Disusun oleh :
ii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I. PENDAHULUAN
1
2. Mahasiswa mampu membuat raster terrain dengan menu Topo to Raster
menggunakan berbagai data.
3. Mahasiswa mampu membuat TIN
4. Mahasiswa mampu melakukan visualisasi terrain pada ArcScene
Bahan :
1. Data Batas
2. Data Topo1 CSV
3. Modul Praktikum Model Terrain Digital minggu ke-13
ArcGIS adalah sebuah perangkat lunak yang berfungsi sebagai sistem informasi
geografis. Software ini dikembangkan oleh ESRI (Environment Science & Research
Institute). Perangkat ini memiliki berbagai fungsi yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan. Pada umumnya software ini berfungsi untuk menghimpun, menyimpan, dan
menganalisis berbagai fenomena atau objek geografis di bumi. Software ini telah berhasil
2
banyak membantu para ahli dalam meneliti, mengevaluasi, hingga menyimpulkan teori-
teori baru berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Salah satu fungsinya adalah dapat digunakan untuk membuat dan mengedit
peta. Seringkali peta dibuat dengan tema dan tujuan tertentu yang disesuaikan
dengan kebutuhan pembuatnya. Secara umum jenis mata pelajaran ini sering
disebut sebagai kartu mata pelajaran. Misalnya, peta tematik yang baru-baru ini
diterbitkan adalah sebaran pasien Covid-19. Namun, karena pembaruan
jaringan jalan, perubahan medan, dan alasan lainnya, peta juga dapat diproduksi
dalam bentuk peta dasar.
Seperti yang kita tahu, sistem informasi geografi merupakan sistem informasi
yang berkaitan dengan informasi spasial dan informasi spasial. Salah satu
tanggung jawab perangkat ini adalah memastikan bahwa informasi relevan
dengan sistem informasi geografis di wilayah tersebut. Sekurang-kurangnya
berupa informasi dasar geografis tentang wilayah yang diteliti, seperti kontur,
bentang alam, koordinat wilayah, dll.
Visualisasi adalah inti dari perangkat lunak ini. Tentunya tujuan dari semua
proses yang dilakukannya adalah untuk menghasilkan visualisasi seperti peta
yang dapat dilihat oleh banyak orang. Bentuk visualisasinya bisa dua dimensi
atau tiga dimensi tergantung kebutuhan pembuat visualisasi. Hasilnya dibagikan
sebagai informasi baik berupa peta maupun informasi, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya.
3
ArcGIS juga mampu digunakan untuk analisis spasial. Dapat kita simpulkan,
ArcGIS tidak hanya dapat menggambar peta, tetapi juga menangani data yang
tidak murni bersifat spasial. Maka dari itu tidak mengherankan jika input data
yang diterima ArcGIS bisa dalam beberapa format standar. Program tersebut
dapat menggunakan berbagai data yang ada untuk memproyeksikan kondisi
sosial ke masa depan sesuka hati. Dengan cara ini, pengambil keputusan juga
dapat melihat kondisi seperti apa di masa depan dan apa akibat dari berbagai
kesalahan pengambilan keputusan.
Produk utama ArcGIS terdiri dari tiga komponen utama yaitu : ArcView (Berfungsi
sebagai pengelola data komprehensif, pemetaan dan analisis), ArcEditor (berfungsi sebagai
editor dari data spasial) dan ArcInfo (Merupakan fitur yang menyediakan fungsi – fungsi
yang ada di dalam GIS yaitu meliputi keperluan analisa dari fitur Geoprocessing)
1. Arcview
Fungsi utama dari komponen ini adalah mengelola data yang komprehensif,
melakukan pemetaan, dan dilanjutkan dengan analisis
2. ArcEditor
Sedangkan komponen ini berguna dalam mengelola atau mengedit isi data
spasial.
3. ArcInfo
Dalam mengelola data, tidak hanya bergantung pada ketiga komponen di atas.
Karena ada empat fitur yang juga berfungsi menunjang keberhasilan hasil data.
1. ArcGlobe
4
ArcGlobe adalah aplikasi yang menggunakan citra satelit untuk
menampilkan peta 3D bumi, mirip dengan tampilan Google Earth.
2. Arc Map
ArcMap adalah aplikasi utama dari perangkat lunak ini. Aplikasi ini
berfungsi sebagai pengolah data, editor, membuat peta tematik, membuat
dan mencetak peta dan masih banyak lagi. tentang bumi.
3. ArcCatalog
4. ArcScene
Berikut merupakan analisis yang sudah pernah dan seringkali saya gunakan dalam
1. Analisis overlay artinya menumpuk sebuah lapisan (layer). Analisis ini bisa
dilakukan terhadap berbagai bentuk data, baik itu data berbentuk polygon, garis,
dan titik, asalkan fitur input-nya memiliki kesamaan dalam bentuk data, biasanya
antara data spasial yang satu dengan data spasial yang lain. Analisis ini terdiri
seperti erase tool, intersect tool, union tool, symmetrical difference tool, update
5
2. Analisis proximity adalah analisis geografi yang berbasis pada Jarak antar layer.
Analisis ini biasa digunakan untuk mengidentifikasi jarak atau jangkauan suatu
titik di sebuah lokasi. Analisis yang biasa dilakukan adalah analisis buffer, yaitu
analisis yang berguna untuk membuat kelas fitur (*.shp file) baru dalam
bentuk polygon yang dengan jarak tertentu tergantung kelas fitur input. Kelas
fitur input bisa berupa polygon, garis, atau pun titik. Tools dalam
raster dan tools feature, namun yang sering saya gunakan adalah tools
feature yang sebagian besar menggunakan data vektor. Berikut tools-tools yang
sebuah fasilitas umum atau fasilitas sosial. Hasil dari analisis ini biasanya
berupa polygon dengan radius dari setiap titik fasum/fasos yang menunjukkan
kita untuk membangun jaringan kumpulan data yang saling terkoneksi untuk
melakukan analisis berbasis network atau jaringan. Analisis ini biasa digunakan
untuk mengidentifikasi letak stasiun kereta terdekat dari rumah atau menentukan
fitur layouting peta, di mana para pengguna dapat membuat dan menyunting peta
elemen-elemen peta dan memilih design pada elemen tersebut yang cukup
beragam, seperti skala, arah mata angin, legenda, inset, titik koordinat (grids), dan
lain-lain. Selain membuat peta digital, software ini juga menyediakan fitur digitasi
peta, di mana peta dalam bentuk image atau picture (format *.jpeg, *.png) dapat
6
didigitasi secara manual menjadi sebuah layer *.shp, pada dasarnya
memang software ArcGIS dan aplikasi ArcMap ini sungguh memudahkan para
B. Proyeksi UTM
Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan salah satu jenis dari
proyeksi silinder transversal conform, yang berarti proyeksi ini menggunakan bidang
proyeksi yang berupa silinder yang memotong tegak lurus dengan sumbu bumi, dengan
sifat distorsinya conform. Proyeksi UTM merupakan salah satu sistem proyeksi yang
sangat populer dan sangat sering digunakan oleh pembuat peta di Indonesia. Proyeksi
UTM merupakan proyeksi silindris, yaitu menggunakan bidang proyeksi berupa silinder.
Jika dilihat dari sudut bidang proyeksinya, proyeksi UTM merupakan proyeksi transversal.
Artinya, bidang proyeksi yang berupa silinder ini tegak lurus dengan sumbu bumi. Jika
dilihat dari sifat yang dipertahankan, maka proyeksi UTM termasuk jenis yang
mempertahankan bentuk daerahnya, atau memiliki sifat distorisi conform. Proyeksi UTM
merupakan jenis proyeksi yang bidangnya secantial yaitu memotong bola bumi di dua
buah meridian.
Dalam satu kali putaran, proyeksi UTM mampu memetakan daerah yang lebarnya
6°. Sehingga karena bidang proyeksi menyentuh 2 sisi bidang bumi, maka proyeksi dapat
selesai dalam 30 kali putaran. Dua buah meridian yang menyentuh bidang proyeksi disebut
7
sebagai meridian standar. Pada garis meridian perpotongan ini, faktor skala bernilai 1
karena hanya mengalami sedikit distorsi. Untuk meridian tengah nilai faktor skalanya
0,9996 karena nyaris tidak mengalami distorsi. Untuk memperkecil distorsi yang terjadi,
maka digunakanlah faktor skala. Semakin jauh dari garis meridian yang mempunyai faktor
skala 1, yaitu meridian yang memotong bola bumi, maka distorsi akan semakin besar.
Daerah ini akan membutuhkan faktor skala lebih dari 1 untuk mengurangi distorsi,
sehingga tidak akan terjadi pembesaran jarak pada peta dari jarak yang seharusnya sesuai
dengan skala yang digunakan. Dengan sifatnya yang seperti itu, proyeksi UTM dapat
memproyeksikan daerah ekuator tanpa atau hanya sedikit mengalami distorsi, namun tidak
terlalu baik menggambarkan daerah kutub dan lintang sedang karena akan mengalami
banyak distorsi.
Indonesia terbagi menjadi 18 zona UTM. Pembagian zona UTM dibedakan menjadi
zona utara (N) dan zona selatan (S), yang mengacu pada letak area tersebut relatif terhadap
garis ekuator.
Untuk menghindari nilai koordinat yang negatif maka setiap zone UTM
memiliki sistem koordinat sendiri-sendiri dengan titik nol pada perpotongan antara
meridian sentral dengan ekuator. Meridian tengah diberi nilai awal absis (x) 500.000
meter. Untuk zone yang terletak dibagian selatan equator (LS), equator diberi nilai awal
ordinat (y) 10.000 meter, sedangkan untuk zone yang terletak di bagian utara equator (LU),
equator tetap memilki nilai ordinat 0 m. Dengan demikian, tidak akan ditemui koordinat
yang negatif.
8
C. DEM
Digital Elevation Model (DEM) merupakan model digital yang memberikan
informasi dari bentuk permukaan bumi (topografi) dalam bentuk raster, vector ataupun
bentuk data lainnya (Trisakti,2010). DEM merupakan salah satu data utama untuk
mendukung berbagai kegiatan, seperti pembuatan peta topografi, koreksi geometric citra,
pemetaan lahan dan rencana tata ruang wilayah. Informasi yang didapat dari DEM berupa
ketinggian dan koordinat posisi ketinggian tersebut di permukaan bumi atau dengan kata
lain DEM berisi informasi X,Y,dan Z dari suatu titik.
Kegunaan dari DEM antara lain:
a. Teknik sipil : peta 3D sebagai sumber pemetaan dan perencanaan
infrastruktur, rute perencanaan, analisis terrain.
b. Ilmu kebumian : untuk mengamati penurunan muka tanah, pemodelan,
analisis serta interpretasi dari morfologi tanah, pemetaan geologi
c. Manajemen perencanaan dan sumberdaya : penentuan lokasi penambangan
d. Survei dan fotogrametri : untuk pembuatan kontur, memproduksi orthofoto,
pemetaan topografi dan lain sebagainya.
Dalam DEM dikenal istilah DSM dan DTM. Keduanya merupakan bagian dari
DEM. DSM atau Digital Surface Model merepresentasikam kenampakan muka tanah
sebagai komponen yang tumpang tindih seperti bangunan dan topografi bumi sebenarnya.
Sedangkan DTM atau Digital Terrain Model merupakan deskripsi digital dari permukaan
bumi yang terdiri tidak hanya representasi permukaan tanah, namun juga informasinya
seperti kemiringan, aspek, dll. DSM dapat diambil dari data LiDAR, foto udara, ataupun
citra satelit resolusi tinggi. Sementara DTM dapat diolah melalui data DSM. Berikut
merupakan perbedaan gambar antara DSM dan DTM
Interval kontur adalah selisih tinggi antara dua garis kontur yang berurutan.
Penentuan interval kontur tergantung dari kondisi keadaan relief dari permukaan tanah dan
skala peta. Pemilihan interval kontur tergantung dari beberapa faktor, yaitu : skala peta,
maksud dan tujuan peta, jenis terrain atau kondisi tanah.
Garis kontur tentunya memiliki sifat yang melekat yaitu:
1. Garis kontur selalu merupakan suatu loop, kecuali pada batas peta
2. Semakin miring keadaan tanah akan semakin rapat garis kontur digambarkan,
sedangkan semakin landai akan semakin jarang garis kontur yang digambarkan
3. Garis kontur yang melalui lidah bukit atau tanjung akan cembung ke arah
turunnya tanah
10
4. Garis kontur dengan ketinggian berbeda tidak mungkin menjadi satu atau
berpotongan, kecuali pada bagian tanah yang vertikal akan terlihat berimpit
pada penggambarannya
5. Garis kontur yang memotong sungai akan cembung ke arah hulu sungai dan
semakin cembung jika sungai bertambah dalam
6. Garis kontur yang memotong jalan akan berbentuk cembung kearah turunnya
jalan
Indeks kontur adalah garis kontur yang menunjukkan informasi ketinggian.
Biasanya indeks kontur ini dibuat per lima garis kontur atau tergantung kebutuhan yang
diinginkan tentang ketebalan garis tertentu, apabila ditampilkan ketinggian secara
keseluruhan maka peta kontur akan mengurangi seni dalam desainnya. Penggambaran garis
kontur ini, biasanya ada garis-garis dengan harga tertentu yang digambarkan dengan garis
yang lebih tebal dari pada garis kontur yang lain yang biasanya berupa garis kontur yang
mempunyai harga ketinggian 10 kali harga intervalnya. Secara umum diantara dua garis
tebal yang berurutan itu akan ada 3 sampai 5 garis kontur yang lainnya. Garis kontur yang
lebih tebal dari garis yang lainnya disebut dengan garis kontur indeks. Dengan adanya
kontur indeks, maka dalam pemberian harga/angka garis kontur akan dapat dibatasi.
Manfaat lain dari kontur indeks ini adalah menolong kita dalam kejelasan membaca peta,
lebih jelasnya ada pada gambar sebagi berikut:
11
E. Interpolasi TIN
Analisis spasial adalah proses memanipulasi informasi spasial untuk mengekstrak
informasi dan makna baru dari data asli. Biasanya analisis spasial dilakukan dengan Sistem
Informasi Geografis (GIS). GIS biasanya menyediakan alat analisis spasial untuk
menghitung statistik fitur dan melakukan aktivitas geoproses sebagai interpolasi data.
Interpolasi spasial adalah proses menggunakan titik-titik yang nilainya diketahui untuk
memperkirakan nilai pada titik-titik lain yang tidak diketahui.
Interpolasi TIN adalah alat populer lainnya di GIS. Algoritma TIN yang umum
disebut Triangulasi Delaunay. Ia mencoba membuat permukaan yang dibentuk oleh
segitiga dari titik-titik tetangga terdekat. Untuk melakukan hal ini, lingkaran melingkar di
sekitar titik sampel yang dipilih dibuat dan perpotongannya dihubungkan ke jaringan
segitiga yang tidak tumpang tindih dan sekompak mungkin.
12
BAB II. PELAKSANAAN
Mulai
Membuat TIN
Data hasil
Visualisasi Terrain
praktikum
Membuat laporan
Selesai
13
Berikut merupakan penjabaran dari diagram alir diatas:
A. Membuat Raster Terrain dengan Metode Interpolasi
1. Buka perangkat lunak ArcGIS sampai muncul tampilan lembar kerja.
2. Convert data point dalam format csv menjadi shapefile (*shp). Dari menu
3. Klik kanan layer topol > Open untuk melihat atribut elevasnya.
14
Gambar 2.1.4 Atribut Elevasi
4. Klik kanan layer topol > display XY data > Atur field dan proyeksinya menjadi
UTM zona 48S> Ok.
15
4. Tampilan pada lembar kerja
5. Hasil dari feature point disimpan menjadi format shapefile, dengan cara klik kanan
layer hasil konversi > Data > Export Data > Simpan hasil konversi menjadi format
shp
16
6. Klik ArcToolbox > pilih menu 3D Analyst Tools > Raster Interpolation >
pilih metode IDW.
8. Aktifkan ekstensi 3D Analyst dengan cara klik pada menu Customize > Extention,
kemudian centang 3D Analyst
13. Klik ArcToolbox > pilih menu 3D Analyst Tools > Raster Interpolation >
pilih metode Kriging.
18
Gambar 2.1.15 Raster Interpolation Kriging
19
16. Klik OK
17. Tampilan pada lembar kerja.
18. Klik ArcToolbox > pilih menu 3D Analyst Tools > Raster Interpolation >
pilih metode Natural Neighbor.
21. Klik OK
22. Tampilan pada lembar kerja.
23. Klik ArcToolbox > pilih menu 3D Analyst Tools > Raster Interpolation >
pilih metode Spline.
26. Klik OK
27. Tampilan pada lembar kerja.
22
B. Membuat Cross Section dari Hasil Langkah A
1. Gunakan toolbar 3d Analyst.
2. Jika belum ada toolbar 3D Analyst klik Customize > Toolbar > Centang 3D
Analyst.
23
Gambar 2.1.30 Menampilkan Profile Graph
7. Dua atau lebih profil dapat ditampilkan dalam satu grafik dengan cara blok semua
garis cross section dan klik Profile Graph.
5. Untuk mengganti warna setiap garis profile klik kiri dua kali pada grafik.
24
Gambar 2.1.33 Toolbox Topo to Raster
3. Isikan field dan type sebagai berikut. feature: point, field: Z, type: Point Elevation
feature: batas: type: boundary
25
4. Isikan nama raster terrain dan lokasi penyimpanan.
5. Klik OK.
6. Berikut tampilan yang muncul pada lembar kerja
7. Membuat kontur dari raster yang sudah diperoleh. Pada menu ArcToolbox > 3D
Analyst Tools > Raster Surface > Contour.
26
8. Masukkan data raster terain dengan interval 2 meter > Isikan nama kontur dan
lokasi penyimpanan > klik OK.
27
D. Membuat TIN
1. Klik ArcToolbox > 3D Analyst Tools > Data Management > TIN > Create TIN.
2. Masukkan data yang ingin digunakan, misalnya kontur dan boundary atau titik dan
boundary.
28
3. Ketentuan SF Type: Kontur: Mass Point
4. Boundary: Hardclip
5. Isikan nama TIN dan lokasi penyimpanan dan tentukan sistem koordinatnya.
6. Klik Ok
7. Berikut hasil tampilannya
29
Gambar 2.1.46 Hasil TIN
30
3. Tampilan TIN pada ArcScene
31
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
IDW
Kriging
32
Natural Neighbor
Spline
33
memberikan estimasi yang optimal di lokasi-lokasi yang tidak diukur. Kriging
membutuhkan model variogram yang menggambarkan variasi spasial data.
3. Natural Neighbor
Konsep: menggunakan pola tetangga alami antara titik-titik data. Dalam proses
interpolasi, nilai di lokasi yang tidak diketahui dihitung berdasarkan proporsi area
yang dimiliki oleh tetangga terdekatnya. Metode ini memberikan hasil yang halus
dan alami, cocok untuk data yang mengandung variasi spasial yang kompleks.
4. Spline
Konsep: menggunakan fungsi spline, yaitu fungsi matematika yang memotong
setiap segmen data dan memastikan bahwa ada kelancaran (continuity) dan
ketidakterputusannya pada titik-titik data yang diketahui. Spline dapat diterapkan
dalam bentuk univariate (untuk data satu dimensi) atau bivariate (untuk data dua
dimensi)
Berikut merupakan perbandingan cross section dari beberapa raster terrain dengan metode
interpolasi yang berbeda:
34
Tabel 3.1.2 Perbedaan Cross Section
Metode Hasil
IDW
Kriging
Natural Neighbor
35
Spline
Tabel 3.1.3 Perbedaan Raster Terrain Metode Interpolasi dan Topo to Raster
Metode Hasil
Topo to Raster
36
Interpolasi IDW
Interpolasi Kriging
37
Interpolasi Natural
Neighbor
Interpolasi Spline
Tabel 3.1.4 Perbedaan Kontur Metode Topo to Raster dan Metode Interpolasi
Metode Hasil
38
Topo to Raster
Interpolasi IDW
39
Interpolasi Kriging
Interpolasi Natural
Neighbor
40
Interpolasi Spline
Pembahasan:
Dari hasil data yang diperoleh dari praktikum dapat diketahui perbedaan raster terrain dan
kontur dengan metode yang berbeda. Terlihat bahwa raster terrain dengan menggunakan
metode Topo to Raster memiliki batas, hal tersebut dikarenakan dalam pembuatan raster
terrain disisipkan file batas sehingga hasilnya tidak full seperti raster terrain dengan
menggunakan metode interpolasi. Raster terrain dengan metode Topo to Raster
menghasilkan topografi yang jelas dibandingkan dengan metode interpolasi. Hasil kontur
yang dihasilkan terlihat perbedaannya antara metode topo to raster dan metode interpolasi.
Ada beberapa garis kontur yang berbeda dalam area yang sama. Metode Topo to Raster
mencoba merekontruksi permukaan terrain dari data titik dalam format vektor (poin, garis,
atau area). Sedangkan Interpolasi berfokus pada penciptaan data di antara titik-titik yang
telah diukur. Hasil dari Topo to Raster lebih berorientasi pada representasi topografi yang
tepat, sedangkan interpolasi dapat digunakan untuk menciptakan data di antara titik-titik
yang mungkin lebih halus tetapi mungkin kurang akurat dia daerah dengan perubahan
topografi yang signifikan.
D. Membuat TIN
Berikut merupakan hasil TIN dengan SF Type yang berbeda:
41
Tabel 3.1.5 Perbedaan TIN
Hardline
Mass Point
42
Softline
Pembahasan:
Dari hasil TIN yang ada diatas memiliki perbedaan pada jenis F Type yang berbeda. Pada
jenis F Type Hard_Line menghasilkan garis dalam TIN yang menunjukkan perubahan
ketinggian yang signifikan atau perubahan topografi yang tajam. Hard Line untuk
membentuk batas atau tepi dari permukaan triangulasi. Pada jenis F Type Mass Point titik-
tiitk mewakili data ketinggian di lokasi tersebut. Masss Point sebagai dasar triangulasi
dalam TIN dan memberikan informasi ketinggian untuk membentuk permukaan TIN. Pada
jenis F Type Soft_Line garis lembut dalam TIN menunjukkan perubahan ketinggian yang
lebih lembut. Soft Line membantu menangkap perubahan topografi yang lebih lembut
dalam permukaan dan memberikan informasi tambahan untuk membentuk triangulasi di
daerah yang kurang tajam.
43
Mass Point
Hard_Line
Soft_Line
44
Ikon Nama Fungsi
Untuk memindahkan
Cut
feature yang sedang diedit
dan terpilih.
Copy Untuk menggandakan /
Menyalin feature yang
terpilih
45
Paste Untuk mengeksekusi
featureyang dicut atau
copy.
Untuk menghapus feature
Delete
yang sedang diedit dan
terpilih
Untuk membatalkan aksi
Undo-Redo
sebelumnya. Redo Untuk
membatalkan perintah
Undo
46
efektif & memungkinkan
otomatisasi menjalankan
analisis spasial
47
untuk melihat tampilan 3D
dari sudut pandang yang
berbeda
Memungkinkan untuk
Pan
menggeser frame data
48
di-klik.
49
BAB IV. PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada judul praktikum “Pembuatan Terrain dan Visualisasinya dengan
ArcGIS” adalah :
1. Pembuatan raster terrain dengan metode interpolasi IDW memberikan hasil
yang kasar jika tidak ada pola spasial yang jelas, namun konsepnya sederhana
dan cepat prosenya. Metode Kriging menghasilkan hasil yang optimal dengan
mempertimbangkan korelasi spasial, tetapi memerlukan pemodelan variogram
yang baik. Metode Natural Neighbor menghasilkan hasil yang halus dan alami,
cocok untuk data dengan variasi spasial yang kompleks. Metode Spline
menjamin kelancaran dan ketidakterputusan dalam hasil interpolasi, baik untuk
data yang bersifat kontinu.
2. Pembuatan raster terrain dengan menggunakan menu Topo to Raster
memungkinkan untuk membuat representasi digital yang akurat dari permukaan
bumi, menghasilkan model elevasi yang dapat digunakan dlam analisis spasial
dan pemodelan topografi.
3. TIN yang dibuat pada praktikum menggunakan F Type yang berbeda jenisnya.
Jenis F Type Hard Line untuk membentuk batas atau tepi dari permukaan
triangulasi. Jenis F Type Masss Point sebagai dasar triangulasi dalam TIN dan
memberikan informasi ketinggian untuk membentuk permukaan TIN. Jenis F
Type Soft_Line garis lembut dalam TIN menunjukkan perubahan ketinggian
yang lebih lembut. Soft Line membantu menangkap perubahan topografi yang
lebih lembut dalam permukaan dan memberikan informasi tambahan untuk
membentuk triangulasi di daerah yang kurang tajam.
4. Setelah membuat raster terrain dengan metode topo to raster, data ditransfer ke
dalam ArcScene untuk membuat visualisasi yang lebih realistis. Dengan
menggunakan ArcScene, relief dan topografi suatu daerah dapat dilihat secara
detail.
50
DAFTAR PUSTAKA
51