Anda di halaman 1dari 1

IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI TEMU BLENYEH (Curcuma purpurascens Bl.

)
DENGAN GC-MS

1) Ilma Innayatul Khusna, 2) Oktariani Pramiastuti, 3) Desi Sri Rejeki


Program Studi Farmasi S1, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Bhamada Slawi
Email : innayatulkhusna2001@gmail.com
ABSTRAK
Temu blenyeh merupakan salah satu tanaman dari genus Curcuma yang bagian rimpangnya mengandung komponen aktif utama berupa kurkuminoid nonvolatil dan minyak atsiri.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan minyak atsiri serta ada tidaknya pengaruh variasi metode ekstraksi destilasi air terhadap kandungan minyak atsiri dalam rimpang
temu blenyeh dengan GC-MS. Ekstraksi minyak atsiri dilakukan dengan destilasi air dilanjutkan dengan analisis kualitatif serta analisis dengan GC-MS. Hasil identifikasi dengan GC-
MS menunjukkan 18 senyawa penyusun minyak atsiri yang terdeteksi dimana 9 senyawa berasal dari minyak atsiri destilasi batch 1 dan 9 senyawa berasal dari minyak atsiri destilasi
batch 2. Perbedaan senyawa antar variasi metode tersebut terdapat pada peak 4 hingga 7. Senyawa turmerone merupakan senyawa yang memiliki kadar terbanyak diantara 18 senyawa
lainnya yang dibuktikan dengan waktu retensi dan luas area tertinggi. Variasi metode destilasi air berpengaruh terhadap kandungan minyak atsiri dalam temu blenyeh dan kandungan
minyak atsiri dalam rimpang temu blenyeh dengan GC-MS menunjukkan 18 komponen utama berdasarkan standar NIST.
Kata Kunci: Minyak atsiri, Temu blenyeh, Destilasi air, GC-MS.

PENDAHULUAN HASIL DAN PEMBAHASAN


Tanaman dari genus Curcuma diketahui mengandung Hasil pada penelitian ini semua pengujian kualitatif minyak atsiri yang dilakukan diperoleh hasil positif bahwa
senyawa bioaktif seperti asam askorbat, betakaroten, minyak atsiri yang diperoleh benar-benar minyak atsiri dan bukan merupakan minyak lemak. Hasil uji kelarutan dalam
kurkumin, eugenol, turmeron, ar-turmeron. Salah satu alkohol menunjukkan bahwa minyak atsiri dari proses destilasi baik batch 1 maupun batch 2 cukup larut dengan baik
tanaman dari genus Curcuma adalah temu blenyeh (Curcuma pada alkohol 96% meskipun masih terdapat butiran-butiran putih yang tidak larut sempurna sehingga dinyatakan
purpurascens Bl.). Sampai saat ini, studi fitokimia dan positif (Nugroho, 2017). Selanjutnya hasil uji noda/bercak pada minyak atsiri temu blenyeh baik dari metode destilasi
biologi yang dilaporkan pada tumbuhan ini masih sangat batch 1 maupun batch 2 menguap cukup sempurna meskipun masih meninggalkan noda transparan yang artinya masih
terbatas. Pada penelitian Hong et al., 2014, ditemukan bahwa ada sisa adsorben sehingga dinyatakan positif (Nur, Baitanu and Gani, 2019). Hasil uji nilai indeks bias minyak atsiri
kandungan minyak atsiri rimpang kering temu blenyeh diperoleh hasil sebesar 1,50 yang mana masih termasuk dalam rentang sesuai standar nilai indeks bias minyak atsiri
hanya menunjukkan empat senyawa yaitu turmeron dan ar- sehingga dinyatakan positif (Wulandari et al., 2017). Hasil uji KLT dinyatakan positif sebab baik minyak atsiri dari
turmeron (sebagai komponen utama), xanthorrhizol dan metode destilasi baik batch 1 maupun batch 2 setelah disemprot dengan pereaksi noda anisaldehid-asam sulfat
isofurano-germacrene (curzerene) (Hong et al., 2014). memberikan noda berwarna merah-ungu pada sinar tampak (visibel) dan memiliki nilai Rf sebesar 0,77 yang mana
Destilasi merupakan metode paling umum dan paling banyak sesuai dengan standar (Kristiani et al., 2019).
digunakan untuk produksi minyak atsiri karena metode Tabel 1. Data GC-MS Senyawa Minyak Atsiri
destilasi dinilai lebih efektif dari segi biaya dan kualitas dari Rimpang Temu Blenyeh dari Metode Destilasi Batch 1
minyak esensial, minyak atsiri diterima dengan baik oleh
konsumen dibandingkan dengan metode lain
(Sastrohamidjojo, 2014). GC-MS umumnya digunakan
untuk analisis kualitatif senyawa organik yang mudah
menguap salah satunya adalah minyak atsiri (Handayani,
2010). Gambar 1. Kromatogram Minyak Atsiri Rimpang
Temu Blenyeh Hasil Destilasi Batch 1

METODE PENELITIAN

Gambar 2. Kromatogram Minyak Atsiri Rimpang Tabel 2. Data GC-MS Senyawa Minyak Atsiri
Temu Blenyeh Hasil Destilasi Batch 2 Rimpang Temu Blenyeh dari Metode Destilasi Batch 2

Gambar 3. Perkiraan Fragmentasi Senyawa Eucalyptol

Gambar 4. Perkiraan Fragmentasi Senyawa (+)-2-bornanone

Komponen senyawa terbesar penyusun minyak atsiri rimpang temu blenyeh yang diperoleh dari penelitian ini
adalah senyawa tumerone yang ditunjukkan dengan peak tertinggi yang memiliki luas area sebesar 10.000% dan
retention time 44.954 dan 45.442. Berdasarkan analisis data GC-MS yang telah dilakukan pada penelitian ini
kaitannya dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Hong et al., 2014 dapat diketahui bahwa dari 18
senyawa minyak atsiri yang dihasilkan oleh metode destilasi baik batch 1 maupun batch 2, hanya 5 senyawa yang sama
dengan penelitian sebelumnya antara lain: Eucalyptol (1,8-Cineole), (+)-2-Bornanone (Kamper), 2-Cyclohexen-1-
one,3-methyl-6-(1-methylethylidene) (Piperitenone), Benzene,1-(1,5-dimethyl-4-hexenyl)-4-methyl (ar-
Curcumene), dan turmerone (Hong et al., 2014).

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

1. Metode ekstraksi destilasi air berpengaruh terhadap Handayani, S. (2010). Penentuan Asam Lemak Pada Minyak Menggunakan Kromatografi Gas-Spektrometer Massa.
kandungan minyak atsiri dalam rimpang temu blenyeh Jurnal Kimia, 1.
(Curcuma purpurascens Bl.). Hong, S. L., Lee, G. S., Rahman, S. N. S. A., Hamdi, O. A. A., Awang, K., Nugroho, N. A., & Abd Malek, S. N. (2014).
2. Kandungan minyak atsiri dalam rimpang temu blenyeh Essential Oil Content of the Rhizome of Curcuma purpurascens Bl. (Temu Tis) and Its Antiproliferative Effect on
(Curcuma purpurascens Bl.) dengan GC-MS yang Selected Human Carcinoma Cell Lines. Scientific World Journal, 1–7. h ps://doi.org/10.1155/2014/397430.
dihasilkan dari variasi metode ekstraksi destilasi air Kristiani, M., Ramayani, S. L., Yunita, K., & Saputri, M. (2019). Formulasi dan Uji Aktivitas Nanoemulsi Minyak Atsiri
sama-sama menunjukkan 9 komponen utama baik pada Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Terhadap Salmonella typhii. Jurnal Farmasi Indonesia, 16(1), 14–23.
minyak atsiri destilasi batch 1 maupun batch 2, dimana Nugroho, A. (2017). Buku Ajar Teknologi Bahan Alam. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press.
perbedaan senyawa terdapat pada peak 4 hingga 7. Nur, S., Baitanu, J. A., & Gani, S. A. (2019). Pengaruh Tempat Tumbuh dan Lama Penyulingan Secara Hidrodestilasi
terhadap Rendemen dan Profil Kandungan Kimia Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum canum Sims L.). Jurnal
Fitofarmaka Indonesia, 6(2), 363–367.
Wulandari, T., Rohadi, Putri, A. S., & Devy, A. G. (2017). Pengaruh Rasio Pelarut n-Heksana-Etanol Terhadap Rendemen
dan Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Jahe (Zingiber majus Rumph) Varietas “Emprit” yang Dihasilkan. Jurnal
Teknologi Pangan Dan Hasil Pertanian, 12(2), 40–49.

Anda mungkin juga menyukai