Anda di halaman 1dari 55

Modul Basic Drawing

BAB I

PENGENALAN GAMBAR TEKNIK

1. Tujuan

Setelah mempelajari bab pertama ini, diharapkan anda bisa:


1. Memahami gambar sebagai “Bahasa Teknik”.
2. Menyebutkan fungsi gambar teknik.
3. Menjelaskan sifat-sifat gambar.
4. Memahami tentang skala gambar serta dapat mengaplikasikan fungsi skala
pada proses menggambar benda dari ukuran sebenarnya ke dalam kertas gambar.
5. Mengetahui serta menggunakan alat-alat gambar.
6. Mengaplikasikan penggunaan garis berdasarkan jenisnya.
7. Memahami bentuk serta ukuran angka dan huruf.

2. Fungsi dan Sifat Gambar


2.1. Gambar Sebagai "Bahasa Teknik"
Untuk dapat melakukan fungsinya sebagai bahasa di industri, maka gambar teknik harus
menjadi alat komunikasi utama di antara orang-orang di dalam membuat desain dan
komponen industri, bangunan dan peralatan konstruksi, dan pelaksana proyek
penghasil permesinan dengan manajemen atau staf ahli permesinan.

Agar dapat melakukan fungsinya sebagai bahasa teknik, maka perlu penguasaan
didalam:
(a) Penggunaan peralatan gambar
(b) Membuat gambar sendiri
(c) Memahami atau membaca gambar yang dibuat oleh orang lain

Dari tujuan-tujuan tersebut, maka kemampuan dalam gambar teknik dapat dilihat dari
bagaimana memahami atau membaca gambar yang dibuat oleh orang lain dan
bagaimana kinerjanya dalam membuat gambar agar dapat dipahami oleh orang lain,
sedangkan kemampuan penggunaan peralatan gambar sudah termasuk dalam kemampuan
membuat gambar, sebab bagaimanapun hasil gambar yang standar pasti diperoleh dari
seseorang yang sudah mempunyai keterampilan dalam penggunaan peralatan gambar.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 1


Modul Basic Drawing

Gambar Teknik secara harfiah berasal dari kata Gambar (Suatu alat “komunikasi
visual“) dan Teknik atau Metode (cara kerja bersist em, atau cara sistematis
dalam mengerjakan sesuatu). Jadi Gambar Teknik adalah metode komunikasi secara
visual dalam menyampaikan informasi hasil rancangan suatu produk secara :
(a) Komunikatif ( mudah dimengerti )
(b) Normatif ( sesuai aturan )
(c) Akurat ( presisi-tepat teknisnya)
(d) Terukur ( memiliki skala )
(e) Efektif ( tepat guna )

Sebagai bahasa, gambar harus mempunyai aturan- aturan yang obyektif yang dapat
dipahami oleh orang-orang yang ahli. Aturan-aturan gambar ini dibuat secara internasional
yang disebut dengan standard ISO.

2.2. Fungsi Gambar Teknik


Dalam dunia teknik gambar memiliki beberapa fungsi antara lain:
a. Menyampaikan Informasi
Saat ini antara perancang dan pembuat tidak lagi merupakan satu orang yang sama, tetapi
menjadi dua pihak yang berbeda, sehingga antara keduanya perlu alat informasi, disini
peranan gambar tekniks sebagai penyampai informasi.

b. Sebagai Pengawetan, Penyimpanan dan Penggunaan Keterangan


Fungsi gambar dimana gambar sebagai data terhadap produk yang telah
dihasilkan/dibuat. Penyimpaan gambar tersebut beragam, mulai dari hasil print out
yang disimpan dengan baik maupun terhadap media komputer yaitu berupa media
penyimpan dalam memori. Bagaimanapun gambar yang disimpan tersebut digunakan
lagi sebagai bahan penyempurnaan terhadap produk tersebut ataup sebagai bahan
pengembangan untuk kedepan sebagai acuan terhadap model barunya nanti.

c. Menuangkan Gagasan untuk Pengembangan


Gagasan seorang perancang untuk membuat benda-benda teknik mula-mula berupa
konsep dalam pikirannya. Konsep abstrak itu kemudian dituangkan dalam bentuk gambar.

d. Cara-cara Pemikiran dalam Penyiapan Informasi


Cara-cara penyampaian merupakan rencana sebagai kemampuan untuk menggabungkan
ide-ide, prinsip ilmu pengetahuan, sumber daya dan sering kali produk yang ada

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 2


Modul Basic Drawing

menjadi pemecahan untuk suatu permasalahan. Kemampuan memecahkan permasalahan


dalam pembuatan rencana adalah hasil dari pendekatan yang terorganisir dan teratur
kepada permasalahan dikenal sebagai proses pembuatan rencana.

Penyiapan informasi tersebut mengikuti beberapa tahap :


(a) Pengenalan permasalahan
(b) Konsep-konsep dan ide-ide
(c) Pemecahan yang disetujui bersama
(d) Model atau prototype
(e) Produksi atau gambar-gambar kerja

2.3. Sifat Sifat Gambar


Adapun yang dapat digolongkan sebagai sifat-sifat gambar dan tujuan-tujuan gambar
antara lain:
a. Internasionalisasi gambar
Artinya peraturan-peraturan yang ada dalam gambar teknik dimulai dengan persetujuan
bersama dan kemudian dibuatkan suatu standar perusahaan.

b. Mempopulerkan Gambar
Mempopulerkan gambar berarti bahwa gambar perlu diketahui kejelasan, peraturan-
peraturan dan standarnya. Hal ini dikarenakan golongan yang harus membaca dan
mempergunakan gambar meningkat jumlahnya.

c. Perumusan Gambar
Bidang-bidang industri yang bermacam-macam misalnya permesinan, struktur,
perkapalan, perumahan atau arsitektur dan teknik sipil, semuanya menggunakan gambar
sebagai bahasa teknik. Akan tetapi dari beberapa bidang tersebut, terdapat hubungan
yang erat sebab masing- masing bidang tidak mungkin dapat menyelesaikan suatu proyek
tanpa menggunakan bidang lain. Untuk itu masing-masing bidang mencoba untuk
mempersatukan dan mengidentifisir standar-standar gambar.

d. Sistematika Gambar
Isi gambar sangat mementingkan susunan dan konsolidasi sistem standar gambar.

e. Penyederhanaan Gambar
Penghematan tenaga kerja dalam menggambar adalah penting, tidak hanya untuk

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 3


Modul Basic Drawing

mempersingkat waktu, tetapi juga untuk meningkatkan mutu rencana. Oleh karena
itu penyederhanaan gambar menjadi masalah penting untuk menghemat tenaga dalam
menggambar.

f. Modernisasi Gambar
Dengan kemajuan teknologi, standar gambar telah dipaksa untuk mengikutinya.
Misalnya saja menggambar menggunakan komputer.

2.4. Standarisasi Gambar


Pengertian standarisasi gambar adalah aturan-aturan yang disepakati bersama antar orang-
orang, antar organisasi perusahaan. Untuk lingkup negara disebut Standar Nasional dan
untuk lingkup antar negara disebut Standard Internasional.

Fungsi standarisasi gambar :


(a) Memberikan kepastian
(b) Menyeragamkan penafsiran
(c) Memudahkan komunikasi teknik
(d) Memudahkan kerja sama antar perusahaan
(e) Memperlancar produksi dan pemasaran
Macam-macam standarisasi tiap-tiap negara cenderung untuk membuat standard sendiri :

 JIS (Japanese Industrial Standard), Jepang


 NNI ( Nederland Normalisatie Institut), Belanda
 DIN ( Deutsche Industrie Normen), Jerman
 ANSI ( American National Standard Institute ), Amerika
 SNI ( Standar Nasional Indonesia ), Indonesia
Secara internasional adalah Standard ISO (International Standarization for Organization)
Meskipun perkembangan teknologi komputer berkembang pesat, sehingga penggambaran
yang dilakukan sekarang sudah tidak menggunakan pensil, pena gambar (rapido), jangka
dan sebagainya, melainkan menggunakan aplikasi program gambar seperti penggunaan
AutoCad, Revit, Solid Work, Pro Engineering, Catia, Inventor dan program-program yang
lain, namun aturan yang digunakan dalam penggunaan program-program tersebut tetap
harus mengacu pada aturan gambar yang sudah baku. Jadi dalam penggunaan garis, huruf,
proyeksi dan sebagainya tetap berdasarkan aturan gambar teknik.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 4


Modul Basic Drawing

3. Alat - alat Gambar dan Penggunaannya


Untuk mendapatkan gambar teknik yang baik, tidak hanya menguasai teknik
menggambar yang baik tetapi juga perlu didukung dengan alat-alat gambar yang tepat
penggunaannya.

3.1. Papan Gambar dan Meja Gambar


Meja gambar yang dapat diatur kemiringannya secara manual atau hidrolik. Manual
pergerakan kemiringan dan naik turunnya dengan sistem mekanik, sedangkan meja
gambar hidrolik kemiringan dan naik turunnya meja gambar menggunakan sistem hidrolik.

Gambar 1. Papan dan Meja Gambar

3.2. Kertas Gambar


Ukuran k ert as gambar sudah ditentukan berdasarkan standar. Ukuran pokok kertas
gambar adalah A0. Untuk mengetahui ukuran kertas gambar dapat dilihat pada tabel 1
dibawah ini :

Standar Lebar Panjang Tepi kiri Tepi lain Posisi


Gambar
A0 841 1189 20 10 Mendatar

A1 594 841 20 10 Mendatar

A2 420 594 20 10 Mendatar

A3 297 420 20 10 Mendatar

A4 210 297 20 5 Tegak

A5 148 210 20 5 Tegak

A6 105 148 20 5 Tegak

Tabel 1. Ukuran Kertas Gambar

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 5


Modul Basic Drawing

Dalam penggunaan kertas gambar berdasarkan standar dalam pembagian ukurannya dapat
dilihat pada gambar 2 dibawah ini :

Gambar 2. Pembagian Ukuran Kertas Gambar

Dalam penggunaan kertas gambar untuk membuat gambar kerja tidak bisa
dilakukan secara sembarangan, harus dibuat sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan, untuk ukuran kertas gambar A3, A2, Al, dan A0, kedudukan kertasnya
adalah mendatar (lebar pada arah tegak, dan panjang pada arah datar) seperti terlihat
pada gambar 3 dibawah ini

Gambar 3. Kedudukan kertas untuk ukuran A3 dan di atasnya

Sedangkan untuk ukuran kertas A4, A5, dan A6 kedudukan kertasnya adalah tegak
(lebar pada arah datar, dan panjang pada arah tegak) seperti terlihat pada gambar 4
dibawah ini :

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 6


Modul Basic Drawing

Gambar 4. Kedudukan kertas untuk ukuran A4 dan di bawahnya

Untuk mengatur besarnya ukuran gambar maka diperlukan skala agar gambar yang dihasilkan
tidak terlalu besar atau kecil hingga lebih efisien dalam penggunaan kertas dan mudah terbaca.
Besar kecilnya skala mempengaruhi efisiensi kerja dan faktor ekonomis. Semakin besar
skala akan rnenyebabkan kertas untuk menggambar menjadi banyak, sehingga
diperlukan biaya yang lebih mahal untuk membeli kertas, tinta, dan pengkopiannya,
sebaliknya bila skala terlalu kecil dikhawatirkan tidak efisien kerja dan lama dalam
penggambaran dan pengerjaan nantinya.

Ada tiga macam skala gambar (X adalah faktor pengali), yaitu:


1. Skala Penuh
Digunakan apabila gambar dibuat dengan ukuran yang sama dengan benda sebenarnya.
Penulisan skala penuh adalah dengan ditulis 1 : 1.
2. Skala Pembesaran
Digunakan bila gambarnya dibuat lebih besar dari benda sebenarnya. Penulisan skala
pembesaran ditulis X : 1.
3. Skala Pengecilan
Digunakan bila gambarnya dibuat lebih kecil dari ukuran benda yang sebenarnya.
Penulisan skala pengecilan ditulis 1 : X.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 7


Modul Basic Drawing

Adapun skala untuk pengecilan dan pembesaran yang dinormalisasikan, artinya


telah diakui secara internasional untuk gambar teknik mesin adalah sebagai berikut:

a. Untuk pengecilan
1:2 1:5 1:10
1:20 1:50 1:100
1 : 200 1 : 500 1:1000
b. Untuk pembesaran
2:1 5:1 10 : 1

3.3. Pensil Gambar


Pensil adalah alat gambar yang paling banyak dipakai untuk latihan mengambar atau
menggambar gambar teknik dasar. Pensil gambar terdiri dari batang pensil dan isi
pensil.

Pensil gambar berdasarkan bentuk terdiri dari :


1. Pensil Batang
Pada pensil ini, antara isi dan batangnya menyatu. Untuk menggunakan pensil ini
harus diraut terlebih dahulu. Habisnya isi pensil bersamaan dengan habisnya
batang pensil. Gambar pensil batang dapat dilihat pada pada gambar 5 dibawah ini
:

Gambar 5. Pensil Batang


2. Pensil Mekanik
Pensil mekanik, antara batang dan isi pensil terpisah. Jika Isi pensil habis
dapat diisi ulang. Batang pensil tetap tidak bisa habis. Pensil mekanik memiliki
ukuran berdasarkan diameter mata pensil, misalnya 0.3 mm, 0.5 mm dan 1.0
mm. Gambar pensil mekanik dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini :

Gambar 6. Pensil Mekanik

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 8


Modul Basic Drawing

Pensil gambar berdasarkan kekerasan terdiri dari :


1. Keras (H)
2. Sedang (F)
3. Lunak (B)

Golongan keras dari 9H sampai 4H, golongan sedang dari 3H sampai B dan golongan
lunak dari 2B sampai dengan 7B. Sayang sekali derajat kekerasan pensil ini masih
belum di standarkan sepenuhnya, karena itu dianjurkan untuk menggunakan satu merk
pensil saja agar lebih tepat derajat kekerasannya. Untuk lebih detail tingkat kekerasa
pensil dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini :

Keras Sedang Lunak


4H 3H 2B
5H 2H 3B
6H H 4B
7H F 5B
8H HB 6B
9H B 7B

Tabel 2. Standar Kekerasan Pensil


3.4. Jangka
Jangka digunakan untuk membuat lingkaran, membagi garis atau sudut dan sebagainya.
Jangka yang baik memiliki bagian-bagian yang dapat diatur atau setting sesuai dengan
keperluan penggambaran dan juga dengan jarum penusuk yang kecil dan runcing, untuk lebih
detail dapat dilihat pada gambar 7 dibawah ini :

Gambar 7. Bagian bagian Jangka

Masih banyak lagi alat gambar dan penggunaanya yang perlu diketahui, seperti :

 Mistar
 Penggaris

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 9


Modul Basic Drawing

 Busur Derajat
 Penghapus dan Pelindung Penghapus
 Pita Gambar dan Selotip
 Alas Gambar
 Mesin Gambar

4. Garis, Angka dan Huruf dalam Gambar


Dalam gambar dipergunakan beberapa jenis garis, yang masing-masing memiliki arti dan
penggunaannya sendiri. Penggunaan garis harus sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Selain garis, dalam gambar juga dipergunakan angka, huruf atau lambang- lambang
untuk memberi ukuran-ukuran, catatan-catatan, judul dsb. Penggunaan tersebut juga harus
mengacu pada ketentuan dalam standar.

4.1. Garis
Terdapat berbagai jenis tipe garis dalam proses drawing yang bertujuan untuk mempermudah
informasi bagi orang yang membaca gambar. Tipe garis tersebut dalam proses drawing terdiri
dari :
1. Garis nyata Garis kontinu.
2. Garis gores Garis pendek-pendek dengan
jarak antara.
3. Garis Bergores Garis gores panjang dengan
gores pendek/titik di antaranya.
4. Garis Bergores Ganda Garis dengan gores panjang
dengan dua gores/titik pendek
diantaranya.

Jenis garis menurut tebalnya ada dua macam, yaitu garis tebal dan garis tipis. Kedua jenis garis ini
mempunyai perbandingan 1 : 0,5. Tebal garis dipilih berdasarkan besar kecilnya gambar.
Ketebalan garis dipilih dari deretan berikut:

0,18; 0,25; 0,35; 0,5; 0,7; 1; 1,4 dan 2 mm

Pada mumumnya garis tipis dipakai 0,25 atau 0,35 mm. Sementara garis tebal adalah
0,5 atau 0,7 mm.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 10


Modul Basic Drawing

a : Tebal garis
b : Jarak antara garis dianjurkan nilai min = 3a
c : Ruang antara garis min 0,7 mm

Gambar 8. Jarak Antar Garis

4.1.1. Penggunaan Garis


Dalam gambar teknik digunakan beberapa garis dengan bentuk sesuai dengan penggunaannya.
Macam – macam garis beserta penggunaannya dapat dijelaskan pada tabel 3 dan gambar 9
berikut ini :

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 11


Modul Basic Drawing

Tabel 3. Macam-macam Garis dan Penggunaannya

Gambar 9. Penggunaan Maca-macam Jenis Garis

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 12


Modul Basic Drawing

4.1.2. Garis garis Yang Berhimpit

Jika dua buah garis atau lebih yang berbeda jenisnya berimpit, maka penyambungannya
harus dilaksanakan sesuai urutan prioritas berikut:
a. Garis gambar (garis tebal kontinu, Jenis A).
b. Garis tidak tampak (garis gores tipis, Jenis E).
c. Garis potong (garis gores yang dipertebal pada ujungnya pada tempat-tempat
perubahan arah, Jenis H).
d. Garis-garis sumbu (garis gores, Jenis C)
e. Garis bantu, garis ukur, dan garis arsir (garis tipis kontinu, Jenis B)

4.2. Angka dan Huruf


Huruf dan angka dipergunakan untuk memperjelas maksud informasi yang disajikan gambar.
Penggunaan huruf dan angka dalam gambar biasanya untuk menunjukkan besarnya, ukuran
keterangan bagian gambar dan catatan kolom etiket gambar.

4.2.1. Bentuk Angka dan Huruf


Bentuk angka dan huruf untuk semua ukuran, keterangan dan catatan hendaknya ditulis
dengan gaya yang terang, dapat dibaca dan dapat dibuat dengan cepat.

Ada beberapa ciri yang perlu diperhatikan dalam penulisan huruf dan angka pada gambar
teknik agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu:
a. Jelas untuk dibaca atau dilihat
b. Seragam bentuk dan jenisnya
c. Dapat dibuat microfilm atau direproduksi

Oleh karena itu angka dan huruf harus digambar dengan cermat dan jelas, hal ini
dimaksudkan agar tidak menimbulkan salah baca dari pembaca gambar yang lain.

Bentuk huruf dan angka yang dipergunakan dalam gambar teknik sudah standar, ada yang
tegak dan juga ada yang miring (15°).

Penulisan huruf dan angka juga dapat memakai sablon atau mal. Berikut pada gambar
10 merupakan contoh penulisan bentuk angka dan huruf berdasarkan standar JIS.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 13


Modul Basic Drawing

Gambar 10. Bentuk Angka dan Huruf JIS

4.2.2. Ukuran Angka dan Huruf


Ukuran huruf dan angka dalam menggambar teknik harus mempunyai karateristik: mudah
dibaca dan tingginya tidak kurang dari 2,5 mm. Maksud dari tinggi huruf dan angka tidak
boleh terlalu kecil, sebab akan menyebabkan sukar dibaca di dalam ruangan.

Selain tidak boleh terlalu kecil, huruf yang digunakan dalam gambar teknik mesin juga
perbandingan tinggi, tebal, jarak diantara huruf dan angka serta kata yang ada harus
proportional. Tabel 4 rnemperlihatkan keterangan tinggi huruf/angka besar (h), tinggi huruf
kecil (c), jarak huruf (a), jarak garis (b), jarak kata (e), dan tebal huruf (d).

Tinggi h dari huruf besar diambil sebagai dasar ukuran. Daerah standar tinggi huruf yang
dipakai adalah sebagai berikut:

2,5; 3,5; 5; 7; 10; 14 dan 20 mm

Untuk lebih detail ukuran angka dan huruf dapat dilihat pada gambar 11 dibawah ini :

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 14


Modul Basic Drawing

Gambar 11 Perbandingan Huruf yang Dianjurkan

Adapun bentuk dari huruf dan angka adalah seperti terlihat pada gambar 12 untuk huruf
dan angka tegak, sedangkan untuk huruf dan angka miring adalah seperti terlihat pada
gambar 13

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 15


Modul Basic Drawing

Gambar 12. Bentuk Huruf dan Angka Tegak

Gambar 13. Bentuk Huruf dan Angka Miring

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 16


Modul Basic Drawing

4.3. Etiket Gambar


Untuk menjelaskan apa yang digambar, di dalam gambar teknik dibuat etiket gambar

yang letaknya disebelah bawah atau bawah bagian kanan. Bentuk dari etiket gambar

ini bermacam-macam, namun bentuk yang umum digunakan adalah model vsm (verein

schweizerischer maschinen = sekolah teknik mesin) dan model penunjukkan proyeksi.

Bentuk standar etiket gambar model vsm adalah seperti terlihat pada Gambar 14.

Ukuran dan tebal garis serta bentuk tulisan dari etiket ini seperti terlihat pada Gambar 14

tersebut. Untuk gambar lengkap yang berupa susunan, etiket model vsm seperti terlihat

pada Gambar 15. Pada etiket model vsm susunan ini selain keterangan seperti pada

etiket standar juga ditambahi keterangan-keterangan dengan bagian-bagian

(detailnya). Bentuk etiket yarig lain adalah model penunjukkan proyeksi seperti terlihat

pada Gambar 16. Ukuran dan garis garisnya serta tulisannya terlihat pada gambar

dibawah ini :

Gambar 14. Etiket Gambar Standar Model VSM

Gambar 15. Etiket Gambar Susunan Model VSM

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 17


Modul Basic Drawing

Gambar 16. Etiket Gambar Standar Model Penunjukan Proyeksi

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 18


Modul Basic Drawing

BAB II

PENYAJIAN GAMBAR

1. Tujuan
Setelah mempelajari bab pertama ini, diharapkan anda bisa:
1. Memahami fungsi gambar kontruksi geometris.
2. Menggambar macam-macam kontruksi geometris.
3. Memahami macam-macam proyeksi.
4. Menggambar bentuk proyeksi.
5. Mengetahui aturan-aturan dasar untuk penyajian gambar kerja.
6. Memahami penggunaan potongan dan toleransi.

2. Konstruksi Geometris
Penggunaan kontruksi geometris dalam gambar teknik dengan maksud agar hasil gambar
yang didapat lebih baik. Pembuatan elips yang dibuat dengan bantuan lingkaran hasilnya
akan lebih akurat dan pantas dari pada yang dibuat dengan perkiraan aja. Untuk itulah
desainer harus menguasai cara pembuatan kontruksi geometris ini.
Dibawah ini ada beberapa contoh penggunaan konsitruksi geometris yang digunakan untuk
untuk keperluan desain :

2.1. Garis tegak lurus

Gambar di bawah ini, memperlihatkan cara membagi garis lurus menjadi dua sama panjang.
Caranya adalah buat garis lurus AB, kemudian dari titik A lingkarkan jari-jari sembarang di
atas dan di bawah garis AB. Dengan cara yang sama juga dari titik B dilingkarkan jari-jari
yang sama sehingga memotong di titik C dan D. Hubungkan kedua titik itu sehingga
memotong garis AB di titik F. Panjang garis AF dan FB sama panjang.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 19


Modul Basic Drawing

Gambar 17. Membagi garis menjadi dua yang sama panjangnya

Gambar di bawah ini, memperlihatkan cara membuat garis tegak lurus (siku) pada sebuah
garis lurus. Caranya pada garis lurus AB dari titik Q buat busur ST, kemudian dari titik S dan
T buatlah lingkarkan jari-jari sembarangan ke atas.

Gambar 18. Garis tegak lurus pada sebuah garis.

Dengan cara yang sama lingkarkan jari-jari tersebut dari titik T sehingga memotong di titik P.
Hubungkan titik P dan Q. Garis PQ tegak lurus AB.

2.2. Membagi Sudut

Gambar di bawah ini, memperlihatkan cara membagi sebuah sudut sama besar. Caranya yaitu
dari titik A lingkarkan jari-jari sembarang sehingga memotong kedua garis sudut di titik P
dan Q, dari titik P lingkarkan jari-jari tadi di tengah-tengah sudut. Dengan cara yang sama
dari titik Q lingkarkan jari-jari sehingga berpotongan di titik D. Hubungkan titik A ke D.
Sudut DAQ sama besar dengan sudut DAP.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 20


Modul Basic Drawing

Gambar 19. Membagi sudut sama besar

2.3. Membuat Segi Lima

Gambar di bawah, memperlihatkan cara pembuatan segi lima dengan salah satu sisinya
diketahui. Garis AB adalah sisi yang diketahui dari segi lima yang akan dibuat. Bagi dua
garis AB, dan buat garis tegak lurus CD dengan melingkarkan jari-jari sepanjang AB dari
titik A dan B sehingga diperoleh titik D. Dari titik A dibuat garis melalui titik D. Dari titik D
buatlah lingkarkan jari-jari DE yang panjangnya ½ AB, sehingga memotong perpanjangan
garis CD di titik F. Lingkarkan jari-jari sepanjang sisi AB dari titik A, B, dan F, sehingga
berpotongan di titik G dan H. Hubungkan titik B ke H, H ke F, serta F ke G, dan G ke A.
Diperoleh segi lima ABHFG yang mempunyai sisi sama panjang.

Gambar 20. Segi lima dengan salah satu sisinya diketahui

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 21


Modul Basic Drawing

Gambar di bawah ini memperlihatkan pembuatan segi lima di dalam sebuah lingkaran dengan
diameter tertentu. Caranya adalah dengan membuat sumbu AB dan CD yang saling tegak
lurus melalui titik O. Bagi sama panjang CO, dengan cara melingkarkan jari-jari sepanjang
CO dari titik C dan O ke atas dan bawah memotong lingkaran di titik E dan F. Hubungkan
titik E dan F, sehingga didapatkan titik G. Dari titik G lingkarkan jari-jari r = GA didapatkan
titik H. Dari titik A lingkarkan jari- jari l = AH, sehingga didapatkan titik I dan J. Dari titik I
lingkarkan jari-jari l didapat titik L, dan dari titik J didapatkan titik K, hubungkan garis dari
titik A ke J, J ke L, L ke I, dan I ke A, sehingga didapat segilima beraturan AJKLI.

Gambar 21. Segi lima di dalam sebuah lingkaran

2.4. Membuat Segi Enam

Gambar berikut memperlihatkan pembuatan segi enam di dalam sebuah lingkaran. Caranya
ialah setelah membuat lingkaran, kemudian dengan tidak mengubah jari-jari lingkaran dari
titik D dan C dilingkarkan kembali jari-jari tersebut sehingga memotong di titik E dan F, juga
G dan H. Hubungkan titik-titik D, E, G, C, G, F, dan D dengan garis lurus sehingga saling
menutup membentuk segi enam beraturan.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 22


Modul Basic Drawing

Gambar 22. Segi enam di dalam lingkaran

Gambar berikut memperlihatkan cara pembuatan segi enam di luar lingkaran. Caranya adalah
buat garis sejajar sumbu AB l dan m sehingga menyinggung lingkaran dititik Q dan T. Dari
titik pusat O buat sudut 300 membentuk sudut COQ dan QOD. Buat garis CE dan DF melalui
titik pusat O. Hubungkan titik C dan D, serta titik F dan E sehingga terbentuk garis CD dan
FE. Buat garis CA, FA, DB, dan EB yang menyinggung lingkaran di titik P, V, S, dan R.
Terbentuk segi enam ACDBEF yang terletak di luar lingkaran.

Gambar 23. Segi enam di luar lingkaran

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 23


Modul Basic Drawing

2.5. Membuat Ellips

Gambar berikut memperlihatkan pembuatan ellips dengan menggunakan dua lingkaran.


Caranya adalah buat dua buah lingkaran dengan jari-jari yang berbeda dari pusat sumbu yang
sama. Bagilah lingkaran dengan sudut yang sama, kemudian buat garis radial yang memotong
kedua lingkaran di titik 1, 2, 3, dstnya, juga 1‟, 2‟, 3‟, dstnya. Tariklah dari titik 1, 2, 3
dstnya garis sejajar sumbu tegak, demikian juga dari titik 1‟, 2‟, 3‟ dstnya garis sejajar
sumbu datar, sehingga berpotongan di titik 1”, 2”, 3”, dstnya. Dari titik 1”, 2”, 3”… sampai
titik 15” dihubungkan dengan garis. Terbentuklah ellips yang diinginkan.

Gambar 24. Membuat elips menggunakan 2 lingkaran

Gambar 18 memperlihatkan pembuatan ellips dengan bantuan segi empat. Caranya adalah
buat segi empat dengan sumbu-sumbunya. Pada sumbu OA bagilah menjadi sama panjang
dan diberi notasi 1, 2, 3, dan 4. Dengan cara yang sama pada sisi AE dibagi menjadi sama
panjang dan diberi notasi 1‟, 2‟, 3‟, dan 4‟. Buat garis lurus dari titik C, sehingga mengenai
garis AE di titik 1‟, 2‟, 3‟, dan 4‟. Dari titik D buat garis lurus melalui titik 1, 2, 3, dan 4,
sehingga memotong di titik 1”, 2”, 3”, dan 4”. Hubungkan titik 1”, 2”, 3”, dan 4”. Dengan
cara yang sama pada sisi yang lain dapat dibuat, sehingga akan terbentuk ellips seperti
terlihat pada gambar di bawah.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 24


Modul Basic Drawing

Gambar 25. Menggambar ellips dengan bantuan segi empat

3. Penyajian Gambar Tiga Dimensi


Untuk bisa memahami informasi dari sebuah gambar, antara designer (perancang gambar),
drafter (juru gambar) dan operator (pengguna gambar) harus mempunyai konsep yang sama
sehingga informasi gambar yang dimaksudkan tidak terjadi salah pengertian di antara ketiga
orang tersebut. Untuk itu designer, drafter dan operator harus memahami, simbol, ukuran dan
skala gambar yang telah distandarkan. Cara yang lain dapat dilakukan untuk bisa membaca
gambar adalah dengan memahami jenis proyeksi dari gambar tersebut.

Proyeksi adalah gambar dari benda nyata atau khayalan, yang dilukiskan menurut garis-garis
pandangan pengamat pada suatu bidang datar/ bidang gambar. Proyeksi juga berfungsi untuk
menyatakan wujud benda dalam bentuk gambar yang diperlukan. Untuk lebih sederhananya
dapa dilihat bagan berikut ini :

Gambar 26. Bagan Jenis Proyeksi

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 25


Modul Basic Drawing

3.1. Proyeksi Piktorial


Untuk menampilkan gambar-gambar tiga dimensi pada sebuah bidang dua dimensi, dapat
dilakukan dengan beberapa macam cara proyeksi sesuai dengan aturan menggambar.

3.1.1. Proyeksi Isometrik


Pada gambar isometri panjang garis pada sumbu-sumbu isometri menggambarkan panjang
yang sebenarnya. Karena itu penggambarannya sangat sederhana, dan banyak dipakai untuk
membuat gambar satu pandangan. Gambar isometri dapat menyajikan benda dengan tepat
dan memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan cara proyeksi yang lain.

Ciri pada sumbu


- Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30° terhadap garis mendatar.
- Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lainnya 120°.
Ciri pada ukurannya
- Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan panjang digambarnya.

Gambar 27. Proyeksi Isometri

3.1.2. Proyeksi Dimetri


Proyeksi pada gambar dimana skala perpendekan dari dua sisi dan dua sudut dengan garis
horizontal sama, disebut proyeksi dimetri. Pada proyeksi dimetri terdapat beberapa ciri dan
ketentuan yang perlu diketahui, ciri dan ketentuan tersebut antara lain:

Ciri pada sumbu


- Pada sumbu x mempunyai sudut 10°, sedangkan pada sumbu y mempunyai sudut 40°.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 26


Modul Basic Drawing

Ketentuan ukuran
- Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, dan skala pada sumbu y = 1 : 2, sedangkan
pada sumbu z = 1 : 1

Contoh :

Gambar 28. Proyeksi Dimetri


Keterangan :
- Ukuran pada sumbu x 40 mm
- Ukuran pada sumbu y digambar ½ nya, yaitu 20 mm
- Ukuran pada sumbu z 40 mm

3.1.3. Proyeksi Miring


Pada proyeksi miring, sumbu x berhimpit dengan garis horisontal/mendatar dan sumbu y
mempunyai sudut 45° dengan garis mendatar. Skala pada proyeksi miring sama dengan
skala pada proyeksi dimetri, yaitu skala pada sumbu x = 1 : 1, dan pada sumbu y = 1 : 2,
sedangkan pada sumbu z = 1 : 1

Gambar 29. Proyeksi Miring

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 27


Modul Basic Drawing

3.1.4. Proyeksi Perspektif


Dalam gambar perspektif garis-garis sejajar pada benda bertemu di satu sisi dalam ruang,
yang dinamakan titik hilang. Ada tiga macam gambar perspektif, seperti perspektif satu
titik (perspektif sejajar), perspektif dua titik (perspektif sudut) dan perspektif tiga titik
(perspektif miring).

Ini merupakan gambar pandangan tunggal yang terbaik, tetapi cara penggambarannya sangat
sulit dan rumit dari pada cara-cara gambar yang lain. Untuk gambar teknik dengan bagian-
bagian yang rumit dan kecil tidak menguntungkan, oleh karenanya jarang sekali dipakai.

Gambar 30. Perspektif Satu Titik

Gambar 31. Perspektif Dua Titik (Perspektif Sudut)

Gambar 32. Perspektif Tiga Titik (Perspektif Miring)

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 28


Modul Basic Drawing

3.2. Proyeksi Ortogonal


Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai sudut tegak
lurus terhadap proyektornya. Garis-garis yang memproyeksikan benda terhadap bidang
proyeksi disebut proyektor. Selain proyektor tegak lurus terhadap bidang proyeksinya juga
proyektor-proyektor tersebut sejajar satu sama lain. Contoh-contoh proyeksi ortogonal dapat
dilihat pada gambar 33a, 33b, 33c dan 33d dibawah ini.

a. Proyeksi ortogonal dari sebuah titik

Gambar 33a. Proyeksi Ortogonal Dari Sebuah Titik

b. Proyeksi ortogonal dari sebuah garis

Gambar 33b. Proyeksi Ortogonal Dari Sebuah Garis

c. Proyeksi ortogonal dari sebuah bidang

Gambar 33c. Proyeksi ortogonal dari sebuah bidang

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 29


Modul Basic Drawing

d. Proyeksi ortogonal dari sebuah benda

Gambar 33d. Proyeksi Ortogonal Dari Sebuah Benda

3.3. Proyeksi Pandangan


Proyeksi Eropa dan Amerika merupakan proyeksi yang digunakan untuk memproyeksikan
pandangan dari sebuah gambar tiga dimensi terhadap bidang dua dimensi.

3.3.1. Proyeksi Eopa


Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga ada yang menyebutkan proyeksi
kuadran I, perbedaan sebutan ini tergantung dari masing pengarang buku yang menjadi
refrensi. Dapat dikatakan bahwa Proyeksi Eropa ini merupakan proyeksi yang letak
bidangnya terbalik dengan arah pandangannya, detail proyeksi eropa dapat dilihat pada
gambar 34a dan simbol proyeksi pada gambar 34b dibawah ini .

Keterangan :
P.A = Pandangan Atas
P.Ki = Pandangan Kiri
P.Ka = Pandangan Kanan
P.Ba = Pandangan Bawah
P.Be = Pandangan Belakang

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 30


Modul Basic Drawing

Gambar 34a. Detail proyeksi Eropa

Gambar 34a. Simbol proyeksi Eropa

3.3.2. Proyeksi Amerika


Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut ketiga dan juga ada yang menyebutkan
proyeksi kuadran III. Proyeksi Amerika merupakan proyeksi yang letak bidangnya sama
dengan arah pandangannya, detail proyeksi Amerika dapat dilihat pada gambar 35a dan simbol
proyeksi pada gambar 35b dibawah ini.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 31


Modul Basic Drawing

Keterangan :
P.A = Pandangan Atas
P.Ki = Pandangan Kiri
P.Ka = Pandangan Kanan
P.Ba = Pandangan Bawah
P.Be = Pandangan Belakang

Gambar 35a. Detail proyeksi Amerika

Gambar 35b. Detail proyeksi Eropa

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 32


Modul Basic Drawing

4. Aturan-aturan Dasar Penyajian Gambar Kerja


Secara garis besar, dasar penyajian gambar kerja dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Gambar 36. Aturan Dasar Penyajian Gambar

4.1. Penentuan Pandangan


Untuk menggambar pandangan-pandangan sebuah benda, pandangan depan benda
dianggap sebagai gambar pokok. Tetapi pada gambar kerja, jumlah pandangan harus dibatasi

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 33


Modul Basic Drawing

seperlunya, yang dapat memberikan bentuk benda secara lengkap. Pandangan depan harus
dipilih demikian rupa sehingga dapat memberikan bentuk atau fungsi benda secara umum
dan jika pandangan depan ini belum dapat memberikan bentuk atau fungsi benda secara
umum dan jika pandangan depan ini belum dapat memberikan gambaran cukup dari pada
benda tadi, pandangan-pandangan tambahan seperti misalnya pandangan atas, pandangan
kanan dsb.

 Pemilihan Pandangan Depan


Pandangan suatu benda yang memberikan informasi terbanyak, dinyatakan sebagai
pandangan utama atau pandangan depan.

Gambar 37. Pemilihan Pandangan

 Jumlah Pandangan
Jumlah pandangan (termasuk potongan) yang dibutuhkan disesuaikan dengan
keperluan tanpa dapat menimbulkan keraguan, misalnya untuk benda silindris dengan
bentuk yang sederhana cukup digambar satu pandangan.

Gambar 38. Jumlah Pandangan

 Posisi gambar, terutama pandangan depan harus digambarkan sesuai dengan


kedudukan utama saat dibuat.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 34


Modul Basic Drawing

Gambar 39. Posisi Gambar

4.2. Pandangan Sebagian


Kadang-kadang suatu benda tidak perlu digambar secara lengkap. Dalam hal demikian
hanya bagian yang ingin diperlihatkan dibuatkan gambarnya. Bagian ini dibatasi dengan garis
tipis kontinu bebas. Artinya garis ditarik tanpa bantuan alat gambar. Pandangan sebagian dapat
digunakan apabila pandangan lengkap tidak dapat memberikan kejelasan informasi yang
diperlukan seperti terlihat pada gambar 40 dibawah ini.

Gambar 40. Pandangan Sebagian

4.3. Pandangan Setempat


Disamping gambar pandangan sebagian ini, masih terdapat gambar pandangan yang lebih
sempit, yaitu pandangan setempat. Apabila cara penyajian dapat dilakukan tanpa menimbulkan
keraguan, maka diperbolehkan memberikan pandangan setempat, sebagai ganti pandangan
utuh untuk benda simetri. Pandangan setempat harus digambarkan dengan metode proyeksi
sudut ketiga, tidak bergantung pada cara penyajian yang dipakai pada gambar seperti
terlihat pada gambar 41 dibawah ini.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 35


Modul Basic Drawing

Gambar 41. Pandangan Setempat

4.4. Pandangan Detail


Dalam hal-hal dimana bagian dari benda begitu kecil, sehingga tidak dapat digambarkan
atau diberi ukuran dengan baik, bagian tersebut dapat digambar secara mendetail dengan
skala pembesaran. Seperti terlihat pada gambar di bawah bagian poros yang akan
dibesarkan dilingkari dan ditandai dengan huruf besar A. bagian ini kemudian digambar di
tempat lain disertai dengan tandanya dan skalanya.

Gambar 42. Pandangan Detail

4.5. Penggambaran Khusus


Disamping gambar-gambar yang dihasilkan dengan cara proyeksi ortogonal biasa, terdapat
juga cara-cara khusus untuk lebih jelasnya gambar atau untuk penyederhanaan.

 Perpotongan yang Sebenarnya


Perpotongan geometri sebenarnya bila tampak sebenarnya harus digambarkan
dengan garis tebal kontinyu, apabila terhalang, digambarkan dengan garis putus–putus.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 36


Modul Basic Drawing

Gambar 43. Garis Perpotongan yang Sebenarnya

 Perpotongan Maya
Garis perpotongan maya (misalnya pada rusuk atau sudut yang membulat, ditandai
dalam pandangan dengan garis tipis kontinyu, tidak menyentuh garis tepi.

Gambar 44. Garis Perpotongan Maya

 Penggambaran Perpotongan yang Disederhanakan


Pengambaran perpotongan geometrik sesungguhnya yang disederhanakan atau
garis perpotongan maya dapat diberlakukan pada perpotongan Seperti terlihat pada
gambar 45a dan 45b dibawah ini :

- Antara dua silinder : garis lengkung perpotongan dapat diganti dengan garis
lurus.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 37


Modul Basic Drawing

Gambar 45a. Perpotongan Dua Silinder


- Antara suatu silinder dengan prisma segi empat: pergeseran garis lurus
perpotongan dapat diabaikan

Gambar 45b. Perpotongan Silinder Dengan Prisma Segi Empat


 Ujung Poros Berpenampang Bujursangkar
Untuk menghindari pernggambaran pandangan atau potongan tambahan, ujung poros
berpenampang bujursangkar, dapat ditunjukan dengan diagonal, dibuat dari garis tipis
kontinyu.

Gambar 46. Ujung Poros Berpenampang Bujur Sangkar

 Pandangan Benda-benda Simetri


Untuk menghemat waktu dan ruang, suatu objek simetri dapat digambar sebagian
saja. Garis simetri ditunjukan dengan dua garis pendek sejajar pada ujungnya, yang
digambarkan dengan tegak lurus pada garis sumbu.

Cara lain adalah dengan menggambarkan garis–garis gambar pada benda tersebut
sedikit melewati sumbu–sumbu simetri. Dalam hal ini, garis pendek sejajar dapat
ditinggalkan.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 38


Modul Basic Drawing

Gambar 47. Pandangan Benda Simetri yang Tidak Digambar Penuh

 Pandangan yang Terselang (Diperpendek)


Untuk menghemat ruangan, suatu benda yang panjang dapat digambarkan sebagian
dengan memotongnya. Batas pemotongan bagian-bagian ini digambarkan berdekatan
satu dengan yang lain, menggunakan garis tipis kontinyu bergelombang.

Gambar 48. Gambar yang Diperpendek

 Penggambaran Bagian yang Berulang


Apabila dalam suatu gambar terdapat beberapa bagian gambar yang mempunyai
bentuk dan ukuran sama, cara penggambarannya dapat disederhanakan dengan
menggambarkan satu bagian yang berulang. Walaupun demikian, jumlah, macam dan
letak bagian berulang harus ditunjukkan.

Gambar 49. Penggambaran Bagian yang Berulang

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 39


Modul Basic Drawing

5. Potongan
Tidak jarang ditemui benda-benda dengan rongga-rongga didalamnya. Untuk
menggambarkan bagian-bagian ini dipergunakan garis gores yang menyatakan garis-garis
tersembunyi. Untuk mendapatkan gambaran dari bagian-bagian yang tersembunyi ini, bagian
yang menutupi dibuang. Gambar demikian disebut gambar potongan, atau disingkat saja
dengan potongan.

5.1. Penyajian Potongan, Letak Potongan dan Garis Potong


Jika benda Suatu benda dalam gambar dipotong, maka bentuk dalamnya akan lebih jelas lagi.
Dalam hal-hal tertentu bagian-bagian yang terletak di belakang potongan tidak perlu
digambar. Hanya jika bagian tersebut diperlukan, maka bagian di belakang potongan akan
digambar dengan garis gores.
Gambar 50 di bawah memperlihatkan sebuah benda dengan bagian yang tidak kelihatan.
Bagian ini dapat dinyatakan dengan garis gores. Gambar memperlihatkan cara
memotongnya dan gambar sisa bagian benda setelah benda yang menutupi disingkirkan.
Gambar sisa ini diproyeksikan ke bidang potong, dan hasilnya disebut potongan dan
gambarnya diselesaikan dengan garis tebal.

Gambar 50. Penjelasan Mengenai Potongan

Caranya dengan menunjukan letak potongan dan garis potongan pada gambar proyeksi
yaitu dinyatakan dengan garis potong seperti yang terlihat pada gambar 51 dibawah ini.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 40


Modul Basic Drawing

Gambar 51. Garis Potong

Ciri-ciri garis potong adalah sebagai berikut:


- Garis potong digambar dengan garis sumbu yang ujungnya dipertebal.
- Garis yang dipertebal juga terdapat pada garis potong yang berubah arah.
- Terdapat tanda dengan huruf besar pada ujung-ujung garis.
- Anak panah sebagai petunjuk arah penglihatan.

5.2. Potongan Dalam Satu Bidang


Potongan dalam satu bidang bisa disebut juga dengan potongan penuh seperti diperlihatkan
pada gambar 52 dibawah ini :

Gambar 52. Potongan Dalam Satu Bidang

5.3. Potongan Dalam Lebih dari Satu Bidang


Potongan dalam lebih dari satu bidang adalah menggambar potongan benda dengan
menyederhanakan gambar dan penghematan waktu dalam beberapa bidang sejajar yang
tidak dalam satu bidang seperti terlihat pada gambar 53 dibawah ini.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 41


Modul Basic Drawing

Gambar 53. Potongan Dalam Lebih dari Satu Bidang

5.4. Potongan Separuh


Bagian-bagian simetrik dapat digambar setengahnya sebagai gambar potongan dan
setengahnya lagi sebagai pandangan. Dalam gambar ini garis-garis yang tersembunyi tidak
perlu digambar garis gores lagi karena sudah jelas pada gambar potongan.

Gambar 54. Potongan Separuh

5.5. Potongan yang Diputar di Tempat atau Dipindahkan


Bagian-bagian benda tertentu seperti misalnya ruji-ruji roda, tugas, peleg, rusuk penguat,
kait dsb, penampangnya dapat digambarkan setempat atau setelah potongannya diputar
kemudian dipindahkan ke tempat lain. Ada perbedaan sedikit antara kedua gambar tersebut
yaitu yang pertama digambar dengan garis tipis, sedangkan yang kedua dengan garis tebal
biasa. Dibawah ini menunjukkan gambar 55a potongan yang diputar ditempat dan gambar
55b Potongan yang dipindahkan

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 42


Modul Basic Drawing

Gambar 55. Potongan yang Diputar di Tempat

Gambar 55b. Potongan yang Diputara dan Dipindahkan

5.6. Susunan Potongan-Potongan Berurutan


Potongan-potongan berurutan dapat disusun pada gambar di bawah ini. Hal ini diperlukan
untuk memberi ukuran atau alasan lain. Potongan-potongan pada gambar semuanya
terletak pada sumbu utama dan pada gambar masing-masing terletak di bawah garis
potongnya seperti terlihat pada gambar 56 diwabah ini.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 43


Modul Basic Drawing

Gambar 56. Berbagai Contoh Potongan Berurutan

5.7. Penampang-penampang Tipis


Penampang-penampang tipis, seperti misalnya benda-benda yang terbuat dari plat, baja
profil, dsb atau paking dapat digambar dengan garis tebal, atau seluruhnya dihitamkan. Jika
bagian-bagian demikian terletak berdampingan, bagian yang berbatasan dibiarkan putih.

Gambar 57. Potongan Penampang Tipis

5.8. Bagian yang tidak Boleh Dipotong


Bagian-bagian benda seperti rusuk penguat tidak boleh dipotong dalam arah memanjang.
Begitu pula benda-benda seperti baut, paku keling, poros dsb, tidak boleh dipotong dalam
arah memanjang. Gambar di bawah ini memperlihatkan sebuah benda yang dipotong, tetapi
terdapat beberapa bagian benda, yaitu sirip dan beberapa benda lain, yaitu poros, pasak, baut
dsb yang tidak dipotong.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 44


Modul Basic Drawing

Gambar 59. Bagian-bagian yang Tak Dapat Diperlihatkan oleh Potongan

5.9. Arsiran
Untuk membedakan gambar potongan dari gambar pandangan, dipergunakan arsir, yaitu
garis-garis tipis miring. Kemiringan garis arsir adalah 45° terhadap suatu sumbu atau
terhadap garis gambar (Gambar 60a). Jarak garis-garis arsir disesuaikan dengan besarnya
gambar. Bagian-bagian potongan yang terpisah diarsir dengan sudut yang sama. Arsiran
dari bagian-bagian yang berdampingan harus dibedakan sudutnya, agar jelas (Gambar 60b).

Penampang-penampang yang luas dapat diarsir secara terbatas, yaitu hanya pada kelilingnya
saja (Gambar 60c). Potongan-potongan sejajar dari benda yang sama yang terdapat pada
potongan meloncat diarsir serupa, tetapi dapat juga digeser jika dipandang perlu (Gambar
60d). Garis-garis arsir dapat dihilangkan untuk menulis huruf atau angka, jika hal ini tidak
dapat dilakukan di luar daerah arsir (Gambar 60e)

Gambar 60a. Arsir satu bidang Gambar 60b. Arsir Bindang yang Berdampingan

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 45


Modul Basic Drawing

Gambar 60c. Arsir Bidang yang Luas

Gambar 60d. Arsir Pada Potongan Sejajar

Gambar 60e. Arsir dan Angka

Apabila arsiran dengan bentuk yang berbeda, arti arsiran di sini harus ditunjukkan dengan
jelas pada gambar atau dengan menunjukan standar tertentu yang dipakai, lihat gambar:

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 46


Modul Basic Drawing

Besi, Besi Tuang, Kuningan, Baja


Tuang, Perunggu, Alumunium, dan
yang sejenisnya.

Timah, Logam Putih, Seng


dan yang sejenisnya.

Bahan isolasi dan bahan sintetis

Batu, Porselen, keramik,


Kerikil, dan yang sejenisnya

Gambar 61. Contoh Arsiran untuk Macam-macam Bahan

6. Penulisan Angka Ukuran


Penulisan angka ukuran ditempatkan di tengah-tengah bagiar atas garis ukurnya, atau di
tengah-tengah sebelah kiri garis ukurnya. Untuk kertas gambar berukuran kecil maka
penulisan angka ukuran pada garis ukur harus tegak, kertas gambarnya dapat diputar ke
kanan, sehingga penulisan dan pernbacaannya tidak terbalik. Angka ukuran harus dapat
dibaca dari bawah atau dari sisi kanan ganis ukurnya.

Gambar 62. Penulisan Angka Ukuran

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 47


Modul Basic Drawing

Jika kertas gambar diputar ke kiri, akan menghasilkan angka ukuran yang terbalik. Ukuran
(c) pada gambar di atas adalah penulisan angka ukuran yang terbalik.

6.1. Klasifikasi Pencantuman Ukuran


Benda-benda yang diukur mempunyai bentuk yang bermacam- macam, fungsi, kualitas, atau
pengerjaan yang khusus. Oleh karena itu pencatuman ukuran diklasifikasikan menjadi :

6.1.1. Pengukuran dengan Dimensi Fungsional, Non Fungsional dan Ukuran Tambahan

Jika suatu benda terdiri atas bagian-bagian (bagian yang dirakit), maka ukuran bagian yang
satu dengan Iainnya.mempunyai fungsi yang sama, sehingga satu sama lain mempunyai
ukuran yang berpasangan dan pencatuman ukurannya sebagai fungsi yang berpasangan. Jika
benda kerja yang di gambar berdiri sendiri, tetapi dalam sistem pengeijaannya terhadap,
maka digambar sesuai dengan ukurannya dan pencaturnan ukurannya sebagai fungsi
pengerjaan.

Ukuran-ukuran yang tidak berfungsi disebut ukuran nonfungsional. Untuk melengkapi


ukuran, dalam hal ini supaya tidak menimbulkan kekacauan dalam membaca gambar
terutama dalarn jurnlah ukuran total, maka ukuran pada gambar dilengkapi dengan ukuran
tambahan. Ukuran tambahan ini harus ditempatkan di antara dua kurung atau di dalam kurung.

Gambar 63. Ukuran Tambahan

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 48


Modul Basic Drawing

Keterangan :

F = dimensi fungsional

NJF = dirnensi nonfungsional

H = dimensi tambahan

6.1.2. Pengukuran Ketirusan


Untuk mencatumkan ukuran benda yang mempunyai bentuk miring, ukuran kemiringannya
dicantumkan dengan harga tangen sudutnya.

Gambar 64. Pengukuran Ketirusan

6.1.3. Penunjukan Ukuran pada Bagian yang Dikerjakan Khusus


Untuk memberikan keterangan gambar pada benda-benda yang dikerjakan khusus,
misalnya dikartel pada bagian tertentu atau dihaluskan dengan ampelas halus, maka pada
bagian yang dikerjakan khusus tadi gambar luarnya diberi garis tebal bertitik.

Gambar 65. Penunjukan Ukuran pada Bagian yang Dikerjakan Khusus

6.1.4. Pemberian Ukuran Pada Bagian-bagian yang Simetris


Untuk memberikan ukuran-ukuran pada gambar-gambar simetris, jarak antara tepi dan
sumbu simetrisnya tidak dicantumkan.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 49


Modul Basic Drawing

Gambar 66. Pemberian Ukuran Pada Bagian-bagian Yang Simetris

6.2. Pencantuman Simbol-simbol Ukuran


Untuk benda-benda dengan bentuk tertentu, ukurannya dicantumkan disertai simbol
bentuknya: misal benda-benda yang berbentuk silinder, bujur sangkar, bola dan pingulan.

Keterangan :
50 = Diameter bola dengan ukuran 32 mm
SR16 = Jari-jari bola dengan ukuran 16 mm
C3 = Chamfer atau pinggulan dengan ukuran 3x 45
0,23 = Simbol ukuran silinder, dengan ukuran 23 mm
34 =Simbol bujur sangkar, dengan ukuran sisinya 34 mm
120 = Simbol ukuran tidak menurut skala aktual
M12 = Simbol ulir dengan jenis metris dan
diameter luarnya 12 mm

2= (Silang/cros clengan garis tipis) ; simbol bidang rata


I= (Strip titik tebal) ; simbol bagian yang dikerjakan khusus

Gambar 67. Pencantuman Simbol-simbol Ukuran

Untuk menunjukkan ukuran jari-jari, dapat digambarkan dengan garis ukur, dimulai dari titik

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 50


Modul Basic Drawing

pusat sampai busur lingkarannya. Sebagai simbol jari-jari tersebut, diberi tanda huruf “R”.

Gambar 68. Penunjukkan Ukuran Jari-jari

6.3. Pengukuran Ketebalan


Pengukuran benda-benda tipis, seperti pengukuran pada pelat ukuran tebalnya dapat
dilengkapi dengan simbol “t” sebagai singkatan dan “thicknees” yang secara kebetulan
artinya tebal (juga berhuruf awal “t”). Penunjukan ukurannya lihat gambar berikut :

Gambar 69. Pengukuran Ketebalan

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 51


Modul Basic Drawing

6.4. Jenis-jenis Penulisan Ukuran


Penulisan ukuran pada gambar kerja, menurut jenisnya terdiri atas:
6.4.1. Ukuran Berantai
Percantuman ukuran secara berantai ini ada kelebihan dari kekurangannya. Kelebihannya
adalah mempercepat pembuatan gambar kerja, sedangkan kekurangannya adalah dapat
mengumpulkan toleransi yang semakin besar, sehingga pekerjaan tidak teliti. Oleh karena itu
pencantuman ukuran secara berantai ini pada umumnya dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan
yang tidak mernerlukan ketelitian yang tinggi.

Gambar 70. Ukuran Berantai

6.4.2. Ukuran Paralel / Sejajar

Gambar 70. Ukuran Paralel / Sajajar

6.4.3. Ukuran Kombinasi

Gambar 71. Ukuran Kombinasi

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 52


Modul Basic Drawing

6.4.4. Ukuran Berimpit


Ukuran berimpit yaitu pengukuran dengan garis-garis ukur yang ditumpangkan (berimpit)
satu sama lain. Ukuran berimpit ini dapat dibuat jika tidak menimbulkan kesalah pahaman
dalam membaca gambarnya.
Pada pengukuran berimpit ini, titik pangkal sebagai batas ukuran/patokan ukuran (bidang
referensi) nya harus dibuat lingkaran, dan angka ukurannya harus diletakkan dekat anak
panah sesuai dengan penunjukan ukurannya.

Gambar 72. Ukuran Berimpit

6.4.5. Ukuran Terhadap Bidang Referensi


Bidang referensi adalah bidang batas ukuran yang digunakan sebagai jatokan pengukur
Contoh : pengukuran benda kerja bubutan terhadap bidang datar/ rata.

Gambar 73. Ukuran Terhadap Bidang Referensi

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 53


Modul Basic Drawing

6.4.6. Ukuran Terhadap Koordinat


Jika pengukuran berimpit dilakukan dengan dua arah, yaitu penunjukan ukuran ke arah sumbu x
dan penunjukan ukurah ke arah sumbu y dengan bidang referensinya di 0, maka akan didapat
pengukuran “koordinat”.

Gambar 74. Ukuran Terhadap Koordinat

6.4.7. Ukuran yang Berjarak Sama


Untuk memberikan ukuran pada bagian yang berjarak sama, penunjukan ukurannya dapat
dilaksanakan sebagai berikut.

Gambar 75a. Pengukuran yang Berjarak Sama

Untuk menghindarkan kesalahan/keraguan didalam membaca gambarnya, dapat


dituliskan dalam satu ukurannya.

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 54


Modul Basic Drawing

Gambar 75b. Pengukuran yang Berjarak Sama

6.4.8. Ukuran Alur Pasak


Jika kita memberikan ukuran diameter pada penampang/potongan yang beralur pasak,
misalnya pada kopling, roda gigi, atau alur pasak pada puli, maka penunjukan ukuran
diameternya seperti tampak pada gambar berikut.

Gambar 76. Pengukuran Alur Pasak

6.4.9. Ukuran pada Lubang


Untuk memberikan ukuran pada lubang yang berjarak sama, dapat dilakukan seperti tampak
pada gambar berikut.

Gambar 77. Pengukuran Pada Lubang

PT. BANGUN ARTA HUTAMA Page 55

Anda mungkin juga menyukai