Anda di halaman 1dari 2

TUGAS KELOMPOK SEKOLAH DASAR

SEJARAH SINGKAT WAKIL PRESIDEN PERTAMA INDONESIA

Mohammad Hatta

Mohammad Hatta atau yang akrab dipanggil Bung Hatta adalah seorang pemikir, negarawan,
ekonom, dan sekaligus menjadi Wakil Presiden Indonesia yang pertama mendampingi Soekarno.
Ia lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatra Barat.
Pendidikan masa kecil Moh. Hatta dimulai dari Sekolah Rakyat. Ia juga kental dengan pelajaran
agama karena dilahirkan di lingkungan keluarga yang kuat akan ilmu agama. Beranjak dewasa, ia
menempuh pendidikan di sekolah MULO. Selama pendidikan, beliau mempelajari banyak hal di
luar pelajaran formal seperti keorganisasian. Kecintaannya terhadap organisasi masih terbawa
saat ia melanjutkan pendidikan di PHS (Prins Hendrik School) pada 1921. Ia aktif menjadi bagian
dari Jong Sumatranen Bond.
Ia pun lulus dari PHS dan mendapat beasiswa kuliah di Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda,
Moh. Hatta kembali menambah kapasitas ilmunya dengan mempelajari hal-hal seperti tata negara
dan juga ekonomi kolonial.
Keaktifan dalam organisasi tak terhenti, sejak Februari 1922, Bung Hatta telah terpilih menjadi
bendahara di Indische Vereeniging, sebuah organisasi yang dipimpin oleh dr. Sutomo bersama
dengan tokoh-tokohnya lainnya seperti dr. Sjaaf, Kaligis, dan dr. Sarjito. Dalam
perkembangannya, tahun 1925 Indische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia.
Di tahun 1925 itu, anggota Perhimpunan Indonesia mengumpulkan beberapa ratus golden untuk
mengongkosi perjalanan dua orang ekonom dari perhimpunan Indonesia yaitu Moh. Hatta dan
Syahrir untuk mempelajari cara mempraktikkan koperasi di Denmark, Swedia, dan Norwegia.
Keberhasilan negara-negara tersebut dalam menjalankan koperasi menjadi tujuan dari Moh. Hatta
dan Syahrir untuk mengembangkan ekonomi koperasi di Tanah Air. Jadi tidak salah kalau
sekarang Moh. Hatta disebut sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Atas desakan seluruh anggota, Moh. Hatta dicalonkan sebagai ketua dan tahun 1926 terpilih
sebagai ketua Perhimpunan Indonesia. Sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia Bung Hatta dapat
menyampaikan gagasan-gagasannya terkait politik yang dianut dan akan dijalankan Perhimpunan
Indonesia. Namun, sama seperti Soekarno, Belanda menganggap ini adalah sebuah ancaman bagi
pemerintahan kolonial.
Dalam masa perjuangan politiknya itu, Bung Hatta pernah ditangkap dan dipenjara dengan
tuduhan menjadi anggota perhimpunan terlarang, terlibat dalam pemberontakan, dan menghasut
untuk menentang Kerajaan Belanda. Setelah mendekam selama lima setengah bulan, berkat
pembelaan dan perjuangan hukum teman-temannya beliau dibebaskan dari segala tuduhan.
Tak sampai di situ, bahkan dia juga pernah diasingkan oleh Belanda ke Digul dan Banda Neira.
Saat pengasingan, ia menulis artikel-artikel untuk koran di Jakarta dan majalah-majalah di Medan
yang tidak terlalu bermuatan politis. Tulisan-tulisan tersebut justru lebih bersifat menganalisis
dan mendidik pembacanya.
Saat Jepang menduduki Indonesia, Hatta dibebaskan dan dijadikan penasihat oleh pemerintahan
Jepang. Hal ini dimanfaatkan oleh Hatta untuk membela kepentingan rakyat Indonesia. Ia pun
turut andil dalam keanggotaan Panitia Sembilan dan PPKI sebagai media persiapan kemerdekaan
Indonesia.
Setelah perjuangan panjangnya, ia berhasil mewujudkan keinginan rakyat untuk memerdekakan
Indonesia. Bersama dengan Soekarno, beliau menorehkan tinta "atas nama bangsa Indonesia" di
dalam naskah proklamasi.
Perjuangan kedua pasangan emas tersebut dalam memerdekakan Indonesia tak lagi dimungkiri.
Mereka pun diangkat menjadi pahlawan proklamasi secara resmi tahun 2012 setelah sebelumnya
status tersebut mengalami distorsi berkali-kali.

Anda mungkin juga menyukai