Anda di halaman 1dari 17

PENERIMAAN PENUGASAN DAN PERENCANAAN AUDIT

PENERIMAAN PENUGASAN
Setiap pelaku suatu bisnis atau usaha selalu berkompetisi dengan pelaku bisnis lainnya.
Hal ini dihadapi juga dalam bisnis jasa akuntan publik. Setiap kantor akuntan publik selalu
bersaing dengan kantor akuntan publik lainnya. Mereka harus dapat menghimpun sebanyak
mungkin klien, untuk mempertahankan eksistensinya.
Persaingan itu harus dihadapi tanpa melanggar kode etik profesi. Oleh karena itu, auditor
harus mempertimbangkan secara matang setiap permintaan auditing atau penugasan audit dari
klien. Permintaan tersebut dapat berasal dari klien lama atau klien baru. Auditor perlu
memperhatikan dengan cermat setiap penugasan audit terutama audit atas klien baru. Klien baru
ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
 klien yang sama sekali belum pernah diaudit,
 klien pindahan dari kantor akuntan publik lain.
Untuk klien baru yang sama sekali belum pernah diaudit tidak timbul masalah
berpindahnya atau beralihnya kantor akuntan publik yang ditunjuk. Pada klien baru pindahan
masalah tersebut muncul, karena menyangkut etika profesional. Untuk itu perlu diketahui alasan
mengapa seorang klien berpindah akuntan publik. Ada beberapa penyebab klien berganti kantor
akuntan publik, antara lain:
a. Merger dua perusahaan yang kantor akuntan publiknya berbeda.
Dua perusahaan yang melakukan merger yang diaudit oleh kantor akuntan yang berbeda
dapat berakibat pada kantor akuntan yang akan mengaudit perusahaan merger tersebut.
Mereka dapat meneruskan pada salah satu kantor akuntan terdahulu, atau bahkan menunjuk
kantor akuntan yang sama sekali baru, misalnya kantor akuntan yang lebih besar.
b. Ketidakpuasan terhadap kantor akuntan publik lama.
Berpindahnya sebuah perusahaan klien untuk menunjuk kantor akuntan publik yang baru
bisa diakibatkan karena perusahaan terhadap kan kantor akuntan publik yang tersebut tidak
puas lama. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa sebab. Ada empat penyebab
ketidakpuasan klien terhadap kantor akuntan publik lama, yaitu:
1. Klien merasa fee kantor akuntan publik lama terlalu tinggi.
2. Klien membutuhkan jasa profesional yang lebih luas dan tidak sekedar audit atas
laporan keuangan saja, tetapi jasa profesi lainnya seperti konsultasi pajak, dan
konsultasi manajemen.
3. Klien mencari kantor akuntan publik yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan
kredibilitas laporan keuangannya di mata para pemakai.
4. Tuntutan atau aturan suatu lembaga berwenang, misalnya BAPEPAM-LK, atau OJK
direktorat jenderal pajak, agar laporan keuangannya diaudit oleh kantor akuntan
publik yang berlisensi dari lembaga tersebut supaya lebih puas.
c. Merger antar kantor akuntan publik.
Adanya merger dari dua atau lebih kantor akuntan publik dapat berakibat berpindahnya klien
yang mereka miliki sebelumnya. Bisa terjadi, karena merger kantor akuntan publik tersebut
menjadi lebih besar dan klien tidak dapat mengimbangi keinginan kantor akuntan publik
yang merger tersebut, klien berpindah ke kantor akuntan publik yang lain.
d. Aturan Perundang-undangan atau Aturan lainnya.
Ada beberapa pertimbangan penting sebelum sebuah kantor akuntan publik
menerima suatu penugasan. Pertimbangan dimaksud khususnya menyangkut soal tanggung
jawab pada etika profesi. Oleh sebab itu, dalam setiap permintaan audit atau penugasan,
auditor harus mempertimbangkan tiga hal penting, yaitu:
1. Tanggung jawabnya terhadap publik, yaitu independensi, integritas, dan obyektivitas.
2. Tanggung jawabnya terhadap klien, yaitu melakukan audit dengan kompetensi dan
profesionalisme yang tinggi.
3. Tanggung jawabnya terhadap rekan lain seprofesi, yaitu mengembangkan kehidupan
profesi dan kemampuan melayani publik.
Selanjutnya, ada enam langkah yang harus dilakukan dalam memper timbangkan
setiap permintaan audit agar ketiga tanggung jawab tersebut dapat dijalankan dengan baik.
Keenam langkah tersebut adalah:
1. Mengevaluasi integritas manajemen.
2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa.
3. Menilai kemampuan auditor untuk memenuhi standar umum auditing.
4. Mengevaluasi independensi.
5. Keputusan untuk menerima atau menolak perikatan.
6. Membuat surat penugasan audit (perikatan).

MENGEVALUASI INTEGRITAS MANAJEMEN


Audit atas laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen. Oleh karena itu, kualitas informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan tergantung pada integritas manajemen. Pengevaluasian integritas
manajemen dilakukan dalam kaitannya dengan peluang terjadinya salah saji material pada
laporan keuangan akibat kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran hukum yang terjadi dalam
proses pencatatan akuntansi. Bila integritas manajemen tidak dapat dipercaya, auditor harus
menolak penugasan audit.
Informasi mengenai integritas manajemen dapat diperoleh dari berbagai sumber.
Berkaitan dengan jenis klien, maka sumber informasi dibedakan untuk setiap jenis klien seperti
berikut:
a. Klien baru yang pernah diaudit
b. Klien baru yang belum pernah diaudit
c. Klien lama
Klien baru yang pernah diaudit kantor akuntan publik lain
Untuk memperoleh informasi mengenai integritas manajemen, auditor (sebagai auditor
pengganti) harus mengambil inisiatif untuk berkomunikasi auditor klien sebelumnya (auditor
pendahulu). Auditor pendahulu adalah auditor yang telah mengundurkan diri atau diberitahu oleh
klien bahwa tugasnya telah berakhir dan tidak diperpanjang dengan penugasan baru. Auditor
pengganti adalah auditor yang telah menerima suatu penugasan atau auditor yang telah diundang
untuk mengajukan proposal untuk penugasan audit.
Komunikasi antar auditor tersebut dapat dilakukan baik secara lisan maupun tertulis.
Walaupun komunikasi tersebut dapat dilakukan sesudah menerima penugasan namun usahakan
untuk melakukannya sebelum menerima penugasan. Komunikasi ini harus dilakukan setelah
memperoleh ijin klien. Ijin klien diperlukan karena menyangkut kode etik akuntan publik
mengenai tanggung jawab kerahasiaan. Auditor perlu meminta klien untuk memberi wewenang
kepada auditor terdahulu agar dapat memberikan respon penuh terhadap pertanyaan yang
diajukan auditor.
Hal-hal yang perlu diselidiki oleh auditor meliputi:
a. Integritas manajemen.
b. Perbedaan pendapat dengan manajemen mengenai prinsip akuntansi dan prosedur audit.
c. Pengetahuan kantor akuntan publik terdahulu tentang alasan klien berganti auditor.
d. Kesulitan-kesulitan yang ditemui auditor terdahulu dalam mengaudit klien. Auditor dapat
juga mengajukan pertanyaan, atas ijin klien bila memang diperlukan, kepada pihak ketiga
untuk menilai integritas manajemen. Pihak ketiga yang dimaksud meliputi bankir, konsultan
hukum, pejabat lembaga pemerintah terkait, dan masyarakat bisnis yang berhubungan dengan
klien. Auditor dapat memperoleh informasi dari mereka mengenai kejujuran manajemen
dalam hal pajak, keuangan, dan sebagainya.
Dalam SA seksi 315 dikemukakan bahwa dengan berkomunikasi dengan auditor
pendahulu, auditor pengganti dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih mudah. Kemudahan
tersebut diperoleh apabila auditor pengganti:
a. Mengajukan pertanyaan spesifik kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang
menurut keyakinannya akan mempengaruhi pelaksanaan auditnya, seperti lingkup audit yang
memakan waktu berlebihan atau masalah-masalah audit yang ditimbulkan oleh kondisi
sistem akuntansi dan catatan-catatan akuntansi yang kurang baik, dan
b. Me-review kertas kerja auditor pendahulu.
Klien baru yang belum pernah diaudit
Seperti halnya dalam pengevaluasian integritas manajemen terhadap klien baru yang
pernah diaudit, auditor dapat mengajukan pertanyaan kepada pihak ketiga untuk menilai
integritas manajemen. Pihak ketiga yang dimaksud meliputi bankir, konsultan hukum pejabat
lembaga pemerintah terkait, dan masyarakat bisnis yang berhubungan dengan klien. Auditor
dapat memperoleh informasi dari mereka mengenai kejujuran manajemen dalam hal pajak,
keuangan, dan sebagainya. Di samping itu, auditor dapat menelaah pergantian yang terjadi pada
manajemen puncak.
Klien Lama
Auditor dapat menelaah kembali pengalamannya dalam menilai integritas manajemen.
Auditor perlu menyelidiki apakah ada kekeliruan dan ketidakberesan, dan pelanggaran hukum
yang ditemukan dalam audit sebelumnya. Auditor juga dapat mengajukan pertanyaan kepada
pihak ketiga untuk menilai integritas manajemen pada saat itu.

MENGIDENTIFIKASI KONDISI KHUSUS DAN RISIKO YANG TIDAK BIASA


Ada tiga langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang
tidak biasa, yaitu:
a. Mengidentifikasi pemakai laporan keuangan auditan.
b. Menentukan prospek stabilitas hukum dan keuangan klien.
c. Mengevaluasi auditabilitas satuan usaha.
Auditor perlu mengidentifikasikan siapa pemakai laporan keuangan auditan. Langkah ini
diperlukan karena pemakailah yang akan menuntut pertanggung- jawaban secara hukum dari
auditor seandainya mereka merasa dirugikan akibat penggunaan laporan audit maupun laporan
keuangan auditan. Auditor juga perlu mengidentifikasi adanya persyaratan pelaporan tambahan
dari pemakai misalnya Ditjen Pajak atau BAPEPAM-LK.
Auditor juga perlu menyelidiki prospek stabilitas hukum dan keuangan klien. Kesulitan-
kesulitan hukum dan keuangan yang menimpa klien akan meningkatkan risiko audit. Tingginya
risiko audit dapat dijadikan alasan untuk menolak penugasan, maupun untuk meminta fee audit
yang tinggi. Dalam mengevaluasi auditabilitas klien, auditor akan menilai kecukupan catatan
akuntansi, peran manajemen dalam pelaksanaan struktur pengendalian intern, dan pembatasan
lingkup audit.

MENILAI KEMAMPUAN UNTUK MEMENUHI STANDAR UMUM AUDITING


Sebelum memutuskan menerima penugasan audit, auditor harus memper- timbangkan
dan menilai apakah penugasan tersebut dapat dikerjakan sesuai standar auditing. Auditor perlu
menilai kemampuannya untuk memenuhi standar umum auditing. Standar umum berkaitan
dengan kualifikasi auditor dan kualitas pekerjaannya.
Seperti telah dijelaskan di muka, standar umum terdiri atas tiga standar. Oleh karena itu,
penilaian kemampuan memenuhi standar umum terdiri atas tiga tahap, yaitu:
Penentuan Kompetensi untuk Melaksanakan Audit
Standar umum pertama menuntut kompetensi teknis auditor dalam melaksanakan
penugasan audit. Standar tersebut menegaskan bahwa betapapun kemampuan seseorang dalam
bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi
persyaratan yang dimaksudkan dalam standar tersebut, jika ia tidak memiliki pendidikan serta
pengalaman memadai dalam bidang auditing. Pendidikan formal auditor independen dan
pengalaman profesional yang dimiliki saling melengkapi satu sama lain.
Ada dua langkah yang dilakukan untuk menentukan kompetensi dalam melaksanakan
audit, yaitu:
a. Mengidentifikasi tim audit yang diperlukan.
b. Mempertimbangkan perlunya konsultasi dan tenaga spesialis.
Identifikasi tim audit yang diperlukan dilakukan melalui pemahaman sekilas mengenai
karakteristik bisnis dan sistem informasi klien. Sebagai contoh, klien yang bergerak dalam bisnis
modal ventura dan mengolah datanya dengan menggunakan sistem informasi terkomputerisasi
penuh maka tim audit yang dibentuk harus terdiri dari beberapa orang yang kompeten dalam hal
itu. Mereka minimal harus memahami perlakuan akuntansi yang spesifik untuk bisnis modal
ventura dan kompeten dalam menggunakan sistem informasi klien untuk menghimpun berbagai
bukti.
Tim audit (audit team) pada umumnya terdiri dari:
 Seorang partner, yang memiliki tanggung jawab keseluruhan maupun tanggung jawab akhir
untuk suatu perikatan.
 Satu atau lebih manajer, yang biasanya memiliki keahlian signifikan dalam industri dan yang
mengkoordinasikan serta mengawasi pelaksanaan program audit.
 Satu atau lebih senior, yang memiliki tanggung jawab untuk merencanakan audit, melakukan
bagian dari program audit, dan mengawasi serta me-review pekerjaan asisten staf.
 Asisten staf, yang melakukan berbagai prosedur audit yang diperlukan.
Anggota kunci dari tim audit biasanya diidentifikasi sebelum penerimaan perikatan untuk
memastikan ketersediaan mereka. Selain itu, ketika calon klien telah meminta kantor akuntan
mengirimkan proposal untuk memperoleh perikatan, merupakan praktik yang umum untuk
mencantumkan riwayat anggota kunci dari tim audit yang diusulkan. Hal ini memungkinkan
calon klien untuk menilai kredibilitas individu-individu yang akan ditugaskan dalam perikatan.
Mempertimbangkan Kebutuhan untuk Konsultasi dan Menggunakan Spesialis
Seandainya perlu, Tim audit dapat didukung dengan menggunakan spesialis maupun
mengadakan konsultasi dengan orang yang ahli dalam bidang tertentu yang terkait dalam
pelaksanaan audit. Sebagai contoh, klien bergerak dalam industri pertambangan emas maka
auditor pasti akan membutuhkan seorang ahli geologis untuk menilai kandungan emas di daerah
yang menjadi wewenang klien.
Dengan demikian, beberapa hal mungkin memerlukan penggunaan spesialis (specialist)
dari luar kantor akuntan publik. Seorang auditor tidak diharapkan untuk memiliki keahlian dari
seorang yang terlatih atau memenuhi kualifikasi untuk melaksanakan, praktik profesi pekerjaan
lain. Menurut SAS 73, Using the Work of a Specialist (AU 336), auditor dapat menggunakan
pekerjaan spesialis untuk memperoleh bahan bukti yang kompeten. Contohnya termasuk
penggunaan:
 Penaksiran untuk menyediakan bukti tentang penilaian aktiva seperti benda seni.
 Insinyur untuk menentukan kuantitas cadangan mineral yang ada.
 Aktuaris untuk menentukan jumlah yang digunakan dalam akuntansi program pensiun.
 Pengacara untuk menilai kemungkinan hasil dari perkara hukum yang tertunda.
 Konsultan lingkungan untuk menentukan dampak hukum dan peraturan lingkungan.
Sebelum menggunakan spesialis, auditor diharapkan memenuhi kualifikasi profesional,
reputasi, dan objektivitas spesialis. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan: (1)
apakah spesialis telah memiliki sertifikasi profesional, lisensi, dan pengakuan kompetensi
lainnya yang sesuai dengan bidang spesialis, (2) hasil dari mengajukan pertanyaan sejawat
spesialis dan pihak lainnya yang mengenali reputasi dan keberadaan profesional spesialis
tersebut, dan (3) apakah spesialis memiliki hubungan dengan klien yang mungkin akan
mengaburkan objektivitasnya.
Pengevaluasian Independensi
Standar umum kedua menuntut sikap mental independen auditor dalam melaksanakan
audit. Standar tersebut mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian,
auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian
halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap
tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik agar anggota profesi menjaga dirinya
dari kehilangan persepsi independensi dari masyarakat.
Auditor tidak dapat memberikan pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan bila ia tidak independen terhadap klien. Auditor harus menyelidiki mengenai ada
tidaknya keadaan yang dapat mengganggu independensinya terutama independensi dalam
penampilan (in appearance). Kerja auditor akan sia-sia seandainya ia tidak independen dalam
penampilan meskipun auditor benar-benar independen senyatanya (in fact). Hal ini disebabkan
para pemakai tidak akan mempercayai maupun mempergunakan informasi hasil auditnya.
Penentuan Kemampuan Melaksanakan Audit secara Cermat dan Seksama
Standar umum ketiga menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Hal ini berarti bahwa kecermatan dan keseksamaan menuntut tanggung jawab setiap petugas
audit yang bekerja pada suatu kantor akuntan publik untuk mendalami standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan dengan semestinya.
Ada dua hal yang menentukan kemampuan auditor melaksanakan kecermatan dan
keseksamaan, yaitu:
a. Waktu yang ditetapkan untuk menyelesaikan audit. Semakin lama waktu yang ditetapkan
untuk menyelesaikan audit (deadline) semakin siap dan leluasa bagi auditor untuk
melaksanakan audit dengan cermat dan seksama.
b. Pembuatan skedul pekerjaan lapangan. Dalam membuat skedul auditor mempertimbangkan
tiga hal yaitu perencanaan waktu, anggaran biaya, dan perencanaan personil. Pertimbangan
mengenai ketiga hal tersebut, dilakukan dengan mempertimbangkan juga berbagai proyek
lainnya yang sedang maupun yang akan ditangani suatu kantor akuntan publik.

KEPUTUSAN UNTUK MENERIMA ATAU MENOLAK AUDIT


Dalam membuat keputusan mengenai apakah akan menerima atau menolak suatu audit,
kantor akuntan publik mengelola risiko bisnis sendiri. Alasan-alasan umum untuk menolak atau
menerima klien audit antara lain tergantung pada integritas manajemen, risiko khusus seperti
pembatasan lingkup, kemampuan audit atau ketidaksepakatan dengan auditor terdahulu, masalah
yang berhubungan dengan memperoleh keahlian yang diperlukan untuk audit, atau masalah
independensi.
Kondisi yang dapat menyebabkan kantor akuntan publik menarik diri dari suatu audit
antara lain:
 Kekhawatiran mengenai integritas manajemen atau penahanan bukti yang tampak selama
audit.
 Klien menolak untuk membenarkan salah saji material dalam laporan keuangan.
 Klien tidak mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki kecurangan atau
tindakan melawan hukum yang ditemukan selama audit.
Kantor akuntan publik dapat membuat keputusan mengenai kelanjutan klien audit
sebelum memulai perikatan. Sebuah kantor akuntan publik biasanya melakukan konsultasi
dengan penasehat hukum luar ketika mempertimbangkan apakah kantor tersebut harus
menarik diri dari suatu perikatan tertentu yang sedang dijalankan.

MENYIAPKAN SURAT PENUGASAN AUDIT


Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya. Surat ini berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan:
1. Penerimaan auditor atas penunjukan oleh klien
2. Tujuan dan lingkup audit
3. Luas tanggung jawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya, dan tanggung jawab
manajemen atas informasi keuangan
4. Kesepakatan mengenai reproduksi laporan keuangan auditan
5. Kesepakatan mengenai bentuk laporan yang akan diterbitkan auditor untuk menyampaikan
hasil penugasan
6. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan ketidakberesan
material tidak akan terdeteksi
7. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan dalam
struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditor dalam auditnya
8. Akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam kaitannya
dengan audit
9. Kesepakatan mengenai dasar penentuan fee audit
Selain itu, suatu surat penugasan dapat pula berisi hal-hal lain sesuai kesepakatan yang
dicapai. Hal-hal lain tersebut seperti:
1. Pengaturan berkenaan dengan perencanaan auditnya
2. Pengaturan tentang pengikutsertaan auditor lain dan/atau tenaga ahli dalam beberapa aspek
audit
3. Dan lain-lain
Surat penugasan ini sangat penting bagi auditor maupun klien. Pengiriman surat
penugasan auditor dilaksanakan sebelum dimulainya penugasan untuk mencegah terjadinya
kesalahpahaman antara auditor dan klien mengenai penugasan auditor. Dalam surat penugasan
tersebut, auditor dapat menyebutkan apakah akan ada pengubahan dalam pelaksanaan audit,
tanggal penyelesaian audit, dan kesanggupan klien untuk menyediakan personelnya untuk
membantu auditor dalam mengumpulkan informasi. Di samping itu, surat penugasan merupakan
cara untuk memberi tahu bahwa auditor tidak bertanggung jawab atas penemuan kecurangan.
Dalam audit yang sudah berulang kali, auditor dapat memutuskan untuk tidak
menyampaikan surat penugasan yang baru setiap tahun. Dengan kata lain auditor dapat saja
meneruskan surat penugasan terdahulu, dengan cukup mengingatkan kliennya tentang surat
penugasan terdahulu tersebut.
Pembuatan atau pengiriman surat penugasan baru memang tidak ada jeleknya, hingga
auditor dapat saja mengirimkan surat penugasan yang baru. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan auditor memutuskan pengiriman surat penugasan audit baru (SA seksi 320), yaitu:
a. Adanya petunjuk bahwa klien salah paham mengenai tujuan dan lingkup audit.
b. Adanya syarat-syarat penugasan yang direvisi atau khusus.
c. Perubahan manajemen yang terjadi akhir-akhir ini.
d. Perubahan signifikan dalam sifat dan ukuran bisnis klien.
e. Persyaratan hukum.
Pada Gambar 5.1 diberikan contoh surat penugasan audit sebagaimana yang dimuat
dalam lampiran SA seksi 320.
Untuk lebih amannya, khususnya dari segi hukum, maka dibuat Surat Perjanjian Kerja
(SPK) atau Kontrak Kerja. Dengan adanya SPK diharapkan terjaga kemungkinan tindakan
melanggar hukum yang dapat merugikan semua pihak. Contoh SPK disajikan pada Lampiran 2.
Waktu Penerimaan Penugasan
Waktu penerimaan penugasan oleh auditor dapat dilakukan sebelum maupun sesudah
tutup buku. Bila penerimaan penugasan dilakukan sebelum tutup buku, maka auditor dapat
dengan leluasa merencanakan program audit. Bila penugasan diterima setelah tutup buku, maka
auditor akan menghadapi banyak kendala, terutama kendala waktu, dalam melaksanakan audit.
Oleh karena itu, penerimaan penugasan lebih baik dilakukan sebelum perusahaan yang akan
diaudit melakukan tutup buku.
Penunjukan lebih dini memungkinkan auditor merencanakan auditnya sedemikian rupa
sehingga dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta dapat menentukan seberapa jauh
audit dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca. Di samping itu, persoalan-persoalan akuntansi
yang berdampak terhadap laporan keuangan dan akan dapat dengan segera mengusulkan
modifikasi lebih dini terhadap prosedur akuntansi yang diperbaiki.
Bila penunjukan mendekati atau setelah tanggal neraca maka auditor harus yakin apakah
kondisi demikian memungkinkan pelaksanaan audit yang memadai dan pemberian pendapat
wajar tanpa pengecualian. Jika kondisi ini tidak memungkinkan auditor harus mendiskusikan
dengan klien tentang kemungkinan adanya pendapat wajar dengan pengecualian atau tidak
memberikan pendapat. Hal ini diharapkan agar kesalahpahaman dan ketidakmengertian dapat
diatasi sedini mungkin.

CARA/DASAR PENENTUAN FEE AUDIT


Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan penugasan.
Auditor tentu bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai. Oleh sebab itu penentuan
fee audit perlu disepakati antara klien dengan auditor.
Ada beberapa cara dalam penentuan atau penetapan fee audit. Cara tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Per diem basis
Pada cara ini fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan oleh tim auditor.
Pertama kali fee per jam ditentukan, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu/jam yang
dihabiskan oleh tim. Tarif fee per jam untuk tiap tingkatan staf tentu dapat berbeda-beda.
b. Flat atau Kontrak basis
Pada cara ini fee audit dihitung sekaligus secara borongan tanpa memperhatikan waktu audit
yang dihabiskan. Yang penting pekerjaan terselesaikan sesuai dengan aturan atau perjanjian.
c. Maksimum fee basis
Cara ini merupakan gabungan dari kedua cara di atas. Pertama kali tentukan tarif per jam
kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu tetapi dengan batasan maksimum. Hal ini
dilakukan agar auditor tidak mengulur-ulur waktu sehingga menambah jam/waktu kerja.

FAKTOR-FAKTOR PENENTU BESARNYA FEE AUDIT


Besarnya fee audit ditentukan banyak faktor. Namun demikian pada dasarnya ada 4 faktor
dominan yang menentukan besarnya fee audit, yaitu:
1. Karakteristik Keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva, modal, dan lain-lain.
2. Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional, dan lain-lain.
3. Karakteristik Operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi perusahaan, jumlah lini produk,
dan lain-lain.
4. Kegiatan Eksternal Auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi dengan internal auditor,
dan lain-lain.
Di Indonesia, khususnya di Surabaya hasil suatu penelitian yang dilakukan oleh Sodik
yang meneliti masalah ini pada tahun 1993 menunjukkan bahwa faktor yang dominan dalam
penentuan fee audit berturut-turut adalah lamanya waktu audit, jumlah lokasi, jumlah laporan -
klien, partisipasi klien, frekuensi audit, ruang lingkup audit, penggunaan jasa pihak lain, jenis
industri klien, kepemilikan klien, total aktiva klien, dan modifikasi laporan.
Di AS, penelitian Menar dan William (2001) dengan menggunakan data tahun 1980-1997
variabel penentu audit fee adalah total aset, jumlah awal perusahaan rasio piutang dan persediaan
terhadap total aset, leverage dan spesialisasi auditor.

PERENCANAAN AUDIT
Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan mengharuskan perencanaan yang sebaik-
baiknya dalam setiap penugasan audit. Oleh sebab itu tahap perencanaan audit merupakan tahap
yang mau tidak mau harus mendapat perhatian yang serius dari auditor. Hal ini tentu tidak dapat
dipungkiri, karena pekerjaan apapun tentu akan lebih baik bila terencana dengan baik.
Tahap perencanaan audit ini merupakan suatu tahap yang vital dalam audit. Kesuksesan
audit sangat ditentukan oleh perencanaan audit secara matang. Perencanaan audit meliputi
pengembangan strategi menyeluruh untuk merencanakan pelaksanaan audit. Perencanaan audit
sangat dipengaruhi informasi yang diperoleh dalam tahap pertimbangan penerimaan penugasan
audit. Auditor perlu mempertimbangkan informasi mengenai integritas manajemen, kekeliruan
dan ketidakberesan, dan pelanggaran hukum klien dalam merencanakan audit. Luas dan
kelengkapan perencanaan sangat tergantung pada:
a. Ukuran dan kompleksitas perusahaan klien.
b. Pengalaman auditor dengan klien.
c. Pengetahuan dan kemampuan auditor beserta seluruh stafnya.
Langkah-langkah perencanaan dari suatu kegiatan mungkin dapat berbeda dari satu orang
dengan orang yang lain. Demikian pula halnya dengan perencanaan audit. Dari banyak penulis
buku auditing perbedaan langkah perencanaan ini tidak terhindari. Namun demikian, walaupun
langkahnya berbeda tetapi pada dasarnya sama saja yaitu terencananya suatu pelaksanaan audit.
Standar auditing seksi 311 mengatur masalah perencanaan ini.
Dalam buku ini dikemukakan ada enam langkah yang dilakukan dalam perencanaan
audit, yaitu:
1. Menghimpun pemahaman bisnis klien dan industri klien
2. Melakukan prosedur analitis
3. Melakukan penilaian awal terhadap materialitas
4. Menilai risiko audit
5. Mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi-asersi yang signifikan
6. Menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern klien

MENGHIMPUN PEMAHAMAN BISNIS KLIEN DAN INDUSTRI KLIEN


Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan untuk
mendukung perencanaan audit yang dilakukan auditor. Pemahaman kejadian, transaksi, dan
praktik yang berpengaruh signifikan atas laporan keuangan harus dihimpun oleh auditor.
Pemahaman tersebut akan digunakan untuk merencanakan lingkup audit, memperkirakan
masalah-masalah yang mungkin timbul, dan menentukan atau memodifikasi prosedur audit yang
direncanakan. Pemahaman yang harus dihimpun terhadap bisnis dan klien baru perlu lebih
intensif dilakukan daripada klien lama.

Hal-hal yang berkaitan dengan bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor
adalah sebagai berikut:
a. Jenis bisnis dan produk klien.
b. Lokasi dan karakteristik operasi klien seperti metode produksi dan pemasaran.
c. Jenis dan karakteristik industri. Hal ini menentukan sensitivitas bisnis klien terhadap
perubahan kondisi ekonomi. Kebijakan dan praktik industri sangat berdampak kepada
kelangsungan usaha klien.
d. Eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungan erat dengan klien misalnya
sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company.
e. Regulasi pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien.
f. Karakteristik laporan yang harus diberikan kepada badan regulasi. Sebagai contoh
BAPEPAM-LK yang sangat menekankan disclosure kepada perusahaan yang listing di bursa
efek,
Pemahaman auditor tentang bisnis klien dan industri klien dapat diperoleh melalui:
a. Penelaahan kertas kerja tahun lalu.
b. Penelaahan data industri dan data bisnis.
c. Peninjauan terhadap operasi klien.
d. Pengajuan pertanyaan pada dewan komisaris maupun komite audit.
e. Pengajuan pertanyaan pada manajemen.
f. Penentuan keberadaan hubungan ekonomis perusahaan klien dengan perusahaan lain dalam
satu kelompok usaha.

Penelaahan kertas kerja tahun lalu


Penelaahan kertas kerja audit tahun sebelumnya terhadap klien berguna untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin masih ada. Untuk klien baru yang pernah
diaudit kantor akuntan lain sebelumnya, penelaahan dilakukan terhadap kertas kerja audit tahun
sebelumnya yang diperoleh dari kantor akuntan lain tersebut dengan ijin klien.
Penelaahan data industri dan data bisnis
Informasi industri dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain buletin atau publikasi
industri, standar dan pedoman akuntansi industri klien. Data bisnis klien dapat dihimpun melalui
penelaahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien, analisis laporan keuangan interim
penelaahan kontrak atau perjanjian penting, penelaahan notulen rapat klien, dan sebagainya.
Segala informasi yang diperoleh didokumentasikan dalam arsip permanen.
Peninjauan terhadap operasi klien
Berkaitan dengan hal ini auditor meninjau tempat operasi klien dengan maksud untuk
mengetahui karakteristik operasi klien, dan berkesempatan menjumpai personel kunci dalam
organisasi klien. Auditor meninjau pabrik maupun kantor klien. Melalui peninjauan pabrik,
auditor dapat mengetahui letak dan kondisi pabrik, proses operasi atau pemanufakturan, lokasi
dan kondis gudang, dan tempat yang rawan penyimpangan. Melalui peninjauan kantor guditor
dapat mengetahui lokasi dan jenis catatan akuntansi dan sistem pemrosesan data klien. Bila
misalnya, proses akuntansi diolah dengan kompute maka auditor harus mempertimbangkan
dampak pengolahan tersebut terhadap pelaksanaan auditnya, seperti dalam pemahaman struktur
pengendalian intern, kebijakan dan prosedur, dan lain sebagainya.
Pengajuan pertanyaan pada dewan komisaris maupun komite audit
Melalui pengajuan pertanyaan pada dewan komisaris maupun komite audit, auditor dapat
memperoleh informasi tentang kekuatan dan kelemahan struktur pengendalian intern klien,
pengubahan signifikan struktur organisasi dan manajemen perusahaan. Di samping itu, auditor
dapat meminta tambahan dan modifikasi audit yang direncanakan.
Pengajuan pertanyaan pada manajemen
Ada beberapa pertanyaan mengenai bisnis dan industri klien yang dapat diajukan kepada
manajemen, antara lain:
a. Pengembangan bisnis yang sedang dilakukan yang berpengaruh pada audit.
b. Regulasi baru dari pemerintah.
c. Ketertarikan manajemen atas audit terhadap suatu divisi atau anak perusahaan yang baru.
Penentuan keberadaan hubungan ekonomis perusahaan klien dengan perusahaan lain
dalam satu kelompok usaha
Keberadaan hubungan ekonomis yang dimaksud adalah transaksi klien dengan anak
maupun induk perusahaan, maupun transaksi antara klien dengan satuan usaha lain di bawah satu
holding company yang sama. Keberadaan hubungan ekonomi tersebut menimbulkan kesempatan
bagi klien untuk melakukan perekayasaan transaksi. Perekayasaan transaksi tersebut dapat
menimbulkan informasi keuangan yang menyesatkan.
Auditor perlu menghimpun lebih banyak bukti dan lebih menuntut bukti yang kompeten.
Berkaitan dengan hal ini, auditor dapat mengambil berbagai tindakan seperti berikut:
a. Mengevaluasi prosedur perusahaan untuk pengidentifikasian dan pencatatan transaksi antar
pihak terkait.
b. Menelaah kepatuhan terhadap kewajiban pengungkapan mengenai hal tersebut yang
disyaratkan oleh badan regulasi misalnya BAPEPAM-LK.
c. Menelaah kertas kerja audit sebelumnya mengenai hal itu.
d. Menelaah transaksi investasi material selama periode dilakukannya audit. Hal ini ditempuh
untuk menentukan ada tidaknya transaksi yang direkayasa

MELAKUKAN PROSEDUR ANALITIS


Prosedur analitis adalah pengevaluasian informasi keuangan yang dibuat dengan
mempelajari hubungan-hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data non keuangan.
Prosedur analitis dapat dilakukan dengan metode perbandingan sederhana sampai model statistik
dan matematis yang rumit dan kompleks.
Prosedur analitis dilakukan dalam tiga tahap audit yaitu tahap perencanaan, tahap
pengujian atau tahap pekerjaan lapangan, dan tahap penyimpulan hasil audit. Dalam tahap
perencanaan, prosedur analitis berguna untuk membantu auditor merencanakan sifat, penentuan
waktu, dan luas prosedur audit. Dalam tahap pekerjaan lapangan, prosedur analitis merupakan
prosedur audit yang optional. Prosedur analitis dilakukan sebagai salah satu pengujian substantif
untuk menghimpun bahan bukti tentang asersi tertentu yang terkait dengan saldo rekening
ataupun kelompok transaksi. Dalam tahap pengambilan kesimpulan hasil audit, prosedur analitis
berguna sebagai alat untuk penelaahan akhir tentang rasionalitas laporan keuangan auditan.
Prosedur analitis membantu auditor dengan mendukung dan meningkatkan pemahaman
auditor tentang bisnis klien. Prosedur analitis juga membantu auditor dalam mengidentifikasi
hubungan yang tidak sewajarnya dan fluktuasi data yang tidak diharapkan. Hal ini dapat dipakai
sebagai indikator area risiko salah saji yang tinggi.
Dalam Standar Auditing seksi 329 paragraf 06 dikemukakan bahwa prosedur analitis
dalam perencanaan audit harus ditujukan untuk:
a. Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau peristiwa yang terjadi
sejak tanggal audit terakhir, dan
b. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan
dengan audit. Jadi, tujuan prosedur ini adalah untuk mengidentifikasi hal-hal seperti adanya
transaksi dan peristiwa yang tidak biasa, jumlah, rasio serta tren yang dapat menunjukkan
masalah yang berhubungan dengan laporan keuangan dan perencanaan audit.
Ada enam langkah yang harus dilakukan auditor dalam melakukan prosedur analitis,
yaitu:
1. Mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan dibuat.
2. Mengembangkan ekspektasi.
3. Melakukan perhitungan dan perbandingan.
4. Menganalisis data.
5. Menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang tidak diharapkan yang signifikan.
6. Menentukan pengaruh perbedaan atau penyimpangan atas perencanaan audit
Mengidentifikasi Perhitungan dan Perbandingan yang Akan Dibuat
Ada lima jenis perbandingan yang dapat dilakukan yaitu:
a. Perbandingan data absolut (absolute data comparisons) yaitu perbandingan sederhana jumlah
saldo tercatat dengan saldo yang diharapkan atau diprediksikan.
b. Analisis rasio (ratio analysis) terdiri dari rasio likuiditas, rasio kemampuan meminjam dana
(leverage ratio), rasio profitabilitas, dan rasio arus kas yang dapat mengindikasikan ketiga
rasio lainnya.
c. Laporan keuangan umum (Common-size financial statement) atau analisis ukuran umum
yang terdiri dari analisis vertikal dan analisis horisontal.
d. Analisis tren (trend analysis). Analisis tren melibatkan perbandingan beberapa data (absolut,
ukuran umum, atau rasio) dalam waktu lebih dari dua periode akuntansi untuk
mengidentifikasi perubahan penting, yang mungkin tidak nyata, dari perbandingan yang
terbatas pada periode saat ini dan periode masa lalu.
e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan (relationships of
financial information with relevant nonfinancial information). Data nonkeuangan seperti
jumlah karyawan, luas ruang penjualan, dan volume barang yang diproduksi mungkin
berguna dalam memperkirakan saldo akun yang berhubungan seperti beban gaji, penjualan,
dan harga pokok produksi. Informasi nonkeuangan adalah penting karena mengukur aktivitas
ekonomi yang memicu hasil keuangan.
Mengembangkan ekspektasi
Sumber data yang digunakan sebagai ukuran nilai yang diharapkan atau nilai pembanding
terdiri dari sumber internal dan eksternal. Data internal dapat berupa laporan keuangan interim
maupun tahunan, data statistik penjualan, statistik produksi yang dapat menggambarkan
kapasitas dan volume produksi, dan data intern lainnya. Sumber data ekstern yang digunakan
sebagai pembanding antara lain data industri dari Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI), data
industri dari lembaga pemerintahan seperti Biro Pusat Statistik, dan proyeksi yang dilakukan
auditor. Dalam menetapkan data yang berisi nilai pembanding, auditor perlu memper-
timbangkan reliabilitas data. Laporan keuangan auditan tahun lalu tentu memiliki nilai
reliabilitas lebih tinggi daripada laporan keuangan yang tidak diaudit.
Melakukan perhitungan dan perbandingan
Perhitungan dan perbandingan meliputi pengakumulasian data untuk perhitungan jumlah
absolut dan persentase perbedaan antara jumlah saat ini dengan periode sebelumnya maupun
jumlah yang diprediksikan, perhitungan common size. Auditor dapat menggunakan software
statistik dalam melakukan perhitungan dan pembandingan. Tetapi analisis atau penelaahannya
memerlukan judgement auditor. Perhitungan dan perbandingan ini didokumentasikan dalam arsip
permanen.

Menganalisis data
Auditor menganalisis data dengan cara mengidentifikasikan perbedaan signifikan dan
fluktuasinya. Auditor dapat mengetahui, melalui penganalisisan data, likuiditas, solvabilitas,
profitabilitas, efisiensi, dan efek suatu kejadian atau keputusan terhadap laporan keuangan.
Penganalisisan data dapat mendukung pemahaman auditor terhadap bisnis klien. Di samping itu,
auditor dapat mengetahui titik-titik rawan dan berisiko salah saji.
Menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang tidak diharapkan yang signifikan
Hal ini meliputi juga pertimbangan kembali metode dan faktor yang dipakai dalam
mengembangkan ekspektasi, dan pengajuan pertanyaan kepada manajemen. Adanya informasi
baru dapat mengakibatkan revisi ekspektasi sebelumnya. Bila ada perbedaan atau penyimpangan
yang tak dapat dijelaskan, auditor harus menentukan impaknya atas laporan keuangan klien.
Menentukan pengaruh perbedaan atau penyimpangan atas perencanaan audit
Adanya perbedaan signifikan yang tidak dapat dijelaskan secara rasional maka akan
meningkatkan risiko salah saji dalam akun yang terkait dalam perhitungan dan perbandingan.
Risiko salah saji yang meningkat menuntut perlunya pengujian yang lebih intensif dan lebih
mendetail pada akun-akun tertentu tersebut. Dengan demikian pelaksanaan audit akan lebih
efisien dan efektif karena auditor menggunakan metode management by exception.

Anda mungkin juga menyukai