Anda di halaman 1dari 15

PRE PLANNING ACTIVITIES- CLIENT

ACCEPTANCE
( PENERIMAAN PENUGASAN AUDIT )

Disusun oleh:
Lucia Evalina Kristianti/125170302
Vernetta/125170304

Kelas: JY
UNIVERSITAS TARUMANAGARA

2019
A. Penerimaan klien: Tahapan Pertama dalam Upaya untuk Mendapatkan Opini

Tahapan penerimaan klien dalam audit memiliki 2 tujuan, yakni :


 Pemeriksaan klien yang diajukan untuk menentukan apakah alasan untuk menolak
penugasan (penerimaan klien)
 Meyakinkan klien untuk memperkerjakan auditor (penerimaan oleh klien)

Prosedur-prosedur dalam penerimaan klien adalah:

 Memperoleh pengetahuan terkait bisnis klien


 Pemeriksaan persyaratan etika dan kompetensi teknis kantor akuntan public
 Menentukan kemungkinan penggunaan para tenaga professional lainnya (termasuk tenaga
ahli eksternal) selama audit
 Komunikasi dengan auditor sebelumnya (Predecessor Auditor)
 Penyusunan proposal klien
 Penugasan staf dan pengajuan syarat-syarat penugasan (Terms of The Engagement) dalam
bentuk surat penugasan audit (Audit Engagement Letter)

Auditor perlu berhati-hati dalam menentukan apakah klien dapat diterima. Tanggung jawab
hukum dan profesional kantor akuntan publik menyatakan bahwa klien yang tidak memiliki
integritas dapat menyebabkan permasalahan yang serius dan merugikan. Beberapa kantor
akuntan publik menolak untuk menerima klien dalam industri-industri tertentu yang beresiko
tinggi.

I. Klien Audit
Hubungan antara klien dan kantor akuntan publik bukan merupakan jalan satu arah, yang
mana kantor akuntan publik perlu mengevaluasi klien dan kemudian menilai apakah klien
tersebut dapat diterima, mengirimkan surat penugasan untuk mengakhiri kesepakatan.
Meskipun tidak selalu terjadi, kantor akuntan publik menyiapkan dan mengajukan sejumlah
proposal penugasan (Engagement Proposal) ke banyak kliennya yang potensial, khususnya
perusahaan-perusahaan berskala besar.

II. Tahapan-tahapan dalam Proses Penerimaan Klien


Bagian berikutnya membahas pentingnya memperoleh pengalaman awal tentang klien yang
digunakan untuk mengevaluasi latar belakang klien dan resiko-resiko yang terkait dengan
penerimaan penugasan. Selain itu juga perlu diperoleh pemahaman terkait hubungan
auditor-auditor dengan klien yang memungkinkan auditor untuk mempertimbangkan jika
terdapat persyaratan etika dan profesional secara khusus ( Independensi, kompetensi, dan
sebagainya) terhadap penugasan khusus yang dapat dipenuhi. Hal ini merupakan tahap
kedua dalam proses penerimaan klien.
B. Evaluasi Latar Belakang Klien
Auditor harus memperoleh pengetahuan terkait bisnis klien secara memadai untuk
memungkinkannya mengidentifikasi dan memahami sejumlah peristiwa/kejadian, transaksi,
dan praktik yang mungkin memiliki pengaruh penting pada laporan keuangan atau pada
laporan keuangan audit (Audit Report). ISA menyebutkan penerimaan klien sebagai proses
mengidentifikasi ancaman-ancaman yang mungkin timbul selama bekerja sama dengan klien,
serta menyarankan sejumlah pengamanan yang perlu dilakukan untuk menurangi risiko-risiko
tersebut. Dari sudut pandang auditor, alasan-alasan utama untuk memperoleh pemahaman ini
adalah (1) untuk mengevaluasi risiko-risiko penugasan terkait penerimaan penugasan tertentu
dan (2) untuk membantu auditor dalam menentukan apakah seluruh persyaratan etika dan
professional (termasuk independensi, kompetensi, dan sebagainya) terkait klien tersebut dapat
dipenuhi.
Auditor mungkin melakukan pemeriksaan awal atas klien yang telah ada atau klien baru
dengan mengetahui lokasi perusahaannya, meninjau laporan-laporan tahunannya, berdiskusi
dengan manajemen dan staf perusahaan klien, serta mengakses berita dan basis data informasi
publik yang biasanya didapatkan melalui internet. Jika klien merupakan klien yang telah ada
sebelumnya, kertas-kertas kerja tahun lalu harus ditinjau kembali. Jika klien merupakan klien
baru, auditor harus berkonsultasi dengan auditor-auditor sebelumnya dan meningkatkan
pencarian informasi awal.
Auditor memperoleh informasi tentang klien dari tiga sumber utama: pengalamannya
dengan klien, informasi yang tersedia secara umum, dan dari klien itu sendiri. Metode-metode
yang digunakan untuk mengakses informasi beragam, mulai dari pencarian basis data atas
informasi public sampai diskusi yang dilakukan bersama manajemen dan staf dari entitas
klien.

I. Diskusi-diskusi yang dilakukan bersama manajemen dan staf klien dinilai penting untuk
mengevaluasi tata kelola (governance), pengendalian internal ( internal controls), dan
risiko-risiko yang mungkin timbul. Sejumlah diskusi tersebut mungkin mencakup topik-topik
seperti:

 Perubahan dalam manajemen, struktur organisasi, dan aktivitas klien


 Regulasi pemerintah saat ini yang berdampak pada klien
 Pengembangan bisnis saat ini yang berdampak pada klien, seperti faktor sosial, teknis, dan
ekonomi
 Kesulitan keuangan atau permasalahan akuntansi yang terjadi saat ini atau yang akan
datang
 Kerentanan laporan-laporan keuangan entitas terhadap salah saji material karena kesalahan
atau kecurangan.
 Adanya pihak-pihak yang berelasi (related parties).
 Fasilitas lokasi dan bangunan perusahaan klien, baik yang baru maupun yang sudah tidak
dilakukan lagi.
 Perubahan teknologi, jenis produk atau jasa, serta metode produksi atau distribusi saat ini
atau yang akan datang
 Perubahan dalam sistem akuntansi dan sistem pengendalian internal

II. Investigasi Klien Baru

Sebelum menerima klien baru, kantor akuntan publik akan melakukan investigasi secara
menyeluruh untuk menentukan apakah klien tersebut dapat diterima dan apakah auditor dapat
memenuhi persyaratan etika seperti independensi, kompetensi tertentu, dan sebagainya.
Sumber-sumber informasi selain yang telah disebutkan, baik untuk klien baru maupun klien
yang telah ada termasuk wawancara dengan pengacara-pengacara lokal, CPA lainnya, bank
dan bisnis-bisnis lain, meskipun banyak diantaranya yang dibatasi oleh kewajiban terkait
kerahasiaan, tergantung pada situasi-situasi yang terjadi saat itu. Terkadang auditor dapat
menggunakan jasa investigator professional atau menggunakan personel department akuntansi
forensiknya untuk memperoleh informasi mengenai informasi dan latar belakang anggota-
anggota manajemen yang penting. Jika tidak terdapat auditor sebelumnya, investigasi secara
lebih mendalam dapat dilakukan.

III. Keberlanjutan Hubungan dengan klien yang telah ada

Selain dari penelitian yang dibahas sebelumya, auditor akan mempertimbangkan konflik-
konflik yang pernah terjadi sebelumnya terkait cakupan audit, tipe opini dan imbalan jasa,
litigasi, yang tertunda antara kantor akuntan publik dan klien, serta integritas manajemen.
Untuk berkelanjutan hubungan penugasan, auditor akan memperbarui dan mengevaluasi
kembali informasi yang diperoleh dari kertas kerja beberapa tahun sebelumnya. Auditor juga
harus melakukan sejumlah prosedur yang dirancang untuk mengidentifikasi perubahan-
perubahan penting yang akan terjadi sejak audit yang berakhir.

Auditor juga dapat memilih tidak melanjutkan pelaksanaan audit untuk klien tertentu
karena pihaknya merasa terdapat risiko yang cukup besar. Sebagai contoh, mungkin terdapat
konflik yang terkait dengan regulasi antara lembaga pemerintah dengan klien yang dapat
menyebabkan adanya kerugian keuangan klien dan mungkin pada akhirnya menyebabkan
adanya tuntutan hukum terhadap auditor. Hal ini mungkin terjadi jika auditor merasa bahwa
industri klien (misalnya industri jasa keuangan) memiliki lebih banyak risiko daripada yang
seharusnya dapat diterima oleh auditor tertentu.

C. Kemampuan Memenuhi Persyaratan Etika dan Kompetensi Tertentu


Prosedur yang paling penting dalam tahapan ini dari proses penerimaan penugasan adalah
verifikasi terkait independensi auditor. Dengan sejumlah fakta dan situasi yang diidentifikasi
di tahapan evaluasi klien, penentuannya adalah apakah auditor dan tim audit secara bersama-
sama memiliki kompetensi tertentu yang diisyaratkan unuk menghadapi sejumlah
permasalahan yang mungkin dihadapi auditor dalam proses audit yang dilakukanya. Evaluasi
tim audit ini penting untuk tahap 6 dalam proses penerimaan klien yakni memilih staf untuk
melakukan audit.

I. Persyaratan Etika.
Auditor akan memastikan bahwa para anggota tim audit dan kantor akuntan publik secara
keseluruhan memenuhi persyaratan etika. Hal ini memerlukan sejumlah prosedur untuk
memeriksa investasi-investasi keuangan pribadi para rekan dan karyawan, serta beberapa
hubungan bisnis dengan klien audit yang potensial.
Paduan Etika IEASB bagi para Akuntan Profesional dalam uraiannya terkait imbalan
jaasa menyatakan bahwa ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi jika imbalan jasa yang
ditagihkan ke klien audit tetap belum dibayarkan dalam kurun waktu yang lama, terutama jika
bagian-bagian yang dianggap penting tidak dibayarkan sebelum penerbitan laporan audit
untuk tahun berikutnya. Umumnya, kantor akuntan publik diperkirakan akan meminta
pembayaran atas imbalan jasa tersebut sebelum laporan audit diterbitkan. Jika imbalan jasa
tetap belum dibayarkan bahkan setelah laporan audit yang dimaksud diterbitkan, maka
beberapa pengaman perlu dilakukan. Sebagai contoh, bentuk pegamanan yang mungkin
dilakukan adalah meminta tambahan seorang akuntan professional yang tidak terlibat dalam
penugasan audit untuk memberikan saran dalam pekerjaan yang dilakukan.

II. Litigasi dan Independensi


Dampak lainnya atas berkelanjutan hubungan adalah apakah terdapat sejumlah litigasi yang
tertunda antara klien dan auditor. Jika klien terlibat dalam litigasi dengan auditor,
berkelanjutan proses audit atas klien dapat membahayakan independensi. Awal litigasi oleh
auditor yang menyatakan, misalnya, kecurangan atau penipuan yang dilakukan para pejabat
perusahaan, atau kinerja klien audit dibawah standar yang berlaku oleh akuntan, juga akan
merusak sikap independensi. Pada sisi hukum lainnya, bertindak sebagai advokat atas nama
klien yang memadai dalam litigasi atau dalam upaya menyelesaikan sengketa dengan pihak
ketiga merupakan ancaman advokasi terhadap independensi.

III. Kompetensi-Kompetensi Tertentu


Berdasarkan situasi-siuasi tertentu dari klien dan industrinya, auditor harus menentukan
apakah keahlian yang dibutuhkan mengenai industri, masalah standar akuntansi tertentu, atau
keterampilan non-audit tertentu tersedia bagi tim audit.
Para anggota tim audit harus memiliki tingkat pelatihan dan kemampuan teknis yang
diperlukan dalam situasi-situasi tertentu. Selain itu, seharusnya terdapat pengarahan,
supervisi, dan tinjauan yang memadai atas pekerjaan diseluruh tingkatan dalam upaya untuk
memberikan jaminan yang memadai bahwa pekerjaan yang dilakukan memenuhi standar-
standar kualitas yang sesuai.
Pertimbangan terkait apakah perusahaan memiliki sejumlah kompetensi dan sumber daya
melakukan penugasan baru termasuk meninjau kompetensi rekan dan staf yang ada,
diantaranya:
 Pengetahuan terkait sejumlah industri atau pokok tugas yang relevan
 Pengalaman dengan sejumlah peraturan atau persyaratan pelaporan yang relevan, atau
kemampuan untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan secara
efektif
 Kemampuan untuk menyelesaikan penugasan dalam batas waktu pelaporan; para tenaga
ahli tersedia, jika diperlukan
 Individu-individu yang memenuhi kriteria dan persyaratan kelayakkan untuk melakukan
peninjauan pengendalian kualitas atas penugasan tersedia.

IV. Rotasi Rekanan


Rekan-rekan audit di beerapa negara harus dirotasi setiap beberapa tahun tertentu.
Sebagaimana tercantum dalam European Union Guidelines, rekan-rekan audit harus dirotasi
setidaknyasekali setiap tujuh tahun. Sarbanes-Oxley Act di Amerika Serikat mewajibkan
rekan-rekan audit dirotasi setidaknya setiap lima tahun.
V. Audit Kelompok Usaha (ISA 600)
Standar Pengauditan Internasional 600, ‘Pertimbangan Khusus---Audit-Audit atas Laporan
Keuangan Kelompok Usaha (termasuk pekerjaan auditor-auditor komponen)’ memberikan
dukungan praktis kepada sejumlah auditor dalam mengaudit laporan-laporan keuangan
kelompok usaha (group financial statement).
VI. Penggunaan Para Profesional Lainnya dalam Audit
Dalam melakukan pencarian informasi terkait latar belakang klien, auditor mungkin
menemukan bahwa auditor lainnya akan mengaudit sebagian laporan-laporan keuangan klien
atau bahwa tenaga ahli yang berasal dari luar, seperti ahli teknik informasi, ahli lingkungan,
atau ahli perpajakan mungkin perlu mngaudit klien secara lebih baik. Standar-standar
internasional mengharuskan proedur-prosedur tertentu dalam kasus ini.
D. Penggunaan Pekerjaan Auditor Lainnya
Tujuan dari ISA 600, standar terkait pekerjaan auditor kelompok usaha, adalah menentukan
apakah akan bertindak sebagai auditor atas laporan-laporan keuangan kelompok usaha, dan
mengomunikasikannya secara jelas dengan auditor-auditor komponen (component auditors)
terkait ruang lingkup dan penentuan waktu pekerjaannya atas informasi keuangan yang
berelasi dengan sejumlah komponen dan temuan-temuannya, serta untuk memperoleh
kecukupan bukti audit yang memadai terkait informasi keuangan dari komponen-komponen
(components). Komponen bisnis adalah aktivitas entitas atau bisnis, yang mana manajemen
kelompok usaha atau komponen menyiapkan informasi keuangan yang harus disertakan
dalam laporan-laporan keuangan kelompok usaha. Auditor komponen adalah auditor yang
melakukan pekerjaan atas informasi keuangan yang berelasi dengan komponen untuk audit
kelompok berdasarkan permintaan tim penugasan kelompok usaha.

I. Auditor Kelompok Usaha


Auditor kelompok usaha bertanggung jawab untuk menyatakan opini audit terkait apakah
laporan-laporan keuangan kelompok usaha memberikan gambaran yang benar dan wajar (atau
telah disajikan secara wajar dalam seluruh aspek yang bersifat material) sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Auditor kelompok usaha bertanggug jawab untuk
menentukan pekerjaan yang akan dilakukan atas informasi keuangan komponen dan informasi
keuangan konsolidasian untuk memperroleh kecukupan bukti audit yang memadai, sehingga
memungkinkannya untuk menyatakan opini atas laporan-laporan keuangan kelompok usaha.
Jika auditor kelompok usaha menggunakan auditor komponen untuk melakukan pekerjaan
audit, auditor kelompok usaha menentukan ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukan dan
mengomunikasikan recana pada auditor komponen.

II. Tanggung Jawab Audit


Jika diperbolehkan oleh standar-standar nasional dan diizinkan oleh undang-undang atau
regulasi nasional, auditor kelompok usaha membagi tanggung jawab untuk opini audit atas
laporan-laporan keuangan kelompok usaha (disebut sebagai pembagian tanggung jawab) dan
jika auditor kelompok usaha memutuskan untuk berlaku demikian, auditor kelompok usaha
harus menanggung sendiri tanggung jawab untuk opini audit atas laporan-laporan keuangan
kelompok usaha. Saat auditor kelompok usaaha menanggung sendiri tanggung jawab untuk
opini audit atas laporan-laporan keuangan kelompok usaha, auditor kelompok usaha tidak
seharusnya mengacu pada auditor lainnya dalam laporan auditor atas laporan-laporan
keuangan kelompok usaha.
Saat auditor kelompok memutuskan untuk menggunakan pekerjaan auditor lainnya,
pihaknya harus mempertimbangkan sejumlah kualifikasi professional, independensi,
kompetensi professional, dan sumber daya auditor lainnya, serta proses pengendalian kualitas
kantor akuntan publik lainnya dalam konteks pekerjaan yang akan dilakukan oleh auditor
lainnya.

III. Dokumentasi
Auditor kelompok usaha harus mendokumentasikan dalam kertas-kertas kerja auditnya terkait
hal-hal berikut.
 Analisi komponen-komponen yang mengindikasikan hal-hal yang dianggap penting,
dan tipe pekerjaan yang dilakukan atas informasi keuangan komponen-komponen.
 Sifat dasar, waktu dan ruang lingkup keterlibatan tim penugasan kelompok usaha
dalam pekerjaan yang dilakukan oleh auditor-auditor komponen pada komponen-
komponen penting termasuk meninjau tim penugasan kelompok usaha atas bagian-
bagian relevan dari dokumentasi dan kesimpulan audit auditor kelompok usaha.
 Sejumlah komunikasi tertulis antara tim penugasan kelompok usaha dan auditor-
auditor komponen terkait persyaratan tim penugasan kelompok usaha.
Saat auditor kelompok usaha menyimpulkan bahwa pekerjaan auditor komponen tidak dapat
digunakan dan auditor kelompok usaha belum mampu melakukan prosedur-prosedur
tambahan yang memadai, auditor kelompok usaha harus menyatakan opini wajar dengan
pengecualian karena terdapat keterbatasan dalam ruang lingkup audit. Hal ini untuk
menekankan tidak adanya pembagian tanggung jawab dari auditor kelompok usaha.

IV. Penggunaan Pekerjaan Tenaga Ahli


Jika auditor memerlukan memerlukan keahlian khusus, auditor harus mempertimbangkan
untuk memperkerjakan tenaga ahli yang dapat membantu mengumpulkan bukti-bukti yang
diperlukan. ISA 620 mendefinisikan tenaga ahli sebagai individu atau organisasi yang
memiliki keahlian di bidang selain akuntansi atau pengauditan, yang bekerja di bidang yang
digunakan oleh auditor untuk membantu auditor dalam upaya memperoleh kecukupan bukti
audit yang memadai. Situasi-situasi yang mana auditor dapat menggunakan jasa tenaga ahli
adalah upaya penilaian dari beberapa tipe aset tertentu (tanah dan bangunan, instrumen-
instrumen keuangan yang kompleks, karya seni, aset tak berwujud, dan lain-lain), penentu
kondisi fisik aset-aset yang dimaksud (misalnya, estimasi cadangan minyak dan gas),
penilaian aktuaria, nilai kontrak-kontrak dalam proses, keahlian TI tertentu (misalnya, dalam
audit atas perusahaan telekomunikasi), serta beberapa opini hukum.
V. Kompetensi Ahli, Objektivitas
Jika pekerjaan tenaga ahli akan digunakan sebagai bukti audit, auditor harus menentukan
keterampilan dan kompetensi tenaga ahli tersebut dengan mempertimbangkan sejumlah
sertifikasi, pengalaman, dan reputasi professional. Objektivitas tenaga ahli harus dievaluasi.
Terdapat banyak siituasi yang dapat mengancam objektivitas, misalnya ancaman kepentingan
pribadi, ancaman advokasi, ancaman kedekatan, dan ancaman intimidasi.
VI. Komunikasi dengan Tenaga Ahli
Klien harus menulias instruksi-instruksi kepada ahli yang mencakup :
 Sifat, ruang lingkup, dan tujuan-tujuan pekerjaan tenaga ahli.
 Sejumlah peran dan tanggung jawab dari masing-masing auditor dan tenaga ahli
 Sifat dasar, waktu, dan luasnya cakupan komunikasi di antara auditor dan tenaga ahli,
termasuk bentuk setiap laporan yang akan diberikan oleh tenaga ahli.
 Kebutuhan tenaga ahli auditor untuk mengobservasi persyaratan terkait kerahasiaan.
Saat menerbitkan laporan auditor yang menyatakan opini tidak dimodifikasi dan wajar tanpa
pengecualian, auditor tidak seharusnya mengacu pada pekerjaan tenaga ahli. Sebagai hasil
pekerjaan tenaga ahli, apabila auditor memutuskan untuk menerbitkan laporan auditor
modifikasian, dalam beberapa situasi ketika menjelaskan sifat dasar modifikasi yang
mungkin sesuai jika mengacu pada tenaga ahli dengan menyebutkan nama dan luasnya
cakupan keterlibatannya. Pengungkapan ini memerlukan izin dari tenaga ahli yang dimaksud.
E. Komunikasi dengan Auditor Sebelumnya (Auditor yang Ada saat itu)
Kode etik IESBA bagi para akuntan professional menyatakan bahwa auditor baru
berkomunikasi secara langsung dengan auditor sebelumnya, tergantung pada situasinya.
Dalam kasus-kasus ketika auditor baru akan menggantikan auditor sebelumnya, kode etika
menyarankan bahwa auditor baru yang diajukan harus berkomunikasi dengan auditor
sebelumnya. Auditor sebelumnya dapat mendiskusikan permasalahan klien dengan auditor
baru bergantung pada diterimanya izin dari klien dan persyaratan hukum atau etika terkait
dengan pengungkapan ini. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk mengurangi atau
menghilangkan ancaman-ancaman dengan memperoleh informasi atas fakta-fakta atau situasi-
situasi yang dimaksud, yang mana auditor baru perlu menyadari sebelum memutuskan apakah
akan menerima penugasan atau tidak menurut opini auditor sebelumnya
I. Permintaan Izin dari Klien
Dalam kode etika IESBA bagi akuntan professional, akuntan professional dalam praktik
publiknya umumnya harus mendapatkan izin dari klien sebaiknya secara tertulis, untuk
memulai diskusi dengan akuntan (auditor) sebelumnya. Setelah mendapatkan izin dari klien,
auditor sebelumnya harus memenuhi permintaan tersebut. Saat auditor sebelumnya
memberikan informasi, auditor tersebut harus memberikan informasi dengan jujur dan jelas.
Jika klien menolak izin auditor sebelumnya untuk mendiskusikan permasalahan tersebut
dengan auditor pengganti yang diajukan, atau membatasi apa yang dapat diungkapkan oleh
auditor sebelumnya, maka fakta tersebut seharusnya diungkapkan kepada auditor baru.
Ketika auditor sebelumnya menerima komunikasi dari auditor yang baru, etika
professional menyatakan bahwa harus menjawab secara tertulis, memberitahu sejumlah alasan
professional mengapa auditor baru tidak harus menerima kesepakatan itu. Jika auditor baru
tidak dapat berkomunikasi dengan auditor sebelumnya, auditor baru harus mengambil
tahapan-tahapan yang beralasan untuk memperoleh informasi terkait setiap ancaman yang
mungkin terjadi, seperti melalui sejumlah pertanyaan dari pihak ketiga atau investigasi latar
belakang dari manajemen senior atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas
klien.
II. Penugasan-Penugasan yang Pertama Kali
Untuk penugasan-penugasan yang pertama kali, ISA 510 menyatakan bahwa:
Dalam melakukan penugasan audit awal, tujuan dari auditor yang terkait dengan saldo awal
adalah untuk memperoleh kecukupan bukti audit yang memadai apakah: (a) saldo awal
memuat salah saji yang bersifat material yang memengaruhi laporan-laporan keuangan
periode berjalan, dan (b) kebijakan-kebijakan akuntansi yang tepat yang tercermin dalam
saldo telah diterapkan secara konsisten dalam laporan-laporan keuangan periode berjalan, atau
perubahan-perubahan yang dibuat diperhitungkan secara tepat, disajikan dan diungkapkan
berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Salah satu cara terbaik untuk meyakinkan bahwa saldo awal dan sejumlah kebijakan
akuntansi telah tepat ketika laporan-laporan keuangan periode sebelumnya diaudit oleh
auditor lainnya adalah dengan meninjau ketas-kertas kerja auditor sebelumnya. Hal ini
seharusnya memungkinkan auditor baru untuk memperoleh kecukupan bukti yang memadai.
Auditor baru juga seharusnya mempertimbangkan kompetensi professional dan independensi
auditor sebelumnya. Jika laporan auditor periode sebelumnya bukan merupakan standar opini
wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), auditor baru seharusnya memberikan
perhatian secara khusus pada periode saat ini untuk hal-hal yang dihasilkan dalam modifikasi.

F. Penerimaan oleh Klien-Proposal Penugasan


Auditor telah menentukan bahwa klien dapat diterima dari perspektif risiko dan etika, serta
telah menyimpulkan bahwa persyaratan etika terkait penugasan klien tertentu dapat dipenuhi.
Selanjutnya, umumnya upaya-upaya penting akan ditujukan untuk memperoleh pihak yang
diaudit sebagai klien, mengingat tekanan kompetitif yang ada lingkugan audit saat ini. Aspek-
aspek dari sejumlah prosedur untuk proposal penugasan dapat ditemukan di ISA 210
menyepakati persyaratan penugasan audit. Auditor dan klien harus memiliki pemahaman
bersama tentang sifat dasar dari jasa-jasa audit yang akan dilakukan, waktu yang diperlukan
untuk melakukan jaaa-jasa tersebut, perkiraan rincian biaya, tim audit, pendekatan audit,
kualitas audit, penggunakan auditor internal dari klien, dan kebutuhan transisi.
Referensi terhadap aspek-aspek kualitas dari proposal klien dapat ditemukan di dalam
ISO 9001, yang menunjukkan bahwa kantor akuntan publik harus menetapkan dan
mendokumentasikan kebijakan, serta tujuan dan komitmen atas kualitas. Auditor harus
memastikan bahwa kebijakan ini dapat dipahami, diimplementasikan, dan dikelola pada
seluruh tingkatan alam organisasi.
Terdapat 2 tipe dasar proposal penugasan audit, yakni proposal untuk melanjutkan
hubungan dengan klien yang telah ada dan proposal untuk klien-klien baru.

I. Proposal Audit untuk Melanjutkan Hubungan dengan Klien yang Telah Ada
Proposal untuk klien yang telah ada akan berbeda di antara kantor-kantor akuntan publik,
namun umumnya proposal tersebut akan mendiskusikan hal-hal berikut.
 Meninjau tentang bagaimana kantor akuntan public dapat menambah nilai, baik untuk
perusahaan secara umum dan untuk pihak-pihak yang bertanggung jawab secara
langsung atas penugasan auditor, misalnya Komite Audit (Audit Comittee).
 Rencana-rencana untuk pengembangan lebih lanjut atas nilai tambah termasuk
pembahasan tentang tren regulasi terkini, ruang lingkup audit, dan setiap perubahan
terbaru dalam perusahaan yang dapat memengaruhi audit.
 Deskripsi dari tim audit dan setiap perubahan dalam tim audit dari tahun sebelumnya.
 Proposal imbalan jasa secara terinci.

1. Meninjau tentang Bagaimana Kantor Publik dapat Menambah Nilai


Bagian ini terkait rencana-rencana untuk pengembangan lebih lanjut atas nilai tambah dapat
mengidentifikasi sejumlah persyaratan klien dan mendiskusikan bagaimana kantor akuntan
publik memenuhi persyaratan tersebut. Ruang lingkup audit dan batasan-batasan materialitas
internasional, serta ketergantungan pada ketentuan regulasi audit (lokal, nasional, dan
internasional) juga harus didiskusikan. Sehingga penting untuk meninjau setiap perubahan
manajemen perusahaan klien, proyek-proyek baru yang dijalankan, dan lingkungan regulasi
secara umum, terutama perubahan yang memengaruhi audit.
2. Tim Audit
Bagian penting dari proposal ini adalah deskripsi anggota-anggota tim audit (audit team) dan
ringkasan pengalaman kerjanya.
3. Proposal Imbalan Jasa
Deskripsi terinci dari imbalan jasa yang diusulkan biasanya merupakan bagian terpisah dari
proposal, disajikan sebagai dokumen yang terpisah. Proposal imbalan jasa dapat
menyertakan beberapa tingkatan imbalan jasa terinci tergantung pada jenis penugasan.
Proposal imbalan jasa akan menunjukkan sejumlah biaya untuk audit operasional termasuk
audit anak perusahaan dan audit kuartalan.
II. Proposal Audit Klien Baru
Proposal audit klien baru sangat penting bagi kantor akuntan publik karena klien-klien baru
merupakan suatu penggerak pertumbuhan yang utama bagi kantor akuntan public tersebut.
Proposal untuk klien yang besar dan kuat dapat menjadi sangat kompleks, membutuhkan
banyak jam kerja dan staf untuk mempersiapkannya, terutama jika kantor akuntan publik
berada dalam situasi yang kompetitif.
Ringkasan rencana bisnis (executive summary) menyajikan ringkasan dari proposal
dengan penekanan khusus pada ekspektasi klien, pendekatan audit, nilai jual kantor akuntan
publik, dan koordinasi audit dengan staf audit internal.
Proposal umum dapat dimulai dengan deskripsi terkait sektor bisnis klien, teknologi,
kekuatann dan pembagian keuangan. Tujuan-tujuan klien yang menjadi dasar dari strategi
audit (audit strategy) dapat dijabarkan. Proposal umum dapat menunjukkan persyaratan audit
yang terkait dengan regulasi bursa efek, ligkungan, peemerintah, dan sejumlah regulasi
lainnya, termasuk hal-hal dalam kebijakan perusahaan yang berada di luar persyaratan
berdasarkan undang-undang yang ada.
Kekuatan-kekuatan kantor akuntan public (strength of th audit firm) dapat
mengeksplorasi perilaku jasa klien, kompetensi teknis, pengalaman, keinginan untuk melebihi
ekspetasi, dan saran serta dukungan. Bagian ini mungkin menekankan kualitas laporan,
keberlangsungan tim audit, jasa yang dilakukan diseluruh dunia, efektvitas biaya audit dan
standar kualitas kantor akuntan publik.
Bagian tim audit (audit team) mencakup deskripsi dari para anggota tim dan terkait
ringkasan pengalaman kerja mereka. Bagian ini merinci bagaimana tim audit berkomunikasi
dengan manajemen, peran tim dan para supervisor dan sejumlah pertemuan dan komunikasi di
dalam tim
Pendekatan audit (audit approach) merupakan bagian penting karena bagian ini
memungkinkan adanya pembahasan tentang bagaimana audit dirancang untuk klien yang
dimaksud. Bagian ini dapat menjelaskan penekanan audit atau pemusatan perhatian pada
risiko-risiko audit tertentu, penggunaan teknologi informasi dalam audit, keterlibatan auditor
atau tenaga ahli lainnya, dan jumlah lokasi atau komponen yang ditinjau. Bagian ini dapat
menyertakan syarat-syarat penugasan, tanggung jawab berdasarkan undang-undang, serta
sistem pengendalian internal dan sistem klien.
Pekerjaan auditor-auditor internal (internal auditors work), klien harus didasarkan
pada batasan-batasan tertentu dalam seluruh audit yang dilakukan. Namun, auditor eksternal
memiliki tanggung jawab penuh atas opini audit yang dinyatakan, dan tanggung jawab
tersebut tidak akan berkurang oleh penggunaan hasil pekerjaan auditor internal oleh auditor
eksternal. Bagian ini dapat mencakup referensi atas pekerjaan dan hasil pekerjaan auditor
internal, pemilihan pemasok, dan kegagalan pemasok.
Kebutuhan transisi perusahaan (transition needs of the company), dalam hal
mengakomodasi auditor baru dapat menjadi hal yang sangat penting dalam upaya meyakinkan
klien baru untuk mengganti auditor yang sudah ada. Bagian proposal ini dapat menyertakan
jadwal transisi yang merinci sejumlah pertemuan dengan manajemen dan auditor sebelumnya.
Setelah audit (after the audit), dinyatakan lengkap/selesai apabila masih terdapat
sejumlah peluang bagi auditor untuk menawarkan jasanya kepada klien. Aktivitas pemantauan
setelah jasa dilakukan dapat mencakup pemantauan kinerja audit, evaluasi mandiri kantor
akuntan publik (biasanya dilakukan pada pertemuan penutup), beberapa kuisioner bagi
manajemen untuk mengevaluasi kinerja audit, dan ringkasan tertulis dari hal-hal yang telah
dilakukan dalam audit (yaitu survey audit dan survey kepuasan) dapat diberikan kepada klien.
Lampiran (appendix), dapat menyertakan informasi lebih lanjut tentang tim audit, garis
besar rencana audit dan daftar sejumlah publikasi representatif. Garis besar rencana audit
biasanya menunjukkan banyaknya waktu audit yang diperlukan untuk pekerjaan lapangan,
konfirmasi pengendalian, validasi saldo dan transaksi. Secara khusus, garis besar rencana
audit akan memberikan gambaran tentang risiko audit, dan saran-saran auditor untuk
merespon risiko-risiko tersebut dalam bentuk prosedur-prosedur audit secara terinci.

III. Penetapan dan Perundingan Imbalan Jasa Audit


Berdasarkan Kode Etik IESBA, ketika masuk dalam perundingan mengenai jasa-jasa
professional, akuntan professional dalam praktik public dapat menawarkan berapapun
besarnya imbalan jasa yang dianggap tepat. Imbalan jasa professional seharusnya menjadi
refleksi wajar dari nilai jasa-jasa professional yang dilakukan untuk klien dengan
mempertimbangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan, tingkat pelatihan dan
pengalaman dari pihak-pihak yang terlibat saat melakukan jasa professional, waktu yang
diperlukan, dan besarnya tanggung jawab saat melakukan jasa-jasa yang dimaksud.
Terkadang kantor akuntan publik membebankan imbalan jasa yang lebih rendah ketika
klien pertama kali mendaftar. Fakta bahwa seorang akuntan professional dalam praktik publik
dapat memberikan penawaran imbalan jasa yang leih rendah dari akuntan professional lainya
bukan merupakan tindakan yang etis. Namun demikian, mungkin terdapat sejumlah ancaman
terhadap kepatuhan atas prinsip-prinsip dasar yang timbul dari besarnya tingkat imbalan jasa
yang ditawarkan. Misalnya, ancaman kepentingan pribadi atas kompetensi dan sikap kehati-
hatian yang profesional yang muncul jika imbalan jasa ditawarkan pada tingkat yang begitu
rendah, sehingga mungkin sulit bagi akuntan professional untuk melakukan penugasan
berdasarkan standar teknis dan professional yang berlaku pada tingkat harga tertentu.
Imbalan Jasa Kontingensi
Imbalan jasa kontingensi (contingen fee) merupakan pengaturan yang mana tidak ada
imbalan jasa yang akan dibebankan kecuali jika temuan atas hasil tertentu diperoleh, atau
ketika imbalan jasa yang dimaksud merupakan imbalan jasa kontingensi lainnya atas temuan
atau hasil dari jasa-jasa tersebut. Imbalan jasa yang dibebankan dalam bentuk persentase atau
dasar serupa yang dianggap sebagai imbalan kontingensi. Namun, imbalan jasa kontingensi
mungkin menimbulkan ancaman-ancaman terhadap kepatuhan atas prinsip-prinsip dasar
sejumlah situasi tertentu. Imbalan jasa kontingensi ini dapat menyebabkan munculnya
ancaman kepentingan pribadi terhadap objektivitas. Keberadaan ancaman-ancaman tersebut
akan bergantung pada sejumlah faktor termasuk sifat dasar penugasan, berbagai kemungkinan
terkait besarnya imbalan jasa, dasar untuk menentukan imbalan jasa, dan apakah hasilnya
akan ditinjau oleh pihak ketiga yang independen. Jika ancaman-ancaman tersebut dinilai
penting, dapat dilakukan beberapa pengaman diantaranya, perjanjian awal secara tertulis
dngan klien sebagai dasar remunerasi. Beberapa negara tidak mengizinkan auditor untuk
membebankan imbalan jasa kontingensi (seperti, larangan pembebanan imbalan jasa
kontingensi oleh Securities and Exchange Commission di Amerika Serikat).

G. Surat Penugasan Audit


Surat Penugasan (engagement letter) adalah perjanjian antara kantot akuntan public dank lien
untuk melakukan audit dan jasa-jasa yang terkait. Surat penugasan auditor
mendokumentasikan dan mengonfirmasikan penerimaannya atas penunjukkan tersebut, tujuan
dan ruang lingkup audit, dan besarnya tanggung jawab auditor kepada klien, dan bentuk setiap
laporan yang harus dibuat.
Isi Penugasan
Bentuk dan isi dari surat penugasan audit dapat bervariasi untuk setiap klien, tapi seharusnya
tertulis dalam surat penugasan audit atau bentuk perjanjian tertulis lainnya yang sesuai dan
harus mencakup:
 Tujuan audit atas informasi keuangan.
 Tanggung jawab auditor.
 Tanggung jawab manajemen.
 Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
 Rujukan pada bentuk da nisi yang diharapkan atas setiap laporan yang diterbitkan oleh
auditor, serta pernyataan bahwa mungkin terdapat situasi-situasi yang mana laporan
dapat berbeda dari bentuk da nisi yang diharapkan tersebut.

Auditor juga meyertakan hal-hal berikut dalam surat penugasan audit:


 Elaborasi ruang lingkup audit, termasuk rujukan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku, regulasi, ISA, dan etika, serta pernyataan-pernyataan lainnya
dari badan-badan professional yang harus diikuti oleh auditor.
 Bentuk komunikasi lainnya dari hasil-hasil penugasan audit.
 Fakta bahwaa karena sifat dasar pengujian dan keterbatasan bawaan lainnya dari audit
bersama-sama dengan keterbatasan bawaan dari sistem pengendalian internal mmiliki
risiko yang tidak dapat dihindari, bahkan beberapa salah saji yang bersifat material
munkin tetap belum ditemukan.
 Pengaturan terkait perencanaan dan pelaksanaan audit, termasuk di antaranya
komposisi tim audit.
 Ekspetasi bahwa manajemen akan memberikan representasi tertulis.
 Kesepakatan manajemen untuk menyediakan draf laporan-laporan keuangan dan
sejumlah informasi lain terkait bagi auditor tepat pada waktunya, sehingga
memungkinkan auditor untuk menyelesaikan audit sesuai dengan jadwal yang
ditentukan.
 Kesepakatan manajemen untuk menginformasikan kepada auditor mengenai fakta-
fakta yang mungkin memengaruhi laporan-laporan keuangan, yang mungkin disadari
oleh manajemen selama periode yang dimaksud, dari tanggal laporan auditor sampai
tanggal laporan keuangan diterbitkan.
 Permintaan kepada klien untuk menginformasikan syarat penugasan dengan mengakui
penerimaan atas surat penugasan.
 Dasar dalam perhitungan imbalan jasa dan setiap pengaturan penagihan.

Selama relevan, hal-hal berikut juga disertakan:


 Pengaturan mengenai keterlibatan sejumlah auditor dan tenaga ahli lainnya dalam
beberapa aspek audit.
 Pengaturan mengenai keterlibatan sejumlah auditor internal dan staf klien lainnya.
 Pengaturan harus dibuat dengan auditor sebelumnya dalam kasus audit awal jika ada..
 Setiap pembatasan dari kewajiban auditor.
 Rujukan untuk perjanjian lebih lanjut antara auditor dan klien.
 Setiap kewajiban untuk memberikan kertas-kertas kerja audit kepada pihak-pihak
lainnya.
Pada audit secara berkala, auditor dapat memutuskan untuk tidak mengirim surat penugasan
baru setiap tahunnya. Namun, auditor harus mempertimbangkan untuk mengirim surat dalam
setiap situasi berikut.
 Apabila terdapat indikasi bahwa klien salah memahami tujuan dan ruang lingkup
audit.
 Apabila persyaratan-persyaratan penugasan direvisi.
 Apabila terdapat perubahan terbaru dalam manajemen.
 Apabila terdapat perubahan ukuran atau sifat dasar bisnis.
 Apabila terdapat persyaratan hokum yang menjadi dasar ditulisnya surat penugasan.

Kerangka Pelaporan Keuangan


Bentuk opini yang dinyatakan oleh audior akan bergantung pada kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku (applicable financial reporting framework) dan stiap peraturan
perundang-undangan atau regulasi yang berlaku. Auditor juga dapat memiliki tanggung jawab
untuk berkomunikasi dan melaporkan (dalam bentuk lain) pada para pengguna, manajemen,
pihak yang bertanggung jab atas tata kelola, atau pihak-pihak di luar entitas dalam kaitannya
dengan hal-hal yang timbul selama audit.

Anda mungkin juga menyukai