Anda di halaman 1dari 41

MODUL 02 KJJ

KONSEP DAN PERSYARATAN


GAMBAR KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN

3.11 MEMAHAMI KONSEP DASAR GAMBAR KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN


4.11 MENYAJIKAN HASIL KONSEP DASAR GAMBAR KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
3.12 MEMAHAMI PERSYARATAN PENGGAMBARAN KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
4.12 MENYAJIKAN PERSYARATAN PENGGAMBARAN KONTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN

DIBUAT OLEH :

RATNA S.H.T.A, ST

SMK NEGERI 2 NGAWI


Kelompok : Teknologi & Rekayasa,Seni Kerajinan & Pariwisata, dan Bismen
Alamat : Jalan Supriyadi KM 3 Telp. / Fax : (0351)4476027 Kode Pos 63251 NGAWI
NPSN : 20508467 NIS : 400990 NSS : 341050901099 email : smkn2ngawi@gmail.com

2020
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

BAB I
PENDAHULUAN

UMUM

Untuk menciptakan sebuah proyek, kita harus membuat sketsa atau gambar berskala
kecil yang memberi memberi gambaran tentang bentuk bangunan keseluruhan, situasi,
dan kemungkinan-kemungkinan perencanaan.
Setelah sketsa pemikiran pertama dari proyek tersebut dikaji secara mendalam,
termasuk garis besar biaya yang diperlukan dan manfaatnya, maka dibuatlah pra-
rencana yang terdiri dari gambar / sketsa yang lebih detail dalam skala kecil dari bagian-
bagian bangunan proyek. Dari gambar tersebut dibuatlah anggaran biaya secara lebih
teliti. Setelah dipelajari lebih mendalam dan dipandang feasible untuk diteruskan rencana
proyek tersebut, maka dibuatlah rencana pelaksanaannya.
Tahap selanjutnya adalah membuat gambar-gambar (bestek) berdasarkan pra-rencana
dan gambar detail yang lebih teliti dengan skala yang lebih besar. Kemudian dikaji lagi
untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang lebih menguntungkan dan lebih
ekonomis. Setelah ini semua mantap, maka dibuatlah gambar yang lebih lengkap.
Gambar detail dibuat dengan skala yang cukup besar, supaya ada gambaran yang jelas
tentang seluruh pekerjaan yang diperlukan lengkap dengan biaya-biayanya.
Dari uraian diatas maka jelas bahwa dalam bidang pembangunan konstruksi sangat
diperlukan pengetahuan tentang gambar-gambar konstruksi. Pengetahuan tentang
gambar konstruksi sudah cukup jika :

a. Mengenal kodefikasi dan normalisasi gambar, misalnya :

 Gambar pasangan batu


 Gambar pekerjaan beton
 Garis-garis yang kelihatan
 Garis-garis yang tak kelihatan

b. Dapat mengerti / membaca dan menerjemahkan gambar, misalnya gambar


bestek, gambar konstruksi / detail, dsb.

c. Dapat mengenal pengetahuan konstruksi.

I-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

FUNGSI GAMBAR
Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :
 Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.
 Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.

1. Alat penyampaian informasi


Sebagai contoh ada satu bundel gambar perencanaan jalan yang dibuat oleh
seorang perencana. Dalam gambar tersebut seorang perencana menyampaikan
ide pikirannya melalui gambar dan selanjutnya informasi tersebut diterima oleh
orang lain misalnya kontraktor untuk dilaksanakan. Setelah proyek tersebut selesai
dibangun ternyata hasilnya sama seperti yang diinginkan oleh perencananya. Ini
suatu bukti bahwa melalui gambar tersebut terjadilah transformasi informasi secara
tepat dan benar.

2. Alat menyimpan data


Gambar merupakan data teknis yang paling ampuh untuk mengarsipkan data.
Informasi tentang suatu proyek atau konstruksi yang telah dibuat beberapa tahun
yang silam dapat dilihat kembali dan diperoleh keterangannya melalui sebuah
gambar yang diarsipkan. Sebagai contoh suatu jembatan beton bertulang setelah
jembatan tersebut jadi, tidak dapat diketahui berapa jumlah penulangan baja yang
digunakan untuk memperkuat jembatan beton bertulang tersebut. Tetapi 50 tahun
kemudian, dengan pengarsipan gambar yang baik maka penulangan jembatan
tersebut masih dapat diketahui sehingga kekuatan jembatan dapat dihitung ulang
untuk menahan perkembangan beban kendaraan yang melewatinya. Sekarang
gambar-gambar dapat disimpang dengan menggunakan micro-film, dimana
penyimpanannya lebih menghemat tempat dan lebih tahan lama.

GAMBAR SEBAGAI BAHASA TEKNIK


Gambar adalah bahasa yang dipakai oleh orang teknik, seperti Teknik Sipil, Teknik
Mesin, Teknik Elektro, Arsitektur dan lain-lain. Oleh karena itu gambar dapat disebut
sebagai bahasa teknik. Dengan gambarr, orang-orang teknik menggunakan / melengkapi
komunikasinya, yang mana sangat sulit bahkan tidak mungkin apabila diceritakan
dengan bahasa lisan ataupun tulis. Sebagai alat komunikasi, suatu gambar dapat untuk
menyampaikan ide / gagasan yang ada dipikiran seseorang untuk disampaikan kepada
orang lain. Penerusan informasi adalah sebagai fungsi yang penting untuk suatu gambar,
oleh karena itu diharapkan gambar dapat meneruskan keterangan secara tepat dan
obyektif.

I-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

Sebuah gambar memerlukan kelengkapan keterangan-keterangan. Karena gambar juga


merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang-
lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.

JENIS GAMBAR KONSTRUKSI

Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :

 Gambar rencana
 Gambar kerja (shop drawing)
 Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing)

Termasuk didalamnya terdapat gambar detail. Gambar detail yaitu suatu gambar
dengan skala besar untuk menggambarkan lebih jelas tentang hal-hal yang perlu
dijelaskan lebih rinci, biasanya dilengkapi dengan beberapa gambar potongan dan
gambar tampak.

Gambar desain adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek sampai
dengan tahap pelelangan. Gambar desain juga disebut gambar perencanaan. Adapula
gambar desain yang disebut gambar prarencana. Gambar ini belum merupakan gambar
lengkap karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar
denah. Biasanya gambar prarencana diperlukan hanya untuk kebutuhan negosiasi atau
konsultasi. Setelah rencana proyek tersebut disepakati / disetujui oleh Pengguna Jasa
dan pihak-pihak yang terkait, maka dibuatlah gambar rencana yang dilengkapi dengan
gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk keperluan tender atau
pelelangan.

Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar-
gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar kerja harus
mendapat persetujuan Pengawas / Direksi Pekerjaan terlebih dahulu tentang persyaratan
yang harus dipenuhi sesuai spesifikasi.

Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang terjadi
apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh koreksi di
lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa, dan merupakan gambar
akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik / Pengguna Jasa untuk kepentingan operasi
dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing kadang-kadang disebut juga
record drawing.

I-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

BAB II
PENYAJIAN GAMBAR

UKURAN KERTAS GAMBAR

Gambar disajikan dalam kertas dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran kertas
gambar mempunyai standard ukuran tertentu. Ukuran yang paling banyak digunakan
adalah dengan menggunakan seri A yang diikuti huruf mulai dari 0 sampai 4.
Ukuran standard yaitu A0 mempunyai luas 1 m2, dengan perbandingan ukuran panjang
kertas terhadap lebar kertas adalah √2 : 1. Ukuran-ukuran berikutnya diperoleh dengan
membagi 2 ukuran yang mendahuluinya. Misalnya A1 mempunyai ukuran setengah A0,
ukuran A2 mempunyai ukuran setengah A1, ukuran A3 mempunyai ukuran setengah A2,
ukuran A4 mempunyai ukuran setengah A3. Ukuran kertas gambar dapat dilihat seperti
pada Tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1. : Ukuran kertas.

Lambang Panjang (mm) Lebar (mm)

A0 1.189 841
A1 841 594
A2 594 420
A3 420 297
A4 297 210

GARIS BATAS ATAU GARIS TEPI

Kertas gambar harus diberi garis batas pada tepinya. Jarak garis batas / tepi pada kertas
gambar sekurang-kurangnya mempunyai lebar 20 mm untuk kertas ukuran A0 dan A1.
Sedangkan untuk ukuran kertas A2, A3 dan A4 biasanya diambil sekurang-kurangnya 10
mm. Untuk keperluan pengarsipan bagian tepi kertas sebelah kiri diberi lubang untuk
menjepit kertas-kertas gambar tersebut dalam suatu bundel arsip. Demikian juga bila
sekelompok kertas gambar harus dijilid, maka bagian kiri kertas gambar perlu disiapkan
tempat untuk menjilid bundel kertas gambar tersebut. Oleh karena itu pada bagian kiri
kertas gambar biasanya jarak garis tepinya lebih lebar dari sisi yang lain, misalnya
diambil 30 sampai 40 mm, seperti tampak pada gambar dibawah ini. Sedangkan garis
tepi ini biasanya dipakai ketebalan garis minimum 0,5 mm.

II-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

Garis tepi

KEPALA GAMBAR

Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala
gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :

 Nomor gambar
 Judul gambar
 Nama perusahaan
 Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab
 Keterangan gambar, seperti skala gambar
 Tempat untuk menulis catatan penting, dll.

Letak kepala gambar yang baku adalah disebelah kanan bawah. Namun untuk
kepentingan tertentu maka kepala gambar dapat diperpanjang kekiri atau keatas
sehingga sering terjadi kepala gambar terletak pada sisi bawah gambar sepanjang
ukuran kertas gambar atau pada sisi kanan kertas gambar selebar ukuran kertas
gambar, ada pula pada sisi atas gambar sepanjang ukuran kertas gambar.

Bentuk / format kepala gambar bisa berbeda, sesuai dengan yang ditentukan oleh
Pengguna Jasa.

Contoh bentuk kepala gambar dan letaknya dapat dilihat seperti Gambar 2.3.

II-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

PROYEK PENINGKATAN JALAN ARJUNA DKI JAKARTA

CATATAN DENAH JALAN No. 2/8

NAMA TANDA-TANGAN

DIGAMBAR

DIPERIKSA

DISETUJUI

Skala 1 : 100

Kepala gambar

Gambar 2.3. : Contoh kepala gambar dan letaknya.

SKALA GAMBAR
Untuk ilmu bangunan, dapat digunakan gambar dengan skala :

1:5
 1 : 10
 1 : 20
 1 : 50
 1 : 100
 1 : 200
 1 : 500
 1 : 1.000

II-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

Untuk pembuatan peta, skala gambar yang digunakan adalah 1 : 500 dan seterusnya
hingga 1 : 50.000

Sedangkan penggunaan skala untuk masing-masing jenis dan fungsi gambar adalah :

 Gambar situasi menggunakan skala 1 : 500, 1 : 1.000


 Gambar konstruksi menggunakan skala 1 : 200, 1 : 100, 1 : 50
 Gambar detail menggunakan skala 1 : 20, 1 : 10, 1 : 5

II-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

BAB III
KODEFIKASI DAN SIMBOL GAMBAR

GARIS

Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya.
Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus
sesuai dengan maksud dan tujuannya.

Jenis-jenis garis yang dipergunakan untuk gambar teknik sipil biasanya terdiri dari 3
jenis, yaitu :

Garis nyata atau garis penuh

Garis putus-putus

Garis putus titik

Jenis garis yang lain misalnya :

Garis titik-titik

Garis putus dengan dua titik

Garis-garis tersebut diatas mempunyai ketebalan. Jenis garis menurut tebalnya, dibagi
menjadi 3 macam, yaitu :

 Garis tebal
 Garis sedang
 Garis titpis

Perbandingan ketebalan garis tersebut diatas lebih kurang adalah 1 : 0,7 : 0,5.
Perbandingan tersebut tidak terlalu mengikat karena ketebalan garis sebenarnya juga
tergantung dari besarnya gambar.

Penggunaan garis untuk gambar teknik sipil biasanya sebagai berikut :

III -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

 Garis tebal biasanya digunakan untuk garis tepi, garis kepala gambar. Selain
itu garis tebal juga digunakan untuk membuat garis benda. Tetapi garis benda
biasanya dibuat dengan ukuran sedang.

 Garis titpis dipakai untuk keperluan garis pembantu atau garis ukuran, garis
penunjuk dan garis arsir.

 Garis putus-putus biasanya digunakan untuk membuat garis benda yang


mana dari arah kita memandang garis tersebut sebenarnya tidak terlihat.

 Garis putus-titik biasanya digunakan untuk menggambar garis sumbu (garis


simetri), garis potong bidang benda, garis pada benda yang berada
dibelakang kita. Bisa saja garis putus maupun garis putus-titik dipakai untuk
keperluan lain, tetapi harus diberi keterangan.

HURUF DAN ANGKA

Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan
sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran,
peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu-
raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat
huruf maupun angka, ialah :

 Dapat terbaca dengan jelas


 Bentuknya seragam, konsisten

Berikut diberikan contoh standard membuat huruf dan angka yang dipakai oleh ISO
3098/1-1974 dan JIS seperti pada Gambar 3.2.1. dan 3.2.2. Ukuran huruf secara umum
dapat diambil perbandingan tinggi huruf terhadap lebarnya adalah 3 : 2

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

[(!?.,”-=+x√%&)]Ø
0123456789IVX

Gambar 3.2.1. : Bentuk huruf sesuai standard ISO

III -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

GAMBAR JALAN

Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan
secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik
koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai
sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah
Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar,
perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.
Simbol mata angin menunjukkan arah Utara (North) dengan tanda panah seperti contoh
gambar dibawah ini dan biasanya diikuti dengan ukuran skala yang dipakai pada gambar
tersebut.

III -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

0 5 10 km

U
Gambar 3.3.1. : Simbol mata angin

Simbol-simbol yang sering dipakai biasanya dikumpulkan dalam satu daftar yang biasa
disebut Legenda (Legend) seperti contoh pada Lampiran.

GAMBAR BETON BERTULANG

 Ukuran ketebalan plat beton dengan simbol t = thickness = tebal. Contoh : t = 20


cm.
 Untuk balok, lebar disebut lebih dahulu dari pada tinggi, misalnya 25 x 60. Tinggi
balok adalah jarak antara tepi bawah balok dan tepi atas lantai. Bila balok terletak
diatas lantai, maka tingginya diukur dari tepi bawah balok sampai tepi atas balok.
 Ukuran tinggi dipakai simbol H atau h = high = tinggi. Contoh : h = 40 cm.
 Ukuran diameter = d atau D atau Ø. Contoh : d = 8 mm, D = 40 cm.
 Ukuran diameter dan jumlah penulangan pada beton. Misalnya 4 Ø 20 artinya
dipakai tulangan baja d = 20 mm jumlahnya 4 buah.
 Ukuran diameter dan jarak tulangan. Misalnya Ø 8 – 20 artinya pelat beton
tersebut menggunakan tulangan baja dengan diameter 8 mm dipasang pada jarak
20 cm.
 Kemiringan digunakan simbol I yang artinya inclination. Contoh : I = 1 % = 1 : 100

Gambar beton biasanya dibuat dalam skala 1 : 20, kecuali bila perlu lebih jelas dipakai
skala lebih besar. Penampang biasanya ditengah-tengah antara 2 tumpuan dan ditepi
balok dekat tumpuan. Gambar-gambar tulangan dan jarak antara tulangan harus jelas.

Jika letak batang tak jelas, maka tempatkanlah di tempat batang itu suatu segitiga,
dengan puncaknya menunjuk ke sebelah dalam pelat, misalnya :

Tulangan bawah :

Letak batang pada tulangan bersilangan adalah :

Lapis terbawah, penulangan atas atau bawah :

III -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

Lapis teratas, penulangan bawah atau atas :

Pada Lampiran diberikan contoh-contoh gambar pekerjaan beton bertulang.

III -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

BAB IV
DESAIN
JEMBATAN

DATA PERENCANAAN

Perencanaan utama yang harus dilaksanakan minimal dan tidak terbatas pada :
1). Jembatan baru
 Perencanaan bangunan atas jembatan
 Perencanaan bangunan bawah jembatan (pilar, abutment dan pondasi)
 Perencanaan jalan pendekat / oprit
jembatan 2). Jembatan lama
 Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan bangunan atas jembatan
 Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan komponen perletakan jembatan
 Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan bangunan bawah jembatan

RENCANA KELAS JEMBATAN & KRITERIA PERENCANAAN

Sistem jembatan harus direncanakan berdasar kriteria sebagai berikut :


 Estimasi biaya konstruksi terendah
 Kuat
 Kenyamanan
 Estetika struktur
 Kemudahan pelaksanaan
Suatu penampang melintang jembatan yang normal harus sesuai dengan kriteria
perencanaan geometrik yang diberikan, meliputi :
 Lebar jalan kendaraan.
 Bentang jembatan.
 Tinggi ruang bebas jembatan.
 Muka air banjir.

PEMILIHAN JENIS BANGUNAN ATAS JEMBATAN

Bentang maksimum bangunan atas jembatan tergantung pada jenis konstruksi yang
akan dipilih. Bila panjang keseluruhan jembatan memerlukan lebih dari satu bentang

IV -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

untuk suatu jenis konstruksi maka diperlukan satu pilar atau lebih. Pada dasarnya jenis
bangunan atas jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Balok dan pelat (beam & slab).
 Pelat (slab).
 Culvert.
 Box girder.
 Rangka baja.
Untuk kepentingan syarat pemilihan jenis jembatan yang sangat penting ini disarankan
memakai jenis jembatan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Persyaratan fungsinya
a. Panjang span : Panjang span jembatan merupakan faktor terpenting dalam
menentukan jenis jembatan. Mengenai seleksi jpendekatan enis struktur
bangunan atas dapat dilihat pada Tabel 4.1, 4.2., dan 4.3
b. Perbandingan tinggi gelagar terhadap panjang span : Formula ini dibuat untuk
tujuan mendapatkan biaya konstruksi yang ekonomis. Pada Tabel 4.1, 4.2., dan
4.3
disajikan formula sebagai pendekatan penentuan tinggi gelagar.

2. Persyaratan lingkungan
Sistem jembatan yang direncanakan estetikanya harus harmonis dengan lingkungan
sekitarnya baik dipandang dari jarak jauh maupun dipandang dari bawah.
Standarisasi jembatan juga dibuat untuk pandangan estetis yang lebih baik.

3. Persyaratan pelaksanaan konstruksi


a. Metode konstruksi
Metode pracetak dan metode pengangkatan dengan crane adalah yang
disarankan dalam pelaksanaan jembatan beton karena kemudahan
pelaksanaannya, ekonomi dan pendeknya periode pelaksanaan.
Alternative metode konstruksi dapat dilihat pada Tabel 4.4.
b. Periode pelaksanaan
Untuk mengoptimalkan jangka waktu pelaksanaan maka kecepatan pelaksanaan
jembatan harus menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis jembatan.

IV -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

Tabel 4.1. : Standar pendekatan pemilihan jenis gelagar bangunan atas.

No. Jenis bangunan atas Bentang efektif (m) Perbandingan


10 20 30 40 50 100 150 200 H/L

I. Struktur prategang
1 Slab berongga 1/22 (1/20 - 1/30)
2 Str. komposit sederhana : gelagar I 1/15 (1/13 - 1/20)
3 Str. komposit menerus : gelagar I 1/18 (1/16 - 1/22)
4 Str. sederhana : gelagar I 1/18 (1/16 - 1/22)
5 Str. menerus : gelagar I 1/20 (1/18 - 1/22)
6 Str. komposit sederhana : gelagar U 1/18 (1/16 - 1/20)
7 Gelagar kotak sederhana 1/20 (1/18 - 1/24)
8 Gelagar kotak menerus * 1/22 (1/20 - 1/27)
9 Gelagar kotak menerus ** 1/18 (1/16 - 1/22)
II. Struktur beton bertulang
1 Gelagar sederhana 1/15
2 Slab berongga 1/20
3 Konstruksi kaku 1/12
4 Slab di tiang 1/20

Catatan :
* = di-ereksi dengan penopang H = tinggi gelagar
** = di-ereksi dengan metoda kantilever L = bentang

IV -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

Tabel 4.2. : Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatan yang menggunakan beton bertulang.

IV -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

Tabel 4.3. : Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatan yang menggunakan beton pratekan.

IV -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

Tabel 4.4. : Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatan yang menggunakan beton pratekan.

IV -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

Tabel 4.5. : Metode pelaksanaan struktur atas jembatan.

IV -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

Jembatan rangka baja dibagi dalam dua kelas : A dan B, pembagian kelas ini didasarkan
pada perbedaan lebar lantai dan lebar trotoar.
a. Kelas A
 Lebar lantai kendaraan : 7,00 m
 Trotoar : 2 x 1,00 m
 Clearance height : 5,10 m
b. Kelas B
 Lebar lantai kendaraan : 6,00 m
 Trotoar : 2 x 0,50 m
 Clearance height : 5,10 m
c. Mutu baja
 Struktur utama : SM 490 YB
 Struktur sekunder : SM 400 YB
 Semua baut mutu tinggi : Grade 8.8 (kecuali untuk sandaran)

Jembatan sistim rangka baja umumnya dengan bentang 40 ~ 60 meter, kecuali jembatan
gantung atau jembatan yang di-desain secara khusus dapat berbentang panjang.

Kriteria perencanaan pembebanan

Pembebanan mengacu pada BMS7-C2-BRIDGE DESIGN CODE1992 termasuk


kombinasi dan faktor beban. Prinsip pembebanannya adalah :
 Lalu lintas : Kelas A dan B – 2 jalur penuh ditambah jalur tidak penuh kedua
sisi jalan. 100 % beban D dan beban T. Ditambahkan pengaruh
lain jika diketahui.
 Trotoar : Kelas A - 2 kPa s/d 5 kPa pembebanannya.
Kelas B - Nil.
 Sandaran : 0,7 kN/m ditransfer secara vertikal kesetiap simultannya.
 Angin : Desain beban angin
 Maksimal : 35 m/s.
 Beban Layan : 30 m/s.
 Gempa : Koefisien gempa = 0,2 sesuai dengan spesifikasi kontrak.
 Arus : Bangunan atas dianggap terletak diatas permukaan air banjir
 Temperatur : Minimum 15ºC
 Maksimum : 40 ºC

IV - 8
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

Spesifikasi perencanaan

Berdasarkan spesifikasi desain jembatan AASHTOLRFD tahun 1998.


Catatan : Beban & faktor beban yang digunakan berdasarkan BMS7-C2-Bridge
Design Code 1992.

PERENCANAAN LAJUR LALU-LINTAS RENCANA

Lajur lalu-lintas rencana harus mempunyai lebar 3,50 m (per lajur). Jumlah rencana
lajur lalu-lintas yang digunakan untuk berbagai lebar jembatan bisa dilihat dalam Tabel
4.6.

Tabel 4.6. : Lebar jalur kendaraan dan jumlah lajur lalu-lintas rencana.

Tipe jembatan Lebar jalur kendaraan Jumlah lajur lalu-lintas


(m) rencana
Satu lajur 4,00 – 5,00 1
Dua arah, tanpa 5,50 – 8,25 2 (3)
median 11,30 – 15,00 4
8,25 – 11,25 3
Dua arah / banyak 11,30 – 15,00 4
arah 15,10 – 18,75 5
18,80 – 22,50 6

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

1. Metode analisis
Untuk memenuhi persyaratan untuk kestabilan, kekuatan dan batas layan, pengaruh
aksi pada struktur dan komponennya harus ditentukan berdasarkan pendekatan
sebagai berikut :
 Struktur diasumsikan elastis linier
 Metode analisis berdasarkan pendekatan fleksibilitas atau kekakuan
 Pengaruh efek P delta dapat memperhitungkan dalam analisis struktur
2. Tahapan analisis
Perencanaan balok jembatan harus mempertimbangkan penampang komposit dan
penampang non komposit sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan konstruksi di
lapangan.

IV - 9
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

3. Penempatan beban lalu lintas


Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tertentu (bentang tunggal),
maka beban lalu lintas diletakkan sepanjang bentang. Dalam hal ini, beban terpusat
diletakkan di tengah bentang.
Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tak tentu (bentang banyak)
maka beban lalu lintas harus diletakkan pada bentang-bentang yang menghasilkan
gaya-gaya dalam terbesar di tengah bentang dan di perletakan seperti diuraikan di
bawah ini.
Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 1 (bentang 5 serupa),
beban KEL harus diletakkan pada bentang 1 dan mengambil L adalah pengaruh
terburuk S1; S1 + S3; atau S1 + S3 + S5. Untuk mendapatkan momen lentur maksimum
pada bentang 3, beban KEL harus diletakkan pada bentang 3 dan mengambil L
adalah pengaruh terburuk S3; S1 + S3; atau S3 + S5.

S1 S2 S3 S4 S5

Gambar 4.1. : Momen Lentur Positif – Bentang 1, 3 dan 5

Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 2, beban KEL


harus diletakkan pada bentang 2 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk
S2; S2 + S4. Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 4,
beban KEL harus diletakkan pada bentang 4 dan mengambil L adalah pengaruh
terburuk S4; S2 + S4.

S1 S2 S3 S4 S5

Gambar 4.2. : Momen Lentur Positif – Bentang 2 dan 4

IV -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 2, beban KEL


harus diletakkan pada bentang 2 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk
S2; S2 + S4. Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 4,
beban KEL harus diletakkan pada bentang 4 dan mengambil L adalah pengaruh
terburuk S4; S2 + S4.

S1 S2 S3 S 4S 5

Gambar 4.3. : Momen Lentur Negatif pada Pilar

Untuk mendapatkan momen lentur maksimum di pilar 2, beban KEL harus


diletakkan pada bentang 2 dan 3; dengan mengambil L adalah pengaruh
terburuk S2 + S3; S3 + S5.

PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN

1. Tumpuan / perletakan
Fungsi tumpuan / perletakan ialah untuk meneruskan gaya-gaya dari bangunan atas
jembatan ke bangunan bawah jembatan.
a. Tumpuan tetap
Rotasi terbatas bangunan atas jembatan dapat terjadi, tetapi perpindahan tempat
kearah horizontal akan dicegah oleh perletakan tetap tersebut.
b. Tumpuan yang dapat bergerak
Rotasi terbatas dan perpindahan tempat kearah horizontal dapat terjadi pada
perletakan yang dapat bergerak.

2. Jenis perletakan
a. Sendi dan Rol
Sendi merupakan tumpuan tetap dan Rol merupakan perletakan yang dapat
bergerak. Jenis tumpuan ini merupakan tumpuan yang paling umum digunakan
pada jembatan-jembatan di Indonesia.

IV -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

b. Tumpuan Garis
Dapat berupa tumpuan tetap dan perletakan rol.
c. Tumpuan Elastomer
Tumpuan elastomer dapat mengikuti perpindahan tempat kearah vertikal dan
horizontal dan rotasi atau kombinasi gerakan-gerakan bangunan atas jembatan.
d. Tumpuan Pelat
Untuk jembatan bentang pendek, tumpuan dapat diberikan berupa pelat-pelat
baja rata.

3. Pondasi
Konstruksi pondasi mendukung dan meneruskan gaya-gaya dari bangunan bawah
jembatan ke lapis daya dukung tanah.
Pemilihan konstruksi pondasi dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
 Gaya-gaya dari konstruksi jembatan.
 Kapasitas daya dukung tanah.
 Stabilitas tanah yang mendukung pondasi.
 Tersedianya alat transportasi, kemungkinan adanya bahan pondasi dan
pelaksanaannya.
 Pengaruh sungai, besarnya gerusan dan sedimentasi harus se-minimum
mungkin.
.
PERANGKAT LUNAK PERENCANAAN

Dalam melaksanakan perencanaan harus dengan menggunakan perangkat lunak yang


kompatibel seperti perangkat MOSS atau AD-CAD (perencanaan teknis harus dilakukan
secara compturized program). Perangkat lunak untuk analisis struktur dan analisis
perencanaan teknis lain terkait harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa.

IV -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

BAB V
KELENGKAPAN
GAMBAR

UMUM

Suatu gambar teknik sipil untuk perencanaan proyek jalan, misalnya, harus dilengkapi
gambar-gambar yang mendukung terlaksananya proyek tersebut tanpa menimbulkan
konflik atau interpretasi yang berbeda bagi setiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek tersebut.
Biasanya gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas :
1. Halaman sampul.
2. Daftar gambar.
3. Daftar singkatan dan simbol.
4. Gambar situasi.
5. Denah perencanaan jalan (plan).
6. Potongan memanjang (profile).
7. Potongan melintang jalan (cross section).
8. Denah perencanaan drainase.
9. Potongan memanjang saluran.
10. Gambar detail.
11. Gambar perencanaan traffic engineering.
12. Gambar standard.

HALAMAN SAMPUL

Pada halaman ini tercantum keterangan tentang :


 Siapa pemilik dari proyek tersebut atau yang biasa disebut sebagai Pengguna Jasa.
 Apa nama proyek tersebut beserta keterangan-keterangannya apabila diperlukan.
 Siapa konsultan perencana-nya.

DAFTAR GAMBAR

Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat
daftar judul gambar secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan
menggunakan huruf kapital sebagai singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang

V-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

sejenis diletakkan pada lembar yang saling berdekatan. Untuk membedakan antara

V-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

lembar satu dengan lainnya, pada tiap lembar diberi kode nomor urut yang diletakkan
setelah huruf kapital tersebut diatas. Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah
lembarnya.

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap simbol, kode huruf maupun istilah
(khususnya istilah asing) maka perlu disediakan lembar gambar khusus yang
mencantumkan arti dari simbol, kode maupun istilah yang digunakan dalam gambar
perencanaan / kerja.

GAMBAR SITUASI

Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah
sekitarnya yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi ini
merupakan gambar peta untuk suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam
menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya diberikan keterangan-keterangan
seperlunya.

DENAH PERENCANAAN JALAN (PLAN)

Panjang suatu proyek jalan biasanya sampai ratusan meter atau beberapa kilometer.
Oleh karena itu gambar denah jalan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Biasanya
pada sumbu jalan dipasang titik-titik pembantu dengan interval jarak tertentu, misalnya
setiap 50 m, titik-titik tersebut disebut station atau disingkat STA. Angka dibelakang huruf
STA menunjukkan jarak diukur dari station yang pertama yaitu STA. 0. Dari denah, dapat
diketahui antara lain : letak jalan, bentuk dan arah jalan, panjang dan lebar jalan serta
fasilitas-fasilitas jalan.

POTONGAN MEMANJANG (PROFILE)

Pada gambar potongan memanjang disamping gambar titik-titik station juga disajikan
ketinggian (peil/level) dari permukaan tanah yang ada, rencana permukaan jalan, dan
rencana dasar saluran.

V-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

POTONGAN MELINTANG JALAN (CROSS SECTION)

Potongan melintang digambar untuk jarak tertentu dari penampang jalan, biasanya
diambil potongan pada setiap station. Disamping itu dapat pula dibuat potongan
melintang diluar titik station apabila pada tempat tersebut ingin ditampilkan hal-hal yang
khusus, misalnya terdapat tiang penerangan jalan dsb. Dari potongan melintang ini dapat
diketahui antara lain : bentuk lapisan perkerasan jalan, ukuran lebar maupun tinggi,
kemiringan jalan, fasilitas jalan, misalnya saluran air, trotoir (side walk), dinding penahan
tanah, pagar jalan, penerangan jalan dll.

DENAH PERENCANAAN DRAINASE

Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain : letak saluran air terhadap
badan jalan, arah pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran
tertutup.

POTONGAN MEMANJANG SALURAN

Pada potongan memanjang ini disamping letak titik-titik station juga dicantumkan
ketinggian permukaan tanah dan dasar saluran yang direncanakan. Sehingga melalui
gambar potongan ini dapat dihitung jumlah galian maupun urugan tanah untuk
pembuatan saluran air.

GAMBAR DETAIL

Gambar detail adalah gambar-gambar konstruksi dengan skala kecil misalnya 1 : 5, 1 :


10 atau 1 : 20. Pada gambar potongan dilengkapi ukuran-ukuran dengan jelas dan
lengkap disamping keterangan-keterangan gambar. Bahkan dibuat tabel-tabel misalnya
untuk kebutuhan pembesian pekerjaan beton. Gambar detail biasanya meliputi pekerjaan
: detail saluran air terbuka dan tertutup, detail trotoir dan kanstin (side walk & curb), detail
dinding penahan tanah, detail pagar, pondasi, detail jembatan, pelat penutup saluran dll.

GAMBAR PERENCANAAN TRAFFIC ENGINEERING

Traffic engineering dibuat dengan denah tersendiri agar tidak rancu dengan gambar-
gambar yang lainnya. Gambar perencanaan traffic engineering memuat antara lain :
perencanaan rambu lalu-lintas, marka jalan, penerangan jalan, pengaturan traffic light,
dll.

V-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

GAMBAR DESAIN JEMBATAN

Gambar rencana akhir minimal harus terdiri sebagai berikut ini jika tidak ditentukan lain :
a) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.
b) Daftar isi.
c) Peta lokasi proyek.
d) Peta lokasi sumber bahan material (quarry)
e) Daftar simbol dan singkatan.
f) Daftar bangunan pelengkap
g) Daftar rangkuman volume pekerjaan.
h) Alinyemen Horizontal (plan) digambar di atas peta situasi skala 1 : 500 untuk
jembatan dengan interval garis tinggi 1 meter dan dilengkapi dengan data yang
dibutuhkan.
i) Alinyemen Vertikal (profile) digambar dengan skala horizontal 1 : 500 untuk jembatan
dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup data yang dibutuhkan.
j) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (maximum
interval 50 meter), dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50.
Dalam gambar potongan melintang harus mencakup :
 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan dan jembatan
 Profil tanah asli dan profil / dimensi RUMIJA (ROW) rencana
 Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
 Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada)
k) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala
yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :
 Gambar konstruksi existing yang ada.
 Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-
beda.
 Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
 Rincian konstruksi perkerasan.
 Penampang bangunan pelengkap.
 Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median.
 Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada).
l) Gambar standar yang mencakup antara lain gambar bangunan pelengkap, drainase,
rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya.
m) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan.
n) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.

V-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

BAB VI
SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR

SISTEMATIKA GAMBAR

Pada umumnya susunan / sistematika gambar akan terdiri dari :

No. Kode Gambar

SAMPUL SAMPUL
A UMUM
1. A/1/1 Daftar gambar
2. A/2/1 Peta lokasi proyek
3. A/2/2 Key Plan
4. A/2/3 Peta Quarry
5. A/3 Abbreviations, Legend & Keterangan umum
6. A/4 Daftar Kuantitas Pekerjaan
B TYPICAL CROSS SECTION
7. B/1 Typical Cross Section Type I
8. B/2 Typical Cross Section Type II
C ALIGNMENT LAYOUT
9. B/1 Alignment Layout STA 0+000 – 0+750
10. B/2 Alignment Layout STA 0+750 – 1+500
D PLAN & PROFILE
11. D/1 Plan & Profile STA 0+000 - 0+750
12. D/2 Plan & Profile STA 0+750 - 1+500
E CROSS SECTION
13. E/1 Cross Section STA 0+000 - 0+500
14. E/2 Cross Section STA 0+500 - 1+000
F INTERSECTION
15. F/1/1 Plan of Intersection STA 5+000
16. F/1/2 Cross Section of Intersection STA 5+000
17. F/1/3 Intersection Details STA 5+000
G STRUKTUR
18. G/1/1 Tampak samping jembatan
19. G/1/2 Denah / tampak atas jembatan
20. G/1/3 Longitudinal & Cross Section
21. G/1/4 Girder Detail & Reinforcement
22. G/1/5 Bar Reinforcement of Girder
23. G/1/6 Deck Slab Detail & Reinforcement
24. G/1/7 Bar Reinforcement of Deck Slab
25. G/1/8 Railing Detail & Reinforcement
26. G/1/9 Bar Reinforcement of Railing
27. G/1/10 Detail of Abutment & Reinforcement
28. G/1/11 Bar Reinforcement of Abutment
29. G/1/12 Detail pondasi
30. G/1/13 Detail Expansion Joint

VI -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

No. Kode Gambar

H DRAINASE
31. H/1/1 Plan & Longitudinal Section STA 0+000 - 0+750
32. H/2/1 Ditch – Type I
33. H/3/1 Inlet & Outlet Structure Drain – Type I
34. H/4/1 Catch Basins – Type I
35. H/5/1 Reinforced Concrete Pipe Culvert
36. H/5/2 Headwall for Pipe Culvert – Type I
37. H/6/1 Box Culvert – Type I
38. H/6/3 Box Culvert Bar Reinforcement – Type I
39. H/6/5 Box Culvert Detail – Type I
40. H/6/7 Single Cell Slab Culvert – Type I
41. H/6/8 Multi Cell Slab Culvert – Type II
42. H/6/9 Slab Culvert Reinforcement
43. H/6/10 Sub Surface Drain
I RETAINING WALL & SLOPE PROTECTION
44. I/1/1 Retaining Wall & Slope Protection– Type I
45. I/1/2 Retaining Wall & Slope Protection– Type II
46. I/2/1 Bar Reinforcement
47. I/3 River Bank Slope Protection
48. I/4 Rip-rap Slope Protection
J MISCELLANEOUS & STANDARD DRAWING
49. J/1 Curb
50. J/2/1 Median
51. J/3 Concrete Barrier
52. J/4/1 Side-walk
53. J/5/1 Island
54. J/6/1 U-Turn – Type I
55. J/7 Truck Parking Area
56. J/8/1 Traffic Signs
57. J/9/1 Road Marking
58. J/10 Guardrail
59. J/11 KM Post
60. J/12/1 Lighting – Type I
61. J/13 Bus Bay
62. J/14/1 Lanscape Plan
63. J/14/2 Detail planting plan
64. J/14/3 Description of planting plan

CONTOH GAMBAR

Pada lampiran diberikan contoh gambar dari beberapa proyek yang telah ada dan contoh
dari proyek-proyek dari instansi : Kimpraswil, Dinas Pekerjaan Umum, dan dari PT. Jasa
Marga (Persero). Nampak bahwa masing-masing instansi mempunyai format yang tidak
sama, tetapi pada dasarnya mempunyai pengertian gambar yang harus di-
interpretasikan sama oleh pelaku proyek.

VI -
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

RANGKUMAN

Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :


 Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.
 Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.
Karena gambar juga merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam
mengartikan lambang-lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.
Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :
 Gambar rencana
 Gambar kerja (shop drawing)
 Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing)
Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala
gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :
 Nomor gambar
 Judul gambar
 Nama perusahaan
 Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab
 Keterangan gambar, seperti skala gambar
 Tempat untuk menulis catatan penting, dll.
Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya.
Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus
sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan
sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran,
peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu-
raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat
huruf maupun angka, ialah :
 Dapat terbaca dengan jelas
 Bentuknya seragam, konsisten
Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan
secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik
koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai
sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah
Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar,
perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.

R-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth
pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen
No. SNI 1732-1989-F.
Pada dasarnya jenis bangunan atas jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Balok dan pelat (beam & slab).
 Pelat (slab).
 Culvert.
 Box girder.
 Rangka baja.
Perencanaan struktur jembatan meliputi:
1. Metode analisis
Untuk memenuhi persyaratan untuk kestabilan, kekuatan dan batas layan, pengaruh
aksi pada struktur dan komponennya harus ditentukan berdasarkan pendekatan
sebagai berikut :
 Struktur diasumsikan elastis linier
 Metode analisis berdasarkan pendekatan fleksibilitas atau kekakuan
 Pengaruh efek P delta dapat memperhitungkan dalam analisis struktur
2. Tahapan analisis
Perencanaan balok jembatan harus mempertimbangkan penampang komposit dan
penampang non komposit sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan konstruksi di
lapangan.
3. Penempatan beban lalu lintas
Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tertentu (bentang tunggal),
maka beban lalu lintas diletakkan sepanjang bentang. Dalam hal ini, beban terpusat
diletakkan di tengah bentang.
Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tak tentu (bentang banyak)
maka beban lalu lintas harus diletakkan pada bentang-bentang yang menghasilkan
gaya-gaya dalam terbesar di tengah bentang dan di perletakan seperti diuraikan di
bawah ini.
Dalam melaksanakan perencanaan harus dengan menggunakan perangkat lunak yang
kompatibel seperti perangkat MOSS atau AD-CAD (perencanaan teknis harus dilakukan
secara compturized program). Perangkat lunak untuk analisis struktur dan analisis
perencanaan teknis lain terkait harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa.
Gambar rencana akhir minimal harus terdiri sebagai berikut ini jika tidak ditentukan lain :
a) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.

R-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

b) Daftar isi.
c) Peta lokasi proyek.
d) Peta lokasi sumber bahan material (quarry)
e) Daftar simbol dan singkatan.
f) Daftar bangunan pelengkap
g) Daftar rangkuman volume pekerjaan.
h) Alinyemen Horizontal (plan) digambar di atas peta situasi skala 1 : 500 untuk
jembatan dengan interval garis tinggi 1 meter dan dilengkapi dengan data yang
dibutuhkan.
i) Alinyemen Vertikal (profile) digambar dengan skala horizontal 1 : 500 untuk jembatan
dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup data yang dibutuhkan.
j) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (maximum
interval 50 meter), dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50.
Dalam gambar potongan melintang harus mencakup :
 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan dan jembatan
 Profil tanah asli dan profil / dimensi RUMIJA (ROW) rencana
 Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
 Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada)
k) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala
yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :
 Gambar konstruksi existing yang ada.
 Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-
beda.
 Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
 Rincian konstruksi perkerasan.
 Penampang bangunan pelengkap.
 Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median.
 Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada).
l) Gambar standar yang mencakup antara lain gambar bangunan pelengkap,
drainase, rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya.
m) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan.
n) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.

R-
LAMPIRAN
Contoh Gambar-gambar Proyek
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

L-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

L-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

L-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, Pelaksanaan Pembangunan Jalan (Highway Engineering), Lestari


Jakarta, Oktober 1979.

2. The Asphalt Institute, Asphalt in Pavement Maintenance, manual Series No. 16


(MS-16), March 1983.

3. Asphalt Institute, Asphalt Technologie Construction Practice, Educational Series


No. 1, January 1983.

4. Asphalt Institute, Principles of Construction of Hot-mix Asphalt Pavements, Manual


Series No. 22, Januari 1983.

5. Clarkson.H.Oglesby, R. Gary Hicks, Highways Engineering, 4nd Ed John Willey &


Sons, inc, 1982.

6. Direktorat Jenderal Bina Marga, (1976), Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No.
01/MN/BM/1976, Departemen Pekerjaan Umum dan tenaga Listrik.

7. Direktorat Jenderal Bina Marga, Pengambilan Data Lapangan untuk IBRD Rolling
Beterment Programme, Bipran Central Design Office, May 1986.

8. Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk Pengambilan Data Lapangan untuk


Program Pemeliharaan Berkala, Bipran Central Design Office, November 1988.

9. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan, Second Nine
Provinces Road, Rehabilitation Project, Buku 3, “Spesifikasi Umum”.

10. Direktorat Jenderal Bina Marga, Central Quality Control & Monitoring unit, Manual
Supervisi Lapangan untuk Pengendalian Mutu pada Kontrak Pemeliharaan dan
Peningkatan jalan, Agustus 1988.

11. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Pedoman
Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan, No. 010/BNKT/1990.

12. Direktorat Jenderal Bina marga, Bina Program Jalan, Dokumen Rujukan RD
3.1.2., Pedoman untuk Pengumpulan Rutin Data untuk Disain, Oktober 1989.

DP-
Modul 02 KJJ : Konsep Dasar dan Persyaratan Gambar Konstruksi Jalan dan

13. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Design Parameters and
Models for the Roadworks Design System.

14. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Sistim Perhitungan Lalu
Lintas Rutin, Petunjuk Pelaksanaan thn 1984/1985 ; Jakarta, Maret 1984.

15. Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Pemeliharaan Jalan, No.03/MN/B/1983.

16. Horison, Jack.A, Correlation of CBR and Dynamic Cone Penetrometer Strength
measurement of soils, Thesis for MSc degree in Highway Engineering and
Development, August 1984.

17. Djoko Untung Soedarsono, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum, cetakan pertama, 1979.

18. Konferensi Tahunan Teknik Jalan ke 4, Jakarta 19-21 Nopember ’90, Volume 4,
Teknik Lalu Lintas dan Transportasi.

19. M.W.Witczak, Pavement Design Seminars for Bina Marga, Indonesian Highway
Departement, Bandung, Indonesia, February 9-10, 1979.

20. NAASRA, Interim Guide to Pavement Thicknees Design, 1979.

21. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 tentang Jalan.

22. PMU, Urban Roads Planning and Programming Manual, Jakarta.

23. Robert D. Krebs/Richard D. Walker, Highway Materials, Mc Graw-Hill Book


Company, 1971.

24. Semawi A.M., Konstruksi Jalan Raya, Unpar.

25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1980 tentang Jalan.

26. Unpar, Bahan Kuliah Teknik Jalan Raya II, 1989.

27. PT. HUTAMA PRIMA, Aspal Emulsi, Jakarta, 2004.

DP-

Anda mungkin juga menyukai