Ibu : Putih……..Putih……..
Bawang Putih : Iya Bu, ada apa?
Ibu : Kamu itu lama banget sih! Kamu itu tuli apa gimana?!
Nih…sekarang kamu cucikan baju ibu!
Bawang Putih : Loh kan sudah ada pembantu kita bu!
Ibu : Sudah ibu pecat dia, kan sudah ada kamu. Nih cepat cucikan
baju ibu…
Bawang Bombay : Hmm… ini juga yaa adik tiriku tercinta!!!
Bawang Merah : Jangan lupa ini juga ya…
Bawang Putih : Tapi kak……………
Bawang Merah : Sudah tidak usah banyak alasan kamu, cepat cucikan ini!
Ibu : Sudah cepat cuci sana!!
Bawang Putih : Baik ibu..
Ibu : Awas ya kalau nanti siang cuciannya tidak selesai, kamu
tidak akan saya beri jatah makan malam!!
Ibu dan kedua anaknya meninggalkan bawang putih, dan bawang putih
segera bergegas ke sungai untuk mencuci baju.
Bawang Putih : Kenapa hidupku menjadi seperti ini, semenjak ayah pergi
(lalu merenung dan melihat seekor ikan)
Bawang Putih : Indah sekali ikan ini dan keindahan nya pun menyejukkan
hati ini. Biar ku bawa pulang untuk menjadi teman di rumah.
Bawang Putih : Untung ada kamu ikanku! Berkat kamu aku dapat
menyelesaikan tugas dari ibu dan saudara-saudara tiriku.
Terimakasih ya (sambil berbicara dengan Ikan Mas)
Bawang Bombay : Oh ternyata, ikan itu yang membantu bawang putih selama
ini!
Bawang Merah : Iya ya, sialan si Bawang Putih. Harus kita kasih pelajaran dia!
Bawang Bombay : Iya kak, harus kita kasih pelajaran apa?
Bawang Merah : Besok, saat Bawang Putih pergi ke pasar kita ambil ikannya
lalu kita goreng. Gimana?
Bawang Bombay : Wah, ide bagus itu kak (Bawang Merah dan Bawang Bombay
pun tersenyum sinis)
Keesokan harinya..
Bawang Bombay : Liat kak, itu bawang putih sudah keluar. Ayo kita ambil
ikannya.
Bawang Merah : ayo cepat kita goreng ikannya!
Ditengah jalan menuju pasar, Bawang Putih ditabrak oleh pangeran.
Pangeran : Maaf..Maaf.. aku tidak sengaja. Kamu baik-baik saja kan?
Bawang Putih : Iya tidak apa-apa. (Bawang Putih segera pergi meninggalkan
Pangeran)
Pangeran : Tunggu.. jangan pergi dulu, siapa namamu?
Bawang Putih : (Hanya menoleh ke arah pangeran).
Pangeran : Hey……..
Bawang Merah : Hey bawang putih, ikut makan sama kita yuk! Ini ada ikan
goreng?
Bawang Bombay : Enak loh! Cepetan kesini, keburu habis!
Bawang Putih : Iya kak.. (sambil melihat dengan heran)
Bawang Bombay dan Bawang Merah pergi dan Bawang Putih pun ke dapur
serta menangisi ikannya.
Bawang Putih : Maafkan aku ikan mas, aku tak bisa menjagamu dengan baik.
Bahkan aku ikut memakanmu. Sungguh maafkan aku
sahabatku.
Bawang Putih : Aku akan menguburmu disini ikanku, ini semua salahku kau
jadi begini. Sungguh aku minta maaf (sambil menangis).
Keesokan harinya…
Bawang Bombay : (Di halaman rumah) hmm … udara pagi ini sejuk sekali ya
kak.
Bawang Merah : Iya memang dek, segar banget nih udaranya. Eh, tapi itu
pohon sejak kapan ada disitu ?
Bawang Bombay : Iya ya kak, mana udah tinggi tuh pohon. Apa ibu kita yang
menanamnya ?
Bawang Merah : Kayaknya sih enggak mungkin deh dek. Hmm (sambil
melihat-lihat pohonnya)
Bawang Bombay : Hmm, mending kita panggil Ibu kesini aja kak.
Bawang Merah : Iya deh ayo (mereka kedalam rumah, lalu keluar dengan
menggandeng Ibu mereka yang sedang demam).
Bawang Bombay : Itu lihat bu, pohonnya kok aneh ya.
Bawang Merah : Iya bu, itu pohonnya tumbuh sendiri disitu.
Ibu : Loh iya ya, apa ini ulah Bawang Putih. Ah tapi apa mungkin ?
Bawang Bombay : Apa pohon itu pohon sakti ?
Ibu : Mungkin saja.
Bawang Merah : Kalau gitu kita uji aja gimana bu ?
Ibu : Caranya ?
Bawang Bombay : Iya, gimana kak ?
Bawang Merah : Hmm, kan ibu lagi sakit nih, gimana kalau kita tes daunnya
buat ditempelin ke Ibu. Siapa tau pohonnya sakti terus
daunnya bisa dibuat nyrmbuhin penyakit.
Bawang Bombay : Iya yah, biar Putih saja yang mengambilnya. Biar tangan kita
gak kotor !
Ibu : Yaudah deh biar Ibu panggil dia, Bawang Putih, Put .. Putih,
cepetan kesini.
Ibu : Hmm, sepertinya badan ibu sudah sembuh nak. Wah pohon itu
memang sakti.
Bawang Merah : Iya bu.
Bawang Bombay : Kalau begitu, gimana kalau kita buat pohon ini ladang uang
Bagi kita.
Ibu : Benar juga katamu. Kalau begitu Ibu akan umumkan ini ke
warga kampung sekarang juga.
Dan keesokan harinya banyak warga yang datang untuk berobat pada pohon
itu. Dan ternyata hanya Bawang Putih yang bisa mengambil daunnya. Hari demi
hari, orang yang berobat pun semakin banyak, mereka juga berasal dari beberapa
daerah. Dan karena itu lah, kisah kesaktian pohon tersebut terdengar oleh
pangeran. Pangeran pun ingin pergi kesana, karena pada saat itu ayahnya
mengalami sakit parah.
Ibu pangeran : Anakku, keadaan ayahmu semakin parah dari hari ke hari,
betapa kasihannya beliau.
Pangeran : Iya bu.
Ibu pangeran : Sehari-hari beliau hanya dapat berbaring di kasur itu.
Pangeran : Iya bu saya tahu, saya akan terus mencari obatnya walaupun
harus sampai ke ujung dunia.
Ibu pangeran : Ibu dengar dipelosok desa ada sebuah pohon ajaib. Dan kata
orang-orang daunnya bisa menyembuhkan segala macam
penyakit.
Pangeran : Apa itu benar bu ?
Ibu pangeran : Ya mungkin saja nak.
Pangeran : Baiklah bu, besok aku akan kesana. Aku akan mengambilkan
daunnya untuk ayah. Dan aku berjanji jika pemiliknya laki-
laki akan kujadikan saudara, apabila pemiliknya perempuan
akan kujadikan ia istriku.
Ibu pangeran : Baiklah anakku, sebaiknya besok kita kesana bersama-sama
saja.
Pangeran : Baik bu.
Keesokan harinya, pangeran dan ibunya telah sampai di rumah Bawang Putih.
Pangeran tiba…
banget nyabutnya.
Pengeran : Waduh, terus bagaimana ini? Kami sangat membutuhkan daun
itu.
daun itu.
Bawang Bombay : Tapi pangeran..
Ibu pangeran : Biarkan dia, tolong beri dia kesempatan.
Bawang Putih : Terima kasih pangeran, terimakasih ratu (Bawang Putih pun
mencabut daunnya). Ini ratu daunnya.
Ibu pangeran : Terima kasih nak. Siapa namamu?
Bawang Putih : Nama saya adalah Bawang Putih ratu.
Pangeran : Apakah kamu gadis itu? Apakah kamu pemilik pohon ini?
Bawang Putih : Benar pangeran, aku yang bertemu pangeran di jalan menuju
pasar.
Bawang Merah : Dia bohong pangeran!
Bawang Bombay : Iya tuh jangan percaya sama dia!
Pangeran : Tidak mungkin. Buktinya saja dia bisa mengambil daun pohon
itu. Mau mengelak apalagi kalian.
Bawang Merah dan Bawang Bombay tersipu malu atas kebohongannya dan
Bawang Putih pun terlihat senang.
Pangeran : Sebelum aku datang kesini, aku telah berjanji pada diriku
sendiri dan aku ingin menepati janji tersebut dengan mu.
Bawang Putih : Memang janji apa itu pangeran ?
Pangeran : Janjiku itu tentang pemilik pohon ini. Apabila pemilik pohon
ini seorang gadis, maka aku akan jadikan ia istriku.
Bawang Putih : (terkejut) apakah pangeran sungguh-sungguh?
Pangeran : Aku sungguh-sungguh Bawang Putih, apakah kau bersedia
menjadi istriku?
Ibu pangeran : Terimalah Bawang Putih…
Bawang Putih : Baiklah, aku bersedia menjadi istrimu pangeran…
Nama Kelompok :