Anda di halaman 1dari 27

BAB III

STRUKTUR, MUATAN KURIKULUM

DAN PEMBELAJARAN PADA MASA DARURAT

A. Struktur Kurikulum
1. Pengertian

Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti,


Kompetensi Dasar, muatan Pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar pada
setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Kompetensi Inti merupakan
tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus
dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap tingkat kelas atau program yang
menjadi landasan pengembangan Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar yang
merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan Pembelajaran, pengalaman
belajar, atau mata pelajaran yang mengacu pada Kompetensi Inti

2. Komponen Kompetensi Inti (KI)


Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik
SMP/MTs pada setiap tingkat kelas. Kompetensi inti dirancang untuk setiap
kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi
dasar antarmata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu
sinkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang
sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

27
Adapun Kurikulum yang dikembangkan pada Madrasah…………. dengan
karakteristik sebagai berikut:
1) Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai
situasi di Madrasah dan masyarakat;
2) Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang
dipelajari di Madrasah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar;
3) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
4) Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi
inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
5) Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi
(organizing elements) kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti;
6) Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Dengan mengacu pada enam karakteristik tersebut maka seluruh aktivitas


penerapan kurikulum berpusat pada usaha mewujudkan kompetensi inti yang
diwujudkan dengan menempatkan sekolah sebagaian bagian dari sistem
masyarakat.
Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap
tingkat kelas atau program yang menjadi landasan Pengembangan Kompetensi
dasar. Kompetensi Inti yang dimaksud mencakup: sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi sebagai pengintegrasi muatan
Pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai Standar Kompetensi
Lulusan.

28
B. Struktur Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (MTS)

Struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan dasar berisi muatan umum.


Muatan umum yang dimaksud terdiri atas:
1) muatan nasional untuk satuan pendidikan; dan

2) muatan lokal untuk satuan pendidikan sesuai dengan potensi dan keunikan
lokal.

Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu untuk Madrasah


Tsanawiyah sebagaimana tabel berikut;
Struktur Kurikulum MTS adalah sebagai berikut:
ALOKASI WAKTU BELAJAR
MATA PELAJARAN PER MINGGU
VII VIII IX
Kelompok A
Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur’an Hadits 1 1 1
1. b. Aqidah Akhlak 1 1 1
c. Fiqh 1 1 1
d. Sejarah Kebudayaan Islam 1 1 1
2. Pendidikan Pancasila dan 1 1 1
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 2 2 2
4 Bahasa Arab 1 1 1
5. Matematika 2 2 2
6. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2
8. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B
1. Seni Budaya (termasuk muatan lokal)* 1 1 1
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan 1 1 1
Kesehatan(termasuk muatan lokal)
3. Prakarya(termasuk muatan lokal) 1 1 1
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 19 19 19

Keterangan :

Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi


lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran

29
yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor. Seni Budaya dan Prakarya
menjadi dua mata pelajaran yang terpisah.
IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan
integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai
pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan
belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan sosial dan alam.Disamping itu, tujuan pendidikan IPS
menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotisme,
serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah NKRI.
IPA juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi dan alam sekitarnya, serta
pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara.

C. Muatan Kurikulum

1. Muatan Pembelajaran
Muatan pembelajaran di MTs yang berbasis pada konsep-konsep
terpadu dariberbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan adalah Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Pada hakikatnya IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam
bentuk integrated sciences dan integrated social studies. Muatan IPA berasal
dari disiplin biologi, fisika, dan kimia, sedangkan muatan IPS berasal dari
sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi. Kedua mata pelajaran tersebut
merupakan program pendidikan yang berorientasi aplikatif, pengembangan
kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan
sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.
Tujuan pendidikan IPS menekankan pada pemahaman tentang bangsa,
semangat kebangsaan, patriotisme, dan aktivitas masyarakat di bidang
ekonomi dalam ruang atau wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan pendidikan IPA menekankan pada pemahaman tentang lingkungan dan
alam sekitar beserta kekayaan yang dimilikinya yang perlu dilestarikan dan
dijaga dalam perspektif biologi, fisika, dan kimia. Integrasi berbagai konsep
dalam Mata Pelajaran IPA dan IPS menggunakan pendekatan trans-
disciplinarity di mana batas-batasdisiplin ilmu tidak lagi tampak secara tegas
dan jelas, karena konsepkonsep disiplin ilmu berbaur dan/atau terkait dengan

30
permasalahanpermasalahan yang dijumpai di sekitarnya. Kondisi tersebut
memudahkan pembelajaran IPA dan IPS menjadi pembelajaran yang
kontekstual. Pembelajaran IPA diintegrasikan melalui konten biologi, fisika,
dan kimia. Pengintegrasian dapat dilakukan dengan cara dihubungkan, yakni
pembelajaran dilakukan pada konten bidang tertentu (misalnya fisika),
kemudian konten bidang lain yang relevan ikut dibahas.
Misalnya saat mempelajari suhu (konten fisika), pembahasannya dikaitkan
dengan upaya makhluk hidup berdarah panas mempertahankan suhu tubuh
(konten biologi), serta senyawa yang digunakan di dalam sistem AC (konten
kimia). Pembelajaran IPS diintegrasikan melalui konsep ruang, koneksi antar
ruang, dan waktu. Ruang adalah tempat di mana manusia beraktivitas, koneksi
antar ruang menggambarkan mobilitas manusia antara satu tempat ke tempat
lain, dan waktu menggambarkan masa di mana kehidupan manusia itu terjadi.

2. Struktur Kompetensi Dasar


Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti.
Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik dan kemampuan peserta didik, dan kekhasan masingmasing mata
pelajaran. Kompetensi Dasar meliputi empat kelompok sesuai dengan
pengelompokan Kompetensi Inti sebagai berikut:
1. kelompok 1 : kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam
rangka menjabarkan KI-1;
2. kelompok 2 : kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam
rangka menjabarkan KI-2;
3. kelompok 3 : kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam
rangka menjabarkan KI-3; dan
4. kelompok 4 : kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam
rangka menjabarkan KI-4.
3. Muatan Lokal

Muatan lokal sebagaimana diamanatkan Peraturan Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79 tahun 2014 tentang Muatan
Lokal Kurikulum 2013, adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan

31
pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan
keunikan lokal.
Melihat Kondisi dan budaya mayoritas orang tua siswa dan masyarakat
setempat yang tinggal di daerah yang religius, maka muatan lokal yang
diangkat dalam kurikulum Madrasah ……………………………………
adalah……………………………... Dengan adanya muatan lokal seperti
tersebut diatas diharapkan siswa mampu dan akan dapat lebih baik/lancar.
Dalam hal mulok dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan
bermasyarakat dilingkungan masing-masing.
Pengembangan Mulok yang diterapkan
di ...................................................................................... dalam satu tahun pelajaran
muatan lokal disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah
yaitu .................................................... merupakan muatan lokal wajib yang diberikan
di kelas.
Muatan lokal sebagaimana Permendikbud tersebut, dirumuskan dalam bentuk
dokumen yang terdiri atas: Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD) ; silabus;
dan buku teks pelajaran.

Cantumkan MULOK nya

Struktur Kurikulum Muatan Lokal ( sesuaikan dengan kemampuan lokal masing-


masing Madarasah…………………………………………

4. Kegiatan Pembiasaan

Pembiasaan ditumbuhkan melalui kegiatan rutin, spontan, dan


keteladanan yang baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sedangkan
pembiasaan melalui kegiatan terprogram dilaksanakan secara bertahap
disesuaikan dengan kalender pendidikan, semua guru berpartisipasi aktif
dalam membentuk watak, kepribadian dan kebiasaan positif.

32
Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang
relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang
berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri.
Hal tersebut juga akan menghasilkan suatu kompetensi. Adapun kegiatan
pembiasaan yang dilakukan di madrasah.............................................
meliputi :

Hasil yang diharapkan


Sifat Kegiatan Jenis Kegiatan
Rutin, yaitu kegiatan a. Nilai Keagamaan  Terbiasa berdoa setiap
yang dilakukan  Berdoa sebelum dan belajar
secara berulang-ulang sesudah belajar .  Terbiasa melaksanakan
dan teratur  Sholat Dzuhur sholat wajib berjamaah
berjamaah  Terbiasa melaksanakan
 Sholat Dhuha sholat sunah
 Tadarus  Terbiasa membaca Al
 Baca Yasin Quran
 Sholat Jum’at  Terbiasa membaca Yasin
 Peringatan hari besar  Terbiasa menjaga
keagamaan kebersihan
b. Nilai Kemandirian  Terbiasa membaca buku
 Piket kelas
 Jumat bersih
 Budaya baca

Spontan, adalah Pengembangan budaya  Siswa terbiasa membe-ri


kegiatan yang sekolah : salam
dilakukan serta  Memberi dan  Ikut merasakan pende-
merta; atau tanpa menjawab salam ritaan orang lain (berempati)
direncanakan lebih  Meminta maaf  Peduli terhadap
dulu; kegiatan ini  Berterima kasih lingkungan yang ada
dilakukan karena  Mengunjungi orang disekitarnya
dorongan hati yang sakit
 Membuang sampah di
tempatnya
 Menolong orang yang
sedang dalam
kesulitan/kesusahan
 Melerai pertengkaran

Keteladanan, adalah  Penampilan guru  Siswa dapat meneladani


perbuatan, kelakuan,  Mengambil sampah dan perilaku guru.
sifat, dsb. yang patut membuang di
ditiru atau baik untuk tempatnya
dicontoh

33
Hasil yang diharapkan
Sifat Kegiatan Jenis Kegiatan
 Berbicara santun
 Mengucapkan terima
kasih
 Meminta maaf
 Mendengarkan
pendapat orang lain
 Menghargai perbedaan
pendapat
 Memberi kesempatan
kepada orang yang
lebih tua dan orang
yang lebih
membutuhkan.
 Menaati tata tertib
(disiplin, tepat waktu,
taat pada peraturan)
 Memberi salam ketika
bertemu
 Berpakaian rapi dan
bersih
 Menepati janji
 Memberikan
penghargaan kepada
orang yang berprestasi
 Berperilaku sopan
 Memuji pada orang
yang baik
 Mengakui kebenaran
orang lain
 Mengakui kesalahan
diri sendiri
 Berani mengambil
keputusan
 Berani berkata benar
 Melindungi kaum yang
lemah
 Membantu kaum yang
fakir
 Mengunjungi teman
yang sakit
 Mengembalikan barang
yang bukan miliknya
 Membiasakan antri
 Jujur dalam pikiran,
perkataan, dan
perbuatan

34
5. Pendidikan Karakter
Pengembangan pendidikan karakter terintegrasi ke dalam mata pelajaran,
pengembangan diri dan budaya madrasah. Di dalam mata pelajaran guru
mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya
dan karakter bangsa ke dalam RPP yang sudah ada dan dilaksanakan dalam
proses belajar mengajar. Indikator nilai-nilai karakter ada dua jenis yaitu (1)
indikator keberhasilan sekolah dan kelas, dan (2) indikator keberhasilan untuk
mata pelajaran.
Indikator keberhasilan madrasah dan kelas adalah acuan yang
digunakan kepala sekolah, guru dan personalia sekolah dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi madrasah sebagai lembaga pelaksana
pendidikan budaya dan karakter bangsa. Perilaku yang dikembangkan dalam
indikator pendidikan budaya dan karakter bangsa bersifat progresif, artinya,
perilaku tersebut berkembang semakin kompleks antara satu jenjang kelas
dengan jenjang kelas di atasnya, bahkan dalam jenjang kelas yang sama. Guru
memiliki kebebasan dalam menentukan berapa lama suatu perilaku harus
dikembangkan sebelum ditingkatkan ke perilaku yang lebih kompleks.Nilai-
nilai yang ditanamkan melalui pengembangan diri sebagai berikut.

Jenis Pengembangan Nilai-nilai yang


Strategi
Diri ditanamkan
A.Bimbingan  Religius  Pembentukan karakter
Konseling (BK)  Kemandirian atau kepribadian
 Percaya diri  Pemberian motivasi
 Kerja sama  Bimbingan karier
 Demokratis
 Peduli sosial
 Komunikatif
 Jujur
B. Kegiatan  Demokratis  Latihan terprogram
Ekstrakurikuler:  Disiplin (kepemimpinan,
1. Pramuka  Kerja sama berorganisasi)
 Rasa Kebangsaan
 Toleransi
 Peduli sosial dan
lingkungan
 Cinta damai

35
Jenis Pengembangan Nilai-nilai yang
Strategi
Diri ditanamkan
 Kerja keras
 Kepemimpinan
2. UKS dan PMR  Religius  Latihan terprogram
 Kemandirian
 Peduli sosial
 Toleransi
 Disiplin
 Komunikatif
 Kerja keras

3. Majalah Dinding  Komunikatif  Pembinaan rutin


dan Jurnalistik  Rasa ingin tahu  Mengikuti perlombaan
 Kerja keras  Pameran atau pekan
 Senang membaca jurnalistik
 Menghargai prestasi  Publikasi secara internal
 Jujur
 Tanggung jawab
 Disiplin
 Percaya diri
4. Olahraga  Religius  Melalui latihan rutin
 Kemandirian (futsal,bulu tangkis, basket,
 Jujur/sportivitas taekwondo, karate, outbond)
 Menghargai prestasi  Perlombaan olah raga
 Kerja keras
 Cinta damai
 Disiplin
5. Kerohanian  Religius  Beribadah rutin
 Kemandirian  Peringatan hari besar
 Cinta tanah air agama
 Jujur  Kegiatan keagamaan
 Disiplin  Melalui bimbingan dan
 Tekun latihan rutin: Taman
 Kerja sama Pendidikan Al-Qur’an dan
marawis

6. Seni dan budaya  Religius  Melalui latihan rutin: seni


 Kemandirian lukis, seni tari, gambang
 Disiplin kromong, biola, angklung
 Jujur  Mengikuti vokal grup
 Peduli budaya  Berkompetisi internal dan
 Peduli sosial eksternal
 Cinta tanah air  Pagelaran seni
 Semangat kebangsaan

36
Jenis Pengembangan Nilai-nilai yang
Strategi
Diri ditanamkan
7. English Club  Religius  Melalui latihan rutin
 Kemandirian  Story Telling
 Komunikatif  Wawancara
 Disiplin  Master of Ceremony
 Rasa ingin tahu  Dialog
 Tekun
 Demokratis
 Sabar
 Toleransi
 Kreatif
 Senang membaca
 Percaya diri

8. Kepemimpinan  Tanggung jawab  Kepramukaan


 Keberanian  Kegiatan kerohanian
 Tekun  Kegiatan madding dan
 Sportivitas jrnalistik
 Disiplin  Kegiatan PMR
 Mandiri  Kegiatan UKS
 Demokratis  Marching Band
 Cinta damai
 Cinta tanah air
 Peduli lingkungan
 Peduli sosial
 Keteladanan
 Sabar
 Toleransi
 Kerja keras
 Pantang menyerah
 Kerja sama

9. Festival sekolah  Religius  Pasar seni


 Kemandirian  Pameran karya siswa
 Kreativitas  Bazaar
 Etos kerja  Pasar murah
 Tanggung jawab  Karya seni
 kepemimpinan  Peringatan hari-hari besar
 Kerja sama agama/nasional

37
D. Pengaturan Beban Belajar pada masa darurat

1. Beban belajar di Madrasah Tsanawiyah dinyatakan dalam jam pembelajaran


per minggu. Beban belajar satu minggu Kelas VII, VIII, dan IX adalah 19 jam
pembelajaran. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 20. menit.
2. Beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester paling sedikit …
minggu dan paling banyak …… minggu.
3. Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit …. minggu dan
paling banyak …… minggu.
4. Beban belajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit …… minggu dan
paling banyak ….. minggu.
5. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit …… minggu dan
paling banyak …….. minggu.
6. Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran (Disesuaikan dengan sift yang
ada) Maximal 50% dari jumlah siswa satu rombongan belajar
7. Madrasah…………...dengan alamat : ………….mengunakan durasi : 20 menit
8. Kegiatan pembelajaran tidak hanya mengandalkan tatap muka antara guru
dengan siswa, tetapi siswa dapat melakukan belajar dari rumah dengan
bimbingan/pemantauan oleh guru dan orang tua;
9. tidak harus memenuhi tuntutan kompetensi (KI-KD) pada kurikulum, tetapi
lebih ditekankan pada pengembangan karakter, akhlak mulia, ubudiyah,
kemandirian dan kesalehan sosial lainnya.

38
E. Pembelajaran pada masa Darurat

1. Kegiatan pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Madrasah pada masa darurat tetap berpedoman


pada Kalender Pendidikan Madrasah Tahun Pelajaran berjalan yang ditetapkan
oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik
Indonesia. Misalnya untuk Tahun Pelajaran 2020/2021, Pembelajaran dimulai
bulan Juli 2020 dan berakhir pada bulan Juni 2021 sesuai SK Dirjen Pendidikan
Islam No 2491 Tahun 2020 Tentang Kalender Pendidikan Madrasah Tahun
Pelajaran 2020/2021.

Bila kondisi darurat sedang berlangsung dan ditetapkan sebagai masa


darurat oleh pemerintah maka proses pembelajaran di madrasah mengikuti
mekanisme kurikulum darurat yang ditetapkan pada madrasah. Kegiatan
pembelajaran bukan untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar (KD)
kurikulum semata, namum lebih menititikberatkan pada penguatan karakter,
praktek ibadah, peduli pada lingkungan dan kesalehan sosial lainnya.
Kegiatan pembelajaran masa darurat melibatkan guru, orang tua, siswa dan
lingkungan sekitar. Kegiatan pembelajaran harus dapat mengembangkan
kompetensi siswa pada aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek
keterampilan.
Kegiatan pembelajaran di madrasah selama masa kedaruratan
diarahkan pada budaya menumbuhkembangkan kompetensi literasi bahasa,
literasi matematik, literasi sains, literasi media, literasi teknologi dan literasi
visual. Kegiatan pembelajaran yang dirancang guru harus dapat merangsang
tumbuhnya 4C (Critical thinking, Collaborative, Creativity dan
Communicative) pada diri siswa.

Kegiatan pembelajaran pada masa kedaruratan wajib


mempertimbangkan terjaganya kesehatan, keamanan,dan keselamatan civitas
akademika madrasah baik pada aspek fisik maupun psikologi warga
madrasah.

39
2. Prinsip Pembelajaran pada masa darurat

a. Pembelajaran dapat dilakukan dengan tatap muka, tatap muka terbatas,


dan/atau pembelajaran jarak jauh, baik secara Daring (dalam jaringan) dan
Luring (luar jaringan);

b. Pembelajaran dapat berlangsung di madrasah, rumah, dan di lingkungan


sekitar sesuai dengan kondisi masing-masing madrasah;

c. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah,


berbasis kompetensi, keterampilan aplikatif, dan terpadu;

d. Pembelajaran dikembangkan secara kreatif dan inovatif dalam


mengoptimalkan tumbuhnya kemampuan kritis, kreatif, komunikatif, dan
kolaboratif siswa;

e. Pembelajaran menekankan nilai guna aktivitas belajarnya untuk


kehidupan riil siswa, orang lain atau masyarakat sekitar, serta alam
lingkungan tempat siswa hidup;

f. Pembelajaran yang berlangsung agar mengutamakan pembudayaan dan


pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat;

g. Pembelajaran yang berlangsung agar menerapkan nilai-nilai, yaitu


memberi keteladanan yang perilaku belajar positif, beretika, dan
berakhlakul karimah (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan dan
motivasi dalam belajar dan bekerja (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tutwuri handayani);

h. Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa


saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas;

i. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan


efisiensi dan efektivitas pembelajaran;

j. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa


menjadi acuan penting dalam pelaksanaan pembelajaran.

k. Proses pembelajaran diarahkan untuk menggerakan pada tiga ranah :

40
Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati, Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
- Mencipta

41
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga
ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa
dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian walau pada masa darurat covid-
19 proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Adapun Pembelajaran yang dilaksanakan di
madrasah…………………..alamat…………..berdasarkan Surat Keterangan dari
gugus tugas Covid-19 berada pada zona………………………..sehungga proses
pembelajaran dilakukan secara…………….
Adapun Pembelajaran yang dilaksanakan di
madrasah…………………..alamat…………..berdasarkan Surat Keterangan dari
gugus tugas Covid-19 berada pada zona………………………..sehungga proses
pembelajaran dilakukan secara…………….
Dengan jadwal sebagai berikut : (Bagi madrasah yang melaksanakan
Luring/Tatap Muka)
Dengan Aplikasi yang digunakan :……………………….(Bagi madrasah
yang menggunakan Daring/Online)

F. Desain Pembelajaran (Materi, Metode, Media dan Sumber Belajar)

1. Pengembangan Materi Ajar.

Guru dapat memilih materi pelajaran esensi untuk menjadi prioritas dalam
pembelajaran. Sedangkan materi lain dapat dipelajari siswa secara mandiri. Materi
pembelajaran ditemukan dan dikumpulkan serta dikembangkan dari:

a. buku-buku sumber seperti buku siswa, buku pedoman guru, maupun buku
atau literatur lain yang berkaitan dengan ruang lingkup yang sesuai dan
benar;

b. hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan dan/atau berkaitan dengan


fenomena sosial yang bersifat kontekstual, misalnya berkaitan dengan
pandemi Covid-19 atau hal lain yang sedang terjadi di sekitar siswa.

10
2. Model dan Metode Pembelajaran.

a. Desain pembelajaran untuk memperkuat pendekatan berbasis ilmiah/saintifik


dapat berbentuk model-model pembelajaran, seperti model Pembelajaran
Berbasis Penemuan (Discovery learning) model Pembelajaran Berbasis
Penelitian (Inquiry learning), Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning), dan model pembelajaran lainnya yang memungkinkan peserta
didik belajar secara aktif dan kreatif.
b. Guru memilih metode yang memungkinkan pencapaian tujuan pembelajaran
pada kondisi darurat;
c. Guru secara kreatif mengembangkan metode pembelajaran aktif yang
disesuaikan dengan karakteristik materi/tema.

3. Media dan Sumber Belajar.


Pada prinsipnya segala benda yang sesuai dapat dijadikan media
pembelajaran di sekitar lingkungan (Madrasah/rumah/musholla, dll), terdapat
banyak benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sederhana.. Guru
diharapkan kreatif dan inovatif untuk memanfaatkan benda tersebut menjadi media
agar dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran.

Media pembelajaran antara lain: Gambar, Peta dan Globe, Grafik, Papan
Tulis, Papan Flanel, Display, Poster, Bagan (Chart), dan sebagainya. Pemilihan
media disesuaikan dengan materi/tema yang diajarkan dan tagihan sesuai indikator
dan tetap mempertimbangkan kondisi kedaruratan.

G. Pengelolaan Kelas

Madrasah…………..alamat………….. yang berada pada zona hijau


(berdasarkan data gugus tugas Covid-19 Kabupaten Tangerang:
https://covid19.tangerangkab.go.id) melaksanakan kelas tatap muka dengan mengikuti
standar protocol kesehatan.

Protocol kesehatan madrasah………….sebagai berikut :

11
STANDAR PROTOKOL KESEHATAN PENANGANAN COVID-19
PADA AREA INSTITUSI PENDIDIKAN

1. Kepala Madrasah melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan/atau gugus tugas
Covid-19 setempat untuk mengetahui rencana atau kesiapan madrasah setempat dalam
menghadapi COVID-19;
2. Menyediakan sarana untuk cuci tangan menggunakan air dan sabun atau pencuci tangan
berbasis alkohol di berbagai lokasi strategis di madrasah sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan;
3. Menginstruksikan kepada warga madrasah melakukan cuci tangan menggunakan air
dan sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol, dan perilaku hidup bersih sehat
(PHBS) lainnya seperti: makan jajanan sehat, menggunakan jamban bersih dan sehat,
Olahraga yang teratur, tidak merokok, membuang sampah pada tempatnya;
4. Membersihkan ruangan dan lingkungan madrasah secara rutin (minimal 1 kali sehari)
dengan desinfektan, khususnya handel pintu, saklar lampu, komputer, meja, keyboard
dan fasilitas lain yang sering terpegang oleh tangan. Memonitor absensi
(ketidakhadiran) warga madrasah, Jika diketahui tidak hadir karena sakit dengan gejala
demam/ batuk/ pilek/ sakit tenggorokan/ sesak napas disarankan untuk segera ke
fasilitas kesehatan terdekat untuk memeriksakan diri;
5. Memberikan himbauan kepada warga madrasah yang sakit dengan gejala demam/
batuk/ pilek/ sakit tenggorokan/ sesak napas untuk mengisolasi diri dirumah dengan
tidak banyak kontak dengan orang lain;
6. Tidak memberlakukan hukuman/sanksi bagi yang tidak masuk karena sakit, serta tidak
memberlakukan kebijakan insentif berbasis kehadiran (jika ada). (dalam hal ini bukan
kewenangan Kementerian Kesehatan untuk menetapkan, sehingga Kementerian
Kesehatan tidak memberikan masukan);
7. Jika terdapat ketidakhadiran dalam jumlah besar karena sakit yang berkaitan dengan
pernapasan, Kepala Madrasah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan/atau Gugus
tugas Covid-19 setempat;
8. Mengalihkan tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang absen kepada tenaga
kependidikan lain yang mampu;
9. Pihak madrasah harus bisa melakukan skrining awal terhadap warga pendidikan
(Siswa,guru, tenaga kependidikan dan tenaga lainnya) yang punya keluhan sakit, untuk
selanjutnya diinformasikan dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan/atau Gugus
Tugas Covid-19 setempat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut;
10. Memastikan makanan yang disediakan di madrasah merupakan makanan yang sehat
sudah dimasak sampai matang dan Halal;
11. Menghimbau seluruh warga madrasah untuk tidak berbagi makanan, minuman,
termasuk peralatan makan, minum dan alat musik tiup yang akan meningkatkan risiko
terjadinya penularan penyakit;
12. Menginstruksikan kepada warga madrasah untuk menghindari kontak fisik langsung
(bersalaman, cium tangan, berpelukan, dsb).
13. Menunda kegiatan yang mengumpulkan banyak orang atau kegiatan di lingkungan luar
madrasah (berkemah, studi wisata).
12
14. Melakukan skrining awal berupa pengukuran suhu tubuh terhadap semua tamu yang
datang ke madrasah oleh petugas khusus.
15. Warga madrasah dan keluarga yang berpergian ke daerah lain dan negara dengan
transmisi lokal Covid-19 (Informasi daftar negara dengan transmisi lokal COVID-19
dapat diakses di www.covid19.kemkes.go.id) dan mempunyai gejala demam atau gejala
pernapasan seperti batuk/pilek/sakit tenggorokan/sesak napas diminta untuk tidak
melakukan pengantaran, penjemputan, dan berada di area madrasah.

Madrasah…………..alamat………….. yang berada pada zona merah


(berdasarkan data gugus tugas Covid-19 Kabupaten Tangerang:
https://covid19.tangerangkab.go.id) melaksanakan pembelajaran jarak jauh atau kelas
virtual dengan menggunakan aplikasi pembelajaran digital yang menyediakan menu
atau pengaturan kelas virtual, baik dari aplikasi E-learning madrasah dari kementerian
agama dan/atau aplikasi lain yang sejenis.

Madrasah mengatur jadwal pembelajaran kelas nyata dan /atau kelas virtual
secara prorposanal dengan jadwal sebagai berikut :

Jadwal……?

Adapun Rombongan belajar Jumlah rombongan belajar per satuan


pendidikan dan jumlah maksimum peserta didik dalam setiap rombongan belajar
dinyatakan dalam table sesuai dengan protocol kesehatan (±1,5 – 2 m)

Sebagaimana tabel di bawah berikut:

13
No Nama Madrasah Kls VII Kls KLs Jumlah Jumlah Rombongan
VIII IX Sift Belajar
MTS………. 2 /4 2/4 2/4 2 contoh

Keterangan :
Dibuat secara factual/nyata sesuai kondisi madrasah dan kedaruratan
covid-19

H. Kalender Pendidikan dan pemetaan minggu efektif


Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran
peserta didik selama satu tahun pelajaran. Kalender pendidikan mencakup
permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan
hari libur. Setiap permulaan awal tahun pelajaran, sekolah menyusun kalender
pendidikan untuk mengatur waktu kegiatan pembelajaran selama satu tahun ajaran,
mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran
efektif dan han libur.
Pengaturan waku belajar mengacu kepada kurikulum darurat yang disesuaikan
dengan kondisi daerah, karakteristik madrasah, kebutuhan peserta didik dan
masyarakat, serta ketentuan dari pemerintah atau pemerintah daerah.

Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalender


pendidikan sebagai berikut:
1. Pengaturan Permulaan tahun pelajaran
adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun
pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Permulaan tahun pelajaran telah
ditetapkan oleh pemerintah yaitu pada bulan Juli ……………setiap tahun
dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
2. Jumlah Minggu Efektif Belajar Selama Satu Tahun Pelajaran
(Masukan Kalender pendidikan)

Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta


didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu

14
efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur, dan kegiatan lainnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel Alokasi Waktu pada Kalender Pendidikan

No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan


1 Minggu efektif Minimum 34 Digunakan untuk kegiatan
belajar minggu dan pembelajaran efektif pada setiap
maksimum 38 satuan pendidikan
minggu
2 Jeda tengah Maksimum 2 Satu minggu setiap semester
semester minggu
3 Jeda antar semester Maksimum 2 Antara semester I dan II
minggu
4 Libur akhir tahun Maksimum 3 Digunakan untuk penyiapan kegiatan
pelajaran minggu dan administrasi akhir dan awal tahun
pelajaran

5 Hari libur 2 – 4 minggu Daerah khusus yang memerlukan


keagamaan libur keagamaan lebih panjang dapat
mengaturnya sendiri tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif
belajar dan waktu pembelajaran
efektif

6 Hari libur Maksimum 2 Disesuaikan dengan Peraturan


umum/nasional minggu Pemerintah
7 Hari libur khusus Maksimum 1 Untuk satuan pendidikan sesuai
minggu dengan ciri kekhususan masing-
masing

8 Kegiatan khusus Maksimum 3 Digunakan untuk kegiatan yang


sekolah/madrasah minggu diprogramkan secara khusus oleh
sekolah/madrasah tanpa mengurangi
jumlah minggu efektif belajar dan
waktu pembelajaran efektif

Keterangan :
 Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulai kegiatan pembelajaran pada awal
tahun pelajaran pada setiap setahun pendidikan
 Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap
tahun pelajaran pada setiap setahun pendidikan.

15
 Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu,meliputi
jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan Lokal,
ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
 Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan
pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat
berbentuk jeda tengah semester, jedah antar semester, libur tahun akhir tahun
pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional,
dan hari libur khusus.
Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan
dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kalender pendidikan
adalah pengaturan waktu dan pemetaan beban belajar untuk kegiatan pembelajaran
peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran,
minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Permulaan tahun
pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran
pada setiap satuan pendidikan. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan
pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Waktu
pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah
jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk muatan lokal. Waktu libur
adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal
pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah
semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari
libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
Sesuai dengan Standar Isi, maka dalam Pengembangan Kalender Pendidikan
…………………………………………………….mengacu pada rambu-rambu sebagai
berikut:
a Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan
Juni tahun berikutnya.
b Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional,
dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan,
Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggara
pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
c Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan dikembangkan oleh masing-
masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada

16
dokumen Standar Isi ini dengan memperhatikan ketentuan dari
pemerintah/pemerintah daerah.
3. Alokasi Waktu pada Kelender Pendidikan adalah sebagai berikut:

Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur lainnya

No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan

1. Minggu efektif Minimum 36 Digunakan untuk kegiatan


belajar minggu dan pembelajaran efektif pada setiap
maksimum 40 satuan pendidikan
minggu

2. Jeda tengah Maksimum 2 Satu minggu setiap semester


semester minggu

3. Jeda Maksimum 2 Antara semester I dan II


antarsemester minggu

4. Libur akhir tahun Maksimum 3 Digunakan untuk penyiapan


pelajaran minggu kegiatan dan administrasi akhir
dan awal tahun pelajaran

5. Hari libur 2 – 4 minggu Daerah khusus yang memerlukan


keagamaan libur keagamaan lebih panjang
dapat mengaturnya sendiri tanpa
mengurangi jumlah minggu
efektif belajar dan waktu
pembelajaran efektif

6. Hari libur Maksimum 2 Disesuaikan dengan Peraturan


umum/nasional minggu Pemerintah

7. Hari libur khusus Maksimum 1 Untuk kegiatan tertentu


minggu

8. Kegiatan khusus Maksimum 3 Digunakan untuk kegiatan yang


sekolah/madrasah minggu diprogramkan secara khusus oleh
sekolah/madrasah tanpa
mengurangi jumlah minggu
efektif belajar dan waktu
pembelajaran efektif

a. Permulaan Tahun Pelajaran

17
Permulaan tahun ajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada
awal tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan. Tahun Pelajaran
………………………. pada Madrasah dimulai pada hari senin tanggal
……………………..

Tabel 5.1. Tabel Kegiatan Awal Tahun Pelajaran .............................


Sumber: Arsip ........................................................

No Tanggal Keterangan
1 2 Mei – 31 Mei 2017 Sosialisasi dan Pendaftaran Peserta Didik Baru
(PPDB)
2 12 Juni – 17 Juni Cinta Ramadhan 1438 H
2017
3 19 Juni – 15 Juli 2017 Liburan Idul Fitri 1438 H
4 15 Juli – 18 Juli 2017 Pendaftaran Ulang Peserta Didik Baru
5 17 Juli 2017 Hari Pertama Masuk Madrasah
6 19 Juli – 21 Juli 2017 Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS)

b. Minggu Efektif Belajar


Menentukan Jumlah Minggu Efektif setiap Tahun Ajaran baru adalah sesuatu hal
yang wajib dilakukan oleh guru. Rincian Minggu Efekti digunakan untuk menghitung
berapa jumlah jam tatap muka dalam satu semester, rincian minggu efektif dibuat dalan dua
kali yakni pada semester gasal dan juga pada semester genap dalam satu tahun ajaran.
Rincian Minggu Efektif Tahun Pelajaran 2020/2021 ini terhitung memiliki jumlah
minggu efektif dalam semester gasal sebanyak 24 Minggu efektif. Cara penghitungan atau
cara menentukan berapa banyak jumlah minggu efektif dalam satu semester adalah dengan
menghitung banyaknya jumlah minggu yang tersedia dalam satu semester Tahun Pelajaran
2020/2021 dikurangi dengan jumlah minggu yang tidak efektif.
Setelah menentukan jumlah banyaknya minggu efektif daam satu semester, maka
yang dilakukan selanjutnya adalah mengalikan dengan jumlah jam tatap muka pada mata

18
pelajaran yang guru ampu, misalnya anda mengajar bahasa jawa dan memiliki tatap muka
sebanyak 2 Jam Pelajaran, hitungannya adalah sebagai berikut Jumlah Minggu Efektif x
Jumlah Jam Tatap muka.

Pada Rincian Minggu Efekti Tahun Pelajaran 2020/2021, semester Gasal ini memiliki
jumlah minggu 24 Minggu, dan memiliki jumlah minggu yang tidak efektif 2 Minggu.

Tabel 5.3 Tabel Perincian Minggu Efektif


Sumber: Arsip .........................................

No Bulan HK MTE ME HL HE
SEMESTER I
1 JULI 31 2 2 16 15
2 AGUSTUS 31 0 4 5 26
3 SEPTEMBER 30 0 4 6 24
4 OKTOBER 31 0 4 5 26
5 NOPEMBER 30 0 4 4 26
6 DESEMBER 31 2 2 18 13
Jumlah 184 4 20 54 130
SEMESTER II
7 JANUARI 31 1 3 5 26
8 PEBRUARI 28 0 4 5 23
9 MARET 31 0 4 6 25
10 APRIL 30 0 4 6 24
11 MEI 31 1 3 10 21
12 JUNI 30 3 1 24 6
Jumlah 181 5 19 56 125
Jumlah Total 365 9 39 110 255

Waktu belajar menggunakan sistem semester yang membagi 1 tahun pelajaran


menjadi semester 1 (satu) dan semester 2 (dua). Kegiatan pembelajaran dilaksanakan
selama 6 (enam) hari, yaitu :

Tabel 5.4 Tabel Perincian Waktu Belajar Jam Efektif Tiap Minggu
Sumber: Arsip ........................................

N
HARI WAKTU BELAJAR
O
1 Senin 07.00 – 14.00
2 Selasa 07.00 - 13.50
19
3 Rabu 07.00 - 13.50
4 Kamis 07.00 - 13.50
5 Jum’at 07.00 - 11.50
6 Sabtu 07.0 - 13.50

c. Pengaturan Waktu Belajar Efektif

1. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap
tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan,
2. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu yang
meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan
lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan lain yang dianggap penting oleh satuan
pendidikan, yang pengaturannya disesuaikan dengan keadaan dan kondisi daerah

d. Pengaturan Waktu Libur

Penetapan waktu libur dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku
tentang hari libur, baik nasional maupun daerah. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah
semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun ajaran, hari libur keagamaan, hari libur
umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
Tabel 5. 5 Tabel Waktu Libur Keagamaan dan Libur Nasional
Sumber Arsip ...............................................

No. Bulan Tanggal Keterangan


1 Juli 1 – 16 Libur Khusus sesudah Idul Fitri ….. H
18 Lomba Peringatan HUT RI
2 Agustus
17 Hari Proklamasi Kemerdekaan RI
3 September 1 Hari Raya Idul Adha …… H
4 Oktober 21 Tahun Baru Hijriyah (……. H)
25 Natal
5 Desember
1 Peringatan Maulid Nabi Muhammad
1 Tahun Baru … M
6 Januari
3 HAB Kemenag RI ke-……..
7 Februari 16 Tahun Baru Imlek
8 Maret 17 Hari Raya Nyepi (Tahun Baru Saka……)
30 Wafat Isa Al Masih
9 April 13 Isro Mi’raj Nabi Muhammad SAW
10 Mei 1 Hari Buruh Internasional
20
10 Kenaikan Isa Al Masih
29 Hari Raya Waisak …..
11 Juni 1 Hari Lahir Pancasila

Tabel 5.6 Tabel Rincian Ujian


Sumber Arsip MTs .................................

No. Bulan Tanggal Keterangan


1 September .... 25 – 30 Penilaian Tengah Semester 1
2 Desember….. 4–9 Penilaian Akhir Semester 1
16 Pembagian Raport Semester Ganjil
3 Maret….. 19 – 24 Penilaian Tengah Semester 2
4 April …. 16 – 21 UMBN
23 – 26 UM
5 Mei …. 7–9 Prakiraan Ujian Nasional ....
21 – 31 Penilaian Akhir Tahun(PAT)
6 Juni ...... 7 Pembagian Raport Semester Genap

21

Anda mungkin juga menyukai