Anda di halaman 1dari 24

MODEL PROSES PERANGKAT LUNAK DAN

PERBANDINGANNYA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Rekayasa Perangkat Lunak
Dosen Pengampu: Dr. Aradea., S.T., M.T.

oleh
Ari Rizqi Mardhotillah 187006009
Alif Alparisi 187006013
Sigit Muhammad Ridwan 187006087

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena rahmat
dan hidayah-Nya, serta usaha penulis dapat menyelesaikan makalah hasil penelitian
yang berjudul “MODEL PROSES PERANGKAT LUNAK DAN
PERBANDINGANNYA” makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak.
Seiring berkembangnya jaman, teknologi informasi juga ikut berkembang.
Perkembangan teknologi informasi sangat berpengaruh pada kehidupan manusia
saat ini. Perkembangan teknologi informasi tidak bisa lepas dari perkembangan
ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang tinggi membuat para
pembuat perangkat lunak menciptakan berbagai macam variasi perangkat lunak,
dikarenakan permintaan para pengguna yang tinggi. Untuk menjamin terpenuhinya
kebutuhan para pengguna, pengemabangan perangkat lunak memerlukan langkah-
langkah yang tepat, efektif, dan efisien. Untuk itulah berkembang berbagai model
proses perangkat lunak.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan bimbingan atau arahan
dari Bapak Dr. Aradea., S.T., M.T., maka dari itu, penulis mengucapkan terima
kasih. Dalam penulisan makalah hasil penelitian ini, masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam
penyempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, Oktober 2018

Penulis,

i
DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah ....................................................................................... 2
D. Kegunaan Makalah .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ............................................................................................... 3
1. Spiral Model ........................................................................................ 3
2. Extreme Programming Model ..…….. ................................................ 9
3. Rapid Application Development ......................................................... 12
4. Prototype Model .................................................................................. 15
B. Perbandingan Model-model proses perangkat lunak .............................. 19
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................. 20
B. Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Saat ini mulai muncul model-model pengembangan perangkat lunak
yang cukup baik. Setelah sebelumnya mengalami kegagalan pada
pengembangan sistem perangkat lunak, kegagalan ini disebabkan karna tidak
tersedianya teknik pengembangan perangkat lunak yang baik.
Pengembangan perangkat lunak dapat di artikan menyusun suatu sistem
yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan
atau memperbaiki sistem yang telah ada.
Dalam rekayasa perangkat lunak, model proses perangkat lunak atau
model pengembangan sistem merupakan metode yang memberikan teknik
untuk membangun perangkat lunak . metode-metode itu menyangkut
serangkaian tugas yang luas yang menyangkut analisis kebutuhan, kontruksi
program, desain, pengujian, dan pemeliharaan.
Banyak ragam kerangka kerja yang telah di kembangkan selama ini,
yang masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri-sendiri.
Suatu model pengembangan sistem tidak cocok untuk digunakan untuk
semua proyek. Masing-masing model mungkin cocok di terapkan untuk suatu
proyek tertentu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis-jenis model proses perangkat lunak?
2. Apa kelemahan dan kelebihan model proses perangkat lunak?
3. Bagaimana perbandingan model proses perangkat lunak?

1
2

C. Tujuan Makalah
Makalah ini disusun untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal
sebagai berikut di antaranya:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis model proses perangkat lunak
2. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan model proses perangkat lunak
3. Untuk mengetahui perbandingan model proses perangkat lunak

D. Kegunaan Makalah
1. Secara Teoretis
Disusunnya makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
di bidang Rekayasa Perangkat Lunak. Memahami jenis-jenis model proses
perangkat lunak dan perbandingannya.

2. Secara Praktis
Disusunnya makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
sumber pengetahuan teknologi dalam bidang model proses perangkat lunak
dan acuan pembelajaran khususnya bagi mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
1. SPIRAL MODEL

Model Spiral (spiral model) adalah salah satu bentuk dari Metode
Pengembangan Perangkat Lunak atau yang disebut SDLC (Software
Development Life Cycle), yang sangat populer digunakan dalam bidang
teknologi informasi. Model Spiral adalah gabungan dari Model Prototyping
dan Model Waterfall dengan penekanan yang tinggi pada analisis risiko tiap
tahapannya.

Bentuk ini bersifat iteratif atau berulang dengan mengontrol aspek


yang teratur dari sekuensial linier. Fungsi Model Spiral ini adalah untuk
melakukan perubahan, penambahan dan pengembangan suatu software

3
4

dengan deretan pertambahan menjadi lebih baik secara cepat dan tepat
berdasarkan keinginan dan kebutuhan penggunanya.

Tahun 1986, model ini dikenalkan pertama kali oleh Barry Boehm
pada makalahnya yang berjudul “A Spiral Model of Software Development
and Enhancement”. Makalah tersebut menjelaskan tentang sebuah diagram
yang dihasilkan dari berbagai publikasi yang mendiskusikan tentang Model
Spiral ini. Model ini merupakan model yang sudah lama, tetapi sangat
berguna untuk melakukan pembangunan proyek-proyek besar.

Pada makalah awal yang dibuatnya, Barry Boehm menganggap


bahwa Model Spiral adalah suatu model proses yang berhubungan dengan
inkrementasi, Model Waterfall dan Model Prototyping.

Namun dalam publikasi selanjutnya, Boehm menjelaskan bahwa


Model Spiral sebagai model proses generator yang mana pilihan
berdasarkan risiko proyek untuk menghasilkan suatu model proses yang
tepat untuk proyek tersebut. Dengan demikian, inkrementasi, Model
Waterfall dan Model Prototyping adalah kasus khusus dengan pola risiko
proyek tertentu dari Model Spiral.

Tahap-tahap Spiral Model

1) Tahap Liason

Tahap ini berhubungan dengan komunikasi antara orang yang


akan mengembangkan software (system analyst) dengan customer.
Tujuannya adalah agar dapat memuaskan customer dengan
memperbaiki dan mengembangkan software sesuai dengan kebutuhan,
kepentingan dan keinginannya.
5

2) Tahap Planning

Tahap perencanaan meliputi estimasi biaya yang digunakan,


batas waktu, pengaturan jadwal, identifikasi lingkungan kerja, sumber-
sumber infomasi untuk melakukan iterasi. Hasilnya adalah dokumen
spesifikasi kebutuhan sistem dan bisnis.

3) Tahap Analisis Risiko

Tahap ini berfungsi untuk mengidentifikasi risiko yang


berpotensial untuk terjadi dan menghasilkan suatu solusi alternatif
secara teknis dan manajemen saat strategi mitigasi risiko direncanakan
dan diselesaikan.

4) Tahap Rekayasa (engineering)

Pada tahap ini, yang dilakukan adalah sebagai berikut :

 Menguji coding dan mengembangkan software


 Menginstal software
 Membuat prototipe
 Mendesain dokumen
 Meringkas suatu pengujian software
 Membuat laporan atas kekurangan dari software agar segera
diperbaiki

5) Tahap Evaluasi

Peran customer sangat diperlukan pada tahap ini. Mereka dapat


memberikan masukan dan tanggapan, mengevaluasi produk kerja dan
memastikan bahwa produk yang dibutuhkan sesuai dengan semua
ketentuan. Jika terdapat perubahan, semua tahapan akan diperbaiki
sesuai dengan kepuasan customer. Namun, mengidentifkasi dan
memantau risiko yang terjadi juga diperlukan, seperti cost overrun.
6

Penggunaan Spiral Model

Model Spiral tepat digunakan dalam hal sebagai berikut :

 Ketika memiliki sebuah proyek dengan risiko sedang hingga tinggi


 Komitmen proyek jangka panjang karena potensi perubahan pada
prioritas ekonomi dalam perubahan waktu
 Lini produk baru yang harus dirilis secara bertahap untuk
mendapatkan feedback customer dengan cukup
 Ketika penciptaan prototipe berlaku
 Perubahan signifikan yang diharapkan dalam produk selama siklus
pengembangan
 Persyaratan yang kompleks dan memerlukan suatu evaluasi.

Invarian Spiral Model

Menurut Boehm, terdapat enam karakteristik di dalam Model Spiral :

a) Menentukan Artefak secara Bersamaan

Dalam pemrograman, sebuah ‘artefak’ adalah setiap hal


yang dihasilkan oleh orang-orang yang terlibat dalam proses
pengembangan perangkat lunak. Model ini menunjukkan bahwa
semua artefak dalam siklus hidup suatu proyek harus didefinisikan
sepenuhnya dari awal.

b) Empat Esensial Tugas Model Spiral

Menurut Boehm, setiap siklus model spiral terdiri dari


empat tugas berikut :

 Mempertimbangkan tujuan kritis dan kendala stakeholders


7

 Menguraikan dan mengevaluasi alternatif-alternatif untuk


mencapai tujuan
 Mengidentifikasi dan mengatasi risiko kepada solusi alternatif
 Persetujuan dan review stakeholder untuk melanjutkan
berdasarkan kepuasan dalam tujuan kritis dan kendala

c) Risiko ditentukan berdasarkan Usaha

Upaya dialokasikan untuk proyek harus ditentukan


berdasarkan tingkat keparahan risiko yang terkait dengan
komponen tersebut.

d) Risiko ditentukan berdasarkan Tingkat Detail

Mengatasi potensi risiko harus menentukan seberapa


banyak perhatian terhadap rincian proyek yang sedang dikerjakan.

e) Menggunakan The Anchor Point Milestones

Pada Modal Spiral terdapat 3 “The Anchor Point


Milestones” adalah :

 Life Cycle Objectives (LCO)

Untuk melihat apakah pendekatan teknis suatu proyek cukup untuk


dilanjutkan ke pengembangan berikutnya.

 Life Cycle Architecture (LCA)

Untuk memeriksa apakah pendekatan optimal yang telah


ditetapkan dan segala risiko utama telah direncanakan dan
diperhitungkan sebelumnya.

 Initial Operational Capability (IOC)


8

Untuk memeriksa bahwa persiapan yang ada telah memadai untuk


memuaskan stakeholders sebelum diluncurkan

6) Fokus terhadap Sistem dan Siklus Hidup

Melihat pentingnya sistem secara keseluruhan dan urusan


jangka panjang yang mencakup seluruh siklus hidup. [7] 8

Kelebihan dan Kekurangan Spiral Model

Kelebihan dalam menggunakan Model Spiral, yaitu :

 Perubahan-perubahan yang terjadi dapat diselesaikan secara sistematis


 Estimasi biaya menjadi mudah karena pembuatan prototipe telah
selesai dalam fragmen yang kecil
 Manajemen dan analisis risiko yang lebih baik
 Pembangunan yang cepat dan mudah secara sistematis
 Manajemen waktu yang lebih baik
 Mudah dalam melakukan perubahan kebutuhan dan dokumentasi jika
perubahan terjadi di tengah-tengah perubahan
 Produksi software terjadi lebih cepat.

Kekurangan dalam menggunakan Model Spiral, yaitu :

 Tidak cocok ketika digunakan dalam proyek-proyek kecil


 Tidak terlalu berguna dalam proyek-proyek kecil
 Sulit dalam mengikuti strategi proyek kecil
 Kurang efisien dalam penerapan model spiral karena waktu yang
digunakan
 Membutuhkan sumber pengalaman sebagai proses sehingga sangat
kompleks
 Dalam melakukan proyek kecil, estimasi biaya akan sangat tinggi
9

 Risiko dalam tahap planning, jika terjadi perbedaan dalam jadwal


pengembangan atau dalam anggaran belanja.

2. EXTREME PROGRAMING MODEL

Extreme Programming (XP) merupakan salah satu metodologi


dalam rekayasa perangkat lunak dan juga merupakan satu dari beberapa
agile software development methodologies yang berfokus pada coding
sebagai aktivitas utama di semua tahap pada siklus pengembangan
perangkat lunak (software development lifecycle). Metodologi ini
mengedepankan proses pengembangan yang lebih responsive terhadap
kebutuhan customer (”agile”) dibandingkan dengan metode-metode
tradisional sambil membangun suatu software dengan kualitas yang lebih
baik.
10

Tahapan Dalam Etreme (XP) Programming

Aktivitas planning dimulai dengan membentuk user stories. Anggota


XP team kemudian menilai setiap story dan menentukan cost — diukur
dalam development week.

 Planning. Customer dan XP team bekerja bersama untuk memutuskan


bagaimana grup story untuk release berikutnya (software increment
berikutnya) untuk dibangun oleh XP team. Jika komitmen telah dibuat,
XP team akan membangun story-story dengan cara :

Semua story segera diimplemetasikan (dalam beberapa minggu)

1) Story dengan value tertinggi akan dipindahkan dari jadwal dan


dimplementasikan pertama yang akan menjadi prioritas.
2) Story dengan resiko paling tinggi akan diimplemetasikan terlebih
dulu. Setelah project pertama direlease dan didelivery, XP team
memperhitungkan kecepatan project. Selama development,
customer dapat menambah story, merubah value, membagi story
atau menghapusnya.
 Design. XP menggunakan CRC card, untuk mengenali dan mengatur
object oriented class yang sesuai dengan software increment.
 Coding. Sebelum membuat code, lebih baik membuat unit test tiap
story untuk dimasukkan dalam software increment. XP menyarankan
agar dua orang bekerja bersama pada satu komputer workstation untuk
membuat code dari satu story (pair programming), untuk menyediakan
real time problem solving dan jaminan real time quality. Setelah pair
programming selesai, code diintegrasikan dengan kerja lainnya
(continuous integration).
 Testing. Unit test yang telah dibuat harus diimplementasikan
menggunakan suatu framework dan diatur ke dalam universal testing
suite, integrasi dan validasi sistem dapat dilakukan setiap hari.
11

Customer test (acceptance test) dilakukan oleh customer dan fokus pada
keseluruhan fitur dan fungsional sistem. Acceptance test diperoleh dari
customer stories yang telah diimplemetasikan sebagai bagian dari
software release.

Waktu Penggunaan

Penerapan dari Extreme Programing (XP) cocok untuk teknologi


atau prototipe baru, dimana persyaratan berubah dengan cepat, atau
beberapa pengembangan diperlukan untuk menemukan masalah
pelaksanaan yang tak terduga.

Kelebihan Extreme Programming, yaitu:

1) Meningkatkan kepuasan kepada klien


2) Pembangunan system dibuat lebih cepat
3) Menjalin komunikasi yang baik dengan customer.
4) Meningkatkan komunikasi dan sifat saling menghargai antar developer.

Kelemahan Extreme Programming, yaitu:

1) Cerita-cerita yang menunjukkan requirements dari customer


kemungkinan besar tidak lengkap sehingga Developer harus selalu siap
dengan perubahan karena perubahan akan selalu diterima.
2) Tidak bisa membuat kode yang detail di awal (prinsip simplicity dan
juga anjuran untuk melakukan apa yang diperlukan hari itu juga).
3) XP tidak memiliki dokumentasi formal yang dibuat selama
pengembangan. Satu-satunya dokumentasi adalah dokumentasi awal
yang dilakukan oleh user.
12

3. RAPID APPLICATION DEVELOPMENT

Rapid application development (RAD) atau rapid prototyping adalah


model proses pembangunan perangkat lunak yang tergolong dalam teknik
incremental (bertingkat). RAD menekankan pada siklus pembangunan pendek,
singkat, dan cepat.

Rapid Application Development (RAD) adalah metodologi pengembangan


perangkat lunak yang berfokus pada membangun aplikasi dalam waktu yang sangat
singkat. Istilah ini menjadi kata kunci pemasaran yang umum menjelaskan aplikasi
yang dapat dirancang dan dikembangkan dalam waktu 60-90 hari, tapi itu awalnya
ditujukan untuk menggambarkan suatu proses pembangunan yang melibatkan
application prototyping dan iterative development.

Berikut adalah Tahapan – tahapan Proses Pengembangan dalam Model Rapid


Application Development (RAD), yaitu :
13

Bussiness modeling Aliran informasi di antara fungsi – fungsi bisnis dimodelkan


dengan suatu cara untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut :

- informasi apa yang mengendalikan proses bisnis?


- Informasi apa yang di munculkan?
- Siapa yang memunculkanya?
- Ke mana informasi itu pergi?
- Siapa yang memprosesnya?

Data modeling

- Aliran informasi yang didefinisikan sebagai bagian dari fase business


- modeling disaring ke dalam serangkaian objek data yang dibutuhkan untuk
menopang bisnis tersebut.
- Karakteristik (disebut atribut) masing – masing objek diidentifikasi dan
hubungan antara objek – objek tersebut didefinisikan.
- Bagian dari pemodelan bisnis yang didefinisikan ke dalam sekumpulan
objek data.
- Karakteristik (atribut) dari setiap objek diidentifikasikan dan hubungannya

Prosess modelling

- Aliran informasi yang didefinisikan di dalam fase data modeling


ditransformasikan untuk mencapai aliran informasi yang perlu bagi
implementasi sebuah fungsi bisnis.
- Gambaran pemrosesan diciptakan untuk menambah, memodifikasi,
menghapus, atau mendapatkan kembali sebuah objek data.
- Objek data akan diimplementasikan pada fungsi bisnis.
- Deskripsi proses dibangun untuk penambahan modifikasi, penghapusan,
atau pengambilan kembali objek data.
14

Application generation

- RAD mengasumsikan pemakaian teknik generasi ke empat. Selain


menciptakan perangkat lunak dengan menggunakan bahasa pemrograman
generasi ketiga yang konvensional
- Pada semua kasus, alat – alat bantu otomatis dipakai untuk memfasilitasi
konstruksi perangkat lunak.
- Melakukan penggunaan kembali komponen yang ada (jika mungkin).
- Atau membuat kembali penggunaan kembali komponen jika dibutuhkan.

Testing and turnover

- Karena proses RAD menekankan pada pemakaian kembali, banyak


komponen program telah diuji. Hal ini mengurangi keseluruhan waktu
pengujian.
- Tetapi komponen baru harus di uji dan semua interface harus dilatih secara
penuh.

Kelebihan RAD (Rapid Application Development)

1) Sangat berguna dilakukan pada kondisi user tidak memahami kebutuhan-


kebutuhan apa saja yang digunakan pada proses pengembangan perangkat
lunak.
2) RAD mengikuti tahapan pengembangan sistem sepeti umumnya, tetapi
mempunyai kemampuan untuk menggunakan kembali komponen yang ada
(reusable object) sehingga pengembang tidak perlu membuat dari awal lagi
dan waktu lebih singkat berkisar antara 60 hari90 hari.
3) Karena mempunyai kemampuan untuk menggunakan komponen yang
sudah ada dan waktu yang lebih singkat maka membuat biaya menjadi lebih
rendah dalam menggunakan RAD

Kekurangan RAD (Rapid Application Development)

1) Proyek yang berskala besar, RAD memerlukan sumber daya manusia yang
memadai untuk menciptakan jumlah tim yang baik.
15

2) RAD menuntut pengembang dan customer memiliki komitmen dalam


aktivitas rapid fire yang diperlukan untuk melengkapi sebuah sistem dalam
waktu yang singkat. Jika komitmen tersebut tidak ada maka proyek RAD
akan gagal.

4. PROTOTYPE MODEL

Dalam Model Prototype, prototype dari perangkat lunak yang dihasilkan kemudian
dipresentasikan kepada customer, dan customer tersebut diberikan kesempatan
untuk memberikan masukan sehingga perangkat lunak yang dihasilkan nantinya
betul-betul sesuai dengan keinginan dan kebutuhan customer.

Perubahan dan presentasi prototype dapat dilakukan berkali-kali sampai dicapai


kesepakatan bentuk dari perangkat lunak yang akan dikembangkan.
Teknik – teknik Prototyping Meliputi :
 Perancangan Model
 Perancangan Dialog
 Simulasi
16

Berikut adalah 4 langkah yang menjadi karakteristik dalam proses pengembangan


pada metode prototype, yaitu :
 Pemilihan fungsi
 Penyusunan Sistem Informasi
 Evaluasi
 Penggunaan Selanjutnya
Metode ini menyajikan gambaran yang lengkap dari suatu sistem perangkat lunak,
terdiri atas model kertas, model kerja dan program. Pihak pengembang akan
melakukan identifikasi kebutuhan pemakai, menganalisa sistem dan melakukan
studi kelayakan serta studi terhadap kebutuhan pemakai, meliputi model interface,
teknik prosedural dan teknologi yang akan dimanfaatkan.

Berikut adalah Tahapan – tahapan Proses Pengembangan dalam Model Prototype,


yaitu :
 Pengumpulan kebutuhan
Customer dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format seluruh
perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem
yang akan dibuat.
17

 Membangun prototyping
Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berfokus
pada penyajian kepada customer (misalnya dengan membuat input dan format
output).

 Evaluasi protoptyping
Evaluasi ini dilakukan oleh customer, apakah prototyping yang sudah dibangun
sudah sesuai dengan keinginan customer atau belum. Jika sudah sesuai, maka
langkah selanjutnya akan diambil. Namun jika tidak, prototyping direvisi dengan
mengulang langkah-langkah sebelumnya.

 Mengkodekan sistem
Dalam tahap ini prototyping yang sudah di sepakati diterjemahkan ke dalam bahasa
pemrograman yang sesuai.

 Menguji sistem
Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, kemudian
dilakukan proses Pengujian. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black
Box, Basis Path, pengujian arsitektur, dll.

 Evaluasi Sistem
Customer mengevaluasi apakah perangkat lunak yang sudah jadi sudah sesuai
dengan yang diharapkan . Jika ya, maka proses akan dilanjutkan ke tahap
selanjutnya, namun jika perangkat lunak yang sudah jadi tidak/belum sesuai dengan
apa yang diharapkan, maka tahapan sebelumnya akan diulang.

 Menggunakan sistem
Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima customer siap untuk digunakan.
Model Prototyping ini sangat sesuai diterapkan untuk kondisi yang beresiko tinggi
di mana masalah-masalah tidak terstruktur dengan baik, terdapat fluktuasi
kebutuhan pemakai yang berubah dari waktu ke waktu atau yang tidak terduga, bila
interaksi dengan pemakai menjadi syarat mutlak dan waktu yang tersedia sangat
18

terbatas sehingga butuh penyelesaian yang segera. Model ini juga dapat berjalan
dengan maksimal pada situasi di mana sistem yang diharapkan adalah yang inovatif
dan mutakhir sementara tahap penggunaan sistemnya relatif singkat.

Berikut merupakan Jenis – jenis dari Prototyping :

 Feasibility prototypingdigunakan untuk menguji kelayakan dari teknologi


yang akan digunakan untuk system informasi yang akan disusun.
 Requirement prototyping digunakan untuk mengetahui kebutuhan aktivitas
bisnis user.
 Desain Prototyping digunakan untuk mendorong perancangan sistem
informasi yang akan digunakan.
 Implementation prototyping merupakan lanjutan dari rancangan prototype,
prototype ini langsung disusun sebagai suatu sistem informasi yang akan
digunakan.
 Contoh Penerapan Metode Prototype.
Sebuah rumah sakit ingin membuat aplikasi sistem database untuk pendataan
pasiennya. Seorang atau sekelompok programmer akan melakukan identifikasi
mengenai apa saja yang dibutuhkan oleh customer, dan bagaimana model kerja
program tersebut. Kemudian dilakukan rancangan program yang diujikan
kepada customer. Hasil/penilaian dari customer dievaluasi, dan analisis
kebutuhan pemakai kembali di lakukan.

Kelebihan Model Prototype :


 Customer berpartisipasi aktif dalam pengembangan sistem, sehingga hasil
produk pengembangan akan semakin mudah disesuaikan dengan keinginan dan
kebutuhan customer.
 Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan.
 Mempersingkat waktu pengembangan produk perangkat lunak.
 Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan customer.
 Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan customer.
19

 Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.


 Penerapan menjadi lebih mudah karena customer mengetahui apa yang
diharapkannya.

Kekurangan Model Prototype :


 Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.
 Biasanya kurang fleksibel dalam mengahadapi perubahan.
 Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype,
tetapi pemakai mungkin tidak menyadari bahwa versi tersebut dibuat tanpa
memperhatikan kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.
 Pengembang kadang-kadang membuat kompromi implementasi dengan
menggunakan sistem operasi yang tidak relevan dan algoritma yang tidak
efisien.

B. Perbandingan Model-model proses perangkat lunak

No. Aspek Spiral XP RAD Prototype


1 Proyek dengan Tinggi rendah Sedang sedang
ukuran risiko
2 Ukuran Proyek besar besar Besar kecil
3 Fleksibilitas Sedang tinggi Sedang rendah
terhadap
perubahan
4 Keterlibatan rendah tinggi Sedang Sedang
customer
5 Biaya Sedang tinggi Tinggi rendah
6 Waktu singkat singkat Singkat Sedang
7 Kompleks tinggi rendah Sedang Rendah
8 Kepercayaan sedang sedang Sedang Sedang
9 Teknologi Asing Tinggi Tinggi Sedang rendah
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Pengelolaan proyek perangkat lunak secara keseluruhan adalah kunci
keberhasilan dalam pengembangan perangkat lunak. Tidak ada model
proses perangkat lunak yang benar-benar sempurna dan menjadi yang
paling baik, sehingga memerlukan proses pendekatan dan melakukan
analisa untuk menemukan model yang sesuai dengan organisasi yang
dikerjakan. Model proses perangkat lunak yang terdiri dari Spiral
Model, Extreme Programming Model, Prototyping Model dan RAD
(Rapid Application Development) memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Pertimbangan pemilihan metodologi yang tepat sesuai
dengan kebutuhan dapat didasarkan pada kriteria penilaian yang terdiri
dari kejelasan persyaratan pengguna, keakraban dengan teknologi,
sistem kompleksitas, sistem keandalan, jadwal waktu singkat dan
visibility jadwal hingga mereferensi beberapa pendapat dari penelitian
atau jurnal ilmiah. Tidak hanya itu, disarankan untuk melakukan
pendekatan dengan model lain dengan sudut pandang yang berbeda agar
dapat ditemukan atau dipastikan model yang paling tepat untuk
diterapkan dalam proses pengembangan perangkat lunak.

2. Saran
Berdasarkan pemaparan di atas diharapkan dalam pengembangan
perangkat lunak dapat melakukan pendekatan dan penelitian dalam
memilih model proses perangkat lunak dengan mempertimbangkan
poin-poin yang menjadi tumpuan akan tercapainya pengembangan
perangkat lunak yang sesuai dengan ekspektasi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Mubarok Farid, dkk. (2015). Perbandingan Antara Model RUP dengan Prototype
dalam Aplikasi Penerimaan Siswa Baru Berbasis Web. [online]. Tersedia:
ejournal.ikado.ac.id/index.php/teknika/article/view/ 48/38. (8 Septermber
2019)
Agita, Neala. (2018). Apa yang dimaksud dengan Model Spiral dalam
pengembangan perangkat lunak ?. [online]. Tersedia:
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-model-spiral-dalam-
pengembangan-perangkat-lunak/15028/2. (8 Septermber 2019)
Budi, D. S., dkk. (2016). Analisis Pemilihan Penerapan Proyek Metodologi
Pengembangan Perangkat Lunak. TEKNIKA, Volume 5, Nomor 1,
November 2016 ISSN: 2549-8037, E-ISSN: 2549-8045.
Estrella, Widya. (2018). Apa yang dimaksud dengan Extreme Programming ?.
[online]. Tersedia : https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-
extreme-programming/15007/2. (8 Septermber 2019)

Anda mungkin juga menyukai