Anda di halaman 1dari 163

KUMPULAN KISAH SUKSES

KEPALA SEKOLAH SD

EDITOR:
Prof. Dr. Baso Intang Sappaile, M.Pd

Penerbit:
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan

ii
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
KUMPULAN KISAH SUKSES EPALA SEKOLAH
SD

Editor:
Prof. Dr. Baso Intang Sappaile, M.Pd

ISBN:
978-602-52537-0-6

Desain Sampul dan Tata


Letak: Hasbullah

Redaksi:
Ged. D Lt. 14 Jl. Pintu 1, Senayan Jakarta Pusat, Indonesia
Telp. (021) 57974125
Email: kesharlindung.tendik@kemdikbud.go.id

Cetakan I, November 2019

Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan


Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang


memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

iii
PRAKATA

Gelombang peradaban keempat yang sering kita sebut


sebagai era Revolusi Industri 4.0 telah menghadirkan
tantangan-tantangan baru bagi dunia pendidikan. Bahkan
tantangan-tantangan tersebut bergulir secara cepat setiap
saat, semakin kompleks dan kadang sulit diprediksi.
Karenanya di era ini, setiap orang yang menggeluti profesi di
bidang pendidikan, apapun posisi dan perannya dituntut
untuk memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Secara
khusus bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai
pemegang kunci eksistensi dunia pendidikan pada level
praksis. Mereka dituntut untuk senantiasa secara kritis
merefleksikan gagasan-gagasan, cara-cara kerja dan hasilhasil
pendidikan yang telah mereka lakoni dan yang telah diraihnya
selama ini.
Tantangan khusus bagi kepala sekolah dan pengawas
sekolah adalah bagaimana membangun visi, menggeser
paradigma dan menyesuaikan kerangka kerja mereka dalam
menggeluti tugas-tugas profesi di era millenial ini. Mereka
dihadapkan pada tantangan dan problem yang tidak linier
yang membutuhkan kreativitas yang tinggi untuk menemukan
solusi yang akurat. Bagian akhir dari dinamika tantangan
tersebut adalah bagaimana seorang kepala sekolah maupun
pengawas sekolah melakukan konversi seluruh sumber daya
termasuk ekosistem sekolah dengan penetrasi teknologi
menjadi sebuah layanan pendidikan yang bermutu dan
berdaya saing.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menempuh kebijakan strategis dengan melakukan reposisi
atau transformasi peran dan tugas seorang kepala sekolah.
Reposisi ini pada hakikatnya adalah upaya pemerintah untuk
mengoptimalkan tata kelola satuan pendidikan dan sekaligus
memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada kepala
sekolah untuk berinovasi. Peran baru dimaksud, juga
bermakna sebagai peningkatan level otoritas yang

iv
memungkinkan seorang kepala sekolah lebih percaya diri
mengerahkan seluruh sumber daya pendidikan yang
dimilikinya dalam rangka mewujudkan visi sekolahnya.
Buku Kumpulan Kisah Sukses yang merupakan karya
kolaboratif ini patut mendapatkan apresiasi. Terlepas dari
kelebihan maupun kekurangannya, buku ini
telah menghadirkan perspektif praksis yang beragam
sekaligus unik tentunya. Untuk itu, kami atas nama
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan
terima kasih kepada para penulis, editor dan semua pihak
yang telah mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaga hingga
terbitnya buku Kumpulan Kisah Sukses ini.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan


Dr. Supriano

v
KATA PENGANTAR

Menulis pada dasarnya mengasah nalar dan merapikan


gagasan-gagasan kreatif. Menulis juga merupakan produk
kreativitas karena aktivitas ini merupakan bauran yang
kompleks antara dimensi-dimensi kualitas kemanusiaan
seseorang. Di dalamnya tercakup kemampuan berpikir kritis,
kualitas literasi informasi, dan pemecahan masalah. Selain
sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri, bagi seorang
profesional, menulis adalah salah satu cara efektif untuk
merawat keprofesian. Tak terkecuali tentunya kepala sekolah
dan pengawas sekolah. Mereka menempati posisi kunci dalam
urusan tata kelola pendidikan pada level satuan pendidikan.
Karenanya, menulis memiliki relevansi yang tinggi terhadap
profesi kepala sekolah maupun pengawas sekolah.
Sebagai Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan, saya
memberikan apresiasi yang tinggi atas karya kreatif kepala
sekolah dan pengawas sekolah yang dikemas dalam buku
Kumpulan Kisah Sukses ini. Disadari bahwa saat ini, semakin
kuat kecenderungan model hipertext mendominasi dunia
literasi melalui apa yang disebut dengan kultur digital.
Namun dinamika itu tentu saja tidak akan menegasikan sama
sekali keberadaan buku konvensional. Karya ini diharapkan
dapat memberikan pencerahan profesional di kalangan tenaga
kependidikan khususnya kepala sekolah dan pengawas
sekolah.
Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada para
penulis, editor, Tim Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan, serta semua pihak yang telah berkontribusi
dalam seluruh rangkaian proses penerbitan buku ini. Semoga
buku ini memberikan manfaat dan nilai tambah dalam
memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada
masyarakat.

Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan


Dr. Santi Ambarrukmi, M.Ed

DAFTAR ISI

vi
PRAKATA.................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...............................................................................vi
DAFTAR ISI............................................................................................vii

Menigkatkan Minat Baca Siswa Melalui


Pemberdayaan Perpustakaan sekolah… ........................ 1
Suryani, S.Pd

Meningkatkan Karakter Siswa Melalui


Budaya Literasi Difital……….. ...................................... 20
Deswita

Membangun Kemitraan Melalui Menejemen


Musyawarah Menuju sekolah literat ............................ 34
Dharmawati

Strategi Sweet Love Membangun Komunitas


Belajar Profesional….. ................................................... 48
Wawat Karwati

Menciptakan Label Sekolah Unggul Melalui


Kegiatan Literasi…….. ................................................... 64
Agung Rahmanto

vii
Gerakan Kantin Kelas Berbasis Karakter ...................... 80
Jeni S. Kumisi

Optimalisasi Lorong Kelas Menjadi Lorong Literasi ......... 95


Walisa tri agustiningsih

Pelaksanaan Tahfidz Al-Quran Melalui


Program Supercamp ....................................................... 110
Alfian

Tim Kewirausahaan Mendukung Pembiayaan


Di SDN Bubutan IV…........ ............................................. 125
Sastro

Sekolah Sahabat Keluarga Dalam Mengembangkan


Sekklah Unggul……………….………………………………… . 140
Wahyuningsih Rahayu

Dengan Menejemen Pembiasaan, Partisipasif,


Tauladan Kolaboratif Dapat Melangkah Menjadi
Sekolah Biru ................................................................... 159
Rohimah

vi
ii
ix
MENINGKATKAN MINAT BACA
SISWA MELALUI PEMBERDAYAAN
PERPUSTAKAAN SEKOLAH

Suryani
Kepala SDN 105855 PTPN II Tanjung Morawa Deli Serdang Sumatera Utara
Email: suryanijalaluddin@gmail.com

Pendidikan merupakan bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang


dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan dan perkembangan
pendidikan merupakan hal yang seharusnya terjadi sejalan perubahan
budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada
semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi
kepentingan masa depan (Trianto, 2009 : 1). Sementara Mulyasa (2010
: 27), menuturkan sosok manusia Indonesia lulusan pendidikan dasar
harus memiliki penalaran yang baik yaitu mau belajar, ingin tahu,
senang membaca, memiliki inovasi, berinisiatif, dan bertanggungjawab.
Sebagaimana kompetensi lulusan pendidikan dasar yang diharapkan
menunjukkan kegemaran membaca dan menulis serta memiliki
keterampilan membaca (PPRI 19 Tahun 2005).
Membaca belum menjadi budaya bagi masyarakat kita. Baik di
rumah, di sekolah, maupun di tempattempat umum. Kebiasaan orang
tua tidak menjadi contoh baik bagi anak-anaknya. Suasana rumah yang
tidak menyediakan buku membuat anak jauh dari tumbuhnya minat
baca. Pembelajaran yang dilakukan guru di kelas cenderung membuat
siswa menjadi pasif dan hanya mendengarkan ceramah dari guru, tanpa
membiasakan siswa untuk membaca. Salah satu masalah yang dihadapi
dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk membaca
(Sanjaya, 2009 : 1). Dampak tehnologi seperti televisi, gadget, dan
game online yang makin variatif serta menarik membuat siswa semakin
jauh dari buku. Fenomena inilah yang mengakibatkan minat baca
masyarakat, khususnya para siswa menjadi rendah.
Rendahnya minat baca seperti diuraikan di atas, juga menjadi
permasalahan yang serius di SDN 105855 PTPN II Tanjungmorawa. Hal
ini tampak jelas dari aktivitas siswa sehari-hari yang lebih senang

1
menghabiskan waktunya untuk bermain dibandingkan dengan
membaca. Masalah yang sama juga terjadi di perpustakaan sekolah.
Suasana perpustakaan sekolah terlihat sepi pengunjung. Siswa yang
berkunjung ke perpustakaan merupakan orang yang sama setiap
harinya. Berdasarkan buku catatan pengunjung, rata-rata kunjungan
setiap bulan berkisar 30% dari jumlah siswa seluruhnya. Berikut ini
data kunjungan perpustakaan sebelum upaya pemberdayaan
perpustakaan dengan Tujuh Langkah Jitu dilakukan.

Tabel 1. Data Pengunjung Perpustakaan


Tahun Kunjungan Peminjaman

Semester Semester Jumlah Semester Semester Jumlah


I II I II
4000 1056 4.390 1092 1126 2.218

565 2048 2.613 464 871 1.335

Berdasarkan tabel 1. terlihat data pengunjung perpustakaan


pada 2015 sangat rendah dibandingkan dengan jumlah siswa
sebanyak 646 orang. Jumlah kunjungan hanya 2.613 dan peminjam
hanya 1.335. Jika dilihat dari jumlah siswa dan hari efektif kunjungan,
maka rata-rata pengunjung setiap hari hanya 0,02%. Pada 2016,
menunjukkan peningkatan kunjungan dua kali lipat yaitu 4.390.
Namun peningkatan tersebut belum seperti yang diharapkan.
Demikian juga dengan aktivitas siswa di pojok baca kelas, menurut
catatan guru hanya beberapa siswa saja yang membaca di pojok baca
saat istirahat atau waktu luang lainnya. Dengan demikian penulis
menyimpulkan bahwa minat baca siswa di SDN 105855 PTPN II masih
rendah.
Berdasarkan temuan dan fakta-fakta di lapangan bersama petugas
perpustakaan dan para guru tentang penyebab masalah tersebut.
Beberapa penyebab bahwa minat baca siswa masih rendah adalah 1)
pengelolaaan dan pelayanan perpustakaan sekolah belum efektif, 2)
kurangnya buku – buku yang menarik bagi siswa di perpustakaan atau
pojok baca kelas, 3) para guru dan orang kurang terlibat dalam
mendorong siswa untuk membaca, 4) belum maksimalnya kebijakan
kepala sekolah untuk mendorong siswa membaca, dan 5) kondisi

2
lingkungan sekolah belum memberikan fasilitas yang menarik siswa
untuk membaca.
Keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari
peradaban dan budaya umat manusia. Tinggi rendahnya peradaban
dan budaya suatu bangsa dapat dilihat dari kondisi perpustakaan yang
dimiliki. Oleh karena itu, masalah rendahnya minat ini perlu segera
diatasi dengan pemberdayaan perpustakaan sekolah. Sekolah
memiliki perpustakaan sejak tahun 2008, dengan bangunan permanen
dan memiliki luas 84 m². Letaknya yang mudah dijangkau dan strategis
seharusnya menjadi sarana belajar bagi siswa. Namun, kenyataannya
tidak seperti yang diharapkan. Untuk itu, harus segera dilakukan
pemberdayaan terhadap perpustakaan sekolah.

Minat Baca dan Faktor yang Mempengaruhinya.


Membaca termasuk salah satu tuntutan dalam masyarakat
modern. Dengan membaca, dapat mengetahui dan menguasai
berbagai hal. Berikut ini terdapat beberapa tujuan membaca, antara
lain untuk: a) mendapatkan informasi, mencakup tentang fakta dan
kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tinggi tentang teori-teori
penemuan; b) meningkatkan citra diri, agar orang memberi nilai
positif; c) melepaskan diri dari kenyataan, yaitu saat lelah, jenuh, sedih
membaca dapat sebagai penyalur pesan positif; d) tujuan rekreatif,
yaitu mendapatkan kesenangan dan hiburan, dan e) mencari nilai-nilai
keindahan, yaitu dipilih adalah karya sastra.
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha
yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha
yang gigih, serius, dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi
tantangan. Minat memiliki beberapa unsur yaitu perhatian, perasaan,
dan motif. Minat baca harus ditumbuhkan sejak dini bagi peserta
didik. “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian
itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan
hidup anak-anak kita,” kata Ki Hadjar Dewantara.
Hasanah, dkk (2011:34) menyatakan bahwa minat baca
merupakan hasrat yang kuat seseorang baik disadari ataupun tidak
yang terpuaskan lewat perilaku membacanya. Minat menentukan
kegiatan dan frekuensi membaca, mendorong pembaca untuk memilih
jenis bacaan yang dibaca, menentukan tingkat partisipasi di kelas dalam

3
mengerjakan tugas, bertanya-jawab, dan kesanggupan membaca di luar
kelas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca, antara lain: (a)
Motivasi, dalam kegiatan membaca sering sekali terjadi suatu
kegagalan karena seseorang pembaca tidak mempunyai motivasi yang
tinggi, (b) Lingkungan keluarga, orang tua yang memiliki kesadaran
akan pentingnya membaca akan berusaha menciptakan suasana
rumah yang mendukung kesempatan anak membaca, (c) Bahan
bacaan, dalam kegiatan membaca harus didukung dengan ketersediaan
buku-buku bacaan yang menarik bagi siswa sesuai dengan kehidupan
kanak-kanaknya, dan (d) Lingkungan sekolah, sekolah mempunyai
kewajiban untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa
untuk gemar membaca. Sikap dan perilaku guru yang mendorong siswa
untuk gemar membaca dalam keseharian di sekolah, khususnya dalam
pembelajaran di kelas sangat penting ditumbuhkan. Sekolah
menyediakan sarana pendukung seperti adanya perpustakaan sekolah ,
pojok baca kelas, dan area baca. Menciptakan lingkungan sekolah yang
kaya teks, misalnya di koridor, kantin sekolah, ruang UKS, toilet, tempat
ibadah, dan tempat lain yang di anggap perlu.

Perpustakaan Sekolah
UURI Nomor 43 Tahun 2007 menjelaskan bahwa perpustakaan
merupakan institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau
karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi,
dan rekreasi para pemustaka. Setiap sekolah hendaknya
menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional
perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan
(SNP). Perpustakaan sekolah wajib memiliki koleksi buku teks pelajaran
yang mencukupi sesuai jumlah siswa, memiliki koleksi lain yang
mendukung pelaksanaan kurikulum.
Pasal 3 UURI tersebut, dinyatakan perpustakaan berfungsi
sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan
rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.
Lebih lanjut dijelaskan beberapa fungsi perpustakaan antara lain: (a)
Melestarikan hasil budaya umat manusia, khususnya yang berbentuk
dokumen karya cetak dan karya rekam, (b) Menyampaikan gagasan,
pemikiran , dan pengetahun kepada generasi selanjutnya, dan (c) Pusat

4
sumber informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, dan
kebudayaan.
Perpustakaan SD Negeri 105855 PTPN II
Tanjungmorawa berdiri sejak sepuluh tahun yang lalu di bawah
pembinaan kepala sekolah. Agar pengelolaannya berjalan sebagaimana
yang diharapkan, maka dibentuk pengelola perpustakaan yang terdiri
dari kepala perpustakaan dan anggota. Kepala Perpustakaan dibantu
oleh tiga bidang layanan yaitu administrasi, informasi, dan pembaca.
Perpustakaan melayani sirkulasi peminjaman bahan pustaka untuk
seluruh warga sekolah.
Visi Perpustakaan SD Negeri 105855 PTPN II Tanjungmorawa
adalah: "Perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan, informasi, dan
rekreasi edukatif bagi siswa SD Negeri 105855 PTPN II
Tanjungmorawa". Adapun misi Perpustakaan Sekolah adalah: a)
Memberikan pelayanan terbaik kepada pemustaka dengan
memberikan pelayanan yang cepat, mudah, dan ramah; b)
Menyediakan sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terbaru
dan terbaik dalam berbagai bentuk (buku, majalah, dan koleksi lainnya)
untuk mendukung suksesnya pembelajaran dan pendidikan di sekolah;
c) Menyediakan sarana-prasarana penunjang untuk meningkatkan
pelayanan; d) Melaksanakan program kerja yang kreatif, rekreatif, dan
edukatif; e)
Meningkatkan kualitas SDM pengelola perpustakaan dengan
pengikutsertaan pengelola dalam setiap even kegiatan
kepustakawanan; f) Mengadakan perlombaan kegiatan gemar
membaca dan menulis; dan g) Memberi penghargaan kepada
pengunjung perpustakaan.

5
Gambar 1. Suasana di Ruang Perpustakaan

Tujuh Langkah Jitu Pemberdayaan Perpustakaan


Sekolah
Mengatasi masalah rendahnya minat baca di SD Negeri 105855
PTPN II Tanjung Morawa diperlukan suatu komitmen dari kepala
sekolah, guru dan para orangtua siswa. Diperlukan kerjasama yang baik
untuk mencapai tujuan tersebut. Maka solusi terhadap masalah
tersebut yaitu dengan pemberdayaan sarana perpustakaan yang
melibatkan semua pihak. Pemberdayaan perpustakaan meliputi 7
(tujuh) langkah jitu, seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Tujuh Langkah Jitu Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah

Pertama, Penataan Ruangan. Penataan ruangan yang dilakukan adalah


membuat ruangan selalu bersih, ruangan dicat dengan warna-warna
cerah, perabotan diatur yang rapi, koleksi ditata dengan rapi,
memasang gambar-gambar di dinding ruangan. Hal ini dilakuakn untuk
memeberikan kenyamanan kepada para pengunjung. Ruangan yang
ditata tidak terbatas pada perpustakaan saja, tetapi juga lingkungan
sekolah secara keseluruhan.

6
Gambar 3. Ruang Perpustakaan

Kedua, Pengadaan Koleksi yang Menarik. Pengadaan koleksi meliputi


buku-buku referensi, cerita fiksi, cerita nonfiksi, kamus, globe, majalah,
surat kabar, CD dan Video. Koleksi selain dilakukan dengan pembelian
juga dapat dibuat sendiri seperti kumpulan karya siswa dan guru.

Gambar 4. Ruang Baca dengan Koleksi Buku yang Tertata Rapi

Ketiga, Pelayanan yang Ramah. Hal yang paling penting selanjutnya


adalah pelayanan yang ramah. Petugas perpustakaan harus
menampilkan diri dengan ramah, murah senyum, siap menjawab
pertanyaan, siap mencari dan koleksi yang dibutuhkan siswa. Tutur
kata dan sapaan yang sopan dan penuh kasih sayang membuat siswa
akan tertarik dan merasa perpustakaan adalah tempat yang nyaman.

7
Gambar 5. Petugas Membantu Siswa dalam Layanan Membaca

Keempat, Penggunaan Pojok Baca Kelas. Pojok baca yang ada di ruang
kelas selalau dijaga kebersihan dan kerapiannya. Dalam hal ini guru
kelas diberikan tugas untuk itu. Pengadaan buku-buku untuk pojok baca
dapat diperoleh dari sekolah dan juga dapat disumbangkan oleh siswa.

Gambar 6. Pojok Baca di Setiap Ruang Kelas

Kelima, Pelibatan Peran Serta Orangtua. Sekolah tidak dapat sukses


dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan kepada siswa, jika tidak
bekerjasama dengan pihak lain, dalam hal ini orangtua siswa. karena
salah satu ciri pembelajaran abad 4.0 adalah adanya kolaborasi
(collaborative). Peran orangtua diperlukan untuk turut mendukung
program sekolah dengan beberapa cara yaitu: 1) sikap orangtua untuk
8
memotivasi siswa untuk membaca, 2) menyediakan buku untuk dibaca
siswa, 3) menyediakan lingkungan rumah yang ramah buku.

Keenam, Pelaksanaan Lomba dan Penampilan Siswa. Untuk membuat


siswa lebih bersemangat maka dilakukan perlombaan – perlombaan
yang berkaitan dengan kegiatan perpustakaan atau membaca.
Perpustakaan membuat program perlombaan siswa. jenis perlombaan
meliputi mendongeng atau bercerita, membaca puisi, menulis puisi,
mencipta pantun, membuat cerpen, menulis synopsis, membuat
madding. Selain lomba, juga diadakan penampilan siswa untuk kegiatan
– kegiatan yang berkaitan dengan membaca.

Ketujuh, Pemberian Reward. Pemberian reward dilakukan untuk


menghargai segala aktivitas yang telah dilakukan siswa. Hal ini, akan
memberikan kesan bahwa apa yang dilakukan siswa tidak sia-sia.
Reward diberikan kepada siswa yang berkunjung ke perpustakaan
paling banyak, peminjam buku paling banyak, sikapnya paling baik
ketika di perpustakaan. Reward juga diberikan kepada siswa yang
dapat menceritakan isi buku yang dibaca kepada temannya, dan
menulis madding terbaik. Ini diberikan setiap bulan. Reward dan
penghargaan juga diberikan kepada siswa – siswa yang memperoleh
juara pada kegiatan perlombaan.

Gambar 7. Pemberian Hadiah Bagi Siswa

9
Selain kepada siswa, reward juga diberikan kepada guru. Reward
karena guru menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar.
Guru membimbing siswa ke perpustakaan untuk mencari bahan ajar
untuk didiskusikan di dalam kelompok belajar.

Hasil
Pemberdayaan perpustakaan sekolah melalui tujuh langkah
jitu yaitu: (1) penataan ruangan, (2) pengadaan koleksi yang menarik,
(3) pelayanan yang ramah, (4) penggunaan pojok baca kelas, (5)
pelibatan peran orangtua, (6) pengadakan lomba dan kegiatan literasi,
dan (6) pemberian reward memberikan dampak positif terhadap
peningkatan mutu pendidikan di SD Negeri 105855 PTPN II Tanjung
Morawa sebagai berikut:

Pertama, Pengunjung dan Peminjam Buku di


Perpustakaan Meningkat. Peningkatan minat baca siswa terlihat pada
meningkatnya jumlah kunjungan siswa di perpustakaan sekolah.
Kunjungan siswa ke perpustakaan untuk membaca buku terus
bertambah. Berdasarkan catatan Buku Daftar Kunjungan dari 2016,
2017, dan 2018 seperti terlihat pada gambar 8 berikut.

Jumlah Pengunjung Perpustakaan


2016 2017 2018

10
19878

12977

4390

Gambar 8. Jumlah Pengunjung Perpustakaan Selama 3 Tahun Terakhir

Gambar 8. memperlihatkan bahwa kunjungan siswa di


perpustakaan sekolah meningkatkan dari 2016 sampai 2018. Dari
4.390 pengunjung pada 2016 menjadi 12.977 pengunjung pada 2017
serta 19.878 pada 2018. Peningkatan kunjungan ini sangat signifikan.
Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan minat baca
yaitu jumlah peminjam buku di perpustakaan sekolah. Jumlah
peminjam selama tiga tahun terakhir dicatat pada buku daftar
peminjam perpustakaan. Jumlah siswa yang meminjam buku tampak
meningkat dari tahun ke tahun. Seperti terlihat pada gambar 9 berikut.

Jumlah Peminjam Buku Perpustakaan


2016 2017 2018
5333

2623
2218

11
Gambar 9. Jumlah Peminjam Buku Perpustakaan Selama 3 Tahun Terakhir

Gambar 9. memperlihatkan bahwa siswa yang meminjam buku di


perpustakaan sekolah meningkatkan dari 2.214 peminjam pada 2016
menjadi 2.623 peminjam pada 2017 serta 5.333 pada 2018.
Peningkatan peminjam yang terjadi sudah signifikan.
Kedua, Antusiasnya Siswa di Pojok Baca Kelas. Hasil catatan setiap
guru kelas terhadap penggunaan pojok baca kelas selama 3 tahun
terakhir terlihat pada gambar 10. berikut.

Gambar 10. Jumlah Pembaca di Pojok Baca

Gambar 10. memperlihatkan bahwa siswa yang membaca buku di


pojok baca kelas meningkatkan dari 1.441 pembaca pada 2016
menjadi 12/407 peminjam pada 2017 serta 23.161 pada 2018.
Peningkatan pembaca di pojok baca kelas terjadi secara signifikan.
Indikator lainnya adalah jumlah siswa yang menyumbang buku
di pojok baca kelas juga
menunjukkan peningkatan. Berikut ini data penyumbang buku di pojok
baca kelas selama 3 tiga tahun terakhir.

Jumlah Penyumbang Di Pojok Baca


2016 2017 2018

12
1317

942

103

Gambar 11. Jumlah Penyumbang Buku


Gambar 11. memperlihatkan bahwa siswa yang menyumbang buku di
pojok baca kelas meningkatkan dari 103 siswa pada 2016 menjadi 942
penyumbang pada 2017 serta 1317 pada 2018. Peningkatan jumlah
penyumbang buku di pojok baca kelas menunjukkan bahwa antusis
siswa dalam membaca meningkat. Siswa sudah memiliki koleksi buku di
rumah yang tersedia. Ketiga, Prestasi Siswa dan Sekolah Meningkat.
Tumbuhnya gemar membaca di kalangan siswa berdampak kepada
meningkatnya prestasi. Tidak hanya prestasi siswa, tetapi juga prestasi
sekolah. Berikut ini prestasi siswa dan sekolah yang diperoleh berkaitan
dengan pemberdayaan perpustakaan adalah:

Tabel 2. Data Pengunjung Perpustakaan


No Nama Prestasi Juara Tahun Tingkat

1 FL2N kategori baca puisi Harapan 2 2018 Nasional

2 Lomba Bercerita Tingkat SD 1 2018 Kabupaten

3 Lomba FLS2N kategori mendongeng 3 2018 Kabupaten

4 Lomba FLS2N kategori mendongeng 2 2018 Kabupaten

5 Lomba FLS2N kategori baca Puisi 3 2018 Kabupaten

6 Lomba FLS2N kategori baca Puisi Harapan 1 2018 Kabupaten

7 Lomba Bercerita Kategori Putra 2 2017 Kabupaten

8 Lomba Bercerita Kategori Putra Harapan 3 2017 Kabupaten

9 Lomba Bercerita Kategori Putri Harapan 1 2017 Kabupaten

10 Lomba FLS2N cabang cipta pantun 3 2017 Kabupaten

11 Lomba OSN Mapel IPA 2 2019 Kecamatan

13
12 Lomba OSN Mapel Matematika 1 2019 Kecamatan

13 Lomba Cerdas Cermat 3 2018 Kabupaten

14 Lomba OSN Mapel IPA 1 2018 Kecamatan

15 Lomba OSN Mapel Matematika 3 2017 Kabupaten

16 Lomba OSN Mapel Matematika 2 2017 Kecamatan

17 Lomba OSN Mapel IPA 2 2017 Kecamatan

18 Lomba OSN Mapel IPA 1 2017 Kecamatan

19 Lomba Perpustakaan Terbaik Tkt 1 2018 Provinsi


SD

20 Lomba Perpustakaan Terbaik Tkt 3 2017 Provinsi


SD

Gambar 12. Juara Harapan II Festival Literasi Siswa Tingkat Nasional

14
Gambar 13. Perpustakaan Terbaik Tingkat Provinsi

Keempat, Tumbuhnya Karakter Siswa. Dampak positif yang lain terlihat


pada perilaku siswa sehari – hari. Biasanya siswa suka mengganggu
teman. Dengan adanya aktivitas membaca pada waktu luang baik di
perpustakaan maupun di pojok baca, sikap siswa yang suka
mengganggu teman berkurang. Siswa disibukkan dengan membaca.
Sehingga tumbuh karakter gemar membaca. Kebiasaan ini diharapkan
terus tumbuh dan berkembang di kalangan siswa, sehingga menjadi
pembelajar yang literat sepanjang hayat.

Gambar 14. Perpustakaan Terbaik Tingkat Provinsi

15
Kelima, Sarana Prasarana Sekolah yang Memenuhi Standar Tersedia.
Upaya peningkatan minat baca juga memberikan dampak terhadap
tersedianya sarana pendukung pembelajaran seperti perpustakaan
sekolah dan pojok baca kelas. Sekolah memiliki perpustakaan dengan
koleksi dan referensi yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru
dalam mendukung pembelajaran. Ruang-ruang kelas dengan pojok
baca kelas yang ditata rapi dan diisi buku-buku yang menarik bagi
siswa serta sesuai dengan tingkat usianya.

Kesimpulan
Upaya yang dilakukan untuk pemberdayaan perpustakaan
sekolah dengan tujuh langkah jitu yaitu: (1) Penataan Ruangan, (2)
Pengadaan Koleksi yang Menarik, (3) Pelayanan yang Ramah, (4)
Penggunaan Pojok Baca Kelas, (5) Pelibatan Peran Serta Orangtua dan
Masyarakat, (6) Pengadaan Kegiatan Lomba dan Literasi Siswa, dan (7)
Pemberian Reward. Pemberdayaan perpustakaan dengan tujuh langkah
jitu tersebut dapat meningkatkan minat baca siswa di SD Negeri 105855
PTPN II Tanjung Morawa.. Hal ini terbukti dari meningkatnya: a)
kunjungan di perpustakaan, b) peminjam buku di perpustakaan, c)
pembaca di pojok baca, d) penyumbang buku di pojok baca kelas.
Oleh karena itu, kepala sekolah harus menerapkan ketujuh langkah jitu
tersebut untuk meningkatkan minat baca dan penumbuhan karakter
siswa sebagai salah satu alternatif peningkatan mutu sekolah.

Daftar Pustaka
Hasanah, Muakibatul, Nurchasanah & Hamidah, S. C. 2011.
Membaca Ekstensif: Teori, Praktik, dan
Pembelajaran. Malang: Pustaka Kaiswaran
Mulyasa. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta.
Rineka Cipta
Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta. Prenada Media Group.
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif:
Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum
16
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Media
Group.
Perpustakaan Nasional RI. 2007. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan. Jakarta. PNRI

Tentang Penulis
SURYANI, S.Pd.,M.Pd. Lahir di Bayu Aceh
Utara, 24 Juli 1972. Menyelesaikan D2
PGSD IKIP Negeri Medan 1994, S1
Pendidikan Matematika FKIP Universitas
Islam
Sumatera Utara 2006, dan S2
Program Pascasarjana (PPs)
Universitas Negeri Medan
Program Studi Pendidikan Dasar 2013.
Menjadi guru sejak 1995 dan sekarang
dipercaya sebagai Kepala SDN 105855 PTPN II Tanjungmorawa
Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara. Selain bertugas sebagai guru,
penulis juga aktif sebagai pengurus Ikatan Guru Indonesia (IGI)
Kabupaten Deliserdang. Serius menulis sejak 2018 dan telah memiliki
buku karya tunggal pertama berjudul “Perkalian Itu Mudah” terinspirasi
dari pengalaman penulis sebagai guru selama lebih 2 dekade tentang
pembelajaran matematika. Penulis bisa dihubungi di
suryanijalaluddin@gmail.com. HP.
085261351908

17
MENINGKATKAN KARAKTER SISWA MELALUI
BUDAYA LITERASI DIGITAL

Deswita
Kepala SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi
Email: deswita181266@gmail.com

Pentingnya Budaya Literasi digital


Perkembangan literasi dewasa ini kian hari kian meningkat.
Kemampuan seseorang dalam berliterasi bukan hanya saja dipengaruhi
oleh perkembangan orang tersebut akan tetapi juga ditentukan oleh
kompetensi yang ia miliki. Pada dasarnya literasi bukan hanya sekedar
membaca dan menulis saja, namun lebih dari itu literasi merupakan
buah pikiran dan perasaan seseorang yang dituangkan dalam bentuk
karya, cipta dan sebuah pemikiran. Literasi memang sebuah program
yang sedang digalakkan oleh pemerintah yang pelaksanaanya
difokuskan kepada lembaga pendidikan tak terkecuali sekolah dasar.
Hal ini bertujuan secara sederhana agar masyarakat Indonesia nantinya
memiliki budaya membaca dan menulis, karena memang membaca dan
menulis belumlah menjadi budaya di Indonesia.
Sekolah sebagai salah satu pengembang program literasi
haruslah memilih beragam kegiatan yang dapat meningkatkan budaya
literasi di sekolah tersebut. Hal ini dimaksudkan agar literasi bukan lagi
menjadi kegiatan yang membosankan bagi warga sekolah terutama
siswa akan tetapi bagaimana kegiatan literasi itu dapat meningkatkan
kompetensi warga sekolah namun dalam bentuk yang menyenangkan.
Pengembangan program literasi dapat dilakukan dengan berbagai
inovasi kegiatan yang kreatif dan bersifat kekinian. Literasi tidak
memiliki batasan, akan tetapi lebih daripada itu literasi sangat luas.
Misalnya saja literasi digital, hal ini merupakan ketertarikan seseorang
yang memiliki kemampuan dalam menggunakan, mengakses dan
bahkan berkomunikasi dengan menggunakan teknologi sehingga
mampu berinteraksi dengan baik di tengah masyarakat.
Jika ditilik dari defenisi literasi digital, tentulah literasi satu ini
sangat menarik untuk diterapkan di sekolah, mengingat siswa sekarang
merupakan siswa millennial yang memang teknologi dan gadged
18
menjadi pakaian bagi mereka. Akan tetapi sayangnya penggunaan
teknologi bukanlah seperti halnya yang dimaksud oleh tujuan literasi
digital. Saat ini masyarakat Indonesia cenderung mengunaakan
teknologi digital hanya untuk kesenangan semata. Tidak jarang
pengguna sosial media menggunakan akunya secara tidak bertanggung
jawab, berkomentar tidak bijak dan cenderung menyalahkan. Dari satu
sisi memang masyarakat telah mampu menggunakan teknologi akan
tetapi belum memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik dalam
penggunaanya sehingga manfaat dari dunia digital tersebut belum
termaknai dengan baik bagi penggunanya.
Siswa sebagai salah satu bagian dari sasaran kesuksesan
program pembelajaran abad 21, Salah satu ciri abad 21 adalah
tersedianya informasi dengan menggunakan tehnologi, dimana pada
zaman ini peserta didik diharapkan mampu untuk menggunakannya
dengan baik dan mengarah kepada hal yang positif. Abad ini
memerlukan transformasi pendidikan secara menyeluruh sehingga
terbangun kualitas guru yang mampu memajukan pengetahuan,
pelatihan, ekuitas siswa dan prestasi siswa tentu harus dipersiapkan
secepat mungkin dalam menggunakan teknologi. Literasi digital
merupakan salah satu program yang pas untuk mengusung
pembelajaran pada era industri 4.0 bila masih ada guru yang tidak
mampu melaksanakan tehnologi atau berkomunikasi dengan
menggunakan tehnologi maka sangat memungkinkan tidak akan terjadi
perubahan dalam pembalajaran.
Saat ini siswa telah mengenal teknologi, akan
tetapi mereka masih melek digital. Artinya apa, siswa hanya mampu
mengakses teknologi tersebut namun belum mampu menganalisa
degan baik, berpartisipasi dengan bijak, mengelola dengan benar dan
bahkan belum mampu memunculkan komunikasi yang efektif dan
beretika. Kecenderungan siswa adalah untuk kesenangan semata,
bagaimana mereka menggunakan gadged untuk bermain game,
berpacu trendi di sosial media bahkan berkomentar seenaknya tanpa
memperhatikan norma-norma. Tentu hal ini akan menjadi pengaruh
buruk bagi perkembangan siswa nantinya terutama dalam peningkatan
kompetensi serta penanaman nilai-nilai karakter pada mereka.
Harapannya adalah bagaimana teknologi dan digital ini dapat
menciptakan generasi-generasi yang canggih, mampu mengakses dan
mengelola teknologi dengan baik, memiliki karakter yang baik pula

19
serta mampu meningkatkan minat literasi terutama membaca dan
menulis. Fenomena yang terjadi di SD Negeri 01 Benteng Pasar Atas
Kota Bukittinggi adalah, kemampuan warga sekolah termasuk siswa dan
guru dalam mengunakan teknologi belumlah bermuara pada hal-hal
yang bermanfaat terutama dalam peningkatan literasi digital di sekolah.
Siswa dan guru cenderung menggunakan teknologi hanya untuk
kesenangan semata. Selain itu kemampuan berkomunikasi siswa dan
guru belum terasah dengan baik. Hal ini terlihat dari bagaimana siswa
dan guru tersebut dalam mempersentasikan sesuatu cenderung belum
seperti yang diharapkan apalagi kalau berbicara dihadapan orang
banyak dan ditambah pula ada kamera. Selain itu minat baca dan tulis
baik siswa mapun guru masih rendah. Menulis bukanlah suatu budaya
begitu juga membaca, padahal teknologi sekarang memungkinkan
untuk warga sekolah mengaskses beraram tulisan di media internet
namun mereka cenderung malas melakukan hal tersebut. Selanjutnya
kemampun dalam menanggapi suatu dan memberi tanggapan terhadap
sesuatu juga belum terasah dengan baik. Hal ini terlihat dari komentar-
komentar baik di dunia nyata maupun dunia maya belumlah bijak.
Mereka cenderung berkomentar seenaknya saja, tidak memperhatikan
norma dan etika.
Jika hal tersebut di atas dibiarkan begitu saja, maka penulis
sebagai kepala sekolah di SD Negeri 01 Benteng Pasar Atas Kota
Bukittinggi merasa khawatir akan terjadi kegagalan dalam penerapan
literasi digital, serta guru dan siswa tidak memiliki budaya yang baik
dalam penggunaan teknologi. Selanjutnya karakter yang baik tentu
akan sulit diterapkan, maka dalam hal ini penulis membuat sebuah
program sekolah yang diberi judul “ Meningkatkan Karakter Siswa
Melalui Budaya Literasi Digital di SD Negeri 01 Benteng Pasar Atas Kota
Bukittinggi”
Menurut Davis & Shaw dalam Daryono (2017: 92) literasi
digital merupakan bantuan yang menggunkan computer untuk
berhubungan dengan berbagai informasi dan bacaan yang tidak
berurut. Informasi ini berupa hipertekstual. Sedangkan Gilster dalam
Daryono (2017: 92) mengatakan bahwa literasi digital adalah
kemampuan untuk memahami berbagai informasi yang disajikan
dalam bentuk digital serta kemampuan untuk menggunakan informasi
tersebut baik untuk membaca maupun menulis sesuatu yang

20
berhubungan dengan informasi tersebut dan formatnya disesuaikan
dengan kebutuhan pada masanya.
Pendidikan karakter menurut Kertajaya dalam Muhdar
(2013:108) bagaimana seseorang memiliki sebuah bentuk sikap,
berucap, bertindak, serta merespon sesuatu yang menjadi ciri khas
dirinya dan menjadi kebiasaan bagi kepribadiannya. Suyanto
mengatakan pendidikan karakter adalah ciri khas seseorang individu
yang terkait dengan cara berfikir dan bersikap serta merespon sesuatu
dalam kehidupan interaksi sosial yang diwujudkan dengan tanggung
jawab.

Literasi Digital dan Nilai Karakter


Untuk memudahkan berbagai akses yang diperlukan oleh
masyarakat, teknologi memang sangat diperlukan namun tidak bisa
dipungkiri pada kenyataannya teknologi juga dapat menghadirkan
efek negatif bagi penggunanya. Hal ini dikarenakan
ketidakseimbangan antara karakter yang dimiliki masyarakat dengan
perkembangan teknologi tersebut sehingga penyalahgunaan teknologi
kerap terjadi. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan
kemampuan yang baik dalam mengakses, menggunakan serta
memanfaatkan teknologi agar pembetukan karakter juga dapat
dilakukan sejalan dengan perkembangan zaman (Kompasiana.com).
Budaya Literasi Digital di SD Negeri 01 Benteng Pasar Atas
merupakan program, yang sangat penting untuk dilaksanakan, dimana
sekolah dan kepala sekolah haruslah bijak dalam menanggapi isu-isu
global seperti teknologi digital. Kepala sekolah mustilah memiliki
kemampuan dalam mengembangkan program, dapat
mempertimbangkan baik dan buruk program tersebut serta memiliki
kompetensi dalam mengukur kekuatan dan kelemahan yang ada
disekolah. Ketelitian inilah yang nantinya akan menjadi salah satu
indikator keberhasilan sekolah terutama dalam bidang literasi digital.
Budaya Literasi Digital memiliki tiga program kegiatan yaitu:1.
Kids Vlogger, 2. Menulis Opini 3. Satu
Minggu Satu Puisi
A.Pelaksanaan Program
1. Kids Vlogger
Kids Vlogger merupakan kegiatan siswa yang diarahkan untuk
membuat video dokumentasi jurnalistik yang berisi tentang konten-
21
konten budaya atau ketertarikan terhadap suatu objek, tentu kegiatan
ini disesuaikan dengan kondisi dan keadaan fasilitas yang dimiliki oleh
siswa dan sekolah. Kepala sekolah dan guru merencanakan dan
merancang bentuk kegiatan. Guru memberikan arahan bagaimana cara
membuat vlog melalui berbagai contoh atau pemodelan yang
ditayangkan kepada siswa. Kemudian siswa bersama guru merancang
konten-konten dan scenario vlog yang akan di buat. Siswa dibagi atas
beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang, satu orang nantinya
akan berperan sebagai pengarah, satu orang sebagai cameramen, satu
orang sebagai vlogger dan satu orang lagi berperan sebagai kontrol
scenario. Setelah mereka mempersiapkan secara matang seperti
peralatan yang akan digunakan, latar pengambilan gambar, personil,
dan waktu yang tepat, maka mereka melakukan pengambilan video
dengan diawasi oleh guru guna untuk menjaga hal-hal yang tidak kita
ingginkan.

Gambar 1. Siswa Membuat Vlog Benteng Ford Dekok

Gambar 2. Siswa Membuat Vlog Kebun Binatang

22
Vlog yang telah dihasilkan kemudian di upload di akun media
sosial masing-masing siswa. Setiap video yang di upload tersebut di
informasikan kepada seluruh siswa untuk ditonton dan diberikan like
and subscriber atau siswa diminta untuk memberikan komentar positif
yang berkaitan dengan arah pengembangan dan perbaikan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih kemampuan
public speaking bagi siswa, literasi kemudian bekerja dalam tim,
selanjutnya melatih ketelitian siswa dalam menyiapkan sesuatu
keperluan dalam pelaksanaan kegiatan. Selain itu juga melatih
siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri, tanggung jawab
dan berani dalam bertindak serta mampu menghargai hasil
karya orang lain.

2. Menulis Opini
Menulis Opini merupakan kemampuan yang bijak dalam
memberikan tanggapan dan komentar terhadap suatu informasi.
Kegiatan ini diawali dengan guru ataupun siswa membuat sebuah
pernyataan atau sebuah informasi baru atau opini yang berkaitan
dengan situasi dan isu-isu global yang perlu terlebih dahulu diberi
batasan kepada guru dan siswa sejauh mana mereka akan menulis
konten tersebut. Kemudian guru dan siswa menuliskan dengan sebaik
mungkin opini yang mereka buat dalam format yang telah disediakan.
Selanjutnya tulisan tersebut di upload di media sosial mereka, yang
nantinya tulisan tersebut dikomentari oleh temantemannya dengan
bahasa yang positif dan bersifat membangun. Kumpulan opini yang
telah dibuat juga akan di terbitkan pada media cetak.

Gambar 3. Guru Membuat Opini

23
Gambar 4. Siswa Membuat Opini
Tujuan dari kegiatan ini adalah melatih kemampuan guru dan
siswa dalam menulis dan memberikan pandangan terhadap suatu
informasi serta mampu memberikan komentar yang bijak terhadap
informasi tersebut.
1. Satu Minggu Satu Puisi
Kepala sekolah menyusun program bersama guru. Kegiatan ini
dilaksanakan satu kali dalam seminggu. Sasaran dari program adalah
guru dan siswa. Kegiatan ini dilakukan satu kali dalam satu minggu.
Dimana diawali dengan guru melakukan pemodelan bagaimana
membuat puisi yang sederhana. Baik siswa dan guru setiap minggu
menulis satu puisi. Penulisan puisi ini dimulai dari membimbing dan
membina guru dalam penulisan puisi, selanjutnya guru melatih dan
membimbing siswa untuk menulis puisi. Puisi yang ditulis adalah hasil
karya sendiri. Puisi ditulis dalam sebuah buku tulis yang disediakan
khusus oleh siswa dan guru.

Gambar 5. Siswa Membuat Puisi

24
Setiap minggu siswa mengumpulkan puisi mereka kepada guru,
dan guru nantinya memberikan tanda tangan pada setiap karya siswa.
Buku puisi dikumpulkan dikelas yang nantinya puisi tersebut diketik
komputer. Puisi yang telah terkumpul tersebut diseleksi dan diambil
yang baik penulisannya untuk dibukukan dan berISBN. Setiap siswa
menunggu giliran puisi mereka akan diterbitkan menjadi sebuah buku.

Hasil

Kids Vlogger
Dari pelaksanaan Kids Vlogger didapatlah hasil sebagai
berikut.
1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan
public speaking.
2. Meningkatnya kemampuan literasi siswa
3. Meningkatnya kemampuan siswa dalam bekerja bersama tim.
4. Dihasilkannya vlogger-vlogger cilik yang memiliki konten
edukasi.
5. Tertanamnya sikap positif seperti tanggung jawab, percaya diri,
menghargai orang lain dan berani dalam mengambil tindakan

Gambar 6. Vlogger Siswa

Menulis Opini
Dari kegiatan program menulis Opini ini didapatlah hasil sebagai
berikut.
1. Terkumpulnya opini siswa dan guru
2. Meningkatnya kemampuan literasi tulis dan baca bagi siswa dan
guru.
3. Diterbitkannya opini guru pada media cetak.
25
4. Terlatihnya kemampuan guru dan siswa dalam meberikan komentar
yang bijak terhadap suatu informasi.
5. Tertanamnya karakter positif bagi siswa dan guru terutama dalam
hal merespon suatu informasi dan menggunakan teknologi secara
bijak.

Gambar 7. Opini Guru Diterbitkan di Media Cetak

Gambar 8. Opini yang Telah Terbit di Media Sosial

Satu Minggu Satu Puisi


Hasil dari Satu Minggu Satu Puisi antara lain:
1. Meningkatnya kemampuan siswa dan guru dalam membuat puisi.
2. Terkumpulnya karya puisi siswa dan guru dalam bentuk buku dan
portofolio.
3. Terlatihnya kemampuan guru dan siswa dalam pemilihan kosa kata
dan diksi pada pembuatan puisi.
4. Diterbitkannya buku kumpulan puisi yang telah memiliki ISBN

26
Gambar 9. Kumpulan Puisi yang Sudah Memiliki ISBN

Banyak cara yang dapat dilakukan sekolah dalam


mengembangkan program literasi, salah satunya adalah literasi digital.
Pada dasarnya literasi digital bertujuan untuk bagaimana seseorang
dapat menggunakan teknologi digital bukan hanya sekedar kesenangan
semata, akan tetapi lebih dari itu orang tersebut dapat menggunakan
teknologi sebagai media literasi dan memiliki kemampuan yang bijak
dalam penggunaan teknologi yang merupakan sebuah program literasi
digital yang dilakukan di SD Negeri 01 Benteng Pasar Atas Kota
Bukittinggi. Melalui program yang inovatif ini diharapkan siswa dan
guru dapat menggunakan teknologi secara bijak dan menjadikan literasi
digital sebagai budaya di sekolah.
Budaya Literasi Digital juga dilaksanakan untuk meningkatkan
karakter di SD Negeri 01 Benteng Pasar Atas, karena memang perlu
penanaman nilai-nilai karakter yang positif bagi warga sekolah
terutama dalam berliterasi secara digita. BudayaLiterasi Digital memiliki
tiga program kegiatan yang kreatif. Ketiga program ini bertujuan untuk
meningkatkan kreatifitas guru dan siswa serta menunjang terbentuknya
karakter yang baik. Dari ketiga program kegiatan tersebut,Budaya
Literasi Digital telah memberikan hasil dalam pelaksanaanya. Hasil
tersebut diantaranya yaitu meningkatkan kemampuan literasi digital
baik guru maupun siswa, selain itu tertanamnya nilai karakter seperti
percaya diri, menghargai orang lain, berkomentar dengan bijak, serta
berani dalam bertindak. Tidak hanya itu, Budaya Literasi Digital telah
meningkatkan minat baca dan tulis bagi siswa dan guru sehingga telah

27
lahirnya berbagai karya literasi yang telah juga memanfaatkan media
sosial dan cetak sebagai sarana dalam berliterasi tersebut.

Rekomendasi
1. Untuk kepala sekolah, lebih meningkatkan inovasi program
terhadap pengembangan budaya lietasi terutama literasi digital.
2. Untuk guru sekolah, agar mampu menjadi pelaksana program
yang mengarahkan siswa kepada nilai-nilai yang lebih baik.
3. Untuk tim pelaksana program sekolah, agar lebih memperhatikan
analisa kebutuhan sekolah dan administrasi program sekolah
4. Untuk dinas pendidikan, agar terus memberikan bimtek dan
sosialisasi tentang pengelolaan program sekolah.
5. Untuk pemerintah, agar memfasilitasi sekolah khususnya dalam
bidang pengelolaan program pemenuhan kebutuhan sekolah
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Harapan dengan adanya Budaya Literasi Digital ini adalah bagaimana


teknologi dan digital ini dapat menciptakan generasi-generasi yang
canggih, mampu mengakses dan mengelola teknologi dengan baik,
memiliki karakter yang baik pula serta mampu meningkatkan minat
literasi terutama membaca dan menulis. Fenomena yang terjadi di SD
Negeri 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi adalah, kemampuan
warga sekolah termasuk siswa dan guru dalam mengunakan teknologi
belumlah bermuara pada hal-hal yang bermanfaat terutama dalam
peningkatan literasi digital di sekolah. Siswa dan guru cenderung
menggunakan teknologi hanya untuk kesenangan semata. Selain itu
kemampuan berkomunikasi siswa dan guru belum terasah dengan baik.
Hal ini terlihat dari bagaimana siswa dan guru tersebut dalam
mempersentasikan sesuatu cenderung belum seperti yang diharapkan
apalagi kalau berbicara dihadapan orang banyak dan ditambah pula ada
kamera. Selain itu minat baca dan tulis baik siswa mapun guru masih
rendah. Menulis bukanlah suatu budaya begitu juga

Daftar Pustaka
Daryono. 2017. Literasi Informasi Digital: Sebuah
tantangan bagi pustakawan. TIK. Ilmeu:
Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan STAIN
Curup, Vol 1, No 2, hlm 89-102.
28
Muhdar HM. 2013. Pendidikan Karakter menuju SDM
Paripurna. Jurnal
Pen Alulum, volume.13 nomor1,hlm.103-128
Suyanto. 2010. Aktualisasi Pendidikan Karakter, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan Nasional,
Jakarta
https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com
/amp/rulimustafa/5a533bc15e137379
2c793e92/literasi-digital-dan-manfaatnya
( diakses tanggal 5 Juni 2019)

Tentang Penulis
Deswita, lahir di
Bukittinggi 53 tahun
yang lalu tepatnya
18 Desember
1966 .Pendidikan
Sekolah Dasar
ditamatkan di SDN
05 Bukittingg pada
tahun 1979.
Kemudian
melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP 2 Bukittinggi tamat tahun
1982. Setelah itu melanjutkan pendidikan ke SPG Bukittinggi
tamat tahun1985.Pada tahun 1987
melanjutkan pendidikan SI di FKIP Muhammadiyah Padang
Panjang tamat tahun 1992.Mengajar Pertama kali di tahun
1986 di SD Inpres Balay Banyak Bukittinggi dipindah tugaskan
ke SDN 02 Percontohan Tahun 2004. Tahun 2012 Guru
berprestasi tingkat Nasional utusan Sumatera Barat dan
mendapat Networking ke Turki tahun 2013. Tahun 2014
diangkat sebagai kepala sekolah di SDN 01 Campago Ipuh
Bukittinggi. Akhir tahun 2016 pindah tugas sebagai kepala
sekolah SDN 01 Benteng Pasar Atas Bukittinggi sampai
sekarang. Alhamdulillah tahun 2019 ini membawa nama baik
29
SDN 01 Benteng Pasar Atas dalam ajang lomba kepala
sekolah berprestasi mendapat peringkat 3
tingkat nasional. HP.
082169733700

MEMBANGUN KEMITRAAN MELALUI


MANAJEMEN MUSYAWARAH MENUJU
SEKOLAH LITERAT

Dharmawati
Kepala SDN 037 Tarakan, Kalimantan Utara
Email: dharmasastra2010@yahoo.com

Sesuai dengan amanat undang-undang, pendidikan adalah


tanggung-jawab bersama antara keluarga, masyarakat, lembaga dan
sekolah. Sayangnya kesadaran akan hal ini belum tumbuh dengan baik
pada masyarakat kita. Keluarga menyerahkan urusan pendidikan
sepenuhnya kepada sekolah. Padahal kerjasama antara keluarga dan
sekolah sangat diperlukan untuk kemajuan pendidikan siswa.
Hidayat, dkk (2016:17) menjelaskan bahwa kemitraan pendidikan
adalah kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat
yang berlandaskan pada asas gotong royong, kesamaan kedudukan,
saling percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban
dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter
dan budaya prestasi anak. Ekosistem pendidikan yang dimaksud adalah
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh dari semua unsur
pendidikan sehingga menghasilkan lingkungan belajar yang kondusif
bagi tumbuh kembang anak secara optimal.
Namun kesenjangan pendidikan terjadi di SDN 037 Tarakan.
Awal penulis mutasi pada bulan Mei 2016. Sekolah kecil dengan jumlah
siswa 187 pada waktu itu, orang tua sangat tak peduli dengan
pendidikan anaknya. Pada saat itu kondisi SDN 037 sangat
memprihatinkan, bahkan di bawah Standar Pelayanan Minimal.
Bangunan semi permanen dan sebagian adalah bangunan asli dari
peninggalan SD inpres sejak tahun 1982 yang sudah bolong dan bocor

30
di beberapa tempat. Ruang kelas hanya ada 6 padahal jumlah rombel
ada 9. Sehingga ada shif pagi dan siang. Buku teks tak memadai. Ruang
Musolla, UKS dan kantin tak ada. Perpustakaan hanyanya ruang kelas
yang disekat seadanya.

Gambar 1. Ruang Kelas Gambar 2. Ruang Perpustakaan

Jumlah siswa setiap tahun ajaran baru terus menurun, untuk


mendapatkan satu kelas saja susah. Padahal sekolah ini berada di
pemukiman padat penduduk, sekolah lain di sekitarnya bahkan
sampai menolak siswa. Bahkan untuk mengikat siswa agar tetap
bersekolah di SDN 037, panitia penerimaan murid baru sampai
membuat surat perjanjian tak memindahkan anaknya sampai lulus
kelas 6.
Setelah melalui diskusi dengan guru dan pengawas, serta
berbagai pertimbangan, akhirnya disepakati pembenahan sekolah
dimulai dari mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah. GLS di
harapkan menjadi jalan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah ini. Sehingga terciptalah sekolah literat.
Dalam buku panduan gerakan literasi sekolah (2016: 3) sekolah
literat adalah ekosistem pendidikan di sekolah yang sehat.
Ekosistem pendidikan yang literat adalah lingkungan yang :
1. Menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga menumbuhkan
semangat warganya dalam belajar.
2. Semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai.
3. Menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan.
4. Memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat
berkontribusi kepada lingkungan sosialnya.
5. Mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkungan
eksternal SD.
Sehingga dapat disimpulkan literat adalah sikap dan perilaku yang
dihasilkan dari dari proses literasi yang baik di sekolah dan masyarakat.

31
Tarakan adalah pulau yang penduduknya beragam,
tetapi penduduk asli pulau ini adalah suku Tidung. Suku Tidung senang
berkumpul untuk mengerjakan sesuatu . Budaya itu di sebut Intimung.
Berdasarkan latar-belakang dan pemikiran tersebut penulis
membuat program yang mengutamakan bermusyawarah dengan
semua pemangku kepentingan, demi terlaksananya perbaikan mutu
pendidikan di SDN 037.

Kondisi Awal SDN 037 Tarakan


Keadaan awal SDN 037 Tarakan terbagi dalam kondisi sapras,
program sekolah, karakter siswa dan pelaksanaan program kemitraan.
Tabel 1. Profil Sekolah dan Kondisi Sapras
Nama Sekolah : SDN 037
1. Status Sekolah : Negeri
2. Alamat : Jl. KH. Agus Salim, Kelurahan Selumit,
Kecamatan Tarakan Tengah, Kota Tarakan
3. Tahun Pendirian : 1980
4. Jumlah Rombel : 9/276
5. Jumlah Kelas/Jamban : 6/4
6. Jumlah PTK : Guru 12 TU 2 CS 2
7. Ruang Perpustakaan,UKS, : Perpustakaan ruang kelas yang
disekat, UKS, Musholla, dan kantin musholla dan kantin tidak ada

8. Bangunan/Keadaan Bangunan : Semi permanen dan kayu/ Rusak


sedang dan rusak berat
9. Akreditasi :C

Tabel 2. Program Sekolah


1. Sekolah Adiwiyata Belum Melaksanakan
2. Gerakan Literasi Sekolah Belum Melaksanakan
3. Sekolah Ramah Anak Belum Melaksanakan
4. Sekolah Penguatan Pendidikan Karakter Belum Melaksanakan
5. Gerakan Pramuka Belum Melaksanakan

Tabel 3. Catatan Pelanggaran Siswa Sebelum Pelaksanaan Program


1. Terlambat kesekolah 69 siswa 25%
2. Tidak memakai seragam Dan 111 siswa 40%

32
atribut lengkap
3. Berkelahi dan berkata kasar 41 siswa 15%
4. Tidak masuk sekolah Tanpa 82 siswa 30%
izin
5. Membuang sampah 33 siswa 12%
Sembarangan
6. Tidak mengerjakan PR 71 siswa 26%

Tabel 4. Program Kemitraan


1. Komite Sekolah Hanya penandatanganan RKAS
2. Lembaga Pemerintah Tidak ada
3. DUDI/Komunitas/Lembaga dan LSM Tidak ada

Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah


Program Gerakan Literasi Sekolah mulai dilaksanakan pada
bulan Juli 2017 setelah melaui rapat dengan dewan Guru dan tenaga
kependidikan. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai
berikut.
1. Merevisi Visi dan Misi Sekolah
Perubahan visi dan misi dilakukan dalam rapat antara dewan Guru,
pengawas dan komite sekolah. Visi misi di revisi dengan
memasukkan unsur gerakan literasi sekolah sekaligus beberapa
program sekolah yang ingin di capai. Seperti Sekolah Ramah Anak,
Sekolah Pendidikan Karakter dan Sekolah Adiwiyata
2. Penerbitan SK
Untuk menjamin keberlangsungan program dengan uraian tugas
dan tanggung jawab yang jelas maka di terbitkanlah Surat
Keputusan Kepala Sekolah tentang Tim literasi dengan uraian
tugas yang jelas.
3. Sosialisasi Literasi
Nara sumber Bapak DR. M. Yunus Abbas Dekan FKIP Universitas
Borneo Tarakan yang menguasai materi Gerakan Literasi Sekolah
untuk memberikan penguatan
4. Memetakan Program Bersama Komite Sekolah Sesuai dengan
komitmen tim literasi SDN 037, bahwa komite adalah perantara
yang menjembatani keterlaksanaan program yang akan bermitra

33
dengan pihak lain. Maka tim rapat bersama dengan komite
sekolah. Hasil rapat dengan komite di sepakati untuk
:
a. Membentuk Intimung Taka di setiap kelas yang berasal dari
orang-tua siswa. Intimung Taka berasal dari bahasa Tidung,
bahasa penduduk asli pulau Tarakan yang artinya “berkumpul
kita”. Tujuannya agar program bisa terlaksana dengan cepat
dengan bantuan Intimung Taka di setiap kelas
b. Membuat sudut baca setiap kelas dengan memberdayakan
Intimung Taka di setiap kelas. Sudut baca di targetkan
berbiaya rendah dan dari bahan daur ulang sehingga
sekaligus dapat program sekolah adiwiyata yang sedang di
rintis juga.
c. Membuat kampaye membaca seperti lukisan, poster dan
kata-kata motivasi sehingga siswa tertarik untuk membaca.
d. Untuk sarana baca di lingkungan sekolah (di luar kelas) yang
tak bisa dihindari biayanya, maka sekolah membuat proposal
kepada komite sekolah. Komite menghimpun dana dan
tenaga dari orang tua sesuai dengan kesanggupan orang
tua. Yang tak memiliki dana tetapi memiliki keahlian maka
menyumbangkan keahliannya. Seperti tukang kayu, tukang
batu, pelukis dan pekerja seni lainnya. Semua dana dan
proses pengerjaan dikelola oleh komite.
5. Pelaksanaan Program Bersama Intimung Taka Wali kelas bersama
dengan orang tua tiap kelas Intimung, kami memakai strategi
banyak mendengar saran dan pendapat dari orang-tua siswa. Di
luar dugaan orang tua siswa bersemangat memberikan masukan
untuk kemajuan pendidikan anaknya. Langkah selanjutnya masing-
masing wali kelas menyampaikan program. Orang-tua diajak
menata kelas menjadi kelas kaya literasi. Model dari sudut baca
bermacam-macam tergantung kemampuan orang tua pada kelas
itu. Akhirnya terciptalah sudut baca yang unik ada yang dari pipa
paralon, talang air, jerigen, kain perca dan potongan kayu.

6. Memulai Tahap Pembiasaan Membaca 15 Menit Sebelum


Pembelajaran.
Sesuai dengan Panduan dan Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah
yang diterbitkan oleh kemdikbud, maka SDN 037 memulai

34
program Gerakan Literasi Sekolah pada tahap pembiasaan.Tahap
pembiasan ini kami mulai dengan membaca 15 menit buku non
teks setiap hari sebelum KBM. Buku non teks pada tahap awal ini
bersumber dari perpustakaan sekolah yang di bagi ke tiap sudut
baca di kelas.

Gambar 3. Kegiatan Membaca Gambar 4. Perpustakaan Sekolah

Pada jam istirahat siswa juga bisa memanfaatkan waktu


membaca buku di areal baca sekolah yang di buat oleh komite
seperti Taman Baca, Lorong Literasi, dan Lapak Buku dengan
suasana yang nyaman dan menyenangkan.
7. Kantong Sedekah Buku
Untuk memenuhi ketersediaan buku bacaan, tim bekerjasama
dengan program GISS ( Gerakan Infaq Seribu perSiswa) yang sudah
berjalan di sekolah. Biasanya dana GISS ini dimanfaatkan untuk
membantu perlengkapan sekolah untuk siswa yang kurang
mampu. Dana GISS ini dikumpulkan setiap hari Jumat, setiap
siswa seribu rupiah. Sekolah menyisihkan di Jumat minggu ke
empat atau minggu terakhir untuk membeli buku bacaan.
8. Program Pinjam Pakai Buku
Strategi lain untuk mengatasi kekurangan buku adalah program
PIPA. Yang merupakan akronim dari pinjam pakai. Jadi kami
mengajukan surat permohonan bertukar pinjam buku kepada
Kantor Perpustakaan dan Kearsipan dan Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) dalam kurun waktu tertentu, kemudian
dikembalikan lagi. Ide ini disambut baik oleh mereka. Kami saling
bertukar buku. Distribusi ini ternyata cukup efektif untuk
mengatasi kekurangan buku bacaan.

35
Gambar 5a. Program PIPA dengan Sekolah Gambar 5b. Program PIPA dengan TBM

9. Relawan Jaga Baca


Banyaknya areal baca di lingkungan sekolah butuh kerja ekstra
pustakawan sekolah yang cuma satu orang. Penulis berfikir siswa
perlu ada rasa tanggungjawab dan memiliki sehingga buku-buku
terdistribusi dan terawat dengan baik. Maka dibentuklah relawan
yang terdiri dari siswa kelas tinggi, relawan ini diberi nama “Jaga
Baca” tugas mereka mengikuti jadwal piket kelas.

Gambar 6a. Relawan Membacakan Buku Gambar 6b. Tim Relawan

10. Menjalin Kemitraan


Untuk menjaga keberlangsungan dan pengembangan program
literasi, Tim literasi SDN 037 menjalin kemitraan dengan cara
menjemput bola, tim merawarkan program, yang sifatnya
kerjasama.
Kemitraan ini telah berjalan dengan :
a. Universitas Borneo Tarakan
Sebagai Satu-satunya universitas negeri di Kalimantan Utara yang
mempunyai LPTK. Tim literasi menawarkan beberapa
program kerjasama, diantaranya membuka kesempatan

36
untuk mahasiswa dan dosen untuk mengadakan penelitian
literasi.
b. Bank Indonesia
Bank Indonesia mempunyai program BI Corner, yaitu pengadaan
buku bacaan beserta prasarananya ke beberapa sekolah dan
kantor perpustakaan. Tim literasi menawarkan diri menjadi
relawan untuk membantu terlaksanaan program BI Corner.
Program kerjasama ini telah berjalan 1 tahun.

Gambar 7a. MoU dengan Perpustakaan Gambar 7b. Kerjasama dengan BI

11. Literasi di Tahap Pengembangan.


Memasuki tahun ajaran 2017/2018 Literasi memasuki tahap
pengembangan dan pembelajaran. Inovasi dan kreativitas yang
dilakukan tim literasi pada tahap ini adalah :
a. Menambah ruang baca dan sarana baca yang menarik dan
ramah anak.
b. Menghadirkan perpustakaan ramah anak yang nyaman
untuk membaca.
c. RPP berstrategi literasi dan Big Book yang unik karya guru
dan siswa.
d. Mendatangkan guru tamu untuk membacakan cerita setiap
hari Jumat.

37
Gambar 8a. Big Book karya Guru dan Siswa Gambar 8b. Guru membacakan Buku

Hasil Akhir
Capaian yang diperoleh dari dampak pelaksanaan program literasi
adalah

1. Keadaan Sapras
Program literasi mendapat apresiasi dari Kemdikbud, beberpa
tim satgas GLS pusat datang ke SDN 037 untuk melihat praktik
literasi. Pada tahun
2018 SDN 037 mendapat dana takola sebesar
1.597.575.000,- untuk rehab ruang kelas dan renovasi
3 ruang kelas baru, ruang musolla, UKS, perpustakan 4 Wc dan
gudang. Bersamaan dengan itu jumlah siswa SDN 037 juga
meningkat drastis, karena telah tumbuh kepercayaan (trust) orang-
tua.

Tabel 5. Perubahan keadaan Sapras Setelah Program


Sahabat Literasi

25
20
20 16 Jumlah Jamban
15 11
9 8
10 Jumlah PTK
4
5
0 Jumlah Ruang
Sebelum Literasi Sesudah Literasi Layanan

2. Keterlaksanaan Program Sekolah


SDN 037 pun bisa melaksanakan beberapa program sekolah
karena dikolaborasikan dengan program literasi
Tabel 6. Sekolah Keterlaksanaan Program

No. Nama Program Keterlaksanaan


1. Sekolah Adiwiyata Pada Bulan Desember 2018 telah mendapat
penghargaan Sekolah
Adiwiyata Nasional

38
2. Gerakan Literasi Sekolah Telah melaksanakan GLS di 3 tahap. Yaitu pembiasaan,
Pengembangan dan Pembelajaran.
3. Sekolah Ramah Anak Sebagai pelaksana Sekolah Ramah Anak
4. Sekolah penguatan Terpilih menjadi sekolah Piloting pendidikan Karakter
Penguatan Pendidikan Karakter
5. Gerakan Pramuka Terpilih Menjadi Gudep Unggul
provinsi Kaltara, dan akan mengikuti
pemilihan gudep unggul nasional pada bulan
Agustus 2019.

3. Perubahan karakter Siswa.


Karakter siswa berubah drastis, ini diyakini dari buku bacaan yang
mengandung nilai- nilai kebaikan menjadikan siswa literat.
Perubahan karakter siswa ini di ambil dari catatan pelanggaran dan
sanksi selama satu semester sebelum pelaksanaan program, dan
satu semester setelah pelaksanaan program.
Perubahan perilaku/karakter siswa menunjukkan hasil yang
membaik pelanggaran menurun sebagai berikut; terlambat 22%,
tidak memakai atribur 40%, berkelahi 15 %, alpa 26 %, membuang
sampah sembarangan 10% dan tidak mengerjakan PR 24 %.

Tabel 8. Program Kemitraan


No. Nama Mitra Keterlaksanaan
1. Komite Sekolah Terbentuknya kepengurusan komite sekolah
dan paguyuban
orang tua di setiap kelas
2. Lembaga pemerintah 1.Bekerjasama dengan Kantor perpustakaan
dan kearsipan.
2. Bekerjasama dengan Universitas Borneo
Tarakan Pada Program kajian Literasi
seperti penelitian skripsi mahasiswa,
Penugasan Dosen Disekolah pada Program
Literasi Kelas Awal, Pengabdian Kepada
Masyarakat di SDN 045 Pantai amal.
Penulis selaku kepala sekolah berbagi
praktik baik GLS. Mendapat bantuan pojok
literasi sains Dari FKIP PGSD Universitas
Borneo.

39
3. DUDI/komunitas/Lembaga dan LSM 1. Bekerjasama Dengan TBM Forum Guru
Tapal Batas, TBM Lisan pada program PIPA
2. Tim literasi yang tergabung dalam relawan
Jaga Baca membantu program BI Corner
Bank
Indonesia

4. Melejitnya Literasi Sebagai Brand Sekolah


Pada bulan November tahun 2016 penulis mendapat
penghargaan Guru Teladan oleh yayasan Ayo membaca Indonesia
dari MEDCO Foundation bekerjasama dengan kemdikbud.

Gambar 9a. Penerima Penghargaan AMIND Gambar 9b. Penghargaan Literasi

Pada bulan September 2017 penulis selaku kepala SDN 037 diberi
kesempatan Kemdikbud menuliskan perjalanan literasi di SDN 037 pada
buku “Merayakan Literasi, Menata Masa Depan”. Dan membedah buku
tersebut di ajang Festival Literasi Sekolah pada bulan oktober 2017.
Karena dianggap berhasil dengan program literasi penulis yang
merupakan Kepala Sekolah di undang berbagi praktik baik ke beberapa
wilayah di Indonesia. Diantaranya Jakarta, Palembang, Dompu, dan
beberapa daerah lokal di Kalimantan Utara.
Sekolah yang bermitra dengan SDN 037 menuliskan praktik baik
literasi di sekolah dalam buku “ Kisah Dari Tapal Batas Negeri” dan buku
ini berhasil di bedah di Universitas Borneo Tarakan dan pada Festival
Literasi Sekolah ke 2 pada tahun 2018 di Gedung A
Kemdikbud

Gambar 10a. Menghadiri FLS Gambar 10b. Berbagi Praktik Baik Literasi

40
Dampaknya Bagi Warga Sekolah
Dari semua pecapaian itu dampaknya bagi warga sekolah adalah
tumbuh kepercayaan diri pendidik dan tenaga kependidikan dalam
mendidik dan melaksanakan program sekolah karena telah tumbuh
trust dari orang tua dan masyarakan kepada sekolah serta tumbuhnya
budaya mutu dan persaingan yang sehat antar siswa, guru dan warga
sekolah lainnya. Dampak lainnya Guru semakin bersemangat
meningkatkan potensi diri sebagai guru pembelajar.

Daftar Pustaka
Kemdikbud. 2015. Panduan Gerakan Literasi Sekolah Dasar. Jakarta
Hidayat, dkk. 2016. Kemitraan Sekolah dengan Keluarga dan
Masyarakat, Jakarta : Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
dan Pendidikan Masyarakat
Kemdikbud. 2016. Desain Induk GLS. Jakarta

Biodata Penulis
Dharmawati, lahir di Teluk Bayur Kalimantan
Timur 10 oktober 1973, memulai karier sebagai

41
guru SD 20 tahun yang lalu dan sebagai kepala sekolah 7 tahun yang
lalu. Sejak kecil sangat suka membaca buku dan menulis. Ketika
Gerakan Literasi Sekolah di canangkan pada tahun
2015 ibu dari 3 anak ini menyambut
dengan suka cita karena percaya Gerakan Literasi Sekolah dapat
membantu meningkatkan mutu sekolah. Pada tahun 2016 terpilih
menjadi salah satu guru teladan versi yayasan Ayo Membaca Indonesia.
Penghargaan itu semakin mematik semangatnya untuk berjuang lewat
literasi dan membina relawan literasi Forum Guru Tapal Batas. Penulis
bisa dihubungi pada nomor HP.
081351319743

STRATEGI SWEET LOVE MEMBANGUN


KOMUNITAS

42
BELAJAR PROFESIONAL

Wawat Karwati
SDN Santaka, Jawa Barat Email:
wawatkarwati22@gmail.com

Pentingnya Komunitas Belajar Profesional bagi Guru


Komunitas Belajar Profesional merupakan sekumpulan orang
yang tergabung berdasarkan ikatan profesi yang secara bersama-sama
melakukan perubahan dan perbaikan keprofesian dalam rangka
meningkatkan kualitas diri sendiri serta kualitas organisasi profesi.
Komunitas Belajar Profesional dibangun dengan berlandaskan pada
prinsip kolaborasi, kolegial, dan mutualisme dengan mengembangkan
kemampuan refleksi diri. Dengan demikian, Komunitas Belajar
Profesional bisa menjadi wadah yang tepat bagi guru untuk
meningkatkan kompetensi. Hal ini berdasarkan fakta bahwa profesi
guru berkaitan dengan upaya menyiapkan peserta didik agar mampu
bersaing dalam dunia yang berubah dengan sangat cepat.
Salah satu ciri dari Komunitas Belajar Profesional yaitu adanya
refleksi dari guru secara teratur yang digunakan sebagai dasar untuk
melakukan upaya meningkatkan kompetensi diri. Komunitas Belajar
Profesional juga memberikan kesempatan kepada guru untuk bersama-
sama mengembangkan kompetensi dengan prinsip kolegialitas,
kolaboratif, dan mutualisme. Komunitas Belajar Profesional
menawarkan sebuah cara yang dahsyat untuk menjamin guru-guru
dalam merefleksi proses kerja dan kemudian memperbaikinya. Harris &
Jones(2010:174). Berdasarkan pendapat tersebut, Komunitas Belajar
Profesional adalah suatu pembaruan dalam paradigma yang
dikembangkan di antara anggota komunitas mengenai bagaimana
melakukan upaya memperbaiki kompetensi.
Bentuk kegiatan dalam Komunitas Belajar
Profesional terdiri atas dua macam, yaitu yang bersifat formal dan
informal. Kegiatan yang bersifat formal dan informal tersebut berguna
untuk lebih mempererat hubungan antarguru dalam membangun
kolegialitas serta kesepahaman yang lebih mendalam tentang sebuah

43
permasalahan, sehingga mampu mengembangkan wawasan guru
tentang pengetahuan yang baru. Hal ini sejalan dengan pendapat
Triatna (2015:38) bahwa pengembangan belajar bersama dalam
membangun visi, misi, dan tujuan sekolah berkembang secara alamiah
dalam proses mengelola sekolah hari demi hari melalui dialog
keseharian dan dialog formal dalam rapat sekolah/ panitia.
Kegiatan dalam Komunitas Belajar Profesional pada dasarnya
merupakan proses interaksi dalam komunitas. Perbedaan antara
interaksi dalam komunitas belajar dengan interaksi pada umumnya
adalah bahwa dalam komunitas belajar interaksi dilakukan berdasarkan
pada refleksi diri sehingga timbul keinginan untuk memperbaiki diri. Hal
ini tidak terdapat pada kelompok yang bukan komunitas belajar.
Sebagaimana dinyatakan oleh Triatna (2015:43) bahwa semua PTK
mengalami proses interaksi, tetapi tidak semua interaksi
mengakibatkan hasil belajar. Pengalaman yang dievaluasi, dicari
logikanya, dan direfleksi akan menjadikan seseorang berubah dan lebih
berpengalaman.
Pembentukan komunitas belajar di sekolah memerlukan peran
kepala sekolah dalam mengatur alur komunikasi sehingga tetap
berjalan dengan lancar serta menjamin bahwa kegiatan dalam
komunitas belajar tetap mengarah pada tujuan yang ditetapkan. Kepala
sekolah juga harus berperan sebagai role model bagi spirit dalam
melakukan perbaikan kompetensi melalui partisipasinya dalam
Komunitas Belajar Profesional. Komunikasi yang dikembangkan di
sekolah sejauh mungkin menerapkan sistem demokratis. Hal ini sejalan
dengan pendapat Triatna (2015 : 43) yang menyatakan bahwa proses
dialog dalam konteks pengembangan sekolah harus terhindar dari
mengistimewakan orang tertentu dari pada orang lainnya dalam
komunitas.
Kesabaran dan konsistensi dari semua anggota komunitas sangat
diperlukan bagi keberlangsungan Komunitas Belajar Profesional. Hal ini
disebabkan Komunitas Belajar Profesional bukanlah sebuah proses
sekali jalan, tetapi merupakan sesuatu yang harus terusmenerus
dikembangkan sejalan dengan proses proses perkembangan guru
sebagai bagian dari organisasi sekolah. Dukungan utama dalam
pengembangan kapasitas sekolah melalui belajar bersama dalam
komunitas profesional mensyaratkan perubahan pada budaya
organisasi, yaitu perubahan yang berjalan dalam waktu setahap demi

44
setahap dan berkembang sesuai dengan perjalanan refleksi warga
sekolah.Triatna
(2015:44).
Keberhasilan dalam membangun Komunitas Belajar Profesional
dapat dilihat dari pencapaian indikatorindikator yang ditetapkan.
Berikut ini adalah indikatorindikator Komunitas Belajar Profesional
yang dirangkum dari pendapat Harris & Jones (2010:176-177) dan
Dehdary (2017:647), yaitu (a) terdiri atas guru-guru dengan keahlian
yang berbeda, (b) adanya partisipasi secara kolegial di antara peserta,
(c) adanya penyediaan fasilitas oleh pimpinan, (d) tindakan
dilaksanakan berdasarkan orientasi kebutuhan dan selalu dilihat
perkembangannya), (e) fokus terhadap perbaikan proses pembelajaran
serta memaksimalkan dampaknya terhadap hasil belajar siswa, (f)
adanya rasa saling menghormati dan mempercayai di antara anggota
komunitas, dan (g) adanya kegiatan berbagi pengetahuan di antara
anggota komunitas.
Kenyataan di lapangan, tidak mudah membangun Komunitas
Belajar Profesional. Salah satu contoh adalah kondisi di SDN Santaka.
Sebagian besar guru di SDN Santaka belum mampu mengatur waktu
dengan baik untuk melakukan kegiatan yang bersifat membangun
kebersamaan dalam sebuah komunitas belajar. Waktu setelah jam
mengajar selesai cenderung dihabiskan untuk melakukan hal-hal lain
yang tidak ada kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan
kompetensi.
Guru merupakan anggota komunitas di sekolah yang
keberadaanya sangat memengaruhi kualitas layanan pendidikan dan
pembelajaran. Sebagai pendidik, sudah selayaknya guru menjadi suri
tauladan bagi peserta didik terutama dalam membangun kebiasaan
belajar yang mandiri. Kemandirian dalam konteks guru sebagai
pembelajar dewasa adalah kesadaran untuk melakukan refleksi
mengenai kompetensi yang dimiliki serta berusaha untuk
memperbaikinya. Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor
87/2017 tentang pendidikan karakter.
Langkah awal yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
menghadapi masalah berupa belum terbentuknya Komunitas Belajar
Profesional di SDN Santaka adalah melakukan refleksi diri. Dari hasil
refleksi tersebut diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan
selama ini masih bersifat konvensional, mengedepankan instruksi dari

45
pada persuasi. Dengan gaya tersebut, kepatuhan guru untuk mengikuti
kegiatan komunitas belajar hanya bersifat temporer, belum sampai
pada tumbuhnya kesadaran. Keadaan ini berdampak pada rendahnya
kompetensi profesional dan pedagogik guru yang berkaitan langsung
dengan proses pembelajaran. Hasil supervisi menunjukan bahwa
sebagian besar guru belum membuat perangkat pembelajaran yang
memadai, sehingga proses pembelajaran kurang terencana dengan
baik. Pada proses pembelajaran di kelas, sangat sedikit guru yang
menerapkan model- model pembelajaran. Di samping itu, penggunaan
media IT masih kurang, baik sebagai media pembelajaran maupun
sebagai alat bantu dalam membuat perangkat pembelajaran. Sebagai
akibat kurangnya inovasi dalam pembelajaran, maka guru kekurangan
bahan untuk menyusun karya tulis, sehingga sampai dengan akhir
tahun 2017 sangat sedikit KTI yang dihasilkan oleh guru dan disimpan di
perpustakaan. Keadaan ini membuat kepala sekolah berpikir bahwa
diperlukan sebuah strategi yang inovatif dalam memotivasi guru
membentuk Komunitas Belajar
Profesional. Strategi yang dipilih oleh kepala sekolah sebagai upaya
untuk membangun Komunitas Belajar Profesional di kalangan guru-
guru SDN Santaka kemudian diberi nama strategi SWEET LOVE.

Strategi SWEET LOVE, Arti dan Implementasinya


Secara harfiah kata sweet dapat diartikan manis dan kata love
diartikan cinta dalam Bahasa Indonesia. Kata “manis” memiliki
pengertian (1) rasa seperti rasa gula, (2) elok/mungil, (3) sangat
menarik hati, dan (4) indah/ menyenangkan. Kata cinta mengandung
pengertian (1) suka sekali, sayang benar, (2) kasih sekali, terpikat,(3)
ingin sekali/berharap sekali, dan (4) susah hati/ risau (http:
kbbi .kemdikb.id/). Berdasarkan uraian tersebut, frase sweet love
mengandung pengertian sebagai sesuatu yang indah, cantik, dan
menarik. Dengan demikian, penggunaan kata sweet love sebagai
sebuah strategi diharapkan memberikan kesan yang menarik,
menyenangkan, dan mengandung nilai-nilai humanis.
Strategi SWEET LOVE pada dasarnya merupakan serangkaian
langkah konkret yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru
supaya memiliki kepedulian terhadap upaya meningkatkan
kompetensi. Salah satu aspek yang sangat penting dari strategi SWEET
LOVE adalah kerjasama yang dikembangkan di kalangan guru dalam

46
melaksanakan kegiatan. Di samping itu, konsep mutualitas menjamin
bahwa guru berada pada posisi yang sama dalam melaksanakan
kegiatan belajar. (Karwati & Prawiyogi,2019:74). Berdasarkan uraian
tersebut, strategi SWEET LOVE bukanlah bentuk perlakuan tunggal,
tapi merupakan satu rangkaian secara keseluruhan.
Strategi SWEET LOVE bisa juga dikatakan sebagai serangkaian
pendekatan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka
meningkatkan partisipasi guru terhadap program peningkatan
kompetensi. (Karwati & Prawiyogi,2019:76). Nilai-nilai humanis,
kebersamaan, rasa percaya diri, serta penghargaan terhadap kinerja
merupakan karakter dasar dari pendekatan SWEET LOVE .Pengertian
ini digunakan untuk merefleksikan nama sweet love itu sendiri yang di
dalamnya mengandung unsur-unsur rasa cinta kasih dari kepala
sekolah kepada guru. Penggunaan kata atau frase yang berkonotasi
baik dengan proporsi yang tepat akan mampu meningkatkan rasa
memiliki di kalangan guru sehingga kemungkinan bagi berhasilnya
sebuah program dapat lebih diperbesar.
Langkah-langkah dalam menerapkan strategi SWEET LOVE untuk
membangun Komunitas Belajar
Profesional adalah sebagai berikut.
1. Set the Goals
Penentuan tujuan merupakan dasar bagi dilaksanakannya
seluruh program kegiatan. Adapun tujuan yang ditetapkan adalah (a)
membangun Komunitas Belajar Profesional sebagai tujuan utama
dikembangkan dengan berdasarkan pada indikatorindikator yang telah
ditetapkan, (b) meningkatkan kompetensi profesional dan kompetensi
pedagogik guru, dan (c) meningkatkan pemenuhan perangkat
pembelajaran.

47
Gambar 1. Membangun Komunikasi

2. Write Down the Plan


Membangun Komunitas Belajar Profesional dirumuskan dalam
sebuah program perencanaan. Program perencanaan yang dimaksud
berupa rancangan kegiatan yang mendukung terbangunnya Komunitas
Belajar Profesional dengan menggunakan strategi SWEET LOVE. Pada
langkah ini sekaligus ditetapkan aturan-aturan yang harus ditaati dalam
membangun Komunitas Belajar Profesional.

3. Encourage the Teachers to Participate.


Hal paling penting untuk diterapkan oleh kepala sekolah dalam
langkah ini adalah bagaimana membuat guru untuk berani
berpartisipasi, baik sebagai peserta yang aktif maupun sebagai
pemateri. Keberanian yang memang bukan tumbuh dengan sendirinya,
tetapi perlu dorongan terutama dari kepala sekolah sebagai pimpinan.
Pada tahap awal, kepala sekolah memberikan contoh tentang
bagaimana menjadi narasumber, sedangkan tahap selanjutnya guru
didorong untuk memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk tampil.

Gambar 2. Kepala sekolah menginspirasi guru

4. Ensure the Teachers that They Have Capabilities


Meyakinkan guru-guru bahwa mereka memiliki kapabilitas yang
memadai dilakukan kepala sekolah dengan memberikan kesempatan
kepada guru untuk menjadi narasumber pada kegiatan yang bersifat
formal maupun informal. Kepala sekolah memberikan contoh tentang

48
menjadi narasumber pada kegiatan sharing kemudian memberikan
kesempatan kepada guru untuk menunjukan kapasitasnya di hadapan
rekan-rekan.

Gambar 3. Guru menjadi narasumber

5. Treat the Teachers Just Like What You Want to be Treated


Kepala sekolah harus memahami karakter dari setiap
guru yang berbeda-beda sehingga mereka nyaman dalam
mengikuti kegiatan. Pemahaman yang baik mengenai karakter
guru membuat perlakuan yang diberikan oleh kepala sekolah
menjadi lebih efektif. Kebiasaan senyum, sapa, salam,
memberi masukan yang membangun tanpa merendahkan
martabat merupakan langkah yang sangat tepat diberikan
oleh kepala sekolah. Pendekatan tersebut mengembangkan
sikap saling menghargai di antara semua anggota komunitas
guru.

6. Let the Teachers Work Together


Sebagai sebuah komunitas, keterampilan untuk bekerja
sama menjadi ciri yang tidak dapat dilepaskan. Kerjasama /
kolaborasi juga menjadi wadah yang tepat bagi guru untuk
saling bertukar pikiran, bekerjasama dalam memecahkan
permasalahan. Kegiatan komunitas belajar yang
49
dikembangkan bersifat formal dan informal. Bentuk Kegiatan
formal antara lain (a) KKG berbasis sekolah tentang
implementasi kurikulum 2013, (b) IHT tentang model- model
pembelajaran, (c) pelatihan komputer/ IT, (d) IHT tentang
penyusunan KTI, (e) diskusi tentang pengembangan materi
pembelajaran, (f) mengobservasi pelaksanaan pembelajaran,
(g) evaluasi pelaksanaan pembelajaran. Adapun kegiatan
informal adalah (a) SAJAGO (Sajam Ngobrol) berisi obrolan
santai tentang isu-isu pendidikan dan pembelajaran, dan (b)
GARENG (Gawe Bareng), di mana guru secara kolaboratif
membuat perangkat dan media pembelajaran yang inovatif.

Gambar 4. Guru Berkolaborasi dalam Meningkatkan Kompetensi

7. Obey the Rules that Have been Made


Membangun Komunitas Belajar Profesional memerlukan aturan
yang harus ditaati bersama. Aturan yang diberlakukan pada Komunitas
Belajar Profesional di SDN Santaka yaitu: (1) guru harus bersedia untuk
membagikan pengetahuan yang dimiliki kepada sesama rekan, (2)
tingkat kehadiran guru dalam kegiatan Komunitas Belajar Profesional
harus maksimal, (3) pendapat harus disampaikan dengan cara bijaksana
dan sopan, serta (4) selalu mengembangkan sikap kekeluargaan.
Ketaatan terhadap aturan merupakan sebuah keniscayaan
sehingga Komunitas Belajar
Profesional dapat berjalan secara efektif dan efisien.

8. Value All the Teachers’ Work

50
Pemberian penghargaan bisa menjadi motivasi yang luar biasa
bagi guru untuk terus berkarya. Pemberian penghargaan terhadap
kinerja guru bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
pujian, maupun dengan pemberian kesempatan kepada guru untuk
menjadi narasumber kegiatan. Perasaan dihargai sebagai guru,
ditempatkan sebagai manusia yang memiliki kemampuan memberikan
energi yang luar biasa bagi guru untuk berbuat lebih baik.

Gambar 5. Pemberian penghargaan terhadap kinerja guru


9. Evaluate and Reflect
Evaluasi dilakukan secara kualitatif dengan memberikan
tanggapan terhadap proses dan hasil kegiatan. Proses evaluasi
dilakukan kepada semua anggota komunitas, baik kepala sekolah
maupun guru. Refleksi merupakan kegiatan bersama untuk melihat
berbagai kekurangan yang masih ada baik personal, maupun
keseluruhan anggota komunitas.

Terbangunnya Komunitas Belajar Profesional


Berdasarkan hasil pembinaan, pemantauan, pengamatan,
supervisi, dan wawancara terhadap strategi SWEET LOVE dalam
membangun Komunitas Belajar Profesional, beberapa hal dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. Komunitas Belajar Profesional telah terbangun di SDN Santaka. Hal
ini berdasarkan analisis ketercapaian indikator-indikator
Komunitas Belajar Profesional yang mencapai 94. Motivasi guru
untuk membangun Komunitas Belajar Profesional semakin
meningkat, yang ditandai dengan tingkat kehadiran guru
mencapai 92%. Hasil pengamatan juga menunjukan bahwa sejak

51
digunakannya strategi SWEET LOVE, kesadaran guru tentang
pentingnya peningkatan kompetensi meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari topik pembicaraan dalam komunitas guru lebih
mengarah pada hal- hal yang ada relevansinya dengan tugas fungsi
guru. Indikasi lainnya yang berhubungan dengan motivasi belajar
adalah masuknya guru pada komunitas PKB on line Rumah Belajar
yang berjalan di bawah naungan kemdikbud.

Gambar 6. Sebelum dan Sesudah Terbentuknya PLC

2. Kompetensi profesional dan pedagogik guru meningkat, yaitu yang


berkaitan dengan penguasaan IT, penyusunan KTI berupa PTK, dan
penggunaan model-model pembelajaran. Capaian nilai rata-rata
dari kompetensi di atas adalah 87, 86, dan 88. Di bawah ini contoh
judul PTK yang disusun oleh dua orang guru

1 Penggunaan Metoda Demonstrasi Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Siswa Mata


Pelajaran IPA

Guru 1 Pada Konsep PeSDN Santaka Kecamatan Cimanggung Kabupaten rubahan


Pada Benda di Kelas VI

52
2. Sumedang Tahun 2014/2015Meningkatkan Prestasi

Siswa Pada Materi

Bilangan Pecahan Dan Desimal Matematika Dengan Menerapkan Model Kooperatif


Student
Teams Achievment Division (STAD) Di Kelas VI SDN Santaka Kecamatan Cimanggung
Kabupaten
Sumedang Tahun 2016/2017

1. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Teknik 3b Untuk Meningkatkan


Kemampuan Menulis Percakapan di
Kelas 3 SDN Santaka Kecamatan Cimanggung Kabupaten
Sumedang Tahun 2017

2. Penggunaan Media Konkrit Untuk Meningkatkan Pemahaman Guru 2 Siswa Pada


Materi Pecahan di Kelas 2 SDN Santaka
Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang Tahun 2018

3. Penggunan Media Konkrit Untuk Pemahaman Siswa Tentang


Materi Penjumlahan di Kelas 2 SDN Santaka Kecamatan
Cimanggung Kabupaten Sumedang Tahun 2018

Gambar 7. Contoh Judul PTK

3. Sebagian besar guru telah menerapkan model-model


pembelajaran pada tahun pelajaran 2018/2019.

53
Gambar 8. Guru Menerapkan Model Pembelajaran

4. Pemenuhan perangkat pembelajaran mencapai 98% pada tahun


pelajaran 2018/2019.
5. Hasil wawancara dengan guru menunjukan bahwa,
100% guru memahami dan menyatakan bahwa Komunitas Belajar
Profesional sangat bermanfaat bagi pengembangan kompetensi,
merasa dihargai dengan diberikan kesempatan untuk berbagi
pengetahuan, dan strategi SWEET LOVE sangat efektif dalam
membangun Komunitas Belajar
Profesional.
Implementasi strategi SWEET LOVE selain memberikan hasil
sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu, juga memberikan
dampak sebagai berikut.
1. Guru
Dampak menerapkan strategi SWEET LOVE terhadap guru adalah:
a. pada tahun 2018, salah seorang guru di SDN Santaka
memperoleh peringkat ke-2 sebagai guru berprestasi tingkat
Kecamatan Cimanggung;
b. semua guru pada tahun 2019 mendapat nilai PKB dengan
predikat “Baik”.
2. Peserta Didik
Dampak bagi peserta didik adalah:
a. perolehan nilai rata-rata USBN terjadi kenaikan yang cukup
signifikan sebagaimana terlihat pada tabel berikut, yaitu 85,06
pada tahun pelajaran 2016/2017; 86,61 pada tahun pelajaran
2017/2018 dan 95,74 pada tahun pelajaran 2018/2019

54
b. Capaian nilai tarap serap kurikulum adalah 77 dan 78 pada
semester 1 dan 2 tahun pelajaran 2017/2018 serta 80 dan 81
pada semester 1 dan 2 tahun pelajaran 2018/2019.
3. Sekolah
Meningkatnya kompetensi profesional dan pedagogik telah
berdampak terhadap meningkatnya pemahaman guru mengenai
berbagai program sekolah lainnya sehingga partisipasi guru pada
program-program tersebut meningkat. Hal ini berimbas pada
peningkatan nilai akreditasi sekolah, yaitu dari nilai 81 pada tahun
2011 menjadi 87 pada tahun 2017.
Berdasarkan uraian di atas, strategi SWEET LOVE terbukti mampu
membangun Komunitas Belajar Profesional di SDN Santaka serta
meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogik guru. Strategi
SWEET LOVE dapat digunakan oleh kepala sekolah lainnya yang tertarik
untuk mengaplikasikan strategi ini sesuai dengan kondisi masing-
masing. Beberapa rekomendasi dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Pada langkah Set the Goals, harus ditambahkan dengan keterlibatan
ahli misalnya pengawas sekolah, atau unsur-unsur dari komite
sekolah maupun dunia usaha, sehingga muatan dalam kegiatan
Komunitas Belajar Profesional dapat lebih ditingkatkan.
b. Pada langkah Write Down the Plan kepala sekolah harus
memberikan porsi yang lebih besar kepada guru untuk
meningkatkan self-belonging mereka terhadap program kegiatan,
sehingga tingkat ketercapaian program dapat lebih ditingkakan lagi.
c. Meningkatkan pengetahuan tentang seni-seni membangun
kepercayaan diri pada bawahan, terutama dalam melaksanakan
melaksanakan pendekatan Encourage the Teachers to Participate
dan Ensure the Teachers that they Have Capabilities.

Daftar Pustaka
Dehdary. (2017). A Look Into Professional Learning Community.
http :/ / www .academy publication .com/ ojs/ index .php/ jltr/
article/view/ jltr0804645654. Volume 8 Number 4. Pp 647
Harris, A. dan Jones, M. (2010). Professional Learning
Communities And System Improvement.

55
https://www.researchgate.net/publication/
249752354_Professional_learning_communities_a
nd_system_improvement Volume 13 Number 2 July 2010 172–
181. Pp 172 – 181.
Karwati,W dan Prawiyogi,A. (2019) Guru dan Membelajarkan Guru.
Karawang FBIS Publishing.
Triatna, Cepi (2015). Membangun Komunitas Belajar Profesional untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah http://ejournal.upi
edu/index
.php/JPSPs/article/view/5918

Tentang Penulis
Wawat Karwati, M.Pd. lahir di Bandung
pada tanggal 22 November 1971.
Pendidikan terakhir S2
Pendidikan Dasar di Universitas Pendidikan

56
Indonesia. Ibu dari tiga orang anak ini sekarang bekerja sebagai Kepala
SDN Santaka Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang. Sejauh
ini buku yang telah dihasilkan ada dua, yaitu Remaja
dan Permasalahannya pada tahun 2015 yang ditulis bersama
rekan-rekannya di Universitas Pendidikan Indonesia. Buku
kedua terbit pada tahun 2019 dengan judul Guru dan Membelajarkan
Guru.
Nomor HP 081220595958.

57
MENCIPTAKAN LABEL SEKOLAH UNGGUL MELALUI
KEGIATAN
LITERASI

Agung Rahmanto
Kepala Sekolah SD Muhamamdiyah Sapen Yogyakarta ǔǕ]agoeng.spn@gmail.com

Sekolah Unggul Dalam Paradigma SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta


Sekolah unggul merupakan dambaan setiap institusi pendidikan.
Menciptakan label sebagai sekolah unggul bagi SD Muhammadiyah Sapen
Yogyakarta adalah hal penting yang harus dilakukan. Keunggulan sekolah yang
dimiliki akan menjadi daya saing bagi sekolah dalam memperoleh kepercayaan
dari masyarakat untuk menyekolahkan putra putrinya ke SD Muhammadiyah
Sapen.
Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen Yogyakarta merupakan institusi
pendidikan yang dalam pengelolaan dan kebijakannya sangat memperhatikan
keunggulan sekolah sebagai jaminan kualitas layanan yang diberikan.
Kesungguhan tersebut tertuang dalam roadmap sekolah yang berisi program
inovasi layanan antara lain, sekolah multitalent, sekolah berkarakter, dan
sekolah digital.
Keunggulan sebagai sekolah multitalent terinspirasi dari makna anak
multitalenta yaitu anak dengan kemampuan dan menguasai beberapa bakat
sekaligus baik akademis dan bakat khusus (Widiasworo, 2018: 3). keunggulan
sekolah multitalent muncul sebagai jawaban bahwa potensi siswa yang beragam
tidak bisa ditangani secara sama. Berbagai potensi siswa harus dilayani sesuai
dengan minat dan bakatnya.
Sekolah karakter yaitu sekolah yang
mengedepankan penumbuhan nilai-nilai karakter siswa.
Pembentukan karakter di sekolah dasar merupakan hal penting untuk dilakukan
agar pada diri siswa berkembang nilai-nilai yang baik(Akbar, dkk., 2014: 139).
Keunggulan sebagai sekolah karakter ini mengacu pada Permendikbud Nomor
20 tahun 2018 pasal 2 (1) tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Terkait
dengan kegiatan literasi indikator pencapaian untuk sekolah karakter meliputi
58
nilai jujur, disiplin, bertanggung jawab, gemar membaca, bekerja keras,
menghargai prestasi, komunikatif.
Sekolah digital merupakan keunggulan yang akan diwujudkan sekolah
berbasis digital. Implementasi sebagai sekolah digital ini dengan
mengintegrasikan seluruh layanan sekolah dalam satu sistem informasi,
sehingga seluruh elemen sekolah dapat berkomunikasi secara otomatis.
Keunggulan sebagai sekolah digital saat ini memprioritaskan pada
meningkatkan efektifitas layanan pendidikan khususnya pembelajaran.
Melalui keunggulan yang disandangnya SD Muhammadiyah Sapen
Yogyakarta berharap kompetensi siswa yang dihasilkan akan mampu bersaing
di era global secara optimal. Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen dalam
kebijakannya tidak hanya berorientasi mengembangkan potensi siswa dari
aspek kognitif saja, tetapi juga menumbuhkan aspek sikap dan keterampilan
untuk mampu berkembang optimal.

Pentingnya Kegiatan Literasi Untuk Menciptakan Sekolah Unggul


Nilai keunggulan sebuah sekolah merupakn keunikan yang menjadi
daya pembeda dengan institusi sekolah lainnya. Salah satu cara untuk
menciptakan label sekolah unggul adalah melalui kegiatan literasi. Alasan
mendasar memilih program literasi yaitu, melalui kegiatan bermuatan literasi
diharapkan mampu mengembangkan berbagai potensi siswa agar dapat
mengukir berbagai prestasi di berbagai bidang, berkarakter serta mampu
mengembangkan potensi di era yang serba digital. Program literasi ini berupa
aktivitas yang terintegrasi dalam proses pembelajaran, sehingga
memungkinkan seorang siswa lebih cepat menyelesaikan permasalahan.
Lebih jauh lagi literasi bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan,
potensi dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas. Literasi
awalnya bermakna proses memperoleh keterampilan kognitif dasar dengan cara
membaca dan menulis teks cetak. Seiring perubahan kebutuhan masyarakat
literasi juga termasuk kemampuan komunikasi yang diitegrasikan dengan dalam
tindakan yang bermakna. Tindakan yang bermakna ini diharapkan berkontribusi
dalam kegiatan sosial dan ekonomi sebagai dasar perubahan pribadi dan sosial.
Sesuai dengan konsep literasi di era modern ini,
SD Muhammadiyah Sapen telah melakukan pembenahan terkait dengan
kegiatan yang berhubungan dengan literasi. Literasi menjadi tugas seluruh
ekosistem sekolah yaitu pendidik, tenaga kependidikan, masyarakat hingga
dunia usaha. Istilah literasi belum begitu familiar di kalangan SD Muhammadiyah
Sapen. Awalnya guna memunculkan budaya baca, pada tahun 2007 SD

59
Muhammadiyah Sapen membangun perpustakaan sebagai pusat belajar dengan
desain rekreatif dari segi fisik dan koleksinya. Ketertarikan siswa untuk
membaca mulai terlihat dengan meningkatnya kunjungan siswa di
perpustakaan.
Keseriusan melaksanakan kegiatan literasi di SD Muhammadiyah Sapen
membuahkan hasil yang sangat mendukung tercapainya sebagian cita-cita yang
tertuang di roadmap sekolah. Kebijakan pengembangan literasi SD
Muhammadiyah Sapen meliputi beragam kegiatan literasi yang terintegrasi
dalam pembelajaran ekstrakurikuler maupun intrakurikuler sekolah. Kebijakan
lain yang diterapkan yaitu, keterlibatan pihak lain yaitu masyarakat dan dunia
usaha. Kegiatan literasi terbukti mampu menciptakan SD Muhammadiyah Sapen
menjadi sekolah yang unggul dalam karakter, digital, dan multitalent.
Literasi sebagai sarana untuk menciptakan keunggulan sekolah
dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu pembiasaan, pengembangan, dan
pembelajaran (Kemdikbud, 2016: 5). Pada tahap pembiasaan literasi
dilaksanakan guna membiasakan siswa memiliki budaya literasi. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah a) lima belas menit membaca setiap hari
sebelum jam pelajaran, b) membangun lingkungan fisik sekolah yang kaya
literasi.
Pada tahap pengembangan literasi dilakukan dengan memberikan
tagihan sederhana, guna dilakukan penilaian non akademik. Kegiatan yang
dapat dilakukan meliputi a) lima belas menit membaca setiap hari. Tagihan non
akademik di bagian ini dapat berupa membuat peta cerita (story map), atau
karya lain; b) mengembangan lingkungan fisik yang kaya literasi serta
mengembangkan ekosistem sekolah yang menghargai keterbukaan dan
kegemaran terhadap pengetahuan. c) pengembangan kemampuan literasi
melalui kegiatan di perpustakaan sekolah/perpustakaan kota/daerah atau
taman bacaan masyarakat atau sudut baca kelas.
Literasi pada tahap pembelajaran dilakukan dengan cara
menghubungkan kegiatan literasi dengan kegiatan belajar mengajar. Aktivitas
literasi yang dapat dilakukan adalah 1) lima belas menit membaca setiap hari
sebelum jam pelajaran, 2) kegiatan literasi dalam pembelajaran tagihan
akademik disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, 3) menggunakan
berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua muatan pelajaran, 4)
menggunakan lingkungan fisik, sosial afektif, dan akademik disertai beragam
bacaan yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran
Akbar, dkk (2017: 1060) menjelaskan bahwa implementasi GLS dan
suasana literasi di sekolah dasar mampu membangun karakter pada siswa

60
melalui tahapan pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Karakter
yang dapat ditumbuhkan antara lain karakter religius, menghargai prestasi,
kerja keras, mandiri, semangat kebangsaan, kreatif, dan cinta tanah air. Hasil
penelitian lain dituliskan Gantari (2016: 23) menjelasakan bahwa kemampuan
membaca siswa akan meningkat jika budaya literasi terbangun dengan baik.
Kemampuan baca ini akan dapat mempengaruhi kemampuan-kemampuan
siswa dalam segala aktivitas termasuk pemecahan masalah.
Pentingnya literasi di sekolah dasar juga disampaikan oleh Abidin,
Mulyati, dan Yunansah (2017: 156) bahwa, pembelajaran berbasis literasi
terbukti signifikan untuk meningkatkan kemampuan literasi menulis siswa. Iklim
literasi yang dikemas dalam pembelajaran akan meningkatkan kompetensi siswa
dalam berliterasi.

Strategi Menciptakan Sekolah Unggul di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta


Kepala sekolah melakukan pembenahan program literasi yang selama ini
dimaknai dengan kegiatan membaca dan menulis. Seiring kebutuhan sistem
pembelajaran yang berkembang, makna literasi kini sudah menjadi lebih
kompleks dan bermakna. Beers dan Smith (2010: 39-40) menjelaskan budaya
literasi yang perlu dikembangkan di sekolah meliputi: 1) membangun lingkungan
fisik yang ramah literasi, 2) membangun lingkungan sosial dan afektif sebagai
model komunikasi literate, dan 3) mengupayakan sekolah menjadi lingkungan
akademik yang literate. Selanjutnya untuk pengembangan literasi merujuk pada
tahapan GLS untuk Sekolah Dasar yaitu (Kemdikbud, 2016:5): 1) tahap
pembiasaan; 2) tahap pengembangan;3) tahap pembelajaran.
Iklim literasi menjadi dasar utama pengembangan literasi yang dilakukan
untuk menciptakan keunggulan
SD Muhammadiyah Sapen. Adapun tahapan pengembangan literasi melalui
tahapan yang terbagi kedalam 5 (lima) desain yaitu 1) Desain Kebijakan Literasi,
2) Desain Literasi dalam Kegiatan, 3) Desain Literasi dalam Pembelajaran, 4)
Desain Literasi dalam Budaya Sekolah, dan 5) Desain Literasi dalam Keterlibatan
Masyarakat.

Desain Kebijakan Literasi


Kebijakan menentukan tingkat ketercapaian daripada sebuah program.
Kebijakan dalam kegiatan literasi SD Muhammadiyah Sapen dengan membentuk
Tim Literasi Sapen. Kepala sekolah memberikan mandat kepada tim dengan
menerbitkan surat tugas serta pembagian kerja. Tim Literasi Sapen terdiri dari
kepala sekolah dan komite sebagai pihak pembina. Ketua 1 yang membawahi
61
penangggungjawab literasi baca tulis, literasi sains dan literasi kewargaan. Ketua
2 membawahi penanggungjawab literasi digital, numerik dan literasi finansial.
Dalam melaksanakan fungsi dan tugas, masingmasing koordinator
literasi membuat program pelaksanaan kegiatan terdiri dari jenis kegiatan,
target sasaran, waktu hingga pembiayaaan. Program ini dapat terlaksana
optimal secara internal karena peran dan kerjsama serta guru dan karyawan
sekolah.
Selain itu kepala sekolah mewajibkan kegiatan pembelajaran
menekankan penanaman karakter dan literasi dengan jelas, dengan
mencantumkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kegiatan
literasi dalam RPP meliputi materi, metode, tahapan pembelajaran serta
penilaian pembelajaran.
Kebijakan yang tidak kalah penting adalah penyiapan sarana dan
prasarana hingga pendanaan untuk mensukseskan kegiatan literasi. Hasil desain
literasi dalam bentuk kebijakan ini terdapat dalam desain kegiatan literasi.
Desain literasi dalam bentuk kebijakan kepala sekolah ini membawa pengaruh
terhadap peningkatan atmosfer literasi pada lingkungan fisik, sosial, afektif
bahkan akademik

Desain Literasi dalam Kegiatan


Literasi dalam bentuk kegiatan, secara praktis berdasarkan program
yang telah disusun oleh Tim Literasi Sapen. Kegiatan literasi terbagi dalam
kegiatan ekstrakulikuler maupun intrakulikuler, yang meliputi literasi baca tulis,
literasi finansial, numerik, digital, kewargaan dan literasi sains.
1) Pembentukan Lingkungan Fisik Literasi
Pengembangan sarana literasi guna membentuk lingkungan fisik literate
dilakukan di beberapa area sekolah seperti perpustakaan, Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS), kantin, dan area outdoor sekolah. Area UKS diberikan berbagai
poster yang berkaitan dengan informasi kesehatan.
Penciptaan lingkungan fisik literasi yang lainnya dilakukan dengan
penyediaan informasi di beberapa titik sekolah,seperti menyediakan televisi
agar bisa diakses warga sekolah. Selain itu tersedia komputer di setiap kelas
untuk digunakan memperlancar proses belajar yang dapat diakses baik oleh
guru dan siswa di kelas tersebut. Beberapa koleksi juga dikembangkan oleh
guru-guru, misalnya video pembelajaran, bahan pendamping belajar siswa, dan
media visual yang dapat digunakan siswa.
Budaya literasi juga terlihat dari iklim sekolah yang literate. Sejak masuk
halaman sekolah siswa akan melihat mural tentang literasi yang sangat menarik.
62
Pemutaran lagu daerah, lagu nasional, lagu khas organisasi otonom yayasan
setiap pagi diperdengarkan di komplek sekolah. Atmosfer seperti ini akan
membangun pikirannya siswa untuk melaksanakan kegiatan literasi.
2) Pemberdayaan Perpustakan sebagai Agen Literasi
Perpustakaan SD Muhammadiyah Sapen telah memenuhi standar
perpustakaan sekolah, setelah diterbitkannya surat akreditasi dengan predikat A
oleh Perpustakaan Nasional. Perpustakaan sekolah dilengkapi dengan buku-
buku yang sangat bervariasi, baik ensiklopedi, buku cerita, kamus, maupun jenis
yang lain. Kegiatan literasi dilakukan oleh pustakawan seperti menerapkan wajib
kunjung dan wajib pinjam baik untuk kelas dan pribadi siswa. Untuk kelas atas,
pinjaman wajib ini dilanjutkan dengan tagihan ringkasan buku. Penyediaan
koleksi yang beragam jenis semakin menambah daya tarik siswa untuk
membaca di perpustakaan. Perpustakaan telah memberikan kemudahan dengan
layanan koleksi digital yang dapat diakses melalui smartphone.
3) Pengelolaan Sudut Baca
Pengelolaan sudut baca kelas dilakukan untuk membiasakan siswa
membaca di kelas. Para siswa diperbolehkan membawa buku bacaan untuk
saling ditukar dengan temannya guna memenuhi variasi bacaan yang dibaca
siswa. Kegiatan lima belas menit membaca dilakukan untuk membiasakan anak-
anak gemar membaca. Pada tahap ini tidak dilakukan tagihan apapun setelah
aktivitas selesai. Anak-anak hanya dibiasakan saja untuk membaca.

Gambar 1. Salah Satu Sudut Baca di Kelas

4) Club Sains
Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi keterampilan ilmiah siswa guna
mendapat dan memperdalam pegetahuan baru. Dengan demikian akan
menumbuhkan kepedulian di dunia sains dan teknologi. Siswa terbagi menjadi
beberapa kelompok kelas dengan materi berbasis eksperimen secara langsung.
63
Hasil akhir dari setiap percobaan ditulis dalam bentuk laporan sederhana
berdasarkan pengalaman.
5) Dol tinuku (Jual Beli) dan Celengan Impian
Dol tinuku menjadi salah satu icon SD Muhammadiyah Sapen dalam
menerapkan literasi keuangan. Kegiatan ini menjadi praktik langsung siswa kelas
5 yang sedang mempelajari materi jual beli. Siswa merencanakan usaha jual beli
mulai dari promosi, penyiapan produk yang akan dijual, perhitungan laba rugi
dan pelaporan. Sedangkan kelas lain mendapatkan tugas berbelanja
menggunakan uang yang ditentukan dan kemudian mencatat barang yang telah
dibelanjakan. Dalam kegiatan ini terjadi transaksi jual beli alamiah oleh siswa,
guru bahkan orang tua, seperti negosiasi kedua belah pihak.
Program literasi keuangan juga terlihat pada pembiasaan perencanaan
keuangan sederhana oleh siswa kelas 2 dalam bentuk celengan impian. Setiap
siswa dengan kreatif membuat tempat penyimpanan uang dari bahan bekas
berhias, yang bertuliskan impian siswa jika uang sudah terkumpul.

Gambar 2. Praktik Jual Beli

6) Kelas Sastra dan Kelas Seni


Kelas sastra menjadi alternatif pilihan para siswa dalam menuangkan ide
dan imajinasi. Beragam jenis yang ditawarkan antara lain pelatihan menulis dan
membaca puisi dan pantun, kelas dongeng, menulis cerita. Pihak sekolah
mengundang para sastrawan untuk mengampu kelas sastra. Dengan demikian
anak dapat memperdalam dunia sastra bersama para praktisi berpengalaman.
Adapun kelas seni berperan mengakselerasikan potensi seni yang dimiliki para
siswa.

64
Desain Literasi dalam Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran tentu memerlukan beragam sumber. Literasi
dalam pembelajaran di SD Muhammadiyah Sapen dengan mengintegrasikan
literasi dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencakup materi
pembelajaran yang relevan, metode, langkah pembelajaran, dan metode
penilaian yang sesuai kebutuhan.
Pembelajaran untuk kelas atas terdapat pembiasaan membaca dengan
tagihan aktivitas akademik siswa, dalam artian penilaian yang ada kaitannya
dengan kurikulum, namun lebih kepada tagihan berupa pengembangan
kreativitas. Tagihan yang diberikan misalnya kreativitas pembuatan mini book,
poster, mind mapping, puisi, atau peta cerita menurut kreativitas masing-
masing. Isi dari produk yang dibuat siswa disesuaikan dengan bahan literasi yang
dibaca atau
ditonton siswa. (baca tulis, disiplin,
Desain literasi dalam pembelajaran ini juga dilakukan dengan
mengkolaborasikan materi dengan pihak lain dalam bentuk kegiatan:
1) Pustakawan Mengajar
Program ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan siswa dalam menggali
informasi dari berbagai sumber, seperti buku pengayaan (buku teks, kamus,
ensiklopedia, atlas), hingga keterampian menggunakan media digital (materi
search enggine skills). Pustakawan berkolaborasi dengan guru yang telah
tercantum dalam RPP kolaborasi tematik integratif.
2) Orang tua Mengajar
Program orang tua mengajar sering dikenal dengan istilah parent day.
Pelibatan orang tua dalam proses pembelajaran terkait dengan pengenalan
sebuah profesi. Sinergi ini memberikan motivasi kepada anak akan pentingnya
cita-cita serta bagaimana proses meraih dan mewujudkannya.
Desain literasi dalam pembelajaran SD Muhammadiyah Sapen juga
memanfaatkan lingkungan fisik maupun sosial untuk mendukung kegiatan
literasi. Lingkungan fisik yang digunakan antara lain Lapangan Kelurahan guna
mengetahui sistem pemerintahan desa, lapangan ini digunakan untuk kegiatan
kepanduan Hizbul Wathan (HW). Lingkungan fisik yang lain yaitu dengan
memanfaatkan Bhumi Krida Gambiran. Fasilitas lingkungan outing class yang
dimiliki sekolah ini, akan memeperkenalkan siswa dengan berbagai jenis
tanaman lengkap dengan jenis akar, batang, dan tulang daunnya. Hal ini untuk
menunjang kompetensi pada muatan pembelajaran IPA kelas V.

65
Desain Literasi dalam Budaya Sekolah
1) Outing Class
Penyelenggaraan outing class diselenggarakan tiap semester di setiap
jenjang kelas. Pembelajaran di luar kelas dalam rangka menciptakan suasana
berbeda dari kegiatan rutinitas di dalam kelas.Selain itu mampu memunculkan
kreatifitas untuk memecahkan permasalahan. Bentuk kegiatan yang dikemas
dalam beragam permainan akan menumbukan rasa peduli terhadap lingkungan
dan kemampuan kerjasama antar siswa.
Penentuan tempat outing class disesuaikan dengan materi yang sedang
berjalan, misalnya budaya daerah siswa berkunjung ke Kraton, untuk
penumbuhan budaya baca siswa berkunjung ke Ghratama Pustaka, sejarah,
pembangkit listrik dengan energi alternatif berknjung ke pantai Baru Bantul.
Sekolah Dasar Muhammadyah Sapen memiliki kebun sekolah Bhumi
Kridha Gambiran (BKG) yang digunakan sebagai sarana outing class. Kegiatan
outing class juga sering dilakukan di berbagai wahana outbond yang sudah
memiliki kerjasama dengan sekolah.
Kegiatan outing class ini juga telah dikembangkan sekolah sampai ke
luar negeri dengan istilah student exchange (studex). Kegiatan ini memberikan
pengalaman kepada siswa melatih kemadirian, perencanaan untuk perjalanan,
hingga mengenalkan budaya Indonesia.

Gambar 3. Kegiatan Pembelajaran di Luar Kelas

2) Gebyar Literasi
Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen senantiasa bergerak memfasilitasi
dan mewadahi peserta didik menjadi pribadi muslim yang berkemajuan.
Berkemajuan diartikan sebagai pribadi idaman yang berpijak pada pengalaman
guna memecahkan masalah. Kegiatan bernuansa literasi tersebut tertuang
dalam agenda Gebyar Literasi. Kegiatan ini diselenggarakan setiap tahun
66
melibatkan siswa, guru, pegawai serta orangtua sebagai bentuk praktik baik
literasi bersifat masif yang diharapkan nantinya dapat membudaya di sekolah.
Kegiatan mencakup 6 dasar literasi dalam bentuk aneka ragam lomba
literasi seperti poster digital, grand prix perahu othok-othok, menulis cerpen dan
puisi, kreasi sudut baca, percobaan sains sederhana. Selain lomba terdapat
agenda pemajangan hasil karya siswa, seperti

pameran sains, pameran lukisan dan fotografi. Selain itu siswa diberikan
kesempatan menampilkan kebolehannya dalam bentuk performance art di
panggung talenta terbuka. Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan piagam
penghargaan bagi siswa berprestasi, piagam penghargaan bagi siswa yang
berkarakter, penghargaan berupa trophy bagi siswa yang memperoleh capaian
tertentu.

Gambar 4. Kegiatan Gebyar Literasi

3) International Supercamp
Perhelatan akbar 2 tahunan ini diselenggarakan oleh kepanduan Hisbul
Wathon (HW) SD Muhammadiyah Sapen. Internasional Supercamp
diselenggarakan di bumi perkemahan Rhama Shinta Prambanan yang
melibatkan peserta dari sekolah dasar Muhammadiyah di wilayah Indonesia dan
juga negara Malaysia. Selain melatih kemandiarian dan kepedulian sosial,
terdapat kegiatan pawai budaya bertemakan Bangga Budaya Daerah. Seluruh
peserta tergabung dalam kelompok regu menunjukkan beragam budaya daerah
masing-masing.
4) Sapenvaganza
Kegiatan yang menjadi budaya sekolah setiap 2 tahun sekali ini
bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menampilakan bakat
hasil dari berbagai kegiatan literasi di sekolah. Bakat tersebut seperti

67
pembacaan puisi, aneka kesenian musik baik modern dan tradisional dalam
orkesra sekolah, seni peran, pantomim, beraham tarian, broadcasting, yang
kesemuanya disajikan dalam bentuk kolosal.

Desain Literasi dalam Keterlibatan Masyarakat


Pelibatan instansi pemerintah dilakukan guna mendapatkan informasi
kebijakan terkait dengan pelaksanaan keenam literasi dasar yang relevan. Selain
itu instansi pemerintah mensinergikan program edukasi pendidikan bidang
tertentu, misalnya penggunaan internet sehat (Balai Tekkomdik DIY), Pembinaan
perpustakaan sekolah (DPAD DIY), Kesehatan Sekolah (Puskesmas), terkait
dengan pengembangan bakat olahraga (Fakultas Keolahragaan UNY),
Pembelajaran sains dan psikologi (berbagai fakultas di UGM). Sedangkan
instansi swasta yang terlibat dalam beberapa bidang seperti bidang
broadcasting (Jogja TV, ADI TV, RRI).
Komite sekolah sebagai masyarakat perwakilan orangtua melakukan
monitoring terhadap kegiatan literasi SD Muhammadiyah Sapen. Hasil tindak
lanjut monitoring secara terstruktur dengan memberi masukan dan support
kegiatan. Bentuk monitoring berkaitan dengan bidang akademik yang
berhubungan dengan proses kegiatan literasi, sedangkan bidang non akademik
berkaitan dengan penyediaan sarana prasarana kegiatan literasi.
Kehadiran tokoh masyarakat dalam kegiatan literasi SD Muhammadiyah
Sapen menambah warna pada setiap kegiatan. Mereka hadir memberikan
pelatihan singkat dalam beberapa kegiatan, seperti sastrawan dalam menulis
cerita dan puisi, pelukis dalam kegiatan seni lukis hingga tokoh pantomim.
Sukses dan lancarnya kegiatan literasi tentu tak lepas dari pendanaan.
Meskipun sekolah telah mengalokasikan anggaran baik dari swadaya sekolah
atau dana dari pemerintah yaitu dana BOS, SD Muhammadiyah Sapen
melakukan kerjasama dengan dunia usaha dan industri. Beberapa dunia usaha
yang bermitra dengan SD Muhammadiyah Sapen dalam hal literasi adalah Bank
Syariah Mandiri, BTPN, PT Gramedia, Penerbit Mizan, Erlangga serta penerbit
Tiga Serangkai.
Demikian lima desain kegiatan literasi yang telah dilaksanakan di SD
Muhammadiyah Sapen telah memberikan memberikan dampak positif. Hasil
yang ditunjukkan bahwa, kegiatan literasi dengan lima desain ini mendukung
terciptanya keunggulan sekolah seperti yang tertuang dalam roadmap
pengembangan sekolah yaitu sekolah multitalent, sekolah karakter, dan sekolah
digital.
68
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y., Mulyati, T., & Yunansah, H. 2017. Developing Literacy Learning Model
Based On Multi Literacy, Integrated, And Differentiated Concept At
Primary School. Cakrawala Pendidikan, Vol XXXVI, No. 2, pp. 156-166.
Akbar, S., dkk. 2014. Model Pendidikan Karakter Yang Baik (Studi Lintas
Situs Best Practices) Pendidikan
Karakter di SD. Sekolah Dasar, vol. 23, No. 2, pp. 139151.
Beers, C.S., Beers, J.W., Smith, J.O. 2009. A Principal’s Guide to Literacy
Instruction. London: The Guilford Press.
Gantari, R. 2016. Pembelajaran Membaca Dengan
Pendekatan Proses Untuk Meningkatkan Budaya Literasi Siswa Di
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, Vol. XX, No.02, pp. 24-31.
Kemdikbud. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Rahayu, R.A., Degeng, S.N., Akbar, S. 2017. Gerakan Literasi Sekolah Sebagai
Upaya Penumbuhan Karakter
Siswa Sekolah Dasar. Prosiding TEP & PDs Transformasi Pendidikan Abad
21, Vol. 7 No. 15, pp. 1060 – 1067.
Widiasworo, Erwin. 2018. Mencetak Generasi
Multitalenta. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Tentang Penulis:
Agung Rahmanto dilahirkan di Sleman 7 September
1974. Ia menyelesaikan studi jenjang sarjana pada
jurusan Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia
tahun
1997, dan jenjang Magister Pendidikan Dasar di
Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2017. Mulai
mengabdikan diri sejak tahun 2000 di SD
Muhammadiyah
Sapen, dan pada tahun 2015
diangkat menjadi kepala sekolah di instansi
tersebut. Peran kemasyarakatan dibuktikan dengan keaktifannya mengikuti
beberapa organisasi seperti, Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, Forum
Guru
Muhammadiyah DIY, Ketua KKKS Yogyakarta Wilayah Utara, PGRI Cabang
Gondokusuman, BKS Kota Yogyakarta. Prestasi baik nasional maupun
internasional yang telah diraih selama menjadi kepala sekolah antara lain: (1)
69
Juara satu Lomba Kepala Sekolah Berprestasi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan ( 2019) (2) Terbaik kedua Simposium Nasional Tenaga
Kependidikan Dasar dan Menengah (2018); (3) Medali Emas Lomba Penelitian
Tindakan Sekolah (2017).
Kontak person: 08122755405

GERAKAN KANTIN KELAS BERBASIS KARAKTER

Jeni S Kumisi
Kepala SD Negeri 44 Hulontalangi, Kota Gorontalon Provinsi Gorontalo
Email : jenisk24@gmail.com

Tujuan Pendidikan Nasional menjadikan peserta didik manusia yang


beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, sehingga menjadi warga negara yang memiliki sikap demokratis
serta bertanggung jawab. Peran tersebut dinahkodai oleh lembaga pendidikan
disebut sekolah.
Sekolah telah berupaya melakukan berbagai karya inovasi bukan saja
pada mengembangkan kompetensi bidang akademik, tetapi juga pada
pembinaan akhlak telah mendapat perhatian. Tentunya hal ini sangat signifikan

70
dengan peran seorang pemimpin dan Guru. Sebagai Pendidik mampu memiliki
kesadaran terhadap tugas dan kewajiban untuk mendidik.
Kepala sekolah dan Guru mempunyai peran penting dalam membentuk
dasar-dasar masa depan yakni membangun manusia seutuhnya manusia yang
beriman, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, disiplin, percaya diri,
bermoral, bertanggungjawab dan memiliki nurani kebangsaan yang kuat.
Menelaah hal tersebut, sangat dituntut peran kepala sekolah dan guru
dalam tugasnya menumbuhkan karakter peserta didik. Berbagai strategi dan
inovasi telah dilakukan, namun kenyataan yang terjadi peserta didik belum
begitu menerapkan nilai prilaku akhlak yang diharapkan. Hasil pengamatan di
SDN No. 44 Hulontalangi menunjukan beberapa temuan yaitu; (1) Kepedulian
lingkungan sekolah masih rendah, (2) pada saat program membaca riang terlihat
minat baca kurang dan sikap dan prilaku terhadap guru yang kurang sopan, (3)
Peserta didik dan Guru selalu kehilangan di kelas, (4) peserta didik tidak berani
tampil didepan teman teman, (5) masih terlihat sebagian peserta didik yang
membuang sampah sembarangan, (6) masih terdapat peserta didik tidak
mengerjakan tugas.
Berdasarkan beberapa temuan masalah yang berhasil diidentifikasi
tersebut, penulis tergerak untuk membuat karya/inovasi baru melalui program
kegiatan yang kreatif yang dapat membangun karakter dan Literasi peserta didik
yaitu “ Gerakan Kantin Kelas Berbasis Karakter (G. KKBK)”. Gerakan KKBK adalah
akronim dari gerakan kantin kelas berbasis karakter. Gerakan KKBK merupakan
penanaman karakter yang perlu diterapkan sebagai upaya prepentif bagi
generasi muda untuk mengembangkan karakter dalam dirinya kearah yang lebih
baik.
Program ini diharapkan sekolah dapat memberikan pendidikan
keberanian, kejujuran, berilmu, tanggung jawab dan Literasi terhadap peserta
didik. Pelaksanaan Gerakan KKBK di SDN No.44 Hulontalangi berjalan sukses
dengan dukungan bersama dari warga sekolah. Program ini pada faktanya tidak
menambah beban kerja bagi sekolah maupun bagi guru. Dengan adanya
program ini justru menguntungkan guru untuk implementasi penanaman
karakter dan mendidik akhlak peserta didik. Sebab, sebagai pendidik tugas guru
tidak sekedar melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas, tetapi turut
bertanggung jawab dalam membina kepribadian peserta didik.
Gerakan KKBK sangat diharapkan memberikan manfaat secara teoritis
dan praktis sebagai berikut; 1) secara teoretis diharapkan best practice Gerakan
Kantin Kelas Berbasis Karakter menjadi acuan ilmiah untuk menerapkan
pendidikan karakter di sekolah; 2) secara praktis best practice ini diharapkan

71
bermanfaat bagi; a) bagi guru; melalui program Gerakan Kantin Kelas Berbasis
Karakter diharapkan dapat meningkatkan pula tingkat profesionalitas guru
dalam kegiatan mendidik sehingga menunjang karirnya dan meningkatkan
kompetensinya, b) bagi Kepala Sekolah; menjadi wujud tindakan riil sehingga
dapat memecahkan masalah tentang pelaksanaan nilai-nilai karkater di sekolah;
c) bagi Sekolah; diharapkan berguna bagi kegiatan pendidikan dan mampu
membina akhlak dan melatih keberanian, kejujuran, berilmu, tanggung jawab
dan
Literasi peserta didik di sekolah.

Karakter yang Dikembangkan a. Sikap Berani


Prasetyo (2015: 1) mengemukakan bahwa keberanian memiliki arti
mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi bahaya, kesulitan, dsb; tidak takut (gentar, kecut) dalam
mempertahankan kebenaran. Disisi lain, Irons (2003: 12) mengemukakan bahwa
keberanian adalah suatu tindakan memperjuangkan sesuatu yang dianggap
penting dan mampu menghadapi segala sesuatu yang dapat menghalanginya
karena percaya kebenarannya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, disimpulkan berani
mempunyai arti hati yang teguh serta kemampuan yang besar dalam
menghadapi bahaya atau kesulitan serta mampu berperilaku bijaksana dan
sanggup menguatkan mimpi-mimpi tanpa dibayangbayangi oleh rasa takut. b.
Sikap Jujur
Kesuma, dkk (2012: 16) mendefinisikan jujur merupakan keputusan
seorang untuk mengungkapkan perasaannya, kata-katanya atau perbuatannya
bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau meniru
orang lain untuk keuntungan dirinya. Sementara itu, Maksudin (2013: 13-15)
memandang bahwa jujur suatu sikap yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap dirinya ataupun pihak lain.
Berdasarkan kedua pendapat btersebut, disimpulkan jujur artinya
perilaku manusia yang lurus hati tidak berbohong (misalnya dengan berkata apa
adanya); tidak curang (misalnya dalam permainan, dengan mengikuti aturan
yang berlaku) tulus; ikhlas berbudi mulia dan tentunya beriman.
c. Berilmu
Muzzam (2013: 3) mengemukakan bahwa ilmu adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
72
(pengetahuan) itu. Sejalan dengan yang dikemukakan Enstein “ilmu tanpa
agama adalah buta” sedangkan “agama tanpa ilmu adalah lumpuh”.
Berdasarkan uraian pendapat tersebut disimpulkan Ilmu adalah
kemampuan seseorang dalam memahami konsep pengetahuan yang diperoleh
dengan sebenarbenarnya dan sesuai menurut kaidah-kaidah yang telah
ditemukan.

d. Tanggung jawab
Tanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah, keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. Anonimus (2017: 2) mengemukakan
bahwa Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab itu
bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian hidup manusia, bahwa setiap
manusia dibebani dengan tanggung jawab.
Berdasarkan uraian pendapat tersebut disimpulkan tanggung jawab
adalah sikap dan perbuatan individu baik yang nampak maupun yang tidak
nampak dan siap menanggung segala dampak dari perbuatannya tersebut. e.
Literasi
Menurut Sulzby (1986)
https://www.dosenpendidikan.com/pengertian literasi-menurut-para ahli-
tujuan-manfaat-jenisprinsip/. Literasi adalah kemampuan berbahasa yang
dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi (membaca, berbicara, menyimak,
dan menulis) dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika
didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan menulis dan
membaca. Sedangkan Graff (2006) https://
www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-literasiadalah.html arti literasi adalah
suatu kemampuan dalam diri seseorang untuk menulis dan membaca dan
mengkomunikasikan.
Berdasarkan uraian pendapat tersebut, disimpulkan bahwa Literasi
adalah kemampuan dalam membaca, menulis, menyimak, dan berhitung
sehingga dapat mengkomunikasikan pengetahuan dan ketrampilan secara
efektif kepada orang lain.

Gerakan KKBK
Gerakan KKBK adalah kegiatan yang menyediakan keperluan mendesak
peserta didik berupa alat tulis menulis, minuman dan makanan kecil, Gerakan
KKBK tidak ada yang berlaku sebagai penjual dan tidak dijaga maupun diawasi.
Alat tulis menulis dan minuman atau makanan diletakkan pada rak yang sudah
73
disediakan di kelas masing-masing, selain itu juga tersersedia kotak uang serta
buku jujur dan polpen jujur, kotak uang berguna untuk meletakkan pembayaran
dari peserta didik yang membutuhkan alat tulis, minuman atau makanan. Jika
ada kembaliannya, peserta didik mengambil dan menukar uang kembaliannya
dari kotak jujur tersebut.
Sementara buku jujur dan polpen jujur digunakan peserta didik untuk
menuliskan nama barang yang peserta didik butuhkan beserta harganya.
Kesadaran peseta didik dituntut untuk melakukan transaksi/jual beli dengan
membayar dan mengambil uang kembaliannya, tidak harus dijaga oleh Guru dan
peserta didik lainnya dan dilanjutkan dengan kemampuan peserta didik
menceritakan dan mengkomunuikasikan kepada temantemannya
pengalamannya menjadi penanggung jawab Gerakan KKBK. Motto yang
dikembangkan pada Gerakan KKBK adalah Allah Melihat Malaikat Mencatat.
Tujuan utama adalah mengukur keberanian, kejujuran, berilmu,
bertanggungjawab dan literasi peseta didik sehingga dengan pengalaman
tersebut peserta didik diharapkan menjadi warga masyarakat yang jujur
kedepannya. Gerakan KKBK adalah bentuk program kegiatan sekolah
menerapkan karakter yang ditanamkan sejak dini. Untuk itu dengan berbagai
upaya kita terus menumbuh kembangkan karakter peserta didik dan warga
sekolah demi mencapai tujuan pendidikan nasional menciptakan generasi
bangsa yang berilmu dan berahlak mulia.
Kondisi awal karakter peserta didik di SDN No. 44 Hulontalangi masih perlu
dioptimalkan seperti karakter berani, jujur, berilmu, tanggung jawab, dan lain-
lainnya masih belum berkembang dengan baik. Selain itu peserta didik belum
terbiasa dengan literasi sehingga pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta
didik masih rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh tentang hasil belajar peserta didik,
nampak bahwa setiap semester terdapat peserta didik yang tidak tuntas pada
Aspek Pengetahuan utamanya pada aspek sikap dan aspek ketrampilan. Berikut
adalah data observasi hasil belajar peserta didik pada semester genap tahun
pelajaran 2016/2017.

Tabel 1. Data Hasil Belajar Peserta Didik (Aspek


Pengetahun) SDN 44 Hulontalangi
No Kelas Tuntas Tidak Tuntas Jumlah
1 I 78% 22% 100%
2 II 82% 18% 100%

74
3 III 80% 20% 100%
4 IV 76% 24% 100%
5 V 82% 18% 100%
6 VI 84% 16% 100%

Tabel 2. Data Sebagian Karakter Peserta Didik ( Aspek


Sikap) SDN 44 Hulontalangi
No Kelas Berani Jujur Tanggung jawab

1 I 35% 78% 54%


2 II 30% 75% 58%
3 III 35% 72% 55%
4 IV 42% 65% 50%
5 V 54% 68% 50%
6 VI 56% 64% 55%

Tabel 3. Data Sebagian Karakter Peserta Didik ( Aspek


Ketrampilan ) SDN 44 Hulontalangi
No Kelas Berilmu Literasi
1 I 54% 35%
2 II 68% 30%
3 III 65% 35%
4 IV 70% 42%
5 V 70% 54%
6 VI 68% 56%

Berdasarkan table 1, 2 dan 3 dapat dikemukakan bahwa hasil belajar


dan karakter peserta didik masih harus dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan
nyata dalam pelaksanaan pembelajaran.

Pelaksanaan Gerakan KKBK


Ilustrasi ketika peserta didik membutuhkan satu jenis barang, peserta
didik meletakan uangnya dikotak uang dan jika ada uang kembalian peserta
didik dapat mengambil sendiri sisa uang tersebut. Lalu mencatat apa yang dia
beli.

75
Gambar 1. Kotak Uang, Buku Jujur, Polpen Jujur

Gerakan KKBK tersedia di depan kelas masing masing. Gerakan KKBK


menggunakan konsep terbuka. Mereka meletakkan beragam barang kebutuhan
mendesak peserta didik dirak lemari yang sudah disediakan di depan kelas dan
barang-barang disusun dengan rapi. Peserta didik dapat mengambil kebutuhan
yang dibutuhkan dan meletakkan uang sesuai dengan harga yang tercatat pada
barang tersebut. Peserta didik dapat memilih barang yang dibutuhkan.

Gambar 2. Gerakan KKBK

76
Gambar 3. Definisi Gerakan KKBK

Gerakan KKBK adalah program karakter dan literasi yang diarahkan ke


sekolah. Pada dasarnya Gerakan KKBK arahnya ke peserta didik bukan hanya
karakter akhlak, moral, dan budi pekerti yang ditanamkan, tetapi kemampuan
Literasi juga yang dikembangkan, Gerakan KKBK juga dilengkapi dengan Motto
yang sengaja dicetak dalam bentuk pengumuman atau berupa poster,
spanduk dan media pendukung lainnya.
Selanjutnya secara operasional teknik yang digunakan dalam
pelaksanaan Gerakan KKBK diuraikan sebagai berikut:
https://www.youtube.com
/watch?v=pOwF8c8YESI&t=102s

1. Peserta didik yang ingin memenuhi kebutuhannya di kelas dapat


mengambil sendiri
Gerakan Gerakan

barang yang KKBK KKBK

dibutuhkan.
Umumnya barang yang
tersedia adalah barang
kebutuhan peserta
didik yang mendesak
dalam proses
pembelajaran.

2. Selanjutnya peserta didik


memilih dan

77
menentukan barang yang dibutuhkan serta menuliskan barang
tersebut pada buku
jujur

Gambar 5. Pengembangan Karakter Tanggung Jawab dan Jujur

3. Langkah selanjutnya
peserta didik membayar
harga barang sesuai
dengan harga yang
tertera pada barang

Gambar 6.Pengembangan Karakter Jujur

tersebut dan meletakan uang


tersebut kedalam kotak uang dan
mengambil sendiri uang
kembaliannya.

4. Setiap hari secara bergilir peserta didik diberi tugas menjadi


penanggung jawab pada gerakan ini dari mengatur barang hingga
menghitung jumlah barang dan uang setelah pulang sekolah.

Gambar 7. Pengembangan Karakter Tanggung Jawab dan Literasi

5. Pada besok harinya peserta didik yang


menjadi penanggung jawab
melaporkan/menceritakan di depan kelas

78
kepada temanteman tentang pengalamannya menjadi penanggung
jawab Gerakan KKBK
Gambar 8. Pengembangan Karakter Berani dan Literasi

6. Kegiatan ini oleh guru diintegrasikan kesemua mata pelajaran


penguatan utamanyan pada Bahasa Indonesia dan Matematika
yang ada hubungan dengan standar kompetensi/ kompetensi
dasar/ Materi pembelajaran (
Berilmu)
Gambar 9. Pengembangan Karakter pada Keilmuan

Hasil yang diperoleh dan manfaat yang dirasakan oleh warga sekolah
dalam pelaksanaan Gerakan KKBK diantaranya; 1) dengan adanya Gerakan
KKBK dapat membantu ketersedian setiap keperluan peserta didik, contohnya
apabila ada peserta didik yang tidak memiliki polpen tidak perlu lagi jauh-jauh
pergi kekantin karena telah tersedia di kelas, 2) penerapan Gerakan KKBK
melatih peserta didik berprilaku jujur, melatih untuk taat dan patuh terhadap
norma, tata tertib dan ketentuan yang berlaku baik di sekolah maupun di
masyarakat, 3) selain itu juga dapat membantu peserta didik dalam belajar
mengelola keuangan kelas dan mengomunikasikan (literasi) pengalaman
menjadi penanggungjawab dalam gerakan ini, 4) pembantu guru menanamkan
karakter peserta didik dan membantu dalam proses pembelajaran karena
dapat diintegrasikan pada semua mata pelajaran dan penguatannya lebih pada
Bahasa Indonesia dan Matematika yang berkesesuaian dengan materi, 5)
peserta didik terlatih untuk jujur dan bertanggungjawab dalam setiap tindakan
sehingga terbentuk sikap Tanggung jawab pada kepedulian lingkungan dan
berprilaku jujur di sekolah, 6) peserta didik semakin termotivasi keberaniannya
79
seperti menjadi imam dalam sholat dhuha, 7) peserta didik semakin hebat
dalam berinteraksi dengan stakeholder sehingga berhasil meraih predikat
sekolah sehat, 8) peserta semakin kreatif dalam mengelola wirausaha dengan
bimbingan guru dan orang tua sehingga berhasil mendaur ulang bahan bekas
menjadi sebuah kerajinan bernilai tinggi, 9) telah menghasilkan peserta didik
yang tidak lagi bermasalah karena kontrol yang rutin dilakukan oleh pihak
sekolah dengan pihak orang tua peserta didik, 10) melatih Guru dan peserta
didik berwirausaha.
Dampak pelaksanaan Gerakan KKBK di SDN Nomor 44 Hulondhalangi
adalah memberikan nilai-nilai penting sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah; 1) mengembangkan kemampuan dalam kepemimpinan
terutama dalam pelaksanaan inovasi-inovasi pada bidang pendidikan; 2)
meningkatkan integritas kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan
dan pengembangan pendidikan berbasis karakter
2. Guru; 1) memotivasi guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya dalam
pelaksanaan pembelajaran; 2) memudahkan guru dalam pembinaan dan
pengembangan karakter peserta didik di lingkungan sekolah; 3)
meningkatkan kerjasama guru dalam pelaksanaan pembelajaran; 4)
memberikan pembelajaran bagi guru tentang pentingnya pengembangan
karakter peserta didik melalui kegiatan nyata
3. Peserta Didik; 1) gerakan kantin kelas berbasis karakter ini telah dapat
mengembangkan karakter siswa pada aspek: berperilaku berani, jujur,
berilmu, tanggung jawab dan literasi.
Gerakan KKBK di SDN Nomor 44 Hulondalangi Kota Gorontalo telah
berhasil dilaksanakan dan memberikan banyak manfaat kepada komunitas
sekolah. Direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1) Dinas Pendidikan Kota
Gorontalo dapat mengadopsi gerakan KKBK untuk diterapkan secara local di
seluruh satuan pendidikan di Kota Gorontalo yang penerapannya bukan hanya
untuk peserta didik tapi untuk guru dan komunitas lainnya di sekolah, 2) Kepala
Sekolah seyogyanya secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dalam
memimpin satuan pendidikan, karena keberhasilan pendidikan tergantung dari
keberhasilannya mengembangkan inovasi-inovasi dalam pengelolaan sekolah.
Gerakan KKBK ini dapat dikembangkan pada aspek-aspek tertentu dengan
melihat kelemahan-kelemahan pelaksanaannya, 3) guru seyogyanya
meningkatkan kerjasama dalam mengembangkan Gerakan KKBK, karena
gerakan ini telah terbukti meningkatkan karakter perserta didik dalam proses
pembelajaran, 4) peserta didik seyogyanya mentaati peraturan sekolah dan
berusaha memanfaatkan gerakan KKBK yang dilaksanakan oleh sekolah dalam

80
melatih dan mengembangkan karakternya dalam pelaksanaan proses
pembelajaran di sekolah.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menulis karya kreatif, semoga bermanfaat untuk kemajuan
pendidikan di Indonesia.

Daftar Pustaka
Anonimus. 2017. Kumpulan teori skripsi. http://kumpulan-teori-
skripsi.
blogspot.com/2017/11/teori-tanggung-jawab.html
Sulzby (1986)
https://www.dosenpendidikan.com/pengertianliterasi-menurut-para-
ahli-tujuan-manfaat-jenisprinsip/
Graff (2006).
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-
literasi-adalah. html
Irons, Peter. 2003. Keberanian Mereka yang Berpendirian. Bandung: Angkasa
Kesuma Dharma. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta. Pustaka Pel
Muzzam. 2013. Makalah Hakikat Ilmu dan jenis-jenisnya https://muzzam.
wordpress.com/2013/09/28/makalah-hakikatilmu/
Prasetyo Eko. 2015. Hakikat tentang seorang Pemberani https://www.
kompasiana.com/prasetyo_pirates/5535ba9f6ea8
341a2cda430c/hakiat-tentang-pemberani

81
Tentang Penulis:
Jeni S Kumisi, M.Pd, dilahirkan di B o n e p a n t a i
padatanggal12Agustus1971.
Pendidikan Sekolah Dasar
ditamatkan di SDN 1 Taludaa pada tahun 1985.
Melanjutkan pendidikan menengah pertama di
SMP Taludaa, tamat tahun 1987. Setelah itu
melanjutkan di SPG
Negeri 1 Gorontalo, tamat tahun 1990. Pada
tahun 1991 melanjutkan studi D2 PGSD di Ikip
Manado, tamat tahun 1994. Pada tahun 2007
melanjutkan S1 di Universitas Terbuka Gorontalo,
Tamat tahun 2009. Selanjutnya menyelesaikan studi S2 Manajemen Pendidikan
di Universitas Negeri
Gorontalo tamat pada tahun 2015. Kontak Person
081244100095

82
OPTIMALISASI LORONG KELAS MENJADI LORONG
LITERASI

Walisa Tri Agustiningsih


Kepala SD Negari Tugu Utara 19 Jakarta Utara
Email : walisa3a@gmail.com

Pentingnya Optimalisasi Sarana dan Prasarana


Sekolah
Literasi adalah salah satu kemampuan penting dan utama bagi peserta
didik. Pentingnya literasi pada abad ke-21 sekarang bagi peserta didik di sekolah
terlihat dari dukungan pemerintah dengan mulai diwujudkannya Gerakan
Literasi Sekolah (GLS). GLS di Sekolah Dasar (SD) dilaksanakan secara bertahap
dengan mempertimbangkan kesiapan masing-masing sekolah. Kesiapan ini
mencakup kesiapan kapasitas fisik sekolah dalam hal ini sarana dan prasarana
yang tersedia (ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana literasi), kesiapan
warga sekolah (peserta didik, tenaga guru atau pendidik, orang tua dan
komponen masyarakat lain), dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi
publik, dukungan kelembagaan dan kebijakan yang relevan). (Sambodo. 2019:
20). Sarana dan prasarana yang tersedia dan mendukung sangat berpengaruh
pada keterlaksanaan program sekolah.
Berbicara mengenai literasi dalam konteks GLS adalah kemampuan
untuk mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui
berbagai kegiatan, termasuk membaca, melihat, mendengarkan, menulis, dan

83
atau berbicara. Berdasarkan kebijakan atau peraturan Undang-undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan tertuang dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 tahun 2015 tentang
tumbuhnya karakter di mana implikasi gerakan literasi yang harus dilaksanakan
di setiap sekolah disebut dengan gerakan literasi sekolah. (Faizah. 2016: iii).
Gerakan Literasi Sekolah memperkuat gerakan pengembangan karakter yang
sekarang dikenal sebagai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Berbicara tentang masalah utama dan situasi dalam kepemimpinan
yang penulis hadapi saat ini di sekolah, salah satunya adalah kemampuan
peserta didik dalam hal membaca. Setidaknya meningkatkan minat baca anak-
anak, yang belum didukung oleh program sekolah dan juga oleh orang tua di
rumah. Sehingga tingkat keaksaraan atau literasi baca tulis peserta didik sangat
kurang. Penulis mengimplementasikan isu atau masalah yang dihadapi
disekolah tersebut dalam bentuk Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu
untuk mengoptimalkan koridor kelas atau pengaturan koridor setiap lantai,
dimana lorong kelas yang sebelumnya berisi lemari guru yang berantakan
sehingga dapat digunakan menjadi lorong literasi yang berfungsi sebagai
tempat menunggu siswa yang paralel (siswa kelas 1 dan 2) yaitu siswa yang
menunggu shift jam belajar selanjutnya untuk masuk ke kelas, mereka bisa
menunggu sambil membaca buku di koridor atau lorong literasi. Hal ini terkait
erat dengan peningkatan kemampuan membaca atau literasi siswa (Gerakan
Literasi Sekolah) dengan melakukan pembiasaan membaca di samping kegiatan
membaca 15 menit sebelum dimulainya waktu belajar.
Permasalahan yang paling utama di sekolah penulis di atas adalah
optimalisasi pemanfaatan lorong kelas menjadi lorong literasi yang berfungsi
maksimal dan mempunyai nilai kebermanfaatan yang tinggi untuk peserta didik
dan tentunya bagi bapak ibu guru. Kondisi tersebut menuntut kepala sekolah
untuk menerapkan prinsip kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi salah
satu ciri dari kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan dimana mampu
membawa atau membuat perubahan agar lebih bermanfaat dan pembelajaran
di sekolah menjadi bermanfaat. (Cahyono. dkk, 2019: 1).
Selain menjadi seorang pemimpin perubahan, kepala sekolah harus memiliki
jiwa dan sikap kewirausahaan selalu tidak puas dengan apa yang dicapainya
dalam mengembangkan, mengelola sekolah dan dapat mencapai keberhasilan
sekolah. (Suwithi. 2019: 2). Sehingga seorang pemimpin perubahan dalam hal
seorang kepala sekolah harus mampu berkreasi dan berinovasi tanpa henti,
karena dengan berkreasi dan berinovasilah semua peluang dapat diperolehnya.

84
Situasi dan permasalahan di sekolah berkaitan dengan kemampuan
membaca peserta didik yang rendah dan dibutuhkan sarana prasarana yang
optimal di sekolah guna mendukung GLS. Dari permasalahan tersebut maka
diperlukan solusi berupa optimalisasi lorong kelas menjadi lorong literasi
bertujuan sebagai ruang baca terbuka yang dapat meningkatkan pembiasaan
kemampuan membaca (literacy habit) peserta didik SDN Tugu Utara 19 Jakarta.
Sedangkan manfaat yang akan diperoleh adalah meningkatkan literasi dalam
hal minat dan kemampuan membaca peserta didik, penggunaan waktu luang
yang positif dan terjalin kelekatan emosi dan komunikasi antara peserta didik
dan guru SDN Tugu Utara 19 Jakarta.

Strategi Optimalisasi Lorong Kelas Menjadi Lorong Literasi


Gerakan Literasi Sekolah atau keterbacaan literasi sebagai
pembelajaran penting kompetensi di Abad 21 dan bagaimana menata fasilitas
dan infrastruktur sekolah sebagai bentuk implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah dalam bentuk pemanfaatan atau optimalisasi area membaca. Dalam
buku Panduan Pemanfaatan dan Pengembangan Sudut Baca Kelas dan Area
Baca Sekolah di SD dijelaskan bahwa setidaknya sekolah mampu
mengakomodasi ruang yang dapat diubah menjadi ruang baca yang tepat
untuk peserta didik di setiap sudut atau koridor kelas. (Kemdikbud. 2017: 19).
Berdasarkan fakta dan kebutuhan tersebut dibuatlah solusi
optimalisasi lorong kelas menjadi Lorong Literasi (Cognitive Corridor). Tujuan
dari program ini adalah mengoptimalisasi lorong kelas yang tidak berfungsi
optimal menjadi lorong literasi yang mempunyai fungsi untuk meningkatkan
pembiasaan membaca peserta didik di sekolah.
Sementara dalam jangka panjang, hasil yang diinginkan bukan hanya
memiliki kebiasaan membaca tetapi dapat meningkatkan minat peserta didik
dalam membaca. Peserta didik memiliki kesempatan untuk menggunakan waktu
luang secara lebih efektif dan lebih banyak interaksi antara guru dan peserta
didik. Kepala sekolah memungkinkan untuk mengoptimalkan penggunaan
lorong atau koridor sekolah menjadi area membaca. Dalam Buku Panduan
tentang Penggunaan dan Pengembangan Sudut Baca Kelas dan Area Baca
Sekolah untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar bahwa
pemahaman tentang Area Membaca Sekolah adalah suatu tempat atau area di
dalam sekolah atau di luar kelas yang diatur sedemikian rupa untuk
mengakomodasi kegiatan membaca menumbuhkan minat membaca peserta
didik.

85
Lorong literasi ini dibuat berdasarkan kondisi aktual koridor kelas di
sekolah yang sebelumnya dipenuhi dengan lemari guru yang berada di luar dan
sangat berantakan. Dengan mengoptimalkan penggunaan koridor atau lorong
menjadi lorong yang bermanfaat dan memiliki fungsi sebagai ruang tunggu
peserta didik sebelum jam belajar paralel dimulai, dan juga merupakan salah
satu cara dan upaya untuk mendorong kebiasaan membaca siswa.

Hasil dan Dampak


Hasil Lorong Literasi di sekolah terlihat dengan adanya perubahan awal
sebelum, proses dan setelah perubahan optimalisasi penggunaan lorong kelas
menjadi lorong literasi. Lorong literasi merupakan salah satu inovasi literasi yang
dikembangkan di SDN Tugu Utara 19 Jakarta.

Gambar 1a.Gambar Sebelum Lorong Literasi Gambar 1b.Gambar Proses Lorong Literasi

Pada gambar 1a dapat dilihat lorong kelas sebelum menjadi lorong baca
literasi, dimana hanya berisi lemari guru yang tidak digunakan. Sedangkan pada
gambar 1b adalah proses perubahan lorong kelas menjadi lorong baca literasi.
Dari tahapan membuat sketsa, merapihkan lorong dengan memindahkan
lemari-lemari guru yang sudah tidak digunakan dan menseting lorong kelas
menjadi lorong baca literasi yang ramah anak.

86
Gambar 1c. Gambar Proses Lorong Literasi

Pada gambar 1c adalah lorong kelas yang telah diubah menjadi lorong
baca literasi. Dari gambar sebelum-proses-sesudah memperlihatkan proses
pembuatan lorong kelas menjadi lorong literasi dimana terlihat adanya
perubahan dari lorong kelas yang berisi lemari-lemari guru yang tidak terpakai,
dilanjutkan pembuatan sketsa dan pengaturan serta penataan lorong menjadi
lorong baca literasi yang bermanfaat untuk kegiatan literasi peserta didik di SDN
Tugu Utara 19 Jakarta.
Setelah penataan lorong kelas menjadi lorong baca literasi selesai, maka
lorong baca literasi bisa digunakan untuk peserta didik dalam kegiatan literasi
bersama teman dan bapak ibu guru kelas. Berikut adalah aktivitas peserta didik
di lorong baca literasi. Aktivitas atau kegiatan yang dilakukan di lorong baca
literasi akan dijelaskan pada gambar di bawah ini.

87
Gambar 2a. Rak Buku Berisi Buku Cerita Anak di Lorong Literasi

Pada Gambar 2a terlihat gambar adanya penempatan rak buku yang


berisi buku cerita anak. Buku cerita anak disesuaikan dengan usia peserta didik
usia Sekolah Dasar.

Gambar 2b. Membaca Buku Bersama Gambar 2c. Menonton Film Anak Bersama

Berdasarkan gambar 2b dan 2c berupa aktifitas di lorong literasi, peserta didik


memanfaatkan lorong literasi untuk kegiatan literasi sebelum atau saat jam
istirahat berlangsung dengan membaca buku anak yang telah disediakan atau
menonton film pendidikan daan menonton film atau cerita anak dengan
bimbingan guru. Adapun aktifitas atau kegiatan di lorong literasi dapat dilihat di
:
Link video youtube:
https://www.youtube.com/watch?v=AQ9ZVO6Ji-U_
Kegiatan di Lorong Literasi kelas SDN Tugu Utara 19
Bukti transformasi atau perubahan dari lorong literasi ini adalah adanya
perubahan lorong kelas di sekolah yang berubah menjadi lorong literasi
(Cognitive Corridor), di mana bukti dari perubahan ini dapat dilihat langsung
pada hasil akhir atau keluaran yaitu : (1) Penataan koridor atau lorong kelas

88
yang sebelumnya berisi lemari guru yang tidak terpakai menjadi tempat baca
peserta didik, (2) Lorong literasi sebagai ruang tunggu dan ruang baca terbuka,
(3) Tersedianya buku cerita anak, dan (4) Menonton cerita anak bersama guru.
Hasil capaian yang diperoleh dari lorong literasi adalah sebagai
berikut : (1) Peningkatan minat peserta didik dalam membaca, (2) Kesempatan
peserta didik untuk menggunakan waktu luang lebih efektif dan lebih banyak
interaksi antara guru dan peserta didik. Hasil capaian kegiatan di lorong literasi
dapat dilihat di :
Link video youtube:
https://www.youtube.com/watch?v=R9sBx-nW1aM_ Lorong Literasi SDN Tugu
Utara 19
http://www.youtube.com/watch?v=NnI2HdBijOs _ Kegiatan Menonton Film
Cerita Rakyat Kelas I di Lorong
Literasi SDN Tugu Utara 19

Evaluasi dan Tindak Lanjut


Evaluasi dan tindak lanjut dalam bentuk laporan umpan balik, berupa
laporan bertahap dari awal - proses – tahap akhir. Evaluasi dan umpan balik ini
didapat dari guru dan tenaga kependidikan di SDN Tugu Utara 19. Evaluasi dan
umpan balik dalam bentuk kuesioner mengenai hasil dan implementasi lorong
literasi di sekolah. Serta saran dan masukan dari guru dan tenaga kependidikan
untuk kelanjutan proyek atau masukan untuk gagasan proyek lainnya di masa
depan. Adapun evaluasi tanggapan jawaban kuesioner guru dan tenaga
kependidikan dalam bentuk google form survey : http://gg.gg/KUESIONER-
LORONG-LITERASI
Hasil survei yang diberikan dalam bentuk kuesioner kepada guru dan
tenaga kependidikan sebanyak 26 orang. Adapun hasilnya adalah sebagai
berikut:

1. Apakah anda senang dengan adanya Cognitive


Corridor (Lorong Literasi) di Lantai 2 Sekolah
30

20

10 100 % 0%
0
Grafik Kuesioner Lorong Literasi
YA TIDAK

Grafik 1. Jawaban Kuesioner Nomor 1

89
Pertanyaan pertama adalah tentang keberadaan lorong literasi (Cognitive
Corridor) di sekolah. Guru dan tenaga kependidikan sebanyak 26 responden,
100% menjawab respon Ya dengan kata lain mereka senang dengan adanya
lorong literasi di sekolah.

2. Menjadikan lorong kelas yang tidak terpakai menjadi


Cognitive Corridor (Lorong Literasi) merupakan inovasi
dan kreatifitas Kepala Sekolah
30
20
10
100 % 0%
0
Grafik Kuesioner Lorong Literasi
YA TIDAK

Grafik 2. Jawaban Kuesioner Nomor 2

Pertanyaan ke-2 adalah pendapat guru dan tenaga kependidikan


tentang mengubah lorong kelas menjadi lorong literasi sebagai salah satu
inovasi atau kreatifitas
kepala sekolah. Sebanyak 26 guru dan tenaga kependidikan menjawab Ya
dengan persentase 100%. Bahwa mereka sangat puas tentang perubahan
koridor atau lorong kelas yang dahulu berisi lemari guru dan sangat berantakan
menjadi lorong literasi. Lorong literasi memiliki banyak manfaat, salah satunya
adalah sebagai ruang tunggu paralel untuk peserta didik (shift siang). Adanya
perubahan lorong kelas menjadi lorong literasi menjadi terlihat lebih bersih dan
rapi.

90
3. Guru danpesertadidik dapat memanfaatkanCognitive

di dalam kelas
30
20
80 ,8 %
10 19 ,2 %
0
Grafik Kuesioner Lorong Literasi
YA TIDAK
Grafik 3. Jawaban Kuesioner Nomor 3
Corri
dor (Lorong Literasi) untuk kegiatan literasi selain

Pertanyaan ke-3 adalah tentang pemanfaatan lorong literasi untuk


kegiatan literasi selain di dalam kelas. Hasil yang didapat adalah responden
menjawab Ya sebanyak 80,8% dan menjawab tidak 19,2%. Lokasi lorong literasi
berada di lantai 2 jadi peserta didik kelas 6 dan sebagian kelas 5 yang kelasnya
berada di lantai 3 belum bisa maksimal menggunakan atau berkunjung ke
lorong literasi yang berada di lantai 2 sekolah. Selain itu karena peserta didik
kelas 6 sudah padat jadwal pembelajaran sampai dengan siang hari, ini yang
menjadikan kurang partisipasinya peserta didik kelas 6 di lorong literasi sekolah
lantai 2.

4. Apakah menginginkan inovasi literasi berikutnya selain


Cognitive Corridor (Lorong Literasi)
30
100 %
25
20
15
10
5
0%
0
Grafik Kuesioner Lorong Literasi
YA TIDAK

Grafik 4. Jawaban Kuesioner Nomor 4

91
Pertanyaan ke-4 adalah berupa saran dan umpan balik tinjauan
keseluruhan tentang lorong literasi sekolah berikutnya. Apakah menginginkan
inovasi literasi berikutnya atau tidak. Untuk jawaban semua responden
menjawab 100% dengan Ya. Maka dapat disimpulkan bahwa guru dan tenaga
kependidikan menginginkan adanya inovasi berikutnya setelah lorong literasi
yang berfungsi juga sebagai sarana literasi untuk melakukan kegiatan literasi di
luar kelas. Inovasi yang mendukung kegiatan literasi di sekolah dan dapat
menumbuhkan minat baca peserta didik. di SDN Tugu Utara 19 Jakarta.
Survei dalam bentuk kuesioner yang telah diberikan oleh guru dan
tenaga kependidikan dalam bentuk isian google form di buatkan rekapan hasil.
Adapun hasil rekapitulasi dari evaluasi yang diberikan berupa kuesioner
kepada guru dan tenaga kependidikan SDN Tugu Utara 19 berkenaan dengan
adanya Lorong Literasi di sekolah dapat dilihat dalam grafik di bawah ini :

Grafik Hasil Kuesioner tentang Cognitive Corridor


120
(Lorong Literasi) SDN Tugu Utara
10 19 10 10
10 0 0 8 ,8 0
08 0
06
04
1 ,2
02
0 0 9 0
00
1. Apakah anda senang 2. Menjadikan ruang lorong3. Guru dan peserta didik 4. Apakah Menginginkan
adanya Cognitive Corridoryang
dengan tidak terpakai optimalmemanfaatkan
kelas dapat Cognitive literasi berikutnya disekolah,
inovasi
Literasi) di lantai 2
( Lorong Cognitive Corridor
menjadi (Lorong Literasi) Untuk selain
Corridor Cognitive Corridor
sekolah Literasi)
( Lorong merupakan salah literasi
kegiatan selain di dalam (LorongLiterasi
inovasi dan kreativitas
satu kelas )
kepala sekola
h

MENJAWAB MENJAWAB
YA TIDAK

Grafik 5. Grafik Rekapitulasi Hasil Kuesioner Lorong Literasi

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan dalam


bentuk optimalisasi lorong kelas menjadi lorong literasi ini merupakan sebuah
tantangan. Ketika harus memilih prioritas perubahan yang harus segera
ditindaklanjuti di sekolah. Membuat strategi yang pasti untuk
mengimplementasikan program lorong literasi yang akan berjalan di sekolah.
Sehingga pada kegiatan inti awal penulis mengkhususkan diri membentuk tim
inti literasi sekolah dan mengikutsertakan dewan guru dan tenaga kependidikan

92
di SDN Tugu Utara 19 Jakarta. Peran wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan
kesiswaan pun turut ikut serta membantu dan melaksanakan program ini.
Pemilihan program lorong literasi ini membutuhkan pemikiran yang
panjang. Program ini harus didukung oleh guru dan tenaga kependidikan serta
mudah dilaksanakan dan pemanfaatan atau nilai penggunaan untuk guru dan
peserta didik harus terlihat dan bermanfaat. Pilihan fokus program ini terkait
dengan gerakan literasi sekolah yang sangat dianjurkan oleh pemerintah.
Gerakan literasi juga merupakan komponen yang mendukung penguatan
pendidikan karakter peserta didik, termasuk kegiatan membaca buku di
sekolah. Didukung oleh sebuah ruangan yang terdapat banyak lemari guru
ditempatkan di luar ruang kelas atau lebih tepatnya di setiap koridor atau
lorong kelas. Sehingga membuat koridor atau lorong terlihat sangat berantakan
dan tidak nyaman.
Pelaksanaan program lorong literasi berjalan dengan lancar meskipun
masih dibutuhkan banyak buku cerita khusus untuk anak sekolah dasar yang
akan diletakkan di lorong literasi dan tempat atau lorong yang kurang luas juga
menjadi kendala. Diperlukan kegiatan yang dimodifikasi atau jika waktu
memungkinkan peserta didik bias menonton film atau cerita anak-anak dengan
guru kelas mereka sambil menunggu giliran mereka ke kelas sore hari.
Penulis menyadari bahwa ketika mengimplementasikan lorong literasi
ini banyak tantangan dan kendala. Namun penulis selalu menerima masukan
serta saran positif kearah kebaikan atau perubahan dari semua dewan guru dan
tenaga kependidikan. Membutuhkan kerja sama dan kerja tim, berbagi
pengalaman dan keterampilan yang positif dan efisien dengan tujuan yang
sama tentunya mampu meningkatkan keterampilan literasi peserta didik di
tingkat pendidikan dasar.
Keterampilan yang dibutuhkan peserta didik sekolah dasar awal adalah
literasi yang mengembangkan minat membaca sehingga dapat bersaing di abad
ke-21 dalam hal keterampilan komunikasi yang baik dengan siapa pun. Sebagai
pemimpin yang menjadi agen perubahan atau menjadi pemimpin pembelajar
yang inovatif dan kreatif. Semoga lorong literasi yang sudah ada di sekolah
kami dapat menginspirasi sekolah lain untuk dapat memanfaatkan lorong kelas
yang belum dioptimalkan dan berdaya guna.
Program lorong literasi sudah dilaksanakan dengan baik di sekolah. Saat
ini guru juga telah mulai memainkan peran aktif dalam kegiatan literasi baik di
kelas sebelum pembelajaran dimulai atau ketika peserta didik sedang menunggu
giliran kelas di lorong literasi. Mengubah lorong kelas menjadi lorong literasi
membawa suasana yang lebih baik untuk peserta didik dan guru. Peran aktif

93
guru terlihat dengan mulai mencari di internet dan mengunduh film atau cerita
anak-anak yang akan digunakan ketika menonton film bersama di lorong literasi.
Rencana ke depan untuk kelanjutan program lorong literasi di sekolah
adalah membuat lorong literasi berikutnya di lantai 3 untuk siswa di kelas 4,
kelas 5 dan kelas 6, membuat taman baca di halaman sekolah, mengundang
orang tua dan komite sekolah untuk memainkan peran aktif dalam mendukung
kegiatan literasi sekolah dengan mengadakan sumbangan atau donasi buku
literasi yang menyumbangkan buku cerita anak-anak yang layak sesuai dengan
usia anak-anak sekolah dasa. Serta menyebarkan virus keaksaraan melalui
lorong literasiyang bermakna di setiap sekolah dimulai dengan sekolah terdekat
atau wilayah gugus, mengundang pendongeng anak ke sekolah sesuai jadwal,
melakukan tur dan kunjungan literasi (kegiatan rutin bulanan siswa secara
bergiliran per kelas mengunjungi perpustakaan sekolah terdekat dengan
bimbingan guru kelas mereka), dan program satu cerita satu kelas, dimana
setiap guru kelas memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta didik kelas
1 sampai dengan kelas 6 di SDN Tugu Utara 19 Jakarta untuk mulai mencoba
membuat cerita pendek baik fiksi dan non-fiksi yang akan digabungkan menjadi
satu buku.
Akhirnya penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menulis artikel praktik baik (best practice)
di sekolah berupa lorong literasi. Semoga bermanfaat untuk kemajuan
pendidikan di tanah air. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Daftar Pustaka
Cahyono, Yuli, dkk. 2019. Kepemimpinan Perubahan (MPPKS-PIM) (Modul
Pelatihan Kepala Sekolah), Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Faizah, Dewi Utama,dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017.
Panduan Pemanfaatan dan Pengembangan Sudut Baca Kelas dan Area
Baca Sekolah Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Dasar. Jakarta:
94
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sambodo, Djoko.2019. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah (MPPKS-
SAR) (Modul Pelatihan Penguatan Kepala Sekolah), Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Suwithi, Ni Wayan. 2019. Pengembangan Kewirausahaan (MPPKS-KWU)
(Modul Pelatihan Penguatan Kepala Sekolah), Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Tentang Penulis:
Walisa Tri Agustiningsih, M.Pd, dilahirkan di
Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1981. Pendidikan Sekolah
Dasar ditamatkan di SDN Cakung Timur 04 Pagi Jakarta Timur pada tahun 1993.
Kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama
di SMPN 262 Jakarta Timur, tamat tahun 1996. Setelah itu melanjutkan
pendidikan menengah atas di SMUN 89 Jakarta Timur, tamat tahun 1999. Pada
tahun yang sama melanjutkan studi S1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jakarta, tamat tahun 2004. Selanjutnya
menyelesaikan studi S2 Magister Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana UNJ
Jakarta pada tahun 2015. Penulis saat ini bertugas sebagai Kepala Sekolah di SDN
Tugu Utara 19 Jakarta Provinsi DKI Jakarta dari tahun 2016 sampai dengan
sekarang. Penulis merupakan Juara I Kepala Sekolah Dasar Berprestasi tingkat
Provinsi DKI Jakarta tahun 2019, dan saat ini bergabung dengan Tim Penulis BKG
Erlangga membuat karya buku pelajaran “Hello Jakarta” Muatan Lokal (Mulok)
Bahasa Inggris untuk jenjang SD kelas 5. Penulis adalah Instruktur Kota Kurikulum
2013 dari 2014 sampai dengan sekarang. Di tahun 2018 penulis meraih juara I
Lomba Presentasi Literasi Tingkat Provinsi DKI Jakarta dan menjadi salah satu
perwakilan Kepala SD Negeri di Provinsi DKI Jakarta mendapatkan beasiswa
Shortcourse CESL (Certificate In Educational

95
Studies In Leadership) kerjasama UNJ-Jakarta, The Head Foundation-Singapura
dan The University of Queensland-Australia dengan sistem pembelajaran
Blended-Learning selama 6 bulan. Telpon: 082111601171
walisa3a@gmail.com

PELAKSANAAN TAHFIDZ AL QURAN MELALUI


PROGRAM
SUPERCAMP

Alfian
SD Negeri 28 Peusangan, Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh Email :
alfianalehba83@gmail.com

Tahfidz Al Quran
Tahfidz Al-Qur’an adalah suatu prooses untuk memelihara, menjaga dan
melestarikan kemurnian AlQur’an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw diluar
kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari
kelupaan baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya dengan hafalan.
Generasi muda dan pelajar adalah bagian dari anggota masyarakat yang akan
menjadi pemimpin dimasa depan, serta pelaku pembangunan
pada masa yang akan datang. Peranan sekolah dalam menciptakan generasi
terbaik sangat berpengaruh, karena lembaga sekolah dan
guru berfungsi mengarahkan, membimbing dan membina potensi dasar yang ada
pada manusia.
Dalam Islam, profil guru diantaranya penghafal Al Quran dan hadits,
berkepribadian islam, faqih fiddin, menguasai keterampilan dan IPTEK,
berakhlak mulia, ahli ibadah, memahami tumbuh kembang anak,
berjiwa pendidik dan menjadi teladan. Baca tulis Al Quran dan Tahfidz
menjadi beberapa cara untuk menguatkan karakter peserta didik dan
melahirkan generasi unggul yang qurani. Dalam salah satu hadistnya
rasulullah pernah bersabda bahwa “Sebaik-baik kalian adalah orang
yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Selain

96
itu, hadist tersebut juga menegaskan keutamaan Al Quran yang harus
dipelajari dengan berbagai pendekatan, dibaca hingga dihafalkan,
kemudian diamalkan. Pembelajan Al Quran melalui tahfid menjadi salah
satu indicator perbaikan karakter siswa dalam dunia pendidikan.

Pelaksanaan Tahfidz Al Quran


Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan
mutu Sumber Daya Manusia (SDM) menuju era globalisasi yang penuh dengan
tantangan, sehingga disadari bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang
sangat fundamental bagi setiap individu. Oleh karena itu, kegiatan pen-didikan
tidak dapat diabaikan begitu saja, terutama dalam era persaingan industri 4.0
yang semakin ketat, tajam, berat pada zaman milenial ini.Disamping
kemampuan kognitif, kemampuan afektif atau karakter juga merupakan hal
yang lebih penting.Pendidikan karakter bukan hal baru dalam tradisi pendidikan
di Indonesia. Beberapa pendidik Indonesia modern yang kita kenal seperti
soekarno telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai
pembentuk kepribadian dan identitas bangsa yang bertujuan
menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter.
Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin mencerminkan tanggung
jawab kepala sekolah untuk menggerakkan seluruh Sumber Daya Manusia
(SDM) yang ada di sekolah, sehingga lahir etos kerja dan produktivitas yang
tinggi dalam mencapai tujuan salah satunya adalah pembentukan karakter
siswa. Fungsi kepemimpinan ini amat penting sebab disamping sebagai
penggerak juga berperan untuk melakukan kontrol segala aktifitas guru (dalam
rangka meningkatkan professional mengajar), staf dan Peserta didik dan
sekaligus untuk meneliti persoalan-persoalan yang timbul dilingkungan sekolah.
Untuk menjalankan tugasnya tersebut, seorang kepala sekolah wajib
memiliki 5 (lima) kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Berkaitandengan kompetensi
kewirausahaan sebagaimana yang termuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
Menurut Mutohar (2013: 354) seorang kepala sekolah yang berjiwa
kewirausahaan adalah mereka yang memiliki keberanian, berjiwa kepahlawanan
dan mengembangkan cara-cara kerja yang mandiri.
Suyanto dan Abbas (20014: 169) juga menjelaskan kompetensi
kewirausahaan dalam lembaga pendidikan mengandung dua pengertian dan
penerapan, yaitu: 1) upaya menerapkan nilai-nilai kewirausahaan dalam

97
mengelola lembaga pendidikan; 2) memanfaatkan potensi yang dimiliki/dapat
diupayakan oleh suatu lembaga pendidikan.
Visi SD Negeri 28 Peusangan adalah Terwujudnya sekolah unggul dalam
prestasi berbasis IPTEK, berlandaskan IMTAQ, berakhlak Mulia, Qurani, dan
peduli terhadap lingkungan. Pada visi Qurani, artinya bagaimana sekolah bisa
melahirkan generasi qurani, Sekolah menjalankan program tahfidz dimana
program tahfidz Al Quran ini dapat menjadi program unggulan sekolah. Hasil
observasi dan wawancara dengan guru agama agama, selama ini program
tahfidz tidak berjalan karena rendahnya minat siswa dalam menghafal . karena
mayoritas anak anak lebih senang bermain di dari pada belajar dengan formal
sehingga perlu adanya program inovatif sekolah, Kompetensi kewirausahaan
yang dimiliki seorang kepala sekolah akan sangat menentukan kegiatan inovasi
sekolah yang dipimpinnya dalam rangka pengembangan sekolah, dan
peningkatan mutu sekolah. Terlebih saat kepala sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan lainnya diajak untuk memperhatikan perubahan yang terjadi pada
sekolah, kian terpacu untuk mengeksplorasi kewirausahaan sekolah, yang dapat
dimanfaatkan Peserta didik untuk memiliki kemampuan/kompetensi yang
memadai. Belajar membaca dan menghafal Al Quran yang menyenangkan tidak
mudah dilakukan. Perlu berbagai cara agar program belajar Al Quran tidak
tersendat apalagi putus ditengah jalan. Melalui Program Supercamp ini adalah
upaya Peningkatan motivasi Peserta didik dan peningkatan hasilkelulusan
peserta Tahfidz.Kegiatan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut.
Bagi Sekolah. Sebagai bahan pertimbangan menyusun program sekolah dan
mementukan metode yang tepat dalam pengembangan peserta didik.Bagi
Kepala Sekolah. kepala sekolah dapat dijadikan acuan untuk mengetahui
bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi
kewirausahaan di sekolah.Bagi Guru. Sebagai bahan informasi perencanaan,
pelaksanaan program Tahfidz melalui Program Quranic Supercamp di
sekolah.Bagi Peserta Didik. Peningkatan minat dan Kemampuan Peserta didik
Tahfidz melalui Program Quranic Supercamp dapat menjadi alternatif dalam
meningkatkan lulusan Pesertadidik tahfidz di sekolah.

Dinas Pendidikan. Kepada Dinas Pendidikan dapat menjadikan program inovasi


ini sebagai acuan untuk melakukan pelatihan Tahfidz bagi sekolah.

Pengertian Kepala Sekolah


Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tentang

98
Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah pada Bab I pasal 1 bahwa kepala
sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin dan
mengelola satuan pendidikan yang meliputi taman Kanak-Kanak (TK), taman
kanak-kanak luar biasa (TKLB), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), atau Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) atau sekolah
Indonesia di Luar Negeri.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kepala sekolah adalah jabatan pimpinan, yaitu tenaga fungsional guru
yang diberi tugas dan tanggung jawab serta mempunyai ke-mampuan untuk
memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat
didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.Kepala sekolah
dalam periode tertentu biasanya 4 (empat) tahun memiliki kekuasaan yang lebih
besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan
sekolah. Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki kepala sekolah dalam
pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis antara lain
dengan melibatkan semua pihak, khususnya guru dan orang tua
murid,membentuk tim kecil di tingkat sekolah yang diberi kewenangan untuk
mengambil keputusan yang relevan dengan tugasnya. Dan menjalin kerjasama
dengan organisasi di luar sekolah.

Peran Kepala sekolah


Peran kepala sekolah adalah mengelola penyelenggaraan kegiatan
pendidikan dan pembelajaran di sekolah.Kepala sekolah sebagai pemimpin di
bidang pendidikan haruslah mengetahui dan memahami serta mengaplikasikan
fungsi dan tugasnya dengan baik.Secara lebih operasional tugas pokok kepala
sekolah mencakup kegiatan menggali dan mendayagunakan seluruh sumber
daya sekolah secara terpadu dalam kerangka pencapaian tujuan sekolah.Jika
seorang kepala sekolah mengetahui secara jelas tugas pokok dan fungsinya,
maka seterusnya juga harus mampu mengembangkan konsep pelaksanaan
tugas tersebut secara baik, agar dinamika tugas yang dilakukan berlangsung
secara variatif dan didasarkan pada situasi dan kondisinya.
Kepala sekolah sebagai penentu kebijakan di sekolah harus
memfungsikan perannya secara maksimal dan mampu memimpin sekolah
dengan bijak dan terarah serta mengarah kepada pencapaian tujuan yang
maksimal demi meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di sekolahnya yang
99
tentu saja akan berimbas pada kualitas lulusan anak didik, sehingga dapat
membanggakan dan mencapai masa depan yang cerah.
Sebagaimana yang dikatakan mantan Mendiknas Bambang Sudibyo, bahwa
kualitas Peserta didik lulusan suatu sekolah ditentukan oleh mutu proses
pengajaran maupun pengelolaan sekolah secarakeseluruhan
(Trianto, 2008: 35-36).
Sejumlah pakar sepakat bahwa kepala sekolah harus mampu
melaksanakan pekerjaannya sesuai kebutuhan masyarakat dan perkembangan
zaman sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor serta mampu
berperan sebagai leader, inovatordan motivatordi sekolahnya, yang disingkat
EMASLIM. Dan berkembang menjadi EMASLIM karena kepala sekolah juga
sebagai pejabat formal.

Kompetensi Kepala Sekolah


Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu:
Kompetensi memiliki jiwa kepemimpinan karena hubungan antara mutu
kepemimpinan kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah
seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal
Peserta didik sangat erat sekali. Disamping 5 (lima) kompetensi yaitu:
Kompetensi Kepribadian, managerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Wacana menciptakan inovasidi sekolah tidak terlepas dari peran
kompetensi kewirausahaan kepala sekolah tersebut. Kompetensi kewirausahaan
yang dimiliki seorang kepala sekolah akan sangat menentukan kegiatan inovasi
sekolah yang dipimpinnya dalam rangka pengembangan sekolah, dan
peningkatan mutu sekolah. Terlebih saat kepala sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan lainnya diajak untuk memperhatikan perubahan yang terjadi pada
sekolah, kian terpacu untuk mengeksplorasi kewirausahaan sekolah, yang dapat
dimanfaatkan Peserta didik untuk memiliki kemampuan/kompetensi yang
memadai.
Menurut Mulyasa, (20014: 38), yang dimaksud dengan kompetensi
adalah penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi
yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal itu menunjukkan bahwa
kompetensi mencakup tugas, ketrampilan sikap dan apresiasi yang harus dimiliki
kepala sekolah, untuk dapat melaksanakan tugas sesuai dengan jenis pekerjaan
tertentu termasuk menciptakan inovasi-inovasi dan program-program untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

100
Program Supercamp
Belajar membaca dan menghafal Al Quran yang menyenangkan tidak
mudah dilakukan. Perlu berbagai cara agar program belajar Al Quran tidak
tersendat apalagi putus ditengah jalan. Program Supercamp adalah kegiatan
untuk membantu para anak-anak untuk senantiasa memuliakan Al Quran dalam
kegiatan membaca, menghafal dan mempelajari Al Quran dengan
menyenangkan di alam terbuka.Dengan metode yang tidak boleh memaksa
anak, kecuali dengan alasan misalnya watak anak ‘pemalas’.
Depoter dan Hernacki (2010:6) mengatakan " Sejumlah besar dari mereka
mengikuti jejak sukses pertama mereka dengan pengalaman mereka di
Supercamp”. Bobbi De Porter Mike Henarcki juga yang pertama kali
mengenalkan model pendidikan Quantum secara terprogram dengan nama
Supercamp yaitu sebuah program pembelajaran dan pelatihan bagi Peserta didik
agar kecerdasannya bertambah dua kali lipat dari sebelumnya. Supercamp
menggabungkan Neuro
Linguistik Programming(NLP), sugestologi, accelerated learning (teori
pemercepatan belajar), dan beberapa metode yang diciptakan sendiri oleh
Bobbi DePorter. Melalui Supercamp peserta didik lebih leluasa
memanifestasikan subyektifitasnya di perkemahan yang sangat jarang
ditemukan dalam praktik pendidikan konvensional dalam kelas di sekolah.
Jika di dalam kelas subyektifitas peserta didik tertekan oleh otoritas guru, maka
di alam, guru dan peserta didik dapat dengan leluasa menciptakan hubungan
yang lebih akrab satu sama lain. Dari hubungan yang akrab ini lebih lanjut terjadi
hubungan emosional yang mendalam antara guru dengan peserta didiknya.
Dalam kondisi seperti ini, subyektifitas peserta didik dengan sendirinya akan
mengalir dalam diskusi dengan guru di mana telah tercipta suasana belajar yang
kondusif.
Kurikulum di supercamp adalah kombinasi dari berbagai unsur yang di
kembangkan dari suatu falsafah belajar dapat dan harus menyenangkan. Artinya
yang mendasari kurikulum ini adalah falsafah belajar efektif dan belajar
menyenangkan, dengan kata lain bahwa proses belajar adalah seumur hidup
yang dapat dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil.

Biasanya penerapan metode yang banyak di gunakan dalam supercamp


adalah penggunaan model Quantum learning. Oleh karena itu dalam
menerapkan model quantum learning pada program supercamp, games dan
diskusi serta lingkungan belajar harus betulbetul ditata sedemikian rupa agar
membuat peserta supercamp menjadi senang mengikuti semua materi yang

101
disampaikan. Karena pada dasarnya proses pembelajar di supercamp itu adalah
usaha untuk membuat belajar menjadi menyenangkan, baik oleh pembelajar
maupun terhadap pebelajar, maka semua. Selain itu, supercamp juga baik untuk
merangsang kecerdasan natural (naturalist intelligence) anak.Sebab,
membiarkan anak berada di ruang terbuka dan alam bebas dapat mendorong
anak mengetahui banyak informasi dan pengetahuan tentang bentuk-bentuk
alam yang ada di sekitarnya.

Gambar 1. Kegiatan Tahfidz Supercamp

Berdasarkan evaluasi Kemampuan peserta didik dalam program tahfidz yang


rendah sehingga perlu merancang program inovasi untuk meningkatkan kinerja
guru dan kemampuan Peserta didik dan itu merupakan salah satu peran seorang
kepala sekolah.Program awal sekolah mereka akan diwisuda pada tahun depan
namun jumlah hafalan mereka sangat rendah Tahapan yang dilakukan adalah
berkolaborasi bersama semua guru serta komite sekolah mengadakan rencana
tindakan yang akan dilakukan. Tindakan itu berupa menyusun program yang

102
sesuai dengan visi dan misi sekolah. Kegiatan ini dimulai dengan merumuskan
rancangan tindakan untuk mewujudkan sekolah berkarakter yaitu dengan
kegiatan sebagai berikut.
1. Menetapkan jadual Kegiatan.
2. Mengkaji dan menganalisis permasalahan yang terjadi di sekolah.
3. Kepala Sekolah menentukan agenda/ jadual rapat dengan guru dan komite
Sekolah untuk membahas program inovasi yang akan di kembangkan di
sekolah.
4. Menyusun rancangan tindakan berupa program inovasi kepala sekolah
dalam meningkatkan kemampuan tahfidzpeserta didik di SD Negeri 28
Peusangan.
5. Kepala sekolah, komite bersama Guru merancang tahapan program
Quantum learning model Supercamp.
6. Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi awal
warga sekolah ketika pelaksanaan program. Lembar pengamatan ini
digunakan untuk mengetahui apakah rencana yang disusun sudah sesuai
dan tepat.
7. Menentukan dan menghubungi mitra kerja yang sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan kegiatan.
8. Memberdayakan dan menyiapkan guru non PNS menjadi guru hafidz.
9. Merekrut siswa-siswi peserta hafidz
10. Menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan
11. Kegiatan Kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal yaitu pada semester ganjil
tahun ajaran 2017/2018 dan 2018/2019 pada semester genap , dimulai
awal bulan januari 2018 sampai dengan akhir bulan Desember 2018.
12. Tim Diberi pemahaman tentang tahapan program quranic supercamp
13. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jam pulang sekolah selama 3 jam pada hari
Sabtu pada 6 bulan pertama semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Pada
6 bulan berikut nya tahun ajaran 2018/2019 pada semester genap kegiatan
ini dilaksanakan pada hari sabtu jam 15.00 Wib sampai dengan hari minggu
jam 12.00 wib dengan pola siswa bermalam di sekolah.
14. Peserta tahfidz dalam program ini sebanyak 30 siswa.
15. Memantau kegiatan Peserta didik dalam menghafal dan menyetor ayat .
16. Melaksanakan rancangan program inovasi yang telah disusun dan
disepakati oleh seluruh pihak sekolah.
17. Kepala Sekolahmelakukan melakukan monev sesuai dengan instrumen
observasi yang telah disusun.
18. Menetukan petugas piket kegiatan.
103
Gambar 2. Siswa Bersama Pembimbing Berpose.

Hal-hal yang dinilai dalam penulisan ini yaitu sejauh mana pelaksanaan program
tahfidz di SD Negeri 28 Peusangan telah dilaksanakan. Penilaian dilakukan
dengan inisiatif, objektif dan sistematis. Dalam kegiatan ini penulis mencatat
semua indikator dari hasil pengamatan proses pelaksanaan program tahfid
melalui model supercamp. Keseluruhan hasil pengamatan direkam dalam
bentuk lembar pengamatan.

Gambar 3. Pengarahan Kegiatan Supercamp oleh Kepala Sekolah.

104
Berdasarkan perencanaan dan proses pelaksanaan program kewirausahaan
dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah program
tahfidz di SD Negeri 28 Peusangan, maka hasil yang dicapai adalah sebagai
berikut.
1. Rencana pelaksanaan Tahfidz melalui Program Supercamp di SD Negeri 28
Peusangan disusun dalam bentukprogram inovasi kepala sekolah yang
terukur dan dapat dicapai.
2. Pelaksanaan program Tahfidz melalui Program Supercamp di SD Negeri 28
Peusangan berjalan dengan lancar dan sistematis sesuai dengan
perencanaan.
3. Hasil dari program inovasi kepala sekolah dalam meningkatkan minat
Peserta didik Tahfidz melalui Program Supercamp di SD Negeri 28
Peusangan sudah mampu meningkatkan kemampuan dengan lulusnya
96,7% Peserta didik.

Gambar 4. Kegiatan Tahfidz pada malam hari

Program dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan


sekolah program tahfidz melalui model quranic supercamp di SD Negeri 28
Peusangan telah dilaksanakan.
1. Kegiatan merencanakan berkaitan dengan menetapkan tujuan dan strategi
untuk mencapai tujuan. Yaitu menetapkan jadual Kegiatan, mengkaji dan
menganalisis permasalahan yang terjadi di sekolah, Kepala Sekolah
menentukan agenda/ jadwal rapat dengan guru, orang tua Peserta didik dan
komite Sekolah untuk membahas program inovasi yang akan di kembangkan
di sekolah, Menyusun rancangan tindakan berupa program inovasi kepala
sekolah dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
105
sekolah program tahfidz melalui program supercamp di SD Negeri 28
Peusangan. Program Supercamp di SD Negeri 28 Peusangan disusun dalam
bentukprogram inovasi kepala sekolah yang terukur dan dapat dicapai.
2. Berdasarkan tahapan perencanaan dan proses pelaksanaan serta evaluasi
program tahfidz melalui model quranic supercamp di SD Negeri 28
Peusangan dapat meningkatkan lulusan hafidz, Pelaksanaan program Tahfidz
melalui Program Quranic Supercamp di SD Negeri 28 Peusangan berjalan
dengan lancar dan sistematis sesuai dengan perencanaan.
3. Hasil dari program inovasi kepala sekolah dalam meningkatkan Peningkatan
Kemampuan Peserta didik Tahfidz melalui Program Supercamp di SD Negeri
28 Peusangan sudah mampu meningkatkan kemampuan dengan lulusnya
96,7% Peserta didik. Sudah tercapai program dengan lulusnya, hanya 1 orang
yang belum tuntas.

Gambar 5. Wisuda Peserta Tahfidz Al Quran Angkatan Pertama

DAFTAR PUSTAKA
Depotter dan Hernacki. 2010 Quantum learning membiasakan belajar nyaman
dan menyenangkan. Bandung : Mizan.
Mulyasa. 2014.Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam konteks
menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Tirtanto. 2013. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

106
Tentang Penulis :
Alfian, M.Pd dilahir di Bireuen Pendidikan
Sekolah dasar di tamatkan di MIN Krueng Baroe
Mesjid Pada tahun 1989,
Kemudian melanjutkanpendidikan menengah
pertama di MTsS Ulumuddin, Tamat tahun
1998, Setelah itu melanjutkan pendidikan
menengahnatas di
SMA Negeri 2 Peusangan,tamat
tahun 2001, Tahun yang sama melanjutkan studi D-
II PGSD di Universitas Syish Kuala (Unsyiah) Banda
Aceh
Tamat tahun 2004. Tahun 2006 melanjutkan lagi studi

107
S-1 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh,
tamat tahun 2010, Selanjutnya menyelesaikan S2 Administrasi Pendidikan
Pasca Sarjana Unsyiah pada tahun 2016. Kontak Person 085223432341.

TIM KEWIRAUSAHAAN MENDUKUNG PEMBIAYAAN


SEKOLAH di SDN BUBUTAN IV

Sastro
Kepala SDN Bubutan IV Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur
Email:sastros729@gmail.com

108
Pentingnya Tim Kewirausahaan
Menurut letak geografisnya, seharusnya Sekolah Dasar Negeri Bubutan
IV Surabaya memiliki banyak prestasi baik akademik maupun non akademik,
karena di dukung oleh lokasi yang berada di pusat kota, akses transportasi yang
cukup mudah, dekat dengan pertokoan, fasilitas umum, pusat perbelanjaan,
toko buku, stasiun dan komunikasi yang mudah, serta sarana yang menunjang
dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai sumber belajar dan menunjang
kegiatan sekolah. Tetapi prestasi sekolah mengalami penurunan sangat drastis
utamanya dalam kurun waktu tahun 2012 sampai dengan 2016, hampir tidak
ada prestasi baik akademik maupun non akademik yang diperoleh.
Minimnya prestasi tidak terlepas dari sumber daya manusia dan sumber
pembiayaan. Sebuah lembaga pendidikan yang sukses tidak terlepas dari
sokongan biaya pendidikan yang tinggi, karena pada hakikatnya mutu
pendidikan akan berbanding lurus dengan biaya pendidikan yang dikeluarkan,
semakin tinggi dan mahal biaya pendidikan yang digunakan dan dikeluarkan
maka semakin baik pula layanan pendidikan tersebut dan mampu menghasilkan
lulusan-lulusan yang bermutu dengan hasil belajar yang tinggi. Sepertinya akan
sulit merealisasikan mutu pendidikan apabila tidak didukung oleh biaya
pendidikan yang tinggi pula.
Di sekolah ini sumber dana pendidikan berasal dari Bantuan Opersional
Sekolah Pusat dan Bantuan Operasional Daerah. Jika dibandingkan dengan
kegiatan-kegiatan yang menjadi target sekolah maka tidak imbang, sehingga
perlu dibutuhkan pencarian dana dari sumber lain. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk peningkatan sumber dana sekolah adalah : (1) membentuk
paguyuban kelas, (2) Program donatur bagi orang tua yang mampu,(3) forum
ikatan alumni,(4) program Tim Kewirausahaan,(5) kemitraan dengan lembaga
peduli pendidikan. Menurut Suparyanto (2013: 5) berpendapat bahwa
wirausahawan merupakan orang yang dinamis senantiasa mencari peluang, dan
memanfaatkannya untuk menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai tambah.
Disisi lain juga Kasmir (2006: 21) mendefinisikan kewirausahaan sebagai
kemampuan dalam menciptakan memerlukan adanya kreativitas dan inovasi
yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda.
Dari beberapa upaya yang telah dilakukan, upaya yang paling berhasil
dilaksanakan dan sampai tahun 2019 ini masih dilaksanakan dan merupakan
program unggulan di Sekolah adalah program pembentukan tim
Kewirausahaan.Tim ini didampingi oleh guru pendamping yang diberi tugas dan
dibekali dengan ketrampilan kewirausahaan. Tim

109
kewirausahaan tersebut lebih lanjut dikenal dengan Tim Kewirausahaan SDN
Bubutan IV.
Program ini dilaksanakan sesuai dengan anak Usia Sekolah Dasar secara umum
karakteristik usia sekolah dasar masih senang bermain, senang bekerja dalam
kelompok, senang bergerak dan melaksanakan sesuatu secara langsung Faris
Nur Khulafa (2017). Program Tim Kewirausahaan ini dilaksanakan dengan cara
pembentukan tim Tim Kewirausahaan dibimbing guru dan narasumber. Tim
Kewirausahaan terdiri dari divisi-divisi. Sebelum tim melakukan kegiatan Tim
Kewirausahaan diadakan pelatihan oleh narasumber. Materi pelatihan
disesuaikan dengan bidang divisi proyek yang akan dilaksankan dalam
usahanya. Ada tujuh divisi dalam menjalankan program tersebut yaitu: 1) divisi
takakura, 2) komposter, 3) biopori, 4) hidroponik, 5) pengolahan sampah, 6)
makanan dan minuman, serta 7) hemat energi.
Manfaat yang diperoleh dengan adanya program Tim
Kewirausahaan antara lain:
Bagi siswa
a. Menumbuhkan minat dan skill siswa dalam bidang kewirausahaan
b. Siwa memiliki keterampilan dasar kewirausahaan sebagai
bekal kemandirian untuk kehidupan kelak.
Bagi guru
a. Memberikan kebebasan guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis
lingkungan.
c. Memotivasi guru dalam mengembangkan
Pendidikan Karakter.
d. Mendorong guru untuk menerapkan keterampilan mengajar
yang diharapkan pada abad 21.
Bagi Sekolah
a. Mendukung pembiayaan kegiatan sekolah.
b. Sekolah lebih diminati masyarakat karena program yang bermanfaat.
c. Meningkatkan image masyarakat terhadap sekolah karena program
kewirausahan belum banyak dilakukan di Sekolah Dasar.

Prosedur dalam Pemecahan Masalah dari Tim


Kewirausahaan
Dalam pemecahan masalah dari program Tim Kewirausahaan ini disusun
melalui tiga tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi,
seperti
digambar dalam kerangka berpikir sebagai berikut
110
1. Pembiayaan Kegiatan
Sekolah Belum
Tercukupi Tim
2. Pembiayaan kegiatan Kewirausahaan
sekolah belum
mencukupi

Perencanaan Pelaksanaan

1. Workshop / 1. Dibimbing oleh mengundang pakar/narasumber


narasumber 2. Pemilihan kader
2. Pembentukan Tim 3. Pembimbingan
3. Penyusunan 4. Praktek kantin
sekolah
program 5. Pembiayaan
4. Sosialisasi

Evaluasi

Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Program Tim Kewirausahaan

Pada tahap perencanaan terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan.


Pertama, pembentukan tim siswa dan guru dengan forum diskusi dewan guru.
Sehingga untuk mengembangkan kewirausahaan dibutuhkan sebuah Motivasi,
111
kenali peluang, perencanaan dan operasional hingga perencanaan strategi untuk
dapat mengembangkan Kewirausahaan siswa ( Suharyadi, 2007). Kedua,
penyusunan program paguyuban dilaksanakan melalui forum diskusi antara
kepala sekolah, guru, komite dan paguyuban sekolah. Ketiga, sosialisasi.
Program yang telah tersusun disosialisasikan melalui berbagai sosial media
seperti instagram, facebook, web sekolah, buletin dan radio sekolah. Program
kewirausahaan yang telah tersusun diharapkan dapat memberikan dampak
positif kepada seluruh warga sekolah. Tahap yang kedua adalah pelaksanaan,
kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini ada empat tahap yaitu pemilihan
kader, pembimbingan, praktek kewirausahaan, dan monitoring. Pada tahap
pemilihan kader dilakukuan dengan cara diskusi dewan guru. Dari 319 siswa
pada tahun 2018/2019 kader lingkungan yang terpilih sebanyak 15% yang terdiri
dari kelas IV dan V. Tahap yang kedua adalah pembimbingan. Pembimbingan
dilaksanakan langsung oleh guru penangunggjawab setiap Pokja dalam
kewirausahaan. Pokja yang dimaksud seperti pengolahan produk-produk yaitu
pengolahan sibilu. Di Sekolah Dasar Negeri Bubutan IV terdapat program
unggulan sibilu. Sibilu yaitu sirup belimbing wuluh. Selain sibilu Tim
Kewirausahaan juga mempunyai program unggulan Stilla, Stilla yaitu stick lidah
buaya.
Setelah adanya pembimbingan langkah selanjutnya adalah Praktek
Kewirausahaan. Praktek Kewirasusahaan di sini siswa dibimbing langsung oleh
guru penanggung jawab untuk membuat produk unggulan yang ada di sekolah.
Siswa oleh guru pendamping dikenalkan dengan bahan-bahan sampai menjadi
produk unggulan. Produk unggulan ini pada akhirnya akan dipromosikan oleh
tim Tim
Kewirausahaan. Dengan adanya praktek langsung 100% siswa yang tergabung
dalam tim Tim Kewirausahaan diharapkan memiliki jiwa kerwirausahaan, dan
dapat memasarkan produk dengan baik.
Langkah selanjutnya adalah monitoring. Monitoring ini
dilakukan agar kekurangan dari tahap sebelumnya dapat segera
diketahui dan dapat dilakukan tindakan perbaikan, sehingga
mengurangi resiko yang lebih besar. Guru pembimbing melakukan pengamatan
secara langsung tiap perkembangan kegiatan Tim Kewirausahaan sesuai dengan
program yang telah disusun.
Pada tahap akhir program dilaksanakan evaluasi. Evaluasi dilaksanakan
melalui forum diskusi dewan guru berdasarkan catatan pengamatan,
dokumentasi prestasi, dan kendala-kendala yang dihadapi selama proses

112
berlangsung. Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan untuk menentukan
rencana tindak lanjut.

Proses Kegiatan dari Tim Kewirausahaan


Tahapan awal program Tim Kewirausahaan yaitu diadakannya workshop
dan pendampingan dari Tunas Hijau pada bulan Februari tahun 2017dan 2018.
Di dalam pelatihan tersebut diikuti oleh guru dan siswa yang diajarkan cara
pengolahan sampah dan pelestarian lingkungan. Setelah itu pihak sekolah
ditantang untuk mengembangkan kegiatan tersebut. Namun karena
keterbatasan dana untuk mendukung kegiatan tersebut, maka tim Tim
Kewirausahaan berupaya mencari solusi agar tetap terlaksana sesuai dengan
program yang telah dibuat.

Gambar 2. Promosi Proyek Tim Kewirausahaan

Kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan produk oleh tim Tim


Kewirausahaan Sekolah Dasar Negeri Bubutan IV kemudian dipasarkan pada
saat grebeg pasar ke pasar tradisional, pameran dan bazar yang dilakukan baik
di luar maupun di dalam sekolah. Dengan adanya pemasaran tersebut maka Tim
Kewirausahaan SDN Bubutan IV mendapatkan income. Sekolah meberikan
reward bagi tim yang menghasilkan produk paling banyak dengan pemasaran
dan penjualan terbaik.

113
Gambar 3. Panen Hidroponik

Setelah adanya pembinaan dari guru pembimbing Tim


Kewirausahaan SDN Bubutan IV dapat diketahui Keterampilan dasar
kewirausahaan siswa SDN Bubutan tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Keterampilan Dasar Kewirausahaan


siswa SDN Bubutan IV 2017

10% 11%

16%
28%

34%

Takakura
Komposter
Biopori
Pengolahan sampah
Makanan dan minuman

Diagram 1. Ketrampilan Dasar Kewirausahaan Siswa SDN Bubutan IV


Tahun 2017

114
Keterampilan Dasar Kewirausahaan
siswa SDN Bubutan IV 2018

12% 10%

15% 20%

12%
24%
19%

Takakura Komposter
Biopori Hidroponik
Pengolahan sampah Makanan dan minuman
Hemat energi

Diagram 2. Ketrampilan Dasar Kewirausahaan Siswa SDN Bubutan IV


Tahun 2018

Diagram 1 dan Diagram 2 di atas menunjukkan ada lima divisi di tahun


2017 berkembang menjadi tujuh di tahun 2018 yaitu divisi hidroponik, dan
hemat energi. Selain itu dapat kita ketahui hasil produk inovasi siswa semakin
meningkat pada tahun 2018. Peningkatan hasil ini berkisar 25%. Hal ini
dikarenakan keterampilan siswa untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan
semakin besar.

Gambar 4. Pembuatan Biopori Bersama Warga Sekitar

115
Kegiatan awal yang dilakukan tim Tim Kewirausahaan untuk mencari
modal awal kegiatan yaitu pengolahan sampah. Tim Tim Kewirausahaan
mengumpulkan koran bekas, botol bekas, dan minyak jelantah untuk dijual
kepada bank sampah yang kurang lebih sudah tiga tahun terjalin kerja sama
dengan Sekolah Dasar Negeri Bubutan IV. Dari hasil penjualan pengolahan
sampah tersebut didapatkan modal awal sebesar Rp.5.000.000,-. Kegiatan
kedua hasil penjualan sampah sebesar Rp.3.300.000,-. Divisi makanan dan
minuman memulai pembuatan produk sibilu (sirup belimbing wuluh), dan es
cincau. Dari penjualan ini, didapat tambahan hasil sebesar Rp.13.200.000,-.
Divisi kantin sehat mendapatan laba Rp. 28.600.000,- setiap tahunnya.

Gambar 5. Pemasaran hasil Tim Kewirausahaan

Dari keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan tim Tim Kewirausahaan


pada tahun 2017 telah berhasil mengumpulkan modal sebesar Rp 50.100.000,-.
Seluruh modal tersebut digunakan untuk: 1) pembelian alat untuk kegiatan
kewirausahaan, 2) perawatan sarpras, 3) pembiayaan kegiatan, 4) pemberian
jasa pada tukang kebersihan, dan 5) penambahan gizi siswa yang diberikan
setiap tiga bulan sekali. Modal yang digunakan untuk kegiatan ecopreneur di
atas digunakan untuk tahun 2017 dengan total pengeluaran Rp 23.565.000,-
dengan sisa modal Rp 26.534.000,- yang digunakan untuk melanjutkan kegiatan
ecopreneur pada tahun 2018.

116
Dari keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan tim Tim Kewirausahaan
pada tahun 2018 telah berhasil mengumpulkan hasil penjualan sebesar Rp
50.000.000,-. Seluruh hasil penjulan tersebut digunakan untuk: 1). pembelian
alat untuk kegiatan kewirausahaan ; 2). perawatan sarpras; 3). pembiayaan
kegiatan; 4). pemberian jasa pada tukang kebersihan; dan 5). penambahan gizi
siswa yang diberikan setiap tiga bulan sekali.
Hasil penjualan yang digunakan untuk kegiatan di atas digunakan untuk
tahun 2018 dengan total pengeluaran Rp 37.200.000,- dengan sisa hasil
penjualan Rp 39.334.000,- yang digunakan untuk melanjutkan kegiatan
kesiswaan yang mendukung dalam lomba prestasi akademik dan non
akademik.

Gambar 6. Talkshow Produk Unggulan


Hasil penjualan untuk kegiatan ecopreneur yang digunakan pada
tahun 2017 dengan total pengeluaran Rp 23.565.000,- dan hasil penjualan Rp
26.534.000,-. Sedangkan Modal yang digunakan untuk kegiatan ecopreneur
tahun 2018 dengan total pengeluaran Rp 37.200.000,- dan sisa modal Rp
39.334.000,-. Dari sisa modal tahun 2017 dan 2018 sebesar Rp
39.334.000,yang digunakan untuk mendukung kegiatan kesiswaan dalam
lomba akademi dan non akademik.
Hasil kegiatan yang dilakukan tim Tim Kewirausahaan dalam mendukung
pembiayaan
sekolah dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini
Tabel 1. Laporan Keuangan Program Tim Kewirausahaan tahun 2017 s/d 2018

117
No Kegiatan Pemasukan Pengeluaran Saldo Penanggung jawab

1 Olahan sampah Rp. - Rp. Nasrullah Intidhom


5.000.000,- 5.000.000,-
2 Penjualan sampah Rp. - Rp. Yohana Permana
3.300.000,- 8.300.000,-
3 Minuman sibilu Rp. - Rp. 14.900.000,- Suheni
6.600.000,-
4 Minuman cincau Rp. - RP. 21.500.000,- Krisni Putu Wiyanti
6.600.000,-
5 Laba kantin sehat Rp. - Rp. 50.100.000,- Siti Rahayu
28.600.000,-
6 Belanja Sarpras Rp. 2.765.000,- Rp. 47.334.000,- Mujiono
7 Perawatan Peralatan Rp. Rp. 45.334.000,- Sudjono
2.000.000,-
8 Lingkungan Rp. Rp. Rinda Kuswati
10.000.000,- 35.334.000.,-
9 Tukang Rp. 5.500.000,- Rp. 29.834.000,- Sri Wahyuni
Kebersihan
10 Tambahan gizi Siswa Rp. Rp. 26.534.000,- Diaharti
3.300.000,-
Sisa Pejualan Tim Tim Kewirausahaan Tahun 2017 Rp.
26.534.000,-

1 Saldo Pejualan Rp. Rp. 26.534.000,- Ayda Mukti


2017 26.534.000,-
2 Penjualan daur ulang Rp. Rp. 32.534.000,- Nasrullah Intidhom
6.000.000,-
3 Penjualan sampah Rp. Rp. 36.934.000,- Yohana Permana
4.400.000,-
4 Minuman sibilu Rp. Rp. 43.534.000,- Suheni
6.600.000,-
5 Minuman cincau Rp. Rp. 47.934.000,- Krisni Putu Wiyanti
4.400.000,-
6 Laba kantin sehat Rp. Rp. 76.534.000,- Siti Rahayu
28.600.000,-
7 Pembelian Sarpras Rp. Rp. 68.534.000,- Mujiono
8.000.000,-
8 Perawatan Peralatan Rp. Rp. 65.034.000,- Sudjono
3.500.000,-
9 Biaya Kegiatan Rp. 12.500.000,- Rp. 52.534.000,- Rinda Kuswati
10 Jasa Kebersihan Rp. Rp. 45.934.000,- Sri Wahyuni
6.600.000,-
11 Tambahan gizi Rp. Rp. 39.334.000,- Diaharti
Siswa 6.600.000,-
Sisa Hasil Penjulan Tahun 2018 Rp.
39.334.000,-

Dari hasil penjualan Tim Kewirausahaan tahun 2018 sebesar Rp.


39.334.000,- digunakan untuk membiayai lomba yang berhubungan dengan
akademik dan non akademik. Dana yang dibutuhkan untuk lomba akademik
dan non akadmik pada tahun 2018 sebesar Rp. 40.000.000,-. Sehingga dapat
dihitung prosentase hasil penjualan Tim Kewirausahaan yang dapat
digunakan untuk membiayai lomba di bidang kesiswaan sebesar 98%.

118
Dengan adanya pemasaran yang dilakukan oleh tim Tim
Kewirausahaan dan guru pembimbing melatih siswa untuk menumbuhkan
jiwa kewirausahaan. Selain itu kemandirian dan percaya diri siswa juga
meningkat. Sehingga hasil penjualan produk kewirausahaan dapat maksimal
untuk mendukung pembiayaan sekolah.

Dampak dari Kegiatan Tim Kewirausahaan


Program yang sudah tersusun oleh tim Tim Kewirausahaan telah
terbukti dapat membiayai kegiatan yang ada di Sekolah Dasar Negeri
Bubutan IV serta memberikan keterampilan dasar kewirausahaan siswa
Sekolah Dasar Negeri Bubutan IV. Dampak yang dihasilkan dari kegiatan
tersebut ada dua, yaitu: 1). dampak secara langsung untuk meningkatnya
sumber dana untuk pembiayaan sekolah, dan dampak secara tidak langsung
untuk meningkatkan brand sekolah menjadi lebih di kenal masyarakat.
Sumber dana dari program Tim Kewirausahaan dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan lingkungan hingga mencapai prestasi, seperti tabel
berikut:
Tabel 2. Penghargaan Prestasi Sekolah Tingkat Kota Surabaya
No Nama Kegiatan Tahun Tempat Prestasi yang Bukti fisik
diraih
1 Putri Lingkungan Hidup an. Anindya Kirana 2018 Dinas Runner Up I Piagam
Maheswari Pendidikan Surabaya penghargaan
dan
Piala

2 Pangeran Lingkungan 2018 Dinas Runner Up IV Piagam


Hidup, an. Galang Pendidikan Surabaya Penghargaan dan
SatriyoUtomo Piala
3 Lomba jingle “Kendalikan Sampah Plastik” 2018 Dinas Juara 2 Piagam
Pendidikan Surabaya Penghargaan dan
Piala
4 Honorable mention lomba yel-yel 2018 Dinas Peringkat ke 10 Piagam
“Kendalikan Sampah Plastik” Pendidikan Surabaya Penghargaan

5 Keluarga Zero Waste dalam tema 2018 Dinas penghargaan Piagam


Surabaya Eco School 2018 Pendidikan Surabaya Penghargaan dan
“Kendalikan Sampah Piala
Plastik”.An. Priyo Utomo
6 Honorable mention : Lomba 2018 Dinas Sekolah terbaik Piala
Hidroponik Tk SD se- Pendidikan Surabaya
Surabaya
7 Ecopreuner 2018 Dinas Juara 2 Piala dan
Pendidikan Surabaya Piagam
penghargaan
8 Surabaya Eco school 2017 “Zero 2017 Walikota Surabaya Sekolah Terbaik IV Piagam
Waste” Penghargaan
9 Kostum terunik dalam 2017 Walikota Surabaya Kostum Terunik Piagam
rangka bersih-bersih pantai kenjeran 2017 Penghargaan dan
Piala
10 Lomba Yel-yel Lingkungan 2017 Walikota Surabaya Juara V Piagam
Hidup Penghargaan
Surabaya Eco School

119
11 Penganugerahan Pangeran dan Putri 2017 Walikota Surabaya Kepala sekolah Piagam
Lingkungan terbaik Penghargaan
Hidup

DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada .
Khulafa. Faris Nur, Fahry Zatul Umami dan Ratna HapsariPutri2017.
Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah Dasar.
Semarang : Jurnal Jurusan PGSD.
Suharyadi, dkk 2007. Kewirausahaan Membangun Usaha Sukses Sejak Usia
Muda. Jakarta: Salemba Empat.
Suprayanto. 2013. Kewirausahaan (Konsep dan Realita pada Usaha Kecil).
Bandung :Alfabeta.
Tridhornanto. Al 2015. Jangan Katakan Bodoh! 3.Panduan Untuk Orang Tuadan
Guru. Jakarta : Bisakimia.
Yasar Iftida. 2010. From Zero to Hero (Rahasia Menciptakan
Pribadi Unggul di Pekerjaan dan Kehidupan). Jakarta :Gramedia.

Tentang Penulis
Sastro, M.Pd, dilahirkan di Lamongan pada tanggal 4
September 1969. Pendidikan Sekolah Dasar di
Tamatkan di SDN Glagah I Lamongan pada tahun
1982. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah
pertama di SMP PGRI 3 Glagah
Lamongan,tamat tahun 1985. Setelah itu
melanjutkan Sekolah
Pendidikan Guru Negeri Lamongan,
tamat tahun 1989. Pada tahun 1993
melanjutkan D-II PGSD di IKIP Surabaya tamat pada
tahun 1996, Pendidikan S1 Bahasa
Indonesia di Universitas Widya Dharma diselesaikan pada tahun
2005.Untuk memperoleh kualifikasi bidang Sekolah Dasar maka menempuh
120
kuliah di Universitas terbuka Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar lulus pada
tahun 2010, Selanjutnya menyelesaikan studi S2 Teknologi Pendidikan Pasca
Sarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya pada tahun 2012. Bekerja sebagai
guru di SDN Pasi I Glagah Lamongan tahun 1989 – 1993, pada tahun 1993-1999
mengajar di SD Hang Tuah II Surabaya, sebagai Guru PNS pada tahun 1999-2010
di SDN Gundih I Surabaya, pada tahun 2010-2012 di SDN Kandangan III Surabaya,
pada tahun 2012-2014 di SDN Kandangan I Surabaya. Bertugas sebagai Kepala
Sekolah di SD Negeri Babatan V Surabaya pada tahun 2014-2017 dan pada tahun
2017. Sekarang aktif bertugas sebagai Kepala SD Negeri di Bubutan IV kota
Surabaya.Peraih Juara II guru Berprestasi Tingkat Nasional Jenjang
SD tahun 2013,Penerima Penghargaan Satyalancana Pendidikan Presiden
2015, Peraih Juara II Kepala Sekolah SD Berprestasi Jenjang SD Tahun 2019 No
Hp :
085854141606

SEKOLAH SAHABAT KELUARGA DALAM


MENGEMBANGKAN SEKOLAH UNGGUL

Wahyuningsih Rahayu
Kepala SD Negeri Batursari 5 Demak Jawa Tengah Email: rahayning@gmail.com

Sekolah Sahabat Keluarga


Sekolah unggul menjadi dambaan masyarakat era sekarang ini. Sekolah
unggul jaman milenial ini apabila dapat mewujudkan warga sekolah yang
berkarakter Oh Darling (Orang Hebat Sadar Lingkungan) dan Ok Darsi (Orang
Keren Sadar Prestasi). Untuk menjadikan warga sekolah berkarakter Oh Darling
dan Ok Darsi perlu adanya kerja sama yang baik antara pihak sekolah, orang tua,
masyarakat, dan instansi terkait. Karakter Oh Darling dan Ok Darsi dapat
dikembangkan dengan memperdayakan keluarga yang menjadi bagian dari
sekolah tersebut. Pemberdayaan sekolah sahabat keluarga dalam berbagai
program sekolah akan menciptakan sekolah unggul yang membanggakan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan análisis penulis, warga SD Negeri
Batursari 5 dalam hal karakter Oh Darling masih perlu ditingkatkan. Peran serta

121
warga sekolah dalam pelestarian, pengelolaan, dan perlindungan lingkungan
masih belum maksimal. Perkembangan sekolah ramah lingkungan yang dilihat
dari aspek penghijauan, kebersihan, maupun tata kelola sampah masih berjalan
statis. Sampah plastik maupun sampah anorganik lainnya masih banyak
dijumpai di sekitar sekolah. Kepedulian warga sekolah masih kurang dalam
membuang sampah pada tempat sampah sesuai dengan kategori sampah
(organik, anorganik, dan pecah belah). Selain itu, kegiatan daur ulang sampah
juga belum dilakukan dengan maksimal.
Karakter Ok Darsi juga masih pada tataran yang minimalis. Kenyataan
di lapangan menunjukkan bahwa prestasi peserta didik masih di kurang sepadan
apabila dibandingkan dengan prestasi sekolah lain di sekitarnya, terutama SD
Inti yaitu SD Negeri Batursari 6. Kejuaraan lomba akademik maupun non
akademik, nilai ujian sekolah masih, prestasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
belum diraih dengan maksimal. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik 1
berikut ini.

7
6
654
32 3 3
1
0 2
Kecamatan Kabupaten
1 1 1 Provinsi
0 0
2014/2015

2015/2016 2016/2017

Grafik 1. Perkembangan Prestasi Peserta Didik

Berdasarkan grafik tersebut dapat dipaparkan bahwa prestasi SD Negeri


Batursari 5 semakin dari tahun ke tahun semakin menurun. Kejuaraan sampai
tingkat Provinsi Jawa Tengah diraih pada tahun 2015. Kejuaraan yang bisa
sampai tingkat Kabupaten hanya cabang bola voly dan renang. Ini saja sebatas
“nemu” yakni anak-anak yang meraih kejuaraan karena les privat di luar sekolah.
Sebagai kepala sekolah yang baru di SD ini, menganálisis rendahnya
karakter Oh Darling dan Ok Darsi di SD Negeri Batursari 5, anatara lain masih
kurangnya peran serta warga sekolah untuk kemajuan sekolah. Orang tua dan

122
komite sekolah kurang diperdayakan untuk berpartisipasi secara material
maupun ide-ide untuk memajukan sekolah. Bahkan pengurus komite dari sejak
SD ini berdiri belum pernah reorganisasi. Keterlibatan orang tua untuk kegiatan
sekolah masih sangat jarang.
Berkaitan dengan pendanaan, masih terfokus pada satu sumber dana.
Semua kegiatan operasional sekolah mengandalkan dana bantuan operasional
sekolah (BOS). Sehingga secara otomatis pengembangan sekolah akan
terhambat pada keterbatasan pembiayaan. Hal ini menyebabkan sekolah
menjadi serba minimalis, termasuk prestasi sekolah.
Kepala SD Negeri Batursari 5, mencari alternatif solusi untuk menjadikan
SD Negeri Batursrai 5 sebagai sekolah unggul. Disusun program unggulan
sekolah yaitu sekolah ramah lingkunngan yang berkarakter Oh Darling dan OK
Darsi dengan memberdayakan sekolah sahabat keluarga. Keluara peserta didik
sangata memegaruhi penerapan program sekolah sahabat keluarga. Peran
orang tua dan komite sekolah diberdayakan agar mampu meningkatkan
kemajuan sekolah. Maka dari itu pemberdayaan sekolah sahabat keluarga
dengan kolaborasi berbagai pihak diharapkan dapat mendukung kemajuan
untuk mencapai sekolah unggul.
Pemberdayaan sekolah sahabat keluarga diharapkan menjadi
keunggulan SD Negeri Batursari 5 untuk mengembangkan sekolah unggul
dengan karakter Oh Darling dan Ok Darsi. Rasa “handarbeni” dan kekeluargaan
antara sekolah dengan orang tua serta masyarakat akan membuat sekolah dari
tataran minimalis menjadi sekolah unggul yang berkarakter Oh Darling dan Ok
Darsi yang mampu berprestasi dari bidang akademik maupun non akademik.
Adanya rasa keakraban dan peduli antara warga sekolah, keluarga peserta didik,
masyarakat dengan kebutuhan peserta didik menjadi tujuan utama untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik SD Negeri Batursari 5
menjadi sekolah unggul yang berkarakter Oh Darling dan Ok Darsi.
Berdasarkan paparan dalam latar belakang masalah tersebut di
atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1) bagaimanakah
pelaksanaan program sekolah unggul melalui pemberdayaan sekolah sahabat
keluarga di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak?; 2)
bagaimanakah hasil dari pelaksanaan program sekolah unggul melalui
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak?; dan 3) bagaimanakah tindak lanjut
pengembangan sekolah berprestasi unggul melalui pemberdayaan sekolah
sahabat keluarga di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak?

123
Tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah: 1) mendeskripsikan
pelaksanaan program sekolah unggul melalui pemberdayaan sekolah sahabat
keluarga di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak; 2)
memaparkan hasil dari pelaksanaan program sekolah unggul melalui
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak; dan 3) memaparkan tindak lanjut pengembangan
sekolah unggul melalui pemberdayaan sekolah sahabat keluarga di SD Negeri
Batursari 5 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan masukan pada guru
sekolah dasar sebagai refleksi diri atas kinerjanya dan untuk dapat
melaksanakan pembelajaran yang menghasilkan berkarakter Oh Darling dan Ok
Darsi pada`warga sekolah, menambah wawasan baru bagi kepala sekolah
tentang bentuk manajemen untuk mengembangkan sekolah unggul yang
memiliki karakter Oh Darling dan Ok Darsi, dan ini diharapkan memberikan
wawasan bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan dasar untuk
memberikan pedoman, arahan, bimbingan dan bantuan untuk
mengembangkan sekolah unggul berkarakter Oh Darling dan OK Darsi.

Hakikat Sekolah Sahabat Keluarga


Pengelolaan sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
evaluasi, hingga tindak lanjut diperlukan adanya kerja sama yang baik antara
semua warga sekolah dan masyarakat. Maka dari itu peran sekolah sahabat
keluarga sangat mendukung kemajuan sekolah. Sekolah sahabat keluarga
menurut Sukirman (2017: 2) adalah satuan pendidikan (formal dan non formal)
yang memiliki program inovatif dengan melibatkan keluarga dan masyarakat
untuk terciptanya lingkungan belajar yang ramah, aman, nyaman dan
menyenangkan dalam mendukung penguatan pendidikan karakter dan budaya
prestasi.
Pelibatan sekolah terhadap keluarga sesuai dengan Permendikbud No.
30 Tahun 2017 yang menyatakan bahwa pelibatan keluarga adalah proses
dan/atau cara keluarga untuk berperan serta dalam penyelenggaraan
pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Sesuai dengan pendapat
tersebut, dapat diuraikan bahwa pelibatan keluarga dalam kemajuan sekolah
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yang akan memberikan peluang pada
sekolah untuk lebih maju dan berkarakter.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah sahabat
keluarga adalah sekolah yang dalam melaksanakan program sekolah dilakukan
dengan melibatkan peran serta keluarga (orang tua siswa) yang dikoordinasikan

124
oleh komite sekolah. Program sekolah dilakukan dengan menampung ide-ide
dan gagasan untuk memajukan sekolah dari orang tua/komite secara
kekeluargaan dan keakraban sehingga tercipta rasa handarbeni dan kewajiban
untuk ikut serta meningkatkan karakter Oh Darling dan Ok Darsi. Sekolah
sahabat keluarga dikembangkan dengan:

Pengembangan Karakter Oh Darling dan Ok Darsi


Sekolah berupaya untuk melakukan pengelolaan, pelestarian, dan
perlindungan lingkungan. Kepedulian terhadap lingkungan sekitar diharapkan
menanamkan karakter Oh Darling (Orang Hebat sadar lingkungan) dan OK
Ddarsi (Orang Keren Sadar Prestasi).
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 tahun 2013 tentang
pedoman program pelaksanaan adiwiyata, yang menyatakan bahwa sekolah
adiwiyata adalah sekolah yang peduli tentang lingkungan sekolah. Karakter yang
ditanamkan dalam kegiatan ini adalah karakter Oh Darling pada warga sekolah.
Pembinaan karakter pada semua warga sekolah di SD Negeri Batursari
5, menekankan pada karakter Oh Darling dan Ok Darsi. Pembinaan karakter
dilakukan dengan pembiasaan dan keeladanan. Hal ini untuk mencapai tujuan
sekolah yaitu sekolah berprestasi unggul yang membanggakan.

Pengembangan Sekolah Unggul melalui Pemberdayaan Sekolah Sahabat


Keluarga
Pengembangan Sekolah unggul melalui pemberdayaan sekolah sahabat
keluarga dilakukan di SD Negeri Batursari 5 secara berkesinambungan sejak
tahun 2017 sampai sekarang. Sejak ditugaskan di SD Negeri Batursari 5, mulai
diterapkan pemberdayaan sekolah sahabat keluarga untuk meningkatkan
kualitas SD Negeri Batursari 5 (D’Bama) agar bisa menjadi sekolah unggul yang
memiliki berkarakter Oh Darling dan Ok
Darsi.
Pemberdayaan Sekolah sahabat keluarga ini menurut hemat penulis
dapat mewujudkan kemajuan di SD Negeri Batursari 5. Keluarga yang peduli
dan memiliki rasa “handarbeni“ sekolah untuk mengembangkan sekolah akan
lebih efektif untuk menumbuhkan karakter Oh Darling dan Ok Darsi. Dukungan
dan peran serta keluarga dalam semua program sekolah akan berdampak
positif terhadap keberhasilan program yang dilakukan. Berikut ini tahapan yang
dilakukan secara bersama-sama.

125
Kolaborasi dengan Stakeholder dalam Pemberdayaan Sekolah Sahabat
Keluarga
Kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan di SD
Negeri Batursari 5 berupaya mengikutsertakan semua warga sekolah dalam
semua kegiatan yang dilakukan mulai dari tahapan perencanaan yaitu dengan
bermusyawarah antara guru, orang tua/keluarga, komite, pengawas sekolah,
serta dinas pendidikan untuk menentukan kebijakan sekolah yang mendukung
pencapaian sekolah berprestasi unggul. Langkah ini dengan pertimbangan
bahwa apabila satu batang lidi tidak akan bisa berdiri kokoh dan mudah
dipatahkan, tetapi apabila lidi itu disatukan dari beberapa batang, akan berdiri
tegak dan kuat sehingga tidak mudah dipatahkan. Demikian pula kebersamaan
warga sekolah SD Negeri Batursrai 5, dengan semua pihak berperan serta maka
akan menciptakan kondisi yang luar biasa sehingga karakter Oh Darling dan Ok
Darsi akan tercipta pada warga sekolah.
Langkah awal yang dilakukan adalah pembentukan paguyuban kelas.
Paguyuban kelas dipilih oleh orang tua dalam satu kelas untuk mewakili aspirasi
mereka dalam pertemuan dengan komite sekolah. Paguyuban kelas terdiri atas
ketua, sekretaris, dan bendahara. Pengurus paguyuban kelas ini akan mewakili
tiap-tiap kelas dalam pertemuan dengan komite. Setelah dibentuk paguyuban
kelas, mereka berkoordinasi membentuk paguyuban sekolah. Paguyuban
sekolah ini akan bekerja sama dengan pihak sekolah menjadi panitia
reorganisasi pengurus komite. Pengurus Komite terbentuk dengan ketua Eko
Budiono, SE. Semua kegiatan dan program sekolah dikonsultasikan dengan
komite sekolah untuk disosialisasikan pada orang tua. Saran dan masukan dari
orang tua/keluarga akan digunakan untuk memutuskan program yang akan
dilaksanakan setelah diadakan sambung rasa antara orang tua, pengurus
komite, dan pihak sekolah. Berikut rekaman gambar kegiatan sambung rasa
antara paguyuban kelas, komite, dan sekolah.

126
Gambar 1. Kegiatan Sambung Rasa dengan

Warga Sekolah
Kegiatan sambung rasa dilakukan di aula SD Negeri Batursari 5 maupun
di kafe dekat sekolah. Musyawarah ini untuk mensosialisasikan program
sekolah dan mengharapkan ide-ide baru serta dukungan dari masyarakat dan
komite baik dalam segi dukungan material maupun spiritual.

Penyusunan Program Sekolah Sahabat Keluarga


Musyawarah dengan masyarakat dalam penyusunan program sekolah
saahabat keluarga diadakan secara bertahap. Tahap satu dengan pengurus
komite sekolah, tahap duapertemuan dengan paguyuban sekolah (wakil-wakil
dari tiap kelas tiga orang tua/wali
peserta didik), dan tahap tiga
pertemuan pleno dengan semua
orang tua/wali peserta didik,
komite, dan
Gambar 2. Sosialisasi Program Sekolah Sahabat Keluarga

paguyuban. Dari sambung rasa


yang diadakan membahas
program Sekolah sahabat
keluarga untuk berprestasi
unggul selama satu tahun dan
pengembangan sekolah untuk mendapatkan prestasi yang membanggakan.

Program yang telah disusun disosialisasikan kepada semua warga sekolah


dan orang tua untuk dilaksanakan dengan partisipasi semua pihak. Program
tersebut juga tercantum dalam rencana kerja sekolah, yang dijabarkan dalam
komponen-komponen yang jelas serta sumber pendanaannya.

127
Partisipasi untuk Mendukung Sekolah Sahabat Keluarga
Hasil sambung rasa dilakukan oleh semua warga sekolah dengan
menjalankan program sekolah sahabat keluarga sebagai fokus kegiatan. Peran
keluarga/orang tua yang dilakukan di SD Negeri Batursari 5 sesuai dengan
kesepakatan pada waktu sambung rasa, 1) orang tua membantu pembiayaan
sekolah secara sukarela; 2) mendistribusikan proposal bantuan untuk kegiatan
lomba marchingband; 3) Orang tua mendampingi dan mengurusi latihan
marchingband sampai dengan lomba; 4) orang tua berpartisipasi pada
kebersihan sekolah; 5) Orang tua terlibat dalam penanaman dan penghijauan
sekolah; 6) orang tua menyediakan pojok baca dan bahan bacaan; 7) Orang tua
melengkapi seragam marchingband dan alat-alat marchingband; 8) Orang tua
memantau kegiatan 10 cabang ekstrakurikuler di sekolah dan membantu
pembiayaan pelatihnya; 9) Orang tua, warga sekolah, pengurus komite, dan
pihak sponsor mengadakan kegiatan keakraban; 10) kegiatan akhir tahun
dibiayai dari dana suka rela dari orang tua.

Gambar 3.
Keterlibatan Orang Tua dalam Penghijauan
lahSeko

Keterlibatan keluarga peserta didik


dilakukan dalam hal inovasi segala
kegiatan di sekolah, meliputi: 1)
penyediaan pojok baca di tiap-tiap
kelas oleh paguyuban kelaas; 2)
program sekolah mendapatkan
pengharaan adiwiyata nasional,
orang tua peserta didik
berpartisipasi dalam kegiatan
kebersihan, penghijauan, dan daur
ulang untuk pemanfataan barang
bekas; 3) Orang tua yang memiliki
kompeten berperan serta dalam
pembinaan intensif bagi peserta

128
didik yang terpilih mewakili lomba
setiap hari Rabu dan Kamis pukul
13.00-15.00; 4) orang tua secara
sukarela membantu pembiayaan
adanya program wajib mengikuti
sedikitnya dua ekstrakurikuer
yangdisediakan sekolah, yaitu
ekstrakurikuler marchingband, seni
dan pertunjukan, pramuka, seni
tari, seni lukis, seni musik (pianika),
voly, bulu tangkis, basket, dan baca
tulis Al’quran (BTQ), 5) orang tua
terlibat dalam program membawa
bekal dari rumah serta larangan
membuang sampah plastik di
tempat sampah sekolah; 6) orang
tua berperan serta dalam
pemanfaatan sampah plastik untuk
pembuatan daur ulang (ecobrig)
agar tercipta “zero sampah plastik
di tempat sampah”; 7) orang tua
memberikan pembiayaan secara
sukarela untuk program reward
bagi warga sekolah yang berhasil
meraih kejuaraan tingkat
Kecamatan, kabupaten, provinsi,
maupun tingkat nasional; 8) orang
tua peserta marchingband secara
sukarela memberikan dan
mencarikan pembiayaan untuk
program meraih juara lomba
marchingband dan FL2N tingkat
nasional; 9) paguyuban kelas secara
sukarela melaksanakan pengecatan
ruang kelas dengan warna cerah;
10) orang tua membantu
penyediaan tempat sampah tiga
jenis yaitu sampah organik,

129
sampah non organik, dan sampah
pecah belah, 11) penghijauan
halaman sekolah atas peran serta
peserta didik, guru, komite, dan
orang tua, 12) penyediaan seragam
gratis untuk peserta didik miskin;
13) Orang tua berperan untuk
penyediaaan konstum
marchingband untuk pemain dan
bendera, 14) Orang tua berupaya
dalam penambahan alat
marchingband sebagai pelengkap
pertunjukkan (marima, bas konser,
simbal drum, Barcamp); dan 15)
Orang tua yang berkompeten
berperan dalam kerja sama dalam
kegiatan ekstrakurikuler voly,
basket, bulu tangkis, seni dan
pertunjukan, seni tari, seni lukis,
seni musik, baca tulis Al quaran,
pramuka. Berikut sebagian
dokumentasi perans peran serta
orang tua, dalam kegiatan inovasi.

130
Gambar 4. Pojok Baca yang Disediakan Orang Tua

Memperdayakan peran komite sekolah dan kolaborasi yang mendukung


sekolah sahabat keluarga untuk meraih Sekolah berprestasi unggul. Kolaborasi
sekolah dengan berbagai pihak agar program sekolah bisa berjalan lancar
dilakukan mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian,
evaluasi, dan tindak lanjut. Bentuk kolaborasi yang dilakukan dengan
melibatkan lembaga lain yang mendukung peningkatan prestasi unnggu di SD
Negeri Batursari 5, yaitu: 1) kerja sama dengan bank BTN dalam kegiatan
menabung yang dilakukan setiap hari Kamis; 2) dengan SMA Negeri Mranggen 2
dalam peminjaman aula untuk latihan marchingband; 3) Lokananta Group Musik
dalam latihan marching bank; 4) puskesmas dalam penyuluhan kesehatan; 5)
lembaga tes psikologi untuk melaksanakan tes psikologi peserta didik; IMA
dalam bimbingan belajar Matematika; 6) Universits Semarang dalam layanan
pendidikan dan penyuluhan; 7) Poltekes dalam seminar gizi masyarakat; 8)
UPGRIS dalam bimbingan dan penyuluhan cara belajar; 8) Kantor Lingkungan
Hidup Kabupaten Demak dalam pengelolaan, pelestarian, dan perlindungan
lingkungan; 9) PT Dart Air Exspressindo dalam pembiayaan lomba
marchingband; 9) Paguyuban Marchingand dalam penggalian dana untuk
pembiayaan lomba; 10) PT Sumber Hidup dalam penggunaan bahan bangunan
untuk perawatan sekolah; 11) Koemank Studio Semarang dalam pelatihan seni
dan pertunjukkan; 12) PT. Nutrifood Semarang dalam Drawing Competision; 13)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi dalam edukasi kesehatan anak; 14)SMP Islam Sultan
Agung 1 dalam penerimaan peserta didik baru; 15) PT Iris dalam seminar gizi;
16) PT Milo dalam olahraga dan minum susu bersama Milo; 17) PT Anugerah
Mitra Globalindo dalam edukasi kesehatan dan minum bersama susu Boneto;
18) Kartika GE dalam kegiatan pendidikan di luar sekolah (Out Bond); dan 19)
Martha Thilaar dalam kegiatan beauty clas guru dan orang tua peserta didik.

Hasil
Pemberdayaan sekolah sahabat keluarga yang dilaksanakan di SD Negeri
Batursari 5 dalam mengembangkan sekolah unggul, berhasil dengan gemilang.
Berikut ini uraian dari hasil yang dicapai selama dua tahun penerapan
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga di SD Negeri Batursari 5.
Kolaborasi dengan stakeholder dalam pemberdayaan sekolah sahabat
keluarga untuk mengembangkan sekolah unggul berhasil membentuk
paguyuban kelas pada tahun 2017. Terdapat sejumlah 14 paguyubuna kelas

131
yang tiap-tiap paguyuban diwakili tiga orang untuk membentuk paguyuban
sekolah yang diketuai oleh Ninik Suryani, S.Pd.
Reorganisasi pengurus komite berhasil dilakukan pada bulan Januari 2017
dengan ketua komite Eko Budiono, SE. Terbentuknya ketua pengurus komite,
yang dipilih oleh waki-wakil dari paguyuban kelas.
Penyusunan program sekolah sahabat keluarga berhasil dilakukan di SD
Batursari 5, dengan melibatkan semua warga sekolah untuk berpartisipasi dalam
mewujudkan sekolah unggul. Pengembangan sekolah berprestasi unggul di SD
Negeri Batursari 5 melalui pemberdayaan sekolah sahabat keluarga, dilakukan
dengan baik dan smart.
Partisipasi semua unsur warga sekolah dengan memberdayakan sekolah
sahabat keluarga
mewujudkan sekolah unggul
di
SD Negeri
Batursrai 5. Hasil dari
penerapan pemberdayaan
Sekolah sahabat keluarga
ini antara lain: 1) tercipta
karakter
Oh Darling
sehingga mendapatkan
penghargaan adiwiyata
Gambar 5. Terbaik 3 Simposium Nasional nasional tahun 2018; 2)
Karakter
Ok Darsi
tertanam
sehingga meraih juara
umum 2 dalam lomba
Marchingband tingkat
Provinsi Gambar 6. Adiwiyata
Nasional Jawa Tengah
tahun 2017 dan meraih
juara 3 divisi musik brass dan
juara 3 colour guard tingkat nasional tahun 2018; 3) juara harapan 2 untuk
Festival Lomba dan Literasi Nasional (FL2N) kategori cipta pantun dan finalis
tingkat nasional untuk cipta syair; 4) juara 1 marchingband tingkat Kabupaten
Demak tahun 2018; 4) meraih juara 1 dalam FLS2N cabang pantomim tingkat
132
Kabupaten Demak tahun 2018; 5) Juara 1 Popda voli tingkat Kabupaten Demak
tahun 2018; 6) Juara 1 Popda Bulu Tangkis tingkat Kabupaten Demak; 7) juara 2
Pantomim tingkat Kabupaten Demak tahun 2017; 8) juara 3 lomba cipta puisi
tingkat kabupaten Demak tahun 2017; 9) juara berbagai cabang lomba di tigkat
kecamatan Mranggen (terlampir); 10) prestasi dalam ranking nilai USBN/US
meningkat; 11) peserta didik baru tahun 2017/2018 dan 2018/2019 meningkat
menjadi 3 rombel; 13) terbaik 1 dalam kursus mahir lanjutan bagi kepala
sekolah; 14) meriah terbaik 3 simposium nasional bagi kepala sekolah; dan lain-
lain.

Hasil Pengembangan prestasi unggul di SD Negeri Batursari 5 dapat


dilihat dalam grafik 3 berikut.

Grafik 3. Perbandingan Prestasi Lomba

Berdasarkan grafik 3 tersebut dapat dipaparkan bahwa terjadi


peningkatan prestasi yang luar biasa tahun pelajaran 2017/2018 dan 2018/2019
baik tingkat kecamatan, kabupaten, maupun provinsi. Bahkan tahun pelajaran
2018/2019 berhasil mengumpulkan 77 piagam kejuaraan tingkat nasional. Selain
itu, guru juga meraih prestasi dalam berbagai kejuaraan, antara lain dalam karya
tulis ilmiah, penyusunan laporan PTK, dan kejuaraan olahraga.
Pemberdayaan Sekolah sahabat keluarga ini juga berdampak dalam
peningkatan peminat peserta didik baru tahun pelajaran 2017/2108 dan
2018/2019. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan peserta didik tahun
2017/2018 dan 2018/2019 dapat dilihat dalam perbandingan sebelum
pemberdayaan Sekolah sahabat keluarga. Data perkembangan peningkatan
peserta didik baru tersebut dapat dilihat dalam grafik 4 berikut ini.

133
600 530
476 470 497
500
400
300
200 161
126 105 100
100 63 58 61 58

0
Pendaftar Yang Diterima Jumlah Semua
2015/2016 2016/2017 2017/2018 2018/2019

Grafik 4. Perbandingan Peserta Didik Baru

Berdasarkan grafik tersebut dapat dipaparkan bahwa terjadi


peningkatan yang pesat jumlah pendaftar peserta didik baru tahun pelajaran
2017/2018 dan 2018/2019. Demikian pula jumlah peserta didik semakin banyak,
menjadi 530 peserta didik yang dibagi dalam 14 rombel.
Dampak lainnya pemberdayaan Sekolah sahabat keluarga terciptanya
kerja sama dengan pihak lain yang membuat SD Negeri Batursari 5 semakin baik
dan maju. Bantuan dari pihak lain baik lembaga pemerintah maupun lembaga
swasta. Bantuan itu berupa seperangkat marching band, LCD, makanan dan
minuman, tanaman, serta dalam hal jasa pemeriksaan kesehatan dan psikologis
peserta didik, kegiata outbond bersama, serta beauty class yang dapat mengikat
rasa handarbeni terhadap SD Negeri Batursari 5.

Tindak Lanjut Pengembangan Pemberdayaan Sekolah Sahabat Keluarga


Pengembangan sekolah berprestasi unggul diperlukan peran serta
keluarga sehingga bisa memahami, menerima, dan mendukung dengan tulus. Di
samping itu, membangun kebersamaan dan keakraban dengan warga sekolah,
orang tua, menciptakan transparansi, dan akuntabilitas kinerja akan
memantapkan sistem yang sudah disepakati dalam mencapai sekolah
berprestasi unggul.
Tindak lanjut yang perlu dikembangkan adalah meningkatkan peran serta
semua keluarga peserta didik, melakukan kegiatan yang mampu memikat hati
orang tua yang bermanfaat bagi keluarga. Kegiatan kekakraban sehingga
pengurus komite maupun orang tua merasa handarbeni sekolah, kerasan, dan

134
ada rasa berat bila akan meninggalkan sekolah karena rasa cintanya terhadap
sekolah. Peningkatan karakter Oh Darling dan Ok Darsi bagi semua warga
sekolah untuk mencapai peenghargaan adiwiyata mandiri dan kejuaraan lomba
tingkat nasional dalam bidang akademik maupun non akademik.
Menjalin dan menjaga hubungan baik dengan pihak-pihak yang bekerja
sama dengan sekolah sehingga tercipta kekeluargaan yang sinergi. Pihak luar
merasa senantiasa perlu dan penting bekerja sama dengan pihak sekolah dan
saling menguntungkan. Memperkuat kinerja tim work dengan senantiasa
menganalisa SWOT tiap tahun demi bersama anggota komite, paguyuban
sekolah, dan pihak-pihak terkait untuk kemajuan sekolah unggul.
Uraian pengalaman mengelola sekolah sebagaimana diuraikan pada bab-
bab terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pelaksanaan
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga untuk mengembangkan sekolah
unggul di SD Negeri Batursari 5, dilakukan mulai perencanaan, pelaksanaan,
pengorganisasian, pengawasan, analisis dan tindak lanjut. Langkah kegiatannya
1) kolaborasi dengan stakeholder, 2) Penyusunan program sekolah sahabat
keluarga untuk mewujudkan sekolah unggul; 3) Partisipasi Pelaksanaan program
pengembangan sekolah unggul bersama paguyuban; dan 4) evaluasi dan tindak
lanjut; 2) Hasil dari pelaksanaan pemberdayaan sekolah sahabat keluarga di SD
Negeri Batursari 5 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, adalah: 1)
terwujudnya sekolah ramah lingkungan, 2) memiliki prestasi yang
membanggakan bidang akademik maupun non akademik serta ekstrakurikuler;
3) nilai ujian sekolah bagus rata-rata diatas 77; 4) sarana dan prasarana di atas
standar pelayanan minimal; dan 5) dipercaya oleh orang tua/masyarakat.
Dampakya terbentuknya kesadaran warga sekolah untuk peduli dan handarbeni
sekolah, adanya keakraban dan kekeluargaan antara sekolah, orang tua, komite
dan masyaraka, 2) terwujudnya karakter Oh Darling dan Ok Darsi sehingga
terjadi peningkatan prestasi sekolah dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor, dan 3) meningkatnya kepercayaan masyarakat sehingga jumlah
peserta didik baru meningkat; dan 3) tindak lanjut dari pemberdayaan sekolah
sahabat keluarga harus dilakukan guna meningkatkan kinerja warga sekolah,
melestarikan sekolah ramah lingkungan, memberikan peluang kepada warga
sekolah untuk meningkatkan kariernya dan prestasi SD Negeri Batursari 5 dalam
semua aspek yang mendukung peningkatan mutu pendidikan.
Berdasarkan dampak dari pemberdayaan Sekolah sahabat keluarga
maka direkomendasikan: 1) kepala sekolah perlu memperdayakan keluarga dan
menjalin kolaborasi dengan pihak lain sehingga pencapaian visi dan misi sekolah

135
menjadi tanggung jawab bersama dan 2) sekolah perlu membentuk tim work
untuk mewujudkan sekolah unggul.

Daftar Pustaka
Handoko, Hani. 2010. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE
Kemendikbud. 2017. Permendikbud Nomor 30. Tentang Pelibatan Keluarga
pada Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kemdikbud.
Permen Lingkungan Hidup Nomor 05.2013.Pedoman
Program Pelaksanaan Adiwiyata. Jakarta. Kemenlh.
Sukirman. 2017. Sekolah Sahabat Keluarga. Jakarta:
Kemdikbud.

136
Tentang Penulis
Wahyuningsih Rahayu, S.Pd.,M.Pd. lahir di Boyolali
tahun 1971 puteri dari seorang ibu dan ayah yang
juga pernah menjadi Kepala SD. Tinggal di Jl. Pucang
Asri 2 No 12 Perpumnas Pucanggading, Demak Jawa
Tengah. Pernah belajar di SDN Sangub 2 Musuk
Boyolali, SMPN 1 Boyolali, SPGN Boyolali,
D2 PGSD IKIP Negeri Semarang, S1 dan S 2 UNNES.
Sebagai PNS sejak tahun 1995, menjadi Kepala SD
sejak tahun 2013 di SDN Batursari 3 dan tahun 2016
di SDN Batursari 5 Mranggen Demak. Buku ber-ISBN
yang pernah ditulis Telur-telur Kehidupan, Model Pembelajaran Komeks,
Indahnya Persahabatan, Manajemen Parli Korea untuk
Mendongkrak Sekolah Unggul dalam Succses Story Kepala Sekolah SD. Prestasi
yang pernah diraih juara 1 penulisan PTS tingkat Provinsi Jawa Tengah (2014),
juara 2 Kepala Sekolah Prestasi tingkat Provinsi Jawa Tengah (2015), terbaik 3
simposium nasional Kemdikbud (2017), dan juara 1 Kepala Sekolah Prestasi
Provinis Jawa tengah tahun 2019. HP. 081325442803

137
DENGAN MANAJEMEN PEMBIASAAN, PARTISIPASIF,
TAULADAN DAN KOLABORATIF DAPAT MELANGKAH
MENJADI
SEKOLAH BIRU

Rohimah
Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Pancor, Nusa tenggara Barat Email : rohimah23@gmail.com

Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan


Memperhatikan kondisi awal saat pertama kali ditugaskan di SDN 2
Pancor pada bulan Maret 2016 diperoleh gambaran secara umum kalau SDN 2
Pancor merupakan sekolah yang paling memiliki banyak kekurangan
dibandingkan ketiga sekolah negeri yang ada di gugusnya. Kekurangan tersebut
antara lain, ruang belajar hanya memiliki 6 dari 9 rombel yang ada, guru kelas
PNS hanya 4 dan seorang guru PAI sisanya diisi oleh guru honor. Masih banyak
siswa yang tidak disiplin dalam kedatangan, perkelahian, cara berpakaian dan
rambut.
Dari hasil identifikasi awal permasalahan yang ada maka langkah awal
yang saya proiritaskan adalah membangun karakter siswa dengan mengangkat
brand sekolah BIRU sebagai manifestasi dari visi misi SDN 2 Pancor yakni Cerdas,
Trampil dan Religius. Gerakan sekolah buru merupakan akronim dari cita cita
sekolah untuk mewujudkan generasi yang Berkarakter, Inovatif, Religius dan
Unggul.
Empat faktor penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yakni
sarana prasarana, proses pembelajaran, kebijakan, dan kepala sekolah. Dari
keempat faktor tersebut banyak sekali kekurangan yang dimiliki SDN 2 Pancor
terutama dalam hal sarana prasarana, dari sembilan rombel yang ada kami

138
hanya memiliki enam ruang kelas. Kondisi awal seperti itu berkaitan pula dengan
faktor yang lainnya. Demi kelancaran proses pembelajaran maka upaya yang
saya lakukan di SDN 2 Pancor dalam mengatasi kekurangan sarana prasarana ini
dengan cara memanfaatkan fasilitas yang ada. Terkait dengan kebijakan dari
pemerintah dari tingkat terendah hingga ke tingkat yang paling tinggi yang
meliputi kurikulum, standar nasional pendidikan hingga perekrutan guru dan
tenaga kependidikan. Terkait proses pembelajaran dengan kekurangan guru
yang ada (5 orang guru kelas PNS) berusaha memenuhinya dengan tenaga
honorer yang digaji dari BOS. Upaya peningkatan mutu dalam proses
pembelajaran dilakukan dengan pembinaan guru secara terus menerus
terutama terkait dengan empat kompetensi sesuai tuntutan pendidikan abad 21
yang dikenal dengan 4C yang meliputi Critical Thinking (berpikir kritis),
Collaboration (kerja sama), Communication (komunikasi) dan Creativity
(kreativitas). Dalam hal ini inovasi dan leadership (kepemimpinan) seorang
kepala sekolah sangat diharapkan agar mampu menciptakan suasana dan
ekosistem yang baik di lingkungan sekolah dan juga sekitarnya.
Dalam upaya peningkatan mutu dan prestasi sebagai seorang kepala
sekolah, saya dituntut untuk memiliki kreativitas dan inovasi yang diharapkan
bisa menjadikan sekolah yang saya pimpin menjadi sekolah yang bagus, maju
dan berprestasi. Mengusung P2TK yang merupakan akronim dari (Partisipatif,
Pembiasaan, Tauladan dan Kerjasama), sebagai suatu program yang diterapkan
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan penguatan pendidikan karakter.

Memperkenalkan sekolah melalui Brand Sekolah


Seperti barang, sekolah juga perlu diperkenalkan kepada masyarakat luas agar
dikenal lebih dekat semua hal yang terkait dengan sekolah tersebut.
Memperhatikan tujuan yang ingin dicapai di SDN 2 Pancor, maka disusunlah
brand yang kira-kira pas setelah melakukan analisis swot terhadap sekolah dan
seperti apa tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah sebagaimana tertuang dalam
visi misi sekolah. Terkait hal tersebut bersama jajarannya penulis (kepala SDN 2
Pancor) membranding sekolah agar mudah dikenal dengan dengan brand
sekolah “BIRU” yang merupakan akronim dari berkarakter, inovatif, religius dan
unggul.
Sebagai perwujudan dari visi SDN 2 Pancor yaitu cerdas, inovatif dan
religius dengan misi (1) Menyiapkan generasi unggul yang memiliki potensi
dibidang IMTAQ dan IPTEK. (2) Membentuk sumber daya manusia yang kreatif
dan inovatif sesuai dengan perkembangan zaman. (3) Membangun citra sekolah
sebagai mitra terpercaya di masyarakat. (4) Menuju sekolah dasar bersih dan

139
sehat. (5) Mewujudkan Sekolah Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata).
Menggunakan brand sekolah biru SDN 2 Pancor berusaha memperkenalkan
keunggulan maupun kekhasan yang dimilikinya proses pembinaan siswanya.
Biru memiliki beragam makna dan penafsiran akan tetapi pada brand
SDN 2 Pancor dimaksudkan sebagai kata yang mudah diingat dan akrab dengan
anak anak dan lingkungan sekolah. Adapun jika diuraikan secara mendetil
makna dari brand biru pada SDN 2 Pancor adalah sebagai berikut.
B mewakili kata Berkarakter pada brand biru yang menjadi bran SDN 2 Pancor.
Berpedoman pada Perpres Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter yang menekankan pada pendidikan karakter yang
meliputi lima karakter yaitu Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong royong
dan Integritas jika dilihat tujuannya secara umum dapat digambarkan
secara singkat adalah untuk membangun generasi emas tahun 2045 yang
berjiwa Pancasila dan berkarakter dalam menghadapi dinamika perubahan
masa dengan melibatkan peran serta semua pihak melalui jalir formal,
informal dan non formal dengan memperhatikan keragaman masyarakat.
Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan merevitalisasi dan
memperkuat potensi peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan,
lingkungan dan keluarga dalam mengimplementasikan PPK.
I mewakili kata Inovatif sebagai salah satu manifestasi dari visi misi SDN 2
Pancor.
R mewakili kata Religious dalam usaha menggapai visi misi SDN 2 Pancor.
U mewakili kata Unggul pada brand sekolah yang merupaka upaya mewujudkan
agar output SDN 2 Pancor kelak dapat menjadi generasi unggul yang akan
mampu bersaing dalam masyarakat.
Terkait upaya untuk menjadikan output yang unggul maka kami di SDN 2
Pancor menerapkan sistem pembinaan yang kami istilahkan asah berlian.
Kegiatan asah berlian ini adalah upaya peningkatan prestasi peserta didik kami
di SDN 2 Pancor yakni berusaha mengasah dan membina kemampuan minat dan
bakat yang mereka miliki.
Brand SDN 2 Pancor yang merupakan manifestasi dari visi misi sekolah
yakni ‘Cerdas, Kreatif dan Religius’ menjadi sekolah ‘biru’. Brand yang diusung
itu bukan karena sekolah yang catnya berwarna biru akan tetapi biru itu sebagai
sebuah akronim dari tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah terhadap outputnya
yakni setamat dari SDN 2 Pancor agar outputnya menjadi anak yang BIRU
(Berkarakter, Inovatif, Religius dan Unggul.)
Dalam upaya memperkenalkan brand tersebut, ada banyak cara yang
ditempuh, di antaranya melalui pengenalan oleh guru di kelas, rapat wali murid

140
maupun komite sekolah, pada kegiatan pagi dilapangan sehingga peserta didik
menjadi akrab dengan brand tersebut. Merekalah yang mengenalkannya kepada
orang tua dan masyarakat sekitarnya. Sambil soaialisasi juga sedikit demi sedikit
diperkenalkan akan pelaksanaan / manajemen P2TK (Partisifasi, Pembiasaan,
Tauladan dan Kolaborasi) sebagai langkah yang dirasa tepat untuk
mewujudnyan dalam upaya pembangunan karakter dan pembinaan prestasi
siswa selama menempuh pendidikan di SDN 2 Pancor. Untuk mengenalkan
kepada masyarakat luas, visi misi dan brand sekolah, diperkenalkan juga melalui
tulisan di gerbang sekolah.

Gambar 1a. Visi Misi Sekolah

Gambar 1b. Brand Sekolah

Penguatan Pendidikan Karakter


Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Peserta didik dalam manajemen
Partisipatif, Pembiasaan, Tauladan dan Kolaboratif (P2TK) dilakukan melalui
pembiasaan dalam kegiatan di sekolah, partisifasi semua pihak terkait, tauladan
dari guru dan orang tua serta kerja sama semua unsur terkait tersebut.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam upaya mewujudkan sekolah biru dalam
upaya penguatan karakter peserta didik maka di SDN 2 Pancor dilakukan
beberapa kegiatan di antaranya. Karakter Religius diwujudkan melalui beberapa

141
kegiatan di sekolah seperti kegiatan pagi, kegiatan ekstrakurikuler dan
terintegrasi dalam pembelajaran. Karakter religius juga ditanamkan melalui
contoh tauladan dari guru sebagai tokoh utama dalam tauladan di sekolah.
Karakter Nasionalis ditanamkan melalui kegiatan pagi upacara hari
Senin, kegiatan pagi di dalam kelas sebelum belajar seperti manyanyikan lagu
Indonesia Raya dan juga dengan menintegrasikannya ke dalam kegiatan
pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler. Karakter Mandiri ditanamkan
melalui latihan disiplin baik kedatangan, keadaan di kelas dan diluar kelas,
berani bertanggung jawab dan berani. Karakter Gotong royong ditanamkan
melalui kegiatan piket pagi, gerakan kakak pembimbing sebagai embrio dari
sekolah aman dan ramah anak, kerja sama dan kekeluarga sedangkan
penanaman karakter Integritas melalui tauladan dan bimbingan yang terus
menerus secara berkesinambungan serta lingkungan yang mendukung
tumbuhnya integritas yang tinggi pada siswa melalui pembiasaan dan tauladan
oleh semua pihak. Inovatif diwujudkan dengan berusaha menggali bakat minat
peserta didik, membimbing peserta didik untuk menciptakan karya inovatif
sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka. Karakter Religius ditanamkan
dengan menyelipkan nilai-nilai religious dalam setiap kegiatan di sekolah. Untuk
membentuk siswa yang Unggul, melalui pembinaan kepada peserta didik
dengan memberika pembinaan sesuai dengan bakat yang mereka miliki dan
kemampuan pendidik sebagai pembinanya bahkan jika sangat mendesak kami
terkadang mendatangkan pelatih khusus dari luar sekolah.
Dalam upaya penguatan pendidikan karakter di SDN 2 Pancor ada
beberapa langkah yang ditempuh, di antaranya:
a. Mengoptimalkan peran guru dalam kegiatan pembelajaran dan berusaha
mengintegrasikan materi penguatan pendidikan karakter dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Guru sebagai tokoh utama di sekolah berusaha menjadu tauladan dalam
disiplin, ucapan, sikap maupun tindakan. (Megawangi,Ratna.2004)
c. Menanamkan disiplin dan taat peraturan terhadap semua warga sekolah.
d. Menjalin komunikasi yang harmonis dengan orang tua/wali murid.
e. Menjalin kerjasama dengan dinas/instansi terkait, dunia usaha, alumni
maupun masyarakat sekitar lingkungan sekolah.
f. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, aman dan menyenangkan
sebagai tempat belajar.
Untuk memperoleh hasil yang optimal sebagaimana tuntutan dalam
penguatan pendidikan karakter maka di SDN 2 Pancor saya berusaha

142
menempuh beberapa cara, yang diistilahkan dengan manajemen P2TK
(Pembiasaan, Partisipatif, Tauladan dan Kolaboratif).
1. Pembiasaan dan Tauladan
Pembiasaan dan Tauladan yang dilakukan secara terus menerus di lakukan
dengan melibatkan semua pihak terkait. Pembiasaan yang dilakukan dalam
penguatan pendidikan karakter di SDN 2 Pancor di antaranya:
a. Salam pagi
Salam pagi adalah istilah saat pagi-pagi ketika anak datang bertemu
bapak ibu guru yang berdiri di depan kelas menyambut kedatangan
mereka. selain sebagai ajang untuk bersilaturrahmi dan saling mengenal
lebih dekat dengan wali murid yang mengantarkan putra putri mereka
ke sekolah. Bagi peserta didik yang kebagian piket datang sebelum pk
07.00 di bawah bimbingan guru piket membersihkan lingkungan sekolah
sesuai dengan jadwal pembagian mereka. Begitu pk 07.00 bel berbunyi
semua sudah bersih semua warga sekolah mengikuti kegiatan pagi 15
menit di halaman sekolah.

Gambar 2. Salam Pagi

b. Sapu Bersih Lima Menit Sampah


Sapu bersih lima menit sampah (Saber limit sampah) adalah kegiatan yang
dilakukan begitu bel masuk setelah istirahat. Lima menit waktu yang
digunakan untuk bersama memunguti sampah yang berserakan di halaman
maupun teras sekolah di bawah pantauan bapak/ibu guru. Saber limit
sampah kami istilahkan dalam rangka menanamkan kesadaran kebersihan
lingkungan kepada peserta didik. Awalnya susah tapi lamalama mereka
menjadi terbiasa. Tujuannya untuk melatih tanggung jawab semua warga
sekolah terhadap kebersihan lingkungan sekolah.

143
Gambar 3a. Sapu Bersih Lima Menit Sampah

Gambar 3b. Hasil Sapu Bersih Lima Menit Sampah

c. Implementasi PPK dalam Pembelajaran Penguatan pendidikan karakter


tidak diajarkan pada jam pelajaran khusus akan tetapi terintegrasi dalam
proses pembelajaran. Dalam pengintegrasian PPK pada proses
pembelajaran guru dituntut pleksibel alam menentukan metode dan
media pembelajaran yang bisa menunjang pembelajaran dan suksesnya
PPK.
Contoh sederhana penerapan PPK dalam pembelajaran di SDN 2 Pancor.
Masuk kelas siswa berdoa sebelum memulai pembelajaran sebagai
implementasi dari karakter religius. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu
Indonesia Raya sebagai pembentukan karakter Nasionalis. Memberikan
tanggung jawab piket melatih karakter mandiri dan gotong royong dan
karakter integritas ditanamkan saat anak menyelesaikan soal ujian dengan
jujur. Dalam pembinaan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan
target maka perlu dilaksanakan secara berkesinambungan dan tanpa

144
hentinya guru memberikan tauladan dan memantau teus pembiasaan
serta pelibatan semua unsur terkait.

Gambar 4a. Nasionalis Gambar 4b. Gotong Royong

Gambar 4c. Integritas

Implementasi PPK dalam Pembelajaran

d. Implementasi PPK dalam kegiatan ekstrakurikuler


Pembentukan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler pilihan
peserta didik sesuai dengan bakat dan kemampuan yang mereka miliki.
Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang kami tawarkan kepada peserta
didik kami di SDN 2 Pancor sebagai langakah dalam penguatan
pendidikan karakter di antaranya pramuka, tahfiz, dokter kecil,
drumband, seni lukis, seni tari seni musik tungkek, pantomim, pasupera,
pidato olimpiade mipa dan kegiatan literasi (mendongeng, baca puisi,
cipta pantun, cipta syair dan menulis cerpen).

145
Gambar 5a. Seni Gambar 5b. Seni Gambar 5c. Puisi Gambar 5d. Menulis

Pembinaan bakat siswa


2. Partisipatif dan Kolaboratif
a. Pelibatan Masyarakat Sekolah
Untuk mewujudkan visi misi sekolah menjadi sekolah biru maka
peran serta semua unsur terkait di sekolah ikut berpartisifasi dalam
memberikan tauladan, membangun kerja sama secara terus
menerus dan berkesinambungan sesuai dengan prinsip manajemen
P2TK.
Setiap warga sekolah menjalankan peran dan bertanggung jawab
terhadap tugas mereka sesuai dengan pembagian tugas yang sudah
ditetapkan dan membantu yang lain jika mengalami kesulitan.
b. Pelibatan Komite Sekolah dan Wali Murid dan pihak lain terkait
Komite sebagai salah satu unsur yang berperan dalam
pengembangan sekolah. Komite sekolah bukan hanya berperan
membantu dalam pengembangan mutu namun juga bagaimana
melengkapi sarana. Komite sekolah di SDN 2 Pancor bersama
beberapa instansi terkait, alumni dan masyarakat sekitar sekolah
telah berupaya membantu sekolah dengan membangunkan sebuah
ruangan kecil yang saya sebut sebagai ruang serbaguna, namun
karena kekurangan ruang belajar maka ruangan itupun saya ubah
menjadi ruang belajar.
c. Gerbang Samalas
Gerbang samalas yang erupakan akronim dari Gerakan Alumni
Membangun Sekolah adalah sebuah gerakan yang saya lakukan
dalam upaya mengetuk hati para alumni untuk kembali ke
sekolahnya untuk membantu pelaksanaan pendidikan di sekolah
mereka sesuai dengan kemampuan dan bakat mereka. Melalui
gerbang samalas para alumni memberikan sumbangsihnya kepada
sekolah untuk kemajuan sekolah yang dulu pernah menjadi tempat
146
mereka menuntut ilmu. Salah satu hasil dari gerbang samalas adalah
membantu terwujudnya sebuah ruang serbaguna yang karena
kekurangan kelas saya ubah menjadi ruang belajar.

Kegiatan Literasi
Sejak dicanangkannya pembiasaan literasi yang terkait dengan PPK yang
terintegrasi dengan pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Mulanya kegiatan literasi hanya sebatas membaca sebelum jam pelajaran
dimulai, namun ternyata hasilnya belum memuaskan, terbukti dengan belum
adanya kesadaran peserta didik akan kegiatan literasi tersebut dan rendahnya
pemahaman akan literasi yang terbatas hanya pada kegiatan membaca saja.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka diadakanlah inovasi dalam
pelaksanaan kegiatan literasi di sekolah dengan harapan melalui gerakan literasi
sekolah dapat mengangkat prestasi sekolah dan membentuk karakter siswa dan
menjadikan budaya yang menjadi ciri khas sekolah. Melalui kegiatan literasi pagi
yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan melibatkan semua pihak
terkait pembentukan karakter peserta didik kami selipkan sekaligus untuk
menjaring bakat dan minat mereka agar dalam pembinaan sesuai dengan bakat
mereka.
Dalam pelaksanaannya kegiatan pagi di SDN 2 Pancor dilakukan selain
untuk pembentukan karakter juga pembentukan budaya literasi. Kegiatan pagi
sebagai pembiasaan dan melatih disiplin peserta didik maka SDN 2 Pancor
memulai kegiatan sejak pukul 07.00. jika ada siswa yang terlambat maka sebagai
sangsinya mereka akan mengikuti kegiatan pagi di pos depan (gerbang sekolah).
Setelah kegiatan pagi di halaman berakhir barulah ditanya alasan keterlambatan
mereka dan menasehati untuk tidak mengulang lagi selanjutnya mengikuti
kegiatan literasi di kelas lima belas menit sebelum pelajaran dimulai. Adapun
kegiatan pagi secara bersamaan di halaman sekolah kami lakukan berbeda di
setiap harinya. Kegiatan tersebut saya tampilkan pada
tabel sebagai berikut.

Tabel. 2 Kegiatan Literasi


Hari Kegiatan Karakter yang ditanamkan Ketr
Senin Upacara hari senin Melatih disiplin dan sikap nasionalis kegiatan Kegiatan
upacara hari senin dengan petugasnya dilakukan di
bergilir dari siswa kelas empat sampai kelas halaman
enam
Selasa Senam pagi Menanamkan karakter mandiri dan integritas sekolah
melalui sikap tanggung jawab

Rabu Membaca Juz Menanamkan karakter religious


Amma 147
Kamis Pidato /dai Menanamkan karakter mandiri dan percaya
cilik diri
Jumat Imtaq Menanamkan karakter religious,
mandiri dan gotong royong
Sabtu Pentas Seni Menanamkan karakter mandiri dan percaya diri

Hasil nyata dari program literasi di SDN 2 Pancor adalah, telah


tersusunnya dua buah buku ontologi karya peserta didik di SDN 2 Pancor berupa
satu buku kumpulan cerpen dan satu lagi kumpulan syair dan pantun karya
mereka. di samping itu selama tiga tahun berturut- turut 2017, 2018 dan 2019
siswa SDN 2 Pancor selalu lolos menjadi Finalis Festifal dan Lomba Literasi
Sekolah tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia. Tahun 2018 meraih juara 3 tingkat nasional
dalam ajang ini.

Program Adiwiyata
1. Menguragi sampah plastik
Program mengurangi sampah di SDN 2 Pancor melakukan upaya untuk
menanamkan kesadaran pada peserta didik akan kondisi sampah plastik
yang tidak bisa kita hindari. Memulai dari lingkungan sekolah kami
mengajarkan kepada peserta didik kami tentang langkah-langkah
mengantisipasi sampah plastik yang mudah mereka lakukan.
Salah satu hal yang mulai kami ajarkan dalam kegiatan ini dengan cara
mengarahkan mereka agar membawa makanan/bekal menggunakan wadah
dari rumah untuk mengurangi sampah plastik.

Gambar 6. Mengurangi Sampah Plastik

2. Pemanfaatan Ulang Sampah


Cara lain dalam menanggulangi sampah plastik adalah dengan
pemanfaatan ulang sampah plastik menjadi barang yang berguna.

148
Gambar 7a.Pot Dari Botol Gambar 7b. Pot dari Botol Gambar 7c. Pot Ban

3. Sampah Organik
Sampah organik kami upayakan menjadi kompos sebagai
pembelajaran kepada peserta didik akan cara menangani sampah agar
bermanfaat bagi lingkungan. Pembuatan sampah di sekolah kami
menghasilkan dua jenis pupuk yaitu kompos dan pupuk cair.

Gambar 8a. Pembuatan Pupuk Cair Gambar 8b. Pembuatan Kompos

4. Kebun Sekolah
Di sekolah juga diberikan contoh bagaimana memanfaatkan halaman
sekolah kami yang sempit.

149
Gambar 9. Kebun
sekolah

D. Perubahan yang Terlihat


Prestasi yang Dicapai Secara Keseluruhan Oleh SDN
2 Pancor Dalam Tiga Tahun Terakhir setelah penerapan manajemen P2TK dalam
upaya mewujudkan mutu sekolah dan prestasi siswa menjadi sekolah biru sesuai
dengan brand SDN 2 Pancor ada banyak peningkatan terutama dalam prestasi
siswa baik dalam bidang akademik maupun ekstrakurikuler.
Perubahan yang terlihat sebagai perbandingan antara sebelum dan sesudah
pelaksanaan P2TK dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Data Perubahan
NO MASALAH TEMUAN AWAL PERUBAHAN YANG TERJADI
- Jumlah siswa yang terlambat sedikit demi sedikit
berkurang malah lebih sering tidak ada yang terlambat.
Guru yang datag terlambat lama kelamaan malu datang
Siswa dan guru - terlambat.
banyak yang datang Pk.07.00 bel sudah berbunyi dan gerbang sudah ditutup.
Disiplin semaunya. -
1 Kedatangan
- Jika terlambat konsekwensinya boleh masuk setelah
kegiatan pagi di halaman selesai

- Sering terjadi bulliying anatar


-
sesama siswa. Tidak pernah terjadi lagi perkelahian maupun bully di
Pergaulan di - Perkelahian sekolah
2
lingkungan sekolah - Kakak pendamping berperan membimbing adek kelasnya
hamper tiap
saat menemui kesulitan.
istirahat,

- Rambut gondrog dan warna


warni - Sedikit demi sedikit dengan pemantauan dan pembinaan
- Seragam tidak lengkap secara terus menerus siswa rapi dalam berpakaian,
3 Kerapian
- Baju acak acakan. rambut rapi digunting dan tidak ada lagi rambut warna
warni.

- Terbiasa membuang sampah


di sembarang tempat
- Selesai jam istirahat sampah
-
berserakan di
lingkungan sekolah.
Lingkungan
4 - Sering merusak -
sekolah
bunga di taman sekolah.
Lingkungan sekolah bersih malah dua kali meraih Juara I
sekolah yang diselenggarakan
oleh Dinas BLHP Kab. Lombok timur dan satu kali juara 3
Siswa merawat tanaman sekolah secara berkelompok.

- Perpustakaan sering hanya


Gerakan dijadikan tempat -
5 Peserta didik banyak yang ke perpustakaan untuk
Literasi bermain
membaca dan meminjam buku.
- Juara I Lomba Kompetesi Mata Pelajaran yag di
selenggarakan SMPN 3 Selong Meraih peringkat I nilai
- Belum banyak
UAS tahun 2017
-
muncul siswa dengan Juara 2 cerdas cermat di SMP Lab,
6 Prestasi akademik
- Hamzanwadi Tahun 2017
prestasi akademik yang
Pada tahun 2018 menempati peringkat 5 nilai rata rata
- USBN di kecamatan dari semula peringkat 12 pada tahun
menonjol

150
2017
Seni - Siswa mulai - Memiliki dan mampu memainkan kesenian tradisional
7 Budaya melupakan budaya nya. Tungkek. Alat musik Khas Pancor kecamatan Selong.
Lokal
8 Prestasi - Siswa yang - semula kurang Peserta didik bersemangat mengikuti kegiatan
ekstrakurikule ekstrakurikuler sesuai dengan bakat
apresiatif mereka terlebih jika melihat keberhasilan
terhadap kegiatan teman-teman mereka yang sukses hingga ke
ekstrakurikuler tingkat nasional.

Gambar10a. Juara FL2N Gambar 10b.Seni Tungkek Gambar 10c.Juara FL2N

Gambar 10d. Pameran Seni Gambar 10e. Drumband Gambar 10f. Juara Pantomim

Demikian uraian pelaksanaan praktik baik di sekolah saya pada upaya


peningkatan mutu dan prestasi siswa melalui penguatan pendidikan karakter
yang saya sebut dengan istilah manajemen Pembiasaan, Partisipatif,
Tauladan dan Kolaboratif (P2TK) yang dapat menghasilkan peningkatan pada
sekolah dan siswa SDN 2 Pancor. Beberapa rekomendasi yang bisa penulis
sampaikan dari tulisan ini di antaranya: (1) Pembiasaan yang terus menerus
dengan memberikan tauladan serta mengaktifkan semua komponen sekolah
dapat mempercepat tercapainya Penguatan Pendidikan Karakter. (2)
Pembinaan bakat dan minat peserta didik disesuaikan dengan kemampuan
151
dan bakat minat mereka. (3) Pelibatan dan kolaborasi dengan semua pihak
melalui manajemen P2TK membantu suksesnya pencapaian sekolah biru.
Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya saya sampaikan
kepada kepada Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menulis karya kami dalam bentuk
artikel dengan harapan semoga apa yang telah saya tulis ini dapat bermanfaat
untuk kemajuan pendidikan di negeri tercinta ini. Terima kasih juga kepada Prof.
Dr. Baso Indang

Daftar Pustaka
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter, Jakarta : Indonesia Heritage
Fondation
Kemdikbud. 2017. Peraturan Presiden (Perpres) nomor 87 tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter
Tim Pustaka Phoenix. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. PT Media
Pustaka Phoenix
Tim Pengembang Kurikulum. 2019. Kurikulum Sekolah Dasar Negeri 2 Pancor.
Pancor

152
Tentang Penulis
Rohimah,S.Pd.M.Pd dilahirkan di Kalijaga, Lombok
Timur NTB pada tanggal 23 Agustus 1972.
Pendidikan guru diperolehnya sejak bersekolah di
SPGN Mataram. Menyelesaikan pendidikan D2
PGSD di Universitas Udayana Bali pada tahun 1992
selanjutnya mulai mengajar pada tahun 1993 di SDN
2 Kotaraja. Pendidikan S1
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
diselesaikan di Universitas Muhammadiyah Mataram
pada tahun 2003, selanjutnya S2 Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia diselesaikan di Universitas Mataram pada tahun 2014.
Tahun 2016 menjadi kepala
Sekolah di SDN 2 Pancor. No Hp. 081339629135

153

Anda mungkin juga menyukai