ABSTRAK
Lada hitam (Piper nigrum L.) asal Sajingan Kalimantan Barat merupakan rempah yang
berpotensi untuk dikembangkan, salah satu kandungan kimianya adalah minyak atsiri.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengisolasi minyak atsiri lada hitam menggunakan
metode distilasi uap, menganalisis komponen senyawa kimianya menggunakan GC-MS dan
mengkarakterisasinya menggunakan parameter warna, berat jenis, indeks bias, putaran optik
dan kelarutan dalam etanol sesuai standar ISO 3061:2008. Hasil isolasi diperoleh minyak atsiri
lada hitam sebanyak 28 mL, rendemennya 1,27%. Hasil pengujian diperoleh warna agak
kehijauan; berat jenis 0,887; kelarutan dalam etanol 95% (1:3); indeks bias 1,4857; putaran
optik -12,30°. Hasil analisis menggunakan GC-MS diperoleh 31 senyawa kimia yang terdeteksi.
Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 3 komponen utama senyawa kimia terbesar yaitu:
delta-3-carene (13,51%); limonene (18,20%) dan trans-caryophellene (23,77%). Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa karakteristik minyak atsiri lada hitam untuk
parameter warna, indeks bias, putaran optik dan kelarutan dalam etanol memenuhi standar,
sedangkan berat jenisnya mendekati nilai standar.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan rempah-rempah yang melimpah,
salah satu rempahnya adalah lada. Terdapat 2 jenis lada yaitu lada hitam dan lada putih. Lada
merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang tergolong dalam familia Piperaceae dengan
species Piper nigrum L. Lada menjadi salah satu komoditas tertua yang diperdagangkan dan
dikenal sebagai the king of spices. Karena nilai jualnya yang tinggi dan volume
perdagangannya sangat besar dibandingkan rempah-rempah lainnya (Risfaheri, 2012).
Lada mengandung sejumlah mineral seperti kalium, kalsium, seng, mangan, besi,
magnesium dan vitamin. Piperin sebagai komponen utama alkaloid yang terkandung di dalam
lada, selain berperan sebagai antioksidan juga memiliki aktivitas anti hipertensi (Risfaheri,
2012). Lada hitam bersifat pedas dan beraroma sangat khas. Salah satu kandungan kimia yang
terdapat dalam lada hitam adalah minyak atsiri. Kebutuhan minyak atsiri dunia setiap tahun
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan industri modern seperti
industri parfum, kosmetik, makanan, aroma terapi dan obat-obatan (Feriyanto, 2013).
Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan berbagai macam metode seperti penyulingan
dengan uap langsung, pengepresan, ekstraksi dengan pelarut menguap, ekstraksi dengan
lemak padat. Namun, sebagian besar minyak atsiri diperoleh melalui metode penyulingan air
(hidrodistilasi) (Lutony dan Rahmayati, 1994). Minyak atsiri yang baik dapat diperoleh melalui
distilasi uap air. Minyak yang dihasilkan hampir tidak berwarna hingga agak kehijau-hijauan dan
berbau khas (Rismunandar dan Riski, 2003).
Aziz et al., (2012) telah melakukan studi banding sifat fisikokimia dan analisis komponen
kimia minyak atsiri pada dua varietas lada hitam Bangladesh dan India menggunakan metode
GC-MS. Sifat fisikokimia minyak atsiri lada hitam Bangladesh tidak berwarna, berat jenis
0,84437, indeks bias 1,48033, putaran optik -10,67˚ dan kelarutan dalam alkohol 95% dengan
perbandingan 1:5. Minyak atsiri lada hitam India warnanya agak kehijauan, berat jenis 0,84455,
indeks bias 1,48067, putaran optik -9,33˚ dan kelarutan dalam alkohol 95% dengan
124
Jurnal Kimia Khatulistiwa, Tahun 2018, 7(4): 124-133 ISSN 2303-1077
perbandingan 1:5. Hasil analisis dengan GC-MS terdapat total 18 komponen kimia minyak atsiri
dari lada hitam Bangladesh dan 14 jumlah komponen kimia dari lada hitam India. Perbedaan
jumlah komponen senyawa kimia dari kedua varietas ini dikarenakan perbedaan letak geografis
dan kondisi ekologi.
Rmili et al., (2014) telah melakukan perbandingan komposisi minyak atsiri dari lada hitam
dengan hidrodistilasi dan hidrodistilasi dibantu microwave dan dianalisis dengan GC-MS.
Hasilnya menunjukkan tidak ada efek yang signifikan pada volume pelarut yang digunakan
pada hidrodistilasi terhadap komposisi kimia minyak atsirinya. Sebaliknya jumlah pelarut dan
kekuatan microwave menunjukkan beberapa variasi dalam komposisi kimia dari minyak atsiri
tersebut.
Berdasarkan SNI lada hitam 0005:2013 minyak atsiri lada hitam saat ini hanya sampai
mendapatkan rendemennya saja dan belum ditemukan publikasi mengenai minyak atsiri lada
hitam asal Kalimantan Barat. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik minyak atsiri lada hitam asal Sajingan Kalimantan Barat dengan cara
mengisolasinya dengan distilasi uap dan menentukan kandungan kimianya menggunakan GC-
MS dan mengkarakterisasi minyak atsiri didasarkan pada parameter warna, berat jenis, indeks
bias, putaran optik dan kelarutan dalam etanol yang merujuk pada standar yang ada.
METODOLOGI PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang pengaduk, botol tempat minyak
atsiri, corong pisah, gelas beaker, gelas ukur, hair dryer, kertas putih, neraca analitik, penangas
air, penjepit tabung, piknometer ATAGO AP 300, pipet tetes, pipet volume, polarimeter,
refraktometer Abbe Bausch Lomb, seperangkat alat distilasi uap, seperangkat alat GC-
MSShimadzu QP 2010 Ultra, spatula, tabung reaksi dan termometer.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades (H2O), dietil eter
(C4H10O) p.a (Mallinckrodt), etanol 95% (C2H5OH), lada hitam daerah Sajingan dan natrium
sulfat anhidrat (Na2SO4) (Merck).
Prosedur Kerja
Preparasi sampel
Sampel buah lada hitam (Piper nigrum L.) diperoleh dari petani lada hitam di daerah
Sajingan, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Sampel lada hitam yang telah
disiapkan selanjutnya dihaluskan menggunakan blender.
Isolasi minyak atsiri dari lada hitam dengan metode distilasi uap
Lada hitam sebanyak 2,2 kg dimasukkan ke dalam ketel tempat sampel. Kemudian
ditambahkan air pada ketel tempat air. Alat distilasi uap dipasang yang telah dilengkapi
kondensor dan dipanaskan ketel tempat air tersebut sampai mendidih selama ± 6 jam. Distilasi
dihentikan bila tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes bersama air atau volume minyak
tidak bertambah. Minyak atsiri yang dihasilkan ditampung ke dalam corong pisah dan
dipisahkan antara minyak dengan air. Kemudian minyak atsiri yang diperoleh ditambahkan
natrium sulfat anhidrat dan ditentukan rendemen minyak atsiri lada hitam.
Identifikasi warna
Minyak atsiri dari distilasi lada hitam yang diperoleh dipipet sebanyak 10 mL dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, hindari adanya gelembung udara. Tabung reaksi berisi sampel
disandarkan pada kertas berwarna putih. Warnanya diamati dengan mata langsung, jarak
pengamatan antara mata dan contoh 30 cm (SNI 06-2388-2006 minyak nilam dengan
modifikasi).
125
Jurnal Kimia Khatulistiwa, Tahun 2018, 7(4): 124-133 ISSN 2303-1077
Berat jenis
Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian dibilas berturut-turut dengan etanol dan dietil
eter. Bagian dalam piknometer tersebut dikeringkan dengan arus udara kering dan ditutup.
Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan ditimbang (m).
Piknometer diisi dengan air suling yang telah dididihkan dan dibiarkan pada suhu ruang, sambil
menghindari adanya gelembung-gelembung udara. Kemudian piknometer dicelupkan ke dalam
penangas air pada suhu ruang selama 30 menit dan dikeringkan piknometer. Piknometer
dibiarkan dalam lemari timbangan selama 30 menit, ditimbang dengan isinya (m 1).
Piknometer tersebut dikosongkan, dicuci dengan etanol dan dietil eter, dikeringkan dengan
arus udara kering. Piknometer diisi dengan contoh minyak dan dihindari adanya gelembung
udara. Piknometer dicelupkan kembali ke dalam penangas air pada suhu ruang selama 30
menit. Sisipkan tutupnya dan dikeringkan piknometer tersebut. Piknometer ditimbang selama 30
menit hingga diperoleh berat konstan (m2) (SNI 06-2388-2006 tentang minyak nilam dengan
modifikasi).
Berat Jenis )
Indeks bias
Air dialirkan melalui refraktometer hingga temperatur sesuai dengan pembacaan.
Temperatur tidak boleh berbeda lebih dari ± 2 °C dari temperatur referensi dan harus
dipertahankan dengan toleransi ± 0,2°C. Sebelum minyak ditaruh di dalam alat, minyak
tersebut harus berada pada temperatur yang sama dengan temperatur dimana pengukuran
akan dilakukan yaitu temperatur 20 °C. Kemudian pembacaan dilakukan pada saat temperatur
sudah stabil (SNI 06-2388-2006 tentang minyak nilam).
Putaran optik
Sumber cahaya dinyalakan dan ditunggu sampai diperoleh kilauan yang penuh. Tabung
polarimeter diisi dengan sampel minyak yang sebelumnya telah ditepatkan pada temperatur 20
°
C, diusahakan agar gelembung-gelembung udara tidak terdapat didalam tabung polarimeter.
Tabung diletakkan di dalam polarimeter dan dibaca putaran optik dekstro (+) atau levo (-) dari
minyak, pada skala yang terdapat pada alat. Temperatur sampel dalam tabung diukur dan
dipastikan pada 20°C ± 1°C menggunakan termometer yang disisipkan pada lubang di tengah-
tengah polarimeter. Hasil rata-rata dari sedikitnya tiga pembacaan dicatat, masing-masing
pembacaan harus sesuai di sekitar 0,08° (5”) (SNI 06-2388-2006 tentang minyak nilam).
126
Jurnal Kimia Khatulistiwa, Tahun 2018, 7(4): 124-133 ISSN 2303-1077
Identifikasi warna
Warna merupakan salah satu parameter kualitas minyak atsiri. Warna minyak atsiri lada
hitam yang dihasilkan berwarna agak kehijauan. Hal ini menunjukkan bahwa warna yang
dihasilkan memenuhi standar yang ditetapkan oleh ISO 3061:2008 berdasarkan minyak atsiri
lada hitam Indonesia warnanya adalah yang tidak berwarna, kuning, hijau dan biru.
minyak atsiri
lada hitam
Gambar 1. Minyak Atsiri Lada Hitam Hasil Distilasi Uap Berwarna Agak Kehijauan
Berat jenis
Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian
minyak atsiri. Pengujian berat jenis minyak atsiri lada hitam yang dilakukan menggunakan alat
piknometer. Nilai berat jenis minyak atsiri lada hitam hasil penelitian adalah sebesar 0,887. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai berat jenis yang diperoleh memiliki selisih nilai yang sedikit
berbeda dari standar yang ditetapkan ISO 3061:2008 yaitu 0,861 sampai 0,885. Menurut
Guenther (2006) menyatakan bahwa, semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam
minyak, maka semakin besar pula nilai bobot jenisnya. Semakin besar nilai bobot jenis maka
komponen yang terkandung di dalam zat tersebut semakin banyak dengan berat molekul yang
tinggi dan rantai karbon yang panjang.
Indeks bias
Pengujian indeks bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian minyak atsiri. Indeks
bias merupakan perbandingan antara sinus sudut jatuh dan sinus sudut bias jika seberkas
cahaya dengan panjang gelombang tertentu jatuh dari udara ke minyak dengan sudut tertentu
(Guenther, 1987). Alat untuk mengukur indeks bias adalah refraktometer. Nilai indeks bias
minyak atsiri lada hitam hasil penelitian adalah sebesar 1,485. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
indeks bias yang diperoleh memenuhi standar yang ditetapkan ISO 3061:2008 berdasarkan
minyak atsiri lada hitam Indonesia yang mensyaratkan 1,480 sampai 1,493. Menurut Guenther
(1987) minyak atsiri dengan harga indeks bias yang besar memiliki kualitas lebih baik
dibandingkan minyak dengan indeks bias kecil.
Putaran optik
Alat untuk mengukur putaran optik adalah polarimeter. Nilai putaran optik minyak atsiri lada
hitam yang diperoleh adalah sebesar -12,30°. Hal ini menunjukkan bahwa nilai putaran optik
yang diperoleh memenuhi standar yang ditetapkan ISO 3061:2008 berdasarkan minyak atsiri
lada hitam Indonesia yang mensyaratkan (-17°) sampai (-6°). Menurut Guenther (1987) putaran
optik yang dihasilkan bertanda negatif (-) menunjukkan komponen senyawa-senyawa dalam
minyak atsiri lada hitam tersebut memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi ke arah kiri
(levo rotary). Senyawa yang mampu memutar bidang polarisasi adalah senyawa yang memiliki
atom karbon simetris. Menurut Khasanah et al., (2015) semakin kecil atau minus nilai putaran
optik menunjukkan bahwa minyak atsiri memiliki kualitas yang baik.
127
Jurnal Kimia Khatulistiwa, Tahun 2018, 7(4): 124-133 ISSN 2303-1077
Indonesia yang mensyaratkan 1 mL minyak atsiri dalam 3 mL alkohol 95%. Semakin mudah
minyak atsiri larut dalam alkohol maka semakin mudah pula minyak atsiri diencerkan.
Menurut Khasanah et al., (2015) uji kelarutan dalam alkohol memberi gambaran apakah
suatu minyak mudah larut atau tidak. Semakin mudah larut minyak dalam alkohol maka
semakin banyak kandungan senyawa polar dalam minyak. Kelarutan alkohol merupakan faktor
penting dalam pengujian minyak atsiri karena dapat menentukan kualitas minyak atsiri tersebut.
Berikut hasil kelarutan minyak atsiri lada hitam dalam alkohol 95%.
Tabel 1. Karakteristik Minyak Atsiri Lada Hitam Hasil Penelitian dengan Standar
Internasional (ISO)
Persyaratan
No. Parameter Standar Internasional
Hasil Penelitian
ISO 3061:2008
Tidak berwarna atau berwarna
1. Warna Agak kehijauan
(kuning, hijau, biru)
2. Berat Jenis 0,861 – 0,885 (pada suhu 20°C) 0,887 (pada suhu ruang)
3. Indeks Bias 1,480 – 1,493 (20°C) 1,485 (20°C)
4. Putaran Optik -17°C – (-6°C) (20°C) -12,30° (20°C)
Kelarutan dalam
5. 1 mL dalam 3 mL 95% alkohol 1 mL dalam 3 mL 95% alkohol
etanol
Pada Tabel 1. menunjukkan bahwa warna, indeks bias, putaran optik dan kelarutan dalam
etanol dari minyak atsiri lada hitam memenuhi standar, sedangkan berat jenis mendekati nilai
standar.
128
Jurnal Kimia Khatulistiwa, Tahun 2018, 7(4): 124-133 ISSN 2303-1077
Waktu %
Peak SI Nama
Retensi Area
1 0,98 96 3,577 Alpha-Thujene
2 3,687 96 5,58 Alpha-pinene
3 0,11 96 3,887 Champene
4 4,210 97 6,62 Sabinene
5 4,281 97 9,54 2-Beta-pinene
6 4,397 94 2,62 Beta-myrcene
7 4,644 96 2,83 1-phellandrene
8 4,748 98 13,51 Delta-3-carene
9 4,816 97 0,10 Alpha-terpinene
Benzene, 1-methyl-4-(1-methylethyl)-(CAS) p-
10 4,954 95 1,04
cymene
11 5,037 93 18,20 dl-Limonene
1,3,6-Octatriene, 3,7-dimethyl-, (E)-(CAS) Beta
12 5,256 97 0,12
Ocimene
13 5,459 96 0,17 gamma-terpinene
14 5,899 96 0,26 Alpha-terpinolene
15 5,941 97 0,74 Alpha-terpinolene
16 6,120 96 0,12 Linalool
17 10,137 94 2,49 Delta-elemene
18 10,327 96 0,28 Alpha-cubenene
19 10,799 95 3,65 Alpha-copaene
20 11,041 96 1,02 Beta-elemene
21 11,349 93 0,12 Alpha-gurjunene
22 11,599 97 23,77 Trans-cryophyellene
23 12,075 98 1,57 Alpha-humulene
24 12,485 95 0,11 Germacrene-D
25 12,856 94 0,82 Beta-selinene
26 12,715 95 0,77 Alpha-selinene
27 13,102 94 0,78 Delta-cadinene
28 13,607 92 0,12 (-)-Caryophyllene oxide
29 14,045 90 0,29 (-)-Caryophyllene oxide
30 14,089 94 1,32 (-)-Caryophyllene oxide
31 14,742 87 0,35 Spathulenol
129
Jurnal Kimia Khatulistiwa, Tahun 2018, 7(4): 124-133 ISSN 2303-1077
130
Jurnal Kimia Khatulistiwa, Tahun 2018, 7(4): 124-133 ISSN 2303-1077
Pola fragmentasi senyawa trans-caryophyllene (C15H24) dengan puncak dasar (base peak)
m/z 93 dan puncak ion molekul m/z 204. Fragmentasi m/z 204 dengan pemutusan CH3 (M+-15),
menjadi ion fragmen dengan puncak m/z 189. Fragmentasi m/z 189 dengan pemutusan (M+-96)
menjadi ion fragmen dengan puncak m/z 93. Fragmentasi m/z 93 dengan pemutusan (M+-14)
menjadi ion fragmen dengan puncak m/z 79. Pada fragmentasi m/z 204 dengan pemutusan
(M+-56) menjadi ion fragmen m/z 148. Fragmentasi m/z 148 dengan pemutusan (M+-107)
menjadi ion fragmen m/z 41 dan m/z 107. Fragmentasi m/z 41 dengan pemutusan (M+-14)
menjadi ion fragmen m/z 27. Kemudian pada fragmentasi 148 terjadi pemutusan C2H4 (M+-28)
menjadi ion fragmen m/z 120. Fragmentasi m/z 120 dengan pemutusan (M+-41) menjadi ion
fragmen m/z 79.
Spektrum massa puncak 11 dapat diasumsikan bahwa senyawa limonene mengalami
fragmentasi seperti ditunjukkan pada Gambar 9. Pola fragmentasi senyawa limonene (C10H16)
dengan puncak dasar (base peak) m/z 68 dan puncak ion molekul m/z 136. Fragmentasi m/z
136 terjadi penataan ulang Retro Diels Alder menjadi ion fragmen m/z 68 dan m/z 68. Pada
Fragmentasi m/z 136 terjadi pemutusan CH3 (M+-15) menjadi ion fragmen m/z 121.
Fragmentasi m/z 121 terjadi pemutusan (M+-82) menjadi ion fragmen m/z 39. Kemudian pada
fragmentasi m/z 136 juga terjadi pemutusan (M+-43) menjadi ion fragmen m/z 93. Fragmentasi
m/z 93 terjadi pemutusan (M+-40) menjadi ion fragmen m/z 53.
131
Jurnal Kimia Khatulistiwa, Tahun 2018, 7(4): 124-133 ISSN 2303-1077
Pola fragmentasi senyawa delta-3-carene (C10H16) dengan puncak dasar (base peak) m/z 93
dan puncak ion molekul 136. Fragmentasi m/z 136 dengan pemutusan CH3 (M+-15), menjadi ion
fragmen dengan puncak m/z 121. Fragmentasi m/z 121 dengan pemutusan C2H4 (M+-28)
menjadi ion fragmen dengan puncak m/z 93. Fragmentasi m/z 93 terjadi pemutusan CH2 (M+-
14) menjadi ion fragmen m/z 79).
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, isolasi minyak atsiri lada hitam menggunakan
metode distilasi uap dan analisis dengan GC-MS diperoleh 31 senyawa kimia. Senyawa utama
penyusun minyak atsiri pada lada hitam yaitu delta-3-carene (13,51%), limonene (18,20%) dan
trans-caryophellene (23,77%). Hasil karakterisasi minyak atsiri lada hitam berwarna agak
kehijauan, berat jenis 0,887, indeks bias 1,4857, putaran optik -12,30° dan kelarutan dalam
etanol dengan perbandingan 1 mL minyak atsiri dalam 3 mL etanol 95% memenuhi standar ISO
3061:2008, sedangkan berat jenis mendekati nilai standar.
132
Jurnal Kimia Khatulistiwa, Tahun 2018, 7(4): 124-133 ISSN 2303-1077
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, S., Naher, S., Abukawsar, M. D. dan Roy, S.K., 2012. Comparative Studies on
Physicochemical Properties and GC-MS Analysis of Essential Oil of the Two Varieties of
the Black Pepper (Piper nigrum Linn.). International J. of Pharmaceutical and
Phytopharmacological Research. 2(2): 2249– 6084
Feriyanto, Y.E., Sipahutar, P.J., Mahfud dan Prihartini, P., 2013, Pengembangan Minyak Atsiri
dari Daun dan Batang Serai Wangi (Cymbopogon Winterianus) Menggunakan Metode
Distilasi Uap dan Air dengan Pemanasan Microwave. J. Teknik Pomits. 2(1): 93–97.
Badan Standardisasi Nasional, 2006, Minyak Nilam, SNI 06-2388-2006, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional, 2013, Lada Hitam, SNI 0005-2013, Jakarta.
Guenther, E., 1987, Minyak Atsiri I, Ketaren, S. (alih bahasa). Jilid I, UI Press, Jakarta.
Guenther, E., 2006, Minyak Atsiri Jilid IV, Ketaren, S. (alih bahasa), UI Press, Jakarta.
Hidayati, 2012, Distilasi Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Pontianak dan Pemanfaatannya dalam
Pembuatan Sabun Aromaterapi, Biopropal Industri, 3(2): 39-49.
Khasanah, U. L., Kawaji., Rohula, U. Dan Aji, Y. M., 2015, Pengaruh Perlakuan Pendahuluan
Terhadap Karakteristik Mutu Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix DC), J.
Aplikasi Teknologi Pangan., 4(2): 48-55.
Lutony, T. L. dan Rahmayati, Y., 1994, Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Marlina, M. N., dan Prima, W. P., 2008, Pengujian Mutu Minyak Atsiri, Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Nurhaen, Winarsii, D., dan Ridhay, A., 2016, Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak
Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu (Melissa sp.), Online J. of
Natural Science, 5(2): 149-157.
Risfaheri, 1996, Masalah dan Standar Mutu Lada, Monograf Tanaman Lada, Balai Tanaman
Rempah dan Obat. Bogor.
Rismunandar, M. dan Riski, N., 2003, Lada Budidaya dan Tata Niaga, Ed rev, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Rmili, R., Ramdani, M., Ghazi., Saidi, N. dan El Mahi, B., 2014. Composition comparison of
essential oils extracted by hydrodistillation and microwave-assisted hydrodistillation from
Piper nigrum L. J. Mater. Environ. Sci. 5(5): 1560-1567.
Yuhono, J. T. dan Suhirman, S., 2006, Status Pengusahaan Minyak Atsiri dan Faktor-Faktor
Pasca Panen yang Menyebabkan Rendahnya Rendemen Minyak, Bul. Littro, 17(2): 79-
90.
133