Anda di halaman 1dari 9

Naskah drama

Bawang Merah Bawang Putih


Di suatu desa hiduplah seorang perempuan bernama Bawang Putih yang
mempunyai ibu tiri dan dua saudara tiri yaitu Bawang Merah dan Bawang
Bombay. Satu bulan yang lalu ayah Bawang Putih meninggal dunia karena sakit.
Setelah ayahnya meninggal kehidupan Bawang Putih menjadi sengsara.

Ibu : Putih……..Putih……..
Bawang Putih : Iya Bu, ada apa?
Ibu : Kamu itu lama banget sih! Kamu itu tuli apa gimana?!
Nih…sekarang kamu cucikan baju ibu!
Bawang Putih : Loh kan sudah ada pembantu kita bu!
Ibu : Sudah ibu pecat dia, kan sudah ada kamu. Nih cepat cucikan
baju ibu…
Bawang Bombay : Hmm… ini juga yaa adik tiriku tercinta!!!
Bawang Merah : Jangan lupa ini juga ya…
Bawang Putih : Tapi kak……………
Bawang Merah : Sudah tidak usah banyak alasan kamu, cepat cucikan ini!
Ibu : Sudah cepat cuci sana!!
Bawang Putih : Baik ibu..
Ibu : Awas ya kalau nanti siang cuciannya tidak selesai, kamu
tidak akan saya beri jatah makan malam!!

Ibu dan kedua anaknya meninggalkan bawang putih, dan bawang putih
segera bergegas ke sungai untuk mencuci baju.
Bawang Putih : Kenapa hidupku menjadi seperti ini, semenjak ayah pergi
(lalu merenung dan melihat seekor ikan)
Bawang Putih : Indah sekali ikan ini dan keindahan nya pun menyejukkan
hati ini. Biar ku bawa pulang untuk menjadi teman di rumah.

Cucian Bawang Putih pun selesai, ia bergegas meninggalkan sungai untuk


pulang ke rumah. Sesampainya dirumah Bawang Putih meletakkan ikan tersebut
kedalam sebuah ember.

Bawang Merah : Putih…Putih….


Bawang Putih : Iya kak, ada apa?
Bawang Merah : Mana cucianku?
Bawang Putih : Ini kak ( sambil memberikan cucian kepada Bawang Merah)
Bawang Bombay : Yasudah, sekarang kamu belanja. Setelah itu kamu buatkan
kita makanan (sambil memberikan daftar belanjaan).
Bawang Merah : Dan ini uangnya!
Bawang Putih : Ini tudak cukup kak, untuk membeli bahan makanan yang ada
di daftar ini!
Bawang Merah : Itu derita kamu!

Setelah berbelanja kemudian Bawang Putih segera menuju ke dapur untuk


memasak.

Bawang Putih : Untung ada kamu ikanku! Berkat kamu aku dapat
menyelesaikan tugas dari ibu dan saudara-saudara tiriku.
Terimakasih ya (sambil berbicara dengan Ikan Mas)

Tanpa disadari Bawang Merah dan Bawang Bombay mendengar


pembicaraan Bawang Putih kepada Ikan Mas.

Bawang Bombay : Oh ternyata, ikan itu yang membantu bawang putih selama
ini!
Bawang Merah : Iya ya, sialan si Bawang Putih. Harus kita kasih pelajaran dia!
Bawang Bombay : Iya kak, harus kita kasih pelajaran apa?
Bawang Merah : Besok, saat Bawang Putih pergi ke pasar kita ambil ikannya
lalu kita goreng. Gimana?
Bawang Bombay : Wah, ide bagus itu kak (Bawang Merah dan Bawang Bombay
pun tersenyum sinis)

Keesokan harinya..

Ibu : Putih!! Cepat kemari!!


Bawang Putih : iya ibu..
Ibu : Ini cepat bersih-bersih rumah, lalu setelah itu kamu belikan
ibu bahan-bahan makanan di pasar.
Bawang Putih : Baik bu.
Ibu : Cepat sana.

Bawang Putih selesai menyapu, ia bergegas ke pasar.

Bawang Bombay : Liat kak, itu bawang putih sudah keluar. Ayo kita ambil
ikannya.
Bawang Merah : ayo cepat kita goreng ikannya!
Ditengah jalan menuju pasar, Bawang Putih ditabrak oleh pangeran.
Pangeran : Maaf..Maaf.. aku tidak sengaja. Kamu baik-baik saja kan?
Bawang Putih : Iya tidak apa-apa. (Bawang Putih segera pergi meninggalkan
Pangeran)
Pangeran : Tunggu.. jangan pergi dulu, siapa namamu?
Bawang Putih : (Hanya menoleh ke arah pangeran).
Pangeran : Hey……..

Sesampainya Bawang Putih dirumah…

Bawang Merah : Hey bawang putih, ikut makan sama kita yuk! Ini ada ikan
goreng?
Bawang Bombay : Enak loh! Cepetan kesini, keburu habis!
Bawang Putih : Iya kak.. (sambil melihat dengan heran)

Setelah mereka bertiga selesai makan.

Bawang Merah : Enak tidak ikannya?


Bawang Putih : Enak sekali kak, terimakasih ya kak.
Bawang Merah : Ya seharusnya kita yang makasih ke kamu Putih (sambil
tersenyum ke bawang Putih)
Bawang Putih : Memang kenapa kak?
Bawang Merah : Ikan ini kan… Ikan Mas milikmu…
Bawang Putih : Apa????
Bawang Merah : Maaf ya, kamu sih tadi kelamaan. Kita sudah kelaparan.
Bawang Putih : Kak, Ikan itu temanku. Kenapa kakak tega sama aku?
Bawang Merah : Ya namanya juga orang lapar.
Bawang Bombay : Iya, emang ngapain sih kamu berteman dengan ikan. Kaya
orang gila aja.
Bawang Putih : Tapi kan kak….
Bawang Merah : Sudahlah pasrah aja. Nih sisanya buat kamu aja.
Bawang Bombay : Iya tuh ambil sana. Ayo kak kita pergi belanja.
Bawang Merah : Ayoo! Bye Putih.

Bawang Bombay dan Bawang Merah pergi dan Bawang Putih pun ke dapur
serta menangisi ikannya.

Bawang Putih : Maafkan aku ikan mas, aku tak bisa menjagamu dengan baik.
Bahkan aku ikut memakanmu. Sungguh maafkan aku
sahabatku.

Bawang Putih keluar rumah untuk mengubur ikannya.

Bawang Putih : Aku akan menguburmu disini ikanku, ini semua salahku kau
jadi begini. Sungguh aku minta maaf (sambil menangis).

Keesokan harinya…

Bawang Bombay : (Di halaman rumah) hmm … udara pagi ini sejuk sekali ya
kak.
Bawang Merah : Iya memang dek, segar banget nih udaranya. Eh, tapi itu
pohon sejak kapan ada disitu ?
Bawang Bombay : Iya ya kak, mana udah tinggi tuh pohon. Apa ibu kita yang
menanamnya ?
Bawang Merah : Kayaknya sih enggak mungkin deh dek. Hmm (sambil
melihat-lihat pohonnya)
Bawang Bombay : Hmm, mending kita panggil Ibu kesini aja kak.
Bawang Merah : Iya deh ayo (mereka kedalam rumah, lalu keluar dengan
menggandeng Ibu mereka yang sedang demam).
Bawang Bombay : Itu lihat bu, pohonnya kok aneh ya.
Bawang Merah : Iya bu, itu pohonnya tumbuh sendiri disitu.
Ibu : Loh iya ya, apa ini ulah Bawang Putih. Ah tapi apa mungkin ?
Bawang Bombay : Apa pohon itu pohon sakti ?
Ibu : Mungkin saja.
Bawang Merah : Kalau gitu kita uji aja gimana bu ?
Ibu : Caranya ?
Bawang Bombay : Iya, gimana kak ?
Bawang Merah : Hmm, kan ibu lagi sakit nih, gimana kalau kita tes daunnya
buat ditempelin ke Ibu. Siapa tau pohonnya sakti terus
daunnya bisa dibuat nyrmbuhin penyakit.
Bawang Bombay : Iya yah, biar Putih saja yang mengambilnya. Biar tangan kita
gak kotor !
Ibu : Yaudah deh biar Ibu panggil dia, Bawang Putih, Put .. Putih,
cepetan kesini.

Tiba-tiba Bawang Putih datang.

Bawang Putih : Iya bu, ada apa ?


Ibu : Apakah kamu yang menanam pohon itu ?
Bawang Putih : (berfikir tentang ikan yang dia kubur ditempat pohon itu
tumbuh) dan sedikit menggumam. Apa pohon itu adalah
bangkai ikan yang ku kubur di situ .. ?
Ibu : Eh kamu itu Ibu Tanya kok gak dijawab, mulai berani ya.
Bawang Putih : Eh, ehm tidak bu. Saya tidak berani sama Ibu dan saya juga
tidak tau apa-apa tentang pohon itu.
Bawang Merah : Jangan bohong kamu.
Bawang Putih : Iya kak.
Ibu : Ya sudah, sekarang ambilkan Ibu daun pohon itu, mungkin
bisa menyembuhkan penyakit ini. Kan pohon ini aneh,
mungkin saja pohon ini juga sakti.
Bawang Putih : Baiklah Buk ! (mengambil daunnya)
Bawang Bombay : Sini daunnya ! Ini bu daunnya, Ibu taruh di kepala Ibu saja
biar menyeluruh sembuhnya.
Ibu : Iya nak (sambil menaruh daun ke kepalanya).

Beberapa saat kemudian ..

Ibu : Hmm, sepertinya badan ibu sudah sembuh nak. Wah pohon itu

memang sakti.
Bawang Merah : Iya bu.
Bawang Bombay : Kalau begitu, gimana kalau kita buat pohon ini ladang uang
Bagi kita.
Ibu : Benar juga katamu. Kalau begitu Ibu akan umumkan ini ke
warga kampung sekarang juga.

Menuju ke halaman rumah…

Bawang Bombay : Pengumuman-pengumuman!!


Bawang Merah : Ayo semua warga kumpul, kumpul!! Ada berita sangat
penting!
Ibu : Mulai sekarang kalian boleh kapan saja kerumah kita, karena
dirumah kita ada pohon ajaib yang bisa menyembuhkan
berbagai penyakit!!

Dan keesokan harinya banyak warga yang datang untuk berobat pada pohon
itu. Dan ternyata hanya Bawang Putih yang bisa mengambil daunnya. Hari demi
hari, orang yang berobat pun semakin banyak, mereka juga berasal dari beberapa
daerah. Dan karena itu lah, kisah kesaktian pohon tersebut terdengar oleh
pangeran. Pangeran pun ingin pergi kesana, karena pada saat itu ayahnya
mengalami sakit parah.

Ibu pangeran : Anakku, keadaan ayahmu semakin parah dari hari ke hari,
betapa kasihannya beliau.
Pangeran : Iya bu.
Ibu pangeran : Sehari-hari beliau hanya dapat berbaring di kasur itu.
Pangeran : Iya bu saya tahu, saya akan terus mencari obatnya walaupun
harus sampai ke ujung dunia.
Ibu pangeran : Ibu dengar dipelosok desa ada sebuah pohon ajaib. Dan kata
orang-orang daunnya bisa menyembuhkan segala macam
penyakit.
Pangeran : Apa itu benar bu ?
Ibu pangeran : Ya mungkin saja nak.
Pangeran : Baiklah bu, besok aku akan kesana. Aku akan mengambilkan
daunnya untuk ayah. Dan aku berjanji jika pemiliknya laki-
laki akan kujadikan saudara, apabila pemiliknya perempuan
akan kujadikan ia istriku.
Ibu pangeran : Baiklah anakku, sebaiknya besok kita kesana bersama-sama
saja.
Pangeran : Baik bu.

Keesokan harinya, pangeran dan ibunya telah sampai di rumah Bawang Putih.

Bawang Bombay : Wah ada pangeran tuh kak ?


Bawang Merah : Wah iya ya, eh Putih kamu sekarang masuk sana. Cepetan !!
Bawang Bombay : Iya, cepetan.

Pangeran tiba…

Pangeran : Permisi, apakah benar ini pohon yang sakti itu ?


Bawang Merah : Iya benar.
Ibu pangeran : Siapa pemilik pohon ini ?
Bawang Bombay : Ya kita lah, kan pohon ini ada di halaman rumah kita sendiri.
Pangeran : Oh, kalau begitu apakah aku boleh meminta pohon itu ?
Bawang Bombay : Tidak perlu pohonnya pangeran, cukup daunnya. Pasti
penyakit pangeran akan sembuh.
Ibu pangeran : Bukan pangeran yang sakit, tapi suamiku, ayah pangeran.
Apakah memang benar hanya daunnya saja ?
Bawang Merah : Iya ratu, itu benar.
Ibu pangeran : Kalau begitu ambilkan aku cukup satu saja.
Bawang Merah : Baiklah, biar adikku ini yang mengambilnya. Sana ambil daun

itu untuk pangeran!


Bawang Bombay : Aduh kak kenapa harus aku sih ?
Bawang Merah : Sudahlah.
Bawang Bombay : Hmm, aduh susah banget sih ngambilnya (sambil mencoba
mengambil daun tersebut). Kak ini susah banget sih
diambilnya?
Bawang Merah : Aduuuuh kamu ini! Yasudah biar aku saja yang ngambil.
Bentar ya pangeran (sambil pergi dari sisi sang pangeran).
Pangeran : Iya…
Bawang Merah : Kamu temenin pangeran sana!
Bawang Bombay : Oke kak.
Bawang Merah : Aduuh lah kok susah banget gini ya. Yasudah lah aku kesana
saja deh (menuju ke pangeran). Maaf pangeran, ternyata susah

banget nyabutnya.
Pengeran : Waduh, terus bagaimana ini? Kami sangat membutuhkan daun
itu.

Tiba-tiba datanglah Bawang Putih…

Bawang Bombay : Eh ngapain kamu kesini!


Bawang Putih : Mungkin aku bisa membantu untuk mencabut daun itu.
Bawang Merah : Ah, tidak perlu. Sudah kamu masuk saja!
Pangeran : Jangan suruh dia masuk, biarkan dia mencoba untuk mencabut

daun itu.
Bawang Bombay : Tapi pangeran..
Ibu pangeran : Biarkan dia, tolong beri dia kesempatan.
Bawang Putih : Terima kasih pangeran, terimakasih ratu (Bawang Putih pun
mencabut daunnya). Ini ratu daunnya.
Ibu pangeran : Terima kasih nak. Siapa namamu?
Bawang Putih : Nama saya adalah Bawang Putih ratu.
Pangeran : Apakah kamu gadis itu? Apakah kamu pemilik pohon ini?
Bawang Putih : Benar pangeran, aku yang bertemu pangeran di jalan menuju
pasar.
Bawang Merah : Dia bohong pangeran!
Bawang Bombay : Iya tuh jangan percaya sama dia!
Pangeran : Tidak mungkin. Buktinya saja dia bisa mengambil daun pohon
itu. Mau mengelak apalagi kalian.

Bawang Merah dan Bawang Bombay tersipu malu atas kebohongannya dan
Bawang Putih pun terlihat senang.

Pangeran : Sebelum aku datang kesini, aku telah berjanji pada diriku
sendiri dan aku ingin menepati janji tersebut dengan mu.
Bawang Putih : Memang janji apa itu pangeran ?
Pangeran : Janjiku itu tentang pemilik pohon ini. Apabila pemilik pohon
ini seorang gadis, maka aku akan jadikan ia istriku.
Bawang Putih : (terkejut) apakah pangeran sungguh-sungguh?
Pangeran : Aku sungguh-sungguh Bawang Putih, apakah kau bersedia
menjadi istriku?
Ibu pangeran : Terimalah Bawang Putih…
Bawang Putih : Baiklah, aku bersedia menjadi istrimu pangeran…

Akhirnya Bawang Putih hidup bahagia dengan pangeran. Bawang Merah,


Bawang Bombay serta ibunya pun hidup sengsara dan menyesali perbuatan-
perbuatan mereka kepada Bawang Putih.
Naskah drama
Bawang merah bawang putih

Nama Kelompok :

1. Nadya Nur H. F (Sebagai Bawang Putih)


2. Safira Istighfari (Sebagai Bawang Bombay)
3. Surya Rachmawati (Sebagai Bawang Merah)
4. Wenny Dita Ningtyas (Sebagai Ibu Bawang
Merah, Bawang Bombay, Bawang Putih)
5. Yunnanti Aprillia (Sebagai Ibu Pangeran)
6. Wahyu Basuki P. (Sebagai Pangeran)

Anda mungkin juga menyukai