DAFTAR ISI............................................................................................................................ i
1 PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
3.1 Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah Kota Malang ...................................................... 8
3.2 Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Kota ............................. 56
i
3.2.5 Fungsi Jalan Arteri Sekunder, Kolektor Sekunder, Lokal Sekunder dan Lingkungan
Sekunder ..................................................................................................................................... 66
3.2.9 Fungsi Jalan Arteri Sekunder, Kolektor Sekunder, Lokal Sekunder dan Lingkungan
Sekunder ..................................................................................................................................... 67
ii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 3-16 PETA SEBARAN PUSAT KOMERSIAL/BISNIS PERUMAHAN DAN FASILITAS LAINNYA ..................... 125
GAMBAR 3-17 TOPOLOGI INFRASTRUKTUR PASIF DUCTING BERSAMA KOTA MALANG .................................... 138
GAMBAR 4-1 JALUR DUCTING BERSAMA DUCTING BERSAMA KOTA MALANG ............................................... 152
iii
GAMBAR 4-5 PRINSIP KERJA SENSOR SONAR .......................................................................................... 157
GAMBAR 4-16 TYPICAL MOCKUP SPLICING INSIDE STREET CABINET ............................................................ 170
GAMBAR 4-19 TYPICAL MOCKUP CABLE BRIDGE TYPE 1 (1) ...................................................................... 175
GAMBAR 4-20 TYPICAL MOCKUP CABLE BRIDGE TYPE 1 (2) ...................................................................... 175
iv
GAMBAR 4-33 PETA INDEKS SEGMENT 7 (AKO) POP 1 ........................................................................... 199
v
DAFTAR TABEL
TABEL 3-1 FUNGSI DAN PANJANG RUAS JALAN KOTA MALANG .................................................................... 59
TABEL 3-4 PUSAT BISNIS, KOMERSIAL DAN PERUMAHAN SERTA TEMPAT IBADAH ............................................ 97
TABEL 4-2 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 1 (PS) POP 1 .............................................. 187
TABEL 4-3 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 2 (SDB) POP 1 ........................................... 189
TABEL 4-4 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 3 (SDR) POP 1 ........................................... 191
TABEL 4-5 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 4 (TP) POP 1 .............................................. 193
TABEL 4-6 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 5 (HT) POP 1 ............................................. 196
TABEL 4-7 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 6 (JBS) POP 1............................................. 198
TABEL 4-8 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 7 (AKO) POP 1 ........................................... 200
TABEL 4-9 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 8 (IPR) POP 1............................................. 202
TABEL 4-11 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 1 (CK) POP 2............................................ 205
TABEL 4-12 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 2 (MG) POP 2 .......................................... 207
TABEL 4-13 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 2 (LSC) POP 2 .......................................... 209
vi
TABEL 4-14 SEGMENTASI POINT OF PRESENCE 3 ..................................................................................... 210
TABEL 4-15 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 1 (MS) POP 3........................................... 212
TABEL 4-16 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 2 (ARJ) POP 3 .......................................... 215
TABEL 4-17 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 3 (KPH) POP 3 ......................................... 217
TABEL 4-18 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 4 (MYJ) POP 3 ......................................... 219
TABEL 4-20 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 1 (LBS) POP 4 .......................................... 223
TABEL 4-21 BLAT, ROUTING, HANDHOLE DAN FEEDER SEGMENT 2 (SG) POP 4 ........................................... 225
vii
1 PENDAHULUAN
Mengacu pada Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik dan Indonesia Broadband Plan. Bahwa pemanfaatan
Teknologi Informasi bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pelayanan Publik, serta memberikan rasa aman, keadilan dan
kepastian hukum bagi pengguna Teknologi Informasi. Dalam melaksanakan amanat
undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut jelas bahwa harus ada peran serta
instansi pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemanfaatan Teknologi
Informasi, agar pelaksanaan sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan.
Selain aspek-aspek tersebut terdapat kepentingan yang besar yang terkait dengan
pengembangan pembangunan di lingkungan Kota Malang, pelayanan publik serta
reformasi birokrasi yang menuntut keterbukaan, efektifitas, efisiensi dan akuntabilitas
pengelolaan pemerintah, terutama pada sektor-sektor pelayanan publik.
Pada aspek tata ruang kota, diperlukan sebuah penerapan infrastruktur yang tertata
rapi, bersih, teratur memiliki estetika yang baik dan waktu pengerjaan yang lebih cepat
sesuai dengan pertumbuhan tata ruang kota yang sudah ditetapkan.
Disamping itu terdapat juga kepentingan strategis untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Malang dengan memberikan pelayanan infrastruktur TIK yang
dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah. Sehingga pada akhirnya Kota Malang mendapat
pendapatan asli daerah dan dapat melakukan pembangunan dan pengelolaan yang lebih
mandiri.
1
penerapan teknologi yang sedemikian canggihnya membutuhkan infrastruktur yang
handal.
Dari berbagai perpektif, maksud tujuan dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah :
1. Tersedianya dokumen Detail Engineering Design yang akan menjadi panduan proses
pelaksanaan ducting bersama di Kota Malang, khususnya di kawasan-kawasan industri
yang telah ditetapkan.
2. Tersedianya infrastruktur Ducting bersama yang dapat digunakan oleh pemerintah Kota
Malang, pelaku-pelaku industri (baik penyedia jasa dan pengguna jasa TIK) di kawasan
industri yang telah ditetapkan.
3. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dengan memanfaatkan infrastruktur ducting
bersama melalui pengelolaan ducting tersebut oleh perusahaan milik daerah yang akan
dibentuk oleh pemerintah Kota Malang.
4. Tertatanya kawasan-kawasan industri dan tata kota/wilayah khususnya pada
infrastruktur TIK (serat optik) sesuai dengan tata ruang kota yang telah ditetapkan.
Ruang lingkup kegiatan ini adalah tersedianya Detail Engineering Design (DED) Ducting
Bersama Kota Malang.
2
1.4 KELUARAN YANG DIHARAPKAN
Secara umum keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya dokumen Detail Engineering
Design (DED) Ducting Bersama Kota Malang yang akan dijadikan rujukan pada tahapan
pembangunan Ducting bersama di Kota Malang.
3
2 PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Sesuai ruang lingkup maka metodologi dan Penyusunan DED Infratruktur Ducting
Bersama Pemerintah Kota Malang secara garis besar Penyusunan DED Infratruktur
Ducting Bersama Pemerintah Kota Malang dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Penyusunan Typical
Mockup
Penyusunan Detail
Peta
Bill Of Quantity
1. Persiapan / Perencanaan
4
2. Pengumpulan Data Dan Survey
Pada tahapan ini dilakukan kajian terhadap rujukan-rujukan dan data sekunder
yang telah dikumpulkan sebagai bahan rujukan penyusunan DED. Survey lapangan
untuk melihat kondisi yang sebenarnya dan merumuskan langkah-langkah
pelaksanaan pemasangan di kemudian hari. Selain itu juga dilakukan survey
kebutuhan perangkat dan harga komponen yang membentuk infrastruktur pasif
ducting bersama.
3. Penyusunan DED
Pada tahapan ini dilakukan penyusunan profil base map sebagai dasar penyajian
peta dalam DED. Penyusunan prosedur-prosedur umum, membuat Perencanaan
Detail konstruksi ducting (typical mockup), penyusunan detail peta dan menyusun
bill of quantity dari komponen infrastruktur pasif ducting bersama agar dapat
teridentifikasi jenis dan jumlah komponen dan total biaya yang diperlukan pada
tahap pembangunan kemudian. Tahapan ini diakhiri dengan proses penyusunan
dokumen-dokumen DED ducting bersama kota malang.
5
Gbr. 2.2 Contoh Gambar Teknik Pemasangan Ducting Pada Utilitas Jalan
6
Gbr. 2.3 Contoh Micro Ducting Fiber Optik
7
3 SURVEY DAN ANALISA DATA
Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada hakekatnya merupakan suatu
paket kebijakan umum pengembangan daerah. Rencana tata ruang merupakan hasil
perencanaan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang. Bagi wilayah Kota Malang,
kebijakan yang dirumuskan pada dokumen ini merupakan dasar strategi pembangunan
spasial, baik yang berkenaan dengan perencanaan tata ruang yang lebih terperinci
(RDTRK, RTBL), maupun rencana kegiatan sektoral seperti kawasan perdagangan,
industri, permukiman, serta fasilitas umum dan sosial.
8
4. Acuan lokasi investasi kota yang dilakukan Pemerintah Daerah, masyarakat, dan
swasta;
3.1.2.1 TUJUAN
b. Terwujudnya prasarana dan sarana kota yang berkualitas, dalam jumlah yang
layak, berkesinambungan dan dapat diakses oleh seluruh warga kota.
9
3.1.2.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Untuk mewujudkan penataan ruang wilayah Kota Malang ditetapkan kebijakan dan
strategi perencanaan tata ruang wilayah Kota Malang yang meliputi .
I. Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Wilayah Kota; Kebijakan struktur ruang wilayah
Kota Malang, meliputi :
10
e. mengarahkan perkembangan kegiatan industri dan pergudangan pada
kawasan perbatasan kota;
c. menjalin kerja sama dengan daerah otonom kawasan Malang Raya untuk
memantapkan pelayanan dan pengembangan kota;
11
c. mengembangkan sub pusat pelayanan Kota secara merata;
e. menghubungkan antar sub pusat kota dan antara masing-masing sub pusat
kota dengan pusat kota melalui jaringan jalan berjenjang dengan pola
pergerakan merata;
h. mengembangkan jaringan pusat kota, sub pusat kota, dan pusat lingkungan
yang berhierarki dan tersebar secara berimbang dan saling terkait menjadi
satu kesatuan sistem kota menuju pusat kota;
12
Kebijakan pengembangan prasarana wilayah Kota Malang meliputi :
13
2. mengadakan angkutan umum massal meliputi angkutan umum bus
metro, bus kota dan kereta api komuter;
3. membangun halte khusus untuk bus metro, bus kota, dan angkutan
kota (angkot) sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumpang
dan berfungsi untuk mencegah kemacetan;
14
1. mengembangkan dan menyediakan tenaga listrik yang memenuhi
standar mutu dan keandalan yang berlaku ke seluruh wilayah
perkotaan;
15
g. mengembangkan sistem jaringan sumber daya air, dengan upaya :
4. memperbaiki bangunan air yang berada pada badan air di wilayah kota;
4. menambah sumber mata air selain dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM), dan membuat sumur atau pompa yang memanfaatkan air
bawah tanah secara terbatas.
16
1. mengolah limbah on site system diarahkan dengan sumur resapan
kemudian dialirkan ke saluran pematusan;
17
5. menata kembali lahan yang telah menggunakan sistem open dumping
menjadi sistem sanitary landfill;
II. Kebijakan dan Strategi Pola Ruang Wilayah Kota; Kebijakan terkait pola ruang wilayah
Kota Malang, meliputi :
18
mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan. Strategi Penetapan dan
pengembangan kawasan lindung, meliputi :
d. menyediakan RTH kota minimal 30% dari luas wilayah kota, dengan upaya :
19
12. membangun RTH pada sempadan sungai, sempadan rel Kereta Api,
sempadan jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT);
20
b. mengembangkan kawasan perumahan dengan menerapkan pola
pembangunan hunian berimbang berbasis pada konservasi air yang
berwawasan lingkungan;
21
3. mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak lain agar sektor informal
lebih berkembang; dan
22
III. Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kota; Kebijakan
penetapan kawasan strategis wilayah kota diarahkan pada aspek pertumbuhan ekonomi
(kawasan perdagangan dan jasa, pariwisata, industri), dan sosial budaya (kawasan cagar
budaya dan bangunan bersejarah). Strategi penetapan kawasan strategis wilayah kota,
meliputi :
23
3.1.3 RENCANA STRUKTUR RUANG
Kategori Kota Malang ditetapkan sebagai Kota Orde IIA Provinsi Jawa Timur. Rencana
struktur ruang wilayah Kota Malang diarahkan pada tujuan keseimbangan pembangunan
antara pusat kota yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional, sub pusat kota
melayani sub wilayah kota, dan pusat lingkungan yang melayani skala lingkungan
wilayah kota.
24
3.1.3.1 SISTEM PUSAT PELAYANAN KEGIATAN KOTA
a. Pusat pelayanan kota yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional, yakni
pada Kawasan Alun-alun dan sekitarnya, dengan fungsi :
1. Sub pusat pelayanan kota yang berada di Kawasan Pasar Dinoyo dan
sekitarnya serta Taman Krida Budaya dan sekitarnya, melayani sub wilayah
kota Malang Utara, meliputi wilayah Kecamatan Lowokwaru, dengan fungsi :
2. Sub pusat pelayanan kota yang berada di Kawasan Pasar Blimbing dan
sekitarnya, Jalan Laksamana Adi Sucipto dan sekitarnya, Kawasan Perumahan
Pondok Blimbing Indah dan sekitarnya, serta Terminal Arjosari dan
sekitarnya, melayani Sub wilayah Kota Malang Timur Laut, meliputi sebagian
Wilayah Kecamatan Blimbing, dengan fungsi :
25
3. Sub pusat pelayanan kota yang berada di kawasan Perumahan Sawojajar,
Vellodrom dan sekitarnya, serta Perumahan Buring dan sekitarnya, melayani
Sub Wilayah Kota Malang Timur, meliputi sebagian wilayah Kecamatan
Kedungkandang dan sebagian wilayah Kecamatan Blimbing, dengan fungsi :
4. Sub Pusat Pelayanan Kota berada di Pasar Gadang dan sekitarnya, kawasan
Jalan Mayjen Sungkono dan sekitarnya, serta Jalan Satsuit Tubun – Gadang –
Bumiayu dan sekitarnya, melayani Sub wilayah kota Malang Tenggara,
meliputi sebagian wilayah Kecamatan Sukun dan sebagian Kecamatan
Kedungkandang, dengan fungsi :
5. Sub Pusat Pelayanan Kota berada di kawasan Jalan Dieng – Terusan Dieng
dan sekitarnya, melayani Sub wilayah kota Malang Barat, meliputi wilayah
sebagian Kecamatan Sukun, dengan fungsi :
26
3.1.3.2 RENCANA SISTEM PRASARANA WILAYAH KOTA
Jaringan jalan nasional yang melewati wilayah Kota Malang terdiri dari ruas jalan,
sebagai berikut : Jalan A. Yani - Jalan Raden Intan - Jalan R.P. Suroso - Jalan Sunandar P.
Sudarmo - Jalan Tumenggung Suryo - Jalan Panglima Sudirman - Jalan Gatot Subroto -
Jalan Kolonel Sugiono - Jalan Laksmana Martadinata - Jalan Satsuit Tubun - Jalan
Sudanco Supriadi.
Jaringan jalan provinsi yang melewati wilayah Kota Malang terdiri dari ruas jalan,
sebagai berikut : Jalan A. Yani – Jalan Borobudur – Jalan Soekarno Hatta – Jalan MT.
Haryono - Jalan Tlogomas.
27
Sigura-gura (Poharin) – Gasek (batas permukiman); Gasek (batas
permukiman) – Karang Besuki; Karang Besuki – Merjosari Sawah;
Merjosari Sawah – Merjosari (dekat Kantor perumahan Graha Dewata);
Merjosari (dekat Kantor perumahan Graha Dewata) – Genting Utara;
Genting Utara – Perumahan Vila Bukit Sengkaling; Perumahan Vila Bukit
Sengkaling – Pertigaan Mulyoagung; Pertigaan Mulyoagung – Pertigaan
Sengkaling.
Jalan Lingkar Timur dengan jalur pergerakan, meliputi Jalan Kebon Sari;
Jalan Satsuit Tubun; Jalan Gadang - Bumiayu; Jalan Mayjen. Sungkono;
Jalan Raya Ki Ageng Gribig; Jalan Terusan Ki Ageng Gribig; Jalan Raya
Bamban, tembus ke pertigaan Karanglo.
c. pelebaran jalan pada ruas Jalan Merjosari – tembus Pasar Dinoyo – tembus
Kelurahan Tunggulwulung – terus sampai Karanglo;
d. pelebaran jalan pada ruas Jalan Gajayana – Jalan Sumbersari – Jalan Galunggung
agar sesuai dengan persyaratan dimensi jalan kolektor sekunder;
28
e. peningkatan fungsi jalan menjadi jalan arteri sekunder, yaitu pada ruas Jalan
Urip Sumoharjo, Jalan Mayjen Wiyono, Jalan Ranu Grati, Jalan Danau Toba, Jalan
Kyai Ageng Gribig dan Jalan Mayjen Sungkono;
h. Peningkatan fungsi ruas-ruas jalan menjadi jalan kolektor 1, yaitu pada ruas
Jalan Raden Intan – Jalan Raden Panji Suroso – Jalan Sunandar Priyo Sudarmo –
Jalan Tumenggung Suryo – Jalan Jenderal Sudirman – Jalan Laksamana
Martadinata – Jalan Kolonel Sugiono – Jalan KS Tubun – Jalan Sudanco Supriadi.
b. pengadaan bus pemadu moda, untuk rute Terminal Arjosari, Stasiun Kereta Api
Malang Kota Baru, dan Bandara Abdulrahman Saleh;
c. pengadaan bus kota, dengan wilayah pelayanan di sepanjang Jalan Lingkar Barat
dan Jalan Lingkar Timur;
29
e. pengembangan dan pengadaan kereta api komuter beserta prasarana
pelengkapnya (stasiun/shelter);
f. mendukung pembangunan jalur kereta api double track untuk lintasan Malang –
Surabaya;
a. peningkatan dan perbaikan kualitas sarana dan prasarana terminal tipe A, tipe B,
dan tipe C;
30
7. Rencana peningkatan sarana penunjang jalan, meliputi :
e. penyediaan halte bagi angkutan umum bus metro, bus kota, dan angkutan kota;
i. pemanfaatan sempadan jalan dan sempadan rel kereta api sebagai RTH.
31
d. pengoptimalan sumber-sumber tenaga listrik melalui pengkajian dan penelitian
terhadap sumber energi listrik alternatif;
Daerah Irigasi (D.I.) yang berada di wilayah Kota Malang, terdiri dari : Daerah Irigasi (D.I.)
Turi, Daerah Irigasi (D.I.) Mulyorejo, Daerah Irigasi (D.I.) Kemulan I, Daerah Irigasi (D.I.)
Kemulan II, Daerah Irigasi (D.I.) Kajar 2c, Daerah Irigasi (D.I.) Kajar 2d, Daerah Irigasi (D.I.)
Kajar 2e, Daerah Irigasi (D.I.) Kajar 2f, Daerah Irigasi (D.I.) Kajar 2g, Daerah Irigasi (D.I.)
Plaosan, dan Daerah Irigasi (D.I.) Pandanwangi. Pengembangan prasarana pengairan
32
untuk memenuhi kebutuhan peningkatan sawah irigasi teknis dan non teknis baik untuk
irigasi air permukaan maupun air tanah. Pengembangan pengairan disusun berdasarkan
wilayah sungai. Rencana pengembangan saluran irigasi, meliputi :
d. pelarangan pengambilan air tanah dalam terutama di zona kritis air tanah.
33
Rencana pengembangan jaringan sumber air baku bersumber dari mata air dan sumur
bor. Rencana peningkatan sistem prasarana air bersih, meliputi :
a. sumber air baku Kota Malang berasal dari 6 (enam) mata air dan 4 (empat)
sumur bor, sehingga lokasi dari tiap sumber mata air meliputi Mata Air Wendit,
Binangun, Banyuning, Karangan, Sumbersari, dan Sumberpitu. Sedangkan
sumber air baku yang berasal dari sumur bor antara lain Badut, Istana Dieng,
TPA Supiturang, dan Sumbersari;
d. pembatasan penyediaan air bersih non Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
yang memanfaatkan sumur, sumur bor dan pompa;
a. upaya reduksi dan pengolahan sampah secara terpadu sejak di TPS sampai di
TPA sampah Supiturang;
34
b. sampah buangan industri yang berbahaya harus diolah terlebih dahulu oleh
industri yang bersangkutan hingga layak dan tidak berbahaya untuk dibuang ke
TPA sampah;
c. sampah yang berasal dari rumah sakit harus diolah terlebih dahulu dengan
incenerator untuk selanjutnya dibuang ke TPA sampah;
d. penambahan lokasi TPS pada wilayah yang tidak memiliki TPS atau wilayah yang
jarak ke TPS terdekat lebih dari 1 (satu) kilo meter, yaitu :
1. Kelurahan Tasikmadu;
2. Kelurahan Bumiayu;
3. Kelurahan Wonokoyo;
4. Kelurahan Tlogowaru;
5. Kelurahan Tulusrejo;
35
a. penanganan saluran drainase dengan basis Daerah Pengaliran Sungai
(DPS)/Daerah Aliran Sungai (DAS);
b. perbaikan saluran drainase pada Jalan Raya Langsep (DAS Metro), Jalan
Gajayana sampai Jalan MT Haryono (DAS Brantas), Jalan Sukarno Hatta (DAS
Bango), Jalan Terusan Borobudur sampai Kawasan Pasar Blimbing (DAS Bango);
e. penanganan saluran drainase yang bermasalah dengan adanya utilitas pipa air
minum, kabel telekomunikasi, dan sejenisnya;
Jaringan pejalan kaki merupakan salah satu prasarana bagi pejalan kaki yang dapat
berupa jalur pedestrian. Penyediaan dan pemanfaatan jaringan pejalan kaki diarahkan
pada seluruh koridor perdagangan dan jasa serta fasilitas umum, dengan
memperhatikan :
e. penyediaan dan peningkatan kualitas tempat sampah dan telpon di jalur pejalan
kaki; dan
36
f. penyediaan dan peningkatan pohon peneduh atau pelindung serta tanaman
hias.
Jalur evakuasi bencana yang telah ditetapkan di Buring dapat diakses dengan mudah
dalam melakukan evakuasi terhadap bencana yang terjadi. Pencapaian ke lokasi
evakuasi bencana dari lokasi bencana dapat melalui jalan utama yaitu Jalan Madyopuro,
Jalan Ki Ageng Gribig, Jalan Muharto dan Jalan Mayjend Sungkono yang menghubungkan
lokasi rawan bencana di Kelurahan Mergosono, Madyopuro, Lesanpuro,
Kedungkandang, dan Kotalama dengan lokasi evakuasi bencana.
37
3.1.4 RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Rencana pola ruang wilayah Kota Malang diarahkan pada tujuan keseimbangan dan
keserasian peruntukan ruang untuk kegiatan sosial, ekonomi, budaya masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota. Rencana pola ruang wilayah kota,
meliputi :
38
b. Kawasan Rawan Bencana;
Kawasan Lindung Setempat meliputi daerah sekitar sungai atau sempadan sungai dan
sempadan irigasi. Pengamanan dan perlindungan sekitar sungai atau sempadan sungai
baik sungai-sungai besar maupun kecil dilarang untuk alih fungsi lindung yang
menyebabkan atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai atau bangunan di sepanjang
sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai
dilarang untuk didirikan. Mencegah dan menangkal pembangunan di sepanjang
sempadan sungai untuk kebutuhan sosial, ekonomi dan pembangunan fisik lainnya,
kecuali pembangunan yang digunakan untuk maksud dan tujuan perlindungan dan
pengelolaan sungai. Pembangunan jalan inspeksi di sepanjang sungai untuk
memudahkan pengawasan terhadap berkembangnya kawasan terbangun pada
sempadan sungai maupun alih fungsi lahan lainnya. Mengarahkan orientasi
pembangunan sepanjang sungai dengan menjadikan sungai sebagai bagian latar depan.
Pelestarian kawasan lindung setempat juga dilakukan pada kawasan sekitar mata air dan
kawasan sempadan irigasi. Ketentuan Garis Sempadan Setiap Sungai dan Garis
Sempadan Jaringan Irigasi akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Kawasan cagar budaya meliputi lingkungan cagar budaya dan bangunan cagar budaya
yang memiliki nilai sejarah dan penanda atau jati diri pembentukan kota. Lingkungan
Cagar Budaya meliputi lingkungan Candi Badut, lingkungan Candi Tidar, lingkungan
Gunung Buring, Situs Tlogomas, dan lingkungan Polowijen. Bangunan cagar budaya
meliputi bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah dan penanda kota, yaitu : Balai
Kota Malang, Stasiun Kereta Api, Bank Indonesia, Kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara, Gereja Kathedral Hati Kudus, Sekolah Cor-Jessu, Gedung PLN, serta perumahan
yang ada di sepanjang Jalan Besar Ijen, Toko Oen, dan Masjid Agung Jami’.
39
Penyediaan RTH di Kota Malang meliputi RTH Publik dan Privat. Secara keseluruhan RTH
Publik di Kota Malang saat ini, yaitu :
e. RTH Pengaman Jalur Kereta Api (KA), Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT),
Sungai dan Buffer Zone.
a. Lingkungan permukiman;
b. Taman kantor;
Rencana penyediaan RTH Publik di Kota Malang seluas kurang lebih 2.350 Ha, meliputi :
g. Jalur di bawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET) seluas kurang lebih 192 Ha;
i. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian
seluas kurang lebih 283 Ha;
40
j. Kawasan dan jalur hijau/jalur tengah seluas kurang lebih 24 Ha;
Rencana penyediaan RTH Privat di Kota Malang seluas kurang lebih 1.383 Ha, meliputi :
41
j. pengembangan RTH sebagai zone pengaman pada jalur KA, sempadan sungai,
sempadan SUTT, dan kawasan industri;
l. penyediaan jalur hijau dan taman kota di Sub Wilayah Malang Timur dan
Tenggara, dan di setiap jalan lingkar;
n. peremajaan dan peningkatan kualitas tanaman pada jalur jalan utama kota,
sesuai klasifikasinya;
o. pengembangan hutan kota dan kebun bibit pada sub wilayah Malang Timur
dan Tenggara;
42
y. peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana-rencana
pengembangan agar sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan dalam
pengembangan RTH;
a. Kawasan perumahan;
c. Kawasan perkantoran;
e. Kawasan pariwisata;
43
Pengembangan perumahan diarahkan pada pembangunan rumah bertingkat (vertikal)
dan layak huni. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman ditentukan
berdasarkan atas luasan kapling rumah, sebagai berikut :
a. rumah kapling kecil (kepadatan tinggi), luas lahan antara ≥ 54 - 120 m2;
b. rumah kapling menengah (kepadatan sedang), luas lahan antara > 120 – 600 m2;
c. rumah kapling besar (kepadatan rendah), luas lahan antara > 600 – 2.000 m2.
c. pada kawasan-kawasan atau lokasi-lokasi yang berfungsi sebagai RTH dan bersifat
khusus dilarang untuk didirikan permukiman;
e. pada kawasan terbangun kota, harus disediakan ruang terbuka hijau yang cukup.
c. prasarana lingkungan berupa jalan yang menghubungkan ke jalan sekitar dan jalan
utama kota;
c. taman lingkungan.
44
Lokasi pembangunan fasilitas umum, fasilitas sosial, dan prasarana lingkungan pada
perumahan wajib dicantumkan dalam rencana tapak (site plan).
Penataan permukiman lingkungan di daerah badan air Sungai Brantas, Sungai Metro,
Sungai Amprong, melalui :
a. kegiatan perdagangan skala besar untuk jenis sayuran, ikan dan sejenisnya (pasar
basah) tetap menggunakan Pasar Induk Gadang dan dikembangkan ke arah areal
eks Terminal Gadang;
b. perdagangan kebutuhan sehari-hari untuk skala kecil dan menengah dilayani oleh
pasar yang tersebar di wilayah, antara lain Pasar Gadang, Pasar Kebalen, Pasar
Madyopuro, Pasar Klojen, Pasar Tawangmangu, Pasar Blimbing, Pasar Oro-oro
Dowo, Pasar Dinoyo, Pasar Bunul, Pasar Bareng, Pasar Kasin, Pasar Sukun.
45
a. peningkatan kualitas Pasar Besar, Pasar Dinoyo, Pasar Blimbing, dan Pasar
Tawangmangu serta penambahan Pasar baru di sub wilayah Malang Timur dan
Timur Laut;
a. perdagangan barang campuran, antara lain garment, elekronika dan jasa mulai
dari Jalan Basuki Rahmat dan Jalan Jaksa Agung Suprapto, sepanjang Jalan
Letjend. Sutoyo, Jalan Letjend. S. Parman, Jalan Jend. Ahmad Yani, dan Jalan Raya
Sawojajar;
Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa berupa toko modern, sebagai
berikut :
46
b. pertokoan dengan tingkat pelayanan lokal yang menjual beraneka ragam barang
yang dibatasi intensitasnya yakni pada kompleks pertokoan di Jalan Kawi, Jalan
MT. Haryono, Jalan Ikhwan Ridwan Rais, kawasan Klojen, kawasan Bunul, kawasan
Blimbing, Jalan S. Supriadi, Jalan Laksamana Martadinata, dan Jalan Slamet Riadi;
c. toko dan warung yang sifatnya eceran dan barang dagangannya merupakan
bahan kebutuhan sehari-hari diarahkan pengembangannya menjadi satu dengan
kawasan atau lingkungan permukiman; dan
d. pengembangan Malang Trade Centre diarahkan pada sub wilayah Kota Malang
Utara yaitu di antara Mojolangu dan Tunjungsekar atau kawasan LIK dan Jalan
Sukarno Hatta ke arah utara sampai Tasikmadu – Karangploso, serta kawasan
Pasar Blimbing dan di sub wilayah Kota Malang Barat, yaitu di kawasan Pasar
Dinoyo.
Pengaturan secara khusus tentang Pasar Tradisional dan Pasar Modern akan diatur
dalam Peraturan Daerah tersendiri yang tidak boleh bertentangan dengan Peraturan
Daerah ini.
Kantor Pemerintah Kota Malang yang terletak di Jalan Tugu, keberadaannya tetap
dipertahankan dan tidak diadakan alih fungsi ataupun perubahan dalam bentuk
penampilan bangunan. Kantor Satuan Kerja Perangkat Daerah dan perkantoran swasta
yang saat ini berada di sekitar Jalan Tugu perlu dikembangkan ke wilayah
Kedungkandang dan lokasi yang ada saat ini tetap akan digunakan untuk kawasan
47
perkantoran dengan intensitas kegiatan yang sedang dengan RTH dan tempat parkir
yang memadai. Kantor Satuan Kerja Perangkat Daerah lainnya yang berada di sekitar
Arjosari mulai Jalan Raden Intan ke arah Selatan dan di sepanjang Jalan Ahmad Yani, di
sekitar Sawojajar antara lain Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Kantor BPN,
Kantor Pengairan dan Dinas Pekerjaan Umum, tetap dipertahankan keberadaannya serta
ditingkatkan lagi kondisinya. Pengembangan kawasan perkantoran baru selain
perkantoran yang sudah ada di Jalan Tugu dan kawasan perkantoran yang berada di
sekitar Kelurahan Arjosari, direncanakan di sekitar Kelurahan Sawojajar sebagai lokasi
kawasan perkantoran yang baru. Perkantoran Pemerintah dengan skala pusat pelayanan
kota diarahkan di Kelurahan Arjowinangun.
Kawasan obyek wisata yang diprioritaskan dikembangkan antara lain : Stadion Gajayana,
Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Malang, Taman Rekreasi Tlogomas Permai, Sentra
Industri Keramik Dinoyo, Kawasan Alun-alun Merdeka Malang, Hutan Kota Malabar,
Kompleks Perguruan Tinggi, Taman Rekreasi Kota Malang, Sentra Industri Tempe Sanan,
Pasar Besar Malang, dan Kawasan Alun-Alun Tugu, Stasiun Kereta Api, serta perumahan
yang ada di sepanjang Jalan Besar Ijen, gedung Sarinah dan Masjid Agung Jami’.
48
Pada kawasan rawan bencana perlu ditetapkan suatu kawasan yang menjadi ruang
evakuasi bencana. Penetapan ruang evakuasi bencana diarahkan pada kawasan, sebagai
berikut :
d. jalur evakuasi bencana yang telah ditetapkan di Buring dapat diakses dengan
mudah dalam melakukan evakuasi terhadap bencana yang terjadi;
e. pencapaian ke lokasi evakuasi bencana dari lokasi bencana di Kota Malang dapat
melalui jalan utama di Kecamatan Kedungkandang yaitu Jalan Madyopuro, Jalan Ki
Ageng Gribig, Jalan Muharto dan Jalan Mayjend Sungkono yang menghubungkan
lokasi rawan bencana di Kelurahan Mergosono, Madyopuro, Lesanpuro,
Kedungkandang, dan Kotalama menuju lokasi evakuasi bencana.
49
a. lokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) diarahkan pada setiap pengembangan pusat-
pusat pelayanan selain di pusat kota yaitu di Mulyorejo, Dinoyo, Buring, dan
Blimbing dengan memberikan tempat khusus;
b. pengembangan areal khusus untuk Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan bangunan
permanen yang terdiri dari beberapa stand/los untuk tiap jenis dagangan
Pedagang Kaki Lima (PKL) diarahkan di belakang Industri Gadang (areal Pasar
Induk Gadang sebelah selatan);
d. keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan pusat kota ditertibkan dan
direlokasi ke Jalan Sriwijaya, Jalan Sutan Syahrir, Jalan Kyai Tamin dan Jalan
Ronggolawe;
e. beberapa kawasan yang termasuk jalur hijau antara lain Alun-alun atau Jalan
Merdeka dan sekitarnya, jalur hijau di tengah jalan kembar Perumahan Sukun
Permai, di sekitar Jalan Mahakam, lokasi disekitar rel kereta api, tidak
diperbolehkan digunakan sebagai lokasi Pedagang Kaki Lima (PKL);
f. pengembangan kawasan Pedagang Kaki Lima (PKL) dapat dilakukan pada tanah-
tanah, sebagai berikut :
3. PKL buku dikembangkan pada lokasi yang dekat dengan tempat pendidikan
antara lain perguruan tinggi dengan lokasi di belakang Pasar Dinoyo.
50
a. Pengembangan kawasan pendidikan tinggi di sekitar Dinoyo – Sumbersari;
b. Sub wilayah Kota Malang Timur, yakni di sekitar wilayah Gunung Buring,
Kelurahan Kedungkandang dan Lesanpuro, sekaligus untuk memacu
perkembangan wilayah dan pertumbuhan permukiman di kawasan Gunung Buring
dan sekitarnya.
51
a. mempertahankan lokasi rumah sakit yang ada;
b. mengembangkan rumah sakit pada sub wilayah Kota Malang Utara, Malang Barat,
dan Malang Timur;
52
d. pengembangan wisata kuliner di Pasar Besar, Pasar Tugu, Pulosari, dan Kawasan
Vellodrome;
53
3.1.5 PENERAPAN KAWASAN STRATEGIS
Kawasan strategis berfungsi sebagai kawasan pelayanan kota dengan skala pelayanan
kota, regional dan nasional yang berpengaruh penting terhadap ekonomi, sosial, budaya
dan/atau lingkungan. Kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
Lokasi kawasan strategis ekonomi ditetapkan pada kawasan perdagangan yang berpusat
di sekitar Pasar Besar Kota Malang, dan kawasan sentra industri yang terdiri dari sentra
industri keripik di Sanan, sentra mebel di Tunjungsekar, sentra saniter di Karangbesuki,
sentra kerajinan rotan di Arjosari dan sentra industri kerajinan keramik di Dinoyo.
Keberadaan kawasan strategis ekonomi harus didukung dengan sarana dan prasarana
transportasi serta jaringan utilitas yang mendukung. Untuk mendukung pengembangan
kawasan strategis ekonomi di sekitar Pasar Besar, direncanakan adanya suatu zona
pedestrian.
54
Lokasi kawasan strategis sosial budaya, meliputi :
b. Kawasan Bundaran Tugu yang terdiri dari Stasiun Kereta Api Malang, Gedung
HBS/AMS di JP. COEN PLEIN (Alun-alun Bunder), dan Balai Kota Malang
c. Koridor Jalan Semeru – Jalan Besar Ijen yang terdiri dari Gedung Sekolah
Menengah Kristen (Christ MULO School) dan Komplek Stadion Gajayana.
55
3.2 PENETAPAN RUAS-RUAS JALAN MENURUT STATUSNYA
SEBAGAI JALAN KOTA
Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, secara
geografis terletak pada posisi 112038’ 01,7’’ Bujur Timur dan 7° 58’ 42,2’’ Lintang
Selatan mencakup luasan wilayah sebesar 11.006 Km2. Kota Malang berada di tengah-
tengah wilayah administrasi Kabupaten Malang dengan wilayah batas administrasi
sebagai berikut:
56
Gambar 3-4 Batas Administratif Kota Malang
57
3.2.2 PENETAPAN STATUS JALAN NASIONAL DAN JALAN PROPINSI
1. Jalan Nasional;
3. Jalan Kota.
Jalan Nasional terdiri dari ruas jalan : jalan Ahmad Yani, jalan Raden Intan, jalan Raden
Panji Suroso, jalan Sunandar Priyo Sudarmo, jalan Temenggung Suryo, jalan Panglima
Sudirman, jalan Gatot Subroto, jalan Laksamana Martadinata, jalan Kolonel Sugiono,
jalan Satsuit Tubun, jalan S. Supriyadi.
Jalan Provinsi meliputi ruas jalan : jalan Raya Tlogomas, jalan MT.Haryono, jalan
Soekarno Hatta, jalan Borobudur, jalan Ahmad Yani.
Jalan Kota Malang termasuk dalam sistem jalan sekunder sehingga status untuk jalan
Kota Malang direncanakan sebagai jalan kota
58
3.2.3 KARAKTERISTIK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
Ditinjau dari fungsi jalan yang terdapat di Kota Malang dapat dibagi menjadi : jalan Arteri
Primer, Arteri Sekunder, Kolektor Primer, Kolektor Sekunder, Lokal Primer, Lokal
Sekunder. Dari segi pola jalan yang ada, maka pola transportasi jalan
kota Malang adalah pola konsentris radial dengan sistem lingkar dalam /inner ring road
jaringan jalan lokal yang membentuk pola grid. Total panjang jalan berdasarkan fungsi
tersebut adalah 663,34 km. Rincian panjang jaringan jalan di Kota Malang berdasarkan
fungsi jalan dijabarkan pada table sebagai berikut.
Total 663,34
59
3.2.4.1 JARINGAN ARTERI PRIMER
Jaringan jalan ini merupakan penghubung Kota Malang dan Kota Surabaya. Jalan ini memiliki ciri-
ciri penggunaan intensitas tinggi, untuk lalu lintas angkutan berat, jumlah simpangannya minimal.
60
3.2.4.2 JARINGAN ARTERI SEKUNDER
Jaringan jalan ini merupakan jalan penghubung antara pusat kota Malang dengan Bagian
Wilayah Kota. Jalan ini memiliki ciri-ciri penggunaan intensitas tinggi digunakan untuk
tumpuan utama lalu lintas dalam kota dengan jumlah simpangan yang minimum.
Jaringan jalan arteri sekunder ini membujur dari Utara ke Selatan dan dari Timur ke
Barat, terdiri dari Jalan Achmad Yani, Jl. Letjen Suparman, Jl. Letjen. Sutoyo, Jalan Jagung
Suprapto, Jalan Basuki Rachmad, Jalan Merdeka Timur - Barat, Jl. Arief Margono, Jl. S.
Supriyadi, Jalan Panjaitan, Brigjen Slamet Riadi, Jl. Kawi, Jl. Besar .
61
3.2.4.3 JARINGAN KOLEKTOR PRIMER
Jalan Kolektor memiliki ciri-ciri penggunaan intensitas tinggi tapi tidak setinggi jalan
arteri primer, untuk lalu lintas angkutan menengah dengan jumlah simpangan terbatas.
Jaringan jalan kolektor primer terdiri dari Jl. May. Jen. Haryono, Jl. Sukarno Hatta, Jl.
Borobudur, dari Terminal Gadang melalui Bululawang menuju ke Lumajang dan dari
Terminal Gadang melalui Jl. Satsuit Tubun menuju kota Blitar.
62
3.2.4.4 JALAN KOLEKTOR SEKUNDER
Jaringan jalan ini merupakan jalan penghubung antara pusat bagian wilayah kota yang
ada dengan pusat lingkungan atau pusat pelayanan yang memiliki skala pelayanan
Bagian Wilayah Kota, jalan ini memiliki ciri-ciri penggunaan intensitas yang cukup tinggi,
tetapi tidak setinggi arteri sekunder, digunakan untuk lalu lintas angkutan menengah,
dengan jumlah simpangan yang terbatas.
Membujur ke Selatan melalui Jalan Sutami, Galunggung, Raya Langsep. Dari Barat ke
Timur adalah Jl. Bandulan, Jl. Ikhwan Ridwan Rais, Jl. Brigjen. Katamso, Jl. Ade Irma
Suryani Nasution, Pasar Besar, Jl. Zainal Zakse dan Jalan Muharto, Jl. Laks. Adi Sucipto.
Pada bagian Tengah membujur Jl. Yogyakarta – Jalan Bandung Tengah –Timur jalan Urip
Sumoharjo, Jl. May. Jen. Wiyono, Jl. Ranu Grati – Raya Dieng, Timur Selatan Jl. Mayjen.
Sungkono, Tengah –Barat Jl. Kawi – Jl. Raya Dieng.
63
3.2.4.5 JARINGAN LOKAL PRIMER
Jaringan jalan ini merupakan jalan penghubung antara kota Malang dengan kota-kota
kecamatan yang mengelilingi kota Malang. Jalan ini memiliki ciri-ciri penggunaan
intensitas sedang – rendah, untuk lalu lintas angkutan menengah dengan jumlah
simpangan lebih bebas. Yang termasuk dalam jaringan lokal primer ini antara lain adalah
jalan yang menghubungkan kota Malang dengan Tumpang, Wagir dan Tajinan.
Jaringan jalan ini merupakan jalan penghubung antara pusat lingkungan dengan
pemukiman disekitarnya dan merupakan jalan utama diwilayahnya. Jalan ini memiliki
ciri-ciri penggunaan intensitas yang sedang - rendah, digunakan untuk lalu lintas
angkutan rendah, dengan jumlah simpangan lebih bebas. Yang termasuk jalan lokal
sekunder adalah jaringan jalan diluar point tersebut diatas.
64
Gambar 3-11 Fungsi Jalan Kota Malang
65
3.2.5 FUNGSI JALAN ARTERI SEKUNDER, KOLEKTOR SEKUNDER, LOKAL
SEKUNDER DAN LINGKUNGAN SEKUNDER
2. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi
kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara
3. Jalan yang merupakan satu kesatuan system jaringan jalan menghubungkan dan
mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia
1. Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus
66
3. Jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi
barang dan jasa yang dibutuhkan
1. Meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan
2. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang
pengamannya
3. Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan selajur tanah tertentu di luar
manfaat jalan
4. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu dluar ruang milik jalan yang
ada di pengawasan penyelenggara jalan
67
Tabel 3-2 Penentuan Status Jalan Kota Malang
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
68
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
69
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
70
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
71
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
123 123 JL. SIMP. HAMID RUSDI GANG II B 129 KOTA BLIMBING
72
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
73
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
74
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
179 179 JL. D. SENTANI-JL. KIAGENG GRIBIG 638 KOTA KEDUNG KANDANG
181 181 JL. DANAU LIMBOTO SELATAN 506 KOTA KEDUNG KANDANG
187 187 JL. DANAU TOBA RAYA 107 KOTA KEDUNG KANDANG
75
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
76
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
77
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
78
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
295 295 JL. TERUSAN DANAU SENTANI 552 KOTA KEDUNG KANDANG
79
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
316 316 JL. TRSN D. SENTANI-JL. D. SENTANI 309 KOTA KEDUNG KANDANG
80
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
333 333 JL. DANAU LIMBOTO UTARA 310 KOTA KEDUNG KANDANG
348 348 JALAN KE PAKIS RAYA CEMORO KANDANG 129 KOTA KEDUNG KANDANG
81
PENENTUAN STATUS JALAN KOTA
NOMOR PANJANG
KLASIFIKASI
NAMA JALAN RUAS KECAMATAN
URUT RUAS RUAS
(M)
1 2 3 4 5 6
355 355 JL. RADEN INTAN-JL. JL. SIMP P. SUROSO 266 KOTA BLIMBING
82
3.3 STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY) ROUTING DUCTING
BERSAMA
1. Menyusun jalur ducting bersama yang tepat sehingga jalur tersebut memiliki
nilai strategis yang tinggi dan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah, pelaku
industri dan komersial serta masyarakat Kota Malang.
3. Meningkatkan kualitas tata kota dan estetika kota serta menggali potensi
pendapatan asli daerah dengan memanfaatkan ducting bersama.
Kajian dilakukan berdasarkan beberapa aspek dan menghasilkan beberapa hasil kajian
sebagai berikut:
4. Kajian high level komersial, pemerintah dan sosial, kajian ini meliputi kajian
dampak positif implementasi ducting bersama di kota malang terhadap aspek-
aspek berikut :
Komersial.
Pemerintah.
83
Evaluasi teknis pemilihan jalur.
Data Center.
Hasil kajian tersebut menjadi dasar rujukan teknis penyusunan DED ducting bersama
kota malang ini. Berikut adalah hasil kajian yang digunakan secara langsung sebagai
rujukan dalam kegiatan penyusunan DED ducting bersama kota malang. Hasil kajian
tersebut dibahas pada pembahasan selanjutnya.
Pemetaan kondisi saat ini merupakan proses pemetaan kondisi Kota Malang dalam
beberapa aspek sebagai berikut:
1. Letak Unit Kerja, SKPD, Kantor pemerintahan yang ada di Kota Malang.
Pemetaan kondisi saat ini dilakukan untuk mengetahui sebaran aspek-aspek yang
tersebut diatas untuk menentukan jalur routing ducting bersama. Pemetaan dilakukan
dengan melakukan survey dan melakukan penandaan geografis (geotagging) terhadap
titik-titik koordinat permukaan bumi yang bersesuaian dengan aspek-aspek yang telah
disebutkan.
Setiap titik yang telah ditandai digambarkan dalam sebuah peta digital untuk
mengetahui bentuk dan pola sebaran titik tersebut di Kota Malang. Bentuk dan pola
sebaran tersebut dianalisa untuk menentukan jalur routing ducting bersama. Sumber
data lain yang digunakan untuk melakukan pemetaan tersebut antara lain adalah :
84
1. Peta geografis Kota malang dari Bappeda Kota Malang
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan survei yang telah dilakukan, diperoleh
gambaran kondisi saat ini pada masing-masing aspek sebagai berikut :
85
3.3.1.1 KANTOR UNIT KERJA, SKPD DAN KANTOR PEMERINTAHAN LAINNYA
Terdapat 178 Titik yang merupakan letak kantor unit kerja, SKPD dan kantor
pemerintahan lainnya yang tersebar di Kota Malang. Titik titik koordinat tersebut
meliputi kantor kelurahan, kecamatan, puskermas, kantor-kantor dinas dan badan,
Kantor-kantor pemerintah pusat di daerah, Kantor Legislatif Daerah, Kantor-kantor
Militer dan kantor-kantor kepolisian. Berikut adalah tabel hasil pemetaan kondisi saat ini
pada aspek tersebut.
86
NO NAMA KANTOR KOORDINAT UTM
87
NO NAMA KANTOR KOORDINAT UTM
88
NO NAMA KANTOR KOORDINAT UTM
89
NO NAMA KANTOR KOORDINAT UTM
120 DINAS PENDUK DAN CAT SIPIL KOTA MALANG 49 L 680981 9111756
90
NO NAMA KANTOR KOORDINAT UTM
91
NO NAMA KANTOR KOORDINAT UTM
Berdasarkan hasil survey pada tabel diatas, setiap koordinat dipetakan dalam sebuah
peta digital yang dapat dilihat pada peta-peta berikut. Peta yang dibangun adalah peta
dengan resolusi dan skala yang presisi. Detail peta disampaikan secara terpisah.
92
Gambar 3-12 Peta Sebaran Kantor Kecamatan
93
Gambar 3-13 Peta Sebaran Kantor Kelurahan
94
Gambar 3-14 Peta Sebaran Puskesmas
95
Gambar 3-15 Peta Sebaran SKPD
96
3.3.1.2 PUSAT KOMERSIAL/BISNIS, PERUMAHAN DAN FASILITAS LAINNYA
Pemetaan pada aspek ini dilakukan dengan melakukan penandaan geografis terhadap
toko, kantor, galeri dari berbagai pelaku usaha dalam berbagai macam bidang usaha.
Selain itu juga dilakukan pemetaan terhadap wilayah-wilayah perumahan atau
pemukiman penduduk, tempat-tempat ibadah, Pusat pertokoan/mall, pasar-pasar baik
pasar modern maupun tradisional, SPBU, Teminal dan Stasiun, Restoran dan lain-lain.
terdapat 761 titik yang dikategorikan sesuai dengan aspek ini. Titik-titik tersebut
merupakan titik-titik yang berpotensi dilakukannya kegiatan usaha, sosial dan
kemasyarakatan.
Pemetaan tersebut dilakukan dengan melakukan survey dan analisa dari data-data
pendukung lainnya, hasil pengumpulan data dipetakan kedalam peta digital untuk
mengetahui bentuk dan pola sebaran komersial yang ada di Kota Malang. Hasil analisa
ini digunakan sebagai salah satu aspek pertimbangan merancang jalur routing bagi
ducting bersama. Berikut adalah hasil analisa kondisi saat ini berdasarkan aspek Letak
pusat-pusat komersial/bisnis, perumahan atau pemukiman penduduk.
Tabel 3-4 Pusat Bisnis, Komersial Dan Perumahan Serta Tempat Ibadah
97
NO NAMA KOORDINAT UTM
98
NO NAMA KOORDINAT UTM
99
NO NAMA KOORDINAT UTM
100
NO NAMA KOORDINAT UTM
101
NO NAMA KOORDINAT UTM
102
NO NAMA KOORDINAT UTM
103
NO NAMA KOORDINAT UTM
104
NO NAMA KOORDINAT UTM
105
NO NAMA KOORDINAT UTM
106
NO NAMA KOORDINAT UTM
107
NO NAMA KOORDINAT UTM
108
NO NAMA KOORDINAT UTM
109
NO NAMA KOORDINAT UTM
110
NO NAMA KOORDINAT UTM
111
NO NAMA KOORDINAT UTM
112
NO NAMA KOORDINAT UTM
113
NO NAMA KOORDINAT UTM
114
NO NAMA KOORDINAT UTM
115
NO NAMA KOORDINAT UTM
116
NO NAMA KOORDINAT UTM
117
NO NAMA KOORDINAT UTM
118
NO NAMA KOORDINAT UTM
119
NO NAMA KOORDINAT UTM
120
NO NAMA KOORDINAT UTM
121
NO NAMA KOORDINAT UTM
122
NO NAMA KOORDINAT UTM
123
NO NAMA KOORDINAT UTM
Berdasarkan hasil survey pada tabel diatas, setiap koordinat di metakan dalam sebuah
peta digital yang dapat dilihat pada peta-peta berikut. Peta yang dibangun adalah peta
dengan resolusi dan skala yang presisi. Detail peta disampaikan secara terpisah.
124
Gambar 3-16 Peta Sebaran Pusat Komersial/Bisnis Perumahan Dan Fasilitas Lainnya
125
3.3.1.3 SEKOLAH
Kota malang merupakan salah satu kota yang dikenal sebagai kota pelajar, di kota ini
terdapat berbagai sekolah dan perguruan tinggi baik swasta dan negeri. Pemetaan pada
aspek sekolah memetakan titik-titik letak sekolah yang tersebar di Kota Malang. Ketegori
sekolah pada analisa ini meliputi TK. SD, SMP,SMA/SMK dan perguruan tinggi baik
swasta dan negeri yang ada di Kota Malang. Berdasarkan hasil survey dan kajian dari
rujukan yang ada, dapat dipetakan 119 titik yang memenuhi kriteria sekolah. Sekolah
merupakan salah satu pelaku yang berpotensi membutuhkan infrastruktur ducting
bersama untuk memberikan fasilitas pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi
informasi.
Seperti pada aspek-aspek lainnya setiap titik koordinat digambarkan dalam peta digital
untuk mengetahui pentuk dan pola sebarannya yang akan dijadikan salah satu bahan
penentuan jalur routing ducting bersama. Berikut adalah tabel titik-titik koordinat pada
aspek sekolah.
126
NO NAMA KOORDINAT UTM
28 SD N 49 M 678328 9120374
127
NO NAMA KOORDINAT UTM
128
NO NAMA KOORDINAT UTM
129
NO NAMA KOORDINAT UTM
130
3.3.1.4 BANK DAN ATM
Bank adalah salah satu pelaku usaha yang sangat membutuhkan komunikasi data,
penggunaan teknologi informasi pada industri perbankan merupakan faktor strategis
dari operasional bank. Karena itu bank sangat membutuhkan teknologi informasi untuk
melakukan pertukaran data antar anak cabang, konsolidasi data dan pelayanan kepada
nasabah. Saat ini setaip bank selalu memiliki jaringan ATM untuk melayani nasabahnya.
Hal ini menyebabkan bank membutuhkan infrastruktur komunikasi data yang handal.
Berdasarkan kondisi inilah Bank dan jaringan ATMnya merupakan salah satu pelaku
yang potensial membutuhkan jaringan infrastruktur pasif ducting bersama untuk
menunjang komunikasi data mereka. Berdasarkan hasil survey dan kajian dari berbagai
sumber rujukan diperoleh 122 titik lokasi yang terdiri dari kantor-kantor bank (baik
dalam bentuk kantor cabang utama, kantor cabang, dan kantor pelayanan) dan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar diseluruh Kota Malang. Setiap titik
koordinat yang berhasil diidentifikasi digambarkan dalam peta digital untuk dianalisa
bentuk dan pola sebarannya. Hasil analisa tersebu menjadi salah satu pertimbangan
penentuan jalur routing ducting bersama. Berikut adalah tabel koordinat Bank dan
jaringan ATM yang ada di Kota Malang
131
NO NAMA KOORDINAT UTM
132
NO NAMA KOORDINAT UTM
133
NO NAMA KOORDINAT UTM
134
NO NAMA KOORDINAT UTM
135
3.3.2 TOPOLOGI UMUM
Tahap awal kajian teknis dilakukan dengan menentukan bentuk tolopogi umum
infrastruktur pasif ducting bersama. Berdasarkan berbagai rujukan dan best practice
terdapat berbagai topologi jaringan. Topologi jaringan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Topologi Bus; topologi ini adalah topologi yang paling sederhana dan murah
untuk dibangun. Bentuk topologi ini konsepnya menghubungkan dua titik
terjauh, sementara titik-titik lain akan dihubungkan diantara jalur utama.
Kelemahan dari topologi ini adalah apabila jalur utama mengalami gangguan,
maka gangguan tersebut akan menyebabkan gangguan di seluruh sistem.
2. Topologi Tree; topologi ini merupakan topologi yang membentuk cabang pohon,
setiap titik memiliki jalur langsng ke pusat pengolahan data atau pusat jaringan,
sehingga gangguan pada satu titik tidak menyebabkan gangguan pada pada titik
lainnya, jaringan ini memiliki kelemahan dimana biaya pembangunannya lebih
mahal dengan utilitas jaringan yang tidak merata (ditentukan berdasarkan
utilitas penggunaan masing-masing titik jaringan). Topologi ini umumnya
digunakan dalam jaringan aksess dan beberapa kondisi pada jaringan distribusi.
3. Topologi Ring; adalah bentuk topologi yang menghubungkan semua titik dalam
bentuk closed loop. Salah satu ciri khas dari topologi ini adalah bentuknya yang
menyerupai cincin/ring. Kelebihan dari tolopogi ini adalah apabila terjadi
gangguan pada satu titik atau terputusnya jalur utama, komunikasi masih bisa
dilakukan menggunakan jalur yang tidak terputus. Topologi ini biasa digunakan
untuk membentuk sebuah wilayah pelayanan dengan infrastruktur yang cukup
kuat. Sementara kelemahan dari topologi ini adalah pembangunan infrastruktur
dapat menjadi cukup mahal apabila jarang antara titik-titik cukup jauh.
4. Topologi Mesh; topologi ini adalah topologi dengan bentuk yang tidak
beraturan, ciri khas topologi ini adalah setiap titik memiliki jaringan yang
tersambung dengan pusat pengolahan data atau pusat jaringan, sehingga
gangguan pada beberapa bagian jaringan utama tidak menyebabkan gangguan
pada titik-titik jaringan. Topologi Ini adalah topologi yang paling handal dalam
mengantipasi gangguan jaringan karena bersifat redundant yang lebih dari N+1.
Kelemahan topologi ini adalah investasi pembangunan yang cukup mahal dan
136
utilitas dari tiap jalur akan menjadi rendah apabila tidak dilengkapi dengan
perangkat yang mampu membagi beban komunikasi data.
Penggunaan topologi ring pada infrastruktur ducting bersama Kota Malang memiliki
keunggulan bahwa jaringan yang dibangun cukup handal untuk menangani gangguan
pada jaringan utama, membentuk sebuah jalur yang melewati daerah di berbagai
wilayah dalam wilayah administrasi Kota Malang. Dengan penempatan titik POP yang
tepat akan mendukung potensi pemanfaatan jaringan oleh berbagai pihak dan menekan
biaya pembangunan infrastruktur.
Berikut adalah bentuk topologi ring infrastruktur ducting bersama Kota Malang, jalur
ducting digambarkan dalam bentuk garis berwarna biru muda. Pembahasan lebih detail
terhadap rancangan jalur routing infrastruktur ducting bersama akan dibahas pada
pembahasan-pembahasan selanjutnya.
137
Gambar 3-17 Topologi Infrastruktur Pasif Ducting Bersama Kota Malang
138
3.3.3 JALUR ROUTING INFRASTRUKTUR PASIF DUCTING BERSAMA
Seperti yang telah dijelaskan pada analisa-analisa sebelumnya, topologi jalur routing
infrastruktur ducting bersama dirancang membentuk topologi ring yang didukung
dengan empat titip POP dengan radius 3 km. titik-titik POP diletakkan pada kantor-
kantor pemerintahan Kota Malang. Jalur infrastruktur ducting bersama ini dibangun
dibawah jalan yang melintasi berbagai wilayah dengan memperhatikan aspek-aspek
evaluasi teknis yang ada. Berikut adalah tabel jalur routing ducting bersama tersebut.
JALUR PANJANG
RING RUAS JALAN (m)
Jl. Panji Suroso (Persimpangan Jl. Intan - Jl. Laksamana Adi Sucipto)
1,548
Jl. S.P. Sudarmo (Persimpangan Jl. Laksamana Adi Sucipto - Jl. Tumenggung
Suryo) 1,939
Jl. Temanggung Suryo (Persimpangan Jl. S.P. Sudarmo - Jl. Ampong) 355
Jl. Bengawan Solo (Persimpangan Jl. Ampong - Jl. Panglima Sudirman) 554
Jl. Panglima Sudirman (Persimpangan Jl. Bengawan solo - Jl. Trunojoyo) 1,522
Jl. Trunojoyo (Persimpangan Jl. Panglima Sudirman - Jl. Gajah Mada) 166
RING 1
Jl. Gajah Mada (Persimpangan Jl. Trunojoyo - Jl. Tugu) 391
Jl. Gempol-Malang (Persimpangan Jl. Kahuripan - Jl. Brigjen. Slamet Riadi) 247
Jl. Brigjen. Slamet Riadi (Persimpangan Jl. Gempol-Malang - Jl. Bandung 1,479
JL. Mayjend M.T Haryono (Persimpangan Jl. Soekarno-Hatta - Jl. Joyo Suryo) 1,905
139
JALUR PANJANG
RING RUAS JALAN (m)
Jl. Tlogo Mas (Persimpangan Jl. Joyo Suryo - Jl. Jetis Bawang) 2,022
Jl. Jetis Bawang (Persimpangan Jl. Tlogo Mas - Jl. Sasando) 1,479
Jl. Laksamana Adi Sucipto (Persimpangan Jl. S.P Sudarmo - Jl. Simpang Sulfat
Utara) 1,477
Jl. Simpang Sulfat Utara (Persimpangan Jl. Laksamana Adi Sucipto - Jl. Terusan
Sulfat) 1,694
Jl. Terusan Sulfat (Persimpangan Jl. Jl. Simpang Sulfat Utara - Jl. Terusan
Wisnudharma) 1,451
RING 2
Jl. Terusan Wisnudharma (Persimpangan Jl. Terusan Sulfat - Jl. Ki Ageng
Gibrig) 1,008
Jl. Sutan Syahrir ( Persimpangan Jl. Kapten Pierre Tendean - Persimpangan Jl.
Pasar Besar ) 268
140
JALUR PANJANG
RING RUAS JALAN (m)
Jl. Raya Bandulan ( Persimpangan Jl. Mulyorejo - Persimpangan Jl. Bandulan ) 582
Jl. Jendral Gatot Subroto (Persimpangan Jl. Trunojoyo - Jl. Pasar Besar) 724
Jl. Pasar Besar (Persimpangan Jl. Jendral Gatot Subroto dan Jl. Ade Irma
Suryani - Jl. Sukarjo Wiyopranoto) 564
RING 4
Jl. Ade Irma Suryani (Persimpangan Jl. Sukarjo Wiyopranoto - Jl. Arif Margono)
537
Jl. Brigjen Katamso (Persimpangan Jl. Arif Margono - Jl. Ikhwan Ridwan Rais)
472
141
JALUR PANJANG
RING RUAS JALAN (m)
Jl. Ikhwan Ridwan Rais (Persimpangan Jl. Brigjen Katamso - Jl. Raya Langsep)
851
Jl. Raya Langsep (Pesimpangan Jl. Ikhwan Ridwan Rais - Jl. Bukit Barisan)
1,373
Jl. Gajayana (Persimpangan Jl. Kerto Rejo - Jl. Mayjen M.T Haryono)
818
Berikut adalah gambar jalur routing infrastruktur ducting bersama Kota Malang. Detail
gambar disampaikan dalam bentuk gambar yang lebih besar secara terpisah dari
dokumen ini.
142
Gambar 3-18 Jalur Routing Ducting Bersama
143
3.4 KEGIATAN SURVEY
Untuk menyusun detail engineering Design dari ducting bersama kota malang, dilakukan
kegiatan survey dari lokasi-lokasi yang telah dipilih berdasarkan kajian jalur/routing dari
ducting bersama yang telah ditetapkan. Kegiatan survey dilakukan oleh 2 tim survey.
Setiap tim terdiri dari tiga orang dengan detail penugasan dan personel seperti tabel
berikut :
JOB DESK
TEAM I TEAM II
TEAM
SURVEYOR Wawan 085765759481 Fahmi 08986420525
LOKAL
Yoeswono 0341-6318147 Sanuar
RESOURCES 0341-9459594
DRAFTER Ridlo 085795868446 Rizal 8562265157
Pada saat survey, tim survey melakukan kegiatan lapangan sebagai berikut :
Setiap tim melakukan survey ke berbagai lokasi dengan jadwal survey yang telah
ditetapkan. Lokasi dan pembagian lokasi survey masing-masing tim adalah sebagai
berikut:
144
Tabel 3-9 Lokasi Penugasan Survey Tim I
JARAK (M)
SEGMENT
KODE
FEEDER
JALAN
POP RUAS JALAN FEEDER HANDHOLE
RUAS
1554 POP1-MH-04
JL. PANJI SUROSO POP1-HH-29
POP1 -MH-03
1 PS KEC. BLIMBING 180
DINAS KOPERASI &
19
UKM
KEL. BLIMBING 13
TOTAL 1766
JL. S.P. SUDARMO - 2805 POP1-HH-19
JL. BENGAWAN SOLO POP1-HH-12
KEL. PURWANTORO 227
2 SDB PUS. CISADEA 119
DINAS SOSIAL 742
PUS. KENDALKEREP 155
KEL. BUNUL REJO 540
TOTAL 4589
1579 POP1-HH-06
JL. PANGLIMA POP1-MH-02
SUDIRMAN 306
1 KEC. LOWOKWARU 4
PUS. KENDALSARI 4
KEL. SAMAAN 185
145
JARAK (M)
SEGMENT
KODE
FEEDER
JALAN
POP RUAS JALAN FEEDER HANDHOLE
RUAS
OLAHRAGA
KANTOR
PERPUSTAKAAN
470
UMUM & ARSIP
DAERAH
KEC. KLOJEN 701
RUMAH DINAS 139
WALIKOTA 9
KEL. ORO-ORO
272
DOWO
KEL. JATIMULYO 834
TOTAL 10234
JL. MAYJEND M.T. 3920 POP1-MH-08
HARYONO - JL.
POP1-HH-75
TLOGOMAS
5 HT PUS. DINOYO 58
KEL. DINOYO 69
KEL.TLOGOMAS 8
TOTAL 4055
JL. JETIS BAWANG -
6 JBS 2631
JL. SEXSOPHONE POP1-HH-67
POP1-HH-61
TOTAL 2631
JL. AKORDEON - JL. 2948 POP1-HH-55
IKAN KAKAP POP1-HH-46
7 AKO KEL. TUNGGUL
92
WULUNG
139
KEL. TASIKMADU
3
TOTAL 4433
2878 POP1-HH-37
JL. IKAN PIRANHA -
KEL. TANJUNG
JL. A.YANI 3
SEKAR
BADAN PERSATUAN
294
BANGSA & POLITIK
8 IPR 154
PUS. MOJOLANGU 5
KEL. MOJOLANGU 167
KEL. PURWODADI 11
KEL. POLOWIJEN 26
DINAS PERTANIAN 62
146
JARAK (M)
SEGMENT
KODE
FEEDER
JALAN
POP RUAS JALAN FEEDER HANDHOLE
RUAS
KEL. BALEARJOSARI 615
KEL. ARJOSARI 359
DINAS
8
PERHUBUNGAN
TOTAL 5967
TOTAL 39511
3075 POP4-HH-12
POP4-HH-19
FEEDER
KELURAHAN 203
JL.RAYA LANGSEP - PISANG CANDI
JL.BENDUNGAN FEEDER
SUTAMI KELURAHAN 8
GANDINGASRI
FEEDER
1 LBS KELURAHAN 617
SUMBER SARI
FEEDER
KELURAHAN 619
KARANG BESUKI
4 FEEDER DINAS
118
PENDIDIKAN
FEEDER
KELURAHAN 839
PENANGGUNGAN
TOTAL 5479
1685 POP4-HH-23
FEEDER
JL.SUMBER SARI - JL. KELURAHAN 10
2 SG KETAWANGGEDE
GAJAYANA
FEEDER
KELURAHAN 738
MERJOSARI
TOTAL 2433
TOTAL 7913
147
Tabel 3-10 Lokasi Penugasan Survey Tim II
JARAK (M)
SEGMENT
KODE
POP
FEEDER
JALAN
RUAS JALAN FEEDER HANDHOLE
RUAS
3877 POP2-MH-04
JL.CEMOROKANDANG - POP2-HH-18
JL. KI AGENG GRIBIG POP2-MH-03
KEL.
1433
CEMOROKANDANG
KEL. MADYOPURA 2
169
KEL. SUKOHARJO
TOTAL 3172
JL. LAKSAMANA ADI 5906 POP2-HH-43
SUCIPTO - JL. KI AGENG 5
PUS. PANDANWANGI
GRIBIG
KEL. PANDANWANGI 449
3 LSC
DINAS KESEHATAN 28
535
KEL. SAWOJAJAR
TOTAL 6923
TOTAL 16289
148
JARAK (M)
SEGMENT
KODE
POP
FEEDER
JALAN
RUAS JALAN FEEDER HANDHOLE
RUAS
SKPD Gedung B 200
SKPD Gedung A 66
Feeder Kelurahan
18
Arjowinangun
Feeder Puskesmas
62
Arjowinangun
TOTAL 9365
JL.ARJOWINANGUN -
2 ARJ 4206 POP3-HH-42
JL.SATSUIT TUBUN
POP3-HH-53
TOTAL 4206
6321 POP3-HH-72
POP3-HH-87
JL. RAYA KEPUH - Feeder Kelurahan
24
JL.RAYA SARI Kebonsari
Feeder Kelurahan
5
Bandung Rejosari
Feeder Puskesmas
834
3 KPH Janti
Feeder Kecamatan
149
Sukun
Feeder Kelurahan
2
Bakalan Krajan
Feeder Kelurahan
5
Mulyorejo
Feeder Puskesmas
25
Mulyorejo
TOTAL 7365
4748 POP3-MH-02
Feeder Kelurahan
13
JL.MULYOREJO - Bandulan
JL.PASAR BESAR Feeder Kelurahan
482
Tanjung Rejo
Feeder Kelurahan
1308
Sukun
Feeder Kelurahan
4 MYJ 89
Kauman
Feeder Dinas
1076
Pertamanan
Feeder Dinas PU &
145
Rumwasbang
Feeder Kelurahan
281
Kasin
Feeder Puskesmas
1879
Ciptomulyo
149
JARAK (M)
SEGMENT
KODE
POP
FEEDER
JALAN
RUAS JALAN FEEDER HANDHOLE
RUAS
Feeder Kelurahan
419
Mergosono
Feeder Kelurahan
258
Ciptomulya
Feeder Kelurahan
614
Gadang
Feeder Kelurahan
283
Kotalama
TOTAL 11595
TOTAL 32531
Detail hasil kegiatan survey ducting bersama kota malang dapat dilihat pada Dokumen
Kegiatan Survey.
150
4 DETAILED ENGINEERING DESIGN
Pasif infrastruktur ducting bersama kota malang dibangun dengan topologi ring yang
memiliki jangkauaan (coverage) di daerah kota malang. Ring tersebut terbagi menjadi 4
ring ducting bersama yang tersebar di seluruh penjuru kota malang yang saling
berhubungan. Ring tersebut membagi kota menjadi empat bagian jangkauan ring
ducting bersama. Yaitu ring utara, ring selatan, ring timur dan ring barat. Pasif
infrastruktur ducting bersama dibangun dengan teknologi microduct dengan
pemasangan menggunakan teknik air blow. Pasif infrastruktur dirancang melewati
berbagai ruas jalan yang dipandang strategis terhadap pemanfaatan ducting bersama
sesuai dengan rancangan jalur ducting bersama yang telah ditetapkan. Berikut adalah
jalur ducting bersama ducting bersama kota malang.
151
Gambar 4-1 Jalur Ducting Bersama Ducting Bersama Kota Malang
Jalur ducting bersama merupakan lajur utama serat optik di kota malang yang dapat
dihubungkan dengan jalur serat optik sekunder dan jalur distribusi serat optik lainnya
untuk menghubungkan wilayah/lokasi yang tidak dilintasi jalur utama ducting bersama.
Pemasangan jalur-jalur tersebut dilakukan dari street cabinet terdekat dari lokasi
pemasangan jalur sekunder serat optik yang dimaksud.
Terdapat 4 lokasi Poin Of Presence (POP) ducting bersama kota malang yang tersebar di
berbagai lokasi. POP tersebut berfungsi sebagai berikut :
2. Lokasi dimana serat optik dapat di instalasi ke dalam infrastruktur pasif ducting
bersama. Karena pada titik-titik tersebut ujung-ujung dari infrastruktur pasif
ducting bersama muncul ke permukaan tanah.
152
Detail Engineering Design secara umum dari setiap POP dan segment-segment tiap POP
yang melewati ruas jalan di Kota Malang dibahas pada pembahasan Point Of Presences
(POP). Sementara Detail Engineering Design setiap POP dan segment-segment tiap POP
secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik Bawah
Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
153
4.1.1 PROSEDUR UMUM TEKNIS PELAKSANAAN
Prosedur umum teknis pelaksanaan adalah prosedur yang harus dipatuhi oleh pelaksana
proyek ketika melakukan kegiatan dilapangan. prosedur ini dibangun untuk memberikan
jaminan keamanan dan keselamatan kerja, lingkungan dan menjamin terselesainya
pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. selain itu prosedur ini juga
berfungsi memberikan data/informasi inventaris utilitas yang cukup pasca pemasangan
ducitng bagi instansi pemerintah terkait. Pelaksanaan pemasangan ducting bersama di
kota malang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Pelaksanaan teknis di lapangan harus mendapat ijin tertulis terlebih dahulu dari
instansi terkait pemerintahan kota malang.
Sebelum dilakukan pekerjaan teknis di lapangan harus dibuat area kerja yang
mencukupi di lokasi pelaksanaan. Pembuatan area kerja dapat berupa
penutupan sebagian ruas jalan atau area publik untuk jangka waktu tertentu.
Area kerja harus diberi pembatas, tanda-tanda khusus untuk menjaga keamanan
dan keselamatan kerja dan lingkungan.
154
(Ducting Bersama) Kota Malang dan prosedur penanganan standar pabrikan
sesuai dengan jenis dan product ducting yang digunakan.
155
4.1.2 PROSEDUR UMUM TRENCHING JALAN
Proses pemasangan infrastruktur pasif ducting bersama sebagian besar akan dilakukan
dengan melakukan trenching jalan. Sehingga perlu diatur suatu prosedur umum
trenching jalan selain detail prosedur-prosedur teknis lainnya yang merujuk pada jenis
dan produk yang digunakan. Prosedur umum trenching jalan infrastruktur ducting
bersama harus memenuhi kententuan sebagai berikut :
156
Sebelum proses Trenching dilakukan deteksi terhadap jalur utilitas yang sudah
terpasang di lokasi guna menghindari kerusakan dengan perangkat sensor sonar
yang dapat mendeteksi keberadaan utilitas di bawah tanah.
157
Trenching jalan dilakukan dengan kendaraan atau mesin khusus Trenching
standar pemasangan ducting yang disesuaikan dengan jenis dan product ducting
yang digunakan sehingga diperoleh potongan yang rapi, aman bagi infrastruktur
pasif dan mudah untuk memulihkan kembali kondisi jalan pasca trenching jalan.
158
Kedalaman trenching merujuk pada spesifikasi dalam typcal mockup
infrastruktur pasif ducting bersama pada Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat
Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota Malang.
Proses penutupan harus dilakukan dengan teknik dan waktu yang sesingkat
mungkin untuk mengurangi potensi gangguan lalu lintas kendaraan, orang dan
lingkungan.
159
4.1.3 TYPICAL MOCKUP
Infrastruktur pasif ducting bersama kota malang dipasang diruas-ruas jalan kota malang
dengan metode melakukan pemotongan bahu jalan sampai kedalaman tertentu.
Sebelum dilakukan pemotongan bahu jalan, akan dilakukan proses pendeteksian utilitas
eksisting dari jalur yang akan dipasang infrastruktur ducting. Proses ini untuk
mengantisipasi kerusakan jalur utilitas yang telah ada pada ruas jalan tersebut. Proses
pemotongan dilakukan dengan peralatan teknik-teknik tertentu sehingga potongan yang
dihasilkan relatif kecil dan rapi sehingga relatif tidak mengganggu aktivitas jalan yang
sedang berlangsung. Pemasangan microduct juga dilakukan dengan teknik-teknik
tertentu untuk memperoleh pemasangan microduct yang aman dan rapi. Dengan teknik-
teknik tersebut, proses penutupan/penimbunan microduct dan perbaikan bahu jalan
akibat proses pemasangan di bahu jalan dapat dilakukan dengan lebih cepat dengan
hasil yang relatif lebih rapi dan tidak menyebabkan perubahan struktur dan bentuk bahu
jalan.
Typical Mockup adalah gambar teknis baku yang digunakan sebagai rujukan baku
pemasangan infrastruktur pasif ducting bersama. Typical mockup terdiri dari beberapa
standar pemasangan ducting bersama dalam beberapa kondisi lapangan yang dijelaskan
pada pembahasan-pembahasan selanjutnya. Detail gambar teknis dapat dilihat pada
Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota
Malang.
160
4.1.3.1 PERLINTASAN REL KERETA
Untuk melewati perlintasan rel kereta, ducting harus ditaman dalam tanah
dengan minimal kedalaman 250 cm.
Ducting harus dilindungi oleh pipa gavanise dengan diameter minimal 5 inchi.
Harus dibangun driving pit dan arriving pit yang terletak di ujung kedua sisi
perlintasan rel kereta. Jarak antara titik tengah rel dan masing-masing pit adalah
600 cm.
Detail gambar teknis dapat dilihat pada Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik
Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota Malang.
161
Gambar 4-9 Typical Mockup Railway Crossing
162
4.1.3.2 PERLINTASAN JALAN
Pemasangan pasif infrastruktur ducting bersama ketika melintasi perlintasan jalan harus
memenuhi ketentuan umum sebagai berikut :
Untuk melewati perlintasan jalan, ducting harus ditaman dalam tanah dengan
minimal kedalaman 150 cm.
Ducting harus dilindungi oleh pipa gavanise dengan diameter minimal 5 inchi.
Harus dibangun driving pit dan arriving pit yang terletak di ujung kedua sisi jalan.
Lokasi pembuatan pit harus berada di belakang trotoar ruas jalan yang ada agar
tidak mengganggu lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki.
Detail gambar teknis dapat dilihat pada Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik
Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota Malang.
163
Gambar 4-10 Typical mockup Intersection Crossing
164
4.1.3.3 PASS THROUGHT MODE
165
4.1.3.4 PERLINTASAN DRAINASE
Pemasangan pasif infrastruktur ducting bersama ketika melintasi saluran drainase untuk
dihubungkan dengan hand hole harus memenuhi ketentuan umum sebagai berikut :
Ducting dari tranching route harus berada dibawah bahu jalan dan trotoar.
Ketika melintasi saluran drainase, Ducting harus dilindungi oleh pipa gavanise
dengan diameter minimal 5 inchi.
Hand hole harus dibangun di belakang trotoar jalan, sehingga tidak mengganggu
lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki.
Detail gambar teknis dapat dilihat pada Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik
Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota Malang.
166
Gambar 4-12 Typical Mockup Crossing Drainase
167
4.1.3.5 FIXING SLACK
Pemasangan fixing slack ducting bersama harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Fixing slack harus diletakkan dalam hand hole dengan maksimal penyusunan
fixing slack adalah dua fixing slack yang disusun secara vertikal dan nempel pada
dinding hand hole.
Fixing slack harus diberi diberi dudukan atau penyangga dalam hand hole agar
kondisi fixing slack tetap rapi dan tidak berubah.
Dimensi hand hole minimal adalah lebar 110 cm dengan kedalaman 180 cm yang
diletakkan dibelakang trotoar jalan.
Ducting harus dilindungi oleh pipa galvanise dengan minimal diameter 5 inchi
ketika akan dihubungkan dengan hand hole.
Ducting dimasukan ke dalam hand hole dengan posisi berada dibawah tanah
dan berada di bagian atas hand hole.
168
Gambar 4-14 Diameter Fixing Slack
Detail gambar teknis dapat dilihat pada Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik
Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota Malang.
169
4.1.3.6 SPLICING INSIDE STREET CABINET
Street kabinet harus diletakkan sejajar dengan hand hole dengan jarak yang
cukup dekat dengan hand hole.
Street cabinet harus dipasang dengan cukup kuat dengan fondasi street kabinet
yang cukup kuat pula untuk mengindari kerusakan dan menjamin keamanan
pada street cabinet.
Detail gambar teknis dapat dilihat pada Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik
Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota Malang.
170
4.1.3.7 PERLINTASAN JALAN BESAR/UTAMA
Hand hole dibangun pada bahu jalan dekat trotoar jalan dimensi lebar 160 cm
panjang 200 cm dan kedalaman 180 cm.
Hand hole harus dilengkapi dengan penutup hand hole yang dibuat dari bahan
dan konstruksi yang kuat.
Hand hole harus dilengkapi pipa galvanise minimal 5 inchi sebagai pelindung
microduct ketika dihubungkan dengan hand hole.
Detail gambar teknis dapat dilihat pada Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik
Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota Malang.
171
Microduct yang digunakan dalam ducting bersama memiliki spesifikasi teknis secara
umum sebagai berikut :
Cara pemasangan microduct pada ruas jalan secara umum diletakkan dibawah
tanah dengan teknik treanching.
Detail gambar teknis dapat dilihat pada Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik
Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota Malang.
172
Gambar 4-18 Typical Mockup Detail Microduct
173
4.1.3.9 JEMBATAN
Pemasangan infrastruktur pasif pada jembatan yang tidak memiliki tiang jembatan
dilakukan dengan ketentuan umum sebagai berikut :
Ducting harus ditempatkan dalam pipa GPS dengan diameter 100 mm.
Ducting dipasang pada jembatan pada sisi luar jembatan sejajar dengan rolling
jembatan di bagian bawah.
Detail gambar teknis dapat dilihat pada Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik
Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota Malang.
174
Gambar 4-19 Typical Mockup Cable Bridge Type 1 (1)
175
4.1.3.9.2 JEMBATAN TIPE 2
Pemasangan pasif infrastruktur ducting pada jembatan yang memiliki rongga pada
penyangga/turap jembatan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pemasangan dengan tipe ini hanya boleh dilakukan untuk jembatan yang miliki
panjang jembatan sebesar 12 meter.
Detail gambar teknis dapat dilihat pada Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik
Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota Malang.
176
Gambar 4-21 Typical Mockup Cable Bridge Type 2
177
4.1.3.9.3 JEMBATAN TIPE 3
Pemasangan infrastruktur ducting dalam kondisi harus melewati sungai, sementara pada
jalur tersebut tidak terdapat jembatan, dilakukan dengan membangun jembatan khusus
bagi infrastruktur ducting. Pembangunan jembatan khusus infrastruktur ducting yang
melintasi sungai yang lebar harus dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
Ducting yang telah dilindungi pipa galvanise diletakkan diatas permukaan air
dengan membangun jembatan khusus.
Detail gambar teknis dapat dilihat pada Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik
Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota Malang.
178
Gambar 4-22 Typical Mockup Cable Bridge Type 3
179
4.1.3.9.4 JEMBATAN TIPE 4
Pemasangan infrastruktur ducting dalam kondisi harus melewati sungai, sementara pada
jalur tersebut tidak terdapat jembatan, dilakukan dengan membangun jembatan khusus
bagi infrastruktur ducting. Pembangunan jembatan khusus infrastruktur ducting yang
melintasi sungai yang kecil harus dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
Ducting yang telah dilindungi pipa galvanise diletakkan diatas permukaan air
dengan membangun jembatan khusus.
Detail gambar teknis dapat dilihat pada Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik
Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota Malang.
180
Gambar 4-23 Typical Mockup Cable Bridge Type 4
181
4.1.3.10 DETAIL HAND HOLE
Konstruksi hand hole yang digunakan pada infrastruktur pasif ducitng bersama memiliki
spesifikasi umum sebagai berikut:
Hand hole dibangun dengan menggunakan bahan beton yang diperkuat dengan
besi.
Hand hole harus dilengkapi dengan penutup hand hole yang memiliki handle
untuk memudahkan pemindahan penutup.
Detail gambar teknis dapat dilihat pada Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik
Bawah Tanah (Ducting Bersama) Kota Malang.
182
Gambar 4-25 Typical Mockup Detail Hand Hole 2
183
4.1.4 POINT OF PRESENCES (POP)
Point Of Presences (POP) infrastruktur pasif ducting bersama kota malang memiliki
empat titik yang tersebar di kota malang. Penjelasan umum dari tiap POP dan segment-
segment tiap POP dijelaskan pada pembahasan-pembahasan berikut. Penjelasan
terhadap tiap komponen segment disampaikan dalam format pelabelan dalam Dokumen
Rencana Jalur Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang
184
4.1.4.1 POINT OF PRESENCES 1
POP 1 dirancang melewati 14 ruas jalan yang terbagi menjadi 8 segment POP. Masing
masing segment dibagi menjadi beberapa subsegment/blat dan routing. Pada setiap
segment juga terdapat beberapa handhole dan feeder yang ditempatkan di lokasi-lokasi
tertentu. Berikut adalah gambar dan tabel segment-segment di POP 1. Sementara Detail
Engineering Design setiap POP dan segment-segment tiap POP secara terperinci
dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting
Bersama ) Kota Malang.
NO SEGMENT KODE
1 JL. PANJI SUROSO PS
2 JL. S.P. SUDARMO - JL. BENGAWAN SOLO SDB
3 JL. PANGLIMA SUDIRMAN SDR
4 JL. TRUNOJOYO - JL.MAYJEND D.I. PANJAITAN TP
5 JL. MAYJEND M.T. HARYONO - JL. TLOGOMAS HT
6 JL. JETIS BAWANG - JL. SEXSOPHONE JBS
7 JL. AKORDEON - JL. IKAN KAKAP AKO
8 JL. IKAN PIRANHA - JL. A.YANI IPR
185
4.1.4.1.1 SEGMENT PS
Segment dengan kode PS melewati ruas jalan JL. Panji Suroso. Segment ini terdiri dari 6
subsegment/Blat/Routing, dengan 9 Handhole dan 3 Feeder. Segment ini melintasi
sungai pada subsegment PS-05. Berikut adalah gambar segment PS dan tabel detail
subsegment,blat, routing, handhole dan lokasi feeder. Sementara Detail Engineering
Design setiap POP dan segment-segment tiap POP secara terperinci dituangkan dalam
Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota
Malang.
186
Tabel 4-2 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 1 (PS) POP 1
POP1-MH-05
PS-01 PS-01/R-MD 28 W POP1-MH-04 KEC. BLIMBING
PS ( PANJI SUROSO )
POP1-HH-31
PS-02 PS-02/R-MD 28 W POP1-HH-30
PS-03 PS-03/R-MD 28 W POP1-HH-29 DINAS KOPERASI & UKM
PS-04 PS-04/R-MD 28 W POP1-HH-28
POP1-HH-27
PS-05 PS-05/R-MD 28 W
POP1-HH-26
PS-06 PS-06/R-MD 28 W POP1-MH-03 KEL. BLIMBING
187
4.1.4.1.2 SEGMENT SDB
Segment dengan kode SBD melawati ruas jalan Jl. PS Sudarmo sampai dengan Jl.
Bengawan Solo. Segment ini terdiri dari 14 subsegment/Blat/Routing, dengan 20
Handhole dan 5 Feeder. Segment ini melintasi sungai pada subsegment DSB-03 dan SDB-
04. Berikut adalah gambar segment SDB dan tabel detail subsegment,blat, routing,
handhole dan lokasi feeder. Sementara Detail Engineering Design setiap POP dan
segment-segment tiap POP secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur
Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
188
Tabel 4-3 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 2 (SDB) POP 1
SDB-01 SDB-01/R-MD 28 W
POP1-HH-25
SDB-02 SDB-02/R-MD 28 W
POP1-HH-24
SDB-03 SDB-03/R-MD 28 W POP1-HH-23
SDB (JL. S.P. SUDARMO - JL. BENGAWAN SOLO)
189
4.1.4.1.3 SEGMENT SDR
Segment dengan kode SBD melewati ruas jalan Jl. Panglima Sudirman. Segment ini
terdiri dari 19 subsegment/Blat/Routing, dengan 29 Handhole dan 9 Feeder. Berikut
adalah gambar segment SDR dan tabel detail subsegment,blat, routing, handhole dan
lokasi feeder. Sementara Detail Engineering Design setiap POP dan segment-segment
tiap POP secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat
Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
190
Tabel 4-4 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 3 (SDR) POP 1
POP1-HH-11
SDR-01 SDR-01/R-MD 28 W POP1-HH-10
POP1-HH-09
SDR-02 SDR-02/R-MD 28 W POP1-FE-HH-03
POP1-FE-HH-04
SDR-03 SDR-03/R-MD 28 W POP1-FE-HH-05 KELURAHAN LOWOKWARU
POP1-FE-HH-06
PUSKESMAS RAMPAL CELAKET
SDR-04 SDR-04/R-MD 28 W POP1-FE-HH-07
KELURAHAN RAMPAL CELAKET
POP1-FE-HH-08
SDR-05 SDR-05/R-MD 28 W
POP1-FE-HH-09
SDR ( JL.PANGLIMA SUDIRMAN )
191
4.1.4.1.4 SEGMENT TP
Segment dengan kode TP melewati ruas jalan Jl. Trunojoyo sampai dengan Jl. Mayjen D.I
Panjaitan. Segment ini terdiri dari 28 subsegment/Blat/Routing, dengan 49 Handhole
dan 11 Feeder. Berikut adalah gambar segment TP dan tabel detail subsegment,blat,
routing, handhole dan lokasi feeder. Sementara Detail Engineering Design setiap POP
dan segment-segment tiap POP secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana
Jalur Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
192
Tabel 4-5 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 4 (TP) POP 1
KELURAHAN BARENG
TP-08 TP-08/R-MD 28 W POP4-FE-HH-06
PUSKESMAS BARENG
POP4-FE-HH-08 DINAS KEPEMUDAAN & OLAH
TP-09 TP-09/R-MD 28 W
POP4-FE-HH-09 RAGA
POP4-FE-HH-10 KANTOR PERPUSTAKAAN
TP-10 TP-10/R-MD 28 W
POP4-FE-HH-11 UMUM & ARSIP DAERAH
TP-11 TP-11/R-MD 28 W POP4-FE-HH-12
TP-12 TP-12/R-MD 28 W POP4-FE-HH-13 RUMAH DINAS WALI KOTA
POP4-FE-HH-14
TP-13 TP-13/R-MD 28 W POP4-FE-HH-15
POP4-FE-HH-16
POP4-FE-HH-17
TP-14 TP-14/R-MD 28 W
POP4-FE-HH-18
TP-15 TP-15/R-MD 28 W POP4-FE-HH-19 KECAMATAN KLOJEN
POP1-HH-112A
TP-16 TP-16/R-MD 28 W
POP1-HH-112
TP-17 TP-17/R-MD 28 W POP1-HH-111
POP1-HH-110
TP-18 TP-18/R-MD 28 W
POP1-HH-109
POP1-HH-108
TP-19 TP-19/R-MD 28 W KELURAHAN ORO ORO DOWO
POP4-FE-HH-20
POP1-HH-107
TP-20 TP-20/R-MD 28 W
POP1-HH-106
POP1-HH-105
TP-21 TP-21/R-MD 28 W
POP1-HH-104
POP1-HH-103
TP-22 TP-22/R-MD 28 W
POP1-HH-102
193
RUAS BLAT ROUTING HANDHOLE FEEDER
POP1-HH-101
TP-23 TP-23/R-MD 28 W
POP1-HH-100
POP1-HH-99
TP-24 TP-24/R-MD 28 W
POP1-HH-98
TP-25 TP-25/R-MD 28 W POP1-HH-97
POP1-HH-96
TP-26 TP-26/R-MD 28 W POP1-HH-95
POP1-HH-94
POP1-FE-HH-33
TP-27 TP-27/R-MD 28 W
POP1-FE-HH-34
POP1-FE-HH-35
TP-28 TP-28/R-MD 28 W KELURAHAN JATIMULYO
POP1-FE-HH-36
194
4.1.4.1.5 SEGMENT HT
Segment dengan kode HT melewati ruas jalan Jl. Mayjen M.T Haryono sampai dengan Jl.
Tlogomas. Segment ini terdiri dari 12 subsegment/Blat/Routing, dengan 20 Handhole
dan 3 Feeder. Berikut adalah gambar segment HT dan tabel detail subsegment,blat,
routing, handhole dan lokasi feeder. Sementara Detail Engineering Design setiap POP
dan segment-segment tiap POP secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana
Jalur Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
195
Tabel 4-6 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 5 (HT) POP 1
POP1-HH-90
HT-03 HT-03/R-MD 28 W PUSKESMAS DINOYO
POP1-MH-08
HT-04 HT-04/R-MD 28 W POP1-HH-89 KELURAHAN DINOYO
POP1-HH-88
HT-05 HT-05/R-MD 28 W
POP1-HH-87
POP1-HH-86
HT-06 HT-06/R-MD 28 W
POP1-HH-85
POP1-HH-84
HT-07 HT-07/R-MD 28 W KELURAHAN TLOGOMAS
POP1-HH-83
HT-08 HT-08/R-MD 28 W POP1-HH-82
HT-09 HT-09/R-MD 28 W POP1-HH-81
POP1-HH-80
HT-10 HT-10/R-MD 28 W
POP1-HH-79
POP1-HH-78
HT-11 HT-11/R-MD 28 W
POP1-HH-77
POP1-HH-76
HT-12 HT-12/R-MD 28 W
POP1-HH-75
196
4.1.4.1.6 SEGMENT JBS
Segment dengan kode JBS melewati ruas jalan Jl. Jetis Bawang sampai dengan Jl.
Sexphone. Segment ini terdiri dari 8 subsegment/Blat/Routing, dengan 14 Handhole.
Berikut adalah gambar segment JBS dan tabel detail subsegment,blat, routing, handhole
dan lokasi feeder. Sementara Detail Engineering Design setiap POP dan segment-
segment tiap POP secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur Saluran
Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
197
Tabel 4-7 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 6 (JBS) POP 1
POP1-HH-74
JBS ( JL. JETIS BAWANG - JL. SEXSOPHONE )
198
4.1.4.1.7 SEGMENT AKO
Segment dengan kode AKO melewati ruas jalan Jl. Akordeon sampai dengan Jl. Ikan
Kakap. Segment ini terdiri dari 13 subsegment/Blat/Routing, dengan 21 Handhole dan 2
Feeder. Berikut adalah gambar segment AKO dan tabel detail subsegment,blat, routing,
handhole dan lokasi feeder. Sementara Detail Engineering Design setiap POP dan
segment-segment tiap POP secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur
Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
199
Tabel 4-8 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 7 (AKO) POP 1
POP1-HH-55
AKO-05 AKO-05/R-MD 28 W POP1-FE-HH-37
POP1-FE-HH-38
AKO-06 AKO-06/R-MD 28 W POP1-FE-HH-39
POP1-FE-HH-40
AKO-07 AKO-07/R-MD 28 W POP1-FE-HH-41
AKO-08 AKO-08/R-MD 28 W POP1-FE-HH-42 KELURAHAN TASIKMADU
POP1-HH-54
AKO-09 AKO-09/R-MD 28 W
POP1-HH-53
POP1-HH-52
AKO-10 AKO-10/R-MD 28 W
POP1-HH-51
POP1-HH-50
AKO-11 AKO-11/R-MD 28 W
POP1-HH-49
POP1-HH-48
AKO-12 AKO-12/R-MD 28 W
POP1-HH-47
AKO-13 AKO-13/R-MD 28 W POP1-HH-46
200
4.1.4.1.8 SEGMENT IPR
Segment dengan kode IPR melewati ruas jalan Jl. Ikan Piranha sampai dengan Jl. Ahmad
Yani. Segment ini terdiri dari 17 subsegment/Blat/Routing, dengan 31 Handhole dan 10
Feeder. Berikut adalah gambar segment IPR dan tabel detail subsegment,blat, routing,
handhole dan lokasi feeder. Sementara Detail Engineering Design setiap POP dan
segment-segment tiap POP secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur
Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
201
Tabel 4-9 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 8 (IPR) POP 1
POP1-FE-HH-25
IPR-07 IPR-07/R-MD 28 W
POP1-FE-HH-26
POP1-FE-HH-27
IPR-08 IPR-08/R-MD 28 W
POP1-FE-HH-28
POP1-FE-HH-29
IPR-09 IPR-09/R-MD 28 W
POP1-FE-HH-30
POP1-FE-HH-31
IPR-10 IPR-10/R-MD 28 W PUSKESMAS MOJOLANGU
POP1-FE-HH-32
IPR-11 IPR-11/R-MD 28 W KELURAHAN MOJOLANGU
IPR-12 IPR-12/R-MD 28 W POP1-HH-34
POP1-HH-33
IPR-13 IPR-13/R-MD 28 W KELURAHAN POLOWIJEN
POP1-HH-32
POP1-MH-07
DINAS PERHUBUNGAN
POP1-MH-06
IPR-14 IPR-14/R-MD 28 W
POP1-HH-32A
DINAS PERTANIAN
POP1-FE-HH-19
POP1-FE-HH-20
IPR-15 IPR-15/R-MD 28 W
POP1-FE-HH-21
IPR-16 IPR-16/R-MD 28 W KELURAHAN ARJOSARI
POP1-FE-HH-22
IPR-17 IPR-17/R-MD 28 W KELURAHAN BALEARJOSARI
POP1-FE-HH-23
202
4.1.4.2 POINT OF PRESENCES 2
POP 2 dirancang melewati 6 ruas jalan yang terbagi menjadi 3 segment POP. Masing
masing segment dibagi menjadi beberapa subsegment/blat dan routing. Pada setiap
segment juga terdapat beberapa handhole dan feeder yang ditempatkan di lokasi-lokasi
tertentu. Berikut adalah gambar dan tabel segment-segment di POP 2. Sementara Detail
Engineering Design setiap POP dan segment-segment tiap POP secara terperinci
dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting
Bersama ) Kota Malang.
203
4.1.4.2.1 SEGMENT CK
Segment dengan kode CK melewati ruas jalan JL. Cemoro Kandang sampai dengan Jl. Ki
Ageng Gribig. Segment ini terdiri dari 18 subsegment/Blat/Routing, dengan 32 Handhole
dan 8 Feeder. Segment ini melintasi sungai pada subsegment CK-03 dan CK-015. Berikut
adalah gambar segment CK dan tabel detail subsegment,blat, routing, handhole dan
lokasi feeder. Sementara Detail Engineering Design setiap POP dan segment-segment
tiap POP secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat
Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
204
Tabel 4-11 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 1 (CK) POP 2
HH
CK - 01 CK -01/R MD 28 W POP2-MH-04 KELURAHAN MADYOPURO
POP2-HH-27
CK - 02 CK -02/R MD 28 W POP2-FE-HH-06
POP2-FE-HH-07
CK - 03 CK -03/R MD 28 W POP2-FE-HH-08
POP2-FE-HH-09
CK - 04 CK -04/R MD 28 W
POP2-FE-HH-10
POP2-FE-HH-11
CK - 05 CK -05/R MD 28 W KELURAHAN CEMOROKANDANG
CK (JL. CEMOROKANDANG - JL. KI AGENG GRIBIG)
POP2-FE-HH-12
POP2-FE-HH-03
CK - 06 CK -06/R MD 28 W
POP2-FE-HH-04
CK - 07 CK -07/R MD 28 W POP2-FE-HH-05 DINAS PASAR
CK - 08 CK -08/R MD 28 W POP2-HH-26
POP2-HH-25
CK - 09 CK -09/R MD 28 W
POP2-HH-24
POP2-HH-23
CK - 10 CK -10/R MD 28 W PUSKESMAS GRIBIG
POP2-HH-22
POP2-HH-21
CK - 11 CK -11/R MD 28 W
POP2-HH-20
CK - 12 CK -12/R MD 28 W POP2-HH-19
POP2-HH-18
CK - 13 CK -13/R MD 28 W KELURAHAN LESANPURO
POP2-HH-17
POP2-HH-16
CK - 14 CK -14/R MD 28 W
POP2-HH-15
CK - 15 CK -15/R MD 28 W POP2-HH-14
POP2-HH-13
CK - 16 CK -16/R MD 28 W BKBPM
POP2-HH-12
POP2-HH-11
CK - 17 CK -17/R MD 28 W KELURAHAN KEDUNGKANDANG
POP2-HH-10
POP2-HH-09
CK - 18 CK -18/R MD 28 W PUSKESMAS KEDUNGKANDANG
POP2-MH-03
205
4.1.4.2.2 SEGMENT MG
Segment dengan kode PS melewati ruas jalan JL. Muharto sampai dengan Jl. Gatot
Subroto. Segment ini terdiri dari 6 subsegment/Blat/Routing, dengan 13 Handhole dan 3
Feeder. Segment ini melintasi sungai pada subsegment MTR-01, MTR-06 dan MTR-09.
Berikut adalah gambar segment MG dan tabel detail subsegment,blat, routing, handhole
dan lokasi feeder. Sementara Detail Engineering Design setiap POP dan segment-
segment tiap POP secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur Saluran
Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
206
Tabel 4-12 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 2 (MG) POP 2
MG - 01 MG - 01/R MD 28 W POP2-HH-08
MG ( JL. MUHARTO - JL. GATOT SUBROTO)
POP2-HH-07
MG - 02 MG - 02/R MD 28 W
POP2-HH-06
POP2-FE-HH-01
MG - 03 MG - 03/R MD 28 W
POP2-FE-HH-02
MG - 04 MG - 04/R MD 28 W KELURAHAN POLEHAN
POP2-HH-05
MG - 05 MG - 05/R MD 28 W
POP2-HH-04
MG - 06 MG - 06/R MD 28 W POP2-HH-03 KELURAHAN JODIPAN
POP2-HH-02
MG - 07 MG - 07/R MD 28 W
POP2-MH-02
MG - 08 MG - 08/R MD 28 W POP2-HH-01A
POP2-HH-01
MG - 09 MG - 09/R MD 28 W KELURAHAN SUKOHARJO
POP2-MH-01
207
4.1.4.2.3 SEGMENT LSC
Segment dengan kode SLC melewati ruas jalan JL. Laksamana Adi Sucipto sampai dengan
Jl. Cemoro Kandang. Segment ini terdiri dari 21 subsegment/Blat/Routing, dengan 36
Handhole dan 4 Feeder. Segment ini melintasi sungai pada subsegment SLC-04, SLC-08
dan SLC-13. Berikut adalah gambar segment LSC dan tabel detail subsegment,blat,
routing, handhole dan lokasi feeder. Sementara Detail Engineering Design setiap POP
dan segment-segment tiap POP secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana
Jalur Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
208
Tabel 4-13 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 2 (LSC) POP 2
POP2-HH-58
LSC -01 LSC - 01/R MD 28 W
POP2-HH-57
POP2-HH-56
LSC -02 LSC - 02/R MD 28 W
POP2-HH-55
LSC -03 LSC - 03/R MD 28 W POP2-HH-54 PUSKESMAS PANDANWANGI
POP2-HH-53
LSC -04 LSC - 04/R MD 28 W
POP2-HH-52
LSC -05 LSC - 05/R MD 28 W POP-FE-HH-15 KELURAHAN PANDANWANGI
LSC -06 LSC - 06/R MD 28 W POP2-HH-51
POP2-HH-50
LSC ( JL. LAKSAMANA ADI SUCIPTO - JL. CEMOROKANDANG)
209
4.1.4.3 POINT OF PRESENCES 3
POP 1 dirancang melewati 7 ruas jalan yang terbagi menjadi 4 segment POP. Masing-
masing segment dibagi menjadi beberapa subsegment/blat dan routing. Pada setiap
segment juga terdapat beberapa handhole dan feeder yang ditempatkan di lokasi-lokasi
tertentu. Berikut adalah gambar dan tabel segment-segment di POP 3. Sementara Detail
Engineering Design setiap POP dan segment-segment tiap POP secara terperinci
dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting
Bersama ) Kota Malang.
210
4.1.4.3.1 SEGMENT MS
Segment dengan kode MS melewati ruas jalan Jl. Mayjen Sungkono. Segment ini terdiri
dari 29 subsegment/Blat/Routing, dengan 42 Handhole dan 9 Feeder. Segment ini
melintasi sungai pada subsegment PS-05. Berikut adalah gambar segment MS dan tabel
detail subsegment,blat, routing, handhole dan lokasi feeder. Sementara Detail
Engineering Design setiap POP dan segment-segment tiap POP secara terperinci
dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting
Bersama) Kota Malang.
211
Tabel 4-15 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 1 (MS) POP 3
MS - 01 MS - 01/R MD 28 W
POP3-HH-05
MS - 02 MS - 02/R MD 28 W
POP3-HH-06
MS - 03 MS - 03/R MD 28 W POP3-HH-07
POP3-HH-08
MS - 04 MS - 04/R MD 28 W
POP3-HH-09
MS - 05 MS - 05/R MD 28 W POP3-HH-10
POP3-HH-11
MS - 06 MS - 06/R MD 28 W
POP3-HH-12
MS - 07 MS - 07/R MD 28 W POP3-HH-13
POP3-HH-14 KELURAHAN BURING
MS - 08 MS - 08/R MD 28 W
POP3-HH-15 KECAMATAN KEDUNGKANDANG
POP3-HH-16
MS - 09 MS - 09/R MD 28 W
POP3-FE-HH-17
MS - 10 MS - 10/R MD 28 W POP3-FE-HH-18
POP3-FE-HH-19
MS ( JL. MAYJEND SUNGKONO)
212
UAS BLAT ROUTING HANDHOLE FEEDER
POP3-FE-HH-43
MS - 26 MS - 26/R MD 28 W
POP3-FE-HH-43
MS - 27 MS - 27/R MD 28 W POP3-FE-HH-44 KELURAHAN TLOGOWARU
POP3-HH-28
MS - 28 MS - 28/R MD 28 W
POP3-HH-29
KELURAHAN ARJOWINANGUN
MS - 29 MS - 29/R MD 28 W POP3-HH-30
PUSKESMAS ARJOWINANGUN
213
4.1.4.3.2 SEGMENT ARJ
Segment dengan kode ARJ melewati ruas jalan JL. Arjowinangun sampai dengan Jl.
Satsuit Tubun. Segment ini terdiri dari 13 subsegment/Blat/Routing, dengan 23
Handhole dan tanpa Feeder. Segment ini melintasi sungai pada subsegment PS-05.
Berikut adalah gambar segment ARJ dan tabel detail subsegment,blat, routing, handhole
dan lokasi feeder. Sementara Detail Engineering Design setiap POP dan segment-
segment tiap POP secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur Saluran
Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
214
Tabel 4-16 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 2 (ARJ) POP 3
215
4.1.4.3.3 SEGMENT KPH
Segment dengan kode KPH melewati ruas jalan JL. Panji Suroso. Segment ini terdiri dari
22 subsegment/Blat/Routing, dengan 38 Handhole dan 7 Feeder. Segment ini melintasi
sungai pada subsegment PS-05. Berikut adalah gambar segment KPH dan tabel detail
subsegment,blat, routing, handhole dan lokasi feeder. Sementara Detail Engineering
Design setiap POP dan segment-segment tiap POP secara terperinci dituangkan dalam
Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota
Malang.
216
Tabel 4-17 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 3 (KPH) POP 3
217
4.1.4.3.4 SEGMENT MYJ
Segment dengan kode MYJ melewati ruas jalan J. Mulyorejo sampai dengan Jl. Pasar
Besar. Segment ini terdiri dari 32 subsegment/Blat/Routing, dengan 48 Handhole dan 13
Feeder. Segment ini melintasi sungai pada subsegment PS-05. Berikut adalah gambar
segment MYJ dan tabel detail subsegment, blat, routing, handhole dan lokasi feeder.
Sementara Detail Engineering Design setiap POP dan segment-segment tiap POP secara
terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik Bawah Tanah
(Ducting Bersama) Kota Malang.
218
Tabel 4-18 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 4 (MYJ) POP 3
POP3-HH-88
MYJ - 01 MYJ - 01/R MD 28 W
POP3-HH-89
POP3-HH-90
MYJ - 02 MYJ - 02/R MD 28 W
POP3-HH-91
POP3-HH-92
POP3-HH-93
MYJ - 03 MYJ - 03/R MD 28 W
POP3-HH-94
POP3-HH-95
MYJ - 04 MYJ - 04/R MD 28 W POP3-HH-96 KELURAHAN BANDULAN
POP3-HH-97
MYJ - 05 MYJ - 05/R MD 28 W
POP3-HH-98
POP3-HH-99
MYJ - 06 MYJ - 06/R MD 28 W POP3-HH-100
POP3-FE-HH-32
MYJ ( JL. MULYOREJO - JL. PASAR BESAR )
219
RUAS BLAT ROUTING HANDHOLE FEEDER
220
4.1.4.4 POINT OF PRESENCES 4
POP 1 dirancang melewati 4 ruas jalan yang terbagi menjadi 2 segment POP. Masing
masing segment dibagi menjadi beberapa subsegment/blat dan routing. Pada setiap
segment juga terdapat beberapa handhole dan feeder yang ditempatkan di lokasi-lokasi
tertentu. Berikut adalah gambar dan tabel segment-segment di POP 4. Sementara Detail
Engineering Design setiap POP dan segment-segment tiap POP secara terperinci
dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting
Bersama ) Kota Malang.
221
4.1.4.4.1 SEGMENT LBS
Segment dengan kode PS melewati ruas jalan Jl. Langsep sampai dengan Jl Bendungan
Utami. Segment ini terdiri dari 8 subsegment/Blat/Routing, dengan 28 Handhole dan 6
Feeder. Berikut adalah gambar segment LBS dan tabel detail subsegment,blat, routing,
handhole dan lokasi feeder. Sementara Detail Engineering Design setiap POP dan
segment-segment tiap POP secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur
Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
222
Tabel 4-20 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 1 (LBS) POP 4
POP4-HH-01
LBS - 01 LBS - 01/R MD 28 W
POP4-HH-02
LBS - 02 LBS - 02/R MD 28 W POP4-HH-03 KELURAHAN PISANG CANDI
POP4-HH-04
LBS - 03 LBS - 03/R MD 28 W
POP4-HH-05
LBS - 04 LBS - 04/R MD 28 W POP4-HH-06
POP4-HH-07
LBS ( JL. RAYA LANGSEP - JL. BENDUNGAN SUTAMI )
223
4.1.4.4.2 SEGMENT SG
Segment dengan kode SG melewati ruas jalan JL. Sumber Sari sampai dengan Jl.
Gajayana. Segment ini terdiri dari 6 subsegment/Blat/Routing, dengan 12 Handhole dan
2 Feeder. Berikut adalah gambar segment SG dan tabel detail subsegment,blat, routing,
handhole dan lokasi feeder. Sementara Detail Engineering Design setiap POP dan
segment-segment tiap POP secara terperinci dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur
Saluran Serat Optik Bawah Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
224
Tabel 4-21 Blat, Routing, Handhole dan Feeder Segment 2 (SG) POP 4
SG - 01 SG - 01/R MD 28 W POP4-HH-20
SG ( JL. SUMBER SARI - JL. GAJAYANA )
POP4-HH-21
SG - 02 SG - 02/R MD 28 W
POP4-HH-22
SG - 03 SG - 03/R MD 28 W POP4-HH-23
POP4-HH-24
SG - 04 SG - 04/R MD 28 W KELURAHAN KETAWANGGEDE
POP4-HH-25
POP4-HH-26
SG - 05 SG - 05/R MD 28 W POP4-HH-27
POP4-FE-HH-31
POP4-FE-HH-32
SG - 06 SG - 06/R MD 28 W
POP4-FE-HH-33
SG - 07 SG - 07/R MD 28 W KELURAHAN MERJOSARI
SG - 08 SG - 08/R MD 28 W POP4-HH-28
225
4.1.5 PENEMPATAN HAND HOLE DAN FEEDER
Hand hole adalah ruang bawah tanah dengan dimensi yang relatif kecil yang diletakkan
di jalan dan berfungsi untuk mengakses infrastruktur pasif ducting bersama yang telah
tertanam di dalam tanah. Hand hole umumnya digunakan untuk melakukan
pemeliharaan, instalasi dan berbagai kegiatan teknis terhadap infrastruktur pasif ducting
bersama. Hand hole tersebut tersebar di berbagai wilayah kota malang sesuai dengan
jalur pemasangan infrastruktur pasif ducting bersama kota malang. Berikut adalah detail
lokasi dan nama hand hole yang tersebar di berbagai POP dan segment ducting bersama
kota malang.
Feeder interkoneksi adalah lokasi yang memungkinkan interkoneksi dari serat optik
dalam ducting bersama dapat dikoneksikan dengan jaringan lain. pada lokasi feeder
tersebut terdapat perangkat-perangkat pasif yang memungkinkan interkoneksi dengan
jaringan lain. infrastruktur pasif ducting bersama berfungsi sebagai saluran utama yang
memiliki jalur ke berbagai wilayah di kota malang, feeder adalah lokasi dimana
dilakukanya penyambungan dengan jaringan distribusi dan jaringan aksses yang lebih
kecil. Feeder-feeder dalam ducting bersama kota malang scara umum ditempatkan di
kantor-kantor pemerintahan kota malang, seperti kantor kelurahan, kantor dinas,
puskesmas dan lain-lain. pertimbangan penempatan feeder tersebut berdasarkan
pertimbangan keamanan dan kemudahan akses ke lokasi feeder untuk kegiatan
pemeliharaan, instalasi dan kegiatan teknis lainnya dikemudian hari. Disamping
pertimbangan bahwa kepemilikan, kepentingan strategis dan pembiayaan ducting
bersama oleh pemerintah kota malang. Berikut adalah detail lokasi feeder pada masing-
masing ruas jalan, segment dan POP ducting bersama kota malang. Detail lokasi hand
hole dan feeder dituangkan dalam Dokumen Rencana Jalur Saluran Serat Optik Bawah
Tanah (Ducting Bersama ) Kota Malang.
226
5 PENUTUP
Laporan Pendahuluan ini disusun sebagai salah satu bagian kegiatan penyusunan IT
Master Plan Pemerintah Kota Malang. Laporan ini secara umum membahas latar
belakang, tujuan, ruang lingkup dan hasil yang diharapkan terhadap kegiatan ini.
Metodologi dan framework, Standar/Best Practice yang digunakan, rencana kerja,
struktur organisasi dan rencana kerja kegiatan bahas dalam laporan ini. Disisi lain
beberapa hasil kegiatan yang berupa hasil analisa kondisi saat ini juga dibahas pada
laporan ini.
Hasil analisa kondisi saat ini yang belum tertuang dalam laporan ini akan disampaikan
pada laporan akhir, seiring dengan kemajuan penyelesaian pekerjaan.
227