(NBS-THT-MATA)
A. PERSIAPAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
Selamat pagi bapak, perkenalkan saya dr. Ferdi yang bertugas di klinik hari ini.
2. Mencatat identitas pasien seperti nama, usia, alamat, dsb.
Nama bapak Budi, Usia 45 tahun, alamat jl. Sby. Apakah sesuai pak?
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan dan Informed Consent
Saya akan melakukan pemeriksaan refleks fisiologis untuk mengetahui apakah ada
kelainan dan menunjang penegakan diagnosis. Apakah bapak bersedia?
4. Menyiapkan alat :
Hammer Reflek, jarum bundle.
5. Persiapan pasien dan pemeriksa :
cuci tangan
6. Posisi pemeriksa
Pemeriksa berada disisi kanan pasien
7. Teknik pemeriksaan
Buat goresan dinding perut dengan jarum bundle daerah epigastrik, supra umbilical,
umbilical, infra umbilical dari lateral ke medial (kearah umbilikus).
8. Interpretasi hasil pemeriksaan
kontraksi umbilikus.
Reflek Cremaster
9. Teknik pemeriksaan
Buat goresan dengan jarum bundel pada sisi medial paha dari atas ke bawah
Reflek Gluteal
11. Teknik pemeriksaan
Buat goresan dengan jarum bundel pada daerah gluteus.
12. Interpretasi hasil pemeriksaan
Positif bila terdapat gerakan reflektorik/kontraksi dari M. gluteus.
C. PENCATATAN PELAPORAN
21. Membuat catatan dalam rekam medis.
22. Menjelaskan hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN (VISUS)
A. PERSIAPAN
1. Mengucapkan salam dan memperenalkan diri
Selamat pagi bapak, perkenalkan saya dr. Ferdi yg bertugas di klinik hari ini.
2. Mencocokkaan dan mencatat identitas pasien
Nama bapak Budi, Usia 45 tahun, alamat jl. Sby. Apakah sesuai pak?
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Saya akan melakukan pemeriksaan visus yang bertujuan untuk mengetahui apakah
ada kelainan dan menunjang penegakan diagnosis.
4. Informed consent
Apakah bapak bersedia?
5. Persiapan alat
- Snellen’s chart
- penutup mata pasien/okluder (jika ada)
6. Cuci tangan
B. TEKNIK PEMERIKSAAN
7. Mempersilahkan pasien untuk melepaskan kaca mata dan softlens (bagi
yang memakainya).
8. Mengatur posisi pasien.
Posisi pasien duduk tegak, menghadap ke arah Snellen’s chart. jarak antara pasien dan
Snellen’s chart bisa 5 meter atau 6 meter.
9. Meminta pasien menutup salah satu mata secara bergantian (mata kanan,
kemudian mata kiri)
Bila tersedia, bisa menggunakan alat penutup mata.
Bila menggunakan tangan, tutup mata dengan menggunakan telapak tangan. posisi
tangan membentuk mangkok, dengan jari-jari tertutup rapat. Tangan tidak boleh
menekan bola mata yang ditutup.
10. Melakukan pengukuran tajam penglihatan menggunakan Snellen’s Chart
Langkah-langkah pemeriksaan:
a. Pasien diminta membaca angka-angka atau huruf-huruf yang tertera di kartu Snellen,
dimulai dari huruf atau angka yang paling atas 6/60 atau 5/60.
b. Lanjutkan secara terurut kebawah dan secara acak dalam setiap baris sampai pasien
tidak dapat membaca.
c. Lakukan pemeriksaan tajam penglihatan mata kontralateral dengan teknik yang
sama.
Interpretasi tajam penglihatan:
a. Hasil tajam penglihatan adalah baris angka/huruf terakhir yang bisa dibaca, bisa
dilihat di samping baris terakhir.
b. Perhatikan jarak yang digunakan saat pemeriksaan. Nilailah tajam penglihatan
berdasarkan jarak yang sesuai.
c. Jika pasien tidak bisa membaca huruf/angka paling atas, lakukan pemeriksaan hitung
jari
Langkah-langkah pemeriksaan:
a. Pemeriksaan dimulai dari jarak 1 meter dilanjutkan bertahap mundur tiap meter
sampai 6 meter.
b. Pemeriksa menunjukkan jumlah jarinya secara acak kepada pasien
c. Pasien diminta menghitung jari yang ditunjukkan pemeriksa
Interpretasi tajam penglihatan:
a. Tajam penglihatan pasien adalah jarak terjauh dimana pasien masih bisa menghitung
jari pemeriksa
b. Contoh 1/60: pasien bisa menghitung jari pada jarak 1 meter, 2/60: pasien bisa
menghitung jari pada jarak 2 meter,dst
Bila dengan pemeriksaan hitung jari (jarak 1 meter) tidak bisa menyebutkan, maka
dilakukan pemeriksaan dengan lambaian tangan.
12. Melakukan pengukuran tajam penglihatan dengan lambaian tangan.
Langkah-langkah pemeriksaan:
a. Pemeriksaan dari jarak 1 meter
b. Pemeriksa menggerakkan telapak tangannya ke kiri kanan atau atas bawah, tidak
boleh dikibas kibaskan. (pasien menirukan gerakan tangan pemeriksa)
Interpretasi tajam penglihatan:
a. 1/300: pasien bisa menirukan gerakan tangan pada jarak 1 meter
b. Bila pada pemeriksaan dengan jarak 1 meter pasien tidak bisa menirukan lambaian
tangan maka dilakukan pemeriksaan persepsi cahaya / light perception (LP)
Langkah-langkah pemeriksaan:
a. Posisi pasien tetap duduk dengan menutup 1 mata.
b. Pemeriksa berdiri dengan jarak 1 meter dari pasien.
c. Pemeriksa menyalakan dan mematikan penlight secara bergantian dan mengarahkan
sinar ke mata pasien.
d. pasien diminta menyebutkan ada cahaya atau tidak.
e. bila memakai penlight yang ada knop nya, maka hanya dinyalakan 1 kali, untuk
menghindari hasil bias karena tebakan pasien benar.
Interpretasi tajam penglihatan:
a. Jika pasien bisa menentukan adanya cahaya, berarti light perception (LP(+) atau
1/~).
b. Jika pasien tidak bisa menentukan adanya cahaya, berarti LP (-) atau 0.
c. Bila LP (+) lanjutkan dengan pemeriksaan Proyeksi Iluminasi (PI)
14. Melakukan pemeriksaan proyeksi iluminasi
Langkah-langkah pemeriksaan:
a. Posisi pasien tetap duduk dengan menutup 1 mata.
b. Pemeriksa berdiri dengan jarak 1 meter dari pasien.
c. Pemeriksa menyalakan penlight dan mengarahkan sinar ke wajah pasien. dari
arah nasal, temporal, superior, dan inferior
d. pasien diminta menyebutkan arah datangnya sinar
B. PROSEDUR PEMERIKSAAN
7. Mengatur posisi pasien dan pemeriksa
- Pasien duduk di depan pemeriksa
- Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri pasien
- Kepala pasien dipegang dengan ujung jari pemeriksa
- Waktu memeriksa telinga kontralateral, hanya posisi kepala penderita yang diubah.
- Kaki dan lutut pasien/ pemeriksa tetap pada keadaan semula
8. Memakai lampu kepala
- Pasang lampu kepala sehingga tabung lampu berada di antara kedua mata
- Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di depan mata kanan, mata kiri
ditutup
- Proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi cahaya dan saling
bersinggungan
- Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm
A. PERSIAPAN
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
Selamat pagi bapak, perkenalkan saya dr. Ferdi yg bertugas di klinik hari ini.
2. Mencocokkan dan mencatat identitas pasien
Nama bapak Budi, Usia 45 tahun, alamat jl. Sby. Apakah sesuai pak?
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Saya akan melakukan pemeriksaan rhinoscopy anterior, tonsil dan paring untuk
mengetahui apakah ada kelainan dan menegakkan diagnosis lebih lanjut.
4. Informed consent
Apakah bapak bersedia?
5. Menyiapkan alat dan bahan
- Lampu Kepala Van Hasselt
- Spekulum Hartman
- Pinset (angulair) – Bayonet (Lucae )
- Alat penghisap / mesin penghisap
- Alat dan bahan pemeriksaan tonsil dan pharynx:
- Tongue Spatula (spatula lidah) terbuat dari logam/plastik/kayu
- Baskom cuci
- Savlon
6. Mencuci tangan
PEMERIKSAAN LUAR
7. Mengatur posisi pasien dan pemeriksa.
Posisi pasien duduk berhadapan dengan dokter dengan paha kiri pasien bersinggungan
dengan paha kiri dokter
a. memasang lampu kepala
b. menghidupkan lampu kepala
8. Inspeksi
Perhatikan ada/tidaknya deformitas dorsum nasi, luka-luka, warna, edema, ulkus naso-
labial. Bibir atas maserasi akibat iritasi sekret dari sinusitis dan adenoiditis.
9. Palpasi
Palpasi: dorsum nasi krepitasi, deformitas (tanda fraktur nasal), ala nasi nyeri pada
furunkel vestibulum nasi, regio frontalis/fosa canina nyeri pada sinusitis
frontalis/maksilaris.
A. PERSIAPAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
Selamat pagi bapak, perkenalka saya dr. Ferdi yg bertugas di klinik hari ini.
2. Mencatat identitas pasien seperti nama, usia, alamat, dsb.
Nama bapak Budi, usia 45 tahum, alamat jl. Sby no 4 apakah sesuai pak?
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan dan Informed Consent
Saya akan melakukan pemeriksaan sensoris untuk mengetahui apakah ada kelainan
dan menunjang penegakan diagnosis, apakah bapak bersedia?
4. Menyiapkan alat
- Hammer reflek yang dilengkapi jarum, alat tes raba (kuas mini) dan kapas.
- Air hangat suhu 37 ± 7⁰C + wash lap/kain/tabung reaksi
- Air dingin suhu 20 ± 7⁰C + wash lap/kain/tabung reaksi
5. Persiapan pasien dan pemeriksa
Mencuci tangan
6. Posisi pemeriksa
Pemerika berada di sisi kanan dan pasien diperintahkan memejamkan mata.
Raba
9. Teknik pemeriksaan
Menyentuhkan kuas mini ke kulit yang akan dinilai dari beberapa arah : atas, bawah,
kanan dan kiri. Jika tidak terdapat kuas mini dapat menggunakan kapas yang dipilin
dengan cara menempelkan ke kulit yang dinilai
10. Interpretasi hasil pemeriksaan
Pasien menyebutkan rasa raba atau tidak.
Suhu
11. Teknik pemeriksaan
Hangat : Menggunakan waslap/ kain/ tabung reaksi yang dicelupkan air hangat lalu
disentuhkan ke kulit pasien.
Dingin : Menggunakan waslap/ kain/ tabung reaksi yang dicelupkan air dingin lalu
disentuhkan ke kulit pasien.
12. Interpretasi hasil pemeriksaan
Pasien menyebutkan sensasi hangat, dingin atau tidak.
Gerak/ Posisi
13. Teknik pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan pada jari-jari tangan maupun kaki, dengan memegang sisi
lateral jari pasien yang diperiksa, kemudian digerakkan ke atas atau ke bawah.
Sebelumnya pasien diberikan contoh dan saat diperiksa mata penderita di tutup.
14. Interpretasi hasil pemeriksaan
Pasien menyebutkan posisi jari tangan atau kaki dengan benar.
Getar
15. Teknik pemeriksaan
Menggunakan garpu tala dengan frekuensi 128 Hz/ 256 Hz, dengan meletakkan kaki
garpu yang telah digetarkan pada anggota gerak penderita (biasanya pada maleolus
medial).
16. Interpretasi hasil pemeriksaan
Pasien dapat merasakan getaran
Tekan
17. Teknik pemeriksaan
Dilakukan dengan melakukan penekanan pada betis atau otot pasien.
18. Interpretasi hasil pemeriksaan
Pasien dapat merasakan tekanan atau tidak
C. PENCATATAN PELAPORAN
19. Membuat catatan dalam rekam medis
20. Menjelaskan hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN MOTORIK
A. PERSIAPAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
Selamat pagi bapak, perkenalkan saya dr.Ferdi yg bertugas di klinik hari ini.
2. Mencatat identitas pasien
Nama Bapak budi, usia 45 th, alamat jl. Sby apakah sesuai pak?
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan dan Informed Consent.
Saya akan melakukan pemeriksaan motorik yang bertujuan untuk mengetahui apakah
ada kelainan dan menunjang penegakan diagnosis. Apakah bapak bersedia?
4. Persiapan Pasien pemeriksa
Mencuci tangan
5. Mengatur posisi pasien dan pemeriksa
Pemeriksa berada disisi kanan pasien.
6. Penilaian kekuatan otot
+5 : dapat melawan tahanan kita (normal)
+4 : dapat melawan tahanan ringan
+3 : dapat melakukan gerakan melawan gaya gravitasi, tapi tidak dapat melawan
tahanan ringan
+2 : dapat melakukan gerakan ke samping (gerakan sendi), tidak dapat melakukan
gerakan melawan gravitasi
+1 : hanya kontraksi otot saja
0: tidak ada gerakan sama sekali
B.PROSEDUR PEMERIKSAAN
Ekstremitas Atas
7. Pemeriksaan kekuatan otot Deltoid
Membuka kedua lengan atas pasien ke samping kanan dan kiri, kemudian pemeriksa
menahan lengan atas (daerah siku) pasien, sedangkan pasien berusaha
mempertahankan posisinya
8. Pemeriksaan kekuatan otot Biceps
Melakukan fleksi lengan dengan membentuk sudut 90⁰, kemudian pemeriksa menarik
(ekstensi) lengan bawah pasien, sedangkan pasien berusaha mempertahankan
posisinya.
9. Pemeriksaan kekuatan otot Triceps
Melakukan fleksi lengan dengan membentuk sudut 90⁰, kemudian pemeriksa
mendorong (lebih fleksi) lengan bawah pasien, sedangkan pasien berusaha mendorong
(ekstensi) lengan bawahnya.
10. Pemeriksaan genggaman tangan
Pasein menggenggam jari pemeriksa, sedangkan pemeriksa berusaha menarik
tangannya.
11. Pemeriksaan kelemahan ringan
Kedua lengan diangkat lurus ke atas (sudut 45⁰) dengan telapak tangan menghadap ke
bahu atau atas (supinasi). Tetapi lengan yang mengalami kelemahan ringan tidak dapat
mempertahankan posisi tersebut, melainkan terjadi pronasi pada lengan bawahnya
Ekstremitas Bawah
12. Pemeriksaan otot iliopsoas
Tungkai pasien diluruskan dan diangkat ke atas sedangkan tangan pemeriksa
memberikan tahanan pada lutut.
13. Pemeriksaan otot Gluteus
Tungkai pasien diluruskan dan ditekan ke bawah, sedangkan tangan pemeriksa
berusaha mengangkat ke atas pada bagian belakang lutut dan sendi panggul.
14. Pemeriksaan otot Quadriceps Femoris
Melakukan fleksi tungkai dengan membentuk sudut 90⁰, kemudian pemeriksa menahan
tungkai bawah pasien, sedangkan pasien berusaha menendang
15. Pemeriksaan otot Hamstring
Melakukan fleksi tungkai dengan membentuk sudut 90⁰, kemudian pemeriksa menarik
(ekstensi) tungkai bawah pasien, sedangkan pasien berusaha menarik (lebih fleksi)
tungkai bawah.
16. Pemeriksaan otot Tibialis Anterior
Pemeriksa menarik (platarfleksi) telapak kaki pasien, sedangkan pasien berusaha
menarik (dorsofleksi) telapak kakinya.
17. Pemeriksaan otot Gastrocnemius
Pemeriksa menahan telapak kaki pasien, sedangkan pasien berusaha mendorong/
menginjak (plantarfleksi) telapak kakinya
18. Pemeriksaan kelemahan ringan
Kedua tungkai diangkat lurus ke atas, bila terjadi kelemahan tungkai ringan maka
tungkai akan lebih cepat turun atau tidak dapat mempertahankan posisinya.
C. PENCATATAN PELAPORAN
19. Mencatat hasil pemeriksaan dalam rekam medis
20. Menjelaskan hasil pemeriksaan