PENERIMAAN PENUGASAN
Setiap pelaku suatu bisnis atau usaha selalu berkompetisi dengan pelaku bisnis lainnya.
Hal ini dihadapi juga dalam bisnis jasa akuntan publik. Setiap kantor akuntan publik selalu
bersaing dengan kantor akuntan publik lainnya. Mereka harus dapat menghimpun sebanyak
mungkin klien, untuk mempertahankan eksistensinya.
Persaingan itu harus dihadapi tanpa melanggar kode etik profesi. Oleh karena itu, auditor
harus mempertimbangkan secara matang setiap permintaan auditing atau penugasan audit dari
klien. Permintaan tersebut dapat berasal dari klien lama atau klien baru. Auditor perlu
memperhatikan dengan cermat setiap penugasan audit terutama audit atas klien baru. Klien baru
ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
klien yang sama sekali belum pernah diaudit,
klien pindahan dari kantor akuntan publik lain.
Untuk klien baru yang sama sekali belum pernah diaudit tidak timbul masalah
berpindahnya atau beralihnya kantor akuntan publik yang ditunjuk. Pada klien baru pindahan
masalah tersebut muncul, karena menyangkut etika profesional. Untuk itu perlu diketahui alasan
mengapa seorang klien berpindah akuntan publik. Ada beberapa penyebab klien berganti kantor
akuntan publik, antara lain:
a. Merger dua perusahaan yang kantor akuntan publiknya berbeda.
Dua perusahaan yang melakukan merger yang diaudit oleh kantor akuntan yang berbeda
dapat berakibat pada kantor akuntan yang akan mengaudit perusahaan merger tersebut.
Mereka dapat meneruskan pada salah satu kantor akuntan terdahulu, atau bahkan menunjuk
kantor akuntan yang sama sekali baru, misalnya kantor akuntan yang lebih besar.
b. Ketidakpuasan terhadap kantor akuntan publik lama.
Berpindahnya sebuah perusahaan klien untuk menunjuk kantor akuntan publik yang baru
bisa diakibatkan karena perusahaan terhadap kan kantor akuntan publik yang tersebut tidak
puas lama. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa sebab. Ada empat penyebab
ketidakpuasan klien terhadap kantor akuntan publik lama, yaitu:
1. Klien merasa fee kantor akuntan publik lama terlalu tinggi.
2. Klien membutuhkan jasa profesional yang lebih luas dan tidak sekedar audit atas
laporan keuangan saja, tetapi jasa profesi lainnya seperti konsultasi pajak, dan
konsultasi manajemen.
3. Klien mencari kantor akuntan publik yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan
kredibilitas laporan keuangannya di mata para pemakai.
4. Tuntutan atau aturan suatu lembaga berwenang, misalnya BAPEPAM-LK, atau OJK
direktorat jenderal pajak, agar laporan keuangannya diaudit oleh kantor akuntan
publik yang berlisensi dari lembaga tersebut supaya lebih puas.
c. Merger antar kantor akuntan publik.
Adanya merger dari dua atau lebih kantor akuntan publik dapat berakibat berpindahnya klien
yang mereka miliki sebelumnya. Bisa terjadi, karena merger kantor akuntan publik tersebut
menjadi lebih besar dan klien tidak dapat mengimbangi keinginan kantor akuntan publik
yang merger tersebut, klien berpindah ke kantor akuntan publik yang lain.
d. Aturan Perundang-undangan atau Aturan lainnya.
Ada beberapa pertimbangan penting sebelum sebuah kantor akuntan publik
menerima suatu penugasan. Pertimbangan dimaksud khususnya menyangkut soal tanggung
jawab pada etika profesi. Oleh sebab itu, dalam setiap permintaan audit atau penugasan,
auditor harus mempertimbangkan tiga hal penting, yaitu:
1. Tanggung jawabnya terhadap publik, yaitu independensi, integritas, dan obyektivitas.
2. Tanggung jawabnya terhadap klien, yaitu melakukan audit dengan kompetensi dan
profesionalisme yang tinggi.
3. Tanggung jawabnya terhadap rekan lain seprofesi, yaitu mengembangkan kehidupan
profesi dan kemampuan melayani publik.
Selanjutnya, ada enam langkah yang harus dilakukan dalam memper timbangkan
setiap permintaan audit agar ketiga tanggung jawab tersebut dapat dijalankan dengan baik.
Keenam langkah tersebut adalah:
1. Mengevaluasi integritas manajemen.
2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa.
3. Menilai kemampuan auditor untuk memenuhi standar umum auditing.
4. Mengevaluasi independensi.
5. Keputusan untuk menerima atau menolak perikatan.
6. Membuat surat penugasan audit (perikatan).
PERENCANAAN AUDIT
Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan mengharuskan perencanaan yang sebaik-
baiknya dalam setiap penugasan audit. Oleh sebab itu tahap perencanaan audit merupakan tahap
yang mau tidak mau harus mendapat perhatian yang serius dari auditor. Hal ini tentu tidak dapat
dipungkiri, karena pekerjaan apapun tentu akan lebih baik bila terencana dengan baik.
Tahap perencanaan audit ini merupakan suatu tahap yang vital dalam audit. Kesuksesan
audit sangat ditentukan oleh perencanaan audit secara matang. Perencanaan audit meliputi
pengembangan strategi menyeluruh untuk merencanakan pelaksanaan audit. Perencanaan audit
sangat dipengaruhi informasi yang diperoleh dalam tahap pertimbangan penerimaan penugasan
audit. Auditor perlu mempertimbangkan informasi mengenai integritas manajemen, kekeliruan
dan ketidakberesan, dan pelanggaran hukum klien dalam merencanakan audit. Luas dan
kelengkapan perencanaan sangat tergantung pada:
a. Ukuran dan kompleksitas perusahaan klien.
b. Pengalaman auditor dengan klien.
c. Pengetahuan dan kemampuan auditor beserta seluruh stafnya.
Langkah-langkah perencanaan dari suatu kegiatan mungkin dapat berbeda dari satu orang
dengan orang yang lain. Demikian pula halnya dengan perencanaan audit. Dari banyak penulis
buku auditing perbedaan langkah perencanaan ini tidak terhindari. Namun demikian, walaupun
langkahnya berbeda tetapi pada dasarnya sama saja yaitu terencananya suatu pelaksanaan audit.
Standar auditing seksi 311 mengatur masalah perencanaan ini.
Dalam buku ini dikemukakan ada enam langkah yang dilakukan dalam perencanaan
audit, yaitu:
1. Menghimpun pemahaman bisnis klien dan industri klien
2. Melakukan prosedur analitis
3. Melakukan penilaian awal terhadap materialitas
4. Menilai risiko audit
5. Mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi-asersi yang signifikan
6. Menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern klien
Hal-hal yang berkaitan dengan bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor
adalah sebagai berikut:
a. Jenis bisnis dan produk klien.
b. Lokasi dan karakteristik operasi klien seperti metode produksi dan pemasaran.
c. Jenis dan karakteristik industri. Hal ini menentukan sensitivitas bisnis klien terhadap
perubahan kondisi ekonomi. Kebijakan dan praktik industri sangat berdampak kepada
kelangsungan usaha klien.
d. Eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungan erat dengan klien misalnya
sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company.
e. Regulasi pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien.
f. Karakteristik laporan yang harus diberikan kepada badan regulasi. Sebagai contoh
BAPEPAM-LK yang sangat menekankan disclosure kepada perusahaan yang listing di bursa
efek,
Pemahaman auditor tentang bisnis klien dan industri klien dapat diperoleh melalui:
a. Penelaahan kertas kerja tahun lalu.
b. Penelaahan data industri dan data bisnis.
c. Peninjauan terhadap operasi klien.
d. Pengajuan pertanyaan pada dewan komisaris maupun komite audit.
e. Pengajuan pertanyaan pada manajemen.
f. Penentuan keberadaan hubungan ekonomis perusahaan klien dengan perusahaan lain dalam
satu kelompok usaha.
Menganalisis data
Auditor menganalisis data dengan cara mengidentifikasikan perbedaan signifikan dan
fluktuasinya. Auditor dapat mengetahui, melalui penganalisisan data, likuiditas, solvabilitas,
profitabilitas, efisiensi, dan efek suatu kejadian atau keputusan terhadap laporan keuangan.
Penganalisisan data dapat mendukung pemahaman auditor terhadap bisnis klien. Di samping itu,
auditor dapat mengetahui titik-titik rawan dan berisiko salah saji.
Menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang tidak diharapkan yang signifikan
Hal ini meliputi juga pertimbangan kembali metode dan faktor yang dipakai dalam
mengembangkan ekspektasi, dan pengajuan pertanyaan kepada manajemen. Adanya informasi
baru dapat mengakibatkan revisi ekspektasi sebelumnya. Bila ada perbedaan atau penyimpangan
yang tak dapat dijelaskan, auditor harus menentukan impaknya atas laporan keuangan klien.
Menentukan pengaruh perbedaan atau penyimpangan atas perencanaan audit
Adanya perbedaan signifikan yang tidak dapat dijelaskan secara rasional maka akan
meningkatkan risiko salah saji dalam akun yang terkait dalam perhitungan dan perbandingan.
Risiko salah saji yang meningkat menuntut perlunya pengujian yang lebih intensif dan lebih
mendetail pada akun-akun tertentu tersebut. Dengan demikian pelaksanaan audit akan lebih
efisien dan efektif karena auditor menggunakan metode management by exception.