Anda di halaman 1dari 20

OSCE FERDI 2023

(NBS-THT-MATA)

PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS

A. PERSIAPAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
Selamat pagi bapak, perkenalkan saya dr. Ferdi yang bertugas di klinik hari ini.
2. Mencatat identitas pasien seperti nama, usia, alamat, dsb.
Nama bapak Budi, Usia 45 tahun, alamat jl. Sby. Apakah sesuai pak?
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan dan Informed Consent
Saya akan melakukan pemeriksaan refleks fisiologis untuk mengetahui apakah ada
kelainan dan menunjang penegakan diagnosis. Apakah bapak bersedia?
4. Menyiapkan alat :
Hammer Reflek, jarum bundle.
5. Persiapan pasien dan pemeriksa :
cuci tangan
6. Posisi pemeriksa
Pemeriksa berada disisi kanan pasien

B. PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS


 Reflek Superfisial (Dinding perut, Cremaster, Gluteal)

Reflek Dinding Perut

7. Teknik pemeriksaan
Buat goresan dinding perut dengan jarum bundle daerah epigastrik, supra umbilical,
umbilical, infra umbilical dari lateral ke medial (kearah umbilikus).
8. Interpretasi hasil pemeriksaan
kontraksi umbilikus.

Reflek Cremaster
9. Teknik pemeriksaan
Buat goresan dengan jarum bundel pada sisi medial paha dari atas ke bawah

10. Interpretasi hasil pemeriksaan


Positif bila terdapat kontraksi testis (elevasi/terangkatnya testis) sisi ipsilateral.

Reflek Gluteal
11. Teknik pemeriksaan
Buat goresan dengan jarum bundel pada daerah gluteus.
12. Interpretasi hasil pemeriksaan
Positif bila terdapat gerakan reflektorik/kontraksi dari M. gluteus.

 Reflek tendon dan periosteum (BPR, TPR, KPR, APR)

Reflek Biceps (BPR)

13. Teknik pemeriksaan


Posisikan lengan sehingga sendi siku membentuk sudut >90°, tempatkan 1 atau 2 jari
pemeriksa pada tendon m. biceps sebagai alas untuk mengetuk dengan hammer reflex
(karena tendon m. biceps tidak langsung melekat pada tulang). Kemudian ketuk dengan
gentle dan dibandingkan kiri/kanan.
14. Interpretasi hasil pemeriksaan
Gerakan fleksi lengan bawah pada siku
Reflek Triceps (TPR)
15. Teknik pemeriksaan
Posisikan lengan seperti memeriksa BPR, sedikit pronasi, bedanya disini sudutnya 90º,
ketoklah tendon m. tricep tanpa memakai alas tangan (karena tendonnya langsung
menempel pada tulang), dibandingkan kiri/kanan. Kemudian ketuk dengan gentle dan
dibandingkan kiri/kanan.
16. Interpretasi hasil pemeriksaan
Gerakan ekstensi lengan bawah pada siku.

Reflek Patela (KPR)


17. Teknik pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan kedua patella secara bersamaan, dengan memposisikan kedua
lutut dengan tangan kiri pemeriksa atau dengan mengganjal menggunakan bantal,
sedangkan tangan kanan pemeriksa melakukan pengetukan dengan hammer refleks.
secara gentle dan dibandingkan kiri/kanan.
18. Interpretasi hasil pemeriksaan
Gerakan ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m. quadriceps femoris.

Reflek Achilles (APR)


19. Teknik pemeriksaan
Posisikan kaki pasien yang akan diperiksa di atas tulang kering kaki kontra lateral,
sambil melakukan dorsofleksi ringan pada jari-jari kaki pasien yang ditahan dengan
tangan kiri pemeriksa. Dilakukan ketukan pada tendon Achilles dengan hammer refleks.
secara gentle dan dibandingkan kiri/kanan.
20. Interpretasi hasil pemeriksaan
Gerakan plantar fleksi kaki karena kontraksi m. gastrocnemius.

C. PENCATATAN PELAPORAN
21. Membuat catatan dalam rekam medis.
22. Menjelaskan hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN (VISUS)

A. PERSIAPAN
1. Mengucapkan salam dan memperenalkan diri
Selamat pagi bapak, perkenalkan saya dr. Ferdi yg bertugas di klinik hari ini.
2. Mencocokkaan dan mencatat identitas pasien
Nama bapak Budi, Usia 45 tahun, alamat jl. Sby. Apakah sesuai pak?
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Saya akan melakukan pemeriksaan visus yang bertujuan untuk mengetahui apakah
ada kelainan dan menunjang penegakan diagnosis.
4. Informed consent
Apakah bapak bersedia?
5. Persiapan alat
- Snellen’s chart
- penutup mata pasien/okluder (jika ada)
6. Cuci tangan

B. TEKNIK PEMERIKSAAN
7. Mempersilahkan pasien untuk melepaskan kaca mata dan softlens (bagi
yang memakainya).
8. Mengatur posisi pasien.
Posisi pasien duduk tegak, menghadap ke arah Snellen’s chart. jarak antara pasien dan
Snellen’s chart bisa 5 meter atau 6 meter.
9. Meminta pasien menutup salah satu mata secara bergantian (mata kanan,
kemudian mata kiri)
Bila tersedia, bisa menggunakan alat penutup mata.
Bila menggunakan tangan, tutup mata dengan menggunakan telapak tangan. posisi
tangan membentuk mangkok, dengan jari-jari tertutup rapat. Tangan tidak boleh
menekan bola mata yang ditutup.
10. Melakukan pengukuran tajam penglihatan menggunakan Snellen’s Chart

Langkah-langkah pemeriksaan:
a. Pasien diminta membaca angka-angka atau huruf-huruf yang tertera di kartu Snellen,
dimulai dari huruf atau angka yang paling atas 6/60 atau 5/60.
b. Lanjutkan secara terurut kebawah dan secara acak dalam setiap baris sampai pasien
tidak dapat membaca.
c. Lakukan pemeriksaan tajam penglihatan mata kontralateral dengan teknik yang
sama.
Interpretasi tajam penglihatan:
a. Hasil tajam penglihatan adalah baris angka/huruf terakhir yang bisa dibaca, bisa
dilihat di samping baris terakhir.
b. Perhatikan jarak yang digunakan saat pemeriksaan. Nilailah tajam penglihatan
berdasarkan jarak yang sesuai.
c. Jika pasien tidak bisa membaca huruf/angka paling atas, lakukan pemeriksaan hitung
jari

11. Melakukan pengukuran tajam penglihatan dengan cara menghitung jari


(jika pasien tidak bisa membaca huruf/angka paling atas)

Langkah-langkah pemeriksaan:
a. Pemeriksaan dimulai dari jarak 1 meter dilanjutkan bertahap mundur tiap meter
sampai 6 meter.
b. Pemeriksa menunjukkan jumlah jarinya secara acak kepada pasien
c. Pasien diminta menghitung jari yang ditunjukkan pemeriksa
Interpretasi tajam penglihatan:
a. Tajam penglihatan pasien adalah jarak terjauh dimana pasien masih bisa menghitung
jari pemeriksa
b. Contoh 1/60: pasien bisa menghitung jari pada jarak 1 meter, 2/60: pasien bisa
menghitung jari pada jarak 2 meter,dst
Bila dengan pemeriksaan hitung jari (jarak 1 meter) tidak bisa menyebutkan, maka
dilakukan pemeriksaan dengan lambaian tangan.
12. Melakukan pengukuran tajam penglihatan dengan lambaian tangan.

Langkah-langkah pemeriksaan:
a. Pemeriksaan dari jarak 1 meter
b. Pemeriksa menggerakkan telapak tangannya ke kiri kanan atau atas bawah, tidak
boleh dikibas kibaskan. (pasien menirukan gerakan tangan pemeriksa)
Interpretasi tajam penglihatan:
a. 1/300: pasien bisa menirukan gerakan tangan pada jarak 1 meter
b. Bila pada pemeriksaan dengan jarak 1 meter pasien tidak bisa menirukan lambaian
tangan maka dilakukan pemeriksaan persepsi cahaya / light perception (LP)

13. Melakukan pemeriksaan persepsi cahaya / light perception (LP)

Langkah-langkah pemeriksaan:
a. Posisi pasien tetap duduk dengan menutup 1 mata.
b. Pemeriksa berdiri dengan jarak 1 meter dari pasien.
c. Pemeriksa menyalakan dan mematikan penlight secara bergantian dan mengarahkan
sinar ke mata pasien.
d. pasien diminta menyebutkan ada cahaya atau tidak.
e. bila memakai penlight yang ada knop nya, maka hanya dinyalakan 1 kali, untuk
menghindari hasil bias karena tebakan pasien benar.
Interpretasi tajam penglihatan:
a. Jika pasien bisa menentukan adanya cahaya, berarti light perception (LP(+) atau
1/~).
b. Jika pasien tidak bisa menentukan adanya cahaya, berarti LP (-) atau 0.
c. Bila LP (+) lanjutkan dengan pemeriksaan Proyeksi Iluminasi (PI)
14. Melakukan pemeriksaan proyeksi iluminasi

Langkah-langkah pemeriksaan:
a. Posisi pasien tetap duduk dengan menutup 1 mata.
b. Pemeriksa berdiri dengan jarak 1 meter dari pasien.
c. Pemeriksa menyalakan penlight dan mengarahkan sinar ke wajah pasien. dari
arah nasal, temporal, superior, dan inferior
d. pasien diminta menyebutkan arah datangnya sinar

15. Cuci tangan

C. PENCATATAN, PELAPORAN DAN KONSELING


1. Mencatat hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan rencana tindak lanjut
PEMERIKSAAN TELINGA/OTOSCOPY
A. PERSIAPAN

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri


Selamat pagi bapak, perkenalkan saya dr. Ferdi yang bertugas di klinik hari ini.
2. Mencocokkan dan mencatat identitas pasien
Nama bapak Budi, Usia 45 tahun, alamat jl. Sby. Apakah sesuai pak?
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Saya akan melakukan pemeriksaan telinga atau otoscopy untuk mengetahui apakah
ada kelainan dan untuk menegakkan diagnosis lebih lanjut.
4. Informed consent
Apakah bapak bersedia?
5. Alat dan bahan
- Lampu kepala Van Hasselt
- Spekulum telinga
- Otoskop (baterai)
- Alat penghisap
- Haak tajam
- Pemilin kapas
- Forsep telinga (optional)
- Balon politzer (optional)
- Semprit telinga (optional)
6. Mencuci tangan

B. PROSEDUR PEMERIKSAAN
7. Mengatur posisi pasien dan pemeriksa
- Pasien duduk di depan pemeriksa
- Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri pasien
- Kepala pasien dipegang dengan ujung jari pemeriksa
- Waktu memeriksa telinga kontralateral, hanya posisi kepala penderita yang diubah.
- Kaki dan lutut pasien/ pemeriksa tetap pada keadaan semula
8. Memakai lampu kepala
- Pasang lampu kepala sehingga tabung lampu berada di antara kedua mata
- Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di depan mata kanan, mata kiri
ditutup
- Proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi cahaya dan saling
bersinggungan
- Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm

Pemeriksaan telinga kiri


9. Pemeriksaan Aurikulum
Pasien disuruh menoleh kekanan supaya telinga pasien persis menghadap ke
pemeriksa
Amati ada tidknya kelainan:
- kelainan kongenital (misal: mikrotia, fistula preaurikula),
- keradangan (misal: erisipelas, dermatitis aurikularis, perikondritis, dll),
- trauma (othaematoma, pseudo-othaematoma) ataupun
- tumor (ateroma)

Pemeriksaan Miatus Acusticus Externus (MAE) dan Membrab timpani memakai


spekulum
10. Hidupkan lampu kepala dan atur focus cahaya dan arahkan ke MAE
Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di depan mata kanan, mata kiri
ditutup
Proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi cahaya dan saling
bersinggungan
Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm.
11. Meluruskan Meatus Akustikus Eksternus
Aurikulum dipegang dengan jari I dan II tangan kanan dan ditarik ke arah postero-
superior. Jari III, IV dan V di depan aurikulum (pada planum mastoid).
12. Memasang speculum
- Pegang speculum dengan tangan kanan (untuk pemeriksaan telinga kiri), dengan
tangan kiri untuk pemeriksaan telinga kanan.
- Masukkan speculum ke dalam MAE
- Arahkan sinar lampu kepala ke MAE
13. Mengamati Meatus Akustikus Eksternus
ada/tidak kelainan kongenital (misal: atresia/ stenosis kongenital), keradangan
(furunkel, otitis eksterna, granulasi), tumor (polip, papiloma, carcinoma), corpus alienum
dan cerumen.
14. Pemeriksaan Memberan timpani
Amati ada/tidaknya kelainan pada membran timpani
a. normal : utuh, warna putih seperti mutiara, ada reflex cahaya, bentuk segitiga di
bagian anterior inferior dari umbo ke tepi membrane timpani.
b. perubahan warna : hiperemi (radang), putih, kuning ataupun kehitaman (karena
jamur)
c. perubahan posisi :
- retraksi : manubrium mallei memendek (tertarik ke medial dan lebih horizontal), reflek
cahaya berubah/ hilang, prosesus brevis menonjol sehingga plika anterior tak tampak
dan plika posterior lebih jelas.
- bombans : MT terdesak ke lateral (cembung) dan hiperemi
d. perubahan struktur : perforasi, ruptur (karena trauma), sikatrik (bekas perforasi
yang telah menutup) ataupun granulasi.

Pemeriksaan Meatus Acusticus Externus (MAE) dan Membran timpani memakai


otoscope.
15. Memasukkan otoscope ke MAE.
Otoscope dipegang dengan tangan kanan.
Hidupkan lampu otoscope dan masukkan ke MAE
16. Mengamati MAE
Pemeriksaan telinga kanan
17. Mengatur posisi kepala pasien
Pasien disuruh menoleh ke kiri
18. Meluruskan MAE telinga kanan
Aurikulum dipegang dengan jari I dan II tangan kiri dan ditarik ke arah postero-superior.
Jari III, IV dan V di depan aurikulum.
19. Penilaian MAE dan Membran timpani
Mahasiswa hanya menjelaskan pemeriksaan dan penilaian sama dengan pemeriksaan
telinga kiri.
20. Mencuci tangan
C. PENCATATAN, PELAPORAN DAN KONSELING
21. Mencatat hasil pemeriksaan di rekam medik
22. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan rencana tindak lanjut
PEMERIKSAAN RHINOSCOPY ANTERIOR, TONSIL DAN PHARYNX

A. PERSIAPAN
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
Selamat pagi bapak, perkenalkan saya dr. Ferdi yg bertugas di klinik hari ini.
2. Mencocokkan dan mencatat identitas pasien
Nama bapak Budi, Usia 45 tahun, alamat jl. Sby. Apakah sesuai pak?
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Saya akan melakukan pemeriksaan rhinoscopy anterior, tonsil dan paring untuk
mengetahui apakah ada kelainan dan menegakkan diagnosis lebih lanjut.
4. Informed consent
Apakah bapak bersedia?
5. Menyiapkan alat dan bahan
- Lampu Kepala Van Hasselt
- Spekulum Hartman
- Pinset (angulair) – Bayonet (Lucae )
- Alat penghisap / mesin penghisap
- Alat dan bahan pemeriksaan tonsil dan pharynx:
- Tongue Spatula (spatula lidah) terbuat dari logam/plastik/kayu
- Baskom cuci
- Savlon
6. Mencuci tangan

B. PROSEDUR PEMERIKSAAN RHINOSCOPY ANTERIOR

PEMERIKSAAN LUAR
7. Mengatur posisi pasien dan pemeriksa.
Posisi pasien duduk berhadapan dengan dokter dengan paha kiri pasien bersinggungan
dengan paha kiri dokter
a. memasang lampu kepala
b. menghidupkan lampu kepala
8. Inspeksi
Perhatikan ada/tidaknya deformitas dorsum nasi, luka-luka, warna, edema, ulkus naso-
labial. Bibir atas maserasi akibat iritasi sekret dari sinusitis dan adenoiditis.
9. Palpasi
Palpasi: dorsum nasi krepitasi, deformitas (tanda fraktur nasal), ala nasi nyeri pada
furunkel vestibulum nasi, regio frontalis/fosa canina nyeri pada sinusitis
frontalis/maksilaris.

PEMERIKSAAN DALAM (memakai speculum)

10. Mengambil dan memegang speculum.


Pegang spekulum dengan tangan kiri, ibu jari di atas, telunjuk untuk memfiksasi pasien,
jari lain di bawah, telapak tangan menghadap ke pasien, posisi spekulum horisontal
(mendatar), tangkai lateral, mulutnya medial (masuk dalam lubang hidung).
11. Pemeriksaan organ-organ dalam cavum nasi
- Mulut spekulum dalam keadaan tertutup, masukkan ke dalam kavum nasi dan
mulut spekulum dibuka pelan-pelan.
- Perhatikan adanya kelainan pada: cavum nasi, conchae nasi inferior, medius,
superior (kadang-kadang), meatus nasi superior, medius, inferior, septum nasi, dasar
cavum nasi, atap cavum nasi.
12. Mengeluarkan speculum
Mulut spekulum ditutup 90% (tidak boleh rapat), baru dikeluarkan. Jika ditutup 100%,
bulu rambut dapat terjepit dan ikut tercabut keluar.
C.PROSEDUR PEMERIKSAAN PHARYNX DAN TONSIL.

13. Pemeriksaan pharynx


- Mulutnya tolong dibuka pak
- Pegang tongue spatula (spatula lidah) dari plastik/logam/kayu dengan tangan kiri.
Posisi jari telunjuk dan tengah di atas.
- Lidah ditekan ke bawah dengan tongue spatel.
- Amati dinding pharynx tidak hiperemia, tidak ada edema, ada reflex pharynx (muntah)
dengan menyentuh dinding pharynx pakai spatula lidah yang lain.
14. Pemeriksaan tonsil
- Mulut pasien masih dalam keadaan terbuka dan tongue spatel masih terpasang
didalam mulut pasien.
- Amati (kondisi normal) tonsil tidak membesar, tidak hiperemia, tidak ada pelebaran
kripta, dan tidak terdapat detritus
15. Mengeluarkan tongue spatel dan pasien menutup mulut.
- Keluarkan tongue spatel dari mulut secara perlahan supaya tidak menyentuh organ-
organ didalam mulut.
- Pasien dipersilahkan menutup mulut.
16. Merapikan alat dan mencuci tangan.

D. PENCATATAN,PELAPORAN DAN KONSELING


17. Mencatat hasil pemeriksaan di rekam medis
18. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan rencana tindak lanjut.
PEMERIKSAAN SENSORIK

A. PERSIAPAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
Selamat pagi bapak, perkenalka saya dr. Ferdi yg bertugas di klinik hari ini.
2. Mencatat identitas pasien seperti nama, usia, alamat, dsb.
Nama bapak Budi, usia 45 tahum, alamat jl. Sby no 4 apakah sesuai pak?
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan dan Informed Consent
Saya akan melakukan pemeriksaan sensoris untuk mengetahui apakah ada kelainan
dan menunjang penegakan diagnosis, apakah bapak bersedia?
4. Menyiapkan alat
- Hammer reflek yang dilengkapi jarum, alat tes raba (kuas mini) dan kapas.
- Air hangat suhu 37 ± 7⁰C + wash lap/kain/tabung reaksi
- Air dingin suhu 20 ± 7⁰C + wash lap/kain/tabung reaksi
5. Persiapan pasien dan pemeriksa
Mencuci tangan
6. Posisi pemeriksa
Pemerika berada di sisi kanan dan pasien diperintahkan memejamkan mata.

B. PEMERIKSAAN SENSIBILITAS/ SENSORIK

Eksteroseptik/ protopatik (Nyeri, Raba, Suhu)


Nyeri
7. Teknik pemeriksaan
Pemeriksa memegang jarum di bagian ujungnya (jangan di pangkal jarum).
Menyentuhkan ujung jarum sesuai dermatome atau area sensibilitas yang akan dinilai.
“apakah terasa nyeri? terasa tajam atau tumpul?”
8. Interpretasi hasil pemeriksaan
Pasien menyebutkan nyeri atau tidak atau dapat membedakan tajam atau tumpul.

Raba
9. Teknik pemeriksaan
Menyentuhkan kuas mini ke kulit yang akan dinilai dari beberapa arah : atas, bawah,
kanan dan kiri. Jika tidak terdapat kuas mini dapat menggunakan kapas yang dipilin
dengan cara menempelkan ke kulit yang dinilai
10. Interpretasi hasil pemeriksaan
Pasien menyebutkan rasa raba atau tidak.

Suhu
11. Teknik pemeriksaan
Hangat : Menggunakan waslap/ kain/ tabung reaksi yang dicelupkan air hangat lalu
disentuhkan ke kulit pasien.
Dingin : Menggunakan waslap/ kain/ tabung reaksi yang dicelupkan air dingin lalu
disentuhkan ke kulit pasien.
12. Interpretasi hasil pemeriksaan
Pasien menyebutkan sensasi hangat, dingin atau tidak.

Proprioseptik (Gerak/ Posisi, Getar dan Tekan)

Gerak/ Posisi
13. Teknik pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan pada jari-jari tangan maupun kaki, dengan memegang sisi
lateral jari pasien yang diperiksa, kemudian digerakkan ke atas atau ke bawah.
Sebelumnya pasien diberikan contoh dan saat diperiksa mata penderita di tutup.
14. Interpretasi hasil pemeriksaan
Pasien menyebutkan posisi jari tangan atau kaki dengan benar.
Getar
15. Teknik pemeriksaan
Menggunakan garpu tala dengan frekuensi 128 Hz/ 256 Hz, dengan meletakkan kaki
garpu yang telah digetarkan pada anggota gerak penderita (biasanya pada maleolus
medial).
16. Interpretasi hasil pemeriksaan
Pasien dapat merasakan getaran

Tekan
17. Teknik pemeriksaan
Dilakukan dengan melakukan penekanan pada betis atau otot pasien.
18. Interpretasi hasil pemeriksaan
Pasien dapat merasakan tekanan atau tidak

C. PENCATATAN PELAPORAN
19. Membuat catatan dalam rekam medis
20. Menjelaskan hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN MOTORIK

A. PERSIAPAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
Selamat pagi bapak, perkenalkan saya dr.Ferdi yg bertugas di klinik hari ini.
2. Mencatat identitas pasien
Nama Bapak budi, usia 45 th, alamat jl. Sby apakah sesuai pak?
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan dan Informed Consent.
Saya akan melakukan pemeriksaan motorik yang bertujuan untuk mengetahui apakah
ada kelainan dan menunjang penegakan diagnosis. Apakah bapak bersedia?
4. Persiapan Pasien pemeriksa
Mencuci tangan
5. Mengatur posisi pasien dan pemeriksa
Pemeriksa berada disisi kanan pasien.
6. Penilaian kekuatan otot
+5 : dapat melawan tahanan kita (normal)
+4 : dapat melawan tahanan ringan
+3 : dapat melakukan gerakan melawan gaya gravitasi, tapi tidak dapat melawan
tahanan ringan
+2 : dapat melakukan gerakan ke samping (gerakan sendi), tidak dapat melakukan
gerakan melawan gravitasi
+1 : hanya kontraksi otot saja
0: tidak ada gerakan sama sekali
B.PROSEDUR PEMERIKSAAN
Ekstremitas Atas
7. Pemeriksaan kekuatan otot Deltoid
Membuka kedua lengan atas pasien ke samping kanan dan kiri, kemudian pemeriksa
menahan lengan atas (daerah siku) pasien, sedangkan pasien berusaha
mempertahankan posisinya
8. Pemeriksaan kekuatan otot Biceps
Melakukan fleksi lengan dengan membentuk sudut 90⁰, kemudian pemeriksa menarik
(ekstensi) lengan bawah pasien, sedangkan pasien berusaha mempertahankan
posisinya.
9. Pemeriksaan kekuatan otot Triceps
Melakukan fleksi lengan dengan membentuk sudut 90⁰, kemudian pemeriksa
mendorong (lebih fleksi) lengan bawah pasien, sedangkan pasien berusaha mendorong
(ekstensi) lengan bawahnya.
10. Pemeriksaan genggaman tangan
Pasein menggenggam jari pemeriksa, sedangkan pemeriksa berusaha menarik
tangannya.
11. Pemeriksaan kelemahan ringan
Kedua lengan diangkat lurus ke atas (sudut 45⁰) dengan telapak tangan menghadap ke
bahu atau atas (supinasi). Tetapi lengan yang mengalami kelemahan ringan tidak dapat
mempertahankan posisi tersebut, melainkan terjadi pronasi pada lengan bawahnya
Ekstremitas Bawah
12. Pemeriksaan otot iliopsoas
Tungkai pasien diluruskan dan diangkat ke atas sedangkan tangan pemeriksa
memberikan tahanan pada lutut.
13. Pemeriksaan otot Gluteus
Tungkai pasien diluruskan dan ditekan ke bawah, sedangkan tangan pemeriksa
berusaha mengangkat ke atas pada bagian belakang lutut dan sendi panggul.
14. Pemeriksaan otot Quadriceps Femoris
Melakukan fleksi tungkai dengan membentuk sudut 90⁰, kemudian pemeriksa menahan
tungkai bawah pasien, sedangkan pasien berusaha menendang
15. Pemeriksaan otot Hamstring
Melakukan fleksi tungkai dengan membentuk sudut 90⁰, kemudian pemeriksa menarik
(ekstensi) tungkai bawah pasien, sedangkan pasien berusaha menarik (lebih fleksi)
tungkai bawah.
16. Pemeriksaan otot Tibialis Anterior
Pemeriksa menarik (platarfleksi) telapak kaki pasien, sedangkan pasien berusaha
menarik (dorsofleksi) telapak kakinya.
17. Pemeriksaan otot Gastrocnemius
Pemeriksa menahan telapak kaki pasien, sedangkan pasien berusaha mendorong/
menginjak (plantarfleksi) telapak kakinya
18. Pemeriksaan kelemahan ringan
Kedua tungkai diangkat lurus ke atas, bila terjadi kelemahan tungkai ringan maka
tungkai akan lebih cepat turun atau tidak dapat mempertahankan posisinya.

C. PENCATATAN PELAPORAN
19. Mencatat hasil pemeriksaan dalam rekam medis
20. Menjelaskan hasil pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai