Anda di halaman 1dari 7

KURIKULUM PEMBELAJARAN

TUGAS 3 PERTEMUAN 5

Oleh :
DICKY RIYALDI
NIM : 2108545
KELAS : 3A

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN
PENDIDIKAN TARI
2021
Silahkan untuk mengupload pertemuan 5 tentang model pengembangan
kurikulum terkait SKL, KL, KD, dan indikator, serta terkait model pengembangan
kurikulum top down dan grass root.

1. PRINSIP PENGEMBANGAN STANDAR KOMPETENSI


LULUSAN (SKL
Ruang lingkup standar kompetensi lulusan mencakup kriteria kualifikasi
kemampuan peserta didik yang harus dicapai setelah menempuh belajar di jenjang
dasar dan menengah. Untuk rincian ruang lingkupnya adalah sebagai berikut.

1. Satuan Pendidikan terdiri dari:


 SD, MI, SDLB, dan Paket A;
 SMP, MTs, SMPLB, dan Paket B; dan
 SMA, MA, SMK, MAK, SMALB, dan Paket C.

2. Kelompok Mata Pelajaran terdiri dari agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan
dan budi pekerti, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, dan jasmani olahraga
dan kesehatan.

3. Mata Pelajaran

Adapun standar kompetensi lulusan dari berbagai jenjang pendidikan adalah


sebagai berikut.

1. SD/MI/SDLB/Paket A
1. Melaksanakan ajaran agama yang dianut.
2. Mampu mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
3. Taat pada aturan sosial yang berlaku di kehidupan/lingkungannya.
4. Menghargai nilai-nilai keberagaman, misalnya agama, budaya, suku, ras, dan
golongan sosial ekonomi di lingkungan.
5. Memanfaatkan informasi untuk lingkungan secara logis, kritis, dan kreatif.
6. Selalu mengedepankan cara berpikir logis, kritis, kreatif melalui bimbingan
pendidik.
7. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan menyadari potensi diri.
8. Mampu memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
9. Mampu mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar.
10.Peduli dan cinta pada lingkungan.
2. SMP/MTs/SMPLB/Paket B
1. Melaksanakan ajaran agama yang dianut.
Mampu mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
2. Memiliki rasa percaya diri.
3. Patuh dan taat pada aturan sosial yang berlaku di lingkungan.
4. Menghargai nilai-nilai keberagaman, misalnya suku, ras, agama, golongan
sosial, dan ekonomi.
5. Memanfaatkan informasi dari lingkungan secara logis, kritis, dan kreatif.
6. Menghargai setiap perbedaan pendapat.
7. Mampu menunjukkan kecintaannya pada membaca dan menulis.
8. Menguasai pengetahuan yang bisa menunjang pendidikannya di jenjang
menengah.
9. Selalu menerapkan pola hidup bersih.

3. SMA/MA/SMALB/Paket C
1. Melaksanakan ajaran agama yang dianut.
2. Mampu mengembangkan potensi diri sendiri secara optimal dan bisa
memanfaatkan kelebihan untuk menutupi kekurangan.
3. Memiliki dan menunjukkan rasa percaya diri dan bersedia bertanggung jawab
atas perilaku dan perbuatannya.
4. Ikut serta dalam penerapan aturan sosial di lingkungan.
5. Memiliki dan menunjukkan sikap kompetitif dan sportif demi hasil terbaik.
6. Mampu menunjukkan analisisnya dalam memcahkan permasalahan yang
cukup kompleks.
7. Berekspresi melalui seni dan budaya.
8. Memberikan apresiasi atas karya seni dan budaya.
9. Menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan, baik kesehatan jasmani dan
rohani.
10.Selalu bersedia menganalisis gejala alam dan sosial.
11.Menguasai ilmu pengetahuan untuk menunjang pendidikan tingkat tingginya.

4. SMK/MAK
1. Melaksanakan ajaran agama yang dianut.
2. Mampu mengembangkan potensi diri dalam memaksimalkan kelebihan untuk
menutupi kekurangan.
3. Selalu percaya diri dan bersedia tanggung jawab atas perilaku dan
perbuatannya.
4. Ikut serta dalam upaya penegakan aturan sosial di lingkungan.
5. Mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan secara santun dan efektif.
6. Mampu menghasilkan karya yang kreatif dalam kelompok dan individu.
7. Mampu menghargai setiap perbedaan pendapat.
8. Menguasai kompetensi di program keahlian dan kewirausahaan untuk
menunjang kinerja saat terjun di bidang pekerjaannya.
9. Terampil dalam menyimak, membaca, dan manulis.
10.Paham akan hak dan kewajiban yang melekat pada setiap individu.

2. PRINSIP PENGEMBANGAN KOMPETENSI INTI (KI)


Kompetensi Inti (KI) merupakan standar penilaian yang harus dimiliki secara
berbeda pada setiap tingkatan dan kelas.
KI merupakan komponen penilaian yang akan daoat mewujudkan isi dari
Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Kompetensi Inti (KI) terdiri dari KI-1 sampai dengan KI-4. Rumusan setiap KI
berbeda dengan aspeknya. Di dalam mencapai kemampuan yang terdapat di dalam
KI perlu diterjemahkan pada KD ang sesuai dengan aspek pada setiap KI.
KI adalah tingkat kemampuan untuk mencapai SKL yang harus dimiliki
seorang peserta didik pada setiap kelas atau program yang menjadi landasan
pengembangan Kompetensi Dasar.
Rumusan Kompetensi Inti (KI) meliputi sebagai berikut :
 Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.
 Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial.
 Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan.
 Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
KI berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) KD. Sebagai
unsur pengorganisasi, KI merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan
organisasi horisontal KD.
Organisasi vertikal KD adalah keterkaitan KD satu kelas dengan kelas lain di
atasnya, sehingga memenuhi prinsip belajar, yaitu terjadi akumulasi yang
berkesinambungan antarkompetensi yang dipelajari peserta didik.
Organisasi horisontal adalah keterkaitan antara KD satu mata pelajaran
dengan KD dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu kelas yang sama sehingga
saling memperkuat.
Kompetensi Inti sikap spiritual (KI-1) dan Kompetensi Inti sikap sosial (KI-2)
dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran dan kebutuhan serta kondisi peserta didik.
3. PRINSIP PENGEMBANGAN KOMPETENSI DASAR (KD)
Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013 berisi kemampuan dan muatan
pembelajaran untuk mata pelajaran yang mengacu pada Kompetensi Inti (KI).
Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti.
Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik dan kemampuan peserta didik dan karakteristik mata
pelajaran.Kompetensi Dasar untuk mata pelakaran Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti serta mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan meliputi
empat kelompok sebagai berikut.
 Kelompok 1 : kelompok KD sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1.
 Kelompok 2 : kelompok KD sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2.
 Kelompok 3 : kelompok KD sikap pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3.
 Kelompok 4 : kelompok KD sikap keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.
Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan sikap spiritual (mendukung KI-1)
dan sikap sosial (mendukung KI-2) ditumbuhkan melalui pembelajaran tidak
langsung, yaitu pada saat peserta didik belajar tentan pengetahuan (mendukung KI-
3) dan keterampilan (mendukung KI-4).
Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut
KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Pembelajaran KI-1 dan KI-2
terintegrasi dengan pembelajaran KI-3 dan KI-4.

4. PRINSIP PENGEMBANGAN INDIKATOR


Indikator pencapaian kompetensi (IPK) merupakan penanda pencapaian KD
yang ditandai oleh perubahan perilaku yang terukur, meliputi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah, dan dirumuskan dalam kata kerja
operasional yang terukur atau dapat diobservasi.
Di dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, maka terdapat dua
rumusan indikator, yaitu indikator pencapaain kompetensi yang terdapat dalam RPP
dan indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal,
atau yang disebut dengan indikator soal.
Indikator memiliki kedudukan yang strategis dalam mengembangkan
pencapai Kompetensi Dasar. Indikator berfungsi sebagai berikut.
1. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran.
2. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran.
3. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar.
4. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar.
5. MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM TOP DOWN
Dari uraian mengenai model pengembangan kurikulum top down kita dapat
menandai adanya dua kegiatan didalamnya:
a.       Menyiapkan seperangkat dokumen kurikulum baru, dan
b.      Menyiapkan instalasi dan implementasi dokumen.

Dengan kata lain, model pengembangan kurikulum top down membutuhkan


kegiatan penyiapan para pelaksana kurikulum melalui berbagai bentuk pelatihan
agar dapat melaksanakan kurkulum dengan baik.

Pengembangan kurikulum dilaksanakan sebagai berikut :


a. Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang berwenang
( pengawas pendidikan, Kepsek, dan pengajar inti ).
b. Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan falsafah
yang diikuti.
c. Dibentuk beberapa kelempok kerja yang anggotanya terdiri atas para spesialis
kurikulum dan staf pengajar yang bertugas untuk merumuskan tujuan khusus,
GBPP, dan kegitan belajar.
d. Hasil kerja dari butir 3 direvisi oleh tim atas dasar pengalaman atau hasil dari try
out.

Setelah try out  yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan telah


direvisi seperlunya baru kurikulum tersebut diimplementasikan.

6. MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM GRASS ROOT


Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Bisa
dikatakan model administratif bersifat top-down (atasan-bawahan), sedangkan model
grass – roots adalah bottom – up (dari bawah keatas). Inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi datang dari bawah, yaitu
guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan
dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan
Grass Roots Model akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat
desentralisasi. Dalam model pengembangan Grass Roots seorang guru, sekelompok
guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan
kurikulum.
Pengembangan kurikulum yg bersifat Grass Roots Model mungkin hanya
berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu tetapi mungkin pula dapat
digunakan untuk bidang studi sejenis pada sekolah lain, atau keseluruhan bidang
studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum yang bersifat
desentralisasi dengan model grass rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi di
dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan yang pada giliranya akan
melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
Langkah – langkahnya :
a. Inisiatif pengembangan dari bawah (para pelajar).
b. Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah nara sumber lain dari orang
tua peserta didik atau masyarakat luas yang relevan.
c.  Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan.
d.  Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintisnya diadakan
lokakarya untuk mencari input yang diperlukan.

Diberi nama Grass roots karena inisiatif dan gagasan pengembangan


kurikulum datang dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu
sekolah. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah : Perencana,
pelaksana, penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dari beberapa kajian di atas,
maka dapat ditemukan ciri-ciri dari grass roots model yaitu :
1.      Guru memiliki kemampuan yang professional.
2.      Keterlibatan langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan
penentuan evaluasi.
3.      Muncul konsensus tujuan, prinsip – prinsip maupun rencana – rencana
diantara para guru.
4.      Bersifat desentralisasi dan demokratis.

Anda mungkin juga menyukai