Ks SD Berprestasi 2019
Ks SD Berprestasi 2019
KEPALA SEKOLAH SD
EDITOR:
Prof. Dr. Baso Intang Sappaile, M.Pd
Penerbit:
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
ii
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
KUMPULAN KISAH SUKSES EPALA SEKOLAH
SD
Editor:
Prof. Dr. Baso Intang Sappaile, M.Pd
ISBN:
978-602-52537-0-6
Redaksi:
Ged. D Lt. 14 Jl. Pintu 1, Senayan Jakarta Pusat, Indonesia
Telp. (021) 57974125
Email: kesharlindung.tendik@kemdikbud.go.id
iii
PRAKATA
iv
memungkinkan seorang kepala sekolah lebih percaya diri
mengerahkan seluruh sumber daya pendidikan yang
dimilikinya dalam rangka mewujudkan visi sekolahnya.
Buku Kumpulan Kisah Sukses yang merupakan karya
kolaboratif ini patut mendapatkan apresiasi. Terlepas dari
kelebihan maupun kekurangannya, buku ini
telah menghadirkan perspektif praksis yang beragam
sekaligus unik tentunya. Untuk itu, kami atas nama
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan
terima kasih kepada para penulis, editor dan semua pihak
yang telah mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaga hingga
terbitnya buku Kumpulan Kisah Sukses ini.
v
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
vi
PRAKATA.................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...............................................................................vi
DAFTAR ISI............................................................................................vii
vii
Gerakan Kantin Kelas Berbasis Karakter ...................... 80
Jeni S. Kumisi
vi
ii
ix
MENINGKATKAN MINAT BACA
SISWA MELALUI PEMBERDAYAAN
PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Suryani
Kepala SDN 105855 PTPN II Tanjung Morawa Deli Serdang Sumatera Utara
Email: suryanijalaluddin@gmail.com
1
menghabiskan waktunya untuk bermain dibandingkan dengan
membaca. Masalah yang sama juga terjadi di perpustakaan sekolah.
Suasana perpustakaan sekolah terlihat sepi pengunjung. Siswa yang
berkunjung ke perpustakaan merupakan orang yang sama setiap
harinya. Berdasarkan buku catatan pengunjung, rata-rata kunjungan
setiap bulan berkisar 30% dari jumlah siswa seluruhnya. Berikut ini
data kunjungan perpustakaan sebelum upaya pemberdayaan
perpustakaan dengan Tujuh Langkah Jitu dilakukan.
2
lingkungan sekolah belum memberikan fasilitas yang menarik siswa
untuk membaca.
Keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari
peradaban dan budaya umat manusia. Tinggi rendahnya peradaban
dan budaya suatu bangsa dapat dilihat dari kondisi perpustakaan yang
dimiliki. Oleh karena itu, masalah rendahnya minat ini perlu segera
diatasi dengan pemberdayaan perpustakaan sekolah. Sekolah
memiliki perpustakaan sejak tahun 2008, dengan bangunan permanen
dan memiliki luas 84 m². Letaknya yang mudah dijangkau dan strategis
seharusnya menjadi sarana belajar bagi siswa. Namun, kenyataannya
tidak seperti yang diharapkan. Untuk itu, harus segera dilakukan
pemberdayaan terhadap perpustakaan sekolah.
3
mengerjakan tugas, bertanya-jawab, dan kesanggupan membaca di luar
kelas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca, antara lain: (a)
Motivasi, dalam kegiatan membaca sering sekali terjadi suatu
kegagalan karena seseorang pembaca tidak mempunyai motivasi yang
tinggi, (b) Lingkungan keluarga, orang tua yang memiliki kesadaran
akan pentingnya membaca akan berusaha menciptakan suasana
rumah yang mendukung kesempatan anak membaca, (c) Bahan
bacaan, dalam kegiatan membaca harus didukung dengan ketersediaan
buku-buku bacaan yang menarik bagi siswa sesuai dengan kehidupan
kanak-kanaknya, dan (d) Lingkungan sekolah, sekolah mempunyai
kewajiban untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa
untuk gemar membaca. Sikap dan perilaku guru yang mendorong siswa
untuk gemar membaca dalam keseharian di sekolah, khususnya dalam
pembelajaran di kelas sangat penting ditumbuhkan. Sekolah
menyediakan sarana pendukung seperti adanya perpustakaan sekolah ,
pojok baca kelas, dan area baca. Menciptakan lingkungan sekolah yang
kaya teks, misalnya di koridor, kantin sekolah, ruang UKS, toilet, tempat
ibadah, dan tempat lain yang di anggap perlu.
Perpustakaan Sekolah
UURI Nomor 43 Tahun 2007 menjelaskan bahwa perpustakaan
merupakan institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau
karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi,
dan rekreasi para pemustaka. Setiap sekolah hendaknya
menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional
perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan
(SNP). Perpustakaan sekolah wajib memiliki koleksi buku teks pelajaran
yang mencukupi sesuai jumlah siswa, memiliki koleksi lain yang
mendukung pelaksanaan kurikulum.
Pasal 3 UURI tersebut, dinyatakan perpustakaan berfungsi
sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan
rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.
Lebih lanjut dijelaskan beberapa fungsi perpustakaan antara lain: (a)
Melestarikan hasil budaya umat manusia, khususnya yang berbentuk
dokumen karya cetak dan karya rekam, (b) Menyampaikan gagasan,
pemikiran , dan pengetahun kepada generasi selanjutnya, dan (c) Pusat
4
sumber informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, dan
kebudayaan.
Perpustakaan SD Negeri 105855 PTPN II
Tanjungmorawa berdiri sejak sepuluh tahun yang lalu di bawah
pembinaan kepala sekolah. Agar pengelolaannya berjalan sebagaimana
yang diharapkan, maka dibentuk pengelola perpustakaan yang terdiri
dari kepala perpustakaan dan anggota. Kepala Perpustakaan dibantu
oleh tiga bidang layanan yaitu administrasi, informasi, dan pembaca.
Perpustakaan melayani sirkulasi peminjaman bahan pustaka untuk
seluruh warga sekolah.
Visi Perpustakaan SD Negeri 105855 PTPN II Tanjungmorawa
adalah: "Perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan, informasi, dan
rekreasi edukatif bagi siswa SD Negeri 105855 PTPN II
Tanjungmorawa". Adapun misi Perpustakaan Sekolah adalah: a)
Memberikan pelayanan terbaik kepada pemustaka dengan
memberikan pelayanan yang cepat, mudah, dan ramah; b)
Menyediakan sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terbaru
dan terbaik dalam berbagai bentuk (buku, majalah, dan koleksi lainnya)
untuk mendukung suksesnya pembelajaran dan pendidikan di sekolah;
c) Menyediakan sarana-prasarana penunjang untuk meningkatkan
pelayanan; d) Melaksanakan program kerja yang kreatif, rekreatif, dan
edukatif; e)
Meningkatkan kualitas SDM pengelola perpustakaan dengan
pengikutsertaan pengelola dalam setiap even kegiatan
kepustakawanan; f) Mengadakan perlombaan kegiatan gemar
membaca dan menulis; dan g) Memberi penghargaan kepada
pengunjung perpustakaan.
5
Gambar 1. Suasana di Ruang Perpustakaan
6
Gambar 3. Ruang Perpustakaan
7
Gambar 5. Petugas Membantu Siswa dalam Layanan Membaca
Keempat, Penggunaan Pojok Baca Kelas. Pojok baca yang ada di ruang
kelas selalau dijaga kebersihan dan kerapiannya. Dalam hal ini guru
kelas diberikan tugas untuk itu. Pengadaan buku-buku untuk pojok baca
dapat diperoleh dari sekolah dan juga dapat disumbangkan oleh siswa.
9
Selain kepada siswa, reward juga diberikan kepada guru. Reward
karena guru menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar.
Guru membimbing siswa ke perpustakaan untuk mencari bahan ajar
untuk didiskusikan di dalam kelompok belajar.
Hasil
Pemberdayaan perpustakaan sekolah melalui tujuh langkah
jitu yaitu: (1) penataan ruangan, (2) pengadaan koleksi yang menarik,
(3) pelayanan yang ramah, (4) penggunaan pojok baca kelas, (5)
pelibatan peran orangtua, (6) pengadakan lomba dan kegiatan literasi,
dan (6) pemberian reward memberikan dampak positif terhadap
peningkatan mutu pendidikan di SD Negeri 105855 PTPN II Tanjung
Morawa sebagai berikut:
10
19878
12977
4390
2623
2218
11
Gambar 9. Jumlah Peminjam Buku Perpustakaan Selama 3 Tahun Terakhir
12
1317
942
103
13
12 Lomba OSN Mapel Matematika 1 2019 Kecamatan
14
Gambar 13. Perpustakaan Terbaik Tingkat Provinsi
15
Kelima, Sarana Prasarana Sekolah yang Memenuhi Standar Tersedia.
Upaya peningkatan minat baca juga memberikan dampak terhadap
tersedianya sarana pendukung pembelajaran seperti perpustakaan
sekolah dan pojok baca kelas. Sekolah memiliki perpustakaan dengan
koleksi dan referensi yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru
dalam mendukung pembelajaran. Ruang-ruang kelas dengan pojok
baca kelas yang ditata rapi dan diisi buku-buku yang menarik bagi
siswa serta sesuai dengan tingkat usianya.
Kesimpulan
Upaya yang dilakukan untuk pemberdayaan perpustakaan
sekolah dengan tujuh langkah jitu yaitu: (1) Penataan Ruangan, (2)
Pengadaan Koleksi yang Menarik, (3) Pelayanan yang Ramah, (4)
Penggunaan Pojok Baca Kelas, (5) Pelibatan Peran Serta Orangtua dan
Masyarakat, (6) Pengadaan Kegiatan Lomba dan Literasi Siswa, dan (7)
Pemberian Reward. Pemberdayaan perpustakaan dengan tujuh langkah
jitu tersebut dapat meningkatkan minat baca siswa di SD Negeri 105855
PTPN II Tanjung Morawa.. Hal ini terbukti dari meningkatnya: a)
kunjungan di perpustakaan, b) peminjam buku di perpustakaan, c)
pembaca di pojok baca, d) penyumbang buku di pojok baca kelas.
Oleh karena itu, kepala sekolah harus menerapkan ketujuh langkah jitu
tersebut untuk meningkatkan minat baca dan penumbuhan karakter
siswa sebagai salah satu alternatif peningkatan mutu sekolah.
Daftar Pustaka
Hasanah, Muakibatul, Nurchasanah & Hamidah, S. C. 2011.
Membaca Ekstensif: Teori, Praktik, dan
Pembelajaran. Malang: Pustaka Kaiswaran
Mulyasa. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta.
Rineka Cipta
Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta. Prenada Media Group.
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif:
Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum
16
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Media
Group.
Perpustakaan Nasional RI. 2007. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan. Jakarta. PNRI
Tentang Penulis
SURYANI, S.Pd.,M.Pd. Lahir di Bayu Aceh
Utara, 24 Juli 1972. Menyelesaikan D2
PGSD IKIP Negeri Medan 1994, S1
Pendidikan Matematika FKIP Universitas
Islam
Sumatera Utara 2006, dan S2
Program Pascasarjana (PPs)
Universitas Negeri Medan
Program Studi Pendidikan Dasar 2013.
Menjadi guru sejak 1995 dan sekarang
dipercaya sebagai Kepala SDN 105855 PTPN II Tanjungmorawa
Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara. Selain bertugas sebagai guru,
penulis juga aktif sebagai pengurus Ikatan Guru Indonesia (IGI)
Kabupaten Deliserdang. Serius menulis sejak 2018 dan telah memiliki
buku karya tunggal pertama berjudul “Perkalian Itu Mudah” terinspirasi
dari pengalaman penulis sebagai guru selama lebih 2 dekade tentang
pembelajaran matematika. Penulis bisa dihubungi di
suryanijalaluddin@gmail.com. HP.
085261351908
17
MENINGKATKAN KARAKTER SISWA MELALUI
BUDAYA LITERASI DIGITAL
Deswita
Kepala SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi
Email: deswita181266@gmail.com
19
serta mampu meningkatkan minat literasi terutama membaca dan
menulis. Fenomena yang terjadi di SD Negeri 01 Benteng Pasar Atas
Kota Bukittinggi adalah, kemampuan warga sekolah termasuk siswa dan
guru dalam mengunakan teknologi belumlah bermuara pada hal-hal
yang bermanfaat terutama dalam peningkatan literasi digital di sekolah.
Siswa dan guru cenderung menggunakan teknologi hanya untuk
kesenangan semata. Selain itu kemampuan berkomunikasi siswa dan
guru belum terasah dengan baik. Hal ini terlihat dari bagaimana siswa
dan guru tersebut dalam mempersentasikan sesuatu cenderung belum
seperti yang diharapkan apalagi kalau berbicara dihadapan orang
banyak dan ditambah pula ada kamera. Selain itu minat baca dan tulis
baik siswa mapun guru masih rendah. Menulis bukanlah suatu budaya
begitu juga membaca, padahal teknologi sekarang memungkinkan
untuk warga sekolah mengaskses beraram tulisan di media internet
namun mereka cenderung malas melakukan hal tersebut. Selanjutnya
kemampun dalam menanggapi suatu dan memberi tanggapan terhadap
sesuatu juga belum terasah dengan baik. Hal ini terlihat dari komentar-
komentar baik di dunia nyata maupun dunia maya belumlah bijak.
Mereka cenderung berkomentar seenaknya saja, tidak memperhatikan
norma dan etika.
Jika hal tersebut di atas dibiarkan begitu saja, maka penulis
sebagai kepala sekolah di SD Negeri 01 Benteng Pasar Atas Kota
Bukittinggi merasa khawatir akan terjadi kegagalan dalam penerapan
literasi digital, serta guru dan siswa tidak memiliki budaya yang baik
dalam penggunaan teknologi. Selanjutnya karakter yang baik tentu
akan sulit diterapkan, maka dalam hal ini penulis membuat sebuah
program sekolah yang diberi judul “ Meningkatkan Karakter Siswa
Melalui Budaya Literasi Digital di SD Negeri 01 Benteng Pasar Atas Kota
Bukittinggi”
Menurut Davis & Shaw dalam Daryono (2017: 92) literasi
digital merupakan bantuan yang menggunkan computer untuk
berhubungan dengan berbagai informasi dan bacaan yang tidak
berurut. Informasi ini berupa hipertekstual. Sedangkan Gilster dalam
Daryono (2017: 92) mengatakan bahwa literasi digital adalah
kemampuan untuk memahami berbagai informasi yang disajikan
dalam bentuk digital serta kemampuan untuk menggunakan informasi
tersebut baik untuk membaca maupun menulis sesuatu yang
20
berhubungan dengan informasi tersebut dan formatnya disesuaikan
dengan kebutuhan pada masanya.
Pendidikan karakter menurut Kertajaya dalam Muhdar
(2013:108) bagaimana seseorang memiliki sebuah bentuk sikap,
berucap, bertindak, serta merespon sesuatu yang menjadi ciri khas
dirinya dan menjadi kebiasaan bagi kepribadiannya. Suyanto
mengatakan pendidikan karakter adalah ciri khas seseorang individu
yang terkait dengan cara berfikir dan bersikap serta merespon sesuatu
dalam kehidupan interaksi sosial yang diwujudkan dengan tanggung
jawab.
22
Vlog yang telah dihasilkan kemudian di upload di akun media
sosial masing-masing siswa. Setiap video yang di upload tersebut di
informasikan kepada seluruh siswa untuk ditonton dan diberikan like
and subscriber atau siswa diminta untuk memberikan komentar positif
yang berkaitan dengan arah pengembangan dan perbaikan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih kemampuan
public speaking bagi siswa, literasi kemudian bekerja dalam tim,
selanjutnya melatih ketelitian siswa dalam menyiapkan sesuatu
keperluan dalam pelaksanaan kegiatan. Selain itu juga melatih
siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri, tanggung jawab
dan berani dalam bertindak serta mampu menghargai hasil
karya orang lain.
2. Menulis Opini
Menulis Opini merupakan kemampuan yang bijak dalam
memberikan tanggapan dan komentar terhadap suatu informasi.
Kegiatan ini diawali dengan guru ataupun siswa membuat sebuah
pernyataan atau sebuah informasi baru atau opini yang berkaitan
dengan situasi dan isu-isu global yang perlu terlebih dahulu diberi
batasan kepada guru dan siswa sejauh mana mereka akan menulis
konten tersebut. Kemudian guru dan siswa menuliskan dengan sebaik
mungkin opini yang mereka buat dalam format yang telah disediakan.
Selanjutnya tulisan tersebut di upload di media sosial mereka, yang
nantinya tulisan tersebut dikomentari oleh temantemannya dengan
bahasa yang positif dan bersifat membangun. Kumpulan opini yang
telah dibuat juga akan di terbitkan pada media cetak.
23
Gambar 4. Siswa Membuat Opini
Tujuan dari kegiatan ini adalah melatih kemampuan guru dan
siswa dalam menulis dan memberikan pandangan terhadap suatu
informasi serta mampu memberikan komentar yang bijak terhadap
informasi tersebut.
1. Satu Minggu Satu Puisi
Kepala sekolah menyusun program bersama guru. Kegiatan ini
dilaksanakan satu kali dalam seminggu. Sasaran dari program adalah
guru dan siswa. Kegiatan ini dilakukan satu kali dalam satu minggu.
Dimana diawali dengan guru melakukan pemodelan bagaimana
membuat puisi yang sederhana. Baik siswa dan guru setiap minggu
menulis satu puisi. Penulisan puisi ini dimulai dari membimbing dan
membina guru dalam penulisan puisi, selanjutnya guru melatih dan
membimbing siswa untuk menulis puisi. Puisi yang ditulis adalah hasil
karya sendiri. Puisi ditulis dalam sebuah buku tulis yang disediakan
khusus oleh siswa dan guru.
24
Setiap minggu siswa mengumpulkan puisi mereka kepada guru,
dan guru nantinya memberikan tanda tangan pada setiap karya siswa.
Buku puisi dikumpulkan dikelas yang nantinya puisi tersebut diketik
komputer. Puisi yang telah terkumpul tersebut diseleksi dan diambil
yang baik penulisannya untuk dibukukan dan berISBN. Setiap siswa
menunggu giliran puisi mereka akan diterbitkan menjadi sebuah buku.
Hasil
Kids Vlogger
Dari pelaksanaan Kids Vlogger didapatlah hasil sebagai
berikut.
1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan
public speaking.
2. Meningkatnya kemampuan literasi siswa
3. Meningkatnya kemampuan siswa dalam bekerja bersama tim.
4. Dihasilkannya vlogger-vlogger cilik yang memiliki konten
edukasi.
5. Tertanamnya sikap positif seperti tanggung jawab, percaya diri,
menghargai orang lain dan berani dalam mengambil tindakan
Menulis Opini
Dari kegiatan program menulis Opini ini didapatlah hasil sebagai
berikut.
1. Terkumpulnya opini siswa dan guru
2. Meningkatnya kemampuan literasi tulis dan baca bagi siswa dan
guru.
3. Diterbitkannya opini guru pada media cetak.
25
4. Terlatihnya kemampuan guru dan siswa dalam meberikan komentar
yang bijak terhadap suatu informasi.
5. Tertanamnya karakter positif bagi siswa dan guru terutama dalam
hal merespon suatu informasi dan menggunakan teknologi secara
bijak.
26
Gambar 9. Kumpulan Puisi yang Sudah Memiliki ISBN
27
lahirnya berbagai karya literasi yang telah juga memanfaatkan media
sosial dan cetak sebagai sarana dalam berliterasi tersebut.
Rekomendasi
1. Untuk kepala sekolah, lebih meningkatkan inovasi program
terhadap pengembangan budaya lietasi terutama literasi digital.
2. Untuk guru sekolah, agar mampu menjadi pelaksana program
yang mengarahkan siswa kepada nilai-nilai yang lebih baik.
3. Untuk tim pelaksana program sekolah, agar lebih memperhatikan
analisa kebutuhan sekolah dan administrasi program sekolah
4. Untuk dinas pendidikan, agar terus memberikan bimtek dan
sosialisasi tentang pengelolaan program sekolah.
5. Untuk pemerintah, agar memfasilitasi sekolah khususnya dalam
bidang pengelolaan program pemenuhan kebutuhan sekolah
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Daftar Pustaka
Daryono. 2017. Literasi Informasi Digital: Sebuah
tantangan bagi pustakawan. TIK. Ilmeu:
Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan STAIN
Curup, Vol 1, No 2, hlm 89-102.
28
Muhdar HM. 2013. Pendidikan Karakter menuju SDM
Paripurna. Jurnal
Pen Alulum, volume.13 nomor1,hlm.103-128
Suyanto. 2010. Aktualisasi Pendidikan Karakter, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan Nasional,
Jakarta
https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com
/amp/rulimustafa/5a533bc15e137379
2c793e92/literasi-digital-dan-manfaatnya
( diakses tanggal 5 Juni 2019)
Tentang Penulis
Deswita, lahir di
Bukittinggi 53 tahun
yang lalu tepatnya
18 Desember
1966 .Pendidikan
Sekolah Dasar
ditamatkan di SDN
05 Bukittingg pada
tahun 1979.
Kemudian
melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP 2 Bukittinggi tamat tahun
1982. Setelah itu melanjutkan pendidikan ke SPG Bukittinggi
tamat tahun1985.Pada tahun 1987
melanjutkan pendidikan SI di FKIP Muhammadiyah Padang
Panjang tamat tahun 1992.Mengajar Pertama kali di tahun
1986 di SD Inpres Balay Banyak Bukittinggi dipindah tugaskan
ke SDN 02 Percontohan Tahun 2004. Tahun 2012 Guru
berprestasi tingkat Nasional utusan Sumatera Barat dan
mendapat Networking ke Turki tahun 2013. Tahun 2014
diangkat sebagai kepala sekolah di SDN 01 Campago Ipuh
Bukittinggi. Akhir tahun 2016 pindah tugas sebagai kepala
sekolah SDN 01 Benteng Pasar Atas Bukittinggi sampai
sekarang. Alhamdulillah tahun 2019 ini membawa nama baik
29
SDN 01 Benteng Pasar Atas dalam ajang lomba kepala
sekolah berprestasi mendapat peringkat 3
tingkat nasional. HP.
082169733700
Dharmawati
Kepala SDN 037 Tarakan, Kalimantan Utara
Email: dharmasastra2010@yahoo.com
30
di beberapa tempat. Ruang kelas hanya ada 6 padahal jumlah rombel
ada 9. Sehingga ada shif pagi dan siang. Buku teks tak memadai. Ruang
Musolla, UKS dan kantin tak ada. Perpustakaan hanyanya ruang kelas
yang disekat seadanya.
31
Tarakan adalah pulau yang penduduknya beragam,
tetapi penduduk asli pulau ini adalah suku Tidung. Suku Tidung senang
berkumpul untuk mengerjakan sesuatu . Budaya itu di sebut Intimung.
Berdasarkan latar-belakang dan pemikiran tersebut penulis
membuat program yang mengutamakan bermusyawarah dengan
semua pemangku kepentingan, demi terlaksananya perbaikan mutu
pendidikan di SDN 037.
32
atribut lengkap
3. Berkelahi dan berkata kasar 41 siswa 15%
4. Tidak masuk sekolah Tanpa 82 siswa 30%
izin
5. Membuang sampah 33 siswa 12%
Sembarangan
6. Tidak mengerjakan PR 71 siswa 26%
33
dengan pihak lain. Maka tim rapat bersama dengan komite
sekolah. Hasil rapat dengan komite di sepakati untuk
:
a. Membentuk Intimung Taka di setiap kelas yang berasal dari
orang-tua siswa. Intimung Taka berasal dari bahasa Tidung,
bahasa penduduk asli pulau Tarakan yang artinya “berkumpul
kita”. Tujuannya agar program bisa terlaksana dengan cepat
dengan bantuan Intimung Taka di setiap kelas
b. Membuat sudut baca setiap kelas dengan memberdayakan
Intimung Taka di setiap kelas. Sudut baca di targetkan
berbiaya rendah dan dari bahan daur ulang sehingga
sekaligus dapat program sekolah adiwiyata yang sedang di
rintis juga.
c. Membuat kampaye membaca seperti lukisan, poster dan
kata-kata motivasi sehingga siswa tertarik untuk membaca.
d. Untuk sarana baca di lingkungan sekolah (di luar kelas) yang
tak bisa dihindari biayanya, maka sekolah membuat proposal
kepada komite sekolah. Komite menghimpun dana dan
tenaga dari orang tua sesuai dengan kesanggupan orang
tua. Yang tak memiliki dana tetapi memiliki keahlian maka
menyumbangkan keahliannya. Seperti tukang kayu, tukang
batu, pelukis dan pekerja seni lainnya. Semua dana dan
proses pengerjaan dikelola oleh komite.
5. Pelaksanaan Program Bersama Intimung Taka Wali kelas bersama
dengan orang tua tiap kelas Intimung, kami memakai strategi
banyak mendengar saran dan pendapat dari orang-tua siswa. Di
luar dugaan orang tua siswa bersemangat memberikan masukan
untuk kemajuan pendidikan anaknya. Langkah selanjutnya masing-
masing wali kelas menyampaikan program. Orang-tua diajak
menata kelas menjadi kelas kaya literasi. Model dari sudut baca
bermacam-macam tergantung kemampuan orang tua pada kelas
itu. Akhirnya terciptalah sudut baca yang unik ada yang dari pipa
paralon, talang air, jerigen, kain perca dan potongan kayu.
34
program Gerakan Literasi Sekolah pada tahap pembiasaan.Tahap
pembiasan ini kami mulai dengan membaca 15 menit buku non
teks setiap hari sebelum KBM. Buku non teks pada tahap awal ini
bersumber dari perpustakaan sekolah yang di bagi ke tiap sudut
baca di kelas.
35
Gambar 5a. Program PIPA dengan Sekolah Gambar 5b. Program PIPA dengan TBM
36
untuk mahasiswa dan dosen untuk mengadakan penelitian
literasi.
b. Bank Indonesia
Bank Indonesia mempunyai program BI Corner, yaitu pengadaan
buku bacaan beserta prasarananya ke beberapa sekolah dan
kantor perpustakaan. Tim literasi menawarkan diri menjadi
relawan untuk membantu terlaksanaan program BI Corner.
Program kerjasama ini telah berjalan 1 tahun.
37
Gambar 8a. Big Book karya Guru dan Siswa Gambar 8b. Guru membacakan Buku
Hasil Akhir
Capaian yang diperoleh dari dampak pelaksanaan program literasi
adalah
1. Keadaan Sapras
Program literasi mendapat apresiasi dari Kemdikbud, beberpa
tim satgas GLS pusat datang ke SDN 037 untuk melihat praktik
literasi. Pada tahun
2018 SDN 037 mendapat dana takola sebesar
1.597.575.000,- untuk rehab ruang kelas dan renovasi
3 ruang kelas baru, ruang musolla, UKS, perpustakan 4 Wc dan
gudang. Bersamaan dengan itu jumlah siswa SDN 037 juga
meningkat drastis, karena telah tumbuh kepercayaan (trust) orang-
tua.
25
20
20 16 Jumlah Jamban
15 11
9 8
10 Jumlah PTK
4
5
0 Jumlah Ruang
Sebelum Literasi Sesudah Literasi Layanan
38
2. Gerakan Literasi Sekolah Telah melaksanakan GLS di 3 tahap. Yaitu pembiasaan,
Pengembangan dan Pembelajaran.
3. Sekolah Ramah Anak Sebagai pelaksana Sekolah Ramah Anak
4. Sekolah penguatan Terpilih menjadi sekolah Piloting pendidikan Karakter
Penguatan Pendidikan Karakter
5. Gerakan Pramuka Terpilih Menjadi Gudep Unggul
provinsi Kaltara, dan akan mengikuti
pemilihan gudep unggul nasional pada bulan
Agustus 2019.
39
3. DUDI/komunitas/Lembaga dan LSM 1. Bekerjasama Dengan TBM Forum Guru
Tapal Batas, TBM Lisan pada program PIPA
2. Tim literasi yang tergabung dalam relawan
Jaga Baca membantu program BI Corner
Bank
Indonesia
Pada bulan September 2017 penulis selaku kepala SDN 037 diberi
kesempatan Kemdikbud menuliskan perjalanan literasi di SDN 037 pada
buku “Merayakan Literasi, Menata Masa Depan”. Dan membedah buku
tersebut di ajang Festival Literasi Sekolah pada bulan oktober 2017.
Karena dianggap berhasil dengan program literasi penulis yang
merupakan Kepala Sekolah di undang berbagi praktik baik ke beberapa
wilayah di Indonesia. Diantaranya Jakarta, Palembang, Dompu, dan
beberapa daerah lokal di Kalimantan Utara.
Sekolah yang bermitra dengan SDN 037 menuliskan praktik baik
literasi di sekolah dalam buku “ Kisah Dari Tapal Batas Negeri” dan buku
ini berhasil di bedah di Universitas Borneo Tarakan dan pada Festival
Literasi Sekolah ke 2 pada tahun 2018 di Gedung A
Kemdikbud
Gambar 10a. Menghadiri FLS Gambar 10b. Berbagi Praktik Baik Literasi
40
Dampaknya Bagi Warga Sekolah
Dari semua pecapaian itu dampaknya bagi warga sekolah adalah
tumbuh kepercayaan diri pendidik dan tenaga kependidikan dalam
mendidik dan melaksanakan program sekolah karena telah tumbuh
trust dari orang tua dan masyarakan kepada sekolah serta tumbuhnya
budaya mutu dan persaingan yang sehat antar siswa, guru dan warga
sekolah lainnya. Dampak lainnya Guru semakin bersemangat
meningkatkan potensi diri sebagai guru pembelajar.
Daftar Pustaka
Kemdikbud. 2015. Panduan Gerakan Literasi Sekolah Dasar. Jakarta
Hidayat, dkk. 2016. Kemitraan Sekolah dengan Keluarga dan
Masyarakat, Jakarta : Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
dan Pendidikan Masyarakat
Kemdikbud. 2016. Desain Induk GLS. Jakarta
Biodata Penulis
Dharmawati, lahir di Teluk Bayur Kalimantan
Timur 10 oktober 1973, memulai karier sebagai
41
guru SD 20 tahun yang lalu dan sebagai kepala sekolah 7 tahun yang
lalu. Sejak kecil sangat suka membaca buku dan menulis. Ketika
Gerakan Literasi Sekolah di canangkan pada tahun
2015 ibu dari 3 anak ini menyambut
dengan suka cita karena percaya Gerakan Literasi Sekolah dapat
membantu meningkatkan mutu sekolah. Pada tahun 2016 terpilih
menjadi salah satu guru teladan versi yayasan Ayo Membaca Indonesia.
Penghargaan itu semakin mematik semangatnya untuk berjuang lewat
literasi dan membina relawan literasi Forum Guru Tapal Batas. Penulis
bisa dihubungi pada nomor HP.
081351319743
42
BELAJAR PROFESIONAL
Wawat Karwati
SDN Santaka, Jawa Barat Email:
wawatkarwati22@gmail.com
43
permasalahan, sehingga mampu mengembangkan wawasan guru
tentang pengetahuan yang baru. Hal ini sejalan dengan pendapat
Triatna (2015:38) bahwa pengembangan belajar bersama dalam
membangun visi, misi, dan tujuan sekolah berkembang secara alamiah
dalam proses mengelola sekolah hari demi hari melalui dialog
keseharian dan dialog formal dalam rapat sekolah/ panitia.
Kegiatan dalam Komunitas Belajar Profesional pada dasarnya
merupakan proses interaksi dalam komunitas. Perbedaan antara
interaksi dalam komunitas belajar dengan interaksi pada umumnya
adalah bahwa dalam komunitas belajar interaksi dilakukan berdasarkan
pada refleksi diri sehingga timbul keinginan untuk memperbaiki diri. Hal
ini tidak terdapat pada kelompok yang bukan komunitas belajar.
Sebagaimana dinyatakan oleh Triatna (2015:43) bahwa semua PTK
mengalami proses interaksi, tetapi tidak semua interaksi
mengakibatkan hasil belajar. Pengalaman yang dievaluasi, dicari
logikanya, dan direfleksi akan menjadikan seseorang berubah dan lebih
berpengalaman.
Pembentukan komunitas belajar di sekolah memerlukan peran
kepala sekolah dalam mengatur alur komunikasi sehingga tetap
berjalan dengan lancar serta menjamin bahwa kegiatan dalam
komunitas belajar tetap mengarah pada tujuan yang ditetapkan. Kepala
sekolah juga harus berperan sebagai role model bagi spirit dalam
melakukan perbaikan kompetensi melalui partisipasinya dalam
Komunitas Belajar Profesional. Komunikasi yang dikembangkan di
sekolah sejauh mungkin menerapkan sistem demokratis. Hal ini sejalan
dengan pendapat Triatna (2015 : 43) yang menyatakan bahwa proses
dialog dalam konteks pengembangan sekolah harus terhindar dari
mengistimewakan orang tertentu dari pada orang lainnya dalam
komunitas.
Kesabaran dan konsistensi dari semua anggota komunitas sangat
diperlukan bagi keberlangsungan Komunitas Belajar Profesional. Hal ini
disebabkan Komunitas Belajar Profesional bukanlah sebuah proses
sekali jalan, tetapi merupakan sesuatu yang harus terusmenerus
dikembangkan sejalan dengan proses proses perkembangan guru
sebagai bagian dari organisasi sekolah. Dukungan utama dalam
pengembangan kapasitas sekolah melalui belajar bersama dalam
komunitas profesional mensyaratkan perubahan pada budaya
organisasi, yaitu perubahan yang berjalan dalam waktu setahap demi
44
setahap dan berkembang sesuai dengan perjalanan refleksi warga
sekolah.Triatna
(2015:44).
Keberhasilan dalam membangun Komunitas Belajar Profesional
dapat dilihat dari pencapaian indikatorindikator yang ditetapkan.
Berikut ini adalah indikatorindikator Komunitas Belajar Profesional
yang dirangkum dari pendapat Harris & Jones (2010:176-177) dan
Dehdary (2017:647), yaitu (a) terdiri atas guru-guru dengan keahlian
yang berbeda, (b) adanya partisipasi secara kolegial di antara peserta,
(c) adanya penyediaan fasilitas oleh pimpinan, (d) tindakan
dilaksanakan berdasarkan orientasi kebutuhan dan selalu dilihat
perkembangannya), (e) fokus terhadap perbaikan proses pembelajaran
serta memaksimalkan dampaknya terhadap hasil belajar siswa, (f)
adanya rasa saling menghormati dan mempercayai di antara anggota
komunitas, dan (g) adanya kegiatan berbagi pengetahuan di antara
anggota komunitas.
Kenyataan di lapangan, tidak mudah membangun Komunitas
Belajar Profesional. Salah satu contoh adalah kondisi di SDN Santaka.
Sebagian besar guru di SDN Santaka belum mampu mengatur waktu
dengan baik untuk melakukan kegiatan yang bersifat membangun
kebersamaan dalam sebuah komunitas belajar. Waktu setelah jam
mengajar selesai cenderung dihabiskan untuk melakukan hal-hal lain
yang tidak ada kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan
kompetensi.
Guru merupakan anggota komunitas di sekolah yang
keberadaanya sangat memengaruhi kualitas layanan pendidikan dan
pembelajaran. Sebagai pendidik, sudah selayaknya guru menjadi suri
tauladan bagi peserta didik terutama dalam membangun kebiasaan
belajar yang mandiri. Kemandirian dalam konteks guru sebagai
pembelajar dewasa adalah kesadaran untuk melakukan refleksi
mengenai kompetensi yang dimiliki serta berusaha untuk
memperbaikinya. Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor
87/2017 tentang pendidikan karakter.
Langkah awal yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
menghadapi masalah berupa belum terbentuknya Komunitas Belajar
Profesional di SDN Santaka adalah melakukan refleksi diri. Dari hasil
refleksi tersebut diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan
selama ini masih bersifat konvensional, mengedepankan instruksi dari
45
pada persuasi. Dengan gaya tersebut, kepatuhan guru untuk mengikuti
kegiatan komunitas belajar hanya bersifat temporer, belum sampai
pada tumbuhnya kesadaran. Keadaan ini berdampak pada rendahnya
kompetensi profesional dan pedagogik guru yang berkaitan langsung
dengan proses pembelajaran. Hasil supervisi menunjukan bahwa
sebagian besar guru belum membuat perangkat pembelajaran yang
memadai, sehingga proses pembelajaran kurang terencana dengan
baik. Pada proses pembelajaran di kelas, sangat sedikit guru yang
menerapkan model- model pembelajaran. Di samping itu, penggunaan
media IT masih kurang, baik sebagai media pembelajaran maupun
sebagai alat bantu dalam membuat perangkat pembelajaran. Sebagai
akibat kurangnya inovasi dalam pembelajaran, maka guru kekurangan
bahan untuk menyusun karya tulis, sehingga sampai dengan akhir
tahun 2017 sangat sedikit KTI yang dihasilkan oleh guru dan disimpan di
perpustakaan. Keadaan ini membuat kepala sekolah berpikir bahwa
diperlukan sebuah strategi yang inovatif dalam memotivasi guru
membentuk Komunitas Belajar
Profesional. Strategi yang dipilih oleh kepala sekolah sebagai upaya
untuk membangun Komunitas Belajar Profesional di kalangan guru-
guru SDN Santaka kemudian diberi nama strategi SWEET LOVE.
46
melaksanakan kegiatan. Di samping itu, konsep mutualitas menjamin
bahwa guru berada pada posisi yang sama dalam melaksanakan
kegiatan belajar. (Karwati & Prawiyogi,2019:74). Berdasarkan uraian
tersebut, strategi SWEET LOVE bukanlah bentuk perlakuan tunggal,
tapi merupakan satu rangkaian secara keseluruhan.
Strategi SWEET LOVE bisa juga dikatakan sebagai serangkaian
pendekatan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka
meningkatkan partisipasi guru terhadap program peningkatan
kompetensi. (Karwati & Prawiyogi,2019:76). Nilai-nilai humanis,
kebersamaan, rasa percaya diri, serta penghargaan terhadap kinerja
merupakan karakter dasar dari pendekatan SWEET LOVE .Pengertian
ini digunakan untuk merefleksikan nama sweet love itu sendiri yang di
dalamnya mengandung unsur-unsur rasa cinta kasih dari kepala
sekolah kepada guru. Penggunaan kata atau frase yang berkonotasi
baik dengan proporsi yang tepat akan mampu meningkatkan rasa
memiliki di kalangan guru sehingga kemungkinan bagi berhasilnya
sebuah program dapat lebih diperbesar.
Langkah-langkah dalam menerapkan strategi SWEET LOVE untuk
membangun Komunitas Belajar
Profesional adalah sebagai berikut.
1. Set the Goals
Penentuan tujuan merupakan dasar bagi dilaksanakannya
seluruh program kegiatan. Adapun tujuan yang ditetapkan adalah (a)
membangun Komunitas Belajar Profesional sebagai tujuan utama
dikembangkan dengan berdasarkan pada indikatorindikator yang telah
ditetapkan, (b) meningkatkan kompetensi profesional dan kompetensi
pedagogik guru, dan (c) meningkatkan pemenuhan perangkat
pembelajaran.
47
Gambar 1. Membangun Komunikasi
48
menjadi narasumber pada kegiatan sharing kemudian memberikan
kesempatan kepada guru untuk menunjukan kapasitasnya di hadapan
rekan-rekan.
50
Pemberian penghargaan bisa menjadi motivasi yang luar biasa
bagi guru untuk terus berkarya. Pemberian penghargaan terhadap
kinerja guru bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
pujian, maupun dengan pemberian kesempatan kepada guru untuk
menjadi narasumber kegiatan. Perasaan dihargai sebagai guru,
ditempatkan sebagai manusia yang memiliki kemampuan memberikan
energi yang luar biasa bagi guru untuk berbuat lebih baik.
51
digunakannya strategi SWEET LOVE, kesadaran guru tentang
pentingnya peningkatan kompetensi meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari topik pembicaraan dalam komunitas guru lebih
mengarah pada hal- hal yang ada relevansinya dengan tugas fungsi
guru. Indikasi lainnya yang berhubungan dengan motivasi belajar
adalah masuknya guru pada komunitas PKB on line Rumah Belajar
yang berjalan di bawah naungan kemdikbud.
52
2. Sumedang Tahun 2014/2015Meningkatkan Prestasi
53
Gambar 8. Guru Menerapkan Model Pembelajaran
54
b. Capaian nilai tarap serap kurikulum adalah 77 dan 78 pada
semester 1 dan 2 tahun pelajaran 2017/2018 serta 80 dan 81
pada semester 1 dan 2 tahun pelajaran 2018/2019.
3. Sekolah
Meningkatnya kompetensi profesional dan pedagogik telah
berdampak terhadap meningkatnya pemahaman guru mengenai
berbagai program sekolah lainnya sehingga partisipasi guru pada
program-program tersebut meningkat. Hal ini berimbas pada
peningkatan nilai akreditasi sekolah, yaitu dari nilai 81 pada tahun
2011 menjadi 87 pada tahun 2017.
Berdasarkan uraian di atas, strategi SWEET LOVE terbukti mampu
membangun Komunitas Belajar Profesional di SDN Santaka serta
meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogik guru. Strategi
SWEET LOVE dapat digunakan oleh kepala sekolah lainnya yang tertarik
untuk mengaplikasikan strategi ini sesuai dengan kondisi masing-
masing. Beberapa rekomendasi dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Pada langkah Set the Goals, harus ditambahkan dengan keterlibatan
ahli misalnya pengawas sekolah, atau unsur-unsur dari komite
sekolah maupun dunia usaha, sehingga muatan dalam kegiatan
Komunitas Belajar Profesional dapat lebih ditingkatkan.
b. Pada langkah Write Down the Plan kepala sekolah harus
memberikan porsi yang lebih besar kepada guru untuk
meningkatkan self-belonging mereka terhadap program kegiatan,
sehingga tingkat ketercapaian program dapat lebih ditingkakan lagi.
c. Meningkatkan pengetahuan tentang seni-seni membangun
kepercayaan diri pada bawahan, terutama dalam melaksanakan
melaksanakan pendekatan Encourage the Teachers to Participate
dan Ensure the Teachers that they Have Capabilities.
Daftar Pustaka
Dehdary. (2017). A Look Into Professional Learning Community.
http :/ / www .academy publication .com/ ojs/ index .php/ jltr/
article/view/ jltr0804645654. Volume 8 Number 4. Pp 647
Harris, A. dan Jones, M. (2010). Professional Learning
Communities And System Improvement.
55
https://www.researchgate.net/publication/
249752354_Professional_learning_communities_a
nd_system_improvement Volume 13 Number 2 July 2010 172–
181. Pp 172 – 181.
Karwati,W dan Prawiyogi,A. (2019) Guru dan Membelajarkan Guru.
Karawang FBIS Publishing.
Triatna, Cepi (2015). Membangun Komunitas Belajar Profesional untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah http://ejournal.upi
edu/index
.php/JPSPs/article/view/5918
Tentang Penulis
Wawat Karwati, M.Pd. lahir di Bandung
pada tanggal 22 November 1971.
Pendidikan terakhir S2
Pendidikan Dasar di Universitas Pendidikan
56
Indonesia. Ibu dari tiga orang anak ini sekarang bekerja sebagai Kepala
SDN Santaka Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang. Sejauh
ini buku yang telah dihasilkan ada dua, yaitu Remaja
dan Permasalahannya pada tahun 2015 yang ditulis bersama
rekan-rekannya di Universitas Pendidikan Indonesia. Buku
kedua terbit pada tahun 2019 dengan judul Guru dan Membelajarkan
Guru.
Nomor HP 081220595958.
57
MENCIPTAKAN LABEL SEKOLAH UNGGUL MELALUI
KEGIATAN
LITERASI
Agung Rahmanto
Kepala Sekolah SD Muhamamdiyah Sapen Yogyakarta ǔǕ]agoeng.spn@gmail.com
59
Muhammadiyah Sapen membangun perpustakaan sebagai pusat belajar dengan
desain rekreatif dari segi fisik dan koleksinya. Ketertarikan siswa untuk
membaca mulai terlihat dengan meningkatnya kunjungan siswa di
perpustakaan.
Keseriusan melaksanakan kegiatan literasi di SD Muhammadiyah Sapen
membuahkan hasil yang sangat mendukung tercapainya sebagian cita-cita yang
tertuang di roadmap sekolah. Kebijakan pengembangan literasi SD
Muhammadiyah Sapen meliputi beragam kegiatan literasi yang terintegrasi
dalam pembelajaran ekstrakurikuler maupun intrakurikuler sekolah. Kebijakan
lain yang diterapkan yaitu, keterlibatan pihak lain yaitu masyarakat dan dunia
usaha. Kegiatan literasi terbukti mampu menciptakan SD Muhammadiyah Sapen
menjadi sekolah yang unggul dalam karakter, digital, dan multitalent.
Literasi sebagai sarana untuk menciptakan keunggulan sekolah
dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu pembiasaan, pengembangan, dan
pembelajaran (Kemdikbud, 2016: 5). Pada tahap pembiasaan literasi
dilaksanakan guna membiasakan siswa memiliki budaya literasi. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah a) lima belas menit membaca setiap hari
sebelum jam pelajaran, b) membangun lingkungan fisik sekolah yang kaya
literasi.
Pada tahap pengembangan literasi dilakukan dengan memberikan
tagihan sederhana, guna dilakukan penilaian non akademik. Kegiatan yang
dapat dilakukan meliputi a) lima belas menit membaca setiap hari. Tagihan non
akademik di bagian ini dapat berupa membuat peta cerita (story map), atau
karya lain; b) mengembangan lingkungan fisik yang kaya literasi serta
mengembangkan ekosistem sekolah yang menghargai keterbukaan dan
kegemaran terhadap pengetahuan. c) pengembangan kemampuan literasi
melalui kegiatan di perpustakaan sekolah/perpustakaan kota/daerah atau
taman bacaan masyarakat atau sudut baca kelas.
Literasi pada tahap pembelajaran dilakukan dengan cara
menghubungkan kegiatan literasi dengan kegiatan belajar mengajar. Aktivitas
literasi yang dapat dilakukan adalah 1) lima belas menit membaca setiap hari
sebelum jam pelajaran, 2) kegiatan literasi dalam pembelajaran tagihan
akademik disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, 3) menggunakan
berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua muatan pelajaran, 4)
menggunakan lingkungan fisik, sosial afektif, dan akademik disertai beragam
bacaan yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran
Akbar, dkk (2017: 1060) menjelaskan bahwa implementasi GLS dan
suasana literasi di sekolah dasar mampu membangun karakter pada siswa
60
melalui tahapan pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Karakter
yang dapat ditumbuhkan antara lain karakter religius, menghargai prestasi,
kerja keras, mandiri, semangat kebangsaan, kreatif, dan cinta tanah air. Hasil
penelitian lain dituliskan Gantari (2016: 23) menjelasakan bahwa kemampuan
membaca siswa akan meningkat jika budaya literasi terbangun dengan baik.
Kemampuan baca ini akan dapat mempengaruhi kemampuan-kemampuan
siswa dalam segala aktivitas termasuk pemecahan masalah.
Pentingnya literasi di sekolah dasar juga disampaikan oleh Abidin,
Mulyati, dan Yunansah (2017: 156) bahwa, pembelajaran berbasis literasi
terbukti signifikan untuk meningkatkan kemampuan literasi menulis siswa. Iklim
literasi yang dikemas dalam pembelajaran akan meningkatkan kompetensi siswa
dalam berliterasi.
4) Club Sains
Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi keterampilan ilmiah siswa guna
mendapat dan memperdalam pegetahuan baru. Dengan demikian akan
menumbuhkan kepedulian di dunia sains dan teknologi. Siswa terbagi menjadi
beberapa kelompok kelas dengan materi berbasis eksperimen secara langsung.
63
Hasil akhir dari setiap percobaan ditulis dalam bentuk laporan sederhana
berdasarkan pengalaman.
5) Dol tinuku (Jual Beli) dan Celengan Impian
Dol tinuku menjadi salah satu icon SD Muhammadiyah Sapen dalam
menerapkan literasi keuangan. Kegiatan ini menjadi praktik langsung siswa kelas
5 yang sedang mempelajari materi jual beli. Siswa merencanakan usaha jual beli
mulai dari promosi, penyiapan produk yang akan dijual, perhitungan laba rugi
dan pelaporan. Sedangkan kelas lain mendapatkan tugas berbelanja
menggunakan uang yang ditentukan dan kemudian mencatat barang yang telah
dibelanjakan. Dalam kegiatan ini terjadi transaksi jual beli alamiah oleh siswa,
guru bahkan orang tua, seperti negosiasi kedua belah pihak.
Program literasi keuangan juga terlihat pada pembiasaan perencanaan
keuangan sederhana oleh siswa kelas 2 dalam bentuk celengan impian. Setiap
siswa dengan kreatif membuat tempat penyimpanan uang dari bahan bekas
berhias, yang bertuliskan impian siswa jika uang sudah terkumpul.
64
Desain Literasi dalam Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran tentu memerlukan beragam sumber. Literasi
dalam pembelajaran di SD Muhammadiyah Sapen dengan mengintegrasikan
literasi dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencakup materi
pembelajaran yang relevan, metode, langkah pembelajaran, dan metode
penilaian yang sesuai kebutuhan.
Pembelajaran untuk kelas atas terdapat pembiasaan membaca dengan
tagihan aktivitas akademik siswa, dalam artian penilaian yang ada kaitannya
dengan kurikulum, namun lebih kepada tagihan berupa pengembangan
kreativitas. Tagihan yang diberikan misalnya kreativitas pembuatan mini book,
poster, mind mapping, puisi, atau peta cerita menurut kreativitas masing-
masing. Isi dari produk yang dibuat siswa disesuaikan dengan bahan literasi yang
dibaca atau
ditonton siswa. (baca tulis, disiplin,
Desain literasi dalam pembelajaran ini juga dilakukan dengan
mengkolaborasikan materi dengan pihak lain dalam bentuk kegiatan:
1) Pustakawan Mengajar
Program ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan siswa dalam menggali
informasi dari berbagai sumber, seperti buku pengayaan (buku teks, kamus,
ensiklopedia, atlas), hingga keterampian menggunakan media digital (materi
search enggine skills). Pustakawan berkolaborasi dengan guru yang telah
tercantum dalam RPP kolaborasi tematik integratif.
2) Orang tua Mengajar
Program orang tua mengajar sering dikenal dengan istilah parent day.
Pelibatan orang tua dalam proses pembelajaran terkait dengan pengenalan
sebuah profesi. Sinergi ini memberikan motivasi kepada anak akan pentingnya
cita-cita serta bagaimana proses meraih dan mewujudkannya.
Desain literasi dalam pembelajaran SD Muhammadiyah Sapen juga
memanfaatkan lingkungan fisik maupun sosial untuk mendukung kegiatan
literasi. Lingkungan fisik yang digunakan antara lain Lapangan Kelurahan guna
mengetahui sistem pemerintahan desa, lapangan ini digunakan untuk kegiatan
kepanduan Hizbul Wathan (HW). Lingkungan fisik yang lain yaitu dengan
memanfaatkan Bhumi Krida Gambiran. Fasilitas lingkungan outing class yang
dimiliki sekolah ini, akan memeperkenalkan siswa dengan berbagai jenis
tanaman lengkap dengan jenis akar, batang, dan tulang daunnya. Hal ini untuk
menunjang kompetensi pada muatan pembelajaran IPA kelas V.
65
Desain Literasi dalam Budaya Sekolah
1) Outing Class
Penyelenggaraan outing class diselenggarakan tiap semester di setiap
jenjang kelas. Pembelajaran di luar kelas dalam rangka menciptakan suasana
berbeda dari kegiatan rutinitas di dalam kelas.Selain itu mampu memunculkan
kreatifitas untuk memecahkan permasalahan. Bentuk kegiatan yang dikemas
dalam beragam permainan akan menumbukan rasa peduli terhadap lingkungan
dan kemampuan kerjasama antar siswa.
Penentuan tempat outing class disesuaikan dengan materi yang sedang
berjalan, misalnya budaya daerah siswa berkunjung ke Kraton, untuk
penumbuhan budaya baca siswa berkunjung ke Ghratama Pustaka, sejarah,
pembangkit listrik dengan energi alternatif berknjung ke pantai Baru Bantul.
Sekolah Dasar Muhammadyah Sapen memiliki kebun sekolah Bhumi
Kridha Gambiran (BKG) yang digunakan sebagai sarana outing class. Kegiatan
outing class juga sering dilakukan di berbagai wahana outbond yang sudah
memiliki kerjasama dengan sekolah.
Kegiatan outing class ini juga telah dikembangkan sekolah sampai ke
luar negeri dengan istilah student exchange (studex). Kegiatan ini memberikan
pengalaman kepada siswa melatih kemadirian, perencanaan untuk perjalanan,
hingga mengenalkan budaya Indonesia.
2) Gebyar Literasi
Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen senantiasa bergerak memfasilitasi
dan mewadahi peserta didik menjadi pribadi muslim yang berkemajuan.
Berkemajuan diartikan sebagai pribadi idaman yang berpijak pada pengalaman
guna memecahkan masalah. Kegiatan bernuansa literasi tersebut tertuang
dalam agenda Gebyar Literasi. Kegiatan ini diselenggarakan setiap tahun
66
melibatkan siswa, guru, pegawai serta orangtua sebagai bentuk praktik baik
literasi bersifat masif yang diharapkan nantinya dapat membudaya di sekolah.
Kegiatan mencakup 6 dasar literasi dalam bentuk aneka ragam lomba
literasi seperti poster digital, grand prix perahu othok-othok, menulis cerpen dan
puisi, kreasi sudut baca, percobaan sains sederhana. Selain lomba terdapat
agenda pemajangan hasil karya siswa, seperti
pameran sains, pameran lukisan dan fotografi. Selain itu siswa diberikan
kesempatan menampilkan kebolehannya dalam bentuk performance art di
panggung talenta terbuka. Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan piagam
penghargaan bagi siswa berprestasi, piagam penghargaan bagi siswa yang
berkarakter, penghargaan berupa trophy bagi siswa yang memperoleh capaian
tertentu.
3) International Supercamp
Perhelatan akbar 2 tahunan ini diselenggarakan oleh kepanduan Hisbul
Wathon (HW) SD Muhammadiyah Sapen. Internasional Supercamp
diselenggarakan di bumi perkemahan Rhama Shinta Prambanan yang
melibatkan peserta dari sekolah dasar Muhammadiyah di wilayah Indonesia dan
juga negara Malaysia. Selain melatih kemandiarian dan kepedulian sosial,
terdapat kegiatan pawai budaya bertemakan Bangga Budaya Daerah. Seluruh
peserta tergabung dalam kelompok regu menunjukkan beragam budaya daerah
masing-masing.
4) Sapenvaganza
Kegiatan yang menjadi budaya sekolah setiap 2 tahun sekali ini
bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menampilakan bakat
hasil dari berbagai kegiatan literasi di sekolah. Bakat tersebut seperti
67
pembacaan puisi, aneka kesenian musik baik modern dan tradisional dalam
orkesra sekolah, seni peran, pantomim, beraham tarian, broadcasting, yang
kesemuanya disajikan dalam bentuk kolosal.
Jeni S Kumisi
Kepala SD Negeri 44 Hulontalangi, Kota Gorontalon Provinsi Gorontalo
Email : jenisk24@gmail.com
70
dengan peran seorang pemimpin dan Guru. Sebagai Pendidik mampu memiliki
kesadaran terhadap tugas dan kewajiban untuk mendidik.
Kepala sekolah dan Guru mempunyai peran penting dalam membentuk
dasar-dasar masa depan yakni membangun manusia seutuhnya manusia yang
beriman, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, disiplin, percaya diri,
bermoral, bertanggungjawab dan memiliki nurani kebangsaan yang kuat.
Menelaah hal tersebut, sangat dituntut peran kepala sekolah dan guru
dalam tugasnya menumbuhkan karakter peserta didik. Berbagai strategi dan
inovasi telah dilakukan, namun kenyataan yang terjadi peserta didik belum
begitu menerapkan nilai prilaku akhlak yang diharapkan. Hasil pengamatan di
SDN No. 44 Hulontalangi menunjukan beberapa temuan yaitu; (1) Kepedulian
lingkungan sekolah masih rendah, (2) pada saat program membaca riang terlihat
minat baca kurang dan sikap dan prilaku terhadap guru yang kurang sopan, (3)
Peserta didik dan Guru selalu kehilangan di kelas, (4) peserta didik tidak berani
tampil didepan teman teman, (5) masih terlihat sebagian peserta didik yang
membuang sampah sembarangan, (6) masih terdapat peserta didik tidak
mengerjakan tugas.
Berdasarkan beberapa temuan masalah yang berhasil diidentifikasi
tersebut, penulis tergerak untuk membuat karya/inovasi baru melalui program
kegiatan yang kreatif yang dapat membangun karakter dan Literasi peserta didik
yaitu “ Gerakan Kantin Kelas Berbasis Karakter (G. KKBK)”. Gerakan KKBK adalah
akronim dari gerakan kantin kelas berbasis karakter. Gerakan KKBK merupakan
penanaman karakter yang perlu diterapkan sebagai upaya prepentif bagi
generasi muda untuk mengembangkan karakter dalam dirinya kearah yang lebih
baik.
Program ini diharapkan sekolah dapat memberikan pendidikan
keberanian, kejujuran, berilmu, tanggung jawab dan Literasi terhadap peserta
didik. Pelaksanaan Gerakan KKBK di SDN No.44 Hulontalangi berjalan sukses
dengan dukungan bersama dari warga sekolah. Program ini pada faktanya tidak
menambah beban kerja bagi sekolah maupun bagi guru. Dengan adanya
program ini justru menguntungkan guru untuk implementasi penanaman
karakter dan mendidik akhlak peserta didik. Sebab, sebagai pendidik tugas guru
tidak sekedar melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas, tetapi turut
bertanggung jawab dalam membina kepribadian peserta didik.
Gerakan KKBK sangat diharapkan memberikan manfaat secara teoritis
dan praktis sebagai berikut; 1) secara teoretis diharapkan best practice Gerakan
Kantin Kelas Berbasis Karakter menjadi acuan ilmiah untuk menerapkan
pendidikan karakter di sekolah; 2) secara praktis best practice ini diharapkan
71
bermanfaat bagi; a) bagi guru; melalui program Gerakan Kantin Kelas Berbasis
Karakter diharapkan dapat meningkatkan pula tingkat profesionalitas guru
dalam kegiatan mendidik sehingga menunjang karirnya dan meningkatkan
kompetensinya, b) bagi Kepala Sekolah; menjadi wujud tindakan riil sehingga
dapat memecahkan masalah tentang pelaksanaan nilai-nilai karkater di sekolah;
c) bagi Sekolah; diharapkan berguna bagi kegiatan pendidikan dan mampu
membina akhlak dan melatih keberanian, kejujuran, berilmu, tanggung jawab
dan
Literasi peserta didik di sekolah.
d. Tanggung jawab
Tanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah, keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. Anonimus (2017: 2) mengemukakan
bahwa Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab itu
bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian hidup manusia, bahwa setiap
manusia dibebani dengan tanggung jawab.
Berdasarkan uraian pendapat tersebut disimpulkan tanggung jawab
adalah sikap dan perbuatan individu baik yang nampak maupun yang tidak
nampak dan siap menanggung segala dampak dari perbuatannya tersebut. e.
Literasi
Menurut Sulzby (1986)
https://www.dosenpendidikan.com/pengertian literasi-menurut-para ahli-
tujuan-manfaat-jenisprinsip/. Literasi adalah kemampuan berbahasa yang
dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi (membaca, berbicara, menyimak,
dan menulis) dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika
didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan menulis dan
membaca. Sedangkan Graff (2006) https://
www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-literasiadalah.html arti literasi adalah
suatu kemampuan dalam diri seseorang untuk menulis dan membaca dan
mengkomunikasikan.
Berdasarkan uraian pendapat tersebut, disimpulkan bahwa Literasi
adalah kemampuan dalam membaca, menulis, menyimak, dan berhitung
sehingga dapat mengkomunikasikan pengetahuan dan ketrampilan secara
efektif kepada orang lain.
Gerakan KKBK
Gerakan KKBK adalah kegiatan yang menyediakan keperluan mendesak
peserta didik berupa alat tulis menulis, minuman dan makanan kecil, Gerakan
KKBK tidak ada yang berlaku sebagai penjual dan tidak dijaga maupun diawasi.
Alat tulis menulis dan minuman atau makanan diletakkan pada rak yang sudah
73
disediakan di kelas masing-masing, selain itu juga tersersedia kotak uang serta
buku jujur dan polpen jujur, kotak uang berguna untuk meletakkan pembayaran
dari peserta didik yang membutuhkan alat tulis, minuman atau makanan. Jika
ada kembaliannya, peserta didik mengambil dan menukar uang kembaliannya
dari kotak jujur tersebut.
Sementara buku jujur dan polpen jujur digunakan peserta didik untuk
menuliskan nama barang yang peserta didik butuhkan beserta harganya.
Kesadaran peseta didik dituntut untuk melakukan transaksi/jual beli dengan
membayar dan mengambil uang kembaliannya, tidak harus dijaga oleh Guru dan
peserta didik lainnya dan dilanjutkan dengan kemampuan peserta didik
menceritakan dan mengkomunuikasikan kepada temantemannya
pengalamannya menjadi penanggung jawab Gerakan KKBK. Motto yang
dikembangkan pada Gerakan KKBK adalah Allah Melihat Malaikat Mencatat.
Tujuan utama adalah mengukur keberanian, kejujuran, berilmu,
bertanggungjawab dan literasi peseta didik sehingga dengan pengalaman
tersebut peserta didik diharapkan menjadi warga masyarakat yang jujur
kedepannya. Gerakan KKBK adalah bentuk program kegiatan sekolah
menerapkan karakter yang ditanamkan sejak dini. Untuk itu dengan berbagai
upaya kita terus menumbuh kembangkan karakter peserta didik dan warga
sekolah demi mencapai tujuan pendidikan nasional menciptakan generasi
bangsa yang berilmu dan berahlak mulia.
Kondisi awal karakter peserta didik di SDN No. 44 Hulontalangi masih perlu
dioptimalkan seperti karakter berani, jujur, berilmu, tanggung jawab, dan lain-
lainnya masih belum berkembang dengan baik. Selain itu peserta didik belum
terbiasa dengan literasi sehingga pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta
didik masih rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh tentang hasil belajar peserta didik,
nampak bahwa setiap semester terdapat peserta didik yang tidak tuntas pada
Aspek Pengetahuan utamanya pada aspek sikap dan aspek ketrampilan. Berikut
adalah data observasi hasil belajar peserta didik pada semester genap tahun
pelajaran 2016/2017.
74
3 III 80% 20% 100%
4 IV 76% 24% 100%
5 V 82% 18% 100%
6 VI 84% 16% 100%
75
Gambar 1. Kotak Uang, Buku Jujur, Polpen Jujur
76
Gambar 3. Definisi Gerakan KKBK
dibutuhkan.
Umumnya barang yang
tersedia adalah barang
kebutuhan peserta
didik yang mendesak
dalam proses
pembelajaran.
77
menentukan barang yang dibutuhkan serta menuliskan barang
tersebut pada buku
jujur
3. Langkah selanjutnya
peserta didik membayar
harga barang sesuai
dengan harga yang
tertera pada barang
78
kepada temanteman tentang pengalamannya menjadi penanggung
jawab Gerakan KKBK
Gambar 8. Pengembangan Karakter Berani dan Literasi
Hasil yang diperoleh dan manfaat yang dirasakan oleh warga sekolah
dalam pelaksanaan Gerakan KKBK diantaranya; 1) dengan adanya Gerakan
KKBK dapat membantu ketersedian setiap keperluan peserta didik, contohnya
apabila ada peserta didik yang tidak memiliki polpen tidak perlu lagi jauh-jauh
pergi kekantin karena telah tersedia di kelas, 2) penerapan Gerakan KKBK
melatih peserta didik berprilaku jujur, melatih untuk taat dan patuh terhadap
norma, tata tertib dan ketentuan yang berlaku baik di sekolah maupun di
masyarakat, 3) selain itu juga dapat membantu peserta didik dalam belajar
mengelola keuangan kelas dan mengomunikasikan (literasi) pengalaman
menjadi penanggungjawab dalam gerakan ini, 4) pembantu guru menanamkan
karakter peserta didik dan membantu dalam proses pembelajaran karena
dapat diintegrasikan pada semua mata pelajaran dan penguatannya lebih pada
Bahasa Indonesia dan Matematika yang berkesesuaian dengan materi, 5)
peserta didik terlatih untuk jujur dan bertanggungjawab dalam setiap tindakan
sehingga terbentuk sikap Tanggung jawab pada kepedulian lingkungan dan
berprilaku jujur di sekolah, 6) peserta didik semakin termotivasi keberaniannya
79
seperti menjadi imam dalam sholat dhuha, 7) peserta didik semakin hebat
dalam berinteraksi dengan stakeholder sehingga berhasil meraih predikat
sekolah sehat, 8) peserta semakin kreatif dalam mengelola wirausaha dengan
bimbingan guru dan orang tua sehingga berhasil mendaur ulang bahan bekas
menjadi sebuah kerajinan bernilai tinggi, 9) telah menghasilkan peserta didik
yang tidak lagi bermasalah karena kontrol yang rutin dilakukan oleh pihak
sekolah dengan pihak orang tua peserta didik, 10) melatih Guru dan peserta
didik berwirausaha.
Dampak pelaksanaan Gerakan KKBK di SDN Nomor 44 Hulondhalangi
adalah memberikan nilai-nilai penting sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah; 1) mengembangkan kemampuan dalam kepemimpinan
terutama dalam pelaksanaan inovasi-inovasi pada bidang pendidikan; 2)
meningkatkan integritas kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan
dan pengembangan pendidikan berbasis karakter
2. Guru; 1) memotivasi guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya dalam
pelaksanaan pembelajaran; 2) memudahkan guru dalam pembinaan dan
pengembangan karakter peserta didik di lingkungan sekolah; 3)
meningkatkan kerjasama guru dalam pelaksanaan pembelajaran; 4)
memberikan pembelajaran bagi guru tentang pentingnya pengembangan
karakter peserta didik melalui kegiatan nyata
3. Peserta Didik; 1) gerakan kantin kelas berbasis karakter ini telah dapat
mengembangkan karakter siswa pada aspek: berperilaku berani, jujur,
berilmu, tanggung jawab dan literasi.
Gerakan KKBK di SDN Nomor 44 Hulondalangi Kota Gorontalo telah
berhasil dilaksanakan dan memberikan banyak manfaat kepada komunitas
sekolah. Direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1) Dinas Pendidikan Kota
Gorontalo dapat mengadopsi gerakan KKBK untuk diterapkan secara local di
seluruh satuan pendidikan di Kota Gorontalo yang penerapannya bukan hanya
untuk peserta didik tapi untuk guru dan komunitas lainnya di sekolah, 2) Kepala
Sekolah seyogyanya secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dalam
memimpin satuan pendidikan, karena keberhasilan pendidikan tergantung dari
keberhasilannya mengembangkan inovasi-inovasi dalam pengelolaan sekolah.
Gerakan KKBK ini dapat dikembangkan pada aspek-aspek tertentu dengan
melihat kelemahan-kelemahan pelaksanaannya, 3) guru seyogyanya
meningkatkan kerjasama dalam mengembangkan Gerakan KKBK, karena
gerakan ini telah terbukti meningkatkan karakter perserta didik dalam proses
pembelajaran, 4) peserta didik seyogyanya mentaati peraturan sekolah dan
berusaha memanfaatkan gerakan KKBK yang dilaksanakan oleh sekolah dalam
80
melatih dan mengembangkan karakternya dalam pelaksanaan proses
pembelajaran di sekolah.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menulis karya kreatif, semoga bermanfaat untuk kemajuan
pendidikan di Indonesia.
Daftar Pustaka
Anonimus. 2017. Kumpulan teori skripsi. http://kumpulan-teori-
skripsi.
blogspot.com/2017/11/teori-tanggung-jawab.html
Sulzby (1986)
https://www.dosenpendidikan.com/pengertianliterasi-menurut-para-
ahli-tujuan-manfaat-jenisprinsip/
Graff (2006).
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-
literasi-adalah. html
Irons, Peter. 2003. Keberanian Mereka yang Berpendirian. Bandung: Angkasa
Kesuma Dharma. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta. Pustaka Pel
Muzzam. 2013. Makalah Hakikat Ilmu dan jenis-jenisnya https://muzzam.
wordpress.com/2013/09/28/makalah-hakikatilmu/
Prasetyo Eko. 2015. Hakikat tentang seorang Pemberani https://www.
kompasiana.com/prasetyo_pirates/5535ba9f6ea8
341a2cda430c/hakiat-tentang-pemberani
81
Tentang Penulis:
Jeni S Kumisi, M.Pd, dilahirkan di B o n e p a n t a i
padatanggal12Agustus1971.
Pendidikan Sekolah Dasar
ditamatkan di SDN 1 Taludaa pada tahun 1985.
Melanjutkan pendidikan menengah pertama di
SMP Taludaa, tamat tahun 1987. Setelah itu
melanjutkan di SPG
Negeri 1 Gorontalo, tamat tahun 1990. Pada
tahun 1991 melanjutkan studi D2 PGSD di Ikip
Manado, tamat tahun 1994. Pada tahun 2007
melanjutkan S1 di Universitas Terbuka Gorontalo,
Tamat tahun 2009. Selanjutnya menyelesaikan studi S2 Manajemen Pendidikan
di Universitas Negeri
Gorontalo tamat pada tahun 2015. Kontak Person
081244100095
82
OPTIMALISASI LORONG KELAS MENJADI LORONG
LITERASI
83
atau berbicara. Berdasarkan kebijakan atau peraturan Undang-undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan tertuang dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 tahun 2015 tentang
tumbuhnya karakter di mana implikasi gerakan literasi yang harus dilaksanakan
di setiap sekolah disebut dengan gerakan literasi sekolah. (Faizah. 2016: iii).
Gerakan Literasi Sekolah memperkuat gerakan pengembangan karakter yang
sekarang dikenal sebagai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Berbicara tentang masalah utama dan situasi dalam kepemimpinan
yang penulis hadapi saat ini di sekolah, salah satunya adalah kemampuan
peserta didik dalam hal membaca. Setidaknya meningkatkan minat baca anak-
anak, yang belum didukung oleh program sekolah dan juga oleh orang tua di
rumah. Sehingga tingkat keaksaraan atau literasi baca tulis peserta didik sangat
kurang. Penulis mengimplementasikan isu atau masalah yang dihadapi
disekolah tersebut dalam bentuk Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu
untuk mengoptimalkan koridor kelas atau pengaturan koridor setiap lantai,
dimana lorong kelas yang sebelumnya berisi lemari guru yang berantakan
sehingga dapat digunakan menjadi lorong literasi yang berfungsi sebagai
tempat menunggu siswa yang paralel (siswa kelas 1 dan 2) yaitu siswa yang
menunggu shift jam belajar selanjutnya untuk masuk ke kelas, mereka bisa
menunggu sambil membaca buku di koridor atau lorong literasi. Hal ini terkait
erat dengan peningkatan kemampuan membaca atau literasi siswa (Gerakan
Literasi Sekolah) dengan melakukan pembiasaan membaca di samping kegiatan
membaca 15 menit sebelum dimulainya waktu belajar.
Permasalahan yang paling utama di sekolah penulis di atas adalah
optimalisasi pemanfaatan lorong kelas menjadi lorong literasi yang berfungsi
maksimal dan mempunyai nilai kebermanfaatan yang tinggi untuk peserta didik
dan tentunya bagi bapak ibu guru. Kondisi tersebut menuntut kepala sekolah
untuk menerapkan prinsip kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi salah
satu ciri dari kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan dimana mampu
membawa atau membuat perubahan agar lebih bermanfaat dan pembelajaran
di sekolah menjadi bermanfaat. (Cahyono. dkk, 2019: 1).
Selain menjadi seorang pemimpin perubahan, kepala sekolah harus memiliki
jiwa dan sikap kewirausahaan selalu tidak puas dengan apa yang dicapainya
dalam mengembangkan, mengelola sekolah dan dapat mencapai keberhasilan
sekolah. (Suwithi. 2019: 2). Sehingga seorang pemimpin perubahan dalam hal
seorang kepala sekolah harus mampu berkreasi dan berinovasi tanpa henti,
karena dengan berkreasi dan berinovasilah semua peluang dapat diperolehnya.
84
Situasi dan permasalahan di sekolah berkaitan dengan kemampuan
membaca peserta didik yang rendah dan dibutuhkan sarana prasarana yang
optimal di sekolah guna mendukung GLS. Dari permasalahan tersebut maka
diperlukan solusi berupa optimalisasi lorong kelas menjadi lorong literasi
bertujuan sebagai ruang baca terbuka yang dapat meningkatkan pembiasaan
kemampuan membaca (literacy habit) peserta didik SDN Tugu Utara 19 Jakarta.
Sedangkan manfaat yang akan diperoleh adalah meningkatkan literasi dalam
hal minat dan kemampuan membaca peserta didik, penggunaan waktu luang
yang positif dan terjalin kelekatan emosi dan komunikasi antara peserta didik
dan guru SDN Tugu Utara 19 Jakarta.
85
Lorong literasi ini dibuat berdasarkan kondisi aktual koridor kelas di
sekolah yang sebelumnya dipenuhi dengan lemari guru yang berada di luar dan
sangat berantakan. Dengan mengoptimalkan penggunaan koridor atau lorong
menjadi lorong yang bermanfaat dan memiliki fungsi sebagai ruang tunggu
peserta didik sebelum jam belajar paralel dimulai, dan juga merupakan salah
satu cara dan upaya untuk mendorong kebiasaan membaca siswa.
Gambar 1a.Gambar Sebelum Lorong Literasi Gambar 1b.Gambar Proses Lorong Literasi
Pada gambar 1a dapat dilihat lorong kelas sebelum menjadi lorong baca
literasi, dimana hanya berisi lemari guru yang tidak digunakan. Sedangkan pada
gambar 1b adalah proses perubahan lorong kelas menjadi lorong baca literasi.
Dari tahapan membuat sketsa, merapihkan lorong dengan memindahkan
lemari-lemari guru yang sudah tidak digunakan dan menseting lorong kelas
menjadi lorong baca literasi yang ramah anak.
86
Gambar 1c. Gambar Proses Lorong Literasi
Pada gambar 1c adalah lorong kelas yang telah diubah menjadi lorong
baca literasi. Dari gambar sebelum-proses-sesudah memperlihatkan proses
pembuatan lorong kelas menjadi lorong literasi dimana terlihat adanya
perubahan dari lorong kelas yang berisi lemari-lemari guru yang tidak terpakai,
dilanjutkan pembuatan sketsa dan pengaturan serta penataan lorong menjadi
lorong baca literasi yang bermanfaat untuk kegiatan literasi peserta didik di SDN
Tugu Utara 19 Jakarta.
Setelah penataan lorong kelas menjadi lorong baca literasi selesai, maka
lorong baca literasi bisa digunakan untuk peserta didik dalam kegiatan literasi
bersama teman dan bapak ibu guru kelas. Berikut adalah aktivitas peserta didik
di lorong baca literasi. Aktivitas atau kegiatan yang dilakukan di lorong baca
literasi akan dijelaskan pada gambar di bawah ini.
87
Gambar 2a. Rak Buku Berisi Buku Cerita Anak di Lorong Literasi
Gambar 2b. Membaca Buku Bersama Gambar 2c. Menonton Film Anak Bersama
88
yang sebelumnya berisi lemari guru yang tidak terpakai menjadi tempat baca
peserta didik, (2) Lorong literasi sebagai ruang tunggu dan ruang baca terbuka,
(3) Tersedianya buku cerita anak, dan (4) Menonton cerita anak bersama guru.
Hasil capaian yang diperoleh dari lorong literasi adalah sebagai
berikut : (1) Peningkatan minat peserta didik dalam membaca, (2) Kesempatan
peserta didik untuk menggunakan waktu luang lebih efektif dan lebih banyak
interaksi antara guru dan peserta didik. Hasil capaian kegiatan di lorong literasi
dapat dilihat di :
Link video youtube:
https://www.youtube.com/watch?v=R9sBx-nW1aM_ Lorong Literasi SDN Tugu
Utara 19
http://www.youtube.com/watch?v=NnI2HdBijOs _ Kegiatan Menonton Film
Cerita Rakyat Kelas I di Lorong
Literasi SDN Tugu Utara 19
20
10 100 % 0%
0
Grafik Kuesioner Lorong Literasi
YA TIDAK
89
Pertanyaan pertama adalah tentang keberadaan lorong literasi (Cognitive
Corridor) di sekolah. Guru dan tenaga kependidikan sebanyak 26 responden,
100% menjawab respon Ya dengan kata lain mereka senang dengan adanya
lorong literasi di sekolah.
90
3. Guru danpesertadidik dapat memanfaatkanCognitive
di dalam kelas
30
20
80 ,8 %
10 19 ,2 %
0
Grafik Kuesioner Lorong Literasi
YA TIDAK
Grafik 3. Jawaban Kuesioner Nomor 3
Corri
dor (Lorong Literasi) untuk kegiatan literasi selain
91
Pertanyaan ke-4 adalah berupa saran dan umpan balik tinjauan
keseluruhan tentang lorong literasi sekolah berikutnya. Apakah menginginkan
inovasi literasi berikutnya atau tidak. Untuk jawaban semua responden
menjawab 100% dengan Ya. Maka dapat disimpulkan bahwa guru dan tenaga
kependidikan menginginkan adanya inovasi berikutnya setelah lorong literasi
yang berfungsi juga sebagai sarana literasi untuk melakukan kegiatan literasi di
luar kelas. Inovasi yang mendukung kegiatan literasi di sekolah dan dapat
menumbuhkan minat baca peserta didik. di SDN Tugu Utara 19 Jakarta.
Survei dalam bentuk kuesioner yang telah diberikan oleh guru dan
tenaga kependidikan dalam bentuk isian google form di buatkan rekapan hasil.
Adapun hasil rekapitulasi dari evaluasi yang diberikan berupa kuesioner
kepada guru dan tenaga kependidikan SDN Tugu Utara 19 berkenaan dengan
adanya Lorong Literasi di sekolah dapat dilihat dalam grafik di bawah ini :
MENJAWAB MENJAWAB
YA TIDAK
92
di SDN Tugu Utara 19 Jakarta. Peran wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan
kesiswaan pun turut ikut serta membantu dan melaksanakan program ini.
Pemilihan program lorong literasi ini membutuhkan pemikiran yang
panjang. Program ini harus didukung oleh guru dan tenaga kependidikan serta
mudah dilaksanakan dan pemanfaatan atau nilai penggunaan untuk guru dan
peserta didik harus terlihat dan bermanfaat. Pilihan fokus program ini terkait
dengan gerakan literasi sekolah yang sangat dianjurkan oleh pemerintah.
Gerakan literasi juga merupakan komponen yang mendukung penguatan
pendidikan karakter peserta didik, termasuk kegiatan membaca buku di
sekolah. Didukung oleh sebuah ruangan yang terdapat banyak lemari guru
ditempatkan di luar ruang kelas atau lebih tepatnya di setiap koridor atau
lorong kelas. Sehingga membuat koridor atau lorong terlihat sangat berantakan
dan tidak nyaman.
Pelaksanaan program lorong literasi berjalan dengan lancar meskipun
masih dibutuhkan banyak buku cerita khusus untuk anak sekolah dasar yang
akan diletakkan di lorong literasi dan tempat atau lorong yang kurang luas juga
menjadi kendala. Diperlukan kegiatan yang dimodifikasi atau jika waktu
memungkinkan peserta didik bias menonton film atau cerita anak-anak dengan
guru kelas mereka sambil menunggu giliran mereka ke kelas sore hari.
Penulis menyadari bahwa ketika mengimplementasikan lorong literasi
ini banyak tantangan dan kendala. Namun penulis selalu menerima masukan
serta saran positif kearah kebaikan atau perubahan dari semua dewan guru dan
tenaga kependidikan. Membutuhkan kerja sama dan kerja tim, berbagi
pengalaman dan keterampilan yang positif dan efisien dengan tujuan yang
sama tentunya mampu meningkatkan keterampilan literasi peserta didik di
tingkat pendidikan dasar.
Keterampilan yang dibutuhkan peserta didik sekolah dasar awal adalah
literasi yang mengembangkan minat membaca sehingga dapat bersaing di abad
ke-21 dalam hal keterampilan komunikasi yang baik dengan siapa pun. Sebagai
pemimpin yang menjadi agen perubahan atau menjadi pemimpin pembelajar
yang inovatif dan kreatif. Semoga lorong literasi yang sudah ada di sekolah
kami dapat menginspirasi sekolah lain untuk dapat memanfaatkan lorong kelas
yang belum dioptimalkan dan berdaya guna.
Program lorong literasi sudah dilaksanakan dengan baik di sekolah. Saat
ini guru juga telah mulai memainkan peran aktif dalam kegiatan literasi baik di
kelas sebelum pembelajaran dimulai atau ketika peserta didik sedang menunggu
giliran kelas di lorong literasi. Mengubah lorong kelas menjadi lorong literasi
membawa suasana yang lebih baik untuk peserta didik dan guru. Peran aktif
93
guru terlihat dengan mulai mencari di internet dan mengunduh film atau cerita
anak-anak yang akan digunakan ketika menonton film bersama di lorong literasi.
Rencana ke depan untuk kelanjutan program lorong literasi di sekolah
adalah membuat lorong literasi berikutnya di lantai 3 untuk siswa di kelas 4,
kelas 5 dan kelas 6, membuat taman baca di halaman sekolah, mengundang
orang tua dan komite sekolah untuk memainkan peran aktif dalam mendukung
kegiatan literasi sekolah dengan mengadakan sumbangan atau donasi buku
literasi yang menyumbangkan buku cerita anak-anak yang layak sesuai dengan
usia anak-anak sekolah dasa. Serta menyebarkan virus keaksaraan melalui
lorong literasiyang bermakna di setiap sekolah dimulai dengan sekolah terdekat
atau wilayah gugus, mengundang pendongeng anak ke sekolah sesuai jadwal,
melakukan tur dan kunjungan literasi (kegiatan rutin bulanan siswa secara
bergiliran per kelas mengunjungi perpustakaan sekolah terdekat dengan
bimbingan guru kelas mereka), dan program satu cerita satu kelas, dimana
setiap guru kelas memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta didik kelas
1 sampai dengan kelas 6 di SDN Tugu Utara 19 Jakarta untuk mulai mencoba
membuat cerita pendek baik fiksi dan non-fiksi yang akan digabungkan menjadi
satu buku.
Akhirnya penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menulis artikel praktik baik (best practice)
di sekolah berupa lorong literasi. Semoga bermanfaat untuk kemajuan
pendidikan di tanah air. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Daftar Pustaka
Cahyono, Yuli, dkk. 2019. Kepemimpinan Perubahan (MPPKS-PIM) (Modul
Pelatihan Kepala Sekolah), Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Faizah, Dewi Utama,dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017.
Panduan Pemanfaatan dan Pengembangan Sudut Baca Kelas dan Area
Baca Sekolah Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Dasar. Jakarta:
94
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sambodo, Djoko.2019. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah (MPPKS-
SAR) (Modul Pelatihan Penguatan Kepala Sekolah), Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Suwithi, Ni Wayan. 2019. Pengembangan Kewirausahaan (MPPKS-KWU)
(Modul Pelatihan Penguatan Kepala Sekolah), Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tentang Penulis:
Walisa Tri Agustiningsih, M.Pd, dilahirkan di
Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1981. Pendidikan Sekolah
Dasar ditamatkan di SDN Cakung Timur 04 Pagi Jakarta Timur pada tahun 1993.
Kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama
di SMPN 262 Jakarta Timur, tamat tahun 1996. Setelah itu melanjutkan
pendidikan menengah atas di SMUN 89 Jakarta Timur, tamat tahun 1999. Pada
tahun yang sama melanjutkan studi S1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jakarta, tamat tahun 2004. Selanjutnya
menyelesaikan studi S2 Magister Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana UNJ
Jakarta pada tahun 2015. Penulis saat ini bertugas sebagai Kepala Sekolah di SDN
Tugu Utara 19 Jakarta Provinsi DKI Jakarta dari tahun 2016 sampai dengan
sekarang. Penulis merupakan Juara I Kepala Sekolah Dasar Berprestasi tingkat
Provinsi DKI Jakarta tahun 2019, dan saat ini bergabung dengan Tim Penulis BKG
Erlangga membuat karya buku pelajaran “Hello Jakarta” Muatan Lokal (Mulok)
Bahasa Inggris untuk jenjang SD kelas 5. Penulis adalah Instruktur Kota Kurikulum
2013 dari 2014 sampai dengan sekarang. Di tahun 2018 penulis meraih juara I
Lomba Presentasi Literasi Tingkat Provinsi DKI Jakarta dan menjadi salah satu
perwakilan Kepala SD Negeri di Provinsi DKI Jakarta mendapatkan beasiswa
Shortcourse CESL (Certificate In Educational
95
Studies In Leadership) kerjasama UNJ-Jakarta, The Head Foundation-Singapura
dan The University of Queensland-Australia dengan sistem pembelajaran
Blended-Learning selama 6 bulan. Telpon: 082111601171
walisa3a@gmail.com
Alfian
SD Negeri 28 Peusangan, Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh Email :
alfianalehba83@gmail.com
Tahfidz Al Quran
Tahfidz Al-Qur’an adalah suatu prooses untuk memelihara, menjaga dan
melestarikan kemurnian AlQur’an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw diluar
kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari
kelupaan baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya dengan hafalan.
Generasi muda dan pelajar adalah bagian dari anggota masyarakat yang akan
menjadi pemimpin dimasa depan, serta pelaku pembangunan
pada masa yang akan datang. Peranan sekolah dalam menciptakan generasi
terbaik sangat berpengaruh, karena lembaga sekolah dan
guru berfungsi mengarahkan, membimbing dan membina potensi dasar yang ada
pada manusia.
Dalam Islam, profil guru diantaranya penghafal Al Quran dan hadits,
berkepribadian islam, faqih fiddin, menguasai keterampilan dan IPTEK,
berakhlak mulia, ahli ibadah, memahami tumbuh kembang anak,
berjiwa pendidik dan menjadi teladan. Baca tulis Al Quran dan Tahfidz
menjadi beberapa cara untuk menguatkan karakter peserta didik dan
melahirkan generasi unggul yang qurani. Dalam salah satu hadistnya
rasulullah pernah bersabda bahwa “Sebaik-baik kalian adalah orang
yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Selain
96
itu, hadist tersebut juga menegaskan keutamaan Al Quran yang harus
dipelajari dengan berbagai pendekatan, dibaca hingga dihafalkan,
kemudian diamalkan. Pembelajan Al Quran melalui tahfid menjadi salah
satu indicator perbaikan karakter siswa dalam dunia pendidikan.
97
mengelola lembaga pendidikan; 2) memanfaatkan potensi yang dimiliki/dapat
diupayakan oleh suatu lembaga pendidikan.
Visi SD Negeri 28 Peusangan adalah Terwujudnya sekolah unggul dalam
prestasi berbasis IPTEK, berlandaskan IMTAQ, berakhlak Mulia, Qurani, dan
peduli terhadap lingkungan. Pada visi Qurani, artinya bagaimana sekolah bisa
melahirkan generasi qurani, Sekolah menjalankan program tahfidz dimana
program tahfidz Al Quran ini dapat menjadi program unggulan sekolah. Hasil
observasi dan wawancara dengan guru agama agama, selama ini program
tahfidz tidak berjalan karena rendahnya minat siswa dalam menghafal . karena
mayoritas anak anak lebih senang bermain di dari pada belajar dengan formal
sehingga perlu adanya program inovatif sekolah, Kompetensi kewirausahaan
yang dimiliki seorang kepala sekolah akan sangat menentukan kegiatan inovasi
sekolah yang dipimpinnya dalam rangka pengembangan sekolah, dan
peningkatan mutu sekolah. Terlebih saat kepala sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan lainnya diajak untuk memperhatikan perubahan yang terjadi pada
sekolah, kian terpacu untuk mengeksplorasi kewirausahaan sekolah, yang dapat
dimanfaatkan Peserta didik untuk memiliki kemampuan/kompetensi yang
memadai. Belajar membaca dan menghafal Al Quran yang menyenangkan tidak
mudah dilakukan. Perlu berbagai cara agar program belajar Al Quran tidak
tersendat apalagi putus ditengah jalan. Melalui Program Supercamp ini adalah
upaya Peningkatan motivasi Peserta didik dan peningkatan hasilkelulusan
peserta Tahfidz.Kegiatan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut.
Bagi Sekolah. Sebagai bahan pertimbangan menyusun program sekolah dan
mementukan metode yang tepat dalam pengembangan peserta didik.Bagi
Kepala Sekolah. kepala sekolah dapat dijadikan acuan untuk mengetahui
bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi
kewirausahaan di sekolah.Bagi Guru. Sebagai bahan informasi perencanaan,
pelaksanaan program Tahfidz melalui Program Quranic Supercamp di
sekolah.Bagi Peserta Didik. Peningkatan minat dan Kemampuan Peserta didik
Tahfidz melalui Program Quranic Supercamp dapat menjadi alternatif dalam
meningkatkan lulusan Pesertadidik tahfidz di sekolah.
98
Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah pada Bab I pasal 1 bahwa kepala
sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin dan
mengelola satuan pendidikan yang meliputi taman Kanak-Kanak (TK), taman
kanak-kanak luar biasa (TKLB), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), atau Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) atau sekolah
Indonesia di Luar Negeri.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kepala sekolah adalah jabatan pimpinan, yaitu tenaga fungsional guru
yang diberi tugas dan tanggung jawab serta mempunyai ke-mampuan untuk
memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat
didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.Kepala sekolah
dalam periode tertentu biasanya 4 (empat) tahun memiliki kekuasaan yang lebih
besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan
sekolah. Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki kepala sekolah dalam
pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis antara lain
dengan melibatkan semua pihak, khususnya guru dan orang tua
murid,membentuk tim kecil di tingkat sekolah yang diberi kewenangan untuk
mengambil keputusan yang relevan dengan tugasnya. Dan menjalin kerjasama
dengan organisasi di luar sekolah.
100
Program Supercamp
Belajar membaca dan menghafal Al Quran yang menyenangkan tidak
mudah dilakukan. Perlu berbagai cara agar program belajar Al Quran tidak
tersendat apalagi putus ditengah jalan. Program Supercamp adalah kegiatan
untuk membantu para anak-anak untuk senantiasa memuliakan Al Quran dalam
kegiatan membaca, menghafal dan mempelajari Al Quran dengan
menyenangkan di alam terbuka.Dengan metode yang tidak boleh memaksa
anak, kecuali dengan alasan misalnya watak anak ‘pemalas’.
Depoter dan Hernacki (2010:6) mengatakan " Sejumlah besar dari mereka
mengikuti jejak sukses pertama mereka dengan pengalaman mereka di
Supercamp”. Bobbi De Porter Mike Henarcki juga yang pertama kali
mengenalkan model pendidikan Quantum secara terprogram dengan nama
Supercamp yaitu sebuah program pembelajaran dan pelatihan bagi Peserta didik
agar kecerdasannya bertambah dua kali lipat dari sebelumnya. Supercamp
menggabungkan Neuro
Linguistik Programming(NLP), sugestologi, accelerated learning (teori
pemercepatan belajar), dan beberapa metode yang diciptakan sendiri oleh
Bobbi DePorter. Melalui Supercamp peserta didik lebih leluasa
memanifestasikan subyektifitasnya di perkemahan yang sangat jarang
ditemukan dalam praktik pendidikan konvensional dalam kelas di sekolah.
Jika di dalam kelas subyektifitas peserta didik tertekan oleh otoritas guru, maka
di alam, guru dan peserta didik dapat dengan leluasa menciptakan hubungan
yang lebih akrab satu sama lain. Dari hubungan yang akrab ini lebih lanjut terjadi
hubungan emosional yang mendalam antara guru dengan peserta didiknya.
Dalam kondisi seperti ini, subyektifitas peserta didik dengan sendirinya akan
mengalir dalam diskusi dengan guru di mana telah tercipta suasana belajar yang
kondusif.
Kurikulum di supercamp adalah kombinasi dari berbagai unsur yang di
kembangkan dari suatu falsafah belajar dapat dan harus menyenangkan. Artinya
yang mendasari kurikulum ini adalah falsafah belajar efektif dan belajar
menyenangkan, dengan kata lain bahwa proses belajar adalah seumur hidup
yang dapat dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil.
101
disampaikan. Karena pada dasarnya proses pembelajar di supercamp itu adalah
usaha untuk membuat belajar menjadi menyenangkan, baik oleh pembelajar
maupun terhadap pebelajar, maka semua. Selain itu, supercamp juga baik untuk
merangsang kecerdasan natural (naturalist intelligence) anak.Sebab,
membiarkan anak berada di ruang terbuka dan alam bebas dapat mendorong
anak mengetahui banyak informasi dan pengetahuan tentang bentuk-bentuk
alam yang ada di sekitarnya.
102
sesuai dengan visi dan misi sekolah. Kegiatan ini dimulai dengan merumuskan
rancangan tindakan untuk mewujudkan sekolah berkarakter yaitu dengan
kegiatan sebagai berikut.
1. Menetapkan jadual Kegiatan.
2. Mengkaji dan menganalisis permasalahan yang terjadi di sekolah.
3. Kepala Sekolah menentukan agenda/ jadual rapat dengan guru dan komite
Sekolah untuk membahas program inovasi yang akan di kembangkan di
sekolah.
4. Menyusun rancangan tindakan berupa program inovasi kepala sekolah
dalam meningkatkan kemampuan tahfidzpeserta didik di SD Negeri 28
Peusangan.
5. Kepala sekolah, komite bersama Guru merancang tahapan program
Quantum learning model Supercamp.
6. Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi awal
warga sekolah ketika pelaksanaan program. Lembar pengamatan ini
digunakan untuk mengetahui apakah rencana yang disusun sudah sesuai
dan tepat.
7. Menentukan dan menghubungi mitra kerja yang sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan kegiatan.
8. Memberdayakan dan menyiapkan guru non PNS menjadi guru hafidz.
9. Merekrut siswa-siswi peserta hafidz
10. Menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan
11. Kegiatan Kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal yaitu pada semester ganjil
tahun ajaran 2017/2018 dan 2018/2019 pada semester genap , dimulai
awal bulan januari 2018 sampai dengan akhir bulan Desember 2018.
12. Tim Diberi pemahaman tentang tahapan program quranic supercamp
13. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jam pulang sekolah selama 3 jam pada hari
Sabtu pada 6 bulan pertama semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Pada
6 bulan berikut nya tahun ajaran 2018/2019 pada semester genap kegiatan
ini dilaksanakan pada hari sabtu jam 15.00 Wib sampai dengan hari minggu
jam 12.00 wib dengan pola siswa bermalam di sekolah.
14. Peserta tahfidz dalam program ini sebanyak 30 siswa.
15. Memantau kegiatan Peserta didik dalam menghafal dan menyetor ayat .
16. Melaksanakan rancangan program inovasi yang telah disusun dan
disepakati oleh seluruh pihak sekolah.
17. Kepala Sekolahmelakukan melakukan monev sesuai dengan instrumen
observasi yang telah disusun.
18. Menetukan petugas piket kegiatan.
103
Gambar 2. Siswa Bersama Pembimbing Berpose.
Hal-hal yang dinilai dalam penulisan ini yaitu sejauh mana pelaksanaan program
tahfidz di SD Negeri 28 Peusangan telah dilaksanakan. Penilaian dilakukan
dengan inisiatif, objektif dan sistematis. Dalam kegiatan ini penulis mencatat
semua indikator dari hasil pengamatan proses pelaksanaan program tahfid
melalui model supercamp. Keseluruhan hasil pengamatan direkam dalam
bentuk lembar pengamatan.
104
Berdasarkan perencanaan dan proses pelaksanaan program kewirausahaan
dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah program
tahfidz di SD Negeri 28 Peusangan, maka hasil yang dicapai adalah sebagai
berikut.
1. Rencana pelaksanaan Tahfidz melalui Program Supercamp di SD Negeri 28
Peusangan disusun dalam bentukprogram inovasi kepala sekolah yang
terukur dan dapat dicapai.
2. Pelaksanaan program Tahfidz melalui Program Supercamp di SD Negeri 28
Peusangan berjalan dengan lancar dan sistematis sesuai dengan
perencanaan.
3. Hasil dari program inovasi kepala sekolah dalam meningkatkan minat
Peserta didik Tahfidz melalui Program Supercamp di SD Negeri 28
Peusangan sudah mampu meningkatkan kemampuan dengan lulusnya
96,7% Peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Depotter dan Hernacki. 2010 Quantum learning membiasakan belajar nyaman
dan menyenangkan. Bandung : Mizan.
Mulyasa. 2014.Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam konteks
menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Tirtanto. 2013. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
106
Tentang Penulis :
Alfian, M.Pd dilahir di Bireuen Pendidikan
Sekolah dasar di tamatkan di MIN Krueng Baroe
Mesjid Pada tahun 1989,
Kemudian melanjutkanpendidikan menengah
pertama di MTsS Ulumuddin, Tamat tahun
1998, Setelah itu melanjutkan pendidikan
menengahnatas di
SMA Negeri 2 Peusangan,tamat
tahun 2001, Tahun yang sama melanjutkan studi D-
II PGSD di Universitas Syish Kuala (Unsyiah) Banda
Aceh
Tamat tahun 2004. Tahun 2006 melanjutkan lagi studi
107
S-1 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh,
tamat tahun 2010, Selanjutnya menyelesaikan S2 Administrasi Pendidikan
Pasca Sarjana Unsyiah pada tahun 2016. Kontak Person 085223432341.
Sastro
Kepala SDN Bubutan IV Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur
Email:sastros729@gmail.com
108
Pentingnya Tim Kewirausahaan
Menurut letak geografisnya, seharusnya Sekolah Dasar Negeri Bubutan
IV Surabaya memiliki banyak prestasi baik akademik maupun non akademik,
karena di dukung oleh lokasi yang berada di pusat kota, akses transportasi yang
cukup mudah, dekat dengan pertokoan, fasilitas umum, pusat perbelanjaan,
toko buku, stasiun dan komunikasi yang mudah, serta sarana yang menunjang
dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai sumber belajar dan menunjang
kegiatan sekolah. Tetapi prestasi sekolah mengalami penurunan sangat drastis
utamanya dalam kurun waktu tahun 2012 sampai dengan 2016, hampir tidak
ada prestasi baik akademik maupun non akademik yang diperoleh.
Minimnya prestasi tidak terlepas dari sumber daya manusia dan sumber
pembiayaan. Sebuah lembaga pendidikan yang sukses tidak terlepas dari
sokongan biaya pendidikan yang tinggi, karena pada hakikatnya mutu
pendidikan akan berbanding lurus dengan biaya pendidikan yang dikeluarkan,
semakin tinggi dan mahal biaya pendidikan yang digunakan dan dikeluarkan
maka semakin baik pula layanan pendidikan tersebut dan mampu menghasilkan
lulusan-lulusan yang bermutu dengan hasil belajar yang tinggi. Sepertinya akan
sulit merealisasikan mutu pendidikan apabila tidak didukung oleh biaya
pendidikan yang tinggi pula.
Di sekolah ini sumber dana pendidikan berasal dari Bantuan Opersional
Sekolah Pusat dan Bantuan Operasional Daerah. Jika dibandingkan dengan
kegiatan-kegiatan yang menjadi target sekolah maka tidak imbang, sehingga
perlu dibutuhkan pencarian dana dari sumber lain. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk peningkatan sumber dana sekolah adalah : (1) membentuk
paguyuban kelas, (2) Program donatur bagi orang tua yang mampu,(3) forum
ikatan alumni,(4) program Tim Kewirausahaan,(5) kemitraan dengan lembaga
peduli pendidikan. Menurut Suparyanto (2013: 5) berpendapat bahwa
wirausahawan merupakan orang yang dinamis senantiasa mencari peluang, dan
memanfaatkannya untuk menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai tambah.
Disisi lain juga Kasmir (2006: 21) mendefinisikan kewirausahaan sebagai
kemampuan dalam menciptakan memerlukan adanya kreativitas dan inovasi
yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda.
Dari beberapa upaya yang telah dilakukan, upaya yang paling berhasil
dilaksanakan dan sampai tahun 2019 ini masih dilaksanakan dan merupakan
program unggulan di Sekolah adalah program pembentukan tim
Kewirausahaan.Tim ini didampingi oleh guru pendamping yang diberi tugas dan
dibekali dengan ketrampilan kewirausahaan. Tim
109
kewirausahaan tersebut lebih lanjut dikenal dengan Tim Kewirausahaan SDN
Bubutan IV.
Program ini dilaksanakan sesuai dengan anak Usia Sekolah Dasar secara umum
karakteristik usia sekolah dasar masih senang bermain, senang bekerja dalam
kelompok, senang bergerak dan melaksanakan sesuatu secara langsung Faris
Nur Khulafa (2017). Program Tim Kewirausahaan ini dilaksanakan dengan cara
pembentukan tim Tim Kewirausahaan dibimbing guru dan narasumber. Tim
Kewirausahaan terdiri dari divisi-divisi. Sebelum tim melakukan kegiatan Tim
Kewirausahaan diadakan pelatihan oleh narasumber. Materi pelatihan
disesuaikan dengan bidang divisi proyek yang akan dilaksankan dalam
usahanya. Ada tujuh divisi dalam menjalankan program tersebut yaitu: 1) divisi
takakura, 2) komposter, 3) biopori, 4) hidroponik, 5) pengolahan sampah, 6)
makanan dan minuman, serta 7) hemat energi.
Manfaat yang diperoleh dengan adanya program Tim
Kewirausahaan antara lain:
Bagi siswa
a. Menumbuhkan minat dan skill siswa dalam bidang kewirausahaan
b. Siwa memiliki keterampilan dasar kewirausahaan sebagai
bekal kemandirian untuk kehidupan kelak.
Bagi guru
a. Memberikan kebebasan guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis
lingkungan.
c. Memotivasi guru dalam mengembangkan
Pendidikan Karakter.
d. Mendorong guru untuk menerapkan keterampilan mengajar
yang diharapkan pada abad 21.
Bagi Sekolah
a. Mendukung pembiayaan kegiatan sekolah.
b. Sekolah lebih diminati masyarakat karena program yang bermanfaat.
c. Meningkatkan image masyarakat terhadap sekolah karena program
kewirausahan belum banyak dilakukan di Sekolah Dasar.
Perencanaan Pelaksanaan
Evaluasi
112
berlangsung. Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan untuk menentukan
rencana tindak lanjut.
113
Gambar 3. Panen Hidroponik
10% 11%
16%
28%
34%
Takakura
Komposter
Biopori
Pengolahan sampah
Makanan dan minuman
114
Keterampilan Dasar Kewirausahaan
siswa SDN Bubutan IV 2018
12% 10%
15% 20%
12%
24%
19%
Takakura Komposter
Biopori Hidroponik
Pengolahan sampah Makanan dan minuman
Hemat energi
115
Kegiatan awal yang dilakukan tim Tim Kewirausahaan untuk mencari
modal awal kegiatan yaitu pengolahan sampah. Tim Tim Kewirausahaan
mengumpulkan koran bekas, botol bekas, dan minyak jelantah untuk dijual
kepada bank sampah yang kurang lebih sudah tiga tahun terjalin kerja sama
dengan Sekolah Dasar Negeri Bubutan IV. Dari hasil penjualan pengolahan
sampah tersebut didapatkan modal awal sebesar Rp.5.000.000,-. Kegiatan
kedua hasil penjualan sampah sebesar Rp.3.300.000,-. Divisi makanan dan
minuman memulai pembuatan produk sibilu (sirup belimbing wuluh), dan es
cincau. Dari penjualan ini, didapat tambahan hasil sebesar Rp.13.200.000,-.
Divisi kantin sehat mendapatan laba Rp. 28.600.000,- setiap tahunnya.
116
Dari keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan tim Tim Kewirausahaan
pada tahun 2018 telah berhasil mengumpulkan hasil penjualan sebesar Rp
50.000.000,-. Seluruh hasil penjulan tersebut digunakan untuk: 1). pembelian
alat untuk kegiatan kewirausahaan ; 2). perawatan sarpras; 3). pembiayaan
kegiatan; 4). pemberian jasa pada tukang kebersihan; dan 5). penambahan gizi
siswa yang diberikan setiap tiga bulan sekali.
Hasil penjualan yang digunakan untuk kegiatan di atas digunakan untuk
tahun 2018 dengan total pengeluaran Rp 37.200.000,- dengan sisa hasil
penjualan Rp 39.334.000,- yang digunakan untuk melanjutkan kegiatan
kesiswaan yang mendukung dalam lomba prestasi akademik dan non
akademik.
117
No Kegiatan Pemasukan Pengeluaran Saldo Penanggung jawab
118
Dengan adanya pemasaran yang dilakukan oleh tim Tim
Kewirausahaan dan guru pembimbing melatih siswa untuk menumbuhkan
jiwa kewirausahaan. Selain itu kemandirian dan percaya diri siswa juga
meningkat. Sehingga hasil penjualan produk kewirausahaan dapat maksimal
untuk mendukung pembiayaan sekolah.
119
11 Penganugerahan Pangeran dan Putri 2017 Walikota Surabaya Kepala sekolah Piagam
Lingkungan terbaik Penghargaan
Hidup
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada .
Khulafa. Faris Nur, Fahry Zatul Umami dan Ratna HapsariPutri2017.
Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah Dasar.
Semarang : Jurnal Jurusan PGSD.
Suharyadi, dkk 2007. Kewirausahaan Membangun Usaha Sukses Sejak Usia
Muda. Jakarta: Salemba Empat.
Suprayanto. 2013. Kewirausahaan (Konsep dan Realita pada Usaha Kecil).
Bandung :Alfabeta.
Tridhornanto. Al 2015. Jangan Katakan Bodoh! 3.Panduan Untuk Orang Tuadan
Guru. Jakarta : Bisakimia.
Yasar Iftida. 2010. From Zero to Hero (Rahasia Menciptakan
Pribadi Unggul di Pekerjaan dan Kehidupan). Jakarta :Gramedia.
Tentang Penulis
Sastro, M.Pd, dilahirkan di Lamongan pada tanggal 4
September 1969. Pendidikan Sekolah Dasar di
Tamatkan di SDN Glagah I Lamongan pada tahun
1982. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah
pertama di SMP PGRI 3 Glagah
Lamongan,tamat tahun 1985. Setelah itu
melanjutkan Sekolah
Pendidikan Guru Negeri Lamongan,
tamat tahun 1989. Pada tahun 1993
melanjutkan D-II PGSD di IKIP Surabaya tamat pada
tahun 1996, Pendidikan S1 Bahasa
Indonesia di Universitas Widya Dharma diselesaikan pada tahun
2005.Untuk memperoleh kualifikasi bidang Sekolah Dasar maka menempuh
120
kuliah di Universitas terbuka Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar lulus pada
tahun 2010, Selanjutnya menyelesaikan studi S2 Teknologi Pendidikan Pasca
Sarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya pada tahun 2012. Bekerja sebagai
guru di SDN Pasi I Glagah Lamongan tahun 1989 – 1993, pada tahun 1993-1999
mengajar di SD Hang Tuah II Surabaya, sebagai Guru PNS pada tahun 1999-2010
di SDN Gundih I Surabaya, pada tahun 2010-2012 di SDN Kandangan III Surabaya,
pada tahun 2012-2014 di SDN Kandangan I Surabaya. Bertugas sebagai Kepala
Sekolah di SD Negeri Babatan V Surabaya pada tahun 2014-2017 dan pada tahun
2017. Sekarang aktif bertugas sebagai Kepala SD Negeri di Bubutan IV kota
Surabaya.Peraih Juara II guru Berprestasi Tingkat Nasional Jenjang
SD tahun 2013,Penerima Penghargaan Satyalancana Pendidikan Presiden
2015, Peraih Juara II Kepala Sekolah SD Berprestasi Jenjang SD Tahun 2019 No
Hp :
085854141606
Wahyuningsih Rahayu
Kepala SD Negeri Batursari 5 Demak Jawa Tengah Email: rahayning@gmail.com
121
warga sekolah dalam pelestarian, pengelolaan, dan perlindungan lingkungan
masih belum maksimal. Perkembangan sekolah ramah lingkungan yang dilihat
dari aspek penghijauan, kebersihan, maupun tata kelola sampah masih berjalan
statis. Sampah plastik maupun sampah anorganik lainnya masih banyak
dijumpai di sekitar sekolah. Kepedulian warga sekolah masih kurang dalam
membuang sampah pada tempat sampah sesuai dengan kategori sampah
(organik, anorganik, dan pecah belah). Selain itu, kegiatan daur ulang sampah
juga belum dilakukan dengan maksimal.
Karakter Ok Darsi juga masih pada tataran yang minimalis. Kenyataan
di lapangan menunjukkan bahwa prestasi peserta didik masih di kurang sepadan
apabila dibandingkan dengan prestasi sekolah lain di sekitarnya, terutama SD
Inti yaitu SD Negeri Batursari 6. Kejuaraan lomba akademik maupun non
akademik, nilai ujian sekolah masih, prestasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
belum diraih dengan maksimal. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik 1
berikut ini.
7
6
654
32 3 3
1
0 2
Kecamatan Kabupaten
1 1 1 Provinsi
0 0
2014/2015
2015/2016 2016/2017
122
komite sekolah kurang diperdayakan untuk berpartisipasi secara material
maupun ide-ide untuk memajukan sekolah. Bahkan pengurus komite dari sejak
SD ini berdiri belum pernah reorganisasi. Keterlibatan orang tua untuk kegiatan
sekolah masih sangat jarang.
Berkaitan dengan pendanaan, masih terfokus pada satu sumber dana.
Semua kegiatan operasional sekolah mengandalkan dana bantuan operasional
sekolah (BOS). Sehingga secara otomatis pengembangan sekolah akan
terhambat pada keterbatasan pembiayaan. Hal ini menyebabkan sekolah
menjadi serba minimalis, termasuk prestasi sekolah.
Kepala SD Negeri Batursari 5, mencari alternatif solusi untuk menjadikan
SD Negeri Batursrai 5 sebagai sekolah unggul. Disusun program unggulan
sekolah yaitu sekolah ramah lingkunngan yang berkarakter Oh Darling dan OK
Darsi dengan memberdayakan sekolah sahabat keluarga. Keluara peserta didik
sangata memegaruhi penerapan program sekolah sahabat keluarga. Peran
orang tua dan komite sekolah diberdayakan agar mampu meningkatkan
kemajuan sekolah. Maka dari itu pemberdayaan sekolah sahabat keluarga
dengan kolaborasi berbagai pihak diharapkan dapat mendukung kemajuan
untuk mencapai sekolah unggul.
Pemberdayaan sekolah sahabat keluarga diharapkan menjadi
keunggulan SD Negeri Batursari 5 untuk mengembangkan sekolah unggul
dengan karakter Oh Darling dan Ok Darsi. Rasa “handarbeni” dan kekeluargaan
antara sekolah dengan orang tua serta masyarakat akan membuat sekolah dari
tataran minimalis menjadi sekolah unggul yang berkarakter Oh Darling dan Ok
Darsi yang mampu berprestasi dari bidang akademik maupun non akademik.
Adanya rasa keakraban dan peduli antara warga sekolah, keluarga peserta didik,
masyarakat dengan kebutuhan peserta didik menjadi tujuan utama untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik SD Negeri Batursari 5
menjadi sekolah unggul yang berkarakter Oh Darling dan Ok Darsi.
Berdasarkan paparan dalam latar belakang masalah tersebut di
atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1) bagaimanakah
pelaksanaan program sekolah unggul melalui pemberdayaan sekolah sahabat
keluarga di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak?; 2)
bagaimanakah hasil dari pelaksanaan program sekolah unggul melalui
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak?; dan 3) bagaimanakah tindak lanjut
pengembangan sekolah berprestasi unggul melalui pemberdayaan sekolah
sahabat keluarga di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak?
123
Tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah: 1) mendeskripsikan
pelaksanaan program sekolah unggul melalui pemberdayaan sekolah sahabat
keluarga di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak; 2)
memaparkan hasil dari pelaksanaan program sekolah unggul melalui
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak; dan 3) memaparkan tindak lanjut pengembangan
sekolah unggul melalui pemberdayaan sekolah sahabat keluarga di SD Negeri
Batursari 5 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan masukan pada guru
sekolah dasar sebagai refleksi diri atas kinerjanya dan untuk dapat
melaksanakan pembelajaran yang menghasilkan berkarakter Oh Darling dan Ok
Darsi pada`warga sekolah, menambah wawasan baru bagi kepala sekolah
tentang bentuk manajemen untuk mengembangkan sekolah unggul yang
memiliki karakter Oh Darling dan Ok Darsi, dan ini diharapkan memberikan
wawasan bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan dasar untuk
memberikan pedoman, arahan, bimbingan dan bantuan untuk
mengembangkan sekolah unggul berkarakter Oh Darling dan OK Darsi.
124
oleh komite sekolah. Program sekolah dilakukan dengan menampung ide-ide
dan gagasan untuk memajukan sekolah dari orang tua/komite secara
kekeluargaan dan keakraban sehingga tercipta rasa handarbeni dan kewajiban
untuk ikut serta meningkatkan karakter Oh Darling dan Ok Darsi. Sekolah
sahabat keluarga dikembangkan dengan:
125
Kolaborasi dengan Stakeholder dalam Pemberdayaan Sekolah Sahabat
Keluarga
Kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan di SD
Negeri Batursari 5 berupaya mengikutsertakan semua warga sekolah dalam
semua kegiatan yang dilakukan mulai dari tahapan perencanaan yaitu dengan
bermusyawarah antara guru, orang tua/keluarga, komite, pengawas sekolah,
serta dinas pendidikan untuk menentukan kebijakan sekolah yang mendukung
pencapaian sekolah berprestasi unggul. Langkah ini dengan pertimbangan
bahwa apabila satu batang lidi tidak akan bisa berdiri kokoh dan mudah
dipatahkan, tetapi apabila lidi itu disatukan dari beberapa batang, akan berdiri
tegak dan kuat sehingga tidak mudah dipatahkan. Demikian pula kebersamaan
warga sekolah SD Negeri Batursrai 5, dengan semua pihak berperan serta maka
akan menciptakan kondisi yang luar biasa sehingga karakter Oh Darling dan Ok
Darsi akan tercipta pada warga sekolah.
Langkah awal yang dilakukan adalah pembentukan paguyuban kelas.
Paguyuban kelas dipilih oleh orang tua dalam satu kelas untuk mewakili aspirasi
mereka dalam pertemuan dengan komite sekolah. Paguyuban kelas terdiri atas
ketua, sekretaris, dan bendahara. Pengurus paguyuban kelas ini akan mewakili
tiap-tiap kelas dalam pertemuan dengan komite. Setelah dibentuk paguyuban
kelas, mereka berkoordinasi membentuk paguyuban sekolah. Paguyuban
sekolah ini akan bekerja sama dengan pihak sekolah menjadi panitia
reorganisasi pengurus komite. Pengurus Komite terbentuk dengan ketua Eko
Budiono, SE. Semua kegiatan dan program sekolah dikonsultasikan dengan
komite sekolah untuk disosialisasikan pada orang tua. Saran dan masukan dari
orang tua/keluarga akan digunakan untuk memutuskan program yang akan
dilaksanakan setelah diadakan sambung rasa antara orang tua, pengurus
komite, dan pihak sekolah. Berikut rekaman gambar kegiatan sambung rasa
antara paguyuban kelas, komite, dan sekolah.
126
Gambar 1. Kegiatan Sambung Rasa dengan
Warga Sekolah
Kegiatan sambung rasa dilakukan di aula SD Negeri Batursari 5 maupun
di kafe dekat sekolah. Musyawarah ini untuk mensosialisasikan program
sekolah dan mengharapkan ide-ide baru serta dukungan dari masyarakat dan
komite baik dalam segi dukungan material maupun spiritual.
127
Partisipasi untuk Mendukung Sekolah Sahabat Keluarga
Hasil sambung rasa dilakukan oleh semua warga sekolah dengan
menjalankan program sekolah sahabat keluarga sebagai fokus kegiatan. Peran
keluarga/orang tua yang dilakukan di SD Negeri Batursari 5 sesuai dengan
kesepakatan pada waktu sambung rasa, 1) orang tua membantu pembiayaan
sekolah secara sukarela; 2) mendistribusikan proposal bantuan untuk kegiatan
lomba marchingband; 3) Orang tua mendampingi dan mengurusi latihan
marchingband sampai dengan lomba; 4) orang tua berpartisipasi pada
kebersihan sekolah; 5) Orang tua terlibat dalam penanaman dan penghijauan
sekolah; 6) orang tua menyediakan pojok baca dan bahan bacaan; 7) Orang tua
melengkapi seragam marchingband dan alat-alat marchingband; 8) Orang tua
memantau kegiatan 10 cabang ekstrakurikuler di sekolah dan membantu
pembiayaan pelatihnya; 9) Orang tua, warga sekolah, pengurus komite, dan
pihak sponsor mengadakan kegiatan keakraban; 10) kegiatan akhir tahun
dibiayai dari dana suka rela dari orang tua.
Gambar 3.
Keterlibatan Orang Tua dalam Penghijauan
lahSeko
128
didik yang terpilih mewakili lomba
setiap hari Rabu dan Kamis pukul
13.00-15.00; 4) orang tua secara
sukarela membantu pembiayaan
adanya program wajib mengikuti
sedikitnya dua ekstrakurikuer
yangdisediakan sekolah, yaitu
ekstrakurikuler marchingband, seni
dan pertunjukan, pramuka, seni
tari, seni lukis, seni musik (pianika),
voly, bulu tangkis, basket, dan baca
tulis Al’quran (BTQ), 5) orang tua
terlibat dalam program membawa
bekal dari rumah serta larangan
membuang sampah plastik di
tempat sampah sekolah; 6) orang
tua berperan serta dalam
pemanfaatan sampah plastik untuk
pembuatan daur ulang (ecobrig)
agar tercipta “zero sampah plastik
di tempat sampah”; 7) orang tua
memberikan pembiayaan secara
sukarela untuk program reward
bagi warga sekolah yang berhasil
meraih kejuaraan tingkat
Kecamatan, kabupaten, provinsi,
maupun tingkat nasional; 8) orang
tua peserta marchingband secara
sukarela memberikan dan
mencarikan pembiayaan untuk
program meraih juara lomba
marchingband dan FL2N tingkat
nasional; 9) paguyuban kelas secara
sukarela melaksanakan pengecatan
ruang kelas dengan warna cerah;
10) orang tua membantu
penyediaan tempat sampah tiga
jenis yaitu sampah organik,
129
sampah non organik, dan sampah
pecah belah, 11) penghijauan
halaman sekolah atas peran serta
peserta didik, guru, komite, dan
orang tua, 12) penyediaan seragam
gratis untuk peserta didik miskin;
13) Orang tua berperan untuk
penyediaaan konstum
marchingband untuk pemain dan
bendera, 14) Orang tua berupaya
dalam penambahan alat
marchingband sebagai pelengkap
pertunjukkan (marima, bas konser,
simbal drum, Barcamp); dan 15)
Orang tua yang berkompeten
berperan dalam kerja sama dalam
kegiatan ekstrakurikuler voly,
basket, bulu tangkis, seni dan
pertunjukan, seni tari, seni lukis,
seni musik, baca tulis Al quaran,
pramuka. Berikut sebagian
dokumentasi perans peran serta
orang tua, dalam kegiatan inovasi.
130
Gambar 4. Pojok Baca yang Disediakan Orang Tua
Hasil
Pemberdayaan sekolah sahabat keluarga yang dilaksanakan di SD Negeri
Batursari 5 dalam mengembangkan sekolah unggul, berhasil dengan gemilang.
Berikut ini uraian dari hasil yang dicapai selama dua tahun penerapan
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga di SD Negeri Batursari 5.
Kolaborasi dengan stakeholder dalam pemberdayaan sekolah sahabat
keluarga untuk mengembangkan sekolah unggul berhasil membentuk
paguyuban kelas pada tahun 2017. Terdapat sejumlah 14 paguyubuna kelas
131
yang tiap-tiap paguyuban diwakili tiga orang untuk membentuk paguyuban
sekolah yang diketuai oleh Ninik Suryani, S.Pd.
Reorganisasi pengurus komite berhasil dilakukan pada bulan Januari 2017
dengan ketua komite Eko Budiono, SE. Terbentuknya ketua pengurus komite,
yang dipilih oleh waki-wakil dari paguyuban kelas.
Penyusunan program sekolah sahabat keluarga berhasil dilakukan di SD
Batursari 5, dengan melibatkan semua warga sekolah untuk berpartisipasi dalam
mewujudkan sekolah unggul. Pengembangan sekolah berprestasi unggul di SD
Negeri Batursari 5 melalui pemberdayaan sekolah sahabat keluarga, dilakukan
dengan baik dan smart.
Partisipasi semua unsur warga sekolah dengan memberdayakan sekolah
sahabat keluarga
mewujudkan sekolah unggul
di
SD Negeri
Batursrai 5. Hasil dari
penerapan pemberdayaan
Sekolah sahabat keluarga
ini antara lain: 1) tercipta
karakter
Oh Darling
sehingga mendapatkan
penghargaan adiwiyata
Gambar 5. Terbaik 3 Simposium Nasional nasional tahun 2018; 2)
Karakter
Ok Darsi
tertanam
sehingga meraih juara
umum 2 dalam lomba
Marchingband tingkat
Provinsi Gambar 6. Adiwiyata
Nasional Jawa Tengah
tahun 2017 dan meraih
juara 3 divisi musik brass dan
juara 3 colour guard tingkat nasional tahun 2018; 3) juara harapan 2 untuk
Festival Lomba dan Literasi Nasional (FL2N) kategori cipta pantun dan finalis
tingkat nasional untuk cipta syair; 4) juara 1 marchingband tingkat Kabupaten
Demak tahun 2018; 4) meraih juara 1 dalam FLS2N cabang pantomim tingkat
132
Kabupaten Demak tahun 2018; 5) Juara 1 Popda voli tingkat Kabupaten Demak
tahun 2018; 6) Juara 1 Popda Bulu Tangkis tingkat Kabupaten Demak; 7) juara 2
Pantomim tingkat Kabupaten Demak tahun 2017; 8) juara 3 lomba cipta puisi
tingkat kabupaten Demak tahun 2017; 9) juara berbagai cabang lomba di tigkat
kecamatan Mranggen (terlampir); 10) prestasi dalam ranking nilai USBN/US
meningkat; 11) peserta didik baru tahun 2017/2018 dan 2018/2019 meningkat
menjadi 3 rombel; 13) terbaik 1 dalam kursus mahir lanjutan bagi kepala
sekolah; 14) meriah terbaik 3 simposium nasional bagi kepala sekolah; dan lain-
lain.
133
600 530
476 470 497
500
400
300
200 161
126 105 100
100 63 58 61 58
0
Pendaftar Yang Diterima Jumlah Semua
2015/2016 2016/2017 2017/2018 2018/2019
134
ada rasa berat bila akan meninggalkan sekolah karena rasa cintanya terhadap
sekolah. Peningkatan karakter Oh Darling dan Ok Darsi bagi semua warga
sekolah untuk mencapai peenghargaan adiwiyata mandiri dan kejuaraan lomba
tingkat nasional dalam bidang akademik maupun non akademik.
Menjalin dan menjaga hubungan baik dengan pihak-pihak yang bekerja
sama dengan sekolah sehingga tercipta kekeluargaan yang sinergi. Pihak luar
merasa senantiasa perlu dan penting bekerja sama dengan pihak sekolah dan
saling menguntungkan. Memperkuat kinerja tim work dengan senantiasa
menganalisa SWOT tiap tahun demi bersama anggota komite, paguyuban
sekolah, dan pihak-pihak terkait untuk kemajuan sekolah unggul.
Uraian pengalaman mengelola sekolah sebagaimana diuraikan pada bab-
bab terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pelaksanaan
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga untuk mengembangkan sekolah
unggul di SD Negeri Batursari 5, dilakukan mulai perencanaan, pelaksanaan,
pengorganisasian, pengawasan, analisis dan tindak lanjut. Langkah kegiatannya
1) kolaborasi dengan stakeholder, 2) Penyusunan program sekolah sahabat
keluarga untuk mewujudkan sekolah unggul; 3) Partisipasi Pelaksanaan program
pengembangan sekolah unggul bersama paguyuban; dan 4) evaluasi dan tindak
lanjut; 2) Hasil dari pelaksanaan pemberdayaan sekolah sahabat keluarga di SD
Negeri Batursari 5 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, adalah: 1)
terwujudnya sekolah ramah lingkungan, 2) memiliki prestasi yang
membanggakan bidang akademik maupun non akademik serta ekstrakurikuler;
3) nilai ujian sekolah bagus rata-rata diatas 77; 4) sarana dan prasarana di atas
standar pelayanan minimal; dan 5) dipercaya oleh orang tua/masyarakat.
Dampakya terbentuknya kesadaran warga sekolah untuk peduli dan handarbeni
sekolah, adanya keakraban dan kekeluargaan antara sekolah, orang tua, komite
dan masyaraka, 2) terwujudnya karakter Oh Darling dan Ok Darsi sehingga
terjadi peningkatan prestasi sekolah dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor, dan 3) meningkatnya kepercayaan masyarakat sehingga jumlah
peserta didik baru meningkat; dan 3) tindak lanjut dari pemberdayaan sekolah
sahabat keluarga harus dilakukan guna meningkatkan kinerja warga sekolah,
melestarikan sekolah ramah lingkungan, memberikan peluang kepada warga
sekolah untuk meningkatkan kariernya dan prestasi SD Negeri Batursari 5 dalam
semua aspek yang mendukung peningkatan mutu pendidikan.
Berdasarkan dampak dari pemberdayaan Sekolah sahabat keluarga
maka direkomendasikan: 1) kepala sekolah perlu memperdayakan keluarga dan
menjalin kolaborasi dengan pihak lain sehingga pencapaian visi dan misi sekolah
135
menjadi tanggung jawab bersama dan 2) sekolah perlu membentuk tim work
untuk mewujudkan sekolah unggul.
Daftar Pustaka
Handoko, Hani. 2010. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE
Kemendikbud. 2017. Permendikbud Nomor 30. Tentang Pelibatan Keluarga
pada Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kemdikbud.
Permen Lingkungan Hidup Nomor 05.2013.Pedoman
Program Pelaksanaan Adiwiyata. Jakarta. Kemenlh.
Sukirman. 2017. Sekolah Sahabat Keluarga. Jakarta:
Kemdikbud.
136
Tentang Penulis
Wahyuningsih Rahayu, S.Pd.,M.Pd. lahir di Boyolali
tahun 1971 puteri dari seorang ibu dan ayah yang
juga pernah menjadi Kepala SD. Tinggal di Jl. Pucang
Asri 2 No 12 Perpumnas Pucanggading, Demak Jawa
Tengah. Pernah belajar di SDN Sangub 2 Musuk
Boyolali, SMPN 1 Boyolali, SPGN Boyolali,
D2 PGSD IKIP Negeri Semarang, S1 dan S 2 UNNES.
Sebagai PNS sejak tahun 1995, menjadi Kepala SD
sejak tahun 2013 di SDN Batursari 3 dan tahun 2016
di SDN Batursari 5 Mranggen Demak. Buku ber-ISBN
yang pernah ditulis Telur-telur Kehidupan, Model Pembelajaran Komeks,
Indahnya Persahabatan, Manajemen Parli Korea untuk
Mendongkrak Sekolah Unggul dalam Succses Story Kepala Sekolah SD. Prestasi
yang pernah diraih juara 1 penulisan PTS tingkat Provinsi Jawa Tengah (2014),
juara 2 Kepala Sekolah Prestasi tingkat Provinsi Jawa Tengah (2015), terbaik 3
simposium nasional Kemdikbud (2017), dan juara 1 Kepala Sekolah Prestasi
Provinis Jawa tengah tahun 2019. HP. 081325442803
137
DENGAN MANAJEMEN PEMBIASAAN, PARTISIPASIF,
TAULADAN DAN KOLABORATIF DAPAT MELANGKAH
MENJADI
SEKOLAH BIRU
Rohimah
Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Pancor, Nusa tenggara Barat Email : rohimah23@gmail.com
138
hanya memiliki enam ruang kelas. Kondisi awal seperti itu berkaitan pula dengan
faktor yang lainnya. Demi kelancaran proses pembelajaran maka upaya yang
saya lakukan di SDN 2 Pancor dalam mengatasi kekurangan sarana prasarana ini
dengan cara memanfaatkan fasilitas yang ada. Terkait dengan kebijakan dari
pemerintah dari tingkat terendah hingga ke tingkat yang paling tinggi yang
meliputi kurikulum, standar nasional pendidikan hingga perekrutan guru dan
tenaga kependidikan. Terkait proses pembelajaran dengan kekurangan guru
yang ada (5 orang guru kelas PNS) berusaha memenuhinya dengan tenaga
honorer yang digaji dari BOS. Upaya peningkatan mutu dalam proses
pembelajaran dilakukan dengan pembinaan guru secara terus menerus
terutama terkait dengan empat kompetensi sesuai tuntutan pendidikan abad 21
yang dikenal dengan 4C yang meliputi Critical Thinking (berpikir kritis),
Collaboration (kerja sama), Communication (komunikasi) dan Creativity
(kreativitas). Dalam hal ini inovasi dan leadership (kepemimpinan) seorang
kepala sekolah sangat diharapkan agar mampu menciptakan suasana dan
ekosistem yang baik di lingkungan sekolah dan juga sekitarnya.
Dalam upaya peningkatan mutu dan prestasi sebagai seorang kepala
sekolah, saya dituntut untuk memiliki kreativitas dan inovasi yang diharapkan
bisa menjadikan sekolah yang saya pimpin menjadi sekolah yang bagus, maju
dan berprestasi. Mengusung P2TK yang merupakan akronim dari (Partisipatif,
Pembiasaan, Tauladan dan Kerjasama), sebagai suatu program yang diterapkan
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan penguatan pendidikan karakter.
139
sehat. (5) Mewujudkan Sekolah Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata).
Menggunakan brand sekolah biru SDN 2 Pancor berusaha memperkenalkan
keunggulan maupun kekhasan yang dimilikinya proses pembinaan siswanya.
Biru memiliki beragam makna dan penafsiran akan tetapi pada brand
SDN 2 Pancor dimaksudkan sebagai kata yang mudah diingat dan akrab dengan
anak anak dan lingkungan sekolah. Adapun jika diuraikan secara mendetil
makna dari brand biru pada SDN 2 Pancor adalah sebagai berikut.
B mewakili kata Berkarakter pada brand biru yang menjadi bran SDN 2 Pancor.
Berpedoman pada Perpres Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter yang menekankan pada pendidikan karakter yang
meliputi lima karakter yaitu Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong royong
dan Integritas jika dilihat tujuannya secara umum dapat digambarkan
secara singkat adalah untuk membangun generasi emas tahun 2045 yang
berjiwa Pancasila dan berkarakter dalam menghadapi dinamika perubahan
masa dengan melibatkan peran serta semua pihak melalui jalir formal,
informal dan non formal dengan memperhatikan keragaman masyarakat.
Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan merevitalisasi dan
memperkuat potensi peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan,
lingkungan dan keluarga dalam mengimplementasikan PPK.
I mewakili kata Inovatif sebagai salah satu manifestasi dari visi misi SDN 2
Pancor.
R mewakili kata Religious dalam usaha menggapai visi misi SDN 2 Pancor.
U mewakili kata Unggul pada brand sekolah yang merupaka upaya mewujudkan
agar output SDN 2 Pancor kelak dapat menjadi generasi unggul yang akan
mampu bersaing dalam masyarakat.
Terkait upaya untuk menjadikan output yang unggul maka kami di SDN 2
Pancor menerapkan sistem pembinaan yang kami istilahkan asah berlian.
Kegiatan asah berlian ini adalah upaya peningkatan prestasi peserta didik kami
di SDN 2 Pancor yakni berusaha mengasah dan membina kemampuan minat dan
bakat yang mereka miliki.
Brand SDN 2 Pancor yang merupakan manifestasi dari visi misi sekolah
yakni ‘Cerdas, Kreatif dan Religius’ menjadi sekolah ‘biru’. Brand yang diusung
itu bukan karena sekolah yang catnya berwarna biru akan tetapi biru itu sebagai
sebuah akronim dari tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah terhadap outputnya
yakni setamat dari SDN 2 Pancor agar outputnya menjadi anak yang BIRU
(Berkarakter, Inovatif, Religius dan Unggul.)
Dalam upaya memperkenalkan brand tersebut, ada banyak cara yang
ditempuh, di antaranya melalui pengenalan oleh guru di kelas, rapat wali murid
140
maupun komite sekolah, pada kegiatan pagi dilapangan sehingga peserta didik
menjadi akrab dengan brand tersebut. Merekalah yang mengenalkannya kepada
orang tua dan masyarakat sekitarnya. Sambil soaialisasi juga sedikit demi sedikit
diperkenalkan akan pelaksanaan / manajemen P2TK (Partisifasi, Pembiasaan,
Tauladan dan Kolaborasi) sebagai langkah yang dirasa tepat untuk
mewujudnyan dalam upaya pembangunan karakter dan pembinaan prestasi
siswa selama menempuh pendidikan di SDN 2 Pancor. Untuk mengenalkan
kepada masyarakat luas, visi misi dan brand sekolah, diperkenalkan juga melalui
tulisan di gerbang sekolah.
141
kegiatan di sekolah seperti kegiatan pagi, kegiatan ekstrakurikuler dan
terintegrasi dalam pembelajaran. Karakter religius juga ditanamkan melalui
contoh tauladan dari guru sebagai tokoh utama dalam tauladan di sekolah.
Karakter Nasionalis ditanamkan melalui kegiatan pagi upacara hari
Senin, kegiatan pagi di dalam kelas sebelum belajar seperti manyanyikan lagu
Indonesia Raya dan juga dengan menintegrasikannya ke dalam kegiatan
pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler. Karakter Mandiri ditanamkan
melalui latihan disiplin baik kedatangan, keadaan di kelas dan diluar kelas,
berani bertanggung jawab dan berani. Karakter Gotong royong ditanamkan
melalui kegiatan piket pagi, gerakan kakak pembimbing sebagai embrio dari
sekolah aman dan ramah anak, kerja sama dan kekeluarga sedangkan
penanaman karakter Integritas melalui tauladan dan bimbingan yang terus
menerus secara berkesinambungan serta lingkungan yang mendukung
tumbuhnya integritas yang tinggi pada siswa melalui pembiasaan dan tauladan
oleh semua pihak. Inovatif diwujudkan dengan berusaha menggali bakat minat
peserta didik, membimbing peserta didik untuk menciptakan karya inovatif
sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka. Karakter Religius ditanamkan
dengan menyelipkan nilai-nilai religious dalam setiap kegiatan di sekolah. Untuk
membentuk siswa yang Unggul, melalui pembinaan kepada peserta didik
dengan memberika pembinaan sesuai dengan bakat yang mereka miliki dan
kemampuan pendidik sebagai pembinanya bahkan jika sangat mendesak kami
terkadang mendatangkan pelatih khusus dari luar sekolah.
Dalam upaya penguatan pendidikan karakter di SDN 2 Pancor ada
beberapa langkah yang ditempuh, di antaranya:
a. Mengoptimalkan peran guru dalam kegiatan pembelajaran dan berusaha
mengintegrasikan materi penguatan pendidikan karakter dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Guru sebagai tokoh utama di sekolah berusaha menjadu tauladan dalam
disiplin, ucapan, sikap maupun tindakan. (Megawangi,Ratna.2004)
c. Menanamkan disiplin dan taat peraturan terhadap semua warga sekolah.
d. Menjalin komunikasi yang harmonis dengan orang tua/wali murid.
e. Menjalin kerjasama dengan dinas/instansi terkait, dunia usaha, alumni
maupun masyarakat sekitar lingkungan sekolah.
f. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, aman dan menyenangkan
sebagai tempat belajar.
Untuk memperoleh hasil yang optimal sebagaimana tuntutan dalam
penguatan pendidikan karakter maka di SDN 2 Pancor saya berusaha
142
menempuh beberapa cara, yang diistilahkan dengan manajemen P2TK
(Pembiasaan, Partisipatif, Tauladan dan Kolaboratif).
1. Pembiasaan dan Tauladan
Pembiasaan dan Tauladan yang dilakukan secara terus menerus di lakukan
dengan melibatkan semua pihak terkait. Pembiasaan yang dilakukan dalam
penguatan pendidikan karakter di SDN 2 Pancor di antaranya:
a. Salam pagi
Salam pagi adalah istilah saat pagi-pagi ketika anak datang bertemu
bapak ibu guru yang berdiri di depan kelas menyambut kedatangan
mereka. selain sebagai ajang untuk bersilaturrahmi dan saling mengenal
lebih dekat dengan wali murid yang mengantarkan putra putri mereka
ke sekolah. Bagi peserta didik yang kebagian piket datang sebelum pk
07.00 di bawah bimbingan guru piket membersihkan lingkungan sekolah
sesuai dengan jadwal pembagian mereka. Begitu pk 07.00 bel berbunyi
semua sudah bersih semua warga sekolah mengikuti kegiatan pagi 15
menit di halaman sekolah.
143
Gambar 3a. Sapu Bersih Lima Menit Sampah
144
hentinya guru memberikan tauladan dan memantau teus pembiasaan
serta pelibatan semua unsur terkait.
145
Gambar 5a. Seni Gambar 5b. Seni Gambar 5c. Puisi Gambar 5d. Menulis
Kegiatan Literasi
Sejak dicanangkannya pembiasaan literasi yang terkait dengan PPK yang
terintegrasi dengan pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Mulanya kegiatan literasi hanya sebatas membaca sebelum jam pelajaran
dimulai, namun ternyata hasilnya belum memuaskan, terbukti dengan belum
adanya kesadaran peserta didik akan kegiatan literasi tersebut dan rendahnya
pemahaman akan literasi yang terbatas hanya pada kegiatan membaca saja.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka diadakanlah inovasi dalam
pelaksanaan kegiatan literasi di sekolah dengan harapan melalui gerakan literasi
sekolah dapat mengangkat prestasi sekolah dan membentuk karakter siswa dan
menjadikan budaya yang menjadi ciri khas sekolah. Melalui kegiatan literasi pagi
yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan melibatkan semua pihak
terkait pembentukan karakter peserta didik kami selipkan sekaligus untuk
menjaring bakat dan minat mereka agar dalam pembinaan sesuai dengan bakat
mereka.
Dalam pelaksanaannya kegiatan pagi di SDN 2 Pancor dilakukan selain
untuk pembentukan karakter juga pembentukan budaya literasi. Kegiatan pagi
sebagai pembiasaan dan melatih disiplin peserta didik maka SDN 2 Pancor
memulai kegiatan sejak pukul 07.00. jika ada siswa yang terlambat maka sebagai
sangsinya mereka akan mengikuti kegiatan pagi di pos depan (gerbang sekolah).
Setelah kegiatan pagi di halaman berakhir barulah ditanya alasan keterlambatan
mereka dan menasehati untuk tidak mengulang lagi selanjutnya mengikuti
kegiatan literasi di kelas lima belas menit sebelum pelajaran dimulai. Adapun
kegiatan pagi secara bersamaan di halaman sekolah kami lakukan berbeda di
setiap harinya. Kegiatan tersebut saya tampilkan pada
tabel sebagai berikut.
Program Adiwiyata
1. Menguragi sampah plastik
Program mengurangi sampah di SDN 2 Pancor melakukan upaya untuk
menanamkan kesadaran pada peserta didik akan kondisi sampah plastik
yang tidak bisa kita hindari. Memulai dari lingkungan sekolah kami
mengajarkan kepada peserta didik kami tentang langkah-langkah
mengantisipasi sampah plastik yang mudah mereka lakukan.
Salah satu hal yang mulai kami ajarkan dalam kegiatan ini dengan cara
mengarahkan mereka agar membawa makanan/bekal menggunakan wadah
dari rumah untuk mengurangi sampah plastik.
148
Gambar 7a.Pot Dari Botol Gambar 7b. Pot dari Botol Gambar 7c. Pot Ban
3. Sampah Organik
Sampah organik kami upayakan menjadi kompos sebagai
pembelajaran kepada peserta didik akan cara menangani sampah agar
bermanfaat bagi lingkungan. Pembuatan sampah di sekolah kami
menghasilkan dua jenis pupuk yaitu kompos dan pupuk cair.
4. Kebun Sekolah
Di sekolah juga diberikan contoh bagaimana memanfaatkan halaman
sekolah kami yang sempit.
149
Gambar 9. Kebun
sekolah
150
2017
Seni - Siswa mulai - Memiliki dan mampu memainkan kesenian tradisional
7 Budaya melupakan budaya nya. Tungkek. Alat musik Khas Pancor kecamatan Selong.
Lokal
8 Prestasi - Siswa yang - semula kurang Peserta didik bersemangat mengikuti kegiatan
ekstrakurikule ekstrakurikuler sesuai dengan bakat
apresiatif mereka terlebih jika melihat keberhasilan
terhadap kegiatan teman-teman mereka yang sukses hingga ke
ekstrakurikuler tingkat nasional.
Gambar 10d. Pameran Seni Gambar 10e. Drumband Gambar 10f. Juara Pantomim
Daftar Pustaka
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter, Jakarta : Indonesia Heritage
Fondation
Kemdikbud. 2017. Peraturan Presiden (Perpres) nomor 87 tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter
Tim Pustaka Phoenix. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. PT Media
Pustaka Phoenix
Tim Pengembang Kurikulum. 2019. Kurikulum Sekolah Dasar Negeri 2 Pancor.
Pancor
152
Tentang Penulis
Rohimah,S.Pd.M.Pd dilahirkan di Kalijaga, Lombok
Timur NTB pada tanggal 23 Agustus 1972.
Pendidikan guru diperolehnya sejak bersekolah di
SPGN Mataram. Menyelesaikan pendidikan D2
PGSD di Universitas Udayana Bali pada tahun 1992
selanjutnya mulai mengajar pada tahun 1993 di SDN
2 Kotaraja. Pendidikan S1
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
diselesaikan di Universitas Muhammadiyah Mataram
pada tahun 2003, selanjutnya S2 Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia diselesaikan di Universitas Mataram pada tahun 2014.
Tahun 2016 menjadi kepala
Sekolah di SDN 2 Pancor. No Hp. 081339629135
153