiatan-kegiatan dilakukan di luar jam pembelajaran untuk memperkuat
pembentukan karakter sesuai dengan situasi, kondisi,ketersediaan sarana
dan prasarana di setiap satuan pendidikan.

Program penguatan pendidikan karakter dilaksanakan melalui berbagai


jalur, diantaranya melalui pendekatan struktur kurikulum dimana nilai-nilai
karakter termuat didalam silabus dan rpp yang disusun oleh guru mata
pelajaran. Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk
menanamkan karakter. Seperti karakter religious yaitu berdoa sebelum dan
sesudah kegiatan belajar mengajar di kelas.
Program penguatan pendidikan karakter dilaksanakan juga melalui
program pembiasaan. Tujuannya agar terjadi internalisasi sehingga dapat
mendorong kebiasaan positif peserta didik dalam menanamkan nilai-nilai
karakter terhadap lingkungan sekitarnya.
Program penguatan pendidikan karakter (PPK) yang telah dilakukan di
sekolah meliputi berbagai aspek, yaitu :
Karakter Religius
1. Melaksanakan doa bersama
a. Kegiatan doa bersama Senin pagi
Kegiatan doa bersama ini dilaksanakan terjadwal setiap hari Senin
mulai pukul 07.30 – 08.00 di ruangan kelas yang telah ditentukan. Akan
tetapi jika mendapatkan giliran upacara Senin kegiatan doa tersebut
ditiadakan. Peserta didik melaksanakan ibadah dan doa bersama yang
dipandu oleh bapak/ibu guru.
b. Kegiatan doa bersama Awal Bulan
Kegiatan doa bersama awal bulan ini dilakukan terjadwal pada minggu
pertama setiap bulannya setiap hari Jumat pukul 12.05 – 13.10 di
ruangan atau tempat yang sudah ditentukan. Kegiatan doa ini dipimpin
langsung oleh guru agama masing-masing dibantu oleh bapak/ibu guru
yang lainnya.
2. Kegiatan Ibadah Sholat Jumat
Meskipun terdapat sebagian kecil saja peserta didik muslim laki-laki di
sekolah, tetap mendapatkan hak dan kewajibannya untuk melaksanakan
kegiatan ibadah sholat Jumat. Akan tetapi pelaksanaan sholat Jumat
tersebut masih dilakukan diluar sekolah di masjid terdekat didampingi oleh
guru yang telah ditetapkan terjadwal.
3. Kegiatan agama perayaan Natal
Kegiatan agama perayaan natal diikuti oleh seluruh peserta didik yang
beragama Kristen-Katholik dilaksanakan terjadwal sesuai dengan kalender
sekolah yang dipimpin oleh guru agama Kristen dan dibantu oleh
bapak/ibu guru yang lainnya. Pada kegiatan ini seringkali mendatangkan
penceramah dari luar sekolah.
4. Kegiatan agama pesantren kilat dan buka puasa bersama
Kegiatan pesantren kilat diwajibkan untuk peserta didik yang beragama
Islam yang dilaksanakan terjadwal pada saat Bulan Ramadhan yang
dilakukan bersama-sama oleh bapak/ibu guru yang lainnya. Pada kegiatan
ini materi diisi dengan tausiah, baca Alquran, Shalat dsb. Pada kegiatan ini
seringkali mendatangkan ustadz sebagai penceramah dari luar sekolah.
5. Kegiatan agama perayaan Waisak
Kegiatan Waisak di sekolah dilaksanakan sesuai kalender diikuti wajib
oleh peserta didik yang beragama Buddha. Kegiatan ini dipimpin oleh
guru agama Buddha. Pada saat salahsatu perayaan keagamaan sedang
berlangsung, dalam waktu bersamaan diikuti juga dengan kegiatan
keagamaan oleh agama lainnya di masing-masing tempat bersama
bapak/ibu guru pendampingnya. Melalui kegiatan ibadah dan doa bersama
terebut diharapkan dapat memupuk keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga diharapkan dapat tercermin dalam setiap
sikap dan perbuatan yang menjunjung akhlak mulia dalam kehidupan
sehari-hari di lingkungan sekolah.
6. Ibadah Sholat Jumat bagi siswa pria yang beragama Muslim. Pada saat
yang sama siswa yang beragama Buddha, Kristen dan Katolik juga
melaksanakan ibadah bersama dengan mengundang Bikhu maupun
Pendeta untuk memberikan siraman Rohani
7. Bapak ibu guru agama Kristen, Katolik dan Budha juga memberikan buku
bukti ikut melaksanakan ibadah Minggu ataupun sekolah minggu bagi
yang beragama Budha

Karakter nasionalisme (Cinta tanah air)


Untuk karakter Nasionalis beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Melaksanakan kegiatan upacara bendera pada hari Senin dan hari-hari
besar kebangsaan lainnya
2. Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya setiap pagi sebelum
memulai belajar
3. Menyanyikan lagu-lagu Nasional setelah jam pelajaran selesai
4. Menampilkan tari traditional daerah pada saat memulai suatu kegiatan
seperti perayaan Ulang Tahun Sekolah, saat menyambut tamu penting
5. Mengembangkan alat musik tradisional Angklung sebagai Ekskul di
sekolah
6. Melaksanakan ekskul kepramukaan
7. Memasang atribut lambang-lambang negara yang dapat menumbuhkan
rasa nasionalisme dalam diri siswa seperti bendera merah putih, foto
presiden dan wakil presiden, lambang negara Indonesia Pancasila lengkap
dengan Lima Butir Sila, UUD tahun 1945.

Karakter Mandiri
Peserta didik dituntut memiliki karakter mandiri dengan mengikuti beberapa
kegiatan yaitu :
1. Kegiatan kepanduan Pramuka
2. Kegiatan Team Building Camp
3. Kegiatan English Camp
4. Kegiatan studi tour
5. Kegiatan pembinaan OSN dan ekstrakurikuler lainnya
6. Kegiatan Penampilan kelas setiap hari selasa

Upaya menumbuhkembangkan karakter gotongroyong peserta didik telah


dilaksanakan melalui :
1. Kegiatan bakti sosial
2. Kegiatan pengumpulan dana “Bank coin”

Karakter Integritas :
Upaya membentuk karakter peserta didik yang berintegritas dilakukan melalui :
1. Kegiatan sosialisasi kerjasama dengan instansi lain yaitu dengan pihak
BNN, Jasa raharja dan posyandu dan dinas Damkar.
2. Kegiatan MOSBA

Anda mungkin juga menyukai